Disusun oleh :
Kelompok 3
Arief Munandar
Robbi Amarta
Ririn Noor Adilla
Annisa Yumna Falsafi
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas limpahan
rahmat dan karunianya kami dapat menulis makalah ini mengenai Sosialisasi dan Pengaruh
Sosial.
Makalah ini dapat selesai berkat bantuan berbagai pihak, antara lain Guru pembimbing
yang telah mengarahkan dalam menyusun makalah ini, Orang tua yang telah membantu kami
dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada
semuanya atas bantuannya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini kurang sempurna. Untuk itu, Kami
meminta kritik dan saran kepada pembaca agar untuk kedepannya makalah yang saya buat dapat
lebih baik.
ARIF MUNANDAR
Daftar isi
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................5
Bab II PEMBAHASAN...................................................................................................................6
A. Pengertian Sosialisasi...........................................................................................................6
1. Charlotte Buhler................................................................................................................6
2. Peter Berger.......................................................................................................................6
B. Tujuan Sosialisasi.................................................................................................................6
1. Faktor Intrinsik..................................................................................................................7
2. Faktor Ekstrinsik...............................................................................................................7
D. Jenis-jenis Sosialisasi............................................................................................................8
1) Sosialisasi Primer..............................................................................................................8
2) Sosialisasi Sekunder..........................................................................................................8
E. Tahap-tahap Sosialisasi........................................................................................................9
1) Keluarga..........................................................................................................................10
2) Sekolah............................................................................................................................10
4) Media Massa...................................................................................................................11
5) Tempat Kerja...................................................................................................................11
a. Pengertian kepribadian....................................................................................................12
b. Faktor pembentuk kepribadian........................................................................................12
A. Kesimpulan.....................................................................................................................15
B. Saran................................................................................................................................15
Daftar Pustaka................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial laten dan aktual yang senantiasa hadir di
tengah-tengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Dalam konteks
masyarakat Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senantiasa
relevan untuk dikaji secara terus menerus.Ini bukan saja karena masalah kemiskinan telah
ada sejak lama, melainkan karena masalah ini masih hadir di tengah-tengah kita dan bahkan
kini gejalanya semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang masih
dihadapi oleh Bangsa Indonesia.Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia telah berhasil
menurukan penduduk miskin, meskipun belum mampu menghilangkan kemiskinan di
Indonesia.Terjadinya krisis ekonomi yang mencapai puncak pada tahun 1998, menyebabkan
jumlah penduduk miskin meningkat kembali secara tajam.Berbagai program pengentasan
kemiskinan yang dilaksanakan pemerintah sejak berlangsungnya krisis tersebut mampun
menurunkan jumlah penduduk miskin, namun penurunan terebut terkesan lamban.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan terjadi, yaitu kemiskinan alami dan
kemiskinan buatan. Kemiskinan alami terjadi akibat Sumber Daya Alam (SDA) yang
terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan
diakibatkan oleh imbas dari para birikrat kurang berkompeten dalam penguasaan ekonomi
dan berbagai fasilitas yng tersedia, sehingga mengakibatkan susahnya untuk keluar dari
kemelut kemiskinan tersebut. Dampaknya, para ekonom selalu gencar mengkritik kebijakan
pembangunan yang mengedepankan pertumbuhan ketimbang dari pemerataan.
Manusia merupakan mahluk tidak berdaya kalau hanya mengandalkan nalurinya.Naluri
manusia tidak selengkap dan sekuat pada binatang.Untuk mengisi kekosongan dalam
kehidupannya manusia mengembangkan kebudayaan. Manusia harus memutuskan sendiri
apa yang akan dimakan dan juga kebiasaan-kebiasaan lain yang kemudian menjadi bagian
dari kebudayaannya. Manusia mengembangkan kebiasaan tentang apa yang dimakan,
sehingga terdapat perbedaan makanan pokok di antara kelompok/masyarakat. Demikian juga
dalam hal hubungan antara laki-laki dengan perempuan, kebiasaan yang berkembang dalam
setiap kelompok menghasilkan bermacam-macam sistem pernikahan dan kekerabatan yang
berbeda satu dengan lainnya. Dengan kata lain, kebiasaan-kebiasaan pada
manusia/masyarakat diperoleh melalui proses belajar, yang disebut sosialisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
Secara sederhana sosialisasi adalah sebagai sebuah proses seumur hidup yang
berkenaan dengan cara individu mempelajari hidup, norma, dan nilai sosial yang terdapat
dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh
kelompoknya.
Adapun definisi sosialisasi menurut para ahli antara lain:
1 Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah proses yang membantuk individu-individu belajar dan menyesuaikan
diri, tentang cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi
dalam kelompoknya.
2 Peter Berger
Sosialisasi adalah suatu proses dimana seorang anak belajar menjadi seorang anggota
Pengaruh Sosial dan Ketergantungan Pengaruh sosial adalah cara bagi orang lain
untuk memengaruhi keyakinan, perasaan, dan perilaku seseorang, sehingga ada perubahan
dalam sikap atau perilaku, sebagai hasil interaksi dengan orang lain (Mason et al., 2007).
Pengaruh sosial sering dianggap sebagai pengaruh yang kuat melalui pengamatan,
persepsi atau antisipasi keputusan yang dibuat oleh orang lain, yang mempengaruhi
ketergantungan konsumen pada ponsel cerdas (Auter, 2007; Suki & Suki, 2013). Teman
dan anggota keluarga dipandang sebagai pengaruh sosial yang dianggap penting bagi
konsumen dalam mendorong ketergantungan yang lebih besar terhadap ponsel cerdas. Ini
menunjukkan bahwa pihak lain yang memberikan pengaruh sosial yang sangat kuat
kepada seseorang hingga ia mengalami ketergantungan terhadap ponsel cerdas miliknya,
biasanya adalah orang-orang yang telah mengenal karakter mereka secara mendalam
seperti teman dekat atau bahkan saudara seperti orang tua (ayah atau ibu), saudara laki-
laki dan saudara perempuan. Ini berarti bahwa semakin tinggi pengaruh sosial dari pihak
lain, maka semakin tinggi kecenderungan ketergantungannya.
B Tujuan Sosialisasi
1 Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan
kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu
anggotanya.
2 Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan
masyarakat.
5 Untuk mengetahui lingkungan alam sekitar.
6 Untuk mengetahui lingkungan sosial, tempat individu bertempat tinggal termasul
2 Faktor Ekstrinsik
Sejak manusia dilahirkan dia telah mendapat pengaruh dari lingkungan di sekitarnya
yang disebut sebagai faktor ekstrinsik. Faktor ini dapat berupa nilai-nilai, kebiasaan
kebiasaan, adat istiadat, norma-norma, sistem sosial, sistem budaya, dan sistem mata
pencaharian hidup yang ada dalam masyarakat. Nilai-nilai dan norma-norma yang ada
dalam masyarakat menjadi pedoman bagi seseorang untuk melakukan berbagai aktivitas
agar sikap dan perilakunya sesuai dengan harapan masyarakat. Perpaduan antara faktor
intrinsik dan ekstrinsik akan berakumulasi pada diri seseorang dalam melaksanakan
sosialisasi.
D Jenis-jenis Sosialisasi
Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga)
2 Sosialisasi Sekunder
Adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan
individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Salah satu bentuknya adalah
resosialisasi dan desosialisasi. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu
identitas diri yang baru. Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami
'pencabutan' identitas diri yang lama. Contoh: di sekolah
E Tahap-tahap Sosialisasi
Tahapan sosialisasi menurut George Herbert Mead dapat dibedakan melalui tahap-tahap:
1 Tahap persiapan (preparatory stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan saat seorang anak mempersiapkan diri untuk
mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang diri. Pada
tahap ini juga, anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak sempurna.
Contoh: panggil ma, pa
2 Tahap meniru (play stage)
Tahap ini ditandai dengan makin sempurnanya seorang anak menirukan peran-peran
yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran tentang
nama diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dsb. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan orang-orang yang jumlahnya banyak telah mulai terbentuk. Sebagian
dari orang tersebut merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan
dan bertahannya diri yakni asal anak menyerap nilai dan norma. Bagi seorang anak,
orang-orang ini disebut orang-orang yang amat berarti (significant other).
3 Tahap siap bertindak (game stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulah berkurang dan digantikan oleh peran secara
langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkan
diri pada posisi orang lain juga meningkat sehingga memungkinkan adanya kemampuan
bermain secara bersama-sama. Pada tahap ini, lawan berinteraksi makin banyak dan
mulai berhubungan dengan taman-temannya yang sebaya di luar rumah. Bersama
dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku di luar
keluarganya. Contoh: Anak diberi bola bisa bermain sepak bola.
4 Tahap penerimaan norma kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Anak sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Manusia secara dewasa menyadari
peraturan, kemampuan, bekerjasama bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya
menjadi mantap. Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga
masyarakat dalam arti sepenuhnya.
Proses sosialisasi pengetahuan dan keterampilan merupakan program yang bersifat nyata
(real curricullum). Artinya, proses pembelajaran yang terprogram dalam kurikulum
sekolah, sedangkan sosialisasi nilai dan sikap merupakan kurikulum tersembunyi (hidden
curriculum). Pelaksanaannya tidak terprogram secara eksplisit, tetapi terintegrasi dalam
semua proses dan kegiatan di sekolah.
3 Teman Sebaya (Peer Groups)
Media sosialisasi pada tahap berikutnya adalah kelompok teman sebaya atau teman
sepermainan. Teman sebaya terdiri atas beberapa orang anak yang usianya hampir sama.
Mereka sering berinteraksi satu dengan lainnya melalui kegiatan bermain bersama.
Interaksi di antara teman sepermainan bertujuan untuk memperoleh kesenangan
(rekreatif). Para remaja melakukan sosialisasi melalui kelompok teman sebaya, dan di
antara mereka mempunyai rasa saling memiliki dan senang melakukan kegiatan bersama-
sama. Dalam kelompok teman sebaya itulah seorang anak mulai menerapkan prinsip
hidup bersama di luar lingkungan keluarganya. Mereka dapat bekerja sama dengan
teman-teman sebaya dalam berbagai hal. Jalinan antarindividu dalam kelompok teman
sebaya sangat kuat, sehingga lahirlah nilai dan norma tertentu yang dijunjung tinggi
dalam pergaulan mereka.
4 Media Massa
Media massa merupakan sarana yang dapat dimanfaatkan oleh banyak orang (massa).
seorang individu
3 Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, skiap dan berbagai sifat yang khas
apabila seseorang berhubungan dengan orang lain.
Merupakan tahap dimana rasa ego yang sudah dimiliki oleh seorang anak mulai
berkembang karakternya sesuai dengan tipe pergaulan yang ada dilingkungan sekitar
anak tersebut, termasuk pula struktur tata nilai dan budayanya
Tahap ketiga
Masalah social yang terjadi di daerah bantaran sungai ciliwung adalah masalah pekerjaan.
Orang-orang yang tinggal didaerah bantaran sungai ciliwung cenderung tidak memiliki pekerjaan
yang tetap seperti pengamen, pemulung, pedagang asongan dsb, yang memiliki penghasilan yang
tidak tetap. Hal ini menyebabkan kemiskinan di daerah ini semakin bertambah. Selain itu
masalah yang terjadi di daerah bantaran sungai ciliwung adalah orang yang tinggal di sana
banyak yang masih tidak memiliki rumah yang tetap, sehingga dapat menimbulkan pemukiman
yang kumuh. Dan banyak warga yang menempati daerah milik Negara yang mereka gunakan
sebagai tempat tinggalnya.
Ada tiga bentuk pengaruh sosial, yaitu (1) komformitas, (2) kepatuhan, dan (3) kekuatan (power).
Mari kita bahas satu persatu.
1. Konformitas
Tidaklah mengherankan kalau seandainya seseorang itu sekedar mengikuti perilaku yang
dilakukan oleh teman-teman sekitarnya, karena semua perilaku ini kembali kepada norma dalam
kehidupan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk mengikuti perilaku lingkungan sekitar
sebagai bentuk dari interaksi sosialnya terhadap lingkungan tersebut. Berikut ini marilah kita
simak dua proses dalam konformitas dan perbedaan individual yang mempengaruhi kelompok.
Norma-norma adalah pedoman berperilaku yang membentuk dan mempengaruhi tindakan kita.
Norma juga termasuk sebagai interaksi sosial, yaitu perilaku yang dikatakan oleh orang banyak
sebagai populer, modern atau “normal”. Ini berarti norma dapat dan akan berubah, dan kita
dengan individu lainya harus terus belajar dan memprediksi norma apa yang harus kita jalani
dalam kehidupan sehari-hari. Contoh, ketika seseorang ingin membeli pakaian, secara tidak
langsung orang tersebut akan memilih pakaian yang tren saat ini atau yang paling sering dipakai
orang. Sebenarnya bisa saja dia memilih pakaian yang diinginkannya, namun dia lebih memilih
pakain yang sedang tren di lingkungannya, inilah yang di namakan konformitas.
Beberapa penjelasan yang telah dijelaskan dalam konformity, kita mendapatkan dampak dari
kehidupan kelompok terhadap individu. Terkadang kelompok-kelompok itu hadir, dan lain waktu
kelompok itu hanya imajiner, mekipun individu berada diantara orang-orang yang tidak dikenal,
individu secara sosial terpengaruh untuk melakukan konformitas dengan norma-norma yang,
bahkan ketika subjek dapat melihat realitas yang ada.
2. Kepatuhan
Setelah perang dunia kedua banyak orang amerika merasa yakin bahwa apa yang terjadi di Jerman
itu tidak akan terjadi di Amerika, karena orang jerman lebih patuh dari pada orang Amerika pada
umumnya. Meskipun kita terdorong untuk menyakan,”orang seperti apa yang akan mematuhi
perintah untuk menyakiti orang yang tidak bersalah?” tetapi di dalam psikologi sosial, pertanyaan
yang lebih bermanfaat adalah,”Aspek-aspek apakah yang dari situasi yang membuat orang sulit
untk mematuhi perintah?”. Faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk patuh dan tidak
patuh antara lain:
Sosok berwenang
Semakin dekat seorang subjek dengan orang yang berwenang, semakin tinggi kemungkinan
individu untuk patuh. Sebagian studi menjelaskan bahwa seseorang akan menuruti perintah dari
orang yang diyakini memiliki wewenang, dengan melihat dari pakaian(seragam) atau dari isyarat
lain (tanda pangkat, bahasa atau gelar)
Dukungan kelompok
Dukungan kelompok berpengaruh terhadap kepatuhan. Makin banyak anggota kelompok yang
patuh, makin banyak pula anggota yang lain juga ikut patuh. Demikian pula sebaliknya.
Bentuk ketiga dari pengaruh sosial adalah:
3. Kekuasaan sosial
Studi dalam konformitas dan kepatuhan ini tidak hanya berbeda dalam susunannya, tetapi juga
sifat kekuasaannya atau power, yaitu tekanan untuk menyesuaikan diri yang timbul dari power
sebuah kelompok sosial, Sementara tekanan untuk patuh datang dari power seseorang yang
berwenang. Power didefinisikan sebagai kekuatan dari pemberi pengaruh yang menyebabkan
perubahan sikap dan perilaku seseorang. Adapun tipe-tipe power yang didefinisikan oleh Betram
raven dkk.
Pengaruh yang berdasarkan kepemilikan, yaitu kemampuan untuk memberi sesuatu yang
diinginkan oleh orang lain atau mengambil sesuatu yang tidak disukai/diinginkan orang.
Kelemahan power ini adalah membuat si pemberi pengaruh mengamati perilaku orang yang
menjadi sasaran pengaruh, untuk mengetahui kapan memberi imbalan atas kepatuhan yang
diberikan sasaran.
Power untuk menghukum. Seseorang dikatakan mempunyai coercive power atas anda apabila ia
mempengaruhi anda dengan cara mengancam akan mengambil sesuatu dari anda atau membuat
anda menderita. Kelemahannya diperlukan pengawasan dari pemberi pengaruh terhadap perilaku
sasaran atau menantang perintah. Masalah lain dari coarcive power, yaitu tumbuhnya kebencian
terhadap pemberi pengaruh dan menghilangkan semangat sasaran, orang yang bekerja sama
dibawah ketakutan cenderung menaati tanpa adanya acceptance.
Sebagian orang dapat mempengaruhi kita karena adanya pengakuan dari kita bahwa mereka punya
hak untuk melakukannya disebabkan wewenang, status atau kedudukan sosial yang mereka miliki.
Ini merupakan pengaruh sosial berdasarkan kekuatan legitimasi. Contoh, seorang dosen punya
legitimate power untuk menentukan tenggat waktu pengerjaan tugas untuk mahasiswanya.
Legitimate power dibatasi oleh peran yang dimiliki seseorang. Dosen tidak punya legitimate
power untuk menjadikan mahasiswa sebagai suruhannya.
Selain peran profesional, bentuk lain dari hubungan bisa mempunyai pengaruh sosial. Dibawah
pengaruh referent power, seorang yang mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang yang
memberi pengaruh akan menurutinya. Referent power dapat saja dimiliki oleh teman atau anggota
keluaga kita, Sebagai pengaruh sosial yang tidak langsung terhadap kita.
Akan tetapi power ini akan hancur apabila tidak saling mengahormati dan tidak patuh dan dapat
memutuskan kendali yang dipegang oleh orang yang memberi pengaruh.
Expert power (kekuasaan ahli)
Didasarkan atas keyakinan seseorang bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahuan yang
tinggi atau keahlian di suatu bidang tertentu yang berkaitan. Contoh ketika seorang dokter
menyuruh pasiennya untuk menurunkan berat badan maka pasien tersebut akan menerima saran i
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sosialisasi adalah proses belajar individu atau seseorang untuk mengenal kebudayaan
masyarakat dilingkungannya. Melalui media keluarga, kelompok bermain, lingkungan
sekolah, lingkungan kerja, dan media massa. Jenis sosialisasi ada dua yaitu, sosialisasi
primer dan sekunder. Melalui tahap sosialisasi masa anak-anak, masa remaja, dan
masa
dewasa.
Kepribadian adalah ciri-ciri watak yang khas dan konsisten sebagai identitas seorang
individu. Faktor pembentuk kepribadian ada 5, yaitu warisan biologis, lingkungan
alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan pengalaman yang unik.
Tingkat ekonomi di daerah Bantaran Sungai Ciliwung masih terbilang rendah karena
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang ilmu ekonomi dan kurangnya sosialisasi
tentang ilmu ekonomi. Sehingga mereka hanya mengandalkan apa yang mereka tahu
saja untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Pemerintah dalam hal ini kurang aktif
dalam mensosialisasikan pentingnya ekonomi dalam masyarakat untuk memajukan
ekonomi
Negara.
Kondisi lingkungan rumah yang berada di daerah bantaran sungai Ciliwung
dapat
membentuk individu.
Pengaruh sosial adalah suatu usaha dalam mengubah perilaku seseorang dalam
berfikir, berpresepsi, keyakinan, sikap seseorang ataupun beberapa individu lainnya.
Contoh pengaruh sosial adalah perkelahian pelajar yang termasuk dalam konformitas.
B Saran
Pentingnya pengetahuan tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian yang
sekarang harus diterima oleh siswa-siswi sekolah menengah atas, agar kelak mereka
dapat berperan aktif di lingkungan masyarakat dengan pengetahuan yang mereka miliki
serta memiliki peranan penting dalam lingkungan masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
http://trijokoantro-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-64133-Antropologi%20Perkotaan-
SOSIALISASI
%20ANAK%20PADA%20KELUARGA%20GELANDANGAN.html
http://www.slideshare.net/Indrutt/psokologi-sosial