(Social Influence)
Dosen Pengampu : Ikhwan Lutfi, M. Psi
Alhamdulillah segala puji dan syukur kepada Allah SWT, yang senantiasa
memberikan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi dan Rasul kita, Nabi Muhammad ﷺ,
pada segenap keluarga, para sahabatnya serta umatnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Ikhwan Luthfi M. Psi
selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Sosial yang telah memberikan
berbagai penjelasan dan bimbingan sehingga dapat membantu proses kami dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Sosial”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, dan penulisannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, guna menjadi
acuan dalam bekal pengalaman bagi kami agar menjadi lebih baik lagi di masa yang
akan datang.
Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak lahir, seseorang tidak pernah benar-benar sendiri. Individu segera menjadi
bagian dari unit keluarga, dan ketika mereka tumbuh dan memasuki berbagai
lingkungan seperti sekolah dan pekerjaan, mereka menjadi bagian dari kelompok yang
lebih besar lagi dalam komunitas mereka. Interaksi yang terus menerus antara individu
dan kelompok ini menimbulkan pengaruh timbal balik, dimana kelompok membentuk
individu dan individu mendefinisikan dirinya berdasarkan identitas kelompoknya.
Dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengakibatkan hilangnya keunikan individu.
Manusia merupakan individu yang unik. Memiliki berbagai bentuk sifat dan faktor
yang mempengaruhinya. Salah satu pembentukan sifat, sikap dan karakter seseorang
dipengaruhi oleh sosial. Pengaruh sosial ini mampu menunjukkan perubahan sikap,
keyakinan dan tingkah laku seseorang. Seperti perubahan cara berpakaian mahasiswi
UIN yang diwajibkan berhijab, bahkan para pengunjung atau pemateri seminar yang
hadir ke UIN pun harus berpakaian sopan dan cukup tetutup.
1.3.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dari pengaruh sosial
2. Untuk memahami konfromitas, persuasi, compliance dan obedience, fasilitas
sosial, sosial loafing, kohesi kelompok, dan deindividuasi
3. Untuk memahami pengertian kajian
4. Untuk memahami faktor yang mempengaruhi pengaruh sosial
5. Untuk memahami contoh kasus pengaruh sosial
1
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial (social influence) merupakan upaya yang dilakukan oleh
seseorang atau lebih untuk mengubah sikap, keyakinan (belief), persepsi, dan tingkah
laku orang lain. Kita sering menjumpai pengaruh sosial ini dalam kehidupan sehari-
hari. Pengaruh sosial terjadi ketika satu orang (sumber) terlibat dalam beberapa perilaku
(seperti membujuk, mengancam atau menjanjikan, atau mengeluarkan perintah) yang
menyebabkan orang lain (target) berperilaku berbeda dari bagaimana seharusnya
berperilaku (Delamater & Myers, 2011).
Social influence menjadi faktor yang dapat mempengaruhi sikap seseorang.
Social influence merupakan suatu perubahan sikap, keyakinan, dan opini individu
setelah berinteraksi dengan individu atau kelompok lain. Menurut Coleman et al.,
(dalam Zagenczyk, 2006) social influence adalah seseorang yang menjaga hubungan
satu sama lain akan memiliki kesamaan interpersonal yang lebih besar mengenai
persepsi atau sikap.
Selain itu menurut Bearden (1992) social influence adalah kecenderungan
seseorang untuk belajar tentang produk dan jasa dengan mengamati, serta mencari
informasi agar sesuai dengan harapan orang lain. Individu yang memiliki hubungan
baik dan intens dengan orang lain cenderung mampu dipengaruhi dan mempengaruhi
sikap satu sama lain. Sikap ini dengan sendirinya akan terbentuk seiring dengan
berjalannya kedekatan antar individu.
2.2.4. Persuasi adalah upaya mengubah sikap orang lain melalui penggunaan
berbagai macam pesan. Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita menerima
banyak sekali pesan yang mencoba membujuk kita dengan berbagai cara.
Namun, tidak semua pesan tersebut dapat mengubah sikap kita terhadap
informasi yang disampaikan. Hal ini karena individu secara selektif
mempersepsikan pesan yang diterimanya dan memprosesnya dengan cara
tertentu sebelum membentuk sikap yang relatif menetap. Menurut Elaboration
Likelihood Theory (ELM) yang dikemukakan oleh Petty dan Cacioppo, ada dua
metode yang dapat digunakan untuk memproses pesan persuasif. Yang pertama
adalah melalui pemrosesan yang sistematis, di mana individu secara hati-hati
mempertimbangkan informasi yang disajikan dalam pesan (rute pusat). Yang
kedua melibatkan pemrosesan heuristik atau rute periferal, yang melewati rute
pusat.
2.2.5. Fasilitasi sosial menunjukkan bahwa orang berperilaku berbeda ketika berada
di hadapan orang lain dibandingkan ketika mereka sendirian. Dalam tugas-tugas
sederhana atau yang dipraktikkan, individu cenderung tampil lebih baik ketika
diamati oleh orang lain, tetapi dalam tugas-tugas baru atau kompleks, kinerja
mereka mungkin menurun. Istilah "fasilitasi" berasal dari kata Prancis "facile",
yang berarti mudah, dan mengacu pada peningkatan kualitas kinerja yang
dihasilkan dari ditonton oleh suatu kelompok. Kehadiran orang lain dapat
meningkatkan kinerja, terutama bila individu telah menguasai tugas. Fenomena
ini dikenal sebagai fasilitasi sosial.
2.2.6. Social Loafing adalah kejadian terkenal yang mengarah pada penurunan
produktivitas dalam pengaturan kelompok, seperti dicatat oleh George dalam
penelitian Liden et al. Baron dan Bryne (2005) menjelaskan bahwa kemalasan
sosial adalah ketika anggota kelompok tidak melakukan dengan kemampuan
penuh mereka, sering hanya melakukan minimal untuk menghindari rasa
bersalah karena tidak memberikan kontribusi. Fenomena ini juga dapat
menyebabkan kurangnya motivasi dalam kelompok, karena individu mungkin
merasa idenya sudah terwakili oleh anggota lain, seperti yang disoroti oleh
Meinarno dan Sarwono (2018). Intinya, kemalasan sosial pada akhirnya dapat
menghambat keberhasilan proyek atau tugas kelompok.
5
2.3.1.1..Acceptance (Penerimaan)
a. Identification (identifikasi)
b. Internalization (internalisasi)
2.3.1.2.Compliance
Ketika menjawab, seorang partisipan didampingi oleh 6-8 orang yang juga ikut
menjawab pertanyaan yang sama. Namun, sebenarnya 7 orang di antaranya adalah
confederates, yaitu asisten peneliti yang bertugas "membelokkan" jawaban si partisipan.
Asch meminta para confederates untuk memberikan jawaban yang salah dengan suara
yang lantang sebelum partisipan yang sebenarnya menyatakan jawabannya. Eksperimen
ini dilakukan berulang kali selama 18 kali dengan partisipan yang berbeda-beda.
Sehingga, partisipan yang sebenarnya mengalami sebuah dilema.
Pada waktu tertentu, partisipan yang tadinya memberikan jawaban yang benar
mengubah jawaban mayoritas orang yang ada disekelilingnya. Sebesar 76% dari mereka
yang diuji setuju dengan jawaban salah dari confederates. Hasil dari penelitian ini sudah
sangat jelas bahwa sebagian besar partisipan dalam penelitian Asch memilih kesesuaian
yaitu dengan melakukan konformitas di tengah tekanan kelompok yang mereka rasakan.
Bila dilihat dalam kehidupan sehari-hari, dilema seperti ini kerap terjadi oleh
siapa pun. Jika individu menemukan bahwa penilaian, tindakan, dan kesimpulannya
berbeda dengan banyak orang, individu tersebut cenderung akan mengubah dan
mengikuti norma yang dikemukakan oleh kebanyakan orang.
Perubahan alat dan sistem kerja pertanian masyarakat desa yang semakin modern
juga membuat hilangnya lapangan pekerjaan untuk sebagian masyarakat desa. Dampak
lainnya, hubungan kerja antar-masyarakat semakin jauh dan terkikisnya nilai-nilai
gotong royong yaitu sikap saling membantu satu sama lain.
Masyarakat desa yang sebagian besar hidup bergantung pada potensi sumber daya
alam, mau tak mau harus mencari mata pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Tentunya kondisi ini memerlukan alat atau keahlian dalam menjalankan
aktivitas baru tersebut. Selain itu, berkurangnya penduduk desa yang disebabkan oleh
arus urbanisasi yang tinggi ke kota, juga sering kali mempengaruhi struktur
kelembagaan dalam masyarakat pedesaan.
Ubranisasi yang biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki, termasuk yang sudah
berkeluarga, akan mempengaruhi sistem kerja di masyarakat desa. Akibatnya, wanita
berkeluarga yang ditinggalkan bisa memiliki peran ganda, yakni sebagai ibu yang
mengasuh anak dan mengantikan peran suami dengan bekerja di ladang atau sawah.
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Pengaruh sosial adalah upaya untuk mengubah sikap, keyakinan, persepsi, atau perilaku
orang terhadap orang lain. Ada tiga bentuk pengaruh sosial yang diakui: konformitas,
kepatuhan, dan kepatuhan, dan persuasi juga digunakan untuk mengubah sikap. Pengaruh
sosial dapat memiliki dampak positif dan negatif pada perilaku individu, dan dinamika
kelompok dapat meningkatkan atau menurunkan kinerja individu. Kekompakan kelompok
merupakan faktor yang mempengaruhi perilaku anggotanya, dan deindividuasi dapat
terjadi ketika seseorang kehilangan kesadaran diri dalam suatu kelompok.
10
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, F. G. Pengaruh trait kepribadian, social influence, dan faktor demografi terhadap
impulsive buying melalui internet (online) (Bachelor's thesis, Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta).
Branscombe, N. R., & Baron, R. A. (2017). Social Psychology 14th Edition. Edinburgh Gate:
Pearson Education Limited.
Maryam, EW (2019). Aplikasi Psikologi Sosial dalam Masalah Sosial. Umsida Press , 1-218.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2014). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Taylor, S. E., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2006). Social Psychology 12th Edition. Los
Angeles: Pearson Education.
Wang, E. S., & Chou, N. P. (2016). Examining social influence factors affecting consumer
continuous usage intention for mobile social networking applications, 14(1), 43–55.
11