Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ILMU SOSIAL DASAR

SOSIALISASI DAN PENGARUH SOSIAL

Disusun oleh :
Kelompok 3

Arief Munandar
Robbi Amarta
Ririn Noor Adilla
Annisa Yumna Falsafi

JURUSAN D4 ALIH JENJANG TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jl. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan
rahmat dan karunianya kami dapat menulis makalah ini mengenai Sosialisasi dan Pengaruh
Sosial.

Makalah ini dapat selesai berkat bantuan berbagai pihak, antara lain Guru pembimbing
yang telah mengarahkan dalam menyusun makalah ini, Orang tua yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semuanya atas bantuannya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang sempurna. Untuk itu, Kami
meminta kritik dan saran kepada pembaca agar untuk kedepannya makalah yang saya buat dapat
lebih baik.

Banda Aceh, 09 Oktober 2023


Penanggung Jawab Kelompok,

ARIF MUNANDAR
Daftar isi

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4

A. Latar Belakang......................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5

Bab II PEMBAHASAN...................................................................................................................6

A. Pengertian Sosialisasi...........................................................................................................6

1. Charlotte Buhler................................................................................................................6

2. Peter Berger.......................................................................................................................6

B. Tujuan Sosialisasi.................................................................................................................6

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sosialisasi.....................................................................7

1. Faktor Intrinsik..................................................................................................................7

2. Faktor Ekstrinsik...............................................................................................................7

D. Jenis-jenis Sosialisasi............................................................................................................8

1) Sosialisasi Primer..............................................................................................................8

2) Sosialisasi Sekunder..........................................................................................................8

E. Tahap-tahap Sosialisasi........................................................................................................9

1. Tahap persiapan (preparatory stage)................................................................................9

2. Tahap meniru (play stage)................................................................................................9

3. Tahap siap bertindak (game stage)...................................................................................9

4. Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage).....................................................9

F. Agen/ Media Sosialisasi.....................................................................................................10

1) Keluarga..........................................................................................................................10

2) Sekolah............................................................................................................................10

3) Teman Sebaya (Peer Groups).........................................................................................10

4) Media Massa...................................................................................................................11

5) Tempat Kerja...................................................................................................................11

G. Sosialisasi pembentuk kepribadian.....................................................................................11

a. Pengertian kepribadian....................................................................................................12
b. Faktor pembentuk kepribadian........................................................................................12

Bab III Penutup..............................................................................................................................15

A. Kesimpulan.....................................................................................................................15

B. Saran................................................................................................................................15

Daftar Pustaka................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial laten dan aktual yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Dalam konteks
masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senantiasa
relevan untuk dikaji secara terus menerus.Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah
ada sejak lama, melainkan karena masalah ini masih hadir di tengah-tengah kita dan bahkan
kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih
dihadapi oleh Bangsa Indonesia.Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia telah berhasil
menurukan penduduk miskin, meskipun belum mampu menghilangkan kemiskinan di
Indonesia.Terjadinya krisis ekonomi yang mencapai puncak pada tahun 1998, menyebabkan
jumlah penduduk miskin meningkat kembali secara tajam.Berbagai program pengentasan
kemiskinan yang dilaksanakan pemerintah sejak berlangsungnya krisis tersebut mampun
menurunkan jumlah penduduk miskin, namun penurunan terebut terkesan lamban.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan terjadi, yaitu kemiskinan alami dan
kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat Sumber Daya Alam (SDA) yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan
diakibatkan oleh imbas dari para birikrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi
dan berbagai fasilitas yng tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari
kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan
pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri
manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam
kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri
apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian
dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan,
sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga
dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam
setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang
berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada
manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, yang disebut sosialisasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosialisasi dan Pengaruh Sosial

Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup yang
berkenaan dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat
dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh
kelompoknya.
Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli antara lain:
1 Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan
diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya.
2 Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota

yang berpartisipasi dalam masyarakat.


3 Bruce J. Cohen
Sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam
masyarakat untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi
dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota.

Pengaruh Sosial dan Ketergantungan Pengaruh sosial adalah cara bagi orang lain
untuk memengaruhi keyakinan, perasaan, dan perilaku seseorang, sehingga ada perubahan
dalam sikap atau perilaku, sebagai hasil interaksi dengan orang lain (Mason et al., 2007).
Pengaruh sosial sering dianggap sebagai pengaruh yang kuat melalui pengamatan,
persepsi atau antisipasi keputusan yang dibuat oleh orang lain, yang mempengaruhi
ketergantungan konsumen pada ponsel cerdas (Auter, 2007; Suki & Suki, 2013). Teman
dan anggota keluarga dipandang sebagai pengaruh sosial yang dianggap penting bagi
konsumen dalam mendorong ketergantungan yang lebih besar terhadap ponsel cerdas. Ini
menunjukkan bahwa pihak lain yang memberikan pengaruh sosial yang sangat kuat
kepada seseorang hingga ia mengalami ketergantungan terhadap ponsel cerdas miliknya,
biasanya adalah orang-orang yang telah mengenal karakter mereka secara mendalam
seperti teman dekat atau bahkan saudara seperti orang tua (ayah atau ibu), saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh sosial dari pihak
lain, maka semakin tinggi kecenderungan ketergantungannya.

B Tujuan Sosialisasi
1 Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan
kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu
anggotanya.
2 Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan

kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita


3 Membantu pengendalian fungsi organik yang dipelajari melalui latihan mawas diri yang
tepat
4 Membiasakan individu dengan dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada

masyarakat.
5 Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6 Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal termasul

lingkungan sosial yang baru.


7 Untuk mengetahui nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.
8 Untuk mengetahui lingkungan sosial-budaya suatu masyarakat.

C Faktor-faktor yang mempengaruhi Sosialisasi


Ada dua faktor yang secara garis besar dapat memengaruhi proses sosialisasi, yaitu faktor

intrinsik dan ekstrinsik.


1 Faktor Intrinsik
Sejak lahir manusia sesungguhnya telah memiliki pembawaanpembawaan yang berupa
bakat, ciri-ciri fisik, dan kemampuankemampuan khusus warisan orang tuanya. Hal itu
disebut sebagai faktor intrinsik, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang yang
melakukan sosialisasi. Faktor ini akan menjadi bekal seseorang untuk melaksanakan
beragam aktivitas dalam sosialisasi. Hasilnya akan sangat berpengaruh terutama dalam
perolehan keterampilan, pengetahuan, dan nilai-nilai dalam sosialisasi itu sendiri.

2 Faktor Ekstrinsik
Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya
yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa nilai-nilai, kebiasaan
kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem mata
pencaharian hidup yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma yang ada
dalam masyarakat menjadi pedoman bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas
agar sikap dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor
intrinsik dan ekstrinsik akan berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan
sosialisasi.

D Jenis-jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)

dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).


1 Sosialisasi Primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi primer sebagai sosialisasi
pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat
(keluarga). Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak
belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan

keluarga. Sosialisasi primer dibagi menjadi dua, yaitu:


a Cara Represif
Adalah peran orang tua dalam sosialisasi sangat dominan (berkuasa) dan anak harus
patuh. Ciri-ciri sosialisasi represif antara lain:
 Menghukum perilaku yang keliru
 Hukuman dan imbalan materil
 Kepatuhan anak kepada orangtua
 Komunikasi sebagai perintah
 Komunikasi non verbal
b Cara Partisipasif
Adalah anak dan orang tua proses sosialisasi saling bekerja sama atau anak ikut

berperan dalam proses sosialisasi. Ciri-ciri sosialisasi partisipasif antara lain:


 Pemberian imbalan dan sanksi
 Hukuman dan imbalan simbolis
 Otonomi anak
 Komunikasi sebagai interaksi
 Komunikasi verbal

2 Sosialisasi Sekunder
Adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan
individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah
resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu
identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami
'pencabutan' identitas diri yang lama. Contoh: di sekolah

E Tahap-tahap Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui tahap-tahap:
1 Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada
tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: panggil ma, pa
2 Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran
yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang
nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian
dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan
dan bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak,
orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
3 Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan
bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan
mulai berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama
dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya. Contoh: Anak diberi bola bisa bermain sepak bola.
4 Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Manusia secara dewasa menyadari
peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya
menjadi mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga
masyarakat dalam arti sepenuhnya.

F Agen/ Media Sosialisasi


1 Keluarga
Pertama kali manusia mengalami proses sosialisasi adalah di dalam keluarga tempat dia
dilahirkan. Keluarga sebagai kesatuan yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak merupakan
kelompok terkecil dalam masyarakat. Namun, peran yang dimilikinya sangat penting
dalam proses sosialisasi. Sebagai kelompok sosial, keluarga memiliki nilai-nilai dan
norma-norma tertentu. Keluarga sebagai media pertama dalam proses sosialisasi
mempunyai banyak peran, antara lain melatih penguasaan diri, pemahaman nilai-nilai dan
norma-norma sosial, serta melatih anak dalam mempelajari peranan sosial.
2 Sekolah
Sekolah merupakan lembaga penting dalam proses sosialisasi. Sebagai media sosialisasi,

sekolah memiliki fungsi dan peran sebagai berikut:


✓ Sekolah menjadi media transmisi kebudayaan.
✓ Sekolah mengajarkan peranan sosial.
✓ Sekolah menciptakan integrasi sosial.
✓ Sekolah melahirkan terobosan-terobosan baru yang positif.
✓ Sekolah membentuk kepribadian.

Proses sosialisasi pengetahuan dan keterampilan merupakan program yang bersifat nyata
(real curricullum). Artinya, proses pembelajaran yang terprogram dalam kurikulum
sekolah, sedangkan sosialisasi nilai dan sikap merupakan kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum). Pelaksanaannya tidak terprogram secara eksplisit, tetapi terintegrasi dalam
semua proses dan kegiatan di sekolah.
3 Teman Sebaya (Peer Groups)
Media sosialisasi pada tahap berikutnya adalah kelompok teman sebaya atau teman
sepermainan. Teman sebaya terdiri atas beberapa orang anak yang usianya hampir sama.
Mereka sering berinteraksi satu dengan lainnya melalui kegiatan bermain bersama.
Interaksi di antara teman sepermainan bertujuan untuk memperoleh kesenangan
(rekreatif). Para remaja melakukan sosialisasi melalui kelompok teman sebaya, dan di
antara mereka mempunyai rasa saling memiliki dan senang melakukan kegiatan bersama-
sama. Dalam kelompok teman sebaya itulah seorang anak mulai menerapkan prinsip
hidup bersama di luar lingkungan keluarganya. Mereka dapat bekerja sama dengan
teman-teman sebaya dalam berbagai hal. Jalinan antarindividu dalam kelompok teman
sebaya sangat kuat, sehingga lahirlah nilai dan norma tertentu yang dijunjung tinggi
dalam pergaulan mereka.
4 Media Massa
Media massa merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang (massa).

Ada dua macam media massa, yaitu:


1 Media cetak, meliputi buku, majalah, surat kabar, tabloid, dan buletin.
2 Media elektronik, meliputi semua peralatan yang menggunakan daya listrik untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak ramai, misalnya radio, televisi, dan
internet. Semua jenis media massa tidak secara langsung bertujuan untuk mengajari
masyarakat. Akan tetapi, siaran berita, film, iklan, pertunjukan seni budaya, sampai
dengan informasi ilmiah, berdampak sangat besar bagi perilaku warga masyarakat.
5 Tempat Kerja
Ada berbagai macam lapangan pekerjaan di masyarakat. Di dalam lingkungan kerja
manapun, seseorang akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Interaksi sosial itu
membuat orang saling menerima dan memberi pengaruh. Terjadilah penyesuaian tingkah
laku, baik penyesuaian antarpribadi maupun penyesuaian dengan lingkungan kerja secara
umum. Penyesuaian itulah yang membentuk kepribadian seseorang, karena dalam
interaksi tersebut terjadi sosialisasi nilai dan norma sosial. Walaupun lingkungan kerja
bukan lagi sebuah keluarga atau sekolah, namun disana seseorang juga masih belajar.

G Sosialisasi pembentuk kepribadian


Kepribadian seseorang diperoleh karena adanya proses sosialisasi ketika individu belajar

dari lingkungan sosial sedikit demi sedikit


.
a Pengertian kepribadian
Menurut beberapa ahli:
➢ Theodore M. Newcomb seorang sosiolog berkebangsaan Amerika (dalam soisologi

suatu pengantar, soerjono soekanto, 1990) menyatakan bahwa kepribadian merupakan


organisasi sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perlakunya.
➢ Roucek dan warren dalam buku mereka yang berjudul “sociology and introduction”

mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi factor-faktor biologis, psikologi, dan


sosiologis yang mendasari perilaku seorang individu.
➢ Koentjaraningrat, seorang ahli antropologi Indonesia (dalam bukunya pengantar
antropologi I, 1996) menyatakan kepribadian sebagai susunan dari unsure-unsur akal
dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa:

1 Kepribadian merupakan abstraksi dari pola perilaku


2 Kepribadian merupakan ciri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas

seorang individu
3 Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, skiap dan berbagai sifat yang khas
apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.

b Faktor pembentuk kepribadian


Perbedaan kepribadian terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1 Warisan biologis, biasanya berupa bawaan ayah, ibu, nenek, dan kakek. Pengaruh ini

tampak pada intelegensi dan kematangan fisik


2 Lingkungan alam, perbedaan iklim, topografi, dan SDA menyebabkan manusia harus

menyesuaikan diri terhadap alam


3 Lingkungan sosial, kelompok tempat bergabung seperti lingkungan keluarga,
sekolah, kerja, dan masyarakat luas, juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang
4 Lingkungan budaya, perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat
mempengaruhi kepribadian seseorang.
5 Pengalaman yang unik, kepribadian seseorang akan dipengaruhi oleh sejumlah
pengalaman yang dilalui dalam hidupnya

c Tahapan perkembangan kepribadian sebagai hasil


sosialisasi Tahap pertama
Merupakan proses perkembangan kepribadian seseorang dimulai ketika anak berusia
1-2 tahun
Tahap kedua

Merupakan tahap dimana rasa ego yang sudah dimiliki oleh seorang anak mulai
berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungan sekitar
anak tersebut, termasuk pula struktur tata nilai dan budayanya
Tahap ketiga

Merupakan tahap kedewasaan yang berlangsung ketika seseorang berusia


antara 25-28 tahun.

d Sosialisasi nilai dan norma dalam pembentukan kepribadian


Sosialisasi berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian seseorang
dipengaruhi oleh nilai dan norma sosial kebudayaan yang berlaku di lingkungan sekitar.
Nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat diperkenalkan kepada generasi
selanjutnya melalui proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi ini, masyarakat dapat
mewariskan nilai dan norma sosial budaya pada generasi selanjutnya.

H Masalah Sosial di Daerah Miskin

Masalah social yang terjadi di daerah bantaran sungai ciliwung adalah masalah pekerjaan.
Orang-orang yang tinggal didaerah bantaran sungai ciliwung cenderung tidak memiliki pekerjaan
yang tetap seperti pengamen, pemulung, pedagang asongan dsb, yang memiliki penghasilan yang
tidak tetap. Hal ini menyebabkan kemiskinan di daerah ini semakin bertambah. Selain itu
masalah yang terjadi di daerah bantaran sungai ciliwung adalah orang yang tinggal di sana
banyak yang masih tidak memiliki rumah yang tetap, sehingga dapat menimbulkan pemukiman
yang kumuh. Dan banyak warga yang menempati daerah milik Negara yang mereka gunakan
sebagai tempat tinggalnya.
Ada tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) komformitas, (2) kepatuhan, dan (3) kekuatan (power).
Mari kita bahas satu persatu.

1. Konformitas

Tidaklah mengherankan kalau seandainya seseorang itu sekedar mengikuti perilaku yang
dilakukan oleh teman-teman sekitarnya, karena semua perilaku ini kembali kepada norma dalam
kehidupan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengikuti perilaku lingkungan sekitar
sebagai bentuk dari interaksi sosialnya terhadap lingkungan tersebut. Berikut ini marilah kita
simak dua proses dalam konformitas dan perbedaan individual yang mempengaruhi kelompok.

 Pembentukan norma (norm formation)

Norma-norma adalah pedoman berperilaku yang membentuk dan mempengaruhi tindakan kita.
Norma juga termasuk sebagai interaksi sosial, yaitu perilaku yang dikatakan oleh orang banyak
sebagai populer, modern atau “normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan kita
dengan individu lainya harus terus belajar dan memprediksi norma apa yang harus kita jalani
dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, ketika seseorang ingin membeli pakaian, secara tidak
langsung orang tersebut akan memilih pakaian yang tren saat ini atau yang paling sering dipakai
orang. Sebenarnya bisa saja dia memilih pakaian yang diinginkannya, namun dia lebih memilih
pakain yang sedang tren di lingkungannya, inilah yang di namakan konformitas.

 Tekanan kelompok (group presurre)

Beberapa penjelasan yang telah dijelaskan dalam konformity, kita mendapatkan dampak dari
kehidupan kelompok terhadap individu. Terkadang kelompok-kelompok itu hadir, dan lain waktu
kelompok itu hanya imajiner, mekipun individu berada diantara orang-orang yang tidak dikenal,
individu secara sosial terpengaruh untuk melakukan konformitas dengan norma-norma yang,
bahkan ketika subjek dapat melihat realitas yang ada.

2. Kepatuhan

Setelah perang dunia kedua banyak orang amerika merasa yakin bahwa apa yang terjadi di Jerman
itu tidak akan terjadi di Amerika, karena orang jerman lebih patuh dari pada orang Amerika pada
umumnya. Meskipun kita terdorong untuk menyakan,”orang seperti apa yang akan mematuhi
perintah untuk menyakiti orang yang tidak bersalah?” tetapi di dalam psikologi sosial, pertanyaan
yang lebih bermanfaat adalah,”Aspek-aspek apakah yang dari situasi yang membuat orang sulit
untk mematuhi perintah?”. Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk patuh dan tidak
patuh antara lain:

 Sosok berwenang

Semakin dekat seorang subjek dengan orang yang berwenang, semakin tinggi kemungkinan
individu untuk patuh. Sebagian studi menjelaskan bahwa seseorang akan menuruti perintah dari
orang yang diyakini memiliki wewenang, dengan melihat dari pakaian(seragam) atau dari isyarat
lain (tanda pangkat, bahasa atau gelar)

 Dukungan kelompok
Dukungan kelompok berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota kelompok yang
patuh, makin banyak pula anggota yang lain juga ikut patuh. Demikian pula sebaliknya.
Bentuk ketiga dari pengaruh sosial adalah:

3. Kekuasaan sosial

Studi dalam konformitas dan kepatuhan ini tidak hanya berbeda dalam susunannya, tetapi juga
sifat kekuasaannya atau power, yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari power
sebuah kelompok sosial, Sementara tekanan untuk patuh datang dari power seseorang yang
berwenang. Power didefinisikan sebagai kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan
perubahan sikap dan perilaku seseorang. Adapun tipe-tipe power yang didefinisikan oleh Betram
raven dkk.

 Reward power (kekuasaan imbalan)

Pengaruh yang berdasarkan kepemilikan, yaitu kemampuan untuk memberi sesuatu yang
diinginkan oleh orang lain atau mengambil sesuatu yang tidak disukai/diinginkan orang.
Kelemahan power ini adalah membuat si pemberi pengaruh mengamati perilaku orang yang
menjadi sasaran pengaruh, untuk mengetahui kapan memberi imbalan atas kepatuhan yang
diberikan sasaran.

 Coercive power (kekuasaan hukuman)

Power untuk menghukum. Seseorang dikatakan mempunyai coercive power atas anda apabila ia
mempengaruhi anda dengan cara mengancam akan mengambil sesuatu dari anda atau membuat
anda menderita. Kelemahannya diperlukan pengawasan dari pemberi pengaruh terhadap perilaku
sasaran atau menantang perintah. Masalah lain dari coarcive power, yaitu tumbuhnya kebencian
terhadap pemberi pengaruh dan menghilangkan semangat sasaran, orang yang bekerja sama
dibawah ketakutan cenderung menaati tanpa adanya acceptance.

 Legitimate power (kekuasaan legitimasi)

Sebagian orang dapat mempengaruhi kita karena adanya pengakuan dari kita bahwa mereka punya
hak untuk melakukannya disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial yang mereka miliki.
Ini merupakan pengaruh sosial berdasarkan kekuatan legitimasi. Contoh, seorang dosen punya
legitimate power untuk menentukan tenggat waktu pengerjaan tugas untuk mahasiswanya.
Legitimate power dibatasi oleh peran yang dimiliki seseorang. Dosen tidak punya legitimate
power untuk menjadikan mahasiswa sebagai suruhannya.

 Referent power (kekuasaan rujukan)

Selain peran profesional, bentuk lain dari hubungan bisa mempunyai pengaruh sosial. Dibawah
pengaruh referent power, seorang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang yang
memberi pengaruh akan menurutinya. Referent power dapat saja dimiliki oleh teman atau anggota
keluaga kita, Sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap kita.

Akan tetapi power ini akan hancur apabila tidak saling mengahormati dan tidak patuh dan dapat
memutuskan kendali yang dipegang oleh orang yang memberi pengaruh.
 Expert power (kekuasaan ahli)

Didasarkan atas keyakinan seseorang bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan yang
tinggi atau keahlian di suatu bidang tertentu yang berkaitan. Contoh ketika seorang dokter
menyuruh pasiennya untuk menurunkan berat badan maka pasien tersebut akan menerima saran i
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sosialisasi adalah proses belajar individu atau seseorang untuk mengenal kebudayaan
masyarakat dilingkungannya. Melalui media keluarga, kelompok bermain, lingkungan
sekolah, lingkungan kerja, dan media massa. Jenis sosialisasi ada dua yaitu, sosialisasi
primer dan sekunder. Melalui tahap sosialisasi masa anak-anak, masa remaja, dan
masa
dewasa.
Kepribadian adalah ciri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang
individu. Faktor pembentuk kepribadian ada 5, yaitu warisan biologis, lingkungan
alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan pengalaman yang unik.
Tingkat ekonomi di daerah Bantaran Sungai Ciliwung masih terbilang rendah karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ilmu ekonomi dan kurangnya sosialisasi
tentang ilmu ekonomi. Sehingga mereka hanya mengandalkan apa yang mereka tahu
saja untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Pemerintah dalam hal ini kurang aktif
dalam mensosialisasikan pentingnya ekonomi dalam masyarakat untuk memajukan
ekonomi
Negara.
Kondisi lingkungan rumah yang berada di daerah bantaran sungai Ciliwung
dapat

membentuk individu.

Pengaruh sosial adalah suatu usaha dalam mengubah perilaku seseorang dalam
berfikir, berpresepsi, keyakinan, sikap seseorang ataupun beberapa individu lainnya.
Contoh pengaruh sosial adalah perkelahian pelajar yang termasuk dalam konformitas.

B Saran
Pentingnya pengetahuan tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang
sekarang harus diterima oleh siswa-siswi sekolah menengah atas, agar kelak mereka
dapat berperan aktif di lingkungan masyarakat dengan pengetahuan yang mereka miliki
serta memiliki peranan penting dalam lingkungan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA

http://trijokoantro-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64133-Antropologi%20Perkotaan-
SOSIALISASI
%20ANAK%20PADA%20KELUARGA%20GELANDANGAN.html
http://www.slideshare.net/Indrutt/psokologi-sosial

Anda mungkin juga menyukai