Anda di halaman 1dari 21

KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI INDNESIA

(Tugas Pendidikan Pancasila)

Oleh

MUHAMMAD SYAHRUL PARDEDE

2316021097

JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-nya kepada penulis. Tentu saja tanpa
pertolongannya penulis tak mampu untuk menyelesaikan makalah dengan judul
“Etika Dalam Lingkungan Hidup” ini.

Makalah ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai jurnal dan buku. Terlepas dari semua itu, penulis sepenuhnya menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih ada kekurangan, baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu penulis
menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah yang penulis susun ini dapat memberikan
manfaat dan juga inspirasi serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
para pembaca. Demikian sepatah dua patah kata dari saya. Terima kasih.

Bandar Lampung, 30 November 2023

Muhammad Syahrul Pardede


(2316021097)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………… 1

DAFTAR ISI …………………………………………………………….. 2

BAB 1 PENDAHULUAN ………………………………………………. 3

1. Latar Belakang …………………………..……………………... 3

2. Rumusan Masalah ………………………..…………………….. 4

3. Tujuan Penulisan …………………………..…………………… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………..... 5

1. Landasan Teori …………………………………………………… 5

1.1 Teori Ketimpangan Wilayah …………………………………. 5

1.2 Ukuran Ketimpangan ………………………………………….


6

1.3 Penyebab Ketimpangan Ekonomi ……………………………..


7

BAB 3 PEMBAHASAN ………………………………………………….. 6

1. Pengertian Ketimpangan Pembangunan ………………………... 6

2. Analisis Ketimpangan Pembangunan ...…...…………………… 8

3. Faktor-Faktor Penyebab Ketimpangan Pembangunan ....…...... 10

4. Contoh Kasus Ketimpangan …….…….………………...……....... 15

5. Solusi Mengatasi Ketimpangan Pembangunan ………………… 16

BAB 4 KESIMPULAN …………………………………………………..., 16


LAMPIRAN ………………………………………………………………. 17

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… 18

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah ketidakmerataan dalam pembangunan wilayah adalah masalah historis


yang dihadapi oleh setiap negara mulai dari aras kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi, kepulauan bahkan global. Dunia belahan selatan dianggap lebih
tertinggal daripada belahan utara. Beberapa negara seperti usa, china, dan thailand
menghadapi permasalahan yang berkebalikan dengan indonesia: pembangunan
wilayah bagian barat lebih tertinggal dibandingkan dengan bagian timur. Pulau
jawa bagian selatan secara umum lebih tertinggal dibandingkan daerah utara, atau
kawasan pantai timur sumatera yang lebih maju daripada kawasan pantai barat.
Pada tingkat kabupaten misalnya, wilayah barat kabupaten bogor memiliki
pertumbuhan baik ekonomi dan kesejahteraan (diindikasikan tingkat
pengangguran dan kemiskinan) yang lebih buruk dibandingkan dengan wilayah
kabupaten bogor bagian tengah dan timur. Terjadinya fenomena tersebut dapat
disebabkan oleh faktor keterbukaan/akses terhadap luar wilayah yang sudah
berlangsung sejak lama. Ini menghasilkan ukuran pasar yang lebih besar karena
konsentrasi jumlah penduduk di wilayah yang lebih maju tersebut, meskipun
wilayah yang kurang berkembang tersebut banyak yang lebih kaya dengan sumber
daya alam.

Ketimpangan telah menjadi perhatian utama baik di negara maju maupun


berkembang selama beberapa dekade. Sebagaimana tertuang dalam tujuan
pembangunan berkelanjutan yang salah satunya adalah memastikan kesetaraan
kesempatan dan mengurangi ketimpangan pendapatan (united nation, 2016).
Indonesia telah mampu menurunkan tingkat ketimpangan dari 0,408 pada tahun
2015 menjadi 0,381 pada tahun 2020. Namun, meskipun berhasil, masih terdapat
perbedaan besar dalam tingkat ketimpangan antara wilayah perkotaan dan
perdesaan. Ketimpangan akibat distribusi pendapatan yang tidak merata dapat
diminimalisir melalui pembangunan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran sekaligus menguji korelasi antara tingkat ketimpangan
pendapatan dengan indikator pembangunan ekonomi. Metode analisis yang
digunakan adalah metode regresi data panel dengan metode estimasi seemingly
unrelated regression (sur). Ada empat variabel yang terindikasi mempengaruhi
tingkat ketimpangan di indonesia, antara lain indeks pembangunan manusia (ipm),
akses terhadap listrik, ketersediaan sanitasi yang layak, dan stabilitas jalan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa indikator perkembangan ipm dan ketersediaan
sanitasi yang layak berdampak negatif terhadap ketimpangan. Di sisi lain,
indikator perkembangan akses listrik berdampak positif terhadap ketimpangan.
Sementara itu, indikator stabilitas jalan tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap ketimpangan.

Kesimpulannya, upaya pemerintah dalam meminimalisir tingkat ketimpangan


harus mempertimbangkan indikator perkembangan akses terhadap listrik,
ketersediaan sanitasi yang layak, dan ipm.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah
sebagai berikut:

1. Apa pengertian ketimpangan pembangunan?


2. Bagaimana analisis ketimpangan pembangunan antardaerah dan
bagaimana pandangan teori tentang ketimpangan pembangunan antar
daerah tersebut?
3. Apa faktor-faktor penyebab ketimpangan pembangunan antardaerah?
4. Apa saja Contoh kasus ketimpangan antar wilayah?
5. Bagaimana solusi mengatasi ketimpangan pembangunan antardaerah?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Ketimpangan dan pengertian Pembangunan.
2. Mengetahui bagaimana Analisis Ketimpangan Pembangunan Antardaerah
dan bagaimana pandangan teori tentang Ketimpangan Pembangunan antar
daerah tersebut.
3. Mengetahui faktor-faktor penyebab Ketimpangan Pembangunan Anatar
daerah.
4. Mengetahui Permasalahan Ketimpangan suatu wilayah.
5. Mengetahui bagaimana solusi mengatasi Ketimpangan Pembangunan
antardaerah.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ketimpangan Pembangunan Indonesia sebagai negara sedang berkembang sedang


giat melakukan pembangunan secara berencana dan bertahap. Pembangunan
ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan
pendapatan per kapita penduduk sesuatu masyarakat meningkat dalam jangka
panjang. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengejar ketertinggalan kita sebagai
negara sedang berkembang dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Ketimpangan Wilayah

Menurut Murty (Yuzea, 2006). Kesenjangan regional diartikan sebagai


ketidakseimbangan pertumbuhan antara sektor primer dan sektor sekunder, tersier,
atau sektor sosial di suatu Negara distrik atau dimana peristiwa itu terjadi di
Negara maju atau berkembang, Negara pertanian atau industri, Negara besar atau
kecil, mempunyai wilayah yang maju dan tertinggal secara ekonominya.
Perbedaan kemajuan antara wilayah berarti tidak sama antar kemampuan untuk
bertumbuh yang analog dengan kesenjangan sehingga yang timbul adalah
ketidakmerataan suatu wilayah yang ada.

Menurut Todara (2004) terdapat 2 konsep tentang distribusi pendapatan yaitu :


1) Distribusi fungsional (the functional distribusion) Distribusi fungsional yaitu
distribusi yang menunjukkan pangsa pendapatan nasional dari fakto-faktor
produksi primer yang meliputi tanah, tenaga kerja, dan modal

2) Distribusi ukuran (size distribusion) Distribusi ukuran yaitu distribusi yang


mengukur pendapatan antara kelompok masyarakat yang berdasarkan pangsa
pasar yang diterima. Hubungan antara distribusi pendapatan dan pertumbuhan.
Berdasarkan hipotesa ini, dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa -negara
sedang berkembang umumnya tingkat ketimpangan pembangunan antar
daerahnya cenderung lebih tinggi, dibandingkan pada negara maju
ketimpangannya lebih rendah. Secara lebih lanjut,

Menurut Simon Kuznets dalam Kuncoro (2006) ketimpangan mengacu pada


standar hidup yang relatif pada seluruh masyarakat, karenakesenjangan antar
wilayah yaitu adanya perbedaan faktor anugerah awal (endowment factor).
Perbedaan ini yang membuat tingkat pembangunan di berbagai wilayah dan
daerah berbeda-beda, sehingga menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di
berbagai wilayah tersebut (Sukirno, 2010).

Ketimpangan antar wilayah dimunculkan oleh Douglas C. North dalam analisanya


mengenai Teori Pertumbuhan Neo Klasik. Dalam teori tersebut dimunculkan
sebuah prediksi hubungan antara tingkat pembangunan ekonomi nasional suatu
negara dengan ketimpangan pembangunan antar wilayah. Hipotesa ini kemudian
lebih dikenal sebagai Hipotesa Neo-Klasik (Sjafrizal, 2012).

Menurut Hipotesa Neo-Klasik, pada awal proses pembangunan suatu negara,


ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung mengalami peningkatan.
Proses ini akan terus terjadi hingga ketimpangan mencapai titik puncak.
Kemudian, bila proses pembangunan berlanjut maka secara berangsur-angsur
ketimpangan pembangunan antar wilayah tersebut akan mengalami penurunan.
Berdasarkan hipotesa ini, ketimpangan pembangunan antar wilayah cenderung
lebih tinggi umunya pada negara-negara sedang berkembang, dan akan terjadi
sebaliknya pada negara-negara maju. Dengan kata lain, kurva ketimpangan
pembangunan antar wilayah berbentuk huruf U terbalik.
Kebenaran Hipotesa Neo-Klasik ini diuji kebenarannya oleh Williamson (1966)
melalui studi mengenai ketimpangan pembangunan antar wilayah pada negara
maju dan negara sedang berkembang menggunakan data time series dan cross
section. Hasilnya menunjukkan bahwa Hipotesa Neo-Klasik terbukti benar secara
empirik. Ini berarti bahwa proses pembangunan suatu negara tidak langsung dapat
menurunkan tingkat ketimpangan pembangunan antar wilayah, akan tetapi pada
tahap permulaan justru terjadi hal yang sebaliknya (Sjafrizal, 2012).

2.2 Ukuran Ketimpangan

1. Size Distribution, Secara umum ukuran ketimpangan yang pertama ini dihitung
dengan menghitung berapa persen pendapatan yang diterima oleh 40 persen
penduduk yang paling miskin. selanjutnya ukuran ketimpangan bisa pula
dilakukan dengan memperbandingkan persentase pendapatan yang diterima oleg
40 persen orang paling miskin dengan persentase yang diterima oleh 20 persen
orang paling kaya.

2. Kurva Lorenz, Kurva Lorenz adalah kurva yang dibuat berdasarkan angka-
angka yang digunakan dalam perhitungan size distribution dengan cara
menampilkannya dalam bentuk kurva. Dengan menggunakan garis horisontal
sevafai persentase penduduk dan garis vertikal sebagai persentase pendapatan
yang diterima oleh kelompok penduduk,

3. Indeks Gini, ukuran ketiga adalah Indeks Gini yang dihitung dengan
menggunakan kurva Lorenz. Caranya dengan memperbandingkan atau membagi
bidang yang dibatasi oleh garis diagonal dalam kurva Lorenz dengan garis
lengkung sebagai penyimpangan atas diagonal. Angka yang didapatkan kemudian
disebut indeks atau koefisien atau rasio gini. Indeks gini berkisar antara nol dan
satu. Gini sebesar 0 menunjukkan kemerataan sempurna dimana semua orang
mempunyai pendapatan yang persis sama. Sedangkan gini indeks 1 artinya ada
ketidakmerataan yang sempurna.

2.3 Penyebab Ketimpangan Ekonomi


Adelman dan Morris (1973) mengemukakan 8 faktor yang menyebabkan
ketimpangan distribusi pendapatan di negara-negara sedang berkembang, yaitu:

1. Tingginya pertambahan penduduk yang berdampak padapenurunan


pendapatan per kapita.

2. Inflasi yaitu bertambahnya pendapatan uang tetapi tidak dengan


pertambahan produksi barang-barang.

3. Ketimpangan pembangunan antar daerah.

4. Banyaknya investasi dalam proyek-proyek yang padat modal (capital


intensive), sehingga persentase pendapatan modal dari tambahan harta
lebih besar dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari
kerja, maka pengangguran bertambah.

5. Mobilitas social yang rendah

6. Pelaksanaan kebijaksanaan industri substitusi impor yang


mengakibatkan harga-harga barang hasil industri mengalami kenaikan
untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.

7. Ketidakelastisan permintaan negara-negara terhadap barang ekspor


negara-negara sedang berkembang yang menyebabkan memburuknya nilai
tukar (term of trade) bagi negara-negara sedang berkembang dalam
perdagangan dengan negara-negara maju,

8. Industri-industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah


tangga, dan lain-lain menjadi hancur.
BAB 3

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Ketimpangan Pembangunan

Pengertian ketimpangan....Ketimpangan pembangunan antar wilayah merupakan


aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini
pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam
dan perbedaan kondisi geografi yang terdapat pada masing-masing wilayah.
Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses
pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana
pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju (Development Region) dan
wilayah terbelakang

(Underdevelopment Region).Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa


implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu,
aspek ketimpangan pembangunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi
pula terhadap formulasi. Kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh
pemerintah daerah. Ketidakmerataan pendapatan antar wilayah menyebabkan
ketidakmerataan pembangunan ekonomi sehingga terjadilah ketimpangan
ekonomi. Karena perbedaan Laju Pertumbuhan Ekonomi ini maka disini
diperlukanlah peran pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan dan
mengembangkan daerah yang tertinggal agar pertumbuhan ekonomi dapat
merata.Ketimpangan memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
ketimpangan yaitu untuk mendorong daerah daerah tertinggal yang mengalami
ketimpangan untuk bangkit dan meningkatkan pertumbuhannya. Namun dampak
negatif dari ketimpangan yaitu seringkali dipandang tidak adil dan menghambat
kesejahteraan masyarakat.

Kesenjangan antar wilayah dalam pembangunan terjadi karena perbedaan


infrastruktur, sumber daya alam, dan sumber daya manusia di berbagai macam
daerah (Ardani, 1992). Kesenjangan pembangunan merupakan suatu yang tidak
sejalan dengan proses yang terjadi pada pembangunan itu sendiri. Kesenjangan
ekonomi sering dipergunakan sebagai salah satu faktor dari rata-rata perkapita
yang berbeda-beda, tingkat pendapatan antar kelompok, lapangan kerja antar
kelompok, serta antar wilayah.

Menurut Adisasmita (2014) kesenjangan antar daerah/wilayah ialah kesenjangan


yang diakibatkan bukan hanya dari distribusi pendapatan, namun juga adanya
ketimpangan pembangunan terhadap wilayah pada suatu negara. Kesenjangan
menjurus pada kualitas hidup rata-rata pada semua penduduk, dikarenakan
kesenjangan antar daerah adalah perbedaan dari faktor pemberian awal atau
Endowment Faktor (Kuncoro, 2006). Sementara penelitian yang dilakukan oleh
Gajdos (2006), kondisi ini disebabkan adanya perbedaan karakteristik, keadaan
sebuah lokasi serta adanya hal yang terjadi pada dua entitas atau lebih di suatu
struktur daerah. Oleh karena itu, seharusnya kesenjangan perlu dikaji dengan
banyak aspek seperti halnya aspek sosial, keadaan lokasi, politik dan manajemen,
kelembagaan, lingkungan, fasilitas umum, dan sebagainya.

3.2 Analisis Ketimpangan Pembangunan

Analisis ketimpangan-ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah


merupakan fenomena umum dalam proses pembangunan ekonomi. Hal ini pada
awalnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan
perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah.
Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini berimplikasi terhadap kesenjangan
tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah, yang dapat mengganggu stabilitas
keamanan wilayah akibat kecemburuan masyarakat terutama yang berasal dari
daerah dengan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah.

Alokasi dana publik antar daerah melalui anggaran negara merupakan instrumen
kebijakan utama untuk mengatasi disparitas daerah (Acconcia & Del Monte,
1999). Di negara maju, efek utama dari kebijakan redistributif dan transfer adalah
bahwa daerah berpenghasilan rendah menikmati aliran masuk sumber daya yang
positif, yaitu, mereka membayar pajak lebih sedikit daripada yang mereka terima
sebagai layanan dan manfaat, sementara daerah berpenghasilan tinggi
memberikan dukungan keuangan. Perpindahan dana antar wilayah muncul
setidaknya karena dua alasan. Pertama, setiap daerah merupakan bagian dari
masyarakat dengan standar nasional untuk pelayanan publik dan kesejahteraan,
dan basis perpajakan yang sama. Hal ini memastikan bahwa, untuk daerah dengan
tingkat pendapatan yang lebih rendah dari rata-rata nasional, jumlah yang
dibayarkan untuk pajak lebih rendah dari jumlah belanja publik yang diterima.
Kedua, daerah miskin mendapatkan manfaat dari kebijakan daerah yang bertujuan
untuk mengurangi ketimpangan dan mendorong pertumbuhan. Bentuk utama dari
kebijakan ini adalah investasi di bidang infrastruktur dan subsidi untuk
mendorong investasi masuk.

3.3 Faktor-Faktor Penyebab Ketimpangan Pembangunan

Terjadinya perbedaan dari distribusi pendapatan antar daerah dan distribusi


pengeluaran pemerintah pusat dan daerah merupakan satu permasalahan dalam
pelaksanaan pembangunan di berbagai daerah di Indonesia. Perbedaan tersebut
terjadi selama bertahun-tahun lamanya sehingga menyebabkan terjadinya
ketimpangan antar daerah satu dengan yang lain. Dilakukannya satu kebijakan
pemerintah yaitu otonomi daerah masih belum mampu memperkecil adanya
ketimpangan tersebut, dimana terlihat adanya perbedaan tingkat pembangunan
antara lain perbedaan tingkat pendapatan per kapita dan infrastruktur di daerah
yang disebabkan karena minimnya pengeluaran pembangunan di daerah.

Mengacu pada perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa


faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan ekonomi daerah melalui Indeks
Williamson, faktor-faktor yang di analisa tersebut adalah PDRB, Pendapatan Per
Kapita dan Pengeluaran daerah untuk Pembangunan selama masa sebelum dan
sesudah krisis.

Metode analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan


menggunakan data 30 propinsi di Indonesia tahun 1989-2003, dengan variabel
terikat adalah ketimpangan daerah (yang diukur dengan Indeks Williamson) dan
variabel bebas berupa pendapatan per kapita, pengeluaran daerah dan Dummy
Krisis untuk pembangunan. Pendugaan dilakukan dengan metode ordinary Least
Square (OLS).

Dari hasil analisa ditemukan bahwa terjadinya ketimpangan ekonomi antar daerah
disebabkan oleh tingginya pendapatan perkapita DKI Jakarta yang menyebabkan
ketimpangan di Pulau Jawa dan tingginya pendapatan perkapita di Kalimantan
Timur yang menyebabkan ketimpangan di luar Pulau Jawa. Interprestasi analisa
model regresi menunjukkan bahwa ketimpangan daerah dengan melihat faktor
migas dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah daerah pada saat 2 tahun
sebelumnya dan terjadinya krisis ekonomi. Sedangkan ketimpangan daerah tanpa
melihat faktor migas dipengaruhi oleh pendapatan perkapita daerah dan
pengeluaran pemerintah.

Kebijakan terhadap peningkatan alokasi pengeluaran pemerintah daerah khusus


untuk daerah-daerah miskin atau daerah yang tidak kaya dengan migas akan
memperkecil ketimpangan antar daerah sebab hasil penelitian melihat bahwa
pengeluaran pemerintah lebih banyak dialokasikan kepada daerah kaya (DKI
Jakarta) dan daerah kaya migas (Kalimantan Timur dan Riau)

3.3.1. Penyebab Terjadinya Kesenjangan Pembangunan di Indonesia

Tak hanya menjadi salah satu negara terluas di dunia, Indonesia juga menempati
peringkat keempat sebagai negara dengan penduduk terpadat di dunia. Namun
demografi penduduk di Indonesia hanya terpusat di kota-kota besar saja. Data
menunjukkan jika 60% penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa.

Sebaran penduduk yang tidak merata ini menjadi salah satu penyebab terjadinya
kesenjangan pembangunan antara wilayah barat dan timur Indonesia. Dengan
banyaknya sumber daya manusia yang berada di kota-kota besar Pulau Jawa,
pembangunan di wilayah barat pun berjalan lebih pesat dibanding di wilayah
timur.

Posisi ibukota Indonesia yang terletak di Jakarta juga menjadi penyebab


terjadinya kesenjangan pembangunan di Indonesia. Sebagai ibukota negara,
Jakarta yang terletak di Pulau Jawa ini menjadi pusat pemerintahan, pusat
berkembangnya ekonomi, pusat lapangan kerja, pusat teknologi dan informasi,
hingga pusat pendidikan. Berbagai proyek pembangunan pun dilakukan untuk
menunjang kegiatan-kegiatan tersebut.

Hal yang bertolak belakang terjadi di wilayah timur Indonesia, pembangunan di


daerah pedalaman justru begitu minim dan lamban. Mahalnya biaya pembangunan
karena letak geografis wilayah pedalaman juga membuat kesenjangan
pembangunan antara kota besar dan desa di pedalaman Indonesia timur semakin
kentara.

3.4 Contoh Kasus Ketimpangan

Contoh ketimpangan di Indonesia antara lain :

1. Ketimpangan Di Wilayah Jawa

Dari hasil penelitian Theil Indek Ketimpangan pembangunan antar Provinsi di


wilayah Jawa dari tahun 2010-2020 terlihat pada tabel 2 menunjukkan bahwa rata-
rata ketimpangan di wilayah Jawa senilai 0,14 termasuk katagori ketimpangan
relatif rendah, ketimpangan di wilayah Jawa mengalami fluktuasi atau naik turun
setiap tahunnya. Hal ini sesuai dengan kriteria ketimpangan pembangunan
menurut Sjafrizal (2008 : 109) dimana Theil indek ketimpangan pembangunan
wilayah ditunjukkan oleh angka 0 sampai angka 1 atau 0<Td<1. Dari 6 Provinsi di
wilayah Jawa memiliki ketimpangan yang relatif rendah karena rata-rata nilai
ketimpangan setiap Provinsi di bawah 0,50, DKI Jakarta nilai rata-rata
ketimpangan 0,13, Jawa Barat nilai rata-rata ketimpangan 0,19, Selanjutnya
Provinsi Jawa Tengah memiliki rata-rata ketimpangan 0,15, Provinsi DI
Yogyakarta nilai rata-rata ketimpangan 0,06, Provinsi Jawa Timur memiliki rata-
rata ketimpangan 0,20, dan Provinsi Banten nilai rata-rata ketimpangan sebesar
0,12.

2. Analisis Tipologi Klassen

Klasifikasi wilayah merupakan suatu landasan yang sangat penting dalam


perencanaan pembangunan yang dilakukan pada wilayah yang berkaitan guna
untuk mengetahui variasi karakteristik dalam wilayah tertentu. Analisis Tipologi
Klasse digunakan untuk mengetahui karakteristik tentang pola dan struktur
pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah dengan membagi daerah
berdasarkan indicator pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita. Dengan
menentukan pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan pendapatan per
kapita sebagai sumbu horizontal.

3.5 Solusi Mengatasi Ketimpangan Pembangunan

Berikut ini adalah contoh solusi pemerataan pembangunan di Indonesia.

1. Pemerataan kesempatan kerja.


2. Mengupayakan program transmigrasi.
3. Percepatan pembangunan secara optimal.
4. Mengutamakan pengembangan wilayah tertinggal dan terpencil.
5. Membangun sarana dan prasarana wilayah-wilayah perbatasan negara.
6. Menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan.
7. Meningkatkan perekonomian secara merata.
8. Mengoperasionalisasikan Rencana Tata Ruang
9. Tidak melakukan pembangunan terpusat
10. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan
kesehatan.
Berikut ini adalah manfaat pemerataan pembangunan apabila dilakukan dengan
baik:

a. Menciptakan kesetaraan dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan


masyarakat.
b. Mengurangi perbedaan antarwilayah.
c. Menciptakan keseimbangan dan kestabilan sosial dan politik.
d. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan.
e. Mempercepat pertumbuhan ekonomi.

BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya, berikut ini dikemukakan


kesimpulan dari Analisis Ketimpangan Pembangunan Ekonomi Antar Daerah
di Provinsi Sumatera Barat.

1. Ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi


Sumatera Barat yang diukur dengan menggunakan Indeks Theil selama
periode tahun 2001 hingga 2015 sangat fluktuatif. Pada tahun 2001-2009
mengalami penurunan ketimpangan dari sebesar 0,0312 menjadi sebesar
0,0252. Kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2010 hingga 2015 dari
sebesar 0,0276 menjadi sebesar 0,0286. Sumber ketimpangan
pembangunan ekonomi berdasarkan analisis Indeks Theil selama kurun
waktu tahun 2001 hingga 2015 berasal dari ketimpangan antar
kabupaten/kota (between) dengan persentase sebesar 68 hingga 78 persen
dari total ketimpangan pembangunan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
Sedangkan 22 hingga 32 persen sumber ketimpangan berasal dari
ketimpangan dalam kabupaten/kota (within).
2. Hasil regresi menunjukkan bahwa sekitar 94,56 persen tingkat
ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi
Sumatera Barat yang diukur dengan menggunakan Indeks Theil dapat
diterangkan oleh variabel Gempa Bumi, Dana Perimbangan, Investasi
swasta, Mutu Pendidikan, Mutu Kesehatan dan Kepadatan Penduduk.
Sedangkan sisanya sebesar 5,44 persenditerangkan oleh variabel lain
diluar model. Pengaruh masing-masing variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Gempa Bumi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di
Sumatera Barat;
b. Dana Perimbangan mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di
Sumatera Barat;
c. Investasi Swasta mempunyai pengaruh yang negatif namun dan
signifikan terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi antar
kabupaten/kota di Sumatera Barat;
d. Mutu Pendidikan mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di
Sumatera Barat;
e. Mutu Kesehatan mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan
terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di
Sumatera Barat; dan
f. Kepadatan Penduduk mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap ketimpangan pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di
Sumatera Barat.
3. Rekomendasi kebijakan yang diperlukan untuk mengurangi ketimpangan
pembangunan ekonomi antar kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat
adalah:
a. penggunaan dana perimbangan yang efektif dan efisien;
b. meningkatkan investasi melalui kebijakan insentif dibidang
penanaman modal;
c. menambah jumlah guru;
d. menambah jumlah tenaga kesehatan; serta
e. pemerataan sebaran jumlah penduduk.

LAMPIRAN

Berikut lampiran gambar tentang Ketimpangan Pembangunan antar


Wilayah di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Dhyatmika, Ketut. W. (2013). "Analisis Ketimpangan Pembangunan Provinsi


Banten Pasca Pemekaran".Diponegoro Journal Of Economics . Semarang.

Tampubolon, D. 2007. Pembangunan dan ketimpangan wilayah pantai barat dan


pantai timur sumatera utara. Pascasarj. USU Medang 1

Tryandi, T. J. 2013. Analisis Ketimpangan Pembangunan Wilayah Antar


Kabupaten Barat Selatan Provinsi Aceh.

Makalah Seminar Nasional [Ake Wihadanto & Dicky Firmansyah]


Bappenas. 2017. Prakarsa Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pengurangan
Kesenjangan Wilayah Dan Pembangunan Daerah. ISBN: 978-602-61004-
1-2

Tambunan,Tulus. (2011). "PerekonomianIndonesia KajianTeoritis dan Analisis


Empiris". Ghalia Indonesia. Bogor

Bappenas, 2012. Analisis Kesenjangan Antar Wilayah 2012.

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

Sri Sulistiyani, S. (2022). “Kesenjangan Pembangunan di Wilayah Timur dan


Barat”. Insan Bumi Mandiri

Kebijakan Penurunan Ketidakmerataan | Indonesia Baik

Anda mungkin juga menyukai