Anda di halaman 1dari 30

STUDY KELAYAKAN

PENGEMBANGAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL (PKAT)


DUSUN BATU SILILANG, GAMPOENG LAWE SERAKUT, KECAMATAN
LEUSER, KABUPATEN ACEH TENGGARA
PROVINSI ACEH
































TIM PENELITI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
T. MURDANI, S. Ag, M. IntlDev

DINAS SOSIAL
PROVINSI ACEH
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN
DAFTAR ISI………………………………………………………………… i

KATA PENGANT.…………………………………………………………. ii

BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………. 1
A. Latar Belakang Masaalah ………………………………………….. 1
B. Rumusan Masaalah ………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………….. 6

BAB II : LANDASAN TEORI……………………………………………… 7


2.1. Pengertian dan Ciri KAT…………………………………………… 7
2.1.2. Ciri KAT……………………………………………………… 7
2.2. Landasan Hukum KAT……………………………………………… 8
2.3. Kebijakan dan Strategi Program……………………………………. 8
2.3.1. Pemberdayaan Sosial yang Komprehensif………..………….. 8
2.3.2. Peningkatan Pelayanan Dasar………………………………... 8
2.3.3. Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan…………………. 9

BAB III : METODE PENELITIAN………………………………………… 10


3.1. Jenis Penelitian………………………………………………………. 10
3.2. Lokasi Penenlitian…………………………….…………………….. 10
3.3. Populasi dan Sample…………………..……………………………. 11
3. 4. Teknik Pengumpulan Data………..………………………………... 12
3. 5. Analisa Data………………………………………………………… 12

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………….…….. 13


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………………………...……. 13
4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah………………….….…… 13
4.1.3. Pembanguna ………..……………………………….……….. 15
4.1.4. Mata Pencaharian dan Kegiatan Perekonomian……………... 15
4.1.6. Aspirasi Warga dalam Peningkatan Kesejahteraan Hidup…… 16
4.2. Kondisi Sosial Budaya………………………………………………. 17
4.2.1. Sejarah Singkat Dusun Batu Sililang ...……………………… 17
4.2.2. Interaksi Sosial Budaya………………………………….…… 17
4.3. Strategi Pemberdayaan………………………………..…………….. 18
4.4. Potensi atau Peluang………………………………………………… 18
4.5. Kendala/Hambatan………………………………………………….. 19
4.6. Aspirasi dan Kebutuhan Masyarakat…………….…………………. 19
BAB V : PENUTUP…………………………………………….………….. 21
5.1. Kesimpulan………………………………………………………… 21
5.2. Saran……………………………………………………………….. 21

Daftar Pustaka
Lampiran
KATA PENGANTAR

Dinas Sosial merupakan sebuah institusi pemerintah di tingkat provinsi dan memiliki

koordinasi langsung dengan Kementrian Sosial khususnya dalam kegiatan-kegiatan

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan merupakan sebuah hak

yang harus dipenuhi oleh sebuah Negara terhadap rakyatnya. Dinas sosial memiliki

berbagai program pemberdayaan untuk mewujudkan kesejahteraan, salahsatunya

adalah Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (PKAT). Dalam melaksanakan

program dimaksud, Dinas Sosial bekerjasama dengan unsur Perguruan Tinggi

membentuk sebuah kelompok kerja yang terdiri dari lintas dinas untuk menunjang

pelaksanaan program dilapangan. Perguruan Tinggi dalam hal ini bertindak sebagai

ketua tim peneliti untuk melakukan kajian akademis sebelum program dilaksanakan.

Oleh karena itu Dinas Sosial Provinsi Aceh beserta perguruan tinggi dan supervisor

dari kemensos telah melaksanakan penelitian di lokasi calon PKAT yakni Batu

Silalang, Desa Lawe Serakut, Kec. Leuser, Aceh Tenggara. Hasil dari penelitian akan

dipaparkan dalam laporan ini.

Keua Tim Peneliti

Teuku Murdani
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang menempati peringkat ke empat penduduk terbesar
di dunia namun pada saat yang sama sebagai negara berkembang tidak terlepas dari
berbagai persoalan sosial. Kemiskinan dan keterpencilan akibat ketidak merataan
pembangunan merupakan salah satu persoalan yang sedang dihadapi dan di
tanggulangi.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk saat ini mencapai 277.858.332 jiwa yang
terdiri dari kurang lebih 1,340 suku tersebar di 17,491 pulau baik besar maupun kecil.
Indonesia memiliki luas daratan 1,919 juta Km² dan lautan mencapai 3.257.357 km².
Dengan kondisi geografis dan jumlah penduduk, Indonesia memiliki jumlah
pekerjaan rumah yang tidak terhitung dalam mengupayakan pemerataan
pembangunan nasional ke seluruh pelosok negeri. Pemerataan pembangunan
merupakan cita-cita proklamasi dan UUD 1945 untuk memenuhi kebutuhan seluruh
rakyat Indonesia. Indonesia tidaklah memiliki kekurangan talenta dalam merancang
pembangunan bangsa yang terbentang dari Sabang sampai Marauke. Namun dengan
jumlah suku yang sangat banyak tentu memikili keunikan persoalan tersendiri dalam
merancang rencana pembangunan yang mampu mengakomodir berbagai kepentingan
dan local wisdom dari berbagai etnis. Disamping itu permasalahan yang dihadapi
Indonesia adalah bagaimana melaksanakan rencana pembangunan yang telah disusun
ke seluruh pelosok negeri, khususnya bagi kelompok warga masyarakat yang
menempati daerah terpencil dan pulau-pulau terluar di Nusantara.
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kemakmuran dan
kesejahteraan sosial untuk seluruh ratyatnya. Kesejahteraan merupakan suatu
tingkatan tatanan kehidupan yang meliputi terpebuhinya baik material maupun
spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin
yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan pemenuhan
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta
masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai
dengan Pancasila. Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan dalam berbagai bidang,
pemerintah Indonesia melakukan pembagian tugas dan tanggung jawab terhadap
berbagai lembaga negara baik Lembaga setingkat Menteri maupun selevel dinas yang
berada di setiap provinsi maupun kabupaten/kota. Salah satu tugas yang paling
mendasar dalam pembangunan adalah pemberdayaan sosial dan pengembangan
kapasitas masyarakat agar mampu hidup mandiri. Pemberdayaan sosial merupakan
suatu tindakan pemberdayaan yang melibatkan segala upaya dan menyeluruh dengan
target yang ingin di capai adalah untuk menjadikan setiap warga negara Indonesia
yang memiliki masaalah sosial memiliki daya dan kemampuan sendiri agar mampu
memenuhi kebutuhan dasaranya secara mandiri.

Pemberdayaan social merupakan elemen yang sangat penting dalam proses


pembangunan. Dawson (1998) mengemukakan bahwa pemberdayaan adalah solusi
untuk pengentasan kemiskinan di negara berkembang, upaya pemberdayaan
meningkatkan kemandirian orang miskin.
Pemberdayaan social masyarakat adalah kegiatan untuk mengedukasi masyarakat
agar lebih mandiri dan inovatif untuk dapat mengembangkan diri. Douglas dan Marc
yang dikutip dari Rappaport (1995) menjelaskan bahwa Pemberdayaan adalah suatu
konstruksi yang menghubungkan kekuatan dan kompetensi individu, sistem bantuan
alam, dan perilaku proaktif dengan kebijakan sosial dan perubahan sosial.
Memberdayakan suatu komunitas adalah proses memberikan kekuatan atau
mentransfer kekuatan kepada individu atau sekelompok orang sehingga mereka dapat
mengendalikan dan mengelola kehidupan mereka sendiri. Berger dan Neuhaus (1977)
menyebutkan bahwa pemberdayaan pada tingkat individu adalah proses di mana
individu mendapatkan kekuatan dan kontrol atas kehidupan mereka dan pemahaman
kritis terhadap lingkungan mereka.

Ada sudut pandang yang berbeda antara aktivis sosial dan perusahaan bisnis dalam
mengartikan pemberdayaan. Aktivis sosial mendefinisikan pemberdayaan sebagai
peningkatan pendapatan keluarga miskin, sementara perusahaan bisnis
mengembangkan kemampuan karyawan untuk lebih produktif dalam tugas mereka.
Jane et al (2002) menjelaskan bahwa aktivis sosial lebih fokus pada masalah
kemiskinan di masyarakat dan mereka melihat pemberdayaan sebagai upaya lokal,
akar rumput yang dirancang untuk menginspirasi orang miskin untuk menantang
status quo mereka menjadi lebih baik. Di sisi lain, manajer bisnis dan personalia
umumnya berpikir tentang pemberdayaan sebagai cara untuk meningkatkan
produktivitas dalam struktur yang sudah mapan.
Kementerian Sosial mendefinisikan pemberdayaan sosial sebagai kegiatan untuk
mengembangkan keterampilan dan otonomi masyarakat sehingga mereka dapat
memenuhi kebutuhan dasar mereka (Kemensos, 2019). Diskusi dalam penelitian ini
berfokus pada pemberdayaan sosial masyarakat adat terpencil di Aceh. Proyek ini
dilaksanakan oleh Kementerian Sosial Indonesia melalui Dinas Sosial Aceh.
Sebagaimana diuraikan dalam implementasi teknis, program ini bertujuan untuk
memutus rantai kemiskinan dan membuka isolasi mereka kepada kelompok
masyarakat lainnya. Sebagian besar kegiatan pemberdayaan sosial adalah pelatihan
pertanian sehingga masyarakat memiliki pengetahuan dan keterampilan metode
pertanian yang tepat, mengadopsi teknologi pertanian dan membuka saluran
pemasaran yang lebih baik untuk memasarkan produksinya. Bangunan rumah adalah
bagian dari memutus rantai kemiskinan dan membangun jalan adalah untuk memutus
status isolasi (Panduan Teknis, 2016).
Pemerintah Indonesia secara terus menerus melakukan upaya-upaya pembangunan
dalam berbagai bidang dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Isbandi
(2008) menegaskan bahwa berbagai upaya dan variasi pemerintah dalam
mempercepat pembangunan pada dasarnya dilakukan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Luas dan banyaknya pulau-pulau di Indonesia tentu saja akan berdampak pada
sulitnya mewujudkan upaya-upaya mensejahterakan rakyat secara menyeluruh. Oleh
karenanya dibutuhkan upaya yang terintegrasi dan berkelanjutan serta dengan
berbagai inovasi dan variasi agar tercapai kesejahteraan yang didambakan oleh setiap
anak negeri. Salah satu program yang dilakukan pemerintah melalui Kementrian
Sosial adalah program pengembangan masyarakat pedalaman yang sangat sedikit
memiliki akses keluar komunitas mereka. Program ini dibingkai dalam Program
Pemberdayaan Masyarakat Adat Terpencil (PKAT). Program yang dilaksanakan
melalui Dinas Sosial di tingkat provinsi dan kabupaten ini berbentuk pemberdayaan
agar masyarakat yang menjadi target berdaya dan mampu mewujudkan
kesejahterannya dan keluarganya.
Upaya ini memiliki dasar dan latar hukum yang kuat karena pemerintah Indonesia
secara tegar menerbitkan nomor 11 tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok
kesejahteraan sosial. Dimana didalam undang-undang dimaksud dijelaskan secara
rinci tentang definisi kesejahteraan yakni “kondisi terpenuhinya kebutuhan material,
spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu
mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”
Untuk menindak lanjuti amanat undang-undang tersebut maka kementrian sosial
merupakan istitusi yang paling bertanggung jawab terhadap upaya-upaya
kesejahteraan setiap warga Negara. Oleh karena itu maka perlu dilakukan langkah-
langkah strategis dalam upaya memberdayakan masyarakat agar maju dan mandiri.

Salah satu upaya pemerintah dalam hal ini adalah melalui program pemberdayaan
Komunitas Adat Terpencil (KAT) yang di laksanakan oleh Kementrian Sosial melalui
Dinas Sosial di setiap provinsi di Indonesia. Sesuai dengan pemahaman Agnes
pemberdayaan merupakan suatu upaya untuk membantu masyarakat mengembangkan
kemampuan sendiri agar mampu mengatasi masaalah dan membuat keputusan untuk
dirinya sendiri. Edi Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan merupakan upaya
memberikan kekuatan atau kekuasaan kepada orang yang lemah agar mereka mampu
membuat keputusan untuk diri mereka sendiri. Dari dua konspe diatas dapat
digambarkan bahwa pemberdayaan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh
orang yang memeiliki kemampuan terhadap orang-orang yang tidak memiliki
kemampuan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan. Namun dalam melakukan
sebuah pemberdayaan perlu dilibatkan setidaknya tiga stakeholder yakni Negara,
masyarakat dan pihak swasta. Hal ini diperlukan karena sudah banyak kita amati
berbagai pembangunan yang dilakukan oleh Negara terbengkalai karena tanpa adanya
pelibatan masyarakat. Kebanyakan alasan sangat logis yangni masyarakat tidak
membutuhkannya sehingga mereka tidak tahu harus menggunakannya untuk apa.

Berdasarkan berbagai pendapat maka pembangunan nasional merupakan upaya


yang dilakukan secara terus-menerus untuk menjadikan bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang sejajar dengan bangsa-bangsa yang maju, baik dalam taraf hidup maupun
dalam berbagai bidang aspek kehidupannya.
Salah satu strategi yang melibatkan masyarakat mulai dari pemetaan sosial sampai
kepada analisa hasil adalah program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil
(PKAT). Program ini khusus ditujukan kepada komunitas yang terisolir dan belum
tersentuh program-program pemerintah serta kurang sejahtera. Indonesia yang
merupakan tanah yang subur dan kaya dengan sumber daya alam, mereka memiliki
sumberdaya alam yang sangat melimpah namun tidak memiliki modal dan
kemampuan yang cukup untuk mengkonfersi sumber daya alam menjadi sumber
kemakmuran dan kesejahteraan. Disamping itu akses jalan dan prasarana yang ada
sangat sulit bagi mereka untuk dapat mengakses pasar baik untuk keperluan
perdagangan maupun pangan untuk kehidupan sehari-hari. Untuk merancang sebuah
rencana pembangunan yang komprehensif bagi kemajuan mereka diperlukan sebuah
penelitian agar rencana pembangunan benar-benar dapat memberdayakan mereka
untuk mencapai taraf sejahtera. Penelitian dimaksud akan sangat bermanfaat untuk
langkah pemerintah selanjutnya dalam memberdayakan mereka,
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masaalah diatas, maka masaalah penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut. Rumusan masaalah ini disusun agar kegiatan
penelitian ini tetap seperti rencana awal dan tidak melenceng kepada isu-isu
lainnya.
1. Bagaimana kondisi sosial ekonomi, sumber daya alam, sosial budaya
dan kesejahteraan sosial masyarakat Dusun Batu Silalang, Desa Lawe
Serakut, Kec. Leuser, Aceh Tenggara.
2. Apa aspirasi masyarakat dalam rangka mengupayakan kesejahteraan
bagi mereka sendiri.
3. Bagaimana bentuk dan strategi rencana pemberdayaan yang sesui
dengan kondisi mereka saat ini.
C. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara lengkap


dan detail tentang bagaimana kondisi sosial dan ekonomi Komunitas Adat
Terpencil di Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut, Kec. Leuser, Aceh
Tenggara. Ada tiga tujuan yang sudah dirumuskan sebagai berikut:
1. Memahami kondisi sosial ekonomi, sumber daya alam, sosial budaya
dan kesejahteraan sosial masyarakat Pantan Sinaku.
2. Mengetahui keinginan dan kebutuhan masyarakat Pantan Sinaku dalam
upayan pemberdayaan kesejahteraan sosial.
3. Menyususn strategi dan model pemberdayaan yang sesuai serta tepat
sasaran.
D. Manfaat Penelitian

Sesuai tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat:


1. Menyusun kebijakan yang sesuai dalam upaya pemberdayaan masyarakat terisolir
agar dapat mengupayakan kesejahteraan.
2. Merancang dan mengimplementasikan sebuah model pemberdayaan masyarakat
terpencil sehingga tercapainya tujuan pembangunan nasional
3. Menjadi study mendalam bagi akademisi khususnya dalam bidang study
pengembangan masyarakat agar terjadinya sinergi antara pemerintah dan
akademisi dalam pembangunan nasional.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian dan Ciri PKAT


Kementrian Sosial Republik Indonesia telah merumuskan definisi dari PKAT yakni
sekumpulan orang dalam jumlah tertentu yang terikat dalam kesatuan geografis,
ekonomi, dan/sosial budaya, dan miskin, terpencil, dan/atau rentan sosial ekonomi
(Depsos RI, 2016). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dipahami bahwa PKAT
adalah sebuah kegiatan yang dilakukan terhadap sekumpulan orang yang menetap di
daerah terpencil dalam kondisi tidak berkecukupan baik sandang maupun pangan,
rentan terhadap sosial ekonomi serta terisolir dari dunia luar. Disamping secara
budaya mereka kurang bersentuhan dengan kelompok luar dan belum tersentuh
tehknologi modern sebagaimana masyarakat Indonesia pada umumnya.

2.1.2. Ciri KAT


sesuai dengan Keputusan Presiden No. 111/1999 dan dijabarkan tahun 2004 ciri
PKAT adalah:
1. Kemunitas relative kecil, tertutup dan homogeny
2. Pranata sosial berdasarkan kekerabatan
3. Terpencil secara geografis, sosial dan budaya
4. Ekonomi subsisten
5. Teknologi sederhana
6. Tergantung pada lingkunagn dan SDA
7. Terbatas akses pelayanan public
8. Kuatnya pengaruh kepemimpinan adat
9. Sarana transportasi sederhana
10. Hidup dalam tradisi yang turun temurun
11. Kepemilikan diperoleh berdasarkan warisan leluhur
12. Pelayanan kesehatan masih secara tradisional
13. Pengetahuan diwariskan secara turun temurun
14. Umumnya hidum dalam satu garis ketururnan
15. Hubungan dengan komunitas lain sangat terbatas
16.
2.2. Landasan Hukum PKAT
1. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 18b Pasal 27 ayat
(1), (2), pasal 28 I (3) Pasal 34 (2).
2. Undang-Undang No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3. Undang-Undang No. 11/2009 tentang Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Pemerintah No. 39/2012 tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial.
5. Peraturan Presiden No. 186/2014 tentang Pemberdayaan Sosial Terhadap
Komunitas Adat Terpencil.
6. Peraturan Menteri Sosial RI No. 9/2012 tentang Pemberdayaan Komunitas Adat
Terpencil.

2.3. Kebijakan dan Strategi Program


Berdasarkan rancangan Rencana Strategis Kementrian Sosial 2015-2019 yang
menetapkan arah kebijakan dan strategi dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial,
ternasuk pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil yang dirinci sebagai berikut;

2.3.1. Pemberdayaan Sosial yang Komprehensif


1. Penataan asistensi sosial regular dan temporer berbasis keluarga melalui
program keluarga produktif dan sejahtera.
2. Perluasan cakupan Sistem Jaminan Sosial Nasionalbagi penduduk rentan dan
pekerja informal miskin
3. Peningkatan pemenuhan hak dasar dan inclusive penyandang disabilitas lanjut
usia, serta masyarakat marjinal
4. Penguatan kelembagaan dan asistensi sosial

2.3.2. Peningkatan Pelayan Dasar


1. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan sarana pelayanan dasar bagi
masyarakat kurang mampu dan rentan
2. Meningkatkan penjangkauan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu
dan rentan.
3. Penyempurnaan pengukuran kemiskinan yang menyangkut kriteria,
standarisasi verifikasi, validasi dan sistem pengelolaan data PMKS.
2.3.3. Pengembangan Penghidupan Berkelanjutan
1. Peningkatan peran pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan
ekonomi local bagi masyarakat miskin dan rentan
2. Peningkatan kualitas pendampingan dalam rangka peningkatan kapasitas dan
ketrampilan masyarakat miskin.
2.4. Tahapan Pemberdayaan
Tahapan pemberdayaan dilakukan.
1. Persiapan pemberdayaan yang mencakup;
a. Pemetaan sosial
b. Penjajakan awal
c. Study kelayakan
d. Penyusunan rancangan program kegiatan
e. Pemantapan kesiapan masyarakat
2. Pelaksanaan Pemberdayaan meliputi;
a. pemberdayaan sumberdaya manusia
b. pemberdayaan lingkungan sosial
c. kerjasama pengembangan sosial
d. ‘perlindungan PKAT
e. Supervisi
f. Monitoring
g. Evaluasi
h. Pencatatan
i. Pelaporan
3. Tahap selanjutnya adalah bina purna yang meliputi;
a. Terminasi
b. Pengembangan program yang berkelanjutan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang berbentuk
kualitatif. Menurut Arikunto ( ) kualitatif itu berakar pada latar belakang alamiah
sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai instrument, memamfaatkan
metode kualitatif secara induktif, mengarahkan sasaran penelitian deskripsi lebih
membatasi studi dengan fokus memiliki prangkat keriteria untuk memeriksa
keabsahan data, rancangan penelitianya bersifat sementara dalam hasil penelitian
disepakati oleh kedua pihak, peneliti dan sobjek penelitian. Creswell (1994)
merumuskan penelitian kwalitatif adalah penelitian untuk mengamati dan
menginvestigasi phenomena sosial yang bertujuan untuk memahami persoalan-
persoalan sosial dan kondisi manusia dalam suatu komunitas.
Salah satu ciri dari penelitian kualitatif, field research, yaitu mengadakan penelitian
langsung turun ke lapangan, untuk mengumpulkan data-data yang menyangkut
dengan masalah yang dikaji, dimana peneliti berinteraksi lansung dengan kelompok
yang ditargetkan di lapangan. Sesuai dengan pendapat Nasir (2004) bahwa peneltian
lapangan adalah peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian guna memahami
persoalan yang menyangkut dengan kondisi sosial atau kenyataan dalam
kehidupan nyata, bukan pemikiran abstrak yang terdapat dalam teks-teks atau
dokumen-dokumen tertulis atau terekam. Dalam penelitian ini juga, peneliti
terlibat langsung ke lapangan (field research) untuk mencari data dan
informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisa dan dipresentasikan secara
deskriptif.

3.2 Lokasi Penelitian (Lokasi Study Kelayakan)


Study kelayakan program PKAT ini dilakukan Dusun Batu Silalang, Desa
Lawe Serakut, Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara. Penentuan
lokasi study kelayakan sesuai dengan data base yang sudah disusun oleh
Kementrian Sosial Republik Indonesia dengan Dinas Sosial Provinsi Aceh.
Disamping itu study ini juga dilakukan berdasarkan data awal yang diterima
melalui proposal permohonan dari Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tenggara.
Alasan utama pemilihan lokasi diatas kerena dari data awal Dusun Batu
Silalang sesuai dengan kriteria lokasi PKAT yang telah ditetapkan oleh
kementrian Sosial Republik Indonesia. Tim peneliti melakukan penelitian
lapangan selama lima hari dimana tiga hari kunjungan awal untuk melakukan
observasi lapangan guna melihat langsung kondisi kehidupan sosial
masyarakat calon penerima program. Tiga hari kunjungan berikutnya untuk
melakukan wawancara yang mendalam dengan masyarakat calon penerima
program PKAT. Data lapangan yang diperoleh selama dua kali kunjungan
akan dipresentasikan secara deskriptif dalam laporan ini

3.3 Populasi dan Sample


Populasi adalah jumlah keseluruhan objek yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh warga Dusun Batu
Silalang, Desa Lawe Serakut. Sampel adalah bagian dari populasi yang
diangkat dapat mewakili populasi. Koentjaraningrat (1987) mengatakan,
bahwa sampel adalah bagian terkecil dari populasi yang merupakan objek
sesunguhnya dari suatu penelitian, sampel yang dipilih adalah yang dapat
mewakili populasi. Dengan alasan mempermudah dan fokus maka penelitian
ini tidak menggunakan sampling satu Desa Lawe Serakut, akan tetapi hanya
menfokus pada calon penerima bantuan saja. Senada dengan pernyataan
Laws, dkk, (2013), untuk menhemat waktu perlu menfokus kepada sampling
yang berhubungan dengan tujuan penelitian, karena tidak mungkin
menginterview semua orang untuk mencari jawaban terhadap penelitian kita.
Berdasarkan pertimbangan diatas maka sampling dalam penelitian ini adalah
beberapa perwakilan masyarakat Dusun Batu Silalang, Geuchik, tuha peut,
tokoh masyarakat dan pemuka agama masyarakat di dusun Batu Silalang
yang memenuhi kriteria sebagai penerima program PKAT dan seluruh
perangkat desa dan adat setempat. Untuk melengkapi data yang diperlukan
peneliti juga mewawancarai camat kecamatan Leuser, kabupaten Aceh
Tenggara.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan dua metode yakni
observasi dan wawancara. Tim peneliti (Unsur Perguruan Tinggi dan staf
Dinas Sosial Aceh) melakukan pengamatan langsung dengan cara berbaur
dengan masyarakat untuk mengamati kondisi sosial masyarakat yang menjadi
target penelitian. Sedangkan interview dilakukan dengan cara wawancara face
to face dengan masyarakat dan fokus group discussion dengan melakukan
diskusi dengan kelompok-kelompok masyarakat di dusun Batu Silalang.

3.5 Analisa Data


Data yang diperoleh dilapangan kemudian dianalisa dengan metode kualitatif
yang kemudian dipresentasikan dengan menggunakan metode deskriptif
untuk mengambarkan kondisi ekonomi, sosial, budaya dan pola kehidupan
masyarakat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


4.1.1. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut, Kec. Leuser, Aceh Tenggara,
merupakan salah satu dusun paling ujung dalam Kecamatan Leuser. Gampong
ini berjarak 18 km dari pusat kecamatan dan 87 km dari ibu kota kabupaten
serta 656 km dari ibukota provinsi.
Gampong Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut secara administrative
memiliki batas wilayah sebagai beriku :
No Batas Wilayah Berbatasan Dengan Gampong
1 Sebelah Utara Permata Musara
2 Sebelah Selatan Desa Bunbun Alas
3 Sebelah Barat Sungai Kali Alas
4 Sebelah Timur Desa Tuah Kerina

Luas wilayah Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut ± 800 KM2. Perumahan
penduduk menyebar dalam luas kawasan ini. Suhu udara rata-rata 30°C,
umumnya sore hari sekitar jam 15.00 turun hujan. Rotasi musim umumnya
kemarau dimulai bulan Juni s/d bulan Desember sedangkan musim hujan
dimulai bulan Januari s/d Mei.
Alat transportasi umum yang biasa dipakai oleh masyarakat Dusun Batu
Silalang, Desa Lawe Serakut adalah boat yang menyusuri sungai Leuser dan
sepeda motor, kenderaan bermotor rata-rata tidak memiliki plat dan umumnya
tidak memiliki surat menyurat dan kondisi yang normal. Sarana jalan dari
kabupaten ke pusat kecamatan telah diaspal namun dari kecamatan ke Dusun
Batu Silalang, Desa Lawe Serakut masih tanah liat dan sebahagian telah
dilakukan pengerasan. Umumnya jalan sangat susah dilalui ketika musim hujan.
Untuk membawa bahan dan peralatan kebutuhan dasar mesyarakat baik dari
kecamatan maupun kabupaten rata-rata menggunakan perahu dan melalui rute
sungai.
Masyarakat bila ingin berpergian ke pusat kecamatan harus mengeluarkan biaya
sejumlah Rp.50,000 untuk jasa perahu. Namun bila ingin ke ibu kota kabupaten
biayanya menjadi Rp.100.000,-. Biasanya yang bepergian keluar dusun baik ke
ibukota kecamatan maupun kabupaten adalah laki-laki, sedangkan perempuan
menurut penuturan warga umumnya empat bulan sekali
Dari letak geografisnya Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut memiliki
potensi yang sangat bagus untuk berbagai pertanian karena selain dikelilingi
oleh gunung, Dusun Batu Sililang memiliki tanah yang sangat subur. Dusun
Batu Silalang memiliki areal pertanian yang sangat luas. Bila masyarakat
memiliki sedikit tehnologi dan modal kerja akan sangat memungkinkan untuk
dikembangkan untuk skala semi industri. Kondisi lingkungan masih sangat
alamiah dan memiliki sumber daya alam yang sangat bagus untuk dikelola.
Hamper seluruh masyarakat Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut
berprofesi petani jagung, mereka menanam jagung dengan skala yang sangat
besar. Namuen mereka tidak memiliki modal kerja dan teknologi untuk
mendukung kegiatan pertanian mereka.
Untuk memula menanam jagung mereka berutang kepada agen (hamper mirip
dengan rentenir). Pinjaman tersebut meliputi modal kerja awal, bibit dan pupuk
dan harus dikembalikan beserta bunga sebanyak 5% dalam sebulan ketika
panen. Panen jagung umumnya 3 sampai dengan 4 bulan. Tidak hanya harus
mengembalikan pinjaman beserta bunga.

4.1.2. Kondisi Demografi


Jumlah total penduduk Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut 231jiwa dengan tiga
profesi utama petani kebun, pencari ikan dan peternak sapi. Dari jumlah tersebut 115
orang laki-laki, 116 orang perempuan, 15 lansia, 5 balita, 51 anak-anak 20 pemuda
dan selebihnya merupakan orang dewasa.
Penduduk Dusun Batu Silalang merupakan pemeluk Islam 100% dan keseluruhan
penduduknya adalah suku Alas.
4.1.3. Pembangunan
Secara umum di Dusun Batu Silalang, Desa Lawe Serakut ada Gedung Pustu namun
tidak sepenuhnya berfungsi, Gedung sekolah dasar dan juga tidak berfungsi, ada satu
masjid namun sangat jarang digunakan karena tidak tersedianya air. Di Dusun Batu
Silalang tidak ada kantor kepala desa sehingga semua administrasinya dilakukan desa
induk yang jarak tempuh kurang lebih 5 kilometer.
Akses ke lokasi calon penerima program KAT ada dua jalur; jalur sungai dengan
menggunakan perahu bermotor dan jalur darat dengan kondisi jalan tanah dari pusat
kecamatan. Moda transportasi umumnya roda dua, tidak ada bus umum atau kederaan
roda empat jenis lain yang bisa digunakan ke lokasi. Kenderaan roda empat yang
memiliki sarana 4X4 juga belum tentu mampu melewati medan dengan tanjakan yang
sangat licin kalu hujan. Pusat pelayanan kesehatan secara regular berada di pusat
kecamatan dengan jarak tempuh 18 km dari lokasi dengan roda dua atau berjalan
kaki. Umumnya kalau diserang penyakit ringan mereka memilih berobat secara sangat
tradisional atau meminta obat sama bidan desa. Penyakit yang umum diderita adalah
demam dan batuk-batuk.
Sarana gedung Sekolah Dasar ada di desa induk namun tidak aktif. Sedangkat
Sekolah Menengah Pertama dan Menengah ada di pusat kecamatan dimana anak-anak
usia sekolah dasar umumnya tinggal dengan sanak family yang memiliki rumah di
pusat kecamatan, umumnya mereka kembali kerumah orang tuanya pada setiap sabtu
sore dijemput atau dengan ojek ataupun orang tua mereka yang berkunjung. Kondisi
ini menyebabkan kebanyakan dari anak-anak dari Dusun Batu Silalang, Desa Lawe
Serakut sedikit yang menamatkan sekolah dasar, sekolah menengah ataupun sekolah
menengah atas.
Lokasi calon penerima Program KAT belum adanya aliran listrik, arus listrik terakhir
dari lokasi berjarak kurang lebih 5 km di desa induk.

4.1.4. Mata Pencaharian dan Kegiatan Perekonomian


Penduduk Dusun Batu Sililang berprofesi sebagai petani dengan persentase mencapai
100%. Umumnya mereka menanam jagung sebagai tanaman muda disertai dengan
tanaman tua yakni karet dan coklat. Namun dimasa tunggu setelah tanam mereka juga
melakukan aktifitas lain seperti mencari ikan dan beternak.
Pola pengolahan lahan masih dilakukan secara tradisional, menurut pengakuan dari
beberapa penduduk hampir tidak ada penyuluhan dari instansi terkait mengenai
tatacara perkebunan yang baik dan benar serta menggunakan teknologi modern dalam
mengolah hasil pertanian. Namun mereka saling berbagi ilmu sesame warga dan
mereka akhirnya menjadi ahli dalam menanam jagung. Mereka menggunakan cangkul
dan parang.
Para penduduk dusun Batu Sililang adalah petani yang rata-rata satu orang petani
memiliki luas lahan garapan kurang lebih dua hektar. Mereka rata-rata memiliki
keahlian yang sangat baik dalam menanam, memupuk, dan merawat tanaman jagung.
Namun mereka memiliki kendala serius dengan modal kerja dan penanganan paska
panen.
Penduduk Dusun Batu Sililang umumnya sangat bergantung kepada agen/ijon.
Mereka sudah mulai meminjamkan modal dari ijon semenjak masa pembersihan
lahan. Kergantungan mereka kepada para ijon kerena semua keperluan mereka
termasuk alat kerja, bibit, pupuk, keperluan sehari-hari merka pinjam sama Ijon
tersebut. Pembayaran pinjaman akan dilakukan setelah panen beserta bunga 5% satu
bulan. Tanaman jagung merupakan tanaman muda dimana masa panen mencapai
kurang lebih enam bulan, dengan demikian mereka wajib mengembaikan pinjaman
beserta bunga 30% setelah mereka panen jagung.
Kondisi yang sangat mengkhawatirkan adalah setelah mereka membayar utang plus
bunga rata-rata para petani hanya mendapatkan hasil kurang lebih
Rp.1.000.000/perbulan.

4.1.5. Aspirasi Warga dalam Peningkatan Kesejahteraan Hidup


Berdasarkan uraian kondisi masyarakat dusun Batu Sililang, Desa Lawe Serakut
diatas, maka tidaklah menjadi sesuatu yang mengherankan jika mereka
membutuhkan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
pertumbuhan ekonomi sosial masyarakat seperti pemadatan jalan agar bisa
dilalui baik ketika musim kemarau maupun musim hujan agar dapat
mengangkut hasil alam/pertanian ke pusat kecamatan, sarana pendidikan
sebagai upaya pembangunan generasi kedepan. Disamping itu mereka juga
sangat memerlukan kunjungan regular tim pelayanan kesehatan untuk
mengobati penyakit-penyakit ringan. Mereka juga sangat membutuhkan rumah
layak huni bagi kehidupan keluarga dan tempat tumbuh kembang anak-anak
mereka. Keperluan rumah bisa dikatakan sedikit mendesak, karena mereka
harus keluar dari hutan lindung. Untuk keperluan sosial kemasyarakatan mereka
sangat membutuhkan rumah ibadah yang nyaman dan bangunan serba guna
untuk berbagai keperluan kegiatan kemasyarakatan warga.
Dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi, warga sangat membutuhkan
stimulus modal kerja, bibit jagung, alat kerja dan pupuk. Ini penting dilakukan
untuk memutuskan mata rantai ketergantungan mereka terhadap agen/ijon.

4.2. Kondisi Sosial Budaya


4.2.1. Sejarah Singkat Dusun Alue Kenyaran
Menurut penuturan warga dan tokoh masyarakat dusun Batu Sililang desa Lawe
Serakut, mereka merupakan masyarakat Alas yang dulunya bermukim di daerah
Karo, Sumatera Utara. Kemudian mereka dikembalikan dengan program
pemerintah yang bekerja sama dengan Kementrian Sosial melalui program KAT
di tahun 2013. Pada saat itu jumlah penduduk yang tertampung adalah ……….
Namun melihat perkembangan masyarakat yang sudah kembali sangat baik
maka penduduk lain akhirnya juga kembali ke desa Lawe Seraku, sehingga
pemerintah desa memutuskan untuk membuka dusun baru yang diberi nama
dusun Batu Sililang. Warga yang tinggal di dusun Batu Sislilang berpencar-
pencar dan Sebagian mulai memasuki hutan lindung. Kondisi ini mulai
mengkhawatirkan ketika mereka sudah merambah gunung, menebang hutan
untuk menanam jagung. Untuk itu pemerintah kabupaten melalui Dinas Sosial
mulai mencari solusi alternatif agar mereka tidak menempati dan merambah
hutan lindung lebih dalam. Maka Dinas Sosial dan warga dusun Batu Sililang
sepakat untuk tidak mendiami hutan lindung dan bersedia pindah ke lokasi yang
sudah disepakati untuk tinggal Bersama sebagai suatu komunitas.

4.2.2. Interaksi Sosial Budaya


Penduduk dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut merupakan etnis Alas
99%Semua penduduk beragama Islam, mereka memeluk Islam sudah turun
temurun dan tidak diteumui adanya mualaf di desa tersebut. Adat istiadat di
dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut sebagaimana daerah Aceh Tenggara
lainnya semuanya bernuansa Islam sebagai kepercayaan yang mereka anut,
mereka menjaganya kegiatan adat istiadat secara turun temurun dengan sangat
baik. Namun karena mereka berbatasan langsung dengan Sumatera Utara,
sedikit banyaknya pengaruh budaya Sumatera Utara telah mulai mempengaruhi
kehidupan mereka.
Bahasa yang mereka gunakan sehari-hari adalah bahasa Alas dan bahasa
Indonesia.

4.3. Strategi Pemberdayaan


Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab sebelumnya tentang demografis,
ekonomi dan sosial budaya dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut, maka
berdasarkan hasil temuan lapangan dapat disimpulkan kedalam beberapa
bahagian yakni peluang, potensi dan aspirasi komunitas setempat. Diharapkan
dengan memahami masalah tersebut dapat diciptakan sebuah model dan
kebijakan pemberdayaan terhadap masyarakat setempat sebagai berikut:

4.4. Potensi atau Peluang


Setelah dianalisa secara seksama berdasarkan data temuan dilapangan maka
potensi dan peluang untuk pemberdayaan PKAT di dusun Batu Sililang, desa
Lawe Serakut, dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Masyarakat gampoeng Sikundo dalam kondisi menunggu bantuan dalam
bentuk apapun khususnya dalam bidang pertanian dan mereka siap bekerja
bahu membahu untuk memberikan konstribusi terbaik yang mereka miliki.
b. Mereka memiliki sumber air baik untuk kebutuhan penduduk maupun
bercocok tanam, namun sangat dibutuhkan pembangunan sistem pengairan
dan penampungan sementara.
c. Rasio lahan cukup luas bila dibandingkan dengan jumlah penduduk
d. Lahan yang tersedia sangat subur dan sangat cocok untuk pertanian.
e. Badan jalan menuju dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut sudah ada,
namun perlu pengerasan dan pemadatan untuk mempermudah moda
angkutan hasil bumi.
f. Kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan dan hal-hal
baru cukup tinggi
g. Semangat dan kesiapan masyarakat untuk menerima peningkatan kapasitas
cukup tinggi.
h. Organisasi gampong sudah ada dan dapat difungsikan untuk menunjang
program
i. Solidaritas sudah terbina dan keinginan untuk menolong antar sesama cukup
tinggi.
j. Mereka sudah memiliki keahlian dalam menanam jagung yang cukup baik,
namun perlu pengembangan lanjutan untuk meningkankan penghasilan
mereka.

4.5. Kendala/Hambatan
Dalam upaya pemberdayaan PKAT di dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut,
Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara teridentifikasi beberapa
kemungkinan kendala diantaranya adalah.
a. Jalan sebagai sarana transportasi hanya lancar dilalui ketika musim
kemarau, namun ketika musim hujan hubungan antara gamoeng Sikundo
dengan pusat kecamatan sedikit terganggu.
b. Listrik belum terhubung ke lokasi
c. Semua warga dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut berjumlah 50 KK
membutuhkan rumah layak huni dan mereka semua masuk dalam kategori
Eksito.
d. Pola hidup masyarakat belum memahami higenis dan standar kesehatan

4.6. Aspirasi dan Kebutuhan Masyarakat


Berdasarkan hasil pengamatan langsung dan wawancara dengan warga calon
penerima program PKAT dusun Batu Sililang, desa Lawe Serakut, Kecamatan
Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, maka dapat disimpulkan aspirasi
masyarakat sebagai berikut:
a. Pembanguna rumah yang layak huni untuk 50 KK
b. Pelatihan dan pengembangan lanjutan kemampuan Bertani, khususnya
menanam jagung.
c. Bantuan berbagai sarana penunjang seperti bibit, alat kerja, pupuk, obat-
obatan dan jadup.
d. Bimbingan tentang bagaimana menjaga lingkungan hidup, hidup sehat dan
penyuluhan psycho-relegi.
1. Pembinaan Micro
a. Pembanguna rumah layak huni terhadap 50 KK.
b. Pembangunan gedung yang dapat digunakan untuk multi fungsi.
c. Penyediaan peralatan kerja, bibit, pupuk dan obat-obatan untuk pertanian.
d. Melakukan pendampingan untuk memastikan keberhasilan program
e. Melakukan penyuluhan di tempat (on Spot Training) tentang pola pertanian
yang benar, bagaimana menggunakan teknologi, pengolahan hasil panen dan
pemasaran.
f. Mengorganisir kelompok tani untuk memudahkan didalam pembinaan

2. Pembinaan Macro
a. Meningkatkan kualitas jalan agar dapat dilalui oleh roda empat dalam segala
cuaca.
b. Membangun hubungan kemitraan antara para petani dengan penampung
untuk memudahkan pemasaran hasil panen.
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat dirumuskan beberapa kesimpulan
penting sebagai berikut:
1. Dari segi giografis eperti bibit, alat kerja, pupuk, obat-obatan dan jadup. telah
dilakukan pembukaan jalan sehingga sudah ada potensi untuk dilalui oleh
kenderaan roda empat dan warga setempat berpotensi untuk berkembang.
2. Masyarakat sudah sangat siap secara psikologis dan sosiologis untuk
berpartisipasi didalam program ini.
3. Pemerintah kabupaten Aceh Tenggara, mulai dari bupati sampai kelompok kerja
sudah menyatakan kesiapan untuk mendukung program ini sesuai dengan
tupoksinya masing-masing
4. Program KAT ini perlu diupayakan untuk memberdayakan masyarakat yang
secara potensi sumber daya alam cukup besar sehingga mampu dikonversikan
untuk kesejahteraan anak bangsa.

5.2. Saran
1. Perlu diberikan pemahaman kepada calon penerima program KAT sedini
mungkin agar mereka memahami betul bagaimana aturan dan kebijakannya.
2. Perlu dibentuk Koperasi simpan pinjam desa untuk meningkatkan pendapatan
petani dan menghindari modal dari para Ijon.
3. Masyarakat atau perwakilan perlu dilibatkan dalam setiap kegiatan sebagai salah
satu upaya peningkatan kapasitas bagi mereka.
Daftar Pustaka;

Arikunto, S. (2010). Metode peneltian. Jakarta: Rineka Cipta.

Creswell, J. W. (1994). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed


methods approaches. iBooks.
Dawson, C. (2002). Practical research methods. How to books Ltd.
Depsos, R. (2003). Pedoman Teknis Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil:
Jakarta.

Douglas D, P, and Marc A, Z., (1995) Empowerment Theory, Research, and


Application American Journal of Community Psychology, Vol. 23, No. 5

Kemensos (2019). Sistek Informasi Kinerja Program Dan Kegiatan Pemberdayaan


Sosial, Accessed on 12 December 2019, from;
https://sikapdaya.kemsos.go.id/kegiatan/detail/1
Petunjuk Teknis (2016). Pemberdayaan Sosial Komunitas Adat Terpencil, Melalui
Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Jakarta.

Koentjaraningrat. (1987). The Javanese of south central Java. Wenner-Gren


Foundation for Anthropological Research, Incorporated.

Laws, S., Harper, C., Jones, N., & Marcus, R. (2013). Research for development: A
practical guide. Sage.





Kondisi Jalan Menuju
Dusun Batu Sililang,
Gampoeng Lawe
Serakut



















Kondisi jalan yang harus
dilalui ketika hujan turun



















Kondisi rumah warga
yang dibangun apa
adanya






























































Kondisi dapur warga di
dusun Batu Sililang

































































Kondisi WC warga calon
program PKAT di dusun
Batu Sililang

















Fokus Group Discussion
dengan warga dusun Batu
Sililang, aparat desa, dinas
sosial, dinas kehutanan,
dan camat Leuser

Anda mungkin juga menyukai