DINAS SOSIAL
PROVINSI ACEH
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI………………………………………………………………… i
KATA PENGANT.…………………………………………………………. ii
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masaalah ………………………………………….. 1
B. Rumusan Masaalah ………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 6
Daftar Pustaka
Lampiran
KATA PENGANTAR
Dinas Sosial merupakan sebuah institusi pemerintah di tingkat provinsi dan memiliki
yang harus dipenuhi oleh sebuah Negara terhadap rakyatnya. Dinas sosial memiliki
membentuk sebuah kelompok kerja yang terdiri dari lintas dinas untuk menunjang
pelaksanaan program dilapangan. Perguruan Tinggi dalam hal ini bertindak sebagai
ketua tim peneliti untuk melakukan kajian akademis sebelum program dilaksanakan.
Oleh karena itu Dinas Sosial Provinsi Aceh beserta perguruan tinggi dan supervisor
dari kemensos telah melaksanakan penelitian di lokasi calon PKAT yakni Batu
Silalang, Desa Lawe Serakut, Kec. Leuser, Aceh Tenggara. Hasil dari penelitian akan
Teuku Murdani
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menempati peringkat ke empat penduduk terbesar
di dunia namun pada saat yang sama sebagai negara berkembang tidak terlepas dari
berbagai persoalan sosial. Kemiskinan dan keterpencilan akibat ketidak merataan
pembangunan merupakan salah satu persoalan yang sedang dihadapi dan di
tanggulangi.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk saat ini mencapai 277.858.332 jiwa yang
terdiri dari kurang lebih 1,340 suku tersebar di 17,491 pulau baik besar maupun kecil.
Indonesia memiliki luas daratan 1,919 juta Km² dan lautan mencapai 3.257.357 km².
Dengan kondisi geografis dan jumlah penduduk, Indonesia memiliki jumlah
pekerjaan rumah yang tidak terhitung dalam mengupayakan pemerataan
pembangunan nasional ke seluruh pelosok negeri. Pemerataan pembangunan
merupakan cita-cita proklamasi dan UUD 1945 untuk memenuhi kebutuhan seluruh
rakyat Indonesia. Indonesia tidaklah memiliki kekurangan talenta dalam merancang
pembangunan bangsa yang terbentang dari Sabang sampai Marauke. Namun dengan
jumlah suku yang sangat banyak tentu memikili keunikan persoalan tersendiri dalam
merancang rencana pembangunan yang mampu mengakomodir berbagai kepentingan
dan local wisdom dari berbagai etnis. Disamping itu permasalahan yang dihadapi
Indonesia adalah bagaimana melaksanakan rencana pembangunan yang telah disusun
ke seluruh pelosok negeri, khususnya bagi kelompok warga masyarakat yang
menempati daerah terpencil dan pulau-pulau terluar di Nusantara.
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan sosial untuk seluruh ratyatnya. Kesejahteraan merupakan suatu
tingkatan tatanan kehidupan yang meliputi terpebuhinya baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin
yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai
dengan Pancasila. Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dalam berbagai bidang,
pemerintah Indonesia melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap
berbagai lembaga negara baik Lembaga setingkat Menteri maupun selevel dinas yang
berada di setiap provinsi maupun kabupaten/kota. Salah satu tugas yang paling
mendasar dalam pembangunan adalah pemberdayaan sosial dan pengembangan
kapasitas masyarakat agar mampu hidup mandiri. Pemberdayaan sosial merupakan
suatu tindakan pemberdayaan yang melibatkan segala upaya dan menyeluruh dengan
target yang ingin di capai adalah untuk menjadikan setiap warga negara Indonesia
yang memiliki masaalah sosial memiliki daya dan kemampuan sendiri agar mampu
memenuhi kebutuhan dasaranya secara mandiri.
Ada sudut pandang yang berbeda antara aktivis sosial dan perusahaan bisnis dalam
mengartikan pemberdayaan. Aktivis sosial mendefinisikan pemberdayaan sebagai
peningkatan pendapatan keluarga miskin, sementara perusahaan bisnis
mengembangkan kemampuan karyawan untuk lebih produktif dalam tugas mereka.
Jane et al (2002) menjelaskan bahwa aktivis sosial lebih fokus pada masalah
kemiskinan di masyarakat dan mereka melihat pemberdayaan sebagai upaya lokal,
akar rumput yang dirancang untuk menginspirasi orang miskin untuk menantang
status quo mereka menjadi lebih baik. Di sisi lain, manajer bisnis dan personalia
umumnya berpikir tentang pemberdayaan sebagai cara untuk meningkatkan
produktivitas dalam struktur yang sudah mapan.
Kementerian Sosial mendefinisikan pemberdayaan sosial sebagai kegiatan untuk
mengembangkan keterampilan dan otonomi masyarakat sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar mereka (Kemensos, 2019). Diskusi dalam penelitian ini
berfokus pada pemberdayaan sosial masyarakat adat terpencil di Aceh. Proyek ini
dilaksanakan oleh Kementerian Sosial Indonesia melalui Dinas Sosial Aceh.
Sebagaimana diuraikan dalam implementasi teknis, program ini bertujuan untuk
memutus rantai kemiskinan dan membuka isolasi mereka kepada kelompok
masyarakat lainnya. Sebagian besar kegiatan pemberdayaan sosial adalah pelatihan
pertanian sehingga masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan metode
pertanian yang tepat, mengadopsi teknologi pertanian dan membuka saluran
pemasaran yang lebih baik untuk memasarkan produksinya. Bangunan rumah adalah
bagian dari memutus rantai kemiskinan dan membangun jalan adalah untuk memutus
status isolasi (Panduan Teknis, 2016).
Pemerintah Indonesia secara terus menerus melakukan upaya-upaya pembangunan
dalam berbagai bidang dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Isbandi
(2008) menegaskan bahwa berbagai upaya dan variasi pemerintah dalam
mempercepat pembangunan pada dasarnya dilakukan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Luas dan banyaknya pulau-pulau di Indonesia tentu saja akan berdampak pada
sulitnya mewujudkan upaya-upaya mensejahterakan rakyat secara menyeluruh. Oleh
karenanya dibutuhkan upaya yang terintegrasi dan berkelanjutan serta dengan
berbagai inovasi dan variasi agar tercapai kesejahteraan yang didambakan oleh setiap
anak negeri. Salah satu program yang dilakukan pemerintah melalui Kementrian
Sosial adalah program pengembangan masyarakat pedalaman yang sangat sedikit
memiliki akses keluar komunitas mereka. Program ini dibingkai dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat Adat Terpencil (PKAT). Program yang dilaksanakan
melalui Dinas Sosial di tingkat provinsi dan kabupaten ini berbentuk pemberdayaan
agar masyarakat yang menjadi target berdaya dan mampu mewujudkan
kesejahterannya dan keluarganya.
Upaya ini memiliki dasar dan latar hukum yang kuat karena pemerintah Indonesia
secara tegar menerbitkan nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial. Dimana didalam undang-undang dimaksud dijelaskan secara
rinci tentang definisi kesejahteraan yakni “kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”
Untuk menindak lanjuti amanat undang-undang tersebut maka kementrian sosial
merupakan istitusi yang paling bertanggung jawab terhadap upaya-upaya
kesejahteraan setiap warga Negara. Oleh karena itu maka perlu dilakukan langkah-
langkah strategis dalam upaya memberdayakan masyarakat agar maju dan mandiri.
Salah satu upaya pemerintah dalam hal ini adalah melalui program pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang di laksanakan oleh Kementrian Sosial melalui
Dinas Sosial di setiap provinsi di Indonesia. Sesuai dengan pemahaman Agnes
pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membantu masyarakat mengembangkan
kemampuan sendiri agar mampu mengatasi masaalah dan membuat keputusan untuk
dirinya sendiri. Edi Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan merupakan upaya
memberikan kekuatan atau kekuasaan kepada orang yang lemah agar mereka mampu
membuat keputusan untuk diri mereka sendiri. Dari dua konspe diatas dapat
digambarkan bahwa pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh
orang yang memeiliki kemampuan terhadap orang-orang yang tidak memiliki
kemampuan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan. Namun dalam melakukan
sebuah pemberdayaan perlu dilibatkan setidaknya tiga stakeholder yakni Negara,
masyarakat dan pihak swasta. Hal ini diperlukan karena sudah banyak kita amati
berbagai pembangunan yang dilakukan oleh Negara terbengkalai karena tanpa adanya
pelibatan masyarakat. Kebanyakan alasan sangat logis yangni masyarakat tidak
membutuhkannya sehingga mereka tidak tahu harus menggunakannya untuk apa.
Berdasarkan uraian latar belakang masaalah diatas, maka masaalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut. Rumusan masaalah ini disusun agar kegiatan
penelitian ini tetap seperti rencana awal dan tidak melenceng kepada isu-isu
lainnya.
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi, sumber daya alam, sosial budaya
dan kesejahteraan sosial masyarakat Dusun Batu Silalang, Desa Lawe
Serakut, Kec. Leuser, Aceh Tenggara.
2. Apa aspirasi masyarakat dalam rangka mengupayakan kesejahteraan
bagi mereka sendiri.
3. Bagaimana bentuk dan strategi rencana pemberdayaan yang sesui
dengan kondisi mereka saat ini.
C. Tujuan Penelitian
Luas wilayah Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut ± 800 KM2. Perumahan
penduduk menyebar dalam luas kawasan ini. Suhu udara rata-rata 30°C,
umumnya sore hari sekitar jam 15.00 turun hujan. Rotasi musim umumnya
kemarau dimulai bulan Juni s/d bulan Desember sedangkan musim hujan
dimulai bulan Januari s/d Mei.
Alat transportasi umum yang biasa dipakai oleh masyarakat Dusun Batu
Silalang, Desa Lawe Serakut adalah boat yang menyusuri sungai Leuser dan
sepeda motor, kenderaan bermotor rata-rata tidak memiliki plat dan umumnya
tidak memiliki surat menyurat dan kondisi yang normal. Sarana jalan dari
kabupaten ke pusat kecamatan telah diaspal namun dari kecamatan ke Dusun
Batu Silalang, Desa Lawe Serakut masih tanah liat dan sebahagian telah
dilakukan pengerasan. Umumnya jalan sangat susah dilalui ketika musim hujan.
Untuk membawa bahan dan peralatan kebutuhan dasar mesyarakat baik dari
kecamatan maupun kabupaten rata-rata menggunakan perahu dan melalui rute
sungai.
Masyarakat bila ingin berpergian ke pusat kecamatan harus mengeluarkan biaya
sejumlah Rp.50,000 untuk jasa perahu. Namun bila ingin ke ibu kota kabupaten
biayanya menjadi Rp.100.000,-. Biasanya yang bepergian keluar dusun baik ke
ibukota kecamatan maupun kabupaten adalah laki-laki, sedangkan perempuan
menurut penuturan warga umumnya empat bulan sekali
Dari letak geografisnya Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut memiliki
potensi yang sangat bagus untuk berbagai pertanian karena selain dikelilingi
oleh gunung, Dusun Batu Sililang memiliki tanah yang sangat subur. Dusun
Batu Silalang memiliki areal pertanian yang sangat luas. Bila masyarakat
memiliki sedikit tehnologi dan modal kerja akan sangat memungkinkan untuk
dikembangkan untuk skala semi industri. Kondisi lingkungan masih sangat
alamiah dan memiliki sumber daya alam yang sangat bagus untuk dikelola.
Hamper seluruh masyarakat Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut
berprofesi petani jagung, mereka menanam jagung dengan skala yang sangat
besar. Namuen mereka tidak memiliki modal kerja dan teknologi untuk
mendukung kegiatan pertanian mereka.
Untuk memula menanam jagung mereka berutang kepada agen (hamper mirip
dengan rentenir). Pinjaman tersebut meliputi modal kerja awal, bibit dan pupuk
dan harus dikembalikan beserta bunga sebanyak 5% dalam sebulan ketika
panen. Panen jagung umumnya 3 sampai dengan 4 bulan. Tidak hanya harus
mengembalikan pinjaman beserta bunga.
4.5. Kendala/Hambatan
Dalam upaya pemberdayaan PKAT di dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut,
Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara teridentifikasi beberapa
kemungkinan kendala diantaranya adalah.
a. Jalan sebagai sarana transportasi hanya lancar dilalui ketika musim
kemarau, namun ketika musim hujan hubungan antara gamoeng Sikundo
dengan pusat kecamatan sedikit terganggu.
b. Listrik belum terhubung ke lokasi
c. Semua warga dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut berjumlah 50 KK
membutuhkan rumah layak huni dan mereka semua masuk dalam kategori
Eksito.
d. Pola hidup masyarakat belum memahami higenis dan standar kesehatan
2. Pembinaan Macro
a. Meningkatkan kualitas jalan agar dapat dilalui oleh roda empat dalam segala
cuaca.
b. Membangun hubungan kemitraan antara para petani dengan penampung
untuk memudahkan pemasaran hasil panen.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan
penting sebagai berikut:
1. Dari segi giografis eperti bibit, alat kerja, pupuk, obat-obatan dan jadup. telah
dilakukan pembukaan jalan sehingga sudah ada potensi untuk dilalui oleh
kenderaan roda empat dan warga setempat berpotensi untuk berkembang.
2. Masyarakat sudah sangat siap secara psikologis dan sosiologis untuk
berpartisipasi didalam program ini.
3. Pemerintah kabupaten Aceh Tenggara, mulai dari bupati sampai kelompok kerja
sudah menyatakan kesiapan untuk mendukung program ini sesuai dengan
tupoksinya masing-masing
4. Program KAT ini perlu diupayakan untuk memberdayakan masyarakat yang
secara potensi sumber daya alam cukup besar sehingga mampu dikonversikan
untuk kesejahteraan anak bangsa.
5.2. Saran
1. Perlu diberikan pemahaman kepada calon penerima program KAT sedini
mungkin agar mereka memahami betul bagaimana aturan dan kebijakannya.
2. Perlu dibentuk Koperasi simpan pinjam desa untuk meningkatkan pendapatan
petani dan menghindari modal dari para Ijon.
3. Masyarakat atau perwakilan perlu dilibatkan dalam setiap kegiatan sebagai salah
satu upaya peningkatan kapasitas bagi mereka.
Daftar Pustaka;
Laws, S., Harper, C., Jones, N., & Marcus, R. (2013). Research for development: A
practical guide. Sage.
Kondisi Jalan Menuju
Dusun Batu Sililang,
Gampoeng Lawe
Serakut
Kondisi jalan yang harus
dilalui ketika hujan turun
Kondisi rumah warga
yang dibangun apa
adanya
Kondisi dapur warga di
dusun Batu Sililang
Kondisi WC warga calon
program PKAT di dusun
Batu Sililang
Fokus Group Discussion
dengan warga dusun Batu
Sililang, aparat desa, dinas
sosial, dinas kehutanan,
dan camat Leuser