Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH SOSIAL

(Social Influence)
Dosen Pengampu : Ikhwan Lutfi, M. Psi

Disusun Oleh Kelompok 6:

1. Singgih Prabowo 11220700000033


2. Ayu Fatimah 11220700000039
3. Arifni Azizah 11220700000114
4. Tri Alinda Putri 11220700000124
5. Silviani Nurhaliza 11220700000216
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan Rasul kita, Nabi Muhammad ‫ﷺ‬,
pada segenap keluarga, para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ikhwan Luthfi M. Psi
selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial yang telah memberikan
berbagai penjelasan dan bimbingan sehingga dapat membantu proses kami dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Sosial”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, dan penulisannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami agar menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.

Tangerang Selatan, 16 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3. Tujuan Masalah ........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................2
2.1. Pengertian Pengaruh Sosial ...................................................................... 2
2.2. Pengertian Konfromitas, Compliance, Obedience dan Persuasi, Fasilitas
Sosial, Sosial Loafing, Kohesi Kelompok, dan Deindividuasi ........................... 2
2.3. Pengertian Kajian Kajian Penelitian Pengaruh Sosial .............................. 6
2.1.1. Tingkatan Pengaruh Sosial ................................................................... 6
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengaruh Sosial .......................................... 7
2.5. Contoh Kasus Pengaruh Sosial................................................................. 8
BAB III PENUTUP ..............................................................................................10
3.1. KESIMPULAN ...................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak lahir, seseorang tidak pernah benar-benar sendiri. Individu segera menjadi
bagian dari unit keluarga, dan ketika mereka tumbuh dan memasuki berbagai
lingkungan seperti sekolah dan pekerjaan, mereka menjadi bagian dari kelompok yang
lebih besar lagi dalam komunitas mereka. Interaksi yang terus menerus antara individu
dan kelompok ini menimbulkan pengaruh timbal balik, dimana kelompok membentuk
individu dan individu mendefinisikan dirinya berdasarkan identitas kelompoknya.
Dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengakibatkan hilangnya keunikan individu.

Manusia merupakan individu yang unik. Memiliki berbagai bentuk sifat dan faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu pembentukan sifat, sikap dan karakter seseorang
dipengaruhi oleh sosial. Pengaruh sosial ini mampu menunjukkan perubahan sikap,
keyakinan dan tingkah laku seseorang. Seperti perubahan cara berpakaian mahasiswi
UIN yang diwajibkan berhijab, bahkan para pengunjung atau pemateri seminar yang
hadir ke UIN pun harus berpakaian sopan dan cukup tetutup.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan pengaruh sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan konfromitas, persuasi, compliance dan obedience,
fasilitas sosial, sosial loafing, kohesi kelompok, dan deindividuasi?
3. Apa itu kajian penelitian pengaruh sosial dan penjelasannya?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi pengaruh sosial?
5. Bagaimana contoh kasus pengaruh sosial?

1.3.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengaruh sosial
2. Untuk memahami konfromitas, persuasi, compliance dan obedience, fasilitas
sosial, sosial loafing, kohesi kelompok, dan deindividuasi
3. Untuk memahami pengertian kajian
4. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi pengaruh sosial
5. Untuk memahami contoh kasus pengaruh sosial

1
2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial (social influence) merupakan upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, keyakinan (belief), persepsi, dan tingkah
laku orang lain. Kita sering menjumpai pengaruh sosial ini dalam kehidupan sehari-
hari. Pengaruh sosial terjadi ketika satu orang (sumber) terlibat dalam beberapa perilaku
(seperti membujuk, mengancam atau menjanjikan, atau mengeluarkan perintah) yang
menyebabkan orang lain (target) berperilaku berbeda dari bagaimana seharusnya
berperilaku (Delamater & Myers, 2011).
Social influence menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang.
Social influence merupakan suatu perubahan sikap, keyakinan, dan opini individu
setelah berinteraksi dengan individu atau kelompok lain. Menurut Coleman et al.,
(dalam Zagenczyk, 2006) social influence adalah seseorang yang menjaga hubungan
satu sama lain akan memiliki kesamaan interpersonal yang lebih besar mengenai
persepsi atau sikap.
Selain itu menurut Bearden (1992) social influence adalah kecenderungan
seseorang untuk belajar tentang produk dan jasa dengan mengamati, serta mencari
informasi agar sesuai dengan harapan orang lain. Individu yang memiliki hubungan
baik dan intens dengan orang lain cenderung mampu dipengaruhi dan mempengaruhi
sikap satu sama lain. Sikap ini dengan sendirinya akan terbentuk seiring dengan
berjalannya kedekatan antar individu.

2.2. Pengertian Konfromitas, Compliance, Obedience dan Persuasi, Fasilitas Sosial,


Sosial Loafing, Kohesi Kelompok, dan Deindividuasi
2.2.1. Konformitas, Manusia memiliki kecenderungan untuk mematuhi aturan-aturan
yang ada di lingkungan sekitarnya. Misalnya, ketika kelas akan dimulai, siswa
biasanya mengeluarkan ponsel mereka dan menyetelnya ke mode senyap.
Aturan-aturan ini mengatur bagaimana individu harus berperilaku, dan dikenal
sebagai norma sosial. Manusia berusaha menyesuaikan tindakan mereka sesuai
dengan norma sosial untuk bertahan hidup. Ini disebut sebagai konformitas,
yang melibatkan individu mengubah sikap dan perilaku mereka agar sesuai
dengan norma sosial.
3

Menurut Cialdini dan Goldstein, konformitas adalah kecenderungan


untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan orang
lain. Norma sosial dikategorikan menjadi dua jenis: norma perintah yang
biasanya eksplisit, seperti mahasiswa UIN Jakarta mengenakan pakaian yang
pantas, dan norma deskriptif yang implisit, seperti membawa buah ketika
menjenguk orang sakit atau saling meminta maaf saat Idul Fitri.
2.2.2. Compliance merupakan cara untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan
hal yang sama. Tanpa disadari, dalam kehidupan sehari-hari tingkah laku
seorang individu dipengaruhi oleh permintaan sekitar. Hal utama dalam
compliance adalah kemauan untuk merespon permintaan orang lain.
Contohnya, seperti saat seseorang meminta penilaian terhadap penampilannya.
Compliance memiliki prinsip dasar sebagai berikut:
2.2.2.1.Pertemanan atau rasa suka, yaitu kecenderungan untuk lebih memenuhi
permintaan dari orang yang disukai dari pada orang yang belum dikenal atau
dibenci.
2.2.2.2.Komitmen dan konsisten, yaitu kecenderungan untuk lebih mudah
memenuhi permintaan dari hal yang konsisten. Misalnya, memasang
bendera merah putih setiap Hari Kemerdekaan Indonesia.
2.2.2.3.Kelangkaan, yaitu kecenderungan memenuhi permintaan karena
menghargai keberadaan sesuatu yang langka.
2.2.2.4.Timbal balik, yaitu kecenderungan memenuhi permintaan dari orang yang
sudah pernah memberikan bantuan.
2.2.2.5.Validitas sosial, kecenderungan memenuhi permintaan dengan cara
bertingkah laku dan berfikir seperti orang lain.
2.2.2.6.Otoritas, kecenderungan melaksanakan permintaan dari pihak yang
memiliki kekuasaan.
2.2.3. Obedience merupakan salah satu jenis pengaruh sosial atau social influence, di
mana seseorang menaati dan mematuhi permintaan orang lain untuk melakukan
tingkah laku tertentu karena adanya unsur power (Baron, Braanscombe, dan
Bryne, 2008 dalam Sarwono & Meinarno, 2009). Faktor yang memengaruhi
obedience, yaitu Jenis Kelamin, Tingkat Otoritas, Terbatasnya peluang untuk
tidak patuh.
4

2.2.4. Persuasi adalah upaya mengubah sikap orang lain melalui penggunaan
berbagai macam pesan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita menerima
banyak sekali pesan yang mencoba membujuk kita dengan berbagai cara.
Namun, tidak semua pesan tersebut dapat mengubah sikap kita terhadap
informasi yang disampaikan. Hal ini karena individu secara selektif
mempersepsikan pesan yang diterimanya dan memprosesnya dengan cara
tertentu sebelum membentuk sikap yang relatif menetap. Menurut Elaboration
Likelihood Theory (ELM) yang dikemukakan oleh Petty dan Cacioppo, ada dua
metode yang dapat digunakan untuk memproses pesan persuasif. Yang pertama
adalah melalui pemrosesan yang sistematis, di mana individu secara hati-hati
mempertimbangkan informasi yang disajikan dalam pesan (rute pusat). Yang
kedua melibatkan pemrosesan heuristik atau rute periferal, yang melewati rute
pusat.
2.2.5. Fasilitasi sosial menunjukkan bahwa orang berperilaku berbeda ketika berada
di hadapan orang lain dibandingkan ketika mereka sendirian. Dalam tugas-tugas
sederhana atau yang dipraktikkan, individu cenderung tampil lebih baik ketika
diamati oleh orang lain, tetapi dalam tugas-tugas baru atau kompleks, kinerja
mereka mungkin menurun. Istilah "fasilitasi" berasal dari kata Prancis "facile",
yang berarti mudah, dan mengacu pada peningkatan kualitas kinerja yang
dihasilkan dari ditonton oleh suatu kelompok. Kehadiran orang lain dapat
meningkatkan kinerja, terutama bila individu telah menguasai tugas. Fenomena
ini dikenal sebagai fasilitasi sosial.
2.2.6. Social Loafing adalah kejadian terkenal yang mengarah pada penurunan
produktivitas dalam pengaturan kelompok, seperti dicatat oleh George dalam
penelitian Liden et al. Baron dan Bryne (2005) menjelaskan bahwa kemalasan
sosial adalah ketika anggota kelompok tidak melakukan dengan kemampuan
penuh mereka, sering hanya melakukan minimal untuk menghindari rasa
bersalah karena tidak memberikan kontribusi. Fenomena ini juga dapat
menyebabkan kurangnya motivasi dalam kelompok, karena individu mungkin
merasa idenya sudah terwakili oleh anggota lain, seperti yang disoroti oleh
Meinarno dan Sarwono (2018). Intinya, kemalasan sosial pada akhirnya dapat
menghambat keberhasilan proyek atau tugas kelompok.
5

Menurut teori dampak social loafing yang dikemukakan oleh Latane,


Chidambaran dan Tung (2005) mengungkapkan bahwa social loafing dapat
dilihat dari dua aspek:
2.2.6.1.Dilution Effect : Individu “tenggelam” dalam kelompok. Individu kurang
termotivasi karena merasa kontribusinya tidak berarti, atau menyadari
bahwa penghargaan yang diberikan tidak sepadan dengan kontribusi yang
diberikan.
2.2.6.2.Immediacy Gap : Individu merasa terasing dari kelompok. Hal ini
menandakan semakin jauh anggota kelompok dari anggotanya, maka
individu akan semakin jauh dengan pekerjaan yang diberikan kepadanya.
2.2.7. Kohesivitas Kelompok adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
tingkat ketertarikan yang dirasakan individu terhadap suatu kelompok, seperti
yang didefinisikan oleh Baron dan Byrne (2005). Myers (2012) menguraikan
definisi ini dengan menyatakan bahwa keterpaduan adalah perasaan yang
mencerminkan sejauh mana anggota kelompok terikat satu sama lain.
Carron dan Brawley (2012) lebih jauh menjelaskan bahwa kohesivitas
kelompok adalah proses yang tercermin dalam kecenderungan kelompok untuk
bersatu untuk mencapai tujuan mereka atau memenuhi kebutuhan emosional
anggotanya. Secara keseluruhan, definisi ini menunjukkan bahwa kekompakan
kelompok mengacu pada keinginan individu untuk menjadi bagian dari
kelompok, bertahan dalam kelompok untuk waktu yang lama, dan melawan
pengaruh pihak luar.
2.2.8. Deindividuasi adalah istilah yang diciptakan oleh Myers (2008) untuk
menggambarkan fenomena individu kehilangan rasa kesadaran diri dan evaluasi
diri ketika ditempatkan dalam situasi kelompok di mana perkembangan norma
kelompok, baik positif maupun negatif, didorong. Li (2010) lebih lanjut
memperluas definisi ini, menyatakan bahwa deindividuasi terjadi ketika reaksi
individu menjadi tinggi dalam pengaturan kelompok.
Menurut Singers, Brushes & Lublin (dalam Li, 2010), deindividuasi
sering ditandai dengan individu terlibat dalam perilaku yang tidak diinginkan
dan antisosial karena fokus mereka pada kelompok daripada nilai-nilai pribadi
mereka sendiri. Hughes (2013) menggambarkan deindividuasi sebagai tahap
6

psikologis di mana individu mengalami berkurangnya kesadaran diri dan


berkurangnya rasa takut berada dalam kelompok. Diener (dalam Li, 2010)
mendefinisikan deindividuasi sebagai proses di mana individu mengalami
penurunan kesadaran diri dan merasa terlindungi oleh faktor situasional dalam
kelompok yang membuatnya dapat diterima untuk terlibat dalam perilaku yang
mungkin tidak selaras dengan nilai-nilai pribadi mereka.

2.3. Pengertian Kajian Kajian Penelitian Pengaruh Sosial


Definisi Pengaruh Sosial Menurut Wang dan Chou dalam Haryono & Brahmana
(2015), pengaruh sosial atau social influence adalah tentang strategi seseorang
membujuk orang lain dalam mempengaruhi keputusan untuk berperilaku. Hal ini
didukung oleh orang-orang terdekat seperti keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan.

2.1.1. Tingkatan Pengaruh Sosial

Menurut Raditya (2013) social influence memiliki 2 tingkatan penerimaan


pengaruh, yaitu:

2.3.1.1..Acceptance (Penerimaan)

Kondisi dimana terjadinya perubahan dalam diri seseorang setelah mendapat


pengaruh sosial dari individu atau kelompok lain. Bentuk-bentuk acceptance
diantaranya adalah:

a. Identification (identifikasi)

Menerima pengaruh sosial karena mengenal atau memihak terhadap


suatu kelompok, individu, atau karena alasan tertentu.

b. Internalization (internalisasi)

Menerima pengaruh sosial karena merasa yakin terhadap pengaruh


yang diberikan oleh individu atau kelompok.

2.3.1.2.Compliance

Kondisi di mana tidak terjadinya perubahan secara utuh dalam diri


seseorang setelah mendapat pengaruh sosial dari individu atau kelompok lain
7

Beberapa peneliti pernah mengkaji atau meriset mengenai konformitas (suatu


jenis pengaruh sosial ketika seseorang mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar
sesuai dengan norma sosial yang ada) dalam psikologi sosial, antara lain penelitian dari
Solomon Asch (1955) dan Muzafer Sherif (1936). Dalam penilitian yang dilakukan oleh
Solomon Asch (1955, dalam Branscombe dan Baron. 2017), yaitu penelitian yang
berhasil membuktikan tentang kuatnya pengaruh sosial yang ada dalam konformitas.

Di dalam penelitian tersebut, Asch menciptakan dilema sosial dengan


memberikan tugas persepsi sederhana kepada seorang partisipan yang harus
menunjukkan yang mana dari tiga garis pembanding yang cocok dengan panjang garis
standar.

Ketika menjawab, seorang partisipan didampingi oleh 6-8 orang yang juga ikut
menjawab pertanyaan yang sama. Namun, sebenarnya 7 orang di antaranya adalah
confederates, yaitu asisten peneliti yang bertugas "membelokkan" jawaban si partisipan.
Asch meminta para confederates untuk memberikan jawaban yang salah dengan suara
yang lantang sebelum partisipan yang sebenarnya menyatakan jawabannya. Eksperimen
ini dilakukan berulang kali selama 18 kali dengan partisipan yang berbeda-beda.
Sehingga, partisipan yang sebenarnya mengalami sebuah dilema.

Pada waktu tertentu, partisipan yang tadinya memberikan jawaban yang benar
mengubah jawaban mayoritas orang yang ada disekelilingnya. Sebesar 76% dari mereka
yang diuji setuju dengan jawaban salah dari confederates. Hasil dari penelitian ini sudah
sangat jelas bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian Asch memilih kesesuaian
yaitu dengan melakukan konformitas di tengah tekanan kelompok yang mereka rasakan.

Bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari, dilema seperti ini kerap terjadi oleh
siapa pun. Jika individu menemukan bahwa penilaian, tindakan, dan kesimpulannya
berbeda dengan banyak orang, individu tersebut cenderung akan mengubah dan
mengikuti norma yang dikemukakan oleh kebanyakan orang.

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pengaruh Sosial


Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengaruh sosial seseorang.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang memainkan peran penting dalam
mempengaruhi pengaruh sosial:
8

2.4.1. Kepentingan Sosial


Faktor ini melibatkan kebutuhan individu untuk diterima dan diakui oleh
kelompok sosialnya. Banyak orang cenderung mengikuti arus opini atau tindakan
kelompok untuk menghindari penolakan sosial atau untuk mendapatkan
persetujuan sosial.
2.4.2. Kekuatan dan Status
Kekuatan dan juga status sosial individu juga dapat mempengaruhi pengaruh
sosialnya. Orang-orang cenderung lebih mungkin mematuhi atau mengikuti
petunjuk dari seseorang yang memiliki kedudukan atau kekuasaan yang tinggi
dalam kelompok atau masyarakat.
2.4.3. Kepentingan Pribadi
Faktor ini melibatkan kebutuhan individu untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan pribadi. Pengaruh sosial dapat dipengaruhi oleh sejauh mana tindakan
atau pendapat orang lain dapat memenuhi kebutuhan atau keinginan pribadi.
2.4.4. Kesamaan dan Identifikasi
Individu cenderung lebih terpengaruh oleh orang-orang yang mereka anggap
memiliki kesamaan atau identitas yang kuat dengan mereka sendiri. Identifikasi
dengan kelompok tertentu atau kesamaan nilai dan tujuan dapat mempengaruhi
sejauh mana pengaruh sosial dapat memengaruhi seseorang.
2.4.5. Keadaan Darurat atau Krisis
Dalam keadaan darurat atau situasi krisis sering kali dapat meningkatkan
pengaruh sosial. Ketika seseorang sedang berada pada situasi tertekanan atau
mengalami ketidakpastian, orang cenderung lebih mengandalkan pengaruh sosial
untuk menentukan tindakan yang tepat atau yang diharapkan dari mereka.

2.5. Contoh Kasus Pengaruh Sosial


Perubahan Sosial Budaya di Masyarakat Desa Modernisasi yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat perdesaan membawa pengaruh yang besar terhadap perubahan
sistem kerja, gaya hidup, dan aktivitas ekonomi, demikian mengutip paparan dalam
buku Strategi dan Perubahan Sosial (2016: 65). Perubahan tersebut ditandai oleh
masuknya sistem industri dalam kegiatan pertanian masyarakat desa. Contohnya,
penggunaan mesin traktor untuk membajak sawah yang menggantikan tenaga kerbau
atau sapi.
9

Perubahan alat dan sistem kerja pertanian masyarakat desa yang semakin modern
juga membuat hilangnya lapangan pekerjaan untuk sebagian masyarakat desa. Dampak
lainnya, hubungan kerja antar-masyarakat semakin jauh dan terkikisnya nilai-nilai
gotong royong yaitu sikap saling membantu satu sama lain.

Perubahan tersebut juga memudarkan nilai-nilai tradisional yang mestinya dapat


dipertahankan sebagai ciri khas masyarakat perdesaan. Dalam masyarakat perdesaan,
perubahan juga sering memberikan dampak pada perubahan mata pencaharian mereka.
Hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah yang mengikat pemanfaatan sumber
daya alam.

Masyarakat desa yang sebagian besar hidup bergantung pada potensi sumber daya
alam, mau tak mau harus mencari mata pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tentunya kondisi ini memerlukan alat atau keahlian dalam menjalankan
aktivitas baru tersebut. Selain itu, berkurangnya penduduk desa yang disebabkan oleh
arus urbanisasi yang tinggi ke kota, juga sering kali mempengaruhi struktur
kelembagaan dalam masyarakat pedesaan.

Ubranisasi yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, termasuk yang sudah
berkeluarga, akan mempengaruhi sistem kerja di masyarakat desa. Akibatnya, wanita
berkeluarga yang ditinggalkan bisa memiliki peran ganda, yakni sebagai ibu yang
mengasuh anak dan mengantikan peran suami dengan bekerja di ladang atau sawah.
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Pengaruh sosial adalah upaya untuk mengubah sikap, keyakinan, persepsi, atau perilaku
orang terhadap orang lain. Ada tiga bentuk pengaruh sosial yang diakui: konformitas,
kepatuhan, dan kepatuhan, dan persuasi juga digunakan untuk mengubah sikap. Pengaruh
sosial dapat memiliki dampak positif dan negatif pada perilaku individu, dan dinamika
kelompok dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja individu. Kekompakan kelompok
merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku anggotanya, dan deindividuasi dapat
terjadi ketika seseorang kehilangan kesadaran diri dalam suatu kelompok.

Faktor yang mempengaruhi Pengaruh Sosial, yaitu Kepentingan Pribadi, Kepentingan


Sosial, Kekuatan dan Satatus, Kesamaan dan Identifikasi, Serta Keadaan darurat dan Kritis.
Tingkatan Pengaruh Sosial, yaitu Acceptance dan Compliance.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, F. G. Pengaruh trait kepribadian, social influence, dan faktor demografi terhadap
impulsive buying melalui internet (online) (Bachelor's thesis, Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta).

Branscombe, N. R., & Baron, R. A. (2017). Social Psychology 14th Edition. Edinburgh Gate:
Pearson Education Limited.

Cialdini, R. B. (2006). Influence: The Psychology of Persuasion. Harper


Business.http://repository.unj.ac.id/9985/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 18
April 2021

Haryono, S., Brahmana, R. K. M. R., Pemasaran, P. M., Petra, U. K., 55 Universitas


Internasional Batam Siwalankerto, J. (2015). PENGARUH SHOPPING
ORIENTATION , SOCIAL INFLUENCE , DAN SYSTEM TERHADAP
COSTUMER ATTITUDE MELALUI PERCEIVED EASE of USE ( Studi pada Apple
Store ), 3(1), 1–10.

Maryam, EW (2019). Aplikasi Psikologi Sosial dalam Masalah Sosial. Umsida Press , 1-218.

Myers, D. G. (2012). Social Psychology. Jakarta: Salemba Humanika.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2006). Social Psychology 12th Edition. Los
Angeles: Pearson Education.

Wang, E. S., & Chou, N. P. (2016). Examining social influence factors affecting consumer
continuous usage intention for mobile social networking applications, 14(1), 43–55.

11

Anda mungkin juga menyukai