Anda di halaman 1dari 22

1

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN KELURAHAN

KAMPUNG BUGIS KECAMATAN TANJUNGPINANG KOTA

TAHUN 2011-2012

Naskah publikasi diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana

bidang ilmu pemerintahan

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

ISKANDAR

NIM. 100565201141

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2014
2

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat hubungan langsung antara
pemerintah dan masyarakat nelayan serta kepedulian pemerintah tersebut dalam
membantu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat nelayan Kampung
Bugis. Keberhasilan atau tidaknya sebuah program pemberdayaan tersebutlah
yang akan menjawab bagaimana hubungan tersebut berjalan serta tingkat
kepedulian pemerintah terhadap nelayan dan segala bentuk pemberdayaan
tersebut apakah dijalankan dengan system yang sebenarnya atau yang sesuai
dengan keinginan bersama.
Penelitian ini adalah penelitian yang mengarah kepada pemberdayaan serta
kebijakan-kebijakan dalam melaksanakan proses pemberdayaan masyarakat
nelayan Kampung Bugis tersebut dengan mengacu pada pendapat Mikkelsen dan
Rubin dalam I. Nyoman Sumaryadi. Proses pemberdayaan tersebut diharapkan
adanya kesesuaianantara data, informasi serta partisipasi masyarakat itu sendiri
untuk turut terlibat dalam proses pemberdayaan tersebut, keterlibatan masyarakat
tersebut haruslah dimulai dari awal hingga akhir dari proses pemberdayaan
tersebut sehingga kegagalan atau keberhasilan dalam program tersebut akan
dirasakan bersama tetapi apabila program tersebut dijalankan sesuai dengan
system dan aturan yang ada maka pemberdayaan dikawasan nelayan Kelurahan
Kampung Bugis akan mengarah kepada tingkat keberhasilan yang diinginkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pemberdayaan yang terjadi di
kawasan nelayan Kampung Bugis adalah sebuah proses pemberdayaan yang
belum sesuai dengan apa yang dikehendaki bersama antara pemerintah dan
masyarakat karena menurut hasil wawancara, masyarakat nelayan menyatakan
bahwasanya pemberdayaan terjadi tanpa keterlibatan masyarakat tersebut
sehingga hasil pemberdayaan yang terjadi tidak semuanya tepat pada yang
diinginkan dan permasalahan tersebut harus adanya tinjauan balik agar dapat
mengantisipasi terjadinya kesalahan yang sama pada proses pemberdayaan
tersebut.

Kata kunci : pemberdayaan masyarakat serta partisipasi masyarakat.


3

Abstract

This study aims to look at the level of the direct relationship between
government and fishing communities and concern of the government in helping to
improve the quality of life of the people of Kampung Bugis fishermen. The
success or failure of a program that will answer empowerment is exactly how
there lationship goes as well as the level of government concern to fishermen and
all forms of empowerment that is run with the actual system or in accordance with
a common desire.
This research is leading to the empowerment and policies in carrying out
the process of empowerment of the Bugis fishing village with reference to the
opinion of Mikkelsen and Rubin in I. Nyoman Sumaryadi. The empowerment
process is expected compatibility between, information and participation of the
community it self to get involved in the empowerment process, the community
involve ment must start from the beginning to the end of the empowerment
process so that the failure or success of the program will be shared with but if the
program is implemented in accordance with the existing system and the rules
empowering the fishing area of Kampung Bugis Village will ead tot he desired
success rate.
The results showed that,empowerment that occurred in the area of
Kampung Bugis fishermen empowerment is a process that is not in accordance
with what is desired with between the government and the people because,
according to the interviews, fishing communities stated that empowerment occurs
with out the in volvement of the community so there sult sare not all
empowerment that occurs precisely at the desired and that there should be a
review of the is sues behind in order to anticipate the occurrence of the same mis
takes in the empowerment process.

Keywords: community empowerment and community participation


4

Daftar Isi
HALAMAN JUDUL…………………………………………………… i
SURAT PERNYATAAN………………………………………………. ii
HALAMAN MOTTO…………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR………………………………………………….. iv
ABSTRAK……………………………………………………………… vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL………………………………………………………. xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………… xii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………… 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………..………….. 10
1. Tujuan ……………………………………………...…... 10
2. Manfaat………………………………...……………….. 11
D. Ruang Lingkup………………………………………………. 11
E. Metode Penelitian………………………………………….… 12
1. Jenis Penelitian…………………………………..……….. 12
2. Lokasi Penelitian……………………………...………….. 13
3. Jenis dan Sumber Data……………………………………. 13
4. Tekhnik Pengumpulan Data…………………………..….. 14
5. Tekhnik Analisa Data ………………………………….... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pemberdayaan……………………….………………………. 17
B. Konsep Operasional……………………...…………………… 28
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Terbentuknya Kelurahan Kampung Bugis…………… 35
B. Kondisi Geografis Daerah Kelurahan Kampung Bugis………. 36
1. Batas Wilayah……………………………………………... 36
2. Orbitrase…………………………………………………… 36
3. Kondisi Sosial…………………….………………………... 37
5

4. Kondisi Sosial Politik……………………...………….…... 37


5. Kondisi Sosial Budaya……………………………………. 38
C. Kondisi Kependudukan………………………….……………... 38
1. Jumlah Penduduk Menurut Kepala Keluarga
dan Kewarganegaraan........................................................... 39
2. Jumlah Penduduk Menurut Agama……………………..... 41
3. Jumlah Penduduk Menurut Usia…………….…………… 42
4. Jumlah Penduduk Menurut Mobilitas atau
Mutasi Penduduk…………………………………………. 43
D. Gambaran Pelayanan SKPD Dinas Kelautan Perikanan
Pertanian Kehutanan dan Energi……………...………………. 43
1. Fungsi Dinas Kelautan Perikanan Pertanian Kehutanan
Dan Energi…………………….………………………….. 43
2. Struktur Organisasi Dinas KPPKE………………………. 44
BAB IV ANALISIS PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN
KELURAHAN KAMPUNG BUGIS KECAMATAN TANJUNGPINANG
KOTA TAHUN 2011-2012
A. Karakteristik Informan……………………………………….. 50
B. Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Kelurahan Kampung
Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota Pada Tahun 2011
2012…………………………………………………………… 51
1. Partisipasi Dalam Memberikan Pendapat Tanggapan
Dan Informasi…………………………………………….. 52
2. Partisipasi Dalam Perencanaan Pemberdayaan………....... 60
3. Partisipasi Dalam Memelihara atau Menjaga
Hasil Pemberdayaan………………………………………. 63
4. Analisis Kriteria Nelayan Dalam Lingkup Pemberdayaan. 69
5. Komunikasi……………………………………………….. 72
6. Transparansi………………………………………………. 75
7. Pendataan………………………………………………… 75
6

C. Faktor Penghambat Dalam Melakukan Pemberdayaan Masyarakat


Nelayan Kelurahan Kampung Bugis Kecamatan Tanjungpinang Kota
Tahun 2011-2012……………………………………………... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………….……………………… 81
B. Saran…………………………………….…………………….. 83
Daftar Pustaka……………………………………..…………………...…. 85
7

A. Latar belakang

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk berusaha

meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, baik melalui

pemberian bantuan peralatan tangkap, kemudahan akses permodalan,

maupun melalui program pemberdayaan masyarakat pesisir. Dimana

semua program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejehteraan

masyarakat pesisir, termasuk nelayan. Akan tetapi tidak semua

program tersebut tepat sasaran atau dapat digunakan semestinya dan

hasil yang diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan. Dan harus

diketahui penyebab-penyebab kegagalan dalam usaha meningkatkan

hasil pencaharian di bidang kelautan dalam bentuk pemberdayaan

masyarakat nelayan.

Sementara Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP 2010)

dalam (Iwan Nugroho 2012 : 284 ) menyusun visi “indonesia menjadi

penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar 2015” dan misi

“mensejahterakan masyarakat kelautan dan perikanan”. Visi dan misi

tersebut diharapkan dapat menjadi tuntunan bagi pembangunan sektor

kelautan dan perikanan yang berpihak kepada rakyat.

Tanjungpinang adalah bagian dari Kepulauan Riau yang juga

memiliki luas Secara geografis Kota Tanjungpinang memiliki total luas

wilayah sebesar 239,50 KM2. Secara geologis, keadaan wilayah Kota

Tanjungpinang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit-bukit dengan

lembah dan daerah pesisir laut serta beberapa pulau. Luas wilayah Kota
8

Tanjungpinang mencapai ± 70% lautan dan ± 30% daratan.

http://Tanjungpinangkota.go.id.

Masyarakat nelayan merupakan bagian dari kelompok

masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. Saat ini, berdasarkan data

yang ada di Dinas Kelautan Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi

Kota Tanjungpinang, saat ini jumlah nelayan 1.800 orang. Namun

hanya sebagian di antaranya yang aktif. Seperti halnya yang terjadi di

Kelurahan Kampung Bugis, yang sampai saat ini masih banyak

masyarakat yang bermata pencaharian dilaut sebagai nelayan pada

umumnya penghasilan mereka masih tergantung pada kondisi alam,

maka sulit bagi mereka untuk merubah kehidupannya menjadi lebih

baik. Sebagai nelayan tradisional bukan saja berhadapan dengan

ketidakpastian pendapatan, tetapi mereka juga dihadapkan manajemen

pengelolaan keuangan dan pemasaran hasil produksinya.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk berusaha

meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan, baik melalui

pemberian bantuan peralatan tangkap, kemudahan akses permodalan,

maupun melalui program pemberdayaan masyarakat pesisir. Dimana

semua program tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesejehteraan

masyarakat pesisir, termasuk nelayan. Akan tetapi tidak semua program

tersebut tepat sasaran atau dapat digunakan semestinya dan hasil yang

diperoleh belum sesuai dengan yang diharapkan, harus diketahui

penyebab-penyebab kegagalan dalam usaha meningkatkan hasil


9

pencaharian di bidang kelautan dalam bentuk pemberdayaan

masyarakat nelayan.

Bantuan yang diberikan pemerintah khususnya Dinas Kelautan

Perikanan Pertanian Kehutanan dan Energi kepada masyarakat nelayan

Kampung Bugis pada kenyataannya tidak membantu atau mengubah

kehidupan masyarakat tersebut karena bantuan yang diberikan kepada

nelayan dalam rangka peningkatan hasil mata pencaharian tidak

dimanfaatkan sesuai fungsinya oleh masyarakat dikarenakan bantuan

tersebut tidak tepat sasaran atau bukan jenis bantuan yang dibutuhkan

oleh masing-masing nelayan yang berada pada Kelurahan Kampung

Bugis, sehingga banyaknya bantuan yang didapatkan oleh masyarat

nelayan tidak dipergunakan atau bahkan ada sebagian besar nelayan

menjual alat bantuan yang diberikan oleh Dinas Kelautan Perikanan

Pertanian Kehutanan dan Energi Kota Tanjungpinang kepada pekerja

laut lainnya.

Masyarakat nelayan Kampung Bugis meninginkan adanya

hubungan langsung antara pemerintah dan masyarakat nelayan,sehingga

masyarakat dapat menyatakan langsung bantuan seperti apa yang

dibutuhkan oleh seluruh masyarakat nelayan kampung bugis tersebut

serta menghindari terjadinya proses pemberdayaan yang tidak tepat

sasaran atau tidak tepat fungsi. Pada dasaranya pemberdayaan

dilakukan untuk memberikan daya atau kekuatan kepada nelayan

tersebut tetapi, jika proses pemberdayaan tidak sesuai dengan yang


10

diinginkan maka tidak akan ada pemberian daya atau kekuatan kepada

masyarakat nelayan kampung bugis oleh pemerintah atau kegagalan

dalam proses pemberdayaan.

Berdasarkan peraturan daerah Kota Tanjungpinang No. 6 tahun

2005 tentang Retribusi Usaha Perikanan bab VII Pembinaan dan

Pengawasan pasal 34 :

(1) Pelaksanaan dan pengawasan teknis perikanan terhadap perusahaan

perikanan, nelayan dan petani ikan dilakukan oleh Kepala Dinas Sumber

Daya Alam dan Pemberdayaan Masyarakat atau Pejabat yang ditunjuk.

(2) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan teknis perikanan dimaksud ayat (1)

dapat berupa :

a. Bimbingan dan pengawasan langsung di lokasi;

b. Bimbingan melalui petunjuk tertulis.

Seperti yang dikatakan oleh Tjokroamidjojo dalam(Haryono

Sudriamunawar. 2006) bahwa peran pemerintah dalam pembangunan

sangat dominan, namun harus diakui pula bahwa pemerintah seringkali

harus bertindak sebagai unsur pembaharu, pembimbing, pengarah melalui

perencanaan pembangunan. Kemampuan masyarakat untuk mendapatkan

kebutuhan-kebutuhan yang sebenarnya juga dirasakan mengalami

hambatan.

Di dalam bukunya ( Daeng Ayub Natuna, dkk dalam judul

pendidikan dan pembangunan berbasis maritim : hal 212) terdapat kendala

yang masih menjadi problema adalah :


11

1. Kurangnya modal

2. Minimnya sarana dan prasarana

3. Kurangnya SDM yang menangani pengolahan dan pemasaran

produk

4. Minimnya pengawasan terhadap potensi sumber kelautan dan

perikanan

Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian mendalam untuk

mengetahui proses pemberdayaan masyarakat nelayan dan faktor-faktor

yang menghambat program pemberdayaan masyarakat nelayan di

Kelurahan Kampung Bugis, serta untuk merumuskan kembali strategi

kebijakan pemberdayaan masyarakat nelayan di Kelurahan Kampung

Bugis. Dimana sebagian besar dari mereka termasuk nelayan tradisional

dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah.

Kelurahan Kampung Bugis merupakan Kecamatan Kota yang

sebagian besar penduduknya bermukim atau bertempat tinggal di

wilayah pesisir. Secara umum masyarakat pesisir hidupnya tergantung

dari pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan, seperti :

nelayan, pembudidaya ikan, pengolah ikan, kepiting, gonggong dan

pedagang ikan.

Masyarakat nelayan Kelurahan Kampung Bugis adalah

masyarakat nelayan yang berjumlah besar masyarakat nelayan

Kelurahan Kampung Bugis berjumlah 273 orang yang masing-masing


12

mempunyai cara tangkap atau pekerjaan yang berbeda dalam lingkup

nelayan.

C. Pemberdayaan

Pemberdayaan dilakukan dalam penelitian adalah dengan

tujuan untuk melihat hubungan langsung antara pemerintah dan

masyarakat dalam membentuk sebuah perubahan dikalangan

masyarakat nelayan, hubungan tersebut terbentuk dengan berbagai

jenis, salah satunya hubungan komunikasi antara pemerintah dan

nelayan atau bisa dikatakan jika hubungan komunikasi antara

pemerintah dan masyarakat nelayan berjalan lancar maka proses

pemberdayaan yang akan dihasilkan akan bersifat baik atau berhasil

dengan keinginan masyarakat, begitupula jika tidak adanya

hubungan yang baik serta komunikasi yang lancar maka akan sulit

bagi pemerintah mengetahui keinginan masyarakat dan sulit pula

bagi masyarakat menyampaikan keluhan atau keinginan mereka.

Maka dari itu penelitian dilakukan untuk menuju hubungan kearah

yang lebih baik antara pemerintah dan masyarakat.

Seperti yang disebutkan oleh Mikkelsen, dalam(I. Nyoman

Sumaryadi, 2005 : 100 – 101),dalam penjelasannya tentang model

logika mendasari strategi partisipatoris, menyatakan bahwa

pemberdayaan adalah model pembangunan alternatif yang

dirumuskan oleh masyarakat dan organisasi setempat ( jangkauan ke

atas yang intergeratif ). Pengertian ini mengandung beberapa asumsi.


13

Pertama, masyarakat harus memperoleh proyek pembangunan yang

mereka sendiri tentukan. Kedua, masyarakat memiliki kemampuan

dan hak untuk menyatakan pikiran serta kehendak mereka. Ketiga,

tujuan pembangunan dapat dicapai secara harmonis dan konflik

antara kelompok masyarakat diredam melalui pola demokrasi

setempat. Keempat, pembangunan menjadi positif bila ada

partisipasi masyarakat. Kelima, pemberdayaan masyarakat

merupakan hal yang mutlak perlu untuk mendapat partisipasinya,

karena pemerintah tidak akan mengeluarkan biaya pembangunan

kesejahteraan yang ditetapkan oleh masyarakat, kecuali masyarakat

itu memiliki kemampuan untuk memaksa pemerintahnya.

Pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, pemberdayaan

masyarakat yang terjadi atau sebuah program yang dirumuskan oleh

pemerintah adalah program pemberdayaan yang harus dilaksanakan

dengan bersama, pemberdayaan akan sulit berjalan sesuai rencana

apabila dalam perjalanan proses menuju pemberdayaan yang

diinginkan pemerintah tidak melakukan koordinasi yang baik antar

kedua pihak yang berkepentingan dalam proses pelaksanaan program

pemberdayaan tersebut dan pada dasarnya pemberdayaan itu

seharusnya dilaksanakan dengan adanya hubungan kebersamaan atau

kerjasama yang baik untuk menciptakan suatu kondisi yang sesuai

dengan kebutuhan masyarakat yang akan diberdayakan.


14

Dalam bukunya I. Nyoman Sumaryadi upaya pemberdayaan

masyarakat perlu memperhatikan empat unsur pokok, yaitu:

a. Aksesbilitas informasi, Kemampuan akses yang diterima oleh

masyarakat.

b. Partisipasi atau keterlibatan, Menyangkut siapa yang dilibatkan

dan bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan Proses

pembangunan.

c. Akuntabilitas, Pertanggung jawaban publik atas segala kegiatan

yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat.

d. Kapasitas organisasi local, Kemampuan berkerja sama,

mengorganisir warga masyarakat, serta memobilisasi

sumberdaya untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka

hadapi.

D. perumusan masalah

Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat nelayan

Kelurahan Kampung Bugis oleh Dinas KP2KE Kota Tanjungpinang

pada tahun 2011-2012?

Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses pemberdayaan dalam

pemberian bantuan kepada nelayan Kelurahan Kampung Bugis oleh

Dinas KP2KE Kota Tanjungpinang pada tahun 2011-2012?


15

D. Konsep operasional

Beberapa prinsip dasar dari konsep pemberdayaan masyarakat

secara konseptual yang dijelaskan oleh Mikkelsen dan Rubin, dalam

(I.Nyoman Sumaryadi 2005 : 94-96) adalah :

a. konsep pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi

masyarakat baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan yang

dilakukan.

a. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan pemberdayaan

b. Partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan

c. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemberdayaan

d. Partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan hasil pemberdayaan

e. Partisipasi masyarakat dalam evaluasi pemberdayaan

2. Aksesbilitas informasi, Kemampuan akses yang diterima oleh

masyarakat.

a. Komunikasi

b. Transparansi

c. Pendataan

3. masyarakat memiliki kemampuan dan hak untuk menyatakan pikiran

serta kehendak mereka.

a. Tujuan pemberdayaan

b. Hasil akhir

c. Hubungan langsung.
16

E. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat hubungan langsung

antara pemerintah dan masyarakat nelayan serta kepedulian pemerintah

tersebut dalam membantu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

nelayan Kampung Bugis.

F. Ruang lingkup

Ruang lingkup wilayah dalam studi ini dibatasi hanya di dalam

daerah permukiman nelayan di Kampung Bugis. Karena merupakan

kawasan yang memiliki jumlah nelayan terbanyak dan jumlah yang

mendapatkan bantuan terbanyak dibandingkan dengan daerah lain yang

berada di Kelurahan Kampung Bugis. Selain itu Kampung Bugis juga

memiliki tiga RW. RW I, RW II dan RW VI yang masing-masing RW

memiliki jumlah nelayan yang berbeda.

G. Metode penelitian

penelitian ini akan mengkaji dan memahami masalah tingkat

perhatian pemerintah yang akan merubah perekonomian masyarakat yang

terwujud dalam permukiman nelayan di Kelurahan Kampung Bugis

dengan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian kualitatif.

2. Penelitian ini dilakukan di permukiman nelayan Kelurahan Kampung

Bugis tepatnya Kampung Bugis, perumahan nelayan yang berada di laut

serta tempat penjualan hasil tangkap nelayan.


17

3. Data penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer data

yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari

sumber datanya. Data sekunder data yang diperoleh atau yang

dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada.

4. Tekhnik pengumpulan data

Observasi

Teknik observasi yang akan dilakukan ialah observasi langsung

(participant observation). Maksudnya, peneliti akan melakukan pengamatan

langsung.

Interview (wawancara)

Interview atau wawancara adalah sebuah percakapan langsung (face to

face) antara peneliti dan informan, dalam proses memperoleh keterangan untuk

tujuan penelitian dengan cara tanya jawab.

Dokumentasi

Selain wawancara dan observasi, pengumpulan data yang dilakukan oleh

peneliti dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik dokumentasi.

Intinya, dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data

history atau mengkaji literatur-literatur dan laporan-laporan yang berkaitan

dengan judul penelitian.


18

Informan

Subjek penelitian adalah orang-orang yang mengetahui dan memiliki

berbagai informasi pokok, menjadi informan yang akan memberikan berbagai

informasi yang diperlukan selama proses penelitian.

5. Tekhnik analisa data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan cara

menganalisa/memeriksa data,memilih dan memilahnya menjadi sesuatu yang

dapat diolah, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

berdasarkan kebutuhan dalam penelitian dan memutuskan apa yang dapat

dipublikasikan. Langkah analisis data akan melalui beberapa tahap yaitu:

pengumpulan data, mengelompokkannya, memilih dan memilah data, lalu

kemudian menganalisanya.

H. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Tidak semua program pemberdayaan bisa berjalan dengan baik dan

sesuai dengan yang dibutuhkan sehingga adanya keuntungan atau hasil

dari kedua pihak, pemberdayaan yang terjadi dikawasan nelayan

Kampung Bugis bisa dikatakan belum sepenuhnya berhasil atau sesuai

yang direncanakan Pemerintah dan sesuai dengan yang diinginkan

nelayan Kampung Bugis karena masih terdapat banyak kesalahan dan

keluhan dikalangan masyarakat nelayan Kampung Bugis.


19

Saran

Seharusnya program pemberdayaan dikawasan nelayan Kampung

Bugis lebih menutamakan hubungan langsung kepada masyarakat

nelayan yang bersangkutan sehingga apa yang akan dilakukan

menyentuh langsung kedalam kawasan nelayan Kampung Bugis.

Adanya kerjasama yang baik dengan masyarakat setempat sehingga

apapun jenis program yang masuk ke kawasan tersebut langsung

diketahui oleh masyarakat yang bersangkutan dan akan membentuk

sebuah program yang tepat guna atau tepat sasaran.


20

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agustino, Leo, 2007. Perihal Ilmu Politik Sebuah Bahasan Memahami Ilmu

Politik, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hafsah Mohammad Jafar, 2008, Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan

Masyarakat, Bandung: Institute For Religious and Institutional Studies

(Iris) Press

Hasan, Erliana, 2005, Kominikasi Pemerintahan, Bandung : PT Refika

aditama.

Kencana Syafiie Inu, 2009, Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, Bandung:

PT Refika Aditama.

Kencana Syafiie Inu, 2011, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Bandung : PT

RefikaA ditama.

Labolo, Muhadam, 2008, Memahami Ilmu Pemerintahan, Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Mahmuzar, 2010, Sistem Pemerintahan Indonesia , Bandung : Nusa

Media

Masdar, Sjahrazad dkk, 2009, Manajemen Sumber Daya Manusia Berbasis

Kompetensi Untuk Pelayanan Publik, Surabaya: Airlangga university

press

Nugroho, Iwan, 2012, Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi, Sosial dan

Lingkungan , Jakarta: LP3ES.


21

Natuna Daeng Ayub, dkk, 2009, Pendidikan dan Pembangunan Berbasis

Maritim, Tanjungpinang: UMRAH Press.

Prasetyantoko, dkk 2012, Pembangunan Inklusif Prospek dan Tantangan

Indonesia, jakarta: LP3ES.

Rohim, Syaiful, 2009. Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan Aplikasi, Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudriamunawar, Haryono. 2006. Kepemimpinan, Peran Serta dan Produktifitas,

Bandung: mandar maju.

Sumarto, Hetifah, 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance, Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Sumaryadi, I.Nyoman, 2005, Perencanaan Pembangunan Daerah dan

Pemberdayaan Masyarakat, Jakarta: citra utama.

Stainback, susan, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung:

alfabeta.

Subarsono, 2009, Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi,

Yogyakarta: pustaka pelajar

Widjaja, 2010, Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta : Bumi

Aksara

Website
22

Antara News. Senin15/10. http://Kepri.Antaranews.com. ( rabu 06 november

2013. Jam 14:00 )

Provinsi Kepulauan Riau.http://www.dprd-kepriprov.go.id/web . (rabu 06

november 2013. Jam 14:10 )

Tanjungpinang Kota. http://Bp2tpm.Tanjungpinangkota.go.id. (rabu 06 november

2013. Jam 14:20 )

Kecamatan Tanjungpinang Kota.http://Kecamatantpikota.wordpress.com. (kamis

21 november 2013. Jam 11:10)

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Daerah Kota Tanjungpinang nomor 6 tahun 2005 Tentang Retribusi

Usaha Perikanan

Anda mungkin juga menyukai