Anda di halaman 1dari 9

1

KATA PENGANTAR


Terima kasih patut kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia
hidayah serta bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
benar. Selain itu turut kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini baik secara langsung atau tidak langsung.
Tidak lupa kepada guru mata pelajaran, rasa terima kasih tentu kami sampaikan atas
petunjuk yang diberikan untuk membuat makalah ini. Kami sebagai penulis berharap
bahwa makalah ini bisa digunakan sesuai dengan fungsinya. Kami juga menanti kritik
dan saran yang membangun yang dapat menyempurnakan makalah ini.


Penulis

















2

DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............ 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2
BAB 1 : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 3
1.2 Topik Bahasan Makalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penulisan Makalah ..................................................................... 3
BAB 2 : PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor Pendorong Interaksi Sosial .............................................. 4
2.2 Aturan Dalam Interaksi Sosial ............................................................... 6
2.3 Sumber Informasi Yang Mendasari Interaksi ........................................ 7
2.4 Tahap Dalam Interaksi Sosial ............................................................... 8

BAB 3 : PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 9
3.2 Saran ...................................................................................................... 9








3

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Di dalam Al Quran disebutkan bahwa Allah SWT menciptakan manusia dengan
keragaman bangsa serta suku adalah dalam rangka saling kenal mengenal satu sama
lain. Seorang alim pernah berkata dalam salah satu tausiyahnya bahwa kesempurnaan
fitrah seseorang bisa dilihat dari mampunya ia berinteraksi dengan sesama manusia.
Manusia merupakan makhluk sosial yang tak akan lepas dari sebuah keadaan yang
bernama interaksi.
Begitu luasnya daratan serta lautan yang membentang dari timur hingga barat yang
sebagiannya dihuni oleh manusia dengan ragam peradaban serta adat istiadat.
Bermulanya peradaban suatu masyarakat tentu tidak terlepas dari adanya interaksi
sosial yang terjadi diantara manusia, baik diantara anggota masyarakat dalam satu
komunitas maupun interaksi yang terjadi dengan anggota masyarakat lain diluar
komunitasnya.


1.2 TOPIK BAHASAN MASALAH
Masalah yang akan kami bahas yaitu faktor-faktor pendorong interaksi social, aturan
dalam interaksi sosial, sumber informasi yang mendasari interaksi, dan tahap-tahap
dalam Interaksi sosial.

1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Makalah ini dimaksudkan untuk membahas tentang berbagai hal yang berhubungan
dengan faktor pendorong terjadinya interaksi sosial serta untuk memenuhi tugas mata
pelajaran Sosiologi.




4

BAB 2
PEMBAHASAN


2.1 FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial umumnya terlihat sederhana. Orang bertemu lalu berbicara atau
sekadar bertatap muka. Padahal sebenarnya interaksi sosial merupakan proses yang
cukup kompleks. Interaksi ini dilandasi oleh beberapa faktor psikologi yaitu imitasi,
sugesti, identifikasi, simpati, dan empati. Faktor-faktor itu dapat berdiri sendiri , atau
berfungsi bersama-sama sebagai dasar terjadinya interaksi social. Hal itu tergantung
pada situasi dan kondisi.
A. Imitasi
Imitasi adalah tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa
dilakukan dalam bermacam-macam bentuk , misalnya, gaya bicara, tingkah laku,
adat dan kebiasaan, pola piker serta apa saja yang dimiliki atau dilakukan oleh
seseorang.
Namun demikian, dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidak terjadi dengan
sendirinya , perlu ada sikap menerima, sikap mengaggumi, dan sikap menjunjung
tinggi apa yang akan diimitasi.
Menurut Dr. A. M. J. Chorus , ada syarat yang harus dipenuhi dalam mengimitasi,
yaitu:
Adanya minat atau perhatian terhadap obyek atau subyek yang akan ditiru
Adanya sikap menghargai, mengaggumi, dan memahami sesuatu yang akan ditiru
Contoh imitasi terdapat pada perilaku seorang anak yang melihat ayahnya menyetir
mobil. Tanpa diajari, anak itu berlari-lari sambil kedua tangannya menirukan
gerakan seolah-olah sedang menyetir mobil.
Imitasi mempunyai peran yang sangat penting dalam proses interaksi sosial.
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi norma dan nilai yang berlaku
di masyarakat. Contohnya , seorang anak akan meniru orang dewasa menyeberang
jalan menggunakan jembatan penyebrangan.
Imitasi juga dapat mengakibatkan sesuatu yang negatif jika tindakan yang ditiru
adalah tindakan yang menyimpang dari nilai dan norma di masyarakat. Contohnya,
seorang pemuda meniru ayahnya yang pemabuk atau seorang pelajar meniru
temannya yang membolos sekolah.

B. Sugesti
Sugesti berlangsung ketika seseorang memberi pandangan atau pernyataan sikap
yang dianutnya dan diterima oleh orang lain. Biasanya, sugesti muncul ketika si
penerima sugesti sedang dalam kondisi tidak netral sehingga tidak dapat berpikir
rasional. Segala anjuran atau nasihat yang diberikan langsung diterima dan diyakini
kebenarannya.
Pada umumnya , sugesti berasal dari hal-hal berikut :
Orang yang berwibawa , karismatik atau memiliki pengaruh kuat terhadap
penerima sugesti , misalnya orang tua, cendekiawan, atau ulama.
Orang yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari penerima sugesti, misalnya
pejabat Negara atu direktur parusahaan.
Kelompok mayoritas terhadap kelompok minoritas. Misalnya dalam suatu rapat
OSIS , ada seorang yang berpendapat berbeda terhadap suatu masalah. Namun,
karena semua teman-temannya setuju , maka ia mengubah pendapatnya.
Reklame atau iklan di media massa. Contoh , iklan yang menggambarkan suatu
produk deterjen mampu menghilangkan noda dalam hitungan detik dapat
mempengaruhi pendengar atau penonton untuk membeli produk tersebut.
Terjadinya sugesti bukan hanya karena faktor pemberi sugesti, tetapi karena
beberapa faktor di dalam diri orang yang diberi sugesti . Faktor-faktor tersebut adalh
sebagi berikut :
Terhambatnya daya berpikir kritis . Semakin kurang kemampuan seorang
mengkritis sesuatu, semakin mudah orang itu menerima sugesti dari pihak lain .
5

daya berpikir kritis mengalami hambatan jika individu yang menerima sugesti
sedang dalam keadaan emosional. Misalnya, orang yang tengah marah besar pada
tetangganya akan mudah terprovokasi untuk berkelahi.
Kemampuan berfikir terpecah-belah ( disosiasi ). Disosiasi terjadi ketika
seseorang sedang mengalami kebingungan karena menghadapi berbagai persoalan.
Dalam suasana demikian , ia akan mudah menerima pandangan, saran atau pendapat
orang lain tanpa pikir panjang.
Orang yang ragu-ragu dan pendapat yang searah. Orang yang ragu-ragu
umumnya akan mudah tersugesti apalgi bila pendapat itu searah sehingga orang itu
tidak bias berkomunikasi langsung dengan pihak pemberi pendapat. Misalnya, pada
kasus iklan kosmetik , sebenarnya kita meragukan kebenaran iklan tersebut. Namun,
karena kita melihat dan mendengar iklan tersebut setiap hari tanpa bisa bertanya
tentang kebenarannya, kita pun membelinya. Pada kasus tersebut, sugesti berfungsi
untuk lebih meyakinkan pendapat yang sudah ada, walaupun masih ada keraguan.

C. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderengun atau keinginan seseorang untuk menjadi
sama dengan pihak lain ( meniru secara keseluruhan ). Identifikasi bersifat lebih
mendalam dibandingkan imitasi karena kepribadian seseorang bisa terbentuk dalam
proses identifikasi. Orang melakukan proses identifikasi karena memerlukan tipe
ideal tertentu dalam hidup.Proses identifikasi dapat berlangsung secara sengaja
maupun tidak sengaja. Meskipun tidak sengaja, pelaku identifikasi benar-benar
mengenal orang yang ia identifikasi sehingga sikap atau pandangan orang tersebut
benar-benar meresap ke dalam jiwanya.
Contohnya, Adam Jackson yang sangat mengidolakan Michael Jackson saking
idolanya Adam meniru cara berpakaiannya Michael Jackson misalnya kaos tangan
putih, topi, serta pernak-pernik lain.



D. Simpati
Simpati merupakan suatu proses ketika seseorang merasa tertarik kepada pihak lain.
Melalui proses simpati, seseorang menempatkan dirinya dalam keadaan orang lain
dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang lain. Dalam
proses ini, perasaan berperan penting walaupun alasan utamanya adalah keinginan
memahami dan bekerja sama dengan orang lain. Contohnya, ketika ada tetangga
yang sedang tertimpa musibah, kita ikut merasakan kesedihannya dan berusaha
membantunya. Umumnya, simpati lebih banyak terlihat pada hubungan teman
sebaya, hubungan ketetanggaan, atau hubungan pekerjaan.

E. Empati
Empati merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi fisik dan kejiwaan
seseorang. Contohnya, seorang ibu akan merasa kesepian ketika anaknya bersekolah
di luar kota. Ia selalu rindu dan memikirkan anaknya sehingga jatuh sakit. Contoh
lain, seorang pria jatuh sakit karena selalu membayangkan dan memikirkan
kecelakaan yang menimpa keluarganya.


F. Motivasi
Motivasi, merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh, atau stimulasi yang
diberikan seorang individu kepada individu lain sehingga orang yang diberi motivasi
menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan itu secara kritis, rasional, dan
penuh rasa tanggung jawab. Motivasi dapat diberikan dari seorang individu kepada
kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada individu. Wujud
motivasi dapat berupa sikap, perilaku, pendapat, saran, dan pertanyaan.
6

Penghargaan berupa pujian guru kepada siswa berprestasi tinggi merupakan
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Motivasi diberikan oleh orang-
orang yang kedudukan atau statusnya lebih tinggi dan berwibawa.

2.2 ATURAN DALAM INTERAKSI SOSIAL
Dalam kajian sosiologis, ada beberapa aturan mengenai interaksi sosial yang
berbeda dengan kelima faktor di atas. David A. Karp dan William C. Yoels
menyebutkan tiga jenis aturan dalam interaksi sosial sebagai berikut.

A. Aturan Ruang
Karp dan Yoels mendasarkan teorinya pada karya Edward T. Hall mengenai konsep
jarak sosial atau proxemics. Menurut Hall, orang cenderung menggunakan empat
macam jarak dalam interaksi sosial, yaitu jarak intim ( intimate distance ), jarak
pribadi (personal distance ), jarak sosial (social distance), dan jarak publik ( public
distance).

Pada jarak intim ( sekitar 0-45 cm ), terjadi keterlibatan intensif pancaindera
dengan tubuh orang lain. Contoh jarak intim adalah pada dua orang yang
berolahraga sumo dan gulat. Apabila seseorang terpaksa berada dalam jarak intim,
seperti di dalam bus atau kereta yang penuh sesak, ia akan berusaha untuk
menghindari kontak tubuh dan kontak pandangan mata dengan orang sekitarnya.
Jarak pribadi ( sekitar 45 cm-1,22 m ) cenderung dijumpai dalam interaksi antara
orang yang berhubungan dekat, seperti pada ibu dan anak.
Pada jarak sosial ( sekitar 1,22 m-3,66 m ), orang yang berinteraksi dapat
berbicara secara wajar dan tidak saling menyentuh. Contohnya, pertemuan santai (
dengan teman, guru, dan sebagainya ). Interaksi di dalam rapat formal juga termasuk
ke dalam jarak ini.
Jarak publik ( di atas 3,66 m ) umumnya dilakukan oleh orang-orang yang harus
tampil di depan umum, seperti politisi dan aktor. Semakin jauh jarak, semakin keras
pula suara yang harus dikeluarkan.
Pembagian jarak yang dikemukakan oleh Edward T. Hall tidak berlaku secara
universal. Dalam bukunya The Silent Language, Hall melakukan pengamatan
terhadap beberapa warga masyarakat , seperti Jerman, Inggris, Prancis, Jepang, dan
Timur Tengah. Dari pengamatan itu, Hall menyimpulkan bahwa aturan jarak
tersebut tidak dapat disamakan untuk setiap masyarakat. Misalnya, masyarakat
Amerika Selatan dapat berbicara dan berinteraksi dalam jarak yang bagi masyarakat
lainnya termasuk jarak intim.

B. Aturan Waktu
Waktu juga dapat mengatur interaksi. Misalnya, pada masyarakat yang kurang
disiplin sering dijumpai ketiadaan orientasi waktu atau dikenal dengan istilah jam
karet . Keterlambatan kedatangan bus, pesawat, atau kereta menjadi hal biasa.Tapi
jika kondisi ini terjadi di negara maju, banyak aktivitas orang akan
terganggu.Contoh lain, dalam masyarakat Indonesia, seorang pembicara datang
terlambat ke sebuah seminar bukanlah hal yang perlu dibesar-besarkan. Sebaliknya,
bagi masyarakat Inggris, pembicara yang terlambat itu akan dianggap tidak
bertanggung jawab dan menghina majelis seminar.

C. Aturan Gerak Tubuh
Komunikasi nonverbal ( tanpa menggunakan bahasa lisan dan tulisan ) merupakan
bentuk komunikasi pertama bagi manusia. Komunikasi nonverbal ini terkadang
digunakan seseorang untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.
Contoh gerak tubuh adalah memicingkan mata, menjulurkan lidah, mengangkat
bahu, menganggukkan kepala, mengerutkan dahi, mengangkat ibu jari, dan
membungkukkan badan. Namun demikian, makna komunikasi berupa gerak tubuh
dapat memiliki makna yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan
masyarakat yang lain. Oleh karena itu, komunikasi nonverbal hanya efektif
7

dilakukan dalam interaksi antaraanggota masyarakat yang memiliki pemaknaan
yang sama.
Edward T. Hall dan Mildred Reed Hall menyatakan bahwa komunikasi nonverbal
atau bahasa tubuh merupakan bentuk komunikasi yang pertama kali dipelajari oleh
manusia sebelum adanya bahasa lisan.


Komunikasi jenis ini, secara sadar ataupun tidak sadar, dipergunakan untuk
menyampaikan perasaan kita kepada orang lain. Menurut Karp dan Yoels, studi
sosiologis terhadap gerakan tubuh dan isyarat tangan dinamakan kinesics.

2.3 SUMBER INFORMASI YANG MENDASARI INTERAKSI
Selain membahas aturan-aturan dalam interaksi sosial, Krap dan Yoels juga
membahs sumber-sumber informasi yang mendasari interaksi seseorang dengan
orang lain. Goffman menyatakan bahwa seseorang akan berusaha mencari informasi
tentang orang lain yang ditemuinya agar dapat mendefinisikan situasi. Karp dan
Yoels pun menyatakan apabila seseorang baru berjumpa dengan orang lain yang
belum dikenal, ia akan berusaha mencari informasi tentang orang itu. Karp dan
Yoels berpendapat bahwa ada 7 sumber informasi dalam interaksi. Antara lain
sebgai berikut.
A. Warna Kulit
Ciri seseorang yang dibawa sejak lahir, seperti jenis kelamin dan ras, sangat
menentukan interaksi terutama pada masyarakat yang diskriminatif. Contohnya, di
Afrika Selatan pada era apartheid, orang kulit putih tidak mau berinteraksi dengan
orang kulit hitam. Orang-orang kulit putih menganggap orang kulit hitam cenderung
berperilaku kriminal, namun sejalan berkembangnya demokrasi faham ini semakin
menghilang.
B. Usia
Cara seseorang berinteraksi dengan orang yang lebih tua seringkali berbeda dengan
orang yang sebaya, begitu juga dengan orang yang lebih muda.
C. Jenis Kelamin
Jenis kelamin juga bisa mempengaruhi interaksi seseorang terhadap orang lain.
Contohnya, laki-laki cenderung menghindari sekelompok perempuan yang tengah
membicarakan kosmetik atau model sepatu terbaru. Sebaliknya, perempuan pun
cenderung menghindari percakapan laki-laki tentang sepak bola atau otomotif.
D. Penampilan Fisik
Selain warna kulit, usia, dan jenis kelamin, penampilan fisik juga menjadi sumber
informasi dalam interaksi sosial. Umumnya, pertama kali yang dilihat dalam
interaksi adalah penampilan fisik seseorang.Ada beberapa penelitian yang
memperlihatkan bahwa orang yang berpenampilan menarik cenderung lebih mudah
mendapatkan pasangan daripada orang yang berpenampilan kurang
menarik.Penampilan fisik seseorang dapat dikembangkan ke arah sikap dari perilaku
yang lebih menarik.
E. Bentuk Tubuh
Menurut penelitian Wells dan Siegal, orang cenderung berpendapat bahwa ada
kaitan antara bentuk tubuh dengan sifat seseorang. Orang yang memiliki tubuh
endomorph ( bulat, gemuk ) dianggap memiliki sifat tenang, santai, dan dan pemaaf.
Orang yang memiliki tubuh mesomorph ( atletis, berotot ) dianggap memiliki sifat
dominan, percaya diri , dan aktif. Sementara orang yang bertubuh ectomorph
( tinggi, kurus ) dianggap bersifat tegang dan pemalu.
F. Pakaian
Sumber informasi jug dapat diperoleh dari pakaian seseorang. Seringkali seseorang
yang berpakaian ekskutif muda lebih dihormati dibandingkan dengan orang yang
berpakaian sederhana.
G. Wacana
Melalui pembicaraan seseorang, kita dapat memperoleh informasi tentang dirinya.
Misalnya, ketika seseorang berbicara bahwa ia baru saja bertemu dengan direktur
8

perusahaan terkenal atau dengan gubernur. Dari perkataan tersebut, kita bisa
memperoleh informasi tentang orang itu. Dengan kata lain, kita bisa menebak status
seseorang berdasarkan pembicaraannya, meskipun ada pula orang yang tidak berkata
jujur tentang dirinya.


2.4 TAHAP PENDEKATAN DAN PERENGGANGAN HUBUNGAN DALAM
INTERAKSI SOSIAL
Ketika di Sekolah menengah Pertama, kita tentu mempunyai puluhan bahkan ratusan
teman seangkatan. Setelah tiga tahun, dari sekian ratus teman tersebut, adakah teman
yang menjadi sahabat karib, lawan, atau bahkan ada siswa yang justru belum
dikenal.
Dalam interaksi sosial terdapat ruang cakupan interaksi yang luas. Mulai dari
interaksi antara orang-orang yang tidak saling mengenal sampai memiliki hubungan
sangat dekat. Menurut Mark L. Knapp dalam buku Social Intercourse : From
Greeting to Goodbye ( 1978 ), dalam interaksi sosial terdapat tahap pendekatan dan
tahap perenggangan hubungan orang-orang yang berinteraksi. Di bawah ini adalah
penjelasan kedua tahap tersebut.

A. Tahap Pendekatan
Tahap pendekatan dijabarkan menjadi tahap memulai ( initiating ), menjajaki
( experimenting ), meningkatkan ( intensifying ), menyatupadukan ( integrating ),
dan mempertalikan ( bonding ). Contohnya, saat pertama kali masuk sekolah, kita
tentu mulai menjajaki hubungan dengan orang lain dengan saling bertegur sapa yang
diikuti obrolan-obrolan ringan, seperti asal sekolah, alamat rumah, atau bagaimana
cara pergi ke sekolah. Hasil penjajakan ini menjadi dasar untuk memutuskan apakah
hungan bisa ditingkatkan, dipertahankan, atau tidak dilanjutkan sama sekali.
Hal yang sama juga terjadi pada pasangan suami istri. Awalnya dimulai dari tahap
penjajakan untuk memutuskan apakah hubungan bisa ditingkatkan, dipertahankan,
atau tidak dilanjutkan. Apabila ditingkatkan tahap selanjutnya adalah
penyatupaduan. Pada tahap ini, kita dan teman-teman mulai merasa ada sebuah
kesamaan atau kesatuan. Demikian pula pada pasangan suami istri. Dari tahap
menyatupadukan ini, lama-kelamaan interaksi dapat mencapai tahap pertalian seperti
pernikahan.

B. Tahap Perenggangan
Dalam interaksi, selain terjadi proses pendekatan, terjadi juga proses perenggangan.
Proses ini terdiri dari tahap membeda-bedakan ( differentiating ), membatasi
( circumscribing ), memacetkan ( stagnating ), menghindari ( avoiding ), dan
memutuskan ( terminating ). Contoh, dua orangyang dulunya berteman dan biasa
melakukan kegiatan bersama-sama mulai melakukan kegiatan sendiri-sendiri seperti
makan atau pulang sekolah sendiri. Setelah itu, pembicaraan tentang pertemanan
mereka pun mulai dibatasi. Obrolan menjadi dangkal dan sekedar basa-basi saja.
Seringkali ketika satu pihak bicara tentang sesuatu, yang lain menyangkal,
membantah, melarang, atau membentak.
Tahap selanjutnya, adalah memacetkan. Di tahap ini tidak terjadi komunikasi.
Kalaupun ada, hal ini dilakukan karena terpaksa dan dengan sangat hati-hati.
Perbedaan kedua teman itu sudah sangat besar sehingga untuk membicarakan hal
yang paling sederhana pun sulit dan dapat menyulut konflik. Jika kedua orang yang
sebelumnya berteman itu sudah tidak berkomunikasi tapi masih berada dalam
lingkungan yang sama ( misalnya berada dalam satu sekolah ), kedua orang tersebut
berusaha untuk saling menghindar, misalnya, berusaha tidak melewati jalan, lorong,
atau ruangan yang sama. Setelah terjadi jarak komunikasi dan fisik seperti ini,
mereka berdua berada di dalam tahap pemutusan hubungan.



9

BAB 3
PENUTUP


3.1 KESIMPULAN
Faktor-faktor yang diuraikan di atas ( imitasi, sugesti, identifikasi, simpati,
empati, dan motivasi ) merupakan faktor minimal yang menjadi dasar proses
interaksi sosial. Pengaruh simpati, empati, identifikasi lebih dalam, namun
prosesnya agak lambat jika dibandingkan dengan sugesti dan imitasi. Pengaruh
sugesti dan imitasi kurang mendalam, namun prosesnya berlangsung cepat .
Kelima faktor tersebut, cenderung berasal dari satu pihak individu atau bersikap
psikologis.

3.2 SARAN
Kami sebagi penyusun makalah ini berharap makalah ini dapat dimanfaatkan
sesuai dengan fungsinya. Terjaganya makalah ini merupakan harapan kami
semua. Kepada pembaca yang menggunakan makalah ini dalam berbagai bidang
diharapkan dapat menjaga dengan sebaik-baiknya. Kepada adik-adik yang
sekiranya akan menggunakan makalah ini sebagai panduan pembuatan makalah
baru diharapkan kesediaanya untuk menjaga makalah ini. Tidak lupa kami sebagi
penyusun berharap bahwa karya ilmiah ini tetap dipertahankan guna memacu
daya pikir dan kemandirian siswa. Kepada adik-adik yang menjadikan makalah
ini sebagi panduan, disarankan untuk mencari sumber referensi yang lebih
banyak guna melengkapi karya ilmiah dari yang kurang ini menjadi lebih
lengkap. Dan, sebagai penyusun kami berharap makalah ini dapat membantu
meyelesaikan tugas.

Anda mungkin juga menyukai