Disusun oleh:
Hal
DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah..……………………………………................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ...………………………………………………………………. 12
1.3 Tujuan Penelitian..…………………….................................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian…...………………………………………………..................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020 (Jakarta: Badan Pusat Statistik
2021), hlm. 5
2
oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 melalui laporan
yang berjudul Human Development Report (HDR). Dalam laporannya UNDP menjelaskan
bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir pembangunan, bukan hanya input dari
pembangunan. Oleh karena itu, tujuan utama dari pembangunan adalah untuk menciptakan
lingkungan yang memungkinkan bagi masyarakat untuk menikmati umur panjang, hidup
sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif (UNDP, 1990).
Munculnya gagasan tentang pembangunan manusia yang dikemukakan oleh UNDP
pada tahun 1990 memberikan nuansa baru dalam memahami pembangunan. Cara pandang
pembangunan manusia berbeda dengan pendekatan pembangunan konvensional seperti
pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal manusia, pengembangan sumber daya manusia,
kesejahteraan masyarakat atau kebutuhan dasar manusia. Perbedaan cara pandang pendekatan
tersebut antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang diperlukan dalam pembangunan manusia,
tetapi pertumbuhan ekonomi saja tidaklah cukup. Kemajuan manusia dalam masyarakat
mungkin saja masih rendah meskipun Produk Domestik Brruto (PDB) atau pendapatan per
kapita tumbuh tinggi, atau sebaliknya.
2. Teori pembentukan modal manusia dan pengembangan sumber daya manusia memandang
manusia terutama sebagai alat dan bukan sebagai tujuan. Keduanya berfokus pada sisi
penawaran, dimana manusia dipandang sebagai sumber daya untuk menghasilkan
produksi. Akan tetapi, manusia memiliki nilai lebih dari barang modal untuk kegiatan
produksi. Manusia juga merupakan tujuan akhir dan penerima manfaat dari proses ini.
3. Pendekatan kesejahteraan masyarakat memandang manusia sebagai penerima manfaat dari
proses pembangunan daripada sebagai peserta di dalamnya. Pendekatan ini lebih
menekankan kebijakan distribusi dari pada struktur produksi.
4. Pendekatan kebutuhan dasar berfokus pada kelompok barang dan jasa yang dibutuhkan
oleh suatu kelompok masyarakat, seperti makanan, tempat tinggal, pakaian, perawatan
kesehatan, dan air. Pendekatan ini berfokus pada penyediaan barang dan jasa
dibandingkan masalah pilihan manusia.2
Laporan Human Development Report yang dipublikasikan oleh UNDP pada tahun
1990 tidak hanya memuat konsep dan definisi dari pembangunan manusia tetapi juga
bagaimana melakukan pengukuran pembangunan manusia. Konsep pengukuran
2
Isti Larasati Widiastuty, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat 2020
(Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2021), hlm. 7
3
pembangunan manusia yang dibuat oleh UNDP disebut sebagai Indeks Pembangunan
Manusia (IPM). Sejak tahun 1990 IPM dipublikasikan secara berkala oleh UNDP dalam
laporan tahunan HDR. IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam bentuk pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan aspek lain dalam
kehidupan. Pada HDR 1990 diperkenalkan tiga dimensi pembentuk indeks pembangunan
manusia yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak.
Ketiga dimensi tersebut diwakili dangan empat indikator yang digunakan dalam
penghitungan IPM, yaitu Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH), Angka Melek Huruf
(AMH), Angka Partisipasi Kasar (APK), dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita.
Metode agregasi yang dilakukan untuk menghitung IPM menggunakan metode rata-rata
aritmatik.
Secara berkala UNDP melakukan penyempurnaan dalam penghitungan IPM. Tahun
2010 UNDP melakukan perubahan yang cukup signifikan dalam penghitungan IPM
dengan tetap menggunakan tiga dimensi yang sama tetapi merubah indikator yang
digunakan, yaitu:
1. Agregasi Angka Melek Huruf (AMH) dan kombinasi Angka Partisipasi Kasar (APK)
diubah menjadi agregasi Rata-rata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah
(HLS);
2. PDB per kapita diubah menjadi angka Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita.
Selain perubahan pada indikator, UNDP juga merubah penghitungan agregasi IPM
dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik, sedangkan metode agregasi untuk
indeks pendidikan diubah dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik.
Perubahan metodologi penghitungan IPM didasarkan pada alasan bahwa suatu
indeks komposit harus mampu mengukur apa yang diukur. Dengan pemilihan metode dan
variabel yang tepat, indeks yang dihasilkan akan relevan. Selain itu, alasan utama yang
dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM setidaknya ada dua hal
mendasar. Pertama, beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam
penghitungan IPM. Angka melek huruf (AMH) sudah tidak relevan lagi dijadikan
indikator perkembangan pendidikan karena tidak dapat menggambarkan kualitas
pendidikan. Sebelum penghitungan metode baru digunakan, AMH di sebagian besar
negara sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antarnegara
dengan baik. Dalam konsep pembentukan indeks komposit, indikator yang tidak sensitif
membedakan akan menyebabkan indeks komposit menjadi tidak relevan, sehingga
indikator AMH perlu diganti dengan indikator lain yang representatif.
4
Indikator berikutnya yang diganti adalah PDB per kapita. Indikator ini pada
dasarnya merupakan proksi terhadap pendapatan masyarakat. Namun disadari bahwa PDB
diciptakan dari seluruh faktor produksi yang turut menyertakan tenaga kerja dan investasi
dari dalam dan luar negeri dalam penghitungan. Oleh karena itu, PDB per kapita kurang
dapat menggambarkan pendapatan masyarakat atau bahkan kesejahteraan masyarakat
suatu wilayah.
Kedua, penggunaan rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan
bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi tertutupi oleh capaian yang tinggi dari
dimensi lain. Sementara itu, konsep yang diusung dalam pembangunan manusia adalah
pemerataan dimensi dan menghindari ketimpangan. Penggunaan rata-rata aritmatik
memungkinkan adanya transfer capaian dari dimensi dengan capaian tinggi ke dimensi
dengan capaian rendah (BPS, 2015), sehingga perlu diganti dengan rata-rata geometrik.
IPM metode baru yang disempurnakan pada tahun 2014 memiliki beberapa
keunggulan yang diantaranya adalah:
1. Menggunakan indikator yang lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik;
a. penggunaan rata-rata lama sekolah dan angka harapan lama sekolah, bisa
memberikan gambaran yang lebih relevan tentang dimensi pendidikan dan
perubahannya;
b. penggunaan PNB yang menggantikan PDB dapat lebih menggambarkan pendapatan
masyarakat pada suatu wilayah;
2. Menggunakan rata-rata geometrik yang tidak serta merta dapat menutupi kekurangan
pada suatu dimensi dengan dimenesi lain yang unggul. Dengan kata lain, untuk
mewujudkan pembangunan manusia yang baik diperlukan keseimbangan antardimensi
yang sama pentingnya.
Penghitungan IPM di Indonesia dimulai pada tahun 1996. Saat itu IPM dihitung secara
berkala setiap tiga tahun sekali. Namun sejak tahun 2004, IPM dihitung secara berkala setiap
tahun sekali untuk memenuhi kebutuhan perencanaan pembangunan, terutama dalam
penentuan besaran Dana Alokasi Umum (DAU). Indikator yang digunakan dalam
penghitungan IPM di Indonesia mengacu pada metode baru yang diterapkan oleh UNDP
dengan beberapa penyesuaian. Metode baru penghitungan IPM diaplikasikan di Indonesia
sejak tahun data 2014 dan untuk memenuhi ketersediaan akan data tahun sebelumnya
dilakukan backasting untuk periode data 2010-2013.
5
Pada tahun 1990 UNDP menetapkan tiga dimensi pembentuk IPM.3 Ketiga dimensi ini
merupakan pendekatan yang dipilih dalam penggambaran kualitas hidup manusia dan tidak
mengalami perubahan hingga saat ini. Dimensi tersebut mencakup:
1. umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life);
2. pengetahuan (knowledge); dan
3. standar hidup layak (decent standard of living).
Dimensi umur panjang dan hidup sehat diwakili oleh indikator umur harapan hidup saat
lahir. Pentingnya umur harapan hidup terletak pada kepercayaan umum bahwa umur panjang
merupakan hal yang berharga dan kenyataan bahwa terdapat berbagai faktor yang secara
tidak langsung berkaitan erat dengan umur harapan hidup, seperti nutrisi yang cukup dan
kesehatan yang baik. Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) merupakan rata-rata perkiraan
lamanya waktu (dalam tahun) yang dapat dijalani oleh seseorang selama hidupnya.
Penghitungan umur harapan hidup dilakukan melalui pendekatan tidak langsung (indirect
estimation). Data yang digunakan adalah Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH) yang bersumber dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010. Metode estimasi yang
digunakan adalah metode Trussel dengan model West, yang sesuai dengan sejarah
kependudukan dan kondisi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara umumnya (Preston,
2004). Indeks harapan hidup dihitung berdasarkan nilai maksimum dan minimum umur
harapan hidup yang sesuai dengan standar UNDP, yaitu 85 tahun untuk nilai maksimum dan
20 tahun untuk nilai minimum.
Dimensi pengetahuan diwakili oleh indikator Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-
rata Lama Sekolah (RLS) yang merefleksikan dari kemampuan masyarakat untuk mengakses
pendidikan, khususnya pendidikan berkualitas baik yang sangat diperlukan dalam kehidupan
produktif masyarakat modern. Harapan lama sekolah menggambarkan kesempatan yang
dimiliki masyarakat untuk menempuh jenjang pendidikan formal, sedangkan rata-rata lama
sekolah menggambarkan stok modal manusia yang dimiliki oleh suatu wilayah. Harapan
lama sekolah adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh
anak yang berumur 7 tahun, sedangkan rata-rata lama sekolah menggambarkan jumlah tahun
yang digunakan oleh penduduk usia 25 tahun ke atas dalam menjalani pendidikan formal.
Penghitungan indeks pendidikan didasarkan pada rata-rata indeks HLS dan indeks RLS
dengan bobot yang sama. Adapun dalam penghitungan indeks HLS dan RLS digunakan
batasan nilai maksimum dan minimum yang sama dengan standar UNDP yaitu nilai
3
Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020. hlm. 9
6
maksimum dan minimum untuk HLS masing-masing 18 dan 0 tahun, sedangkan untuk RLS
masing-masing 15 dan 0 tahun. Sumber data yang digunakan untuk indikator HLS dan RLS
adalah hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) bulan Maret, data jumlah siswa yang
menjalani pendidikan dengan bermukim dari Kementerian Agama dan hasil inventarisi data
sektoral di daerah.
Dimensi ketiga dari pembangunan manusia adalah pemenuhan standar hidup yang
layak. UNDP menggunakan data Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita sebagai
indikator dimensi ini. Akan tetapi, mengingat data tersebut tidak tersedia di tingkat daerah,
maka dipilih alternatif lain berupa indikator pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan.
Indikator ini dapat dihitung hingga level kabupaten/kota. Indikator pengeluaran riil per kapita
juga mampu mencerminkan indikator pendapatan masyarakat dan menggambarkan tingkat
kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai output dari semakin membaiknya
perekonomian. Data rata-rata pengeluaran riil per kapita yang disesuaikan dihitung
berdasarkan hasil Susenas modul konsumsi, indeks harga konsumen, dan data harga
komoditas non makanan hasil survei harga konsumen.
Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu indikator yang penting dalam melihat
sisi lain dari pembangunan. Setiap indikator komponen penghitungan IPM dapat
dimanfaatkan untuk mengukur keberhasilan pembangunan kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk). Sejak tahun 2014 angka IPM di Indonesia disajikan secara periodik
setiap tahun pada tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota. Penyajian IPM secara
periodik menurut daerah memungkinkan setiap provinsi dan kabupaten/kota mengetahui peta
pembangunan manusia di daerahnya, baik capaian, kecepatan, posisi, maupun disparitas antar
daerah. Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada waktu tertentu dapat
dikelompokkan ke dalam empat kelompok menurut status capaiannya. Adapun
pengelompokan tersebut adalah:
1. sangat tinggi : IPM ≥ 80
2. tinggi : 70 ≤ IPM < 80
3. sedang : 60 ≤ IPM < 70
4. rendah : IPM < 60
Manfaat lain dari IPM adalah sebagai salah satu indikator target pembangunan dan
salah satu alokator dalam penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Selain itu, IPM juga
digunakan sebagai salah satu indikator pengukuran kinerja utama Dana Insentif Daerah
(DID) dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat sekaligus sebagai salah satu
indikator dalam pengalokasian DID.
7
Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara telah mengakibatkan resesi
di tingkat global. Beberapa lembaga internasional memperkirakan pertumbuhan ekonomi
dunia tahun 2020 terkontraksi dalam kisaran 3,4-4,3 persen. Indonesia juga tidak terlepas dari
pandemi ini dan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar 2,07 persen. Kontraksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia utamanya disebabkan oleh penurunan output kegitan
ekonomi yang proses produksi dan transaksinya banyak melibatkan interaksi langsung dan
menimbulkan kerumunan. Pandemi COVID-19 setidaknya mempengaruhi perekonomian
melalui beberapa jalur eksternal dan internal. Dari sisi ekternal, pengaruh pandemi dipicu
oleh turunnya permintaan barang dan jasa negara mitra dagang, turunnya harga komoditas,
tersendatnya rantai pasok komoditas input produksi, dan turunnya minat investor luar negeri
untuk berinvestasi di Indonesia. Dari sisi internal, pengaruh pandemi dipicu oleh penurunan
aktivitas produksi, konsumsi, dan investasi akibat pembatasan kegiatan dan interaksi yang
ditujukan untuk mencegah penularan virus. Keseluruhan faktor tersebut saling berinteraksi
dan secara keseluruhan memberikan tekanan yang berat terhadap perekonomian.4
Pandemi COVID-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia, telah memberikan
dampak yang luas terhadap berbagai aspek dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan
pendidikan yang sebelum pandemi dilakukan dengan tatap muka, sekarang dilakukan dengan
virtual. Pemberian beberapa layanan kesehatan yang bersifat konsultatif sebagian besar juga
dilaksankan melalui komunikasi telepon atau secara daring. Transaksi langsung dan kegiatan
sosial ekonomi yang menimbulkan kerumunan juga banyak dihindari. Seluruh indikator
ekonomi makro dan sosial juga mengalami tekanan yang berat, tidak terkecuali IPM. Pada
tahun 2020 IPM Indonesia mencapai 71,94, tumbuh sebesar 0,03 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Dengan capaian ini, status pembangunan manusia di Indonesia masih berada
pada level tinggi (berada pada kisaran antara 70 ≤ IPM < 80). Pertumbuhan IPM tahun 2020
jauh melambat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 0,74 persen.
Selama periode 2010- 2019, pembangunan manusia di Indonesia setiap tahunnya rata-rata
tumbuh sebesar 0,89 persen per tahun. Tetapi dengan pertumbuhan pada tahun 2020 yang
melambat tersebut, rata-rata pertumbuhan IPM 2010-2020 menjadi sebesar 0,78 persen per
tahun.
Perlambatan IPM di masa pandemi COVID ini disebabkan oleh penurunan dimensi
standar hidup layak yang diwakili dengan variabel pengeluaran riil per kapita yang
disesuaikan, sementara dimensi umur panjang dan hidup sehat dan pengetahuan yang
4
Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020. hlm. 13
8
diwakili dengan variabel Umur Harapan Hidup saat lahir (UHH) dan Harapan Lama Sekolah
(HLS) serta Rata-rata Lama Sekolah (RLS) masih meningkat meskipun pertumbuhannya
melambat.
Dimensi pengetahuan dalam penghitungan IPM terdiri dari dua indikator, yaitu
Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). HLS adalah perkiraan
lamanya sekolah (dalam tahun) yang akan dijalani oleh anak yang berumur 7 tahun. HLS
dihitung berdasarkan penduduk usia 7 tahun ke atas agar konsisten dengan referensi umur
pada program wajib belajar yang dicanangkan oleh pemerintah. Sementara itu, RLS adalah
rata-rata lamanya waktu yang digunakan oleh penduduk dalam menjalani pendidikan formal.
Cakupan penduduk untuk menghitung RLS adalah penduduk berumur 25 tahun ke atas,
dengan asumsi bahwa proses pendidikan seseorang sudah berakhir sebelum mencapai umur
25 tahun. Penghitungan RLS berdasarkan penduduk yang berumur 25 tahun ke atas juga
mengikuti standar internasional yang digunakan oleh UNDP. HLS merupakan indikator
proses pembangunan yang menggambarkan ukuran keberhasilan program pendidikan dalam
jangka pendek, sedangkan RLS menggambarkan indikator output pembangunan dalam
jangka panjang. HLS dan RLS dapat memberikan gambaran tentang penambahan (flow) dan
capaian (stock) kualitas sumber daya manusia di suatu wilayah.
Selama tahun 2010 hingga 2020, kedua indikator ini selalu mengalami peningkatan.
Meskipun indikator HLS terus meningkat, tetapi sejak tahun 2014 cenderung mengalami
perlambatan. Pada tahun 2020 HLS hanya meningkat 0,23 persen (0,03 tahun), sedikit lebih
lambat dibandingkan peningkatan tahun sebelumya yang mencapai 0,31 persen (0,04 tahun).
Peningkatan HLS pada tahun 2020 dipengaruhi oleh peningkatan Angka Partisipasi
Sekolah (APS) di seluruh kelompok umur pendidikan yaitu 7-12, 13-15, 16-18, dan 19-24
tahun. Peningkatan tertinggi terjadi pada APS 16-18 tahun (0,36 persen), diikuti APS 19- 24
tahun (0,34 persen), kemudian APS 7-12 tahun (0,02 persen). Rendahnya peningkatan APS
7-12 lebih disebabkan karena pada kelompok umur ini nilainya sudah sangat tinggi (hampir
mendekati 100 persen) sehingga ruang untuk peningkatan sudah sangat sempit. Hal yang
perlu menjadi perhatian adalah masih rendahnya APS 19-24 tahun yang capaiannya masih di
bawah 30 persen. Padahal kelompok umur ini sangat berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas pembangunan manusia. Hal tersebut dimungkinkan karena ketersediaan dan jumlah
daya tampung perguruan tinggi yang lebih sedikit dibandingkan jumlah lulusan sekolah
menengah atas. Selain itu, hal lain yang juga berpengaruh adalah tingginya biaya pendidikan
di perguruan tinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan di bawahnya.
9
Indikator RLS di masa pandemi juga meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dari
8,34 tahun pada tahun 2019 menjadi 8,48 tahun pada tahun 2020 atau meningkat 1,68 persen
(0,14 tahun). Peningkatan ini lebih lambat dari tahun sebelumnya yang mencapai 2,08 persen
(0,17 tahun). Secara alamiah peningkatan RLS sangat dipengaruhi oleh peningkatan APS
kelompok umur 19-24 tahun, terutama APS umur 24 tahun. Terkait dengan hal ini, upaya
peningkatan dimensi pendidikan dapat difokuskan pada peningkatan APS kelompok 19-24
tahun karena dapat sekaligus meningkatkan indikator HLS dan RLS secara bersamaan.
Pertumbuhan IPM di tengah pandemi COVID-19 melambat di seluruh provinsi.5 Dari
sisi posisi, perbandingan IPM antarprovinsi tidak mengalami banyak perubahan. Capaian
IPM tertinggi pada tahun 2020 masih diraih oleh Provinsi DKI Jakarta (80,77), sedangkan
capaian terendah ditempati Provinsi Papua (60,44). Jika dibandingkan dengan angka
nasional, terdapat 11 provinsi yang memiliki capaian IPM di atas angka nasional. IPM Jawa
Barat Tahun 2020 adalah 72,09, termasuk kategori IPM tinggi dengan rata-rata pertumbuhan
dari tahun 2010-2020 sebesar 0,86%. Untuk indikator HLS sebesar 12,5 tahun, sedangkan
untuk RLS sebesar 8,55 tahun (BPS, 2021: 116).
Seperti halnya capaian di provinsi, capaian IPM 2020 di kabupaten/kota sangat
beragam.6 Terdapat 22 kabupaten/kota (4,28 persen) yang berstatus rendah, 267
kabupaten/kota (51,95 persen) berstatus “sedang”, 189 kabupaten/kota (36,77 persen)
berstatus “tinggi”, dan 36 kabupaten/kota (7,00 persen) mencapai status pembangunan
manusia “sangat tinggi”. Capaian tertinggi dicapai oleh Kota Yogyakarta di Provinsi DI
Yogyakarta dengan IPM sebesar 86,61, sedangkan capaian terendah ditempati oleh
Kabupaten Nduga di Provinsi Papua dengan IPM sebesar 31,55.
IPM Kabupaten Ciamis tahun 2020 adalah sebesar 70,49, termasuk kategori IPM tinggi
dengan rata-rata pertumbuhan 0,14%. Untuk indikator HLS sebesar 14,06 tahun, sedangkan
untuk indikator RLS sebesar 7,70 tahun.7
5
Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020. hlm. 25
6
Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020. hlm. 29
7
Isti Larasati Widiastuty, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat 2020
hlm. 73; Riska Mustikasari, dkk., Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ciamis 2020 (Ciamis:
BPS Kabupaten Ciamis, 2021).
10
Tabel 1
Perbandingan IPM Ciamis dengan IPM Provinsi Jawa Barat dan
IPM Nasional Tahun 20208
No Indikator Wilayah
Ciamis Jawa Barat Nasional
1 UHH 71,83 73,4 71,47
2 HLS 14,06 12,50 12,98
3 RLS 7,70 8,55 8,48
4 Pengeluaran 9,288 10,845 11,013
IPM 70,49 72,09 71,94
Tabel 2
Pertumbuhan RLS Ciamis Tahun 2017-2020
No Tahun Besaran Pertumbuhan
1 2015 7,45
2 2016 7,55 0,10
3 2017 7,59 0,04
4 2018 7,60 0,01
5 2019 7,69 0,09
6 2020 7,70 0,01
7 2021 7,90 0,20
Rata-rata pertumbuhan 0,07
Dari data di atas terlihat RLS Ciamis berada di bawah Provinsi Jawa Barat dan
Nasional, tetapi HLS nya ada di atas provinsi Jawa Barat dan Nasional. Rendahnya RLS
8
Diolah berdasarkan data dari Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020 dan
Isti Larasati Widiastuty, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat 2020 serta Riska
Mustikasari, dkk., Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ciamis 2020.
9
Diolah berdasarkan data dari Bappeda kabupaten Ciamis, Rencana Kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Ciamis 2021 (Ciamis, Bappeda Ciamis: 2020), hlm. II: 35; Bappeda Kabupaten
Ciamis, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ciamis 2019-2024 (Ciamis:
Bappeda Kabupaten Ciamis, 2019), hlm. II: 40
11
tersebut, telah disadari oleh pemerintah Kabupaten Ciamis dan memasukannya sebagai salah
satu permasalahan dalam urusan pendidikan.10
Akar masalah dari rendahnya RLS tersebut juga telah diketahui oleh pemerintah
Kabupaten Ciamis, yaitu:
1. Terbatasnya akses terhadap layanan pendidikan, baik formal maupun informal terutama
bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah/miskin.
2. Penyelenggaraan pendidikan kesetaraan (Paket B, dan Paket C) belum optimal karena
terbatasnya dana.11
Berdasarkan kondisi eksisting RLS dan identifikasi terhadap akar masalahnya,
Pemerintah Kabupaten Ciamis melalui Dinas Pendidikan telah merencanakan berbagai
program untuk meningkatkan RSL tersebjut, bahkan sudah menetapkan capaian kinerjanya
secara kuantiatif, yaitu sebesar 8,05 tahun pada tahun 2024.
Tabel 3
Target Pertumbuhan RLS Ciamis Tahun 2021-2024
No Tahun Besaran Pertumbuhan
1 2020 7,70
2 2021 7,81 0,11
3 2022 7,88 0,07
4 2023 7,96 0,08
5 2024 8,05 0,09
Rata-rata pertumbuhan 0,08
Target pertumbuhan RLS Ciamis tahun 2021-2024 yang rata-rata 0,08 akan berat
dicapai, karena rata-rata pertumbuhan sebelumnya, yakni tahun 2015-2020 hanya berkisar
0,05. Apalagi pada tahun 2021-2024 pandemi Covid 19 masih mewarnai pertumbuhan IPM
secara keseluruhan, karena sektor ekonomi, kesehatan dan pendidikan masih dalam masa
pemulihan. Untuk itulah diperlukan strategi khusus agar target tersebut bisa tercapai, yang
salah satunya adalah dengan melakukan pemetaan RLS.
10
Bappeda Kabupaten Ciamis, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Ciamis 2019-2024. hlm. IV:4
11
Bappeda Kabupaten Ciamis, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Ciamis 2019-2024. hlm. IV:1
12
BAB II
KAJIAN TEORITIK
12
Yoyo Karyono, dkk, Indeks Pembangunan Manusia 2020. hlm. 10 ; Isti Larasati
Widiastuty, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat 2020. hlm. 13
13
Isti Larasati Widiastuty, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat 2020.
hlm. 17; https://www.rumusstatistik.com/2019/11 /cara-menghitung-indeks- pembangunan-manusia.
html
14
Tabel 4
Cara konversi lama sekolah
Tabel 5
Konversi ijazah terakhir menjadi lama sekolah
Tabel 6
Contoh penghitungan RLS
Tingkat/
Jenjang
Kelas Ijazah/
Pendidika Konvers
yang STTB
Pendudu Usi Partisipasi n yang i Lama
Pernah/ Tertingg
k ke-i a Jekolah Pernah/ Sekolah
Sedang i yang
Sedang (Zi)
Diduduk Dimiliki
Didusuki
i
Tidak
1 25 bersekolah S1 Tamat S1 16
lagi
Masih
2 18 bersekolah
SMA Kelas 3 SMP 11
Masih
3 28 S2 Kelas 6 S1 17
bersekolah
Tidak
4 30 bersekolah SD 5 - 4
lagi
Tidak
5 45 bersekolah D3 Tamat D3 15
lagi
Tidak
6 35 SMP 2 SD 7
bersekola
16
Tingkat/
Jenjang
Kelas Ijazah/
Pendidika Konvers
yang STTB
Pendudu Usi Partisipasi n yang i Lama
Pernah/ Tertingg
k ke-i a Jekolah Pernah/ Sekolah
Sedang i yang
Sedang (Zi)
Diduduk Dimiliki
Didusuki
i
h lagi
Tidak
7 50 bersekola S1 Tamat S1 16
h lagi
= 1 (16+17+4+15+7+16)
6
=12,5
17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Tabel 7
Waktu Penelitian
No Kegiatan Waktu Tempat Pelaksana
1 Penyusunan Proposal 2–5 Sekretariat Tim Ketua Tim
Penelitian Nopember Peneliti Peneliti
2021
2 Ekspse Proposal Penelitian 8 Nopember Disdik Ciamis Ketua Tim
2021 Peneliti
3 Penyempurnaan Proposal 9-10 Sekretariat Tim Tim Peneliti
Penelitian Nopember Peneliti
2021
4 Pengurusan izin penelitian 11-12 Kesbangpol Tim Peneliti
Nopember Ciamis
2021
4 Pelatihan enumerator RLS 16-17 Aula Disdik -Disdik Ciamis
tingkat desa Nopember Ciamis
-BPS Ciamis
2021
-Tim Peneliti
5 Pelaksanaan Wawancara
1. Badan Pusat Statistik 18 Nopember Kantor BPS Tim Peneliti
Ciamis 2021 Ciamis
2. Dinas Pemberdayaan 19 Nopember Kantor DPMD Tim Peneliti
Mayarakat dan Desa 2021 Ciamis
Ciamis
3. Dinas Kependudukan 22 Nopember Kantor Tim Peneliti
dan Catatan Sipil 2021 Disdukcapil
Ciamis Ciamis
4. Dinas Pendidikan 18 Nopember Kantor Disdik Tim Peneliti
18
14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2010),
hlm. 11
19
15
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002),
hlm. 82
16
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, hlm. 58
20
17
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, hlm. 85
18
Basrowi & Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm.
127
21
19
Aan Komariah dan Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta,
2012), hlm. 96.
20
Astridya Paramita dan Lusi Kristiana, Teknik Focus Group Discussion Dalam Penelitian
Kualitatif (Focus Group Discussion Tehnique In Qualitative Research), Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013: 117–127
21
Aan Komariah dan Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif. hlm. 149.
22
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, hlm. 244.
23
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, hlm. 98
22
menggunakan model Miles dan Huberman dalam Prastowo24 yaitu melalui proses reduksi
data, penyajian data, penarika simpulan serta triangulasi.
Adapun penjabaran analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
sebagai berikut:
a. Data Reduction (Reduksi data)
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data awal yang muncul dari catatan-
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama
penelitian kualitatif berlangsung. Selama proses reduksi data berlangsung, tahapan
selanjutnya ialah:
1. Mengkategorikan data (Coding) ialah upaya memilah-milah setiap satuan data ke
dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.25
2. Interpretasi data ialah pencarian pengertian yang lebih luas tentang data yang telah
dianalisis atau dengan kata lain, interpretasi merupakan penjelasan yang terinci
tentang arti yang sebenarnya dari data penelitian.26
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemilihan data yang diperoleh pada
saat penelitian mengenai identitas, tempat tinggal, dan tingkat pendidikan penduduk
Ciamis yang pada tahun 2021 berusia 25 tahun ke atas, kemudian data tersebut
diklasifikasikan dan dipilih secara sederhana.
b. Data Display (Penyajian data)
Pada tahap ini, peneliti mengembangkan sebuah deskripsi informasi tersusun
untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data yang lazim
digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk teks naratif. Maksud dari teks naratif
ialah peneliti mendeskripsikan informasi yang telah diklasifikasikan sebelumnya
mengenai identitas, tempat tinggal, dan tingkat pendidikan penduduk Ciamis yang
pada tahun 2021 berusia 25 tahun ke atas yang kemudian dibentuk simpulan dan
selanjutnya simpulan tersebut disajikan dalam bentuk teks naratif.
c. Conclusion/Verying (Penarikan simpulan)
Peneliti berusaha menarik simpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari
makna setiap gejala yang diperoleh dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi
24
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta : Ar-ruzzmedia, 2012), hlm. 36
25
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Rosda, 2011), hlm. 288
26
Iqbal Hasan, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, hlm. 137
23
yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena dan proporsi. Pada tahap ini, penulis
menarik simpulan dari data yang telah disimpulkan sebelumnya, kemudian
mencocokkan catatan hasil studi dokumen degan hasil FGD, dan hasil interview yang
dilakukan penulis pada saat penelitian.
d. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data yang telah diperoleh.
Terdapat tiga macam teknik triangulasi antara lain:
1. Triangulasi dengan sumber, yaitu teknik pengecekan data yang dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber..
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik ialah teknik pengecekan data yang dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yan berbeda. Dalam
penelitian ini, peneliti memperoleh data dengan wawancara dan FGD kemudian
dicek dengan dokumentasi.
3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu merupakan teknik pengecekan data yang dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan melalui wawancara, FGD,atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda.
Tabel 8
Tenaga Ahli Dan Tenaga Pendukung
Lamanya
Jumlah
No Tenaga Ahli/Tenaga Pendukung Pekerjaan
(orang)
1. Tenaga ahli statistik 1 2 bulan
2. Tenaga ahli hukum 1 2 bulan
3. Enumerator Desa 258 1 bulan
4. Staf bagian dan dan IT 2 2 bulan
5. Staf bagian administrasi 1 2 bulan
6. Staf bagian keuangan 1 2 bulan
24
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Ciamis
Hasil penghitungan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Ciamis tahun
2021 dengan menggunakan rumus
adalah sebesar 7,92. Artinya rata-rata pendidikan masyarakat Ciamis usia 25 tahun ke atas
adalah setara kelas VII atau Kelas 2 SLTP.
Tabel 4.1
Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Ciamis
Jumlah Penduduk
Ijazah Jumlah Penduduk
Usia 25 Tahun Ke Atas Lama Masa
Pendidikan X Lama
NO Yang Sedang Pendidikan Yang
Formal Yang Pendidikan Yang
Sekolah/Telah Dihabiskan
Dimiliki Dihabiskan
Berijazah
1 STR_III 174 18 3132
2 STR_II 2.281 18 41058
3 STR_I 33.473 16 535568
4 DIP_III 9.121 15 136815
5 DIP_II 5.549 14 77686
6 SLTA 144.799 12 1737588
7 SLTP 184.879 9 1663911
8 TM_SD 518.557 6 3111342
9 TDK_TM_SD 16.207 3 48621
10 BLM_SKLH 14.059 0 0
929.099 7355721
RLS 7,92
25
Tabel 4.2
Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Ciamis Berdasarkan Kecamatan
Tabel 4.2
Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten Ciamis Berdasarkan Desa
NAMA
NAMA DESA BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
KECAMATAN
CIAMIS CIAMIS 71 118 2.664 2.103 5.590 254 573 1.873 202 18 13.466
KERTASARI CIAMIS 34 57 2.354 1.423 2.877 109 268 987 112 2 8.223
MALEBER CIAMIS 32 57 2.570 1.294 2.489 89 188 654 68 2 7.443
CIGEMBOR CIAMIS 32 19 1.399 613 1.020 27 81 284 16 1 3.492
BENTENG CIAMIS 34 15 1.631 716 733 10 26 128 5 0 3.298
LINGGASARI CIAMIS 29 34 2.150 845 1.540 58 120 469 39 5 5.289
SINDANGRASA CIAMIS 53 86 2.577 1.331 2.671 87 193 769 76 7 7.850
PAWINDAN CIAMIS 9 66 1.404 591 795 29 50 183 12 0 3.139
CISADAP CIAMIS 50 90 2.503 842 818 25 38 139 2 0 4.507
IMBANAGARA CIAMIS 25 28 1.769 957 1.749 55 153 490 43 2 5.271
IMBANAGARA RAYA CIAMIS 17 28 1.938 992 1.398 52 79 303 24 0 4.831
PANYINGKIRAN CIAMIS 15 25 1.639 818 1.221 49 93 366 41 0 4.267
2. Kecamatan Cikoneng
NAMA
NAMA DESA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
CIKONENG CIKONENG 31 51 2.187 982 1.579 53 76 279 17 1 5.256
MARGALUYU CIKONENG 15 63 1.882 1.069 1.360 48 82 280 15 1 4.815
SINDANGSARI CIKONENG 30 44 2.997 906 770 20 42 143 4 1 4.957
PANARAGAN CIKONENG 11 32 2.433 743 481 13 22 77 3 0 3.815
DARMACAANG CIKONENG 23 33 2.331 345 201 5 11 25 1 0 2.975
KUJANG CIKONENG 31 50 2.068 837 813 19 31 150 6 0 4.005
NASOL CIKONENG 48 83 4.313 670 470 10 20 119 8 0 5.741
CIMARI CIKONENG 21 42 1.797 1.047 1.118 46 77 191 12 2 4.353
GEGEMPALAN CIKONENG 17 23 1.668 561 601 15 14 60 3 0 2.962
33
3. Kecamatan Cijeungjing
TM_S DIP_I STR_ STR_I STR_II JML_DU
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD D SLTP SLTA I DIP_III I I I K
HANDAPHERANG CIJEUNGJING 44 75 1.606 761 1.375 61 127 600 45 0 4.694
CIHARALANG CIJEUNGJING 33 55 2.256 784 877 27 47 184 20 0 4.283
BOJONGMENGGER CIJEUNGJING 48 65 2.207 1.014 1.153 37 72 281 21 4 4.902
KARANGKAMULYAN CIJEUNGJING 14 20 1.264 694 828 25 50 144 11 0 3.050
KERTABUMI CIJEUNGJING 11 25 1.232 436 302 12 16 68 4 0 2.106
CIJEUNGJING CIJEUNGJING 10 29 1.012 492 598 31 53 193 12 1 2.431
PAMALAYAN CIJEUNGJING 28 41 1.372 691 971 43 81 332 24 2 3.585
DEWASARI CIJEUNGJING 22 36 1.727 830 1.519 69 122 589 101 13 5.028
UTAMA CIJEUNGJING 24 35 1.209 546 576 12 32 160 10 0 2.604
KERTAHARJA CIJEUNGJING 48 36 2.527 676 510 18 36 119 14 0 3.984
KARANGANYAR CIJEUNGJING 30 21 1.139 402 247 7 7 51 5 0 1.909
4. Kecamatan Sadananya
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
GUNUNGSARI SADANANYA 12 20 1.583 524 251 9 14 44 3 0 2.460
SADANANYA SADANANYA 12 22 2.422 936 687 20 49 165 10 1 4.324
WERASARI SADANANYA 19 26 2.489 697 472 28 28 130 9 0 3.898
MANGKUBUMI SADANANYA 11 12 1.747 500 320 14 19 57 11 1 2.692
TANJUNGSARI SADANANYA 13 15 2.201 509 154 6 13 43 2 0 2.956
BENDASARI SADANANYA 19 16 1.858 569 326 20 19 71 4 1 2.903
SUKAJADI SADANANYA 9 24 2.029 816 916 43 66 271 22 1 4.197
MEKARJADI SADANANYA 34 29 1.882 788 996 40 87 264 18 1 4.139
5. Kecamatan Cidolog
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
CIDOLOG CIDOLOG 24 18 1.831 550 240 11 9 66 1 0 2.750
JANGGALA CIDOLOG 14 27 1.779 675 246 5 11 48 2 0 2.807
HEGARMANAH CIDOLOG 25 82 1.510 463 214 7 10 65 2 0 2.378
JELEGONG CIDOLOG 31 24 1.275 362 136 3 1 35 2 0 1.869
34
6. Kecamatan Cihaurbeuti
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
SUKAMULYA CIHAURBEUTI 9 36 1.166 685 969 48 66 217 12 0 3.208
SUKAHURIP CIHAURBEUTI 27 95 1.859 883 618 26 44 135 9 0 3.696
CIJULANG CIHAURBEUTI 51 99 1.765 645 673 20 47 135 7 1 3.443
SUKAMAJU CIHAURBEUTI 40 34 2.079 549 296 16 14 41 2 0 3.071
SUKASETIA CIHAURBEUTI 38 64 1.115 324 285 14 35 60 4 0 1.939
SUMBERJAYA CIHAURBEUTI 128 93 3.241 677 452 15 19 84 4 0 4.713
CIHAURBEUTI CIHAURBEUTI 53 99 2.272 740 708 27 60 152 20 1 4.132
PASIRTAMIANG CIHAURBEUTI 102 70 2.026 709 555 17 29 81 4 0 3.593
PADAMULYA CIHAURBEUTI 39 50 2.463 706 429 11 28 113 4 0 3.843
PAMOKOLAN CIHAURBEUTI 41 46 2.227 504 347 15 24 84 8 0 3.296
SUKAHAJI CIHAURBEUTI 12 33 1.303 540 535 10 45 142 4 1 2.625
7. Kecamatan Panumbangan
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
MEDANGLAYANG PANUMBANGAN 17 24 2.523 743 564 19 33 124 5 0 4.052
PANUMBANGAN PANUMBANGAN 23 30 2.063 858 837 30 97 241 13 1 4.193
SUKAKERTA PANUMBANGAN 36 15 1.283 479 555 49 70 232 10 2 2.731
GOLAT PANUMBANGAN 13 16 1.667 623 627 19 59 132 7 0 3.163
SINDANGHERANG PANUMBANGAN 26 27 2.102 599 488 25 26 118 13 0 3.424
BANJARANGSANA PANUMBANGAN 39 25 1.930 671 445 7 36 76 5 0 3.234
PAYUNGAGUNG PANUMBANGAN 90 34 2.321 498 267 9 11 55 6 0 3.291
TANJUNGMULYA PANUMBANGAN 10 25 1.569 623 737 23 49 226 6 0 3.268
PAYUNGSARI PANUMBANGAN 25 22 2.476 673 396 12 22 82 5 0 3.713
JAYAGIRI PANUMBANGAN 70 22 1.739 618 469 15 32 116 5 1 3.087
KERTARAHARJA PANUMBANGAN 27 13 1.127 388 304 8 12 81 4 1 1.965
SINDANGMUKTI PANUMBANGAN 11 17 1.053 339 459 10 22 58 6 1 1.976
SINDANGBARANG PANUMBANGAN 42 26 2.106 446 195 12 14 45 0 0 2.886
35
8. Kecamatan Panjalu
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
PANJALU PANJALU 68 142 4.569 1.676 1.248 44 89 281 20 2 8.139
KERTAMANDALA PANJALU 77 85 2.050 517 250 15 15 44 4 0 3.057
CIOMAS PANJALU 121 101 3.406 1.116 632 18 40 128 12 2 5.576
SANDINGTAMAN PANJALU 125 116 2.561 778 407 15 25 88 13 1 4.129
MAPARAH PANJALU 86 160 4.148 1.337 597 19 22 141 10 0 6.520
BAHARA PANJALU 51 33 1.578 361 149 4 6 22 1 0 2.205
HUJUNGTIWU PANJALU 45 49 2.298 687 297 6 15 47 1 0 3.445
MANDALARE PANJALU 20 40 1.478 401 161 3 13 19 1 0 2.136
9. Kecamatan Panjalu
NAMA DESA NAMA KECAMATAN BLM_SKLH TDK_TM_SD TM_SD SLTP SLTA DIP_II DIP_III STR_I STR_II STR_III JML_DUK
KAWALI KAWALI 31 67 1.300 653 809 30 72 241 16 1 3.220
TALAGASARI KAWALI 47 40 1.284 447 379 21 37 146 6 0 2.407
KARANGPAWITAN KAWALI 44 54 1.777 686 596 22 50 165 10 1 3.405
WINDURAJA KAWALI 36 84 2.173 888 716 47 58 160 8 3 4.173
MARGAMULYA KAWALI 22 36 1.129 421 370 10 22 84 11 0 2.105
CITEUREUP KAWALI 34 54 2.282 610 305 14 24 96 4 0 3.423
PURWASARI KAWALI 24 45 1.460 277 153 11 8 41 3 0 2.022
SINDANGSARI KAWALI 42 51 1.322 497 206 26 21 57 9 1 2.232
KAWALIMUKTI KAWALI 42 67 1.149 559 721 33 63 254 15 1 2.904
SELASARI KAWALI 47 51 1.104 388 243 6 10 50 0 0 1.899
LINGGAPURA KAWALI 11 50 1.455 584 588 27 25 122 10 0 2.872
4.3. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian ini, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Kabupaten Ciamis
tahun 2021 adalah sebesar 7,92. Artinya rata-rata pendidikan masyarakat Ciamis usia 25
tahun ke atas adalah setara kelas VII atau Kelas 2 SLTP. Hal ini mendekati hasil
penghitungan BPS dalam laporannya bahwa IPM Ciamis tahun 2021 sebesar 70,93 dengan
rincian UHH sebesar 72,02, HLS sebesar 14,20, RLS sebesar 7,90 dan Pengeluaran sebesar
9.259.27 Kalau dibandingkan dengan RLS Nasional dan RLS Provinsi Jawa Barat, RLS
kabupaten Ciamis berada di bawah keduanya.
Tabel 4.3
Perbandingan IPM Ciamis dengan IPM Provinsi Jawa Barat dan
IPM Nasional Tahun 202128
No Indikator Wilayah
Ciamis Jawa Barat Nasional
1 UHH 72,02 73,23 71,57
2 HLS 14,20 12,61 13,08
3 RLS 7,90 8,61 8,54
4 Pengeluaran 9.259 10.934 11.156
IPM 70,93 72,45 72,29
27
Adi Nugroho, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2021 ( Jakarta: BPS, 2022), hlm.
119
28
Adi Nugroho, dkk., Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2021.
45
tinggi, disparitasnya sekitar 3 tahunan. Hal ini menunjukan aspek fasilitas pendidikan dan
kesadaran pentingnya pendidikan formal antar Kecamatan di Kabupaten Ciamis masih tinggi.
Tabel 4.4
Perbandingan RLS tertinggi dan terendah berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Ciamis
Selaras dengan tingkat RLS per Kecamatan, RLS pada tingkat desa/kelurahan di
Kabupaten Ciamis pun yang paling tinggi diduduki salah satu kelurahan di Kecamatan
Ciamis, yaitu Kelurahan Ciamis dengan nilai RLS 11,02. Begitu juga desa yang paling
rendah nilai RLS yang diduduki salah satu desa di Kecamatan Banjarsanyar, yaitu Desa
Pasawahan dengan nilai RLS 6,16.
Tabel 4.5
Perbandingan RLS tertinggi dan terendah berdasarkan Desa di Kabupaten Ciamis
Disparitas RLS antar Kelurahan Ciamis sebagai Desa/Kelurahan tertinggi nilai RLS
nya (11,02) dengan Desa Pasawahan sebagai Desa dengan nilai RLS paling rendah (6,61)
sangat tinggi melebihi disparitas RLS antar Kecamatan, yaitu sekitar 5 tahun. Hal ini
menunjukan belum meratanya pembangunan pendidikan antar desa di Kabupaten Ciamis.
46
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
a. RLS Kabupaten Ciamis tahun 2021 adalah sebesar 7,92.
b. RLS Kecamatan di Kabupaten Ciamis tahun 2021 paling tinggi sebesar 9,5 (Kecamatan
Ciamis) dan paling rendah sebesar 6,9 (Kecamatan Banjaranyar).
c. RLS desa di Kabupaten Ciamis tahun 2021 paling tinggi sebesar 11,02 (Kelurahan
Ciamis Kecamatan Ciamis) dan paling rendah sebesar 6,16 (Desa Pasawahan
Kecamatan Banjaranyar).
2. Saran
a. Kepada Pemerintah Kabupaten Ciamis terutama Dinas Pendidikan agar
menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian lanjutan terkait
strategi peningkataan RLS di Kabupaten Ciamis berdasar data-data hasil pemetaan pada
penelitian ini.
b. Kepada Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam meningkatkan RLS sebaiknya
berkolaborasi dengan Pemerintahan Desa.
c. Kepada Pemerintah Daerah Ciamis dan Pemerintah Desa sebaiknya peningkatan RLS
ini dikemas dalam sebuah Gerakan Pendidikan Kesetaraan Berbasis Desa dengan
memakai payung hukum Peraturan Bupati.
47
DAFTAR PUSTAKA
Basrowi & Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta.
Bappeda Kabupaten Ciamis, 2020, Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis 2021,
Ciamis, Bappeda Ciamis.
Bappeda Kabupaten Ciamis, 2019, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Ciamis 2019-2024,Ciamis: Bappeda Kabupaten Ciamis.
Hasan, Iqbal, 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Komariah, Aan, dan Djam’an Satori, 2012, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Mustikasari, Riska, dkk., 2021, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Ciamis 2020, Ciamis:
BPS Kabupaten Ciamis.
Nugroho, Adi, dkk., 2022, Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2021, Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
Paramita, Astridya dan Lusi Kristiana, Teknik Focus Group Discussion Dalam Penelitian Kualitatif
(Focus Group Discussion Tehnique In Qualitative Research), Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan – Vol. 16 No. 2 April 2013: 117–127
Prastowo, Andi, 2012, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Perspektif Rancangan Penelitian,
Jogjakarta : Ar-ruzzmedia.
Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta.
Widiastuty, Isti Larasati, dkk., 2021, Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat 2020,
Bandung: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Yoyo Karyono, dkk, 2021, Indeks Pembangunan Manusia 2020, Jakarta: Badan Pusat Statistik.