Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

KESEJAHTERAAN PADA LANSIA


MATA KULIAH : KEPERAWATAN GERONTIK 1

Dosen Pembimbing :

Ns. EMIRA APRIYENI, M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
FINCE MERIWARTI : 1902032
IVANIA AIREL NELDI : 1902034
LIZA OKTARIA : 1902036
MONIKA LISKI : 1902037
NOVIA GUSMA DEWI : 1902038
PUJA YUWINGGA : 1902039
RATU SURI MUTIARA MANANDI : 1902040

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES SYEDZA SAINTIKA
PADANG
2019/202

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,


hidayah, inayah-Nya dan karunianya kepada penulis. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sehingga
makalah kelompok dengan judul “KESEJAHTARAAN PADA LANSIA” ini
dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. EMIRA APRIYENI,


M.Kep, sebagai dosen pengampu mata kuliah GERONTIK 1 yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah kelompok ini, serta atas
bantuan dari berbagai pihak yang telah berkonstribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pemikirannya dalam penulisan makalah.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Padang, 15 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I (Pendahuluan)……...………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang...................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................5
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………5

BAB II (pembahasan)……..………………………………………………………6

1. Upaya kesejahteraan sosial lansia yang potensial…………………………6


2. Beberapa pelayanan terhadap lansia…………………………………..…12
3. Kewajiban lansia……………………..……………………………..……16
4. Tugas dan tanggung jawab kesejahteraan sosial lansia………......…..….18
5. Aplikasi kesejahteraan sosial lansia……………………………….…..…28

BAB III (penutup)………..………………………………………………………31

A. Kesimpulan….…………………………………………………….…31
B. Saran…….………………………………………………………...….31

DAFTAR PUSTAKA……..……………………………………………………..32

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia bertanggung jawab penuh terhadap kesejahteraan rakyat.
Hal ini tertera pada pasal 27 ayat 2 Undang-undang dasar 1945 yang berbunyi :
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.” Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia menunjukan
adanya peningkatan umur harapan hidup yaitu dari 45,7 tahun pada tahun 1968
menjadi 61,3 pada tahun 1992 (BPS) . Peningkatan umur harapan hidup
membawa akibat pada pertambahan jumlah penduduk usia lanjut yang berarti pula
semakin memerlukan upaya pelayanan kesejahteraan para lanjut usia yang
semakin baik. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah diantaranya
semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk . Kondisi ini menyebabkan
jumlah penduduk lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun . Menurut
undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang
dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun
ke atas .

Pandangan masyarakat pada umumnya lanjut usia adalah menganggapnya


seperti beban. Padahal saat ini keberadaan lanjut usia sudah dipandang sebagai
potensi yang bisa memberikan konstribusi dalam pembangunan. Seiring dengan
angka haapan hidup yang semakin baik, maka jumlah lanjut usia semakin
meningkat . Lanjut usia memiliki potensi , maka mereka perlu mendapatkan
penguatan agar mereka tidak menjadi Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial(PMKS) yang akan membebani keluarganya . Hal ini penting, mengingat
nilai kekeluargaan didalam masyarakat sudah mulai melemah. Lanjut usia sebagai
individu tetap membutuhkan teman untuk berbagai, baik dalam keluarga maupun
didalam lingkungan sosialnya. Mengingat usianya yang sudah lanjut mereka
memiliki keterbatasan mobilitas dan berdampak pada relasi sosial mereka. Relasi
sosial menjadi sempit dan ini akan berdampak pada aspek psikologis lanjut usia

4
itu sendiri . Mereka menjadi merasa terasing dan tidak punya harapan hidup
(hopeles) yang lebih baik di masa tuanya.

Saat ini pelayanan terhadap lanjut usia baik potensial maupun terlantar
masih sangat terbatas. Layanan lanjut usia yang diselenggarakan pemerintah lebih
banyak berbasis panti sosial dan lebih banyak diperntukan bagi lanjut usia non
potensial. Masih banyak lanjut usia terlantar di masyarakat yang potensial. Oleh
sebab itu , pekerjaan sosial memperhatikan individu, orang-orang dan masyarakat
yang bekerja dengan orang-orang yang memiliki kerentanan dan mungkin
memiliki hambatan untuk berpartisipasi dalam masyarakat . Pekerja sosial bekerja
sebagai penengah antara individi yang termarginilisasikan dengan lingkunan
sosial yang mungkin berkontribusi terhadap termarganilisasikan mereka . Pekerja
sosial perlu memiliki keahlian yang tinggi dan pengetahuan yang luas untuk
bekerja secara efektif dalam menangani permasalahan dalam hal ini lanjut usia
terlantar (lansia).

B. RUMUSAN MASALAH
Berikut beberapa masalah rumusan yang akan dibahas dalam makalah ini:

1. Upaya kesejahteraan sosial lansia yang potensial


2. Beberapa pelayanan terhadap lansia
3. Kewajiban lansi
4. Tugas dan tanggung jawab kesejahteraan sosial lansia
5. Aplikasi kesejahteraan sosial lansia

C. TUJUAN
Makalah ini dibuat dengan tujuan yaitu untuk memenuhi tugas salah satu
mata kuliah kami yaitu matakuliah Keperawatan Gerontik. Selain itu makalah ini
dibuat juga degan tujuan untuk menambah wawasan pembaca khususnya
mahasiswa keperawatan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Upayah Kesejahteraan Sosial Lansia Yang Potensial

1. Upaya Kesejahteraan Sosial Lansia

Kesejahteraan sosial lanjut usia merupakan suatu tindakan sebagai upaya


untuk memenuhi kebutuhan ,kebutuhan bagi masyarakat,khususnya para lanjut
usia yang tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya yaitu dengan jalan
memberikan pelayanan bantuan dan penyantunan. Dengan demikian, maka
diharapkan para lansia dapat meningkatkan kesejahteraan mereka sehingga
mampu hidup dengan layak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998tentang


Kesejahteraan Lansiamenyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia diselenggarakan berasaskan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk
memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian
dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa
Indonesia,serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Upaya yang dapat dilakukan kesejahteraan lasian yaitu:

a. Pos Pelayanan Sosial Lanjut

Usia (PPSLU) merupakan model pelayanan sosial bagi lansia di masyarakat


yang diprakarsai oleh Balai Besar Pendidikan Dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial
Yogyakarta yang bekerja sama dengan Komisi Nasional Lanjut Usia (BBPPKS
Yogyakarta, 2009: 3). Pos Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPSLU) dimaksudkan
untuk mengintegrasikan dan mendekatkan pelayanan dengan klien. Dengan
demikian, masa lansia bukanlah masa yang menunggu vonis atau kematian, tetapi

6
masa lansia diupayakan menjadi masa yang menyenangkan, produktif, dan
energik tanpa harus merasa tua dan tidak berdaya.

Program utama dari Pos Pelayanan Sosial Lanjut Usia (PPS LU) adalah
memberikan pelayanan konseling, memberikan fasilitas untuk usaha ekonomi
produktif, pengorganisasian dan advokasi, serta menyelenggarakan kegiatan
olahraga, sosial, spiritual, dan mental bagi lansia.

Identifikasi Potensi dan Sistem Sumber pada Lanjut Usia


Terkait dengan pengembangan potensi bagi lanjut usia kita melihat kembali
adanya kewajiban lanjut usia. Kewajiban-kewajiban lanjut usia sesuai dengan UU
no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, antara lain:
1) Membimbing dan memberikan nasihat secara arif dan bijaksana
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di lingkungan
keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan
kesejahteraannya;
2) Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian,
ketrampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada
generasi penerus;
3) Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi
penerus.

Terkait dengan upaya menggali potensi lanjut usia ini maka dapat
dilakukan pemahaman kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh lanjut usia
sebelum dilakukan pengembangan potensi sesuai dengan potensi lanjut usiat
ersebut. Pengembangan potensi lanjut usia menjadi salah satu upaya
pemberdayaan lanjut usia potensial, pemberdayaan lanjut usia di maksudkan agar
lanjut usia tetap dapat melaksanakan fungsi sosialnya dan berperan aktif secara
wajar dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

7
Pengembangan potensi lanjut usia potensial dapat di lakukan sesuai bidang
keahlian/kemampuan yang dimiliki lanjut usia pada saat sebelum memasuki usia
lanjut. Misalnya keahlian sebagai pengajar dan pendidik, wiraswasta/usaha,
advokat, ulama dan sebagainya. Dengan kata lain bahwa lanjut usia potensial
masih bisa beraktualisasi diri dengan keahliannya baik secara mandiri/dilakukan
sendiri maupun di fasilitasi secara kelembagaan. Penanganan terhadap lanjut usia
terlantar yang masih produktif yaitu pemberdayaan lanjut usia melalui pemberian
bantuan usaha ekonomis produktif dan kelompok usaha bersama. Selain itu ada
juga pemberian bantuan pelayanan dan jaminan sosial lanjut usia terlantar yang
berasal dari Departemen Sosial RI.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan


Kesejahteraan Sosial Lansia
Pasal 3

1) Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia Potensial


meliputi :
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

b. pelayanan kesehatan;

c. pelayanan kesempatan kerja;

d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;

e. pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan


fasilitas, sarana, dan prasarana umum
f. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum

g. bantuan sosial.

2) Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia Tidak


Potensial meliputi :
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

8
b. pelayanan kesehatan;

c. pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan


fasilitas, sarana dan prasarana umum
d. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;

e. perlindungan sosial.

Pasal 6

(1) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual bagi lanjut usia


dimaksudkan untuk mempertebal rasa keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Pelayanan keagamaan dan mental spiritual sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan melalui peningkatan
kegiatan keagamaan sesuai dengan agama dan keyakinannya
masing-masing.
Pasal 8

(1) Pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan


meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan lanjut usia agar
kondisi fisik, mental, dan sosialnya dapat berfungsi secara wajar.
Pelayanan kesehatan bagi lanjut usia sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dilaksanakan melalui peningkatan :
a. Penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan lanjut
usia;
b. upaya penyembuhan (kuratif), yang diperluas pada bidang
pelayanan geriatrik/gerontologik;
c. pengembangan lembaga perawatan lanjut usia yang menderita
penyakit kronis dan/atau penyakit terminal.
(2) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi lanjut usia yang
tidak mampu, diberikan keringanan biaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9
Pasal 15

(1) Lanjut usia potensial yang mempunyai keterampilan dan/atau


keahlian untuk melakukan usaha sendiri atau melalui kelompok
usaha bersama dapat diberikan bantuan sosial.

(2) Pemberian bantuan sosial sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai bantuan sosial
bagi lanjut usia potensial yang diatur dalam Peraturan Pemerintah
ini.

Pasal 17

(1) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan


sarana dan prasarana umum dimaksudkan sebagai perwujudan
rasa hormat dan penghargaan kepada lanjut usia.

(2) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan


fasilitas umum dilaksanakan melalui :
a. Pemberian kemudahan dalam pelayanan
administrasi pemerintahan dan masyarakat pada
umumnya;
b. pemberian kemudahan dalam pelayanan dan keringanan biaya;

c. pemberian kemudahan dalam melakukan perjalanan;

d. penyediaan fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.

(3) Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan


sarana dan prasarana umum dimaksudkan untuk memberikan
aksesibilitas terutama di tempat-tempat umum yang dapat
menghambat mobilitas lanjut usia

Pasal 18

(1) Pemerintah memberikan kemudahan dalam pelayanan


administrasi pemerintahan kepada lanjut usia untuk :

10
a. memperoleh Kartu Tanda Penduduk (KTP) seumur hidup;

b. melaksanakan kewajibannya membayar pajak negara;

c. memperoleh pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan milik


Pemerintah;

d. melaksanakan pernikahan;

e. melaksanakan kegiatan lain yang berkenaan dengan pelayanan


umum.

(2) Ketentuan mengenai pemberian kemudahan dalam pelayanan


administrasi pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur lebih lanjut oleh Menteri dan Menteri lain, baik secara
sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai dengan bidang
tugasnya masing-masing dengan memperhatikan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 19
(1) Pemerintah dan masyarakat memberikan kemudahan dalam pelayanan da
a. pembelian tiket perjalanan dengan menggunakan sarana
angkutan umum;
b. akomodasi;

c. pembayaran pajak;

d. pembelian tiket masuk tempat rekreasi

Masalah Lanjut Usia


Permasalahan-permasalahan yang dihadapi para lanjut usia antara lain :
a. Terjadinya kemunduran fungsi fisik yang membawa dampak pada
kemunduran kesehatan dengan pola penyakit yang spesifik .
b. Adanya keterbatasan kesempatan kerja bagi para lanjut usia sehingga para
lanjut usia yang tidak memiliki pekerjaan, hidup dan berada dalam

11
kemiskinan. Disamping itu juga karena keluarganya tidak mampu merawat
dehingga mereka menjadi terlantar.
c. Berkurangnya integrasi dengan lingkungannya sebagai akibat dari
berberkurangnya kegiatan sosial. Hal ini cenderung berpengaruh negatif
pada kondisi sosial psikologis lanjut usia sehingga mereka sudah tidak
diperlukan masyarakat lingkungannya.
d. Adanya perubahan tatanan kehidupan masyarakat dari masyarakat agraris
mengarah ke masyarakat industri, cenderung menimbulkan pergeseran
nilai sosial masyarakat yang memberikan penghargaan dan penghormatan
kepada lanjut usia.

1. Batasan Lanjut Usia


WHO(1999) menggolongkan lanjut usia berdasrkan usia kronologis atau
biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middleage) antara usia 45
sampai 59 tahun, lanjut usia(elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia
tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90 tahun.

Menurut Prof . Dr. Koesmanto Setyonegoro, lanjut usia dikelompokan


menjadi usia dewasa muda (elderly adulhood) ,18 atau 25-29 tahun , usia dewasa
penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 tahun atau 65 tahun , lanjut usia
(geriatric age), lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi lagi dengan 70-75
tahun (young old), 75-80 tahun (old) ,lebih dari 80 (very old)

Menurut UU No.4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai


seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain.
Pendekatan Pendekatan Pada Lanjut Usia
1) Pendekatan agama
Yaitu dengan penanaman nilai-nilai agama sejak dini terhadap tipa individu
dalam masyarakat. Untuk mengawal kepribadian dan spiritual para lansia.

12
Setidaknya dapat meminimalisir/mencegah perbuatan/sikap aneh(berperilaku
seperti anak-anak ataupun bertengkar) yang ditimbulkan mereka.
2) Pendekatan hukum
Pendekatan hukum ini berlaku bagi semua orang.Baik dalam segi
perlindungan hukum maupun penegakkan terhadap pelanggaran norma hukum.
3) Pendekatan jurnalistik
Penyebaran info tentang masalah sosial melalui media dan memperkenalkan
tentang sebab-akibat dan cara mengatasinya.
4) Pendekatan ekologi
Pendekatan yang didasarkan atas konsep dan prinsip ekologi. Menelaah
masalah lansia terlantar dari komponen masyarakat di tempat tertentu dengan
segala aspek yang dikaji dan dipelajari pengaruhnya.
5) Pendekatan multidisipliner
Dikaji dan dianalisis dari berbagai disiplin ilmu seperti Sosiologi, Ekonomi,
Antropologi, Geografi, Psikologi dan gerontologi.

2. Beberapa Pelayanan untuk lansia dalam panti Sosial


1) Pelayanan Kesehatan untuk Lansia

Menurunya kemampuan dan ketahanan fisik lansia meningkatkan resiko


penyakit dan menghambat lansia, sehingga para orang tua membutuhkan
pelayanan kesehatan untuk lansia.

Selain itu ada kalanya anggota keluarga memiliki kesibukannya masing-


masing sehingga tidak bisa terus-menerus mendampingi. Oleh sebab itu,
dibutuhkan bantuan jasa tenaga medis ke rumah untuk membantu memberikan
pengawasan.

Berikut ini adalah macam-macam pelayanan kesehatan untuk lansia yang


dibutuhkan:

a. Dokter

13
Dengan adanya potensi mengalami sakit kronis atau cedera, membuat lansia
akan sangat membutuhkan jasa dokter untuk pengobatan. Selain mengobati,
layanan dokter juga dapat membantu pencegahan timbulnya masalah lain dengan
melakukan pemeriksaan atau medical check up secara rutin.Dengan demikian,
kondisi kesehatan lansia dapat selalu terpantau.

b. Vaksin

Sebagian besar orang menganggap pemberian vaksin hanya diutamakan untuk


bayi, tapi ternyata lansia juga sama membutuhkannya. Ketahanan sistem imun
tubuh yang menurun membuat lansia rentan terinfeksi berbagai virus berbahaya.
Pemberian beberapa macam vaksin untuk lansia seperti influenza, pneumonia,
varisela, herpes, tetanus, serta difteri akan memperkuat daya tahan tubuh lansia.
Namun, pastikan untuk selalu konsultasikan pemberiannya dengan dokter terlebih
dahulu.

c. Fisioterapi

Pelayanan kesehatan untuk lansia berikutnya adalah fisioterapi.Layanan ini


cocok bagi lansia dengan riwayat kesehatan seperti stroke, cedera, atau lainnya
yang menimbulkan gangguan pada alat gerak aktif sehingga menghambat
mobilitas.Fisioterapis akan memberikan gerakan-gerakan ringan tertentu pada
bagian tubuh yang bermasalah.Frekuensi terapi akan disesuaikan dengan
kebutuhan hingga benar-benar pulih.

d. perawat medis

Masalah kesehatan seperti diabetes dan jantung kemungkinan akan


menimbulkan luka pada tubuh sebagai akibat dari prosedur operasi atau rusaknya
jaringan tubuh akibat penyakit tersebut. Maka dari itu, dibutuhkan perawat medis
untuk membantu merawat serta mengobati luka.

Bila dokter menyarankan pemberian infus di rumah, perawat dapat membantu


pemasangan sekaligus mengawasi pemberiannya. Selain itu, perawat medis juga

14
dapat membantu pelaksanaan instruksi dokter lainnya seperti pemberian injeksi,
pemasangan kateter, dan lain-lain.

e. Perawat Home Care

Meskipun perawat home care tidak memberikan pelayanan kesehatan untuk


lansia berdasar instruksi dokter namun, jasa mereka tidak kalah penting. Lansia
cenderung mengalami keterbatasan gerak atau kesulitan lain saat melakukan
aktivitas sehari-hari.

Di sinilah perawat home care berperan untuk membantu memberikan


pendampingan serta pengawasan lebih bagi lansia. Keberadaan perawat home care
juga membantu lansia untuk tetap dapat melakukan interaksi sosial dengan orang
lain.

2) Sasaran Pelayanan
Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia melalui panti sosial adalah
Lanjut Usia yang:
1. Berusia 60 tahun keatas
2. Tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan hidupnya,
3. Tidak mempunyai keluarga dan atau memiliki keluarga tetapi tidak mampu
memelihara orang tuanya yang sudah lanjut usia.
3) jenis pelayanan
Panti sosial sebagai lembaga pengganti keluarga memberikan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia tidak hanya ditujukan kepada lanjut usia, tetapi
juga kepada keluarga lanjut usia dan masyarakat. Jenis-jenis pelayanan yang
diberikan meliputi:
1) Pelayanan kepada lanjut usia.
Sebagai sasaran langsung pelaksanaan pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia,
jenis pelayanan yang diterima:
1. Pelayanan kebutuhan makan,dengan pengaturan menu kebutuhan gizi
lansia.

15
2. Pemeliharaan kesehatan dan kebersihan, melalui pemeriksaan rutin,
pengobatan pada saat menderita sakit.
3. Pemberian bimbingan rohani,berupa bimbingan mental, keagamaan dan
bimbingan kemasyarakatan.
4) Proses pelayanan
Proses pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia dilakukan melalui 3
tahapan, yaitu tahapan pendekatan awal, tahapan pelaksanaan dalam pelayanan
panti dan tahap resosialisasi.
1. Pendekatan awal
Untuk memperkenalkan dan mempermudah pelaksanaan program pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia kepada instansi terkait, organisasi sosial dan
masyarakat.
2. Tahapan pelaksanaan
Tahap mulai dilaksanakannya kegiatan pemberiapelayanan kesejahteraan sosial
lanjut usia meliputi kegiatan penerimaan lanjut usia (yang sudah ditetapkan
/diseleksi) menjadi penerima pelayanan panti, pemberin bimbingan (fisik, mental,
sosial dan keterampilan).
3. Tahap Resosialisasi
Tahap persiapan akhir dari suatu proses pelayanan bagi para lanjut usia yang akan
diambil keluarganya, seperti :
1) Upaya mempersiapkan lanjut usia kembali kepada keluarga
2) Upaya mempertahankan kondisi lanjut usia setelah berada diluar panti
sosial
3) Pemberian kepastian berakhirnya pelayanan kesejahteraan sosial lanjut
usia dari panti sosial berdasarkan pertimbangan keadaan atau kondisi
terakhir lanjut usia dan keluarganya.

5) Pelayanan sosial Non Panti bagi lansia


1. Pelayanan berbasiskan keluarga
Keluarga adalah kelompok sosial yang terdiri dari orang-orang diatas 2
orang atau lebih yang mempunyai ikatan darah, perkawinan atau adopsi . Dalam

16
pelayanan ini, lanjut usia tetap tinggal dilingkungan keluarga bersama dengan
anak atau sanak keluarga atau dirumah lanjut usia sendiri bersama suami, istri,
dengan atau tanpa kehadiran anak atau sanak keluarganya.

Keluarga sebagai lembaga sosialisasi pertama dan utama dalam


masyarakat merupakan wadah penanganan permalahan yang paling layak bagi
lanjut usia, teruatama karena :
1) Dukungan emosional dari keluarga sangat menetukan keberhasilan dalam
menangani permasalahan.
2) Lanjut usia tetap dapat mengalihkan pengalaman kepada seluruh anggota
keluarganya, khususnya generasi muda
3) Keluarga meruapakan titik awal tumbuh berkembangnya pola fikir, pola
sikap, dan atau pola tindak terhadap lanjut usia
Dibawah ini bentuk-bentuk penanganan yang berbasiskan keluarga :
1) Santunan keluarga
Santunan keluarga merupakan pelayanan yang paling banyak dilakukan
dalam hal lanjut usia tidam mampu, sakit atau cacat sedangkan
keluarganya tidak mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan
yang memadai
2) Paket Bantuan Usaha Produktif
Upaya ini dilakasanakan Dapertemen Sosial dalam rangka meningkatkan
kemampuan dan kemandirian lanjut usia melalui kegiatan-kegiatan sektor
informal dirumah masing-masing, baik secara individual maupun
kelompok
2. Pelayanan berbasiskan masyarakat
Dalam upaya ini lanjut usia tetap tinggal dirumah atau keluarga masing-
masing dan hanya menggunakan fasilitas atas pelayanan pada waktu-waktu
tertentu disiang hari. bentuk-bentuk pelayanan berbasiskan masyarakat :
1) Pusat Pelayanan Lanjut usia

17
Berbagai kegiatan yang disediakan dilingkungan fasilitas ini adalah rekreasi,
latihan keterampilan, kegiatan kesenian dan kebudayaan , rehabilitasi, kesehatan
dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
2) Klab Lanjut Usia
Pelayanan yang disediakan dalam klab ini seperti pusat pelayanan lanjut usia
hanya penggunaanya terbatas pada lanjut usia yang menjadi angggota . Klab
tersebut di organisasi oleh lanjut usia atau badan sosial.
3. Pelayanan berbasiskan lembaga
Penanganan melalui lembaga kepada lanjut usia yang memerlukan
pelayanan intensif untuk tujuan penyembuhan, rehabilitasi dan perawatan jangka
pendek atau panjang . Pelayanan yang dapat berikan berbasiskan lembaga yaitu :
1) Rumah Sakit Lanjut usia
Pelayanan yang diberikan rumah sakit ini sama dengan rumah sakit lainnya ,
yaitu penyembuhan penyaki-penyakit fisik yang disandang lanjut usia. Rumah
sakit lanjut usia tidak menyediakan perawatan jangka panjang.
2) Panti Werdha
Pada umumnya panti werdha memberikan akomodasi dan pelayanan dan
perawatan jangka panjang bagi lanjut usia yang tidak mempunyai sanak keluarga
dan tidak mampu menyewa rumah sendiri, yang mengalami masalah dengan
sanak keluarganya atau tidak ingin membebani kelurga.

3. Kewajiban Lansia

Pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan lansia.


Salah satu yang menjadi perhatian serius saat ini adalah perubahan Undang-
undang Nomor 13 tahun 1998. Pemerintah sangat mendukung inisiatif masyarakat
yang mengusulkan perubahan UU Nomor 13 tahun 1998 agar sesuai dengan
perkembangan permasalahan lanjut usia dan perkembangan kebijakan lansia
secara nasional maupun global. Dalam kesempatan ini Kementerian Sosial
menyerahkan draf perubahan UU Nomor 13 tahun 1998 dari masyarakat kepada
Ketua Komisi VIII DPR RI. Harapannya agar dapat segera masuk ke Program

18
Legislasi Nasional (Prolegnas). Dalam draf UU ini, dituangkan berbagai upaya
meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan lansia, upaya untuk pemenuhan
hak-hak lansia, peninjauan batasan usia lansia, dan mengoptimalkan peran
lembaga masyarakat yang independen agar dapat berperan aktif dalam
meningkatkan kesejahteraan lanjut usia.

Selain penyerahan Draft Rancangan Perubahan UU 13 Tahun 1998,


Kementerian Sosial juga memberikan bantuan kepada lansia di antaranya
pemberian alat bantu berupa: kursi roda, tongkat, walker, alat bantu dengar,
tripod, dan kacamata kepada 71 lanjut usia senilai Rp. 75.515.000, Paket
Pemenuhan Kebutuhan Dasar kepada 250 lanjut usia dari Provinsi DIY senilai Rp.
125.000.000, dan 200 lanjut usia dari Provinsi Jawa tengah senilai total Rp.
100.000.000. HLUN di Indonesia diperingati setiap tanggal 29 Mei berdasarkan
nilai historis dan strategis. Pada tanggal 29 Mei 1945 dilaksanakan sidang I
BPUPKI yang dipimpin Dr. Radjiman Widyodiningrat anggota paling sepuh
(tertua) dengan kearifannya mencetuskan gagasan perlunya dasar filosofis negara
Indonesia.

Puncak peringatan HLUN ke-22 tahun 2018 ini bertema “Lansia Sejahtera,
Masyarakat Bahagia”.Kegiatan ini dihadiri Menteri Koordinator Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Sosial Idrus Marham,
Gubernur DIY Sri Sultan Hengkubuwono X, Ketua Komisi VIII DPR RI Ali
Taher dan sejumlah kepala daerah serta 5.000 lansia dari wilayah Yogyakarta,
Jawa Tengah dan beberapa wilayah di Indonesia. Peringatan HLUN 2018
bertujuan untuk melembagakan nilai-nilai sosial masyarakat, meningkatkan
kesadaran lanjut usia, generasi penerus, keluarga, dan masyarakat tentang
pentingnya berbangsa dan bernegara. HLUN juga bertujuan untuk mendorong
motivasi individu, keluarga, masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan lanjut usia serta meningkatkan kerjasama lintas sektor dari pusat
sampai daerah.

19
Sebagai penduduk senior, para lansia memiliki kebijakan, kearifan serta
pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus dalam
menentukan arah kehidupan pembangunan nasional di masa mendatang.
Karenanya penting bagi kita untuk menyadari bahwa kita pasti akan tua, sehingga
perlu berupaya menghadirkan dunia yang layak bagi semua lansia. Dengan
kematangan pola hidup dan pikirnya para lansia merupakan penjaga nilai yang
menjadi tuntunan hidup antar generasi. Lansia juga memiliki peran sebagai
penyangga pembangunan dan bukan beban pembangunan. Di bagian Puncak
Acara HLUN, Kementerian Sosial juga memberikan penghargaan dengan
katagori: perseorangan pimpinan daerah, perseorangan masyarakat, lembaga
kesejahteraan sosial, kelompok, dan keluarga.

UU No 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

Hak dan kewajiban


Pasal 5
1) Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2) Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:
a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b. pelayanan kesehatan;
c. pelayanan kesempatan kerja;
d. pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum.
f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hokum
g. perlindungan sosial;
h. bantuan sosial.

3) Bagi lanjut usia tidak potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) kecuali huruf "c", huruf "d", dan huruf "h".

4) Bagi lanjut usia potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) kecuali huruf "g".

20
Pasal 6
1) Lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2) Selain kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
peran dan fungsinya, lanjut usia juga berkewajiban untuk:
a. membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya terutama di lingkungan keluarganya
dalam rangka menjaga martabat dan meningkatkan kesejahteraannya;
b. mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian,
keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada
generasi penerus;
c. memberikan keteladanan dalam rangka aspek kehidupan kepada generasi
penerus.

4. Tugas dan tanggung jawab kesejahteraan sosial lansia

Indonesia memiliki kewajiban untuk kesejahterakan lanjut usia. Negara


wajib memberikan perlindungan sosial bagi rakyatnya. Sehingga lanjut usia juga
menjadi tanggung jawab suatu negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya
Undang- Undang khusus terkait tentang kesejahteraan Lanjut Usia yakni
Undang- Undang No. 13 Tahun 1998. Selain itu, ditambah dengan adanya
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2004 sebagai pelaksanaan upaya
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dan Peraturan Menteri No. 19 Tahun
2012 dan Peraturan Menteri No. 12 Tahun 2013. UU No. 13 tahun 1998 pasal 7
dan pasal 8

Dasar Hukum

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), dan pasal 27
ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945. Penjelasan Umum UU Kesejahteraan
Lanjut Usia, Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudi luhur mempunyai
ikatan kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa, yaitu menghormati serta menghargai peran dan kedudukan lanjut usia
yang memiliki kebijakan dan kearifan serta pengalaman berharga yang dapat

21
diteladani oleh generasi penerusnya. Perwujudan nilai-nilai keagamaan dan
budaya bangsa tersebut harus tetap dipelihara, dipertahankan, dan dikembangkan.
Upaya memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya
tersebut dilaksanakan antara lain melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosial
lanjut usia yang bertujuan mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan para lanjut
usia.

Agar upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dapat


dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil guna serta menyeluruh dan
berkesinambungan, diperlukan undang-undang sebagai landasan hukum yang kuat
dan merupakan arahan baik aparatur Pemerintah maupun masyarakat.

Undang-undang tersebut juga dimaksudkan sebagai pengganti Undang-


undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan Penghijauan Orang
Jompo (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 2747). Secara umum materi yang diatur dalam Undang-undang ini, antara
lain meliputi:

1. Tugas dan tanggung jawab Pemerintah dan masyarakat guna mewujudkan


kesejahteraan sosial lanjut usia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia dilaksanakan melalui
pelayanan:
a. keagamaan dan mental spiritual;
b. kesehatan; ia
c. kesempatan kerja;
d. pendidikan dan pelatihan;
e. kemudahan dalam penggunaan fasilitas sarana dan prasarana umum;
f. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g. perlindungan sosial;
h. bantuan sosial.

22
3. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan oleh
Pemerintah dan masyarakat.
4. Ketentuan pidana dan sanksi administrasi dimaksudkan untuk lebih
memberikan kepastian hukum terhadap upaya pelayanan dalam rangka
peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
5. Ketentuan mengenai koordinasi dimaksudkan untuk memadukan
penetapan dan pelaksanaan kebijakan Pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia.

UU No. 13 tahun 1998 pasal 7 dan pasal 8, Mengenai tugas dan tanggung jawab.
Pasal 7

Pemerintah bertugas mengarahkan, membimbing, dan menciptakan suasana yang


menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Pasal 8

Pemerintah, masyarakat, dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya


peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.
Isi UU Kesejahteraan Lanjut Usia

Berikut adalah isi Undang – Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan
Lansia

a. bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan


mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, telah menghasilkan kondisi sosial
masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah;
b. bahwa walaupun banyak di antara lanjut usia yang masih produktif dan
mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, namun karena faktor usianya akan banyak menghadapi
keterbatasan sehingga memerlukan bantuan peningkatan kesejahteraan
sosialnya;

23
c. bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada
hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa;
d. bahwa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan bagi lanjut usia
selama ini masih terbatas pada upaya pemberian sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang
Pemberian Bantuan Penghidupan Orang Jompo, yang pada saat ini
sudah tidak memadai apabila dibandingkan dengan perkembangan
permasalahan lanjut usia, sehingga mereka yang memiliki pengalaman,
keahlian, dan kearifan perlu diberi kesempatan untuk berperan dalam
pembangunan;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, dipandang perlu mencabut
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan
Penghidupan Orang Jompo dengan membentuk Undang-undang
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia;

➢ Kegiatan atau program pelayanan yang ada di panti

Dalam mewujudkan pelayanan kesejahteraan sosial,maka program pokok


yang dilaksakan antara lain:

1. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dalam Panti


2. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Luar Panti
3. Kelembagaan Sosial Lanjut Usia
4. Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.

➢ Sasaran program tersebut antara lain


Sasaran program pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia:
1. Lanjut Usia
2. Keluarga
3. ORSOS /LSM
4. Masyarakat.

24
➢ Tujuan
1. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman tenteram
dan sejahtera.
2. Terpenuhinyakebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.
3. Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
4. Terwujudnya kwalitas pelayanan.

➢ Sifat pelayanan

Setiap jenis pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia baikyang


dilaksanakan oleh pemerintah maupun maupun masyarakat mengandung sifat
frepentif , kuratif dan rehabilitatif.

1. Perefentif atau pencegahan, Pelayanan sosial yang di arahkan untuk


pencegahan timbulnya m,asalah baru dan meluasnya permasalahan
lanjut usia, maka dilakukan melalui upaya pemberdayaan keluarga ,
kesatuan kelompok –kelompok didalam masyarakat dan lembaga atau
organisasi yang peduli terhadap peningkatan kesejahteraan lanjut usia
,seperti keluarga terdekat /adapt, kelompok pengajian , kelompok
arisan karang werdha, PUSAKA, DNIKS, DNIKS ,LLI, BK 3 S, K3 S.
2. Kurantif atau penyembuhan, Pelayanan sosial lanjut usia yang
diarahkan untuk penyembuhan atas gangguan-gangguan yang di alami
lanjut usia, baik secara fisik , psikis maupun sosial.
3. Rehabilitatif atau pemulian kembali , Proses pemulihan kembali
fungsi-fungsi sosial setelah individu mengalami berbagai gangguan
dalam melaksanakan fungsi-fungsi sosialnya.

➢ Proses pelayanan

Dalam panti dan luar panti

1. Persiapan

25
a. Sosialisasi program dan kegiatan Panti/Orsos bagi lanjut usia
penerima pelayanan , keluarga dan masyarakat.
b. Kontak (Pertemuan pertama antara pihak panti/orsos dengan lanjut
usia dan keluarganya/yang mewakili).
c. Kontak( kesepakatan pelayanan atau bantuan secara tertulis antara
klien dengan pihak panti/pekerja sosial/orsos.
d. Pengukapan masalah lanjut usia.
e. Rencana tindak/intervensi

2. Pelaksanaan Pelayanan.
a. Pelayanan sosial
b. Pelayanan fisik
c. Pelayanan psikososial
d. Pelayanan ketrampilan
e. Pelayanan keagamaan/ spiritual
f. Pelayanan pendampingan
g. Pelayanan bantuan hokum.

3. Monitoring dan evaluasi


4. Terminasi.
5. Pembinaan lanjut.

5. Aplikasi kesejahteraan sosial lansia


a. Definisi Posyandu Lansia
Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program
pengembangan dari kebijakan Pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi
lansia, sebagai suatu forum komunikasi dalam bentuk peran serta masyarakat usia
lanjut,keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraan,
dalam upaya peningkatan tingkat kesehatan secara optimal. Posyandu lansia
adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah

26
tertentu yang sudah disepakati,yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka
bisa mendapatkan pelayanan kesehatan (Ismawati, 2010).

Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di


masyarkat dimana proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintar sektor
pemerintahan dan non pemerintahan, swasta, organisasi sosial dan lain-lain,
dengan menitikberatkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif (KomNas,
2010).

b. Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia menurut Ismawati dkk (2010) ini adalah:

1) Tujuan Umum :
a. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan
usia lanjut di masyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna bagi keluarga.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat
dan swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan
komunikasi antara masyarakat usia lanjut.
2) Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kesadaran pada lansia.
b. Membina kesehatan dirinya sendiri
c. Meningkatkan mutu kesehatan lansia
d. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia

Pengelola Posyandu Lansia, Pengelolaan posandu meliputi unsur masyarakat,


lembaga kemasyarakatan, organisasi kemasarakatan, lembaga swadaya masarakat,
lembaga mitra-pemerintah, dan dunia usaha terpilih. Semua elemen tersebut
memiliki kesediaan, kemampuan, dan waktu serta kepedulian terhadap pelayanan
sosial dasar masyarakat di posyandu.

27
Menurut Erpandi (2014), penjabaran dari penyelenggara posyandu adalah sebagai
berikut :

1) Pelaksana kegiatan adalah anggota masyarakat yang telah dilatih menjadi


kader kesehatan setempat di bawah bimbingan puskesmas dan sektor lain
di kecamatan.
2) Kader posyandu adalah anggota masyarakat yang bersedia, mampu dan
memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan posyandu lansia secara
sukarela.
3) Kader posyandu terlatih adalah kader yang telah mengikuti pelatihan
terkait bidang layanan posyandu lansia.
4) Kelompok Kerja Posyandu (Pokja Posyandu) adalah kelompok kerja yang
tugas dan fungsinya mempunyai keterkaitan dengan pembinaan
penyelenggaraan atau pengeloaan posandu lansia yang berkedudukan di
desa atau kelurahan.

c. Sasaran Posyandu Lansia

Adapun sasaran posyandu lansia menurut Erpandi (2014) adalah

1) Sasaran langsung
a. Kelompok pra usia lanjut (45-59 tahun).
b. Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas)
c. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun ke atas)
2) Sasaran tidak langsung
a. Keluarga dimana usia lanjut berada
b. Oragnisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut
c. Masyarakat luas

d. Manfaat Posyandu Lansia

Menurut Depkes RI (2013) manfaat dari posyandu lansia adalah:

a. Kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar


b. Kesehatan rekreasi tetap dipelihara
28
c. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang
d. Pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan
sikap dan dapat mendorong minat lansia sehingga lebih percaya diri di hari
tuanya.

e. Kegiatan Dalam Posyandu Lansia

Bentuk kegiatan pada posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan


kesehatan fisik dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu
Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masyarakat kesehatan yang dihadapi. Beberapa
kegiatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia (Depkes RI, 2013)
adalah :

1) Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam


kehidupan, seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun
tempat tidur, buang air besar/kecil .
2) Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental
emosional dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua) menit.
3) Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
4) Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
perhitungan denut nadi selama satu menit.
5) Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahliatau curprisulfat.
6) Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula (diabetes mellitus).
7) Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginal.
8) Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau
ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7.
9) Penyuluhan kesehatan. Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai
kebutuhan dan kondisi setempat seperti Pemberian Makanan Tambahan

29
(PMT) dengan memperhatikan aspek sehat dan gizi lanjut usia dan
kegiatan olahraga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
10) Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut
yang tidak datang dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu lansia, dibutuhkan sarana


dan prasarana penunjang, antara lain : tempat kegiatan (gedung, ruangan atau
tempat berbuka), meja dan kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan
dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensi meter, peralatan,
peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju Sehat (KMS)
USILA.

f. Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 (lima) meja,


pelayanan yang diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada
mekanisme dan kebijakan pelayanan kesehatan di suatu wilayah kabupaten
maupun kota penyelenggara. Ada yang menyelenggarakan posyandu lansia sistem
5 (lima) meja seperti balita, ada yang menggunakan sistem pelayanan 7 (tujuh)
meja, ada juga yang menggunakan sistem pelayanan 5 (lima) meja
(Sulistyorini.,dkk, 2010).

a. Meja 1 : tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader mencatat


lansia tersebut. Lansia sudah terdaftar di buku register kemudian menuju
meja selanjutnya.
b. Meja 2 : tempat pengukuran dan penimbangan berat badan.
c. Meja 3: pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan,
Indeks Masa Tubuh (IMT) dan mengisi KMS.
d. Meja 4 : tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan pojok gizi,
penyuluhan kesehatan individu berdasarkan KMS, serta pemberian PMT.
e. Meja 5 : pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data hasil
pemeriksaan kesehatan pada KMS. Dan diharapkan setiap kunjungan para

30
lansia dianjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna memantau
status kesehatan (Sulistyorini dkk, 2010).

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesejahteraan sosial lanjut usia merupakan suatu tindakan sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan ,kebutuhan bagi masyarakat,khususnya para lanjut usia yang
tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya yaitu dengan jalan memberikan pelayanan
bantuan dan penyantunan. Dengan demikian, maka diharapkan para lansia dapat
meningkatkan kesejahteraan mereka sehingga mampu hidup dengan layak.

Batasan Lanjut Usia, WHO(1999) menggolongkan lanjut usia berdasrkan usia


kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan (middleage)
antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia(elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun,
lanjut usia tua (old) usia 75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (Very old) diatas 90
tahun.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan


Lansia menyebutkan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia
diselenggarakan berasaskan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang usia
harapan hidup dan masa produktif, terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya,
terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia,serta lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa

B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya
dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman

32
memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khusus pada penulis.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Adang Setiana, 2012. Analisis Kebijakan Pemberdayaan dan Perlindungan Sosial


Lanjut Usia. Jakarta: Deputi Bidang Koordinasi Perlinfungan Sosial dan
Pemberdayaan Rakyat

Ahmad Jubaedi, dkk, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Salemba Madika.
Argo Demartoto, 2007. Pelayanan Sosial Non Panti bagi Lansia. Surakarta:
Universitas Negri Surakarta.

Drs. Setyoko, 1997. Petunjuk Teknis Pelaksaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial


Lanjut Usia dalam Panti. Jakarta: Departemen Sosial RI.

Karin Crawford, Janet Walker, 2012. Pekerjaan Sosial dengan Kelompo Lanjut Usia.
Bandung: STKS Bandung

Lilik Maarifatul Azizah, 2011. Keperawatam Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

34

Anda mungkin juga menyukai