Dosen Pengampu :
Iken Nafikadini, S.Km.,M.Kes
Oleh:
Kelompok 3 & 4
Nabila CN 162110101008
Galuh Laraswati 162110101034
Lenny Mar’atus S 162110101050
Siti Qodriyatul M 162110101051
Nia Andriana 162110101072
Nanda Kristina S 162110101073
Yasmine Putri 162110101103
Dewi Nur Mayasari 162110101110
Nur Afni Fitria Devi 162110101134
Bella Anggriani 162110101146
Firdausi Khoiroh Ummah 162110101149
Firda Safira Indriyani 162110101153
Dima Arta Rini 162110101176
Brima Sahwa Sukma S 162110101171
Bella Avista Nadia 162110101230
Fikri Maulana Pradipta 162110101241
Zahra Layli R 162110101245
Dea Agnar Pradita 172110101118
Luthfan Ghali W 172110101193
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “pemberdayaan masyarakat dan strateginya”
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam.
2. Ibu Iken Nafikadini, S.Km.,M.Kes, M.kes selaku dosen pengampu mata
kuliah Penentuan Status Gizi Kelas E Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember.
3. Teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu-persatu, atas segala
bantuannya dalam bentuk apa pun.
Penulis menyadari bahwa hasil makalah ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dari pembaca yang bertujuan untuk
menyempurnakan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB 2. PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyrakat....................................................... 3
2.2 Sistem Pemberdayaan ............................................................................... 5
2.3 Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan ...................................... 5
A. Pos Pelayanan terpadu .............................................................................. 5
B. Pondok bersalin desa ................................................................................ 6
C. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD) .......................... 7
D. Dana Sehat ................................................................................................ 7
E. Lembaga swadaya Masyrakat .................................................................. 8
F. Upaya Kesehatan Tradisional ................................................................... 8
G. Pos Gizi (Pos Timbangan) ....................................................................... 8
H. Pos KB Desa (RW) .................................................................................. 9
I. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) ..................................................... 9
J. Saka Bhakti Husada (SBH) ...................................................................... 9
K. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK) ................................................... 9
L. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair) ....................................... 9
M. Karang Taruna Husada ........................................................................... 10
N. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu ................................... 10
2.4 Sasaran Pemberdayaan Masyarakat ............................................................ 10
2.5 Peran Fasilitator ........................................................................................... 12
2.6 Strategi Pemberdayaan ................................................................................ 13
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
STUDI KASUS ..................................................................................................... 17
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
1
menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi
dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sistem pemberdayaan dan strategisnya
1.3.2 Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan
1.3.3 Untuk mengetahui sasaran dari pemberdayaan masyarakat
1.3.4 Untuk mengetahui apa saja peran fasilitator dalam pemberdayaan
masyarakat
2
BAB 2. PEMBAHASAN
5
Posyandu merupakan jenis UKBM yang paling memasyarakatkan saat ini. Gerakan
posyandu ini telah berkembang dengan pesat secara nasional sejak tahun 1982. Saat ini
telah populer di lingkungan desa dan RW diseluruh Indonesia. Posyandu meliputi lima
program prioritas yaitu: KB, KIA, imunisasi, dan pennaggulangan diare yang terbukti
mempunyai daya ungkit besar terhadap penurunan angka kematian bayi. Sebagai salah
satu tempat pelayanan kesehatan masyarakat yang langsung bersentuhan dengan
masyarakat level bawah, sebaiknya posyandu digiatkan kembali seperti pada masa orde
baru karena terbukti ampuh mendeteksi permasalahan gizi dan kesehatan di berbagai
daerah. Permasalahn gizi buruk anak balita, kekurangan gizi, busung lapar dan masalah
kesehatan lainnya menyangkut kesehatan ibu dan anak akan mudah dihindarkan jika
posyandu kembali diprogramkan secara menyeluruh.
Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan sistem lima meja yang meliputi:
1. Meja 1 : pendaftaran
2. Meja 2 : penimbangan
3. Meja 3 : pengisian kartu menuju sehat
4. Meja 4 : penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vitamin A dan tablet besi
5. Meja 5: pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.
Salah satu penyebab menurunnya jumlah posyandu adalah tidak sedikit jumlah
posyandu diberbagai daerah yang semula ada sudah tidak aktif lagi
B. Pondok Bersalin Desa
Pondok bersalin desa (Polindes) merupakan salah satu peran serta masyarakat
dalam menyediakan tempat pertolongan persalinan pelayanan dan kesehatan ibu serta
kesehatan anak lainnya. Kegiatan pondok bersalin desa antara lain melakukan
pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita),
memberikan imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu
dan anak, serta pelatihan dan pembinaan kepada kader dan mayarakat.
Polindes ini dimaksudkan untuk menutupi empat kesenjangan dalam KIA, yaitu
kesenjangan geografis, kesenjangan informasi, kesenjangan ekonomi, dan
kesenjangan sosial budaya. Keberadaan bidan di tiap desa diharapkan mampu
mengatasi kesenjangan geografis, sementara kontak setiap saat dengan penduduk
setempat diharapkan mampu mengurangi kesenjangan informasi. Polindes
dioperasionalkan melalui kerja sama antara bidan dengan dukun bayi, sehingga tidak
6
menimbulkan kesenjangan sosial budaya, sementara tarif pemeriksaan ibu, anak, dan
melahirkan yang ditentukan dalam musyawarah LKMD diharapkan mamou
mengurangi kesenjangan ekonomi.
C. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
Pos obat desa (POD) merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam
pengobatan sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat
setempat (penyakit rakyat/penyakit endemik). Di lapangan POD dapat berdiri sendiri
atau menjadi salah satu kegiatan dari UKBM yang ada. Gambaran situasi POD mirip
dengan posyandu dimana bentuk pelayanan menyediakan obat bebas dan obat khusus
untuk keperluan berbagai program kesehatan yang disesuaikan dengan situasi dan
kondisi setempat. Beberapa pengembangan POD antara lain :
1. POD murni, tidak terkait dengan UKBM lainnya
2. POD yang diintegrasikan dengan dana sehat
3. POD yang merupakan bentuk peningkatan posyandu
4. POD yang dikaitkan dengan pokdes/polindes
5. Pos Obat Pondok Pesantren (POP) yang dikembangkan di beberapa pondok
pesantren
D. Dana Sehat
Dana telah dikembangkan pada 32 provinsi meliputi 209 kabupaten/kota. Dalam
implementasinya juga berkembang beberapa pola dana sehat, antara lain sebagai
berikut :
1. Dana sehat pola usaha kesehatan sekolah (UKS), dilaksanakan pada
kabupaten dan telah mencakup 12.366 sekolah.
2. Dana sehat pola pembangunan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
dilaksanakan pada 96 kabupaten.
3. Dana sehat pola pondok pesantren, dilaksanakan pada 39 kabupaten/kota
4. Dana sehat pola koperasi unit desa (KUD), dilaksanakan pada lebih dari 23
kabupaten, terutama pada KUD yang sudah tergolong mandiri.
5. Dana sehat yang dikembangkan lembaga swadaya masyarakat (LSM)
dilaksanakan pada 11 kabupaten/kota.
6. Dana sehat organisasi/kelompok lainnya (seperti tukang)
Seharusnya dana kesehatan merupakan bentuk jaminan pemeliharaan kesehatan
bagi anggota masyarakat yang belum dijangkau oleh asuransi kesehatan seperti
askes, jamsostek, dan asuransi kesehatan swasta lainnya. Dana sehat berpotensi
7
sebagai wahana memandirikan masyarakat, yang pada gilirannya mampu
melestarikan kegiatan UKBM setempat. Oleh karena itu, dana sehat harus
dikembangkan keseluruh wilayah, kelompok sehingga semua penduduk terliput oleh
dana sehat atau bentuk JPKM lainnya
E. Lembaga Swadaya Masyrakat
Di tanah air kita ini terdapat 2.950 lembaga swadaya masyarakat (LSM), namun
sampai sekarang yang tercatat mempunyai kegiatan di bidang kesehatan hanya 105
organisasi LSM. Ditinjau dari segi kesehatan, LSM ini dapat digolongkan menjadi
LSM yang aktivitasnya seluruhnya kesehatan dan LSM khusus antara kain organisasi
profesi kesehatan, organisasi swadaya internasional.Dalam hal ini kebijaksanaan
yang ditempuh adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan.
2. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi
kemasyarakatan.
3. Memberi kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih besar kepada
organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemampuan sendiri.
4. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan kesehatan.
5. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang kesehatan.
F. Upaya Kesehatan Tradisional
Tanaman obat keluarga (TOGA) adalah sebidang tanah di halaman atau ladang
yang dimanfaatkan untuk menanam yang berkhasiat sebagai obat. Dikaitkan dengan
peran serta masyarakat, TOGA merupakan wujud partisipasi mereka dalam bidnag
peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat
tradisional. Fungsi utama dari TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat
dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan mengobati
gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan. Selain itu, TOGA juga
berfungsi ganda mengingat dapat dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat,
upaya pelestarian alam dan memperindah tanam dan pemandangan.
G. Pos Gizi (Pos Timbangan)
Salah satu akibat krisis ekonomi adalah penurunan daya beli masyarakat termasuk
kebutuhan pangan. Hal ini menyebabkan penurunan kecukupan gizi masyarakat yang
selanjutnya dapat menurunkan status gizi. Dengan sasaran kegiatan yakni bayi
8
berumur 6-11 bulan terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 12-23 bulan
terutama mereka dari keluarga miskin, anak umur 24-59 bulan terutama mereka dari
keluarga miskin, dan seluruh ibu hamil dan ibu nifas terutama yang menderita kurang
gizi.
Perlu ditekankan bahwa untuk kegiatan pada pos gizi ini apabila setelah diberikan
PMT anak masih menderita kekurangan energi protein (KEP) maka, makanan
tambahan terus dilanjutkan sampai anak pulih dan segera diperiksakan ke puskesmas
(dirujuk)
H. Pos KB Desa (RW)
Sejak periode sebelum reformasi upaya keluarga berencana telah berkembang
secara rasional hingga ketingkat pedesaan. Sejak itu untuk menjamin kelancaran
program berupa peningkatan jumlah akseptor baru dan akseptor aktif, ditingkat desa
telah dikembangkan Pos KB Desa (PKBD) yang biasanya dijalankan oleh kader KB
atau petugas KB ditingkat kecamatan.
I. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Lingkup kegiatan oleh poskestren adalah tak jauh berbeda dengan Pos Obat Desa
namun pos ini khusus ditujukan bagi para santri dan atau masyarakat disekitar
pesantren yang seperti diketahui cukup menjamur di lingkungan perkotaan maupun
pedesaan
J. Saka Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan dna keterampilan dibidnag
kesehatan bagi generasi muda khususnya anggota Gerakan Pramuka untuk
membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Sasarannya adalah peserta didik antara lain: Pramuka penegak, penggalang berusia
14-15 tahun dengan syarat khusus memiliki minat terhadap kesehatan. Dan anggota
dewasa, yakni Pamong Saka, Instruktur Saka serta Pemimpin Saka.
K. Pos Upaya Kesehatan Kerja (pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan pekerja
yang diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis kegiatan usaha
yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja. Kegiatannya antara lain
memberikan pelayanan kesehatan dasar, serta menjalin kemitraan
L. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (Pokmair)
Pokmair adalah sekelompok masyarakat yang peduli terhadap kesehatan
lingkungan terutama dalam penggunaan air bersih serta pengelolaan sampah dan
9
limbah rumah tangga melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan
melibatkan seluruh warga.
M. Karang Taruna Husada
Karang tarurna husada dalam wadah kegiatan remaja dan pemuda di tingkat RW
yang besar perannya pada pembinaan remaja dan pemuda dalam menyalurkan
aspirasi dan kreasinya. Dimasyarakat karang taruna banyak perannya pada kegiatan-
kegiatan sosial yang mampu mendorong dinamika masyarakat dalam pembangunan
lingkungan dan masyarakatnya termasuk pula dalam pembangunan kesehatan. Pada
pelaksanaan kegiatan posyandu, gerakan kebersihan lingkungan, gotong-royong
pembasmian sarang nyamuk dan lain-lainnya potensi karang taruna ini snagat besar.
N. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan pemerintah terdepan yang memberikan
pelayanan langsung kepada masyarakat. Sejalan dengan upaya pemerataan pelayanan
kesehatan di wilayah terpencil dan sukar dijangkau telah dikembangkan pelayanan
puskesmas dna puskesmas pembantu dalam kaitan ini dipandang selaku tempat
rujukan bagi jenis pelayanan dibawahnya yakni berbagai jenis UKBM sebagaimana
tertera di atas.
10
4. Penerima manfaat tidak berada dalam posisi di bawah penentu kebijakan dan para
fasilitator melainkan dalam kedudukan setara dan bahkan sering justru lebih
tinggi kedudukannya, dalam arti memiliki kebebasan untuk mengikuti ataupun
menolak inovasi yang disampaikan oleh penyuluhnya.
5. Proses belajar yang berlangsung antara penyuluh dan penerima manfaat bukan
bersifat vertical (penyuluh menggurui penerima manfaat), melainkan proses
belajar bersama yang partisipatif.
1. Pelaku utama, yang terdiri dari warga masyarakat dan keluarganya. Selain
sebagai pelaku utama pembangunan, masyarakat dan keluarganya juga merupakan
pengelola kegiatan yang berperan dalam memobilisasi dan memanfaatkan
sumberdaya demi tercapainya peningkatan dan perbaikan mutu produksi serta
perlindungan dan pelestarian sumber daya alam berikut lingkungan hidup yang
lain.
2. Penentu kebijakan, yang terdiri dari aparat birokrasi pemerintah sebagai
perencana, pelaksana, dan pengendali kebijakan pembangunan. Termasuk
masyarakat desa yang secara aktif dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan
implementasi kebijakan pembangunan.
3. Pemangku kepentingan yang lain, yang mendukung/memperlancar kegiatan
pembangunan kesehatan. Termasuk dalam kelompok ini adalah peneliti atau
akademisi, produsen sarana produksi dan peralatan/mesin-mesin, pelaku bisnis
sarana produksi dan peralatan/mesin, pers (media masa dan pusat informasi),
Aktivis LSM, budayawan, artis, dll.
12
masyarakat dan mengorganisasikan mereka kedalam pelaksanaan pembangunan.
Fasilitator bertanggung jawab untuk melakukan pemberdayan masyarakat yang
dilakukan dengan melibatkan masyarakat sebagai sasaran utama program. Dalam
hal sosial, fasilitator berperan untuk mendampingi masyarakat dan menyadarkan
masyarakat untuk berperilaku sehat.
4. Pada tahap evaluator dimana fasilitator melakukan evaluasi terhadap program
yang telah selesai dilaksanakan
14
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131474282/pengabdian/PEMBERDAYAAN+M
ASYARAKAT.pdf [ diakses pada tanggal 23 Maret 2019]
http://manajemen-pelayanankesehatan.net/naskah-akademis-sistem-kesehatan-
provinsi-riau/bab-ii-subsistem-pemberdayaan-masyarakat/ [diakses pada 24-02-
2019 7.00 AM]
https://syahrullegiarto.wordpress.com/2016/03/03/pemberdayaan-masyarakat-di-
bidang-kesehatan/ [diakses pada 24 maret 2019]
16
STUDI KASUS
1. Sumber Kasus:
Jurnal berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Sutera Emas
(Studi Pada Inovasi Pelayanan Kesehatan Di Puskesmas Kepanjen,
Kabupaten Malang)” oleh Ilmi Usrotin Choiriyah Jurnal JKMP (ISSN. 2338-
445X), Volume 4, Nomor 1, Halaman 57-74, bulan Maret 2016.
2. Konsep program :
Program Sutera Emas merupakan terobosan dalam kecepatan pengumpulan
data dengan mengoptimalkan proses pemberdayaan masyarakat sebagai
obyek dan subyek surveilans dalam hal ini kader terlatih (kader sutera emas)
di wilayah terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT) sebagai ujung tombak
informasi, dan tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh Desa serta unit
pelayanan puskesmas dengan alat bantu berupa telepon seluler dan komputer
sebagai media pelaporan dan entry data yang didukung software yang mampu
menganalisa data yang diperlukan secara otomatis yang dapat bekerja 24 jam
nonstop dan realtime (kapanpun).
3. Pelaksanaan program
Program sutera emas ini sudah di mulai pada tahun 2013. Sistem software ini
berfungsi untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan input data dari
berbagai sumber yang berasal dari berbagai puskesmas di Kabupaten Malang.
Proses pemberdayaan masyarakat ini dilakukan oleh masyarakat dan kader
terlatih (kader sutera emas) di wilayah terkecil yaitu Rukun Tetangga (RT)
sebagai ujung tombak informasi, dan tenaga kesehatan yang tersebar di
seluruh Desa serta unit pelayanan puskesmas. Sampai tahun 2015 ini, sudah
ada sekitar 1500 kader yang tersebar di Kabupaten Malang, Untuk wilayah
Kecamatan Kepanjen sendiri kader sutera emas yang tersebar sekitar 545
kader.
4. Tujuan program
17
Tujuan Program Sutera Emas antara lain berjalannya sistem kewaspadaan
dini (early warning system), pendeteksian faktor resiko di masyarakat,
penuruan AKI dan AKB, peningkatan derajat kesehatan ibu, bayi dan balita,
peningkatan angka penemuan kasus, penanganan kasus KLB (Kejadian Luar
Biasa) secara dini, pemberdayaan masyarakat dalam proses pembangunan
kesehatan, serta peningkatan peran aktif masyarakat dalam UKBM Sistem
Program.
5. Manfaat Program
Manfaat dalam inovasi program sutera emas ini antara lain deteksi dini untuk
mencegah timbulnya KLB (Kejadian Luar Biasa); memudahkan petugas
dalam merekap danmenganalisa data yang masuk; memudahkan dan
mempercepat pencarian/pelacakan kasus di lapangan; mempercepat
penanganan dan rujukanberdasarkan jenis penyakit, jenis kelamin, kelompok
usia, waktu, tempat, dll;memudahkan dalam membuat laporan; sistem
beroperasi 24 jam nonstop; serta analisa data dilakukan setiap saat secara
otomatis.
6. Sistem Program dalam pemberdayaan masyarakat
Sistem progam sutera emas dapat dipaparkan bahwa kader sutera emas
menemukan kasus yang berasal dari masyarakat pada lingkungan wilayah
18
masing-masing, selanjutnya kader sutera emas melaporkan kepada petugas
kesehatan desa (bidan desa), selanjutnya petugas kesehatan desa bersama
kader melakukan kunjungan ke rumah penderita (kunjungan rumah),
selanjutnya petugas kesehatan desa melaporkan kasus ke software sutera
emas menggunakan SMS, selanjutnya software sutera emas menganalisa,
menghitung, dan memberikan peringatan berupa SMS terkait kasus resiko
tinggi kebidanan ke bidan koordinator (penanganan dan persiapan rujukan);
informasi menjelang persalinan ke bidan desa, bidan koordinator, dan kepala
puskesmas; informasi kejadian luar biasa penyakit kepada tim gerak cepat
dinas dan puskesmas, langkah selanjutnya data terkait akan ditransfer kepada
Sijari Emas (rujukan persalinan resiko tinggi) dan Contra War. Ketika kasus
di lapangan menunjukkan kasus luar biasa yang terjadi di lapangan, maka
langkah selanjutnya adalah tim gerak cepat dari puskesmas bahkan dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang (jika diperlukan) akan mendatangi titik lokasi
temuan kasus. Data terkait kejadian kasus tersebut akan secara otomatis juga
terinput dalam server software sutera emas Dinas Kesehatan yang
mendapatkan kiriman laporan data dari puskesmas terkait. Input data tersebut
nantinya akan didistribusikan kepada kepala dinas dan juga bidang/seksi
terkait yang disesuaikan dengan temuan kasus di lapangan.
7. Faktor Yang Mempengaruhi Tercapainya Program
Dalam mencapai tujuan dari suatu program yang telah dibuat, terdapat faktor
yang mempengaruhi tercapainya program tersebut diantaranya ada faktor
pendukung dan faktor penghambat. Beberapa faktor pendukung dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program sutera emas ini antara lain:
a. Kerjasama dan koordinasi yang baik diantara stakeholder yang terlibat
diantaranya masyarakat, kader sutera emas (key informna), serta tenaga
medis di Desa, Puskesmas, serta Dinas Kesehatan Kabupaten Malang.
b. Tingginya sikap antusiasme dan kepedulian masyarakat terhadap
masyarakat yang lainnya untuk hidup bebas dari penyakit.
c. Dukungan Pemerintah Daerah yaitu Puskesmas Kepanjen dan Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang. Peranan tersebut antara lain kedua instansi
19
tersebut menjadi fasilitator dan mediator dalam penanganan/penindakan
terhadap permasalahan masyarakat di lapangan khususnya dalam bidang
kesehatan .Beberapa faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat
melalui program sutera emas diantaranya:
a. Rendahnya tingkat pendidikan kader sutera emas (sulitnya dalam
memahami deteksi penyakit) dan masyarakat (sikap kolot tidak mau
berobat pada tenaga medis).
b. Minimmya dana dalam pemberdayaan masyarakat.
c. Pengalaman dan pengetahuan yang masih minim. Kader sutera emas ini
rata-rata berasal dari ibu rumah tangga yang kesehariannya hanya berkutat
pada keperluan rumah tangganya masing-masing. Berbagai pengetahuan
dan pengalaman khususnya terkait masalah kesehatanpun tidak
keseluruhan memiliki kualitas yang memadai/baik.
d. Gagap teknologi. Beberapa kasus di lapangan, masih ditemui
segelintir orang saja khususnya pada ibu-ibu yang sudah berusia lanjut
dan masih memiliki kemauan dan antusias yang tinggi dengan
mengabdikan diri sebagai kader sutera emas, tetapi tidak dapat
mengoperasikan telepon seluler/hp untuk berkomunikasi.
e. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup
yang bersih menyebabkan kebiasaan yang muncul di masyarakat
menyebabkan mudahnya lingkungan terserang wabah penyakit.
20