KEMISKINAN DI INDONESIA
KELOMPOK 1
1. LAILA ANISATUL HASANAH
2. ABDUL KAFI
3. ABDUL KARIM
4. M. GUFRON
5. MUZAMMIL
Kelompok 1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .…………………………………………………………………………………………………………………………………………….1
Daftar Isi.…….…………………………………………………………………………………………………………………………………………………1
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………………………………………….2
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………………………2
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………………………………………………2
C. Tujuan Penulisan .…………………………………………………………………………………………………………………………………2
D. Metode Penulisan ………………………………………………………………………………………………………………………………..2
E. Manfaat Penulisan ..…………………………………………………………………………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN...…………………………………………………………………………………………………………………………………..3
A. Konsep Dasar…………..…………………………………………………………………………………………………………………………..3
B. Pengertian Kemiskinan ..………………………………………………………………………………………………………………………4
C. Kemiskinan serta Faktor terjadinya Kemiskinan di Indonesia……………………………….……………………………….4
D. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Indonesia ..……………………………………………………………....……………..5
E. Dampak Kemiskinan .……………………………………………………………………………………………………………………………7
F. Upaya Untuk Mengatasi Kemiskinan…………………………………………………………………………………………………….7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………….8
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………………………………………8
B. Saran...………………………………………………………………………………………………………………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………………………………………………………………………………………………………8
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan yang sama, dihadapi oleh mayoritas berbagai negara di dunia adalah
kemiskinan. Kemiskinan lahir bersamaan dengan keterbatasan sebagian manusia dalam
mencukupi kebutuhannya. Kemiskinan telah ada sejak lama pada hampir semua peradaban
manusia. Pada setiap belahan dunia dapat dipastikan adanya golongan konglomerat dan
golongan melarat. Dimana golongan yang konglomerat selalu bisa memenuhi kebutuhannya,
sedangkan golongan yang melarat hidup dalam keterbatasan materi yang membuatnya tidak
bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga membuatnya semakin terpuruk. Konsep
pemahaman tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekadar ketidakmampuan
memenuhi kebutuhan konsumsi dan juga ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan yang
cukup dasar dalam kehidupan sehari-hari, kurangnya kesempatan berusaha dan juga
kurangnya lapangan pekerjaan, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek
sosial dan moral. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap,
budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat. Kemiskinan juga dapat diartikan
sebagai ketidakberdayaan sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh
suatu pemerintahan sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi.
Tetapi pada umumnya, ketika kemiskinan dibicarakan, yang dimaksud adalah kemiskinan
material. Dengan pengertian ini, maka seseorang masuk dalam kategori miskin apabila tidak
mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup secara layak. Ini
yang sering disebut dengan kemiskinan konsumsi. Status miskin dalam kehidupan juga relatif,
ada standar tertentu yang dapat mengelompokan seseorang masuk dalam kategori
masyarakat miskin.
Sebagai masalah yang menjadi isu global disetiap negara berkembang, wacana kemiskinan
dan pemberantasanya haruslah menjadi agenda wajib bagi para pemerintah pemimpin negara.
Tentu saja akan banyak memicu pro dan kontra bagi para ahli dalam membahas penyebab
terjadinya kemiskinan bahkan masyarakat awam pun banyak yang mempertanyakan
“mengapa pemerintah negara ini masih membiarkan orang-orang hidup di bawah garis
kemiskinan?” yang seolah-olah menggambarkan tidak ada perhatian khusus dari aparat
pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan di negara ini yang dari dulu sampai sekarang
masih barakar kuat di negeri tercinta kita. Bahkan, salah satu tujuan negara Republik Indonesia yang
tercantum di dalam pembukaan UUD 1945 yaitu Memajukan Kesejahteraan
Umum, mulai diragukan.
Dalam faktanya, tidak sepenuhnya kemiskinan ini dikarenakan kurang perhatiannya
pemerintah karena bagaimanapun masalahnya, kondisi letak geografis Indonesia dan
kepadatan penduduknya menjadi faktor utama yangikut menghambat usaha pemerintah untuk
menanggulangi kemiskinan. Banyaknya sumber daya manusia yang jumlahnya lebih banyak
dari pada lapangan pekerjaan yang ada tentunya menjadi masalah yang sulit untuk
ditanggulangi pemerintah hanya dengan menerapkan kebijakan. Belum lagi, banyaknya SDM
yang tidak memiliki keahlian khusus tentunya sangat tidak membantu pemerintah dalam
mengatasi masalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi masalah dalam kemiskinan di Indonesia,
2. Faktor-faktor dan indikator apa saja yang menjadi penyebab dari kemiskinan,
3. Bagaimana cara untuk menanggulangi masalah.
C. Tujuan Penulisan
1) Sebagai sarana penambah ilmu pengetahuan.
2) Sebagai informasi untuk mengetahui akibat dan dampak kemiskinan serta mengetahui langkah yang
perlu diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan menggunakan tinjauan dari
beberapa sumber yang berkompeten.
E. Manfaat penulisan
1. Untuk mengetahui gambaran keadaan kemiskinan di Indonesia
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab kemiskinan, sehingga kita bisa menghindari dan turut serta
mengurangi angka kemiskinan di Indonesia
3. Mengetahui kebijakan apa saja upaya yang telah dilakukan pemerintah, agar bisa turut serta
mencermati keadaan disekitar kita apakah kebijakan pemerintah tersebut sesuai dengan kebutuhan
yang dibutuhkan masyarakat disekitar kita.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata miskin berarti tidak berharta; serba kekurangan
(berpenghasilan sangat rendah). Kemiskinan berarti hal miskin; keadaan miskin. Namun tidak semua
orang yang tidak berharta dan serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah), bisa disebut sebagai
orang miskin.
Kemiskinan sendiri menurut Friedman (1979) adalah ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan
basis kekuasaan sosial, yang meliputi : asset (tanah, perumahan, peralatan,kesehatan), sumber keuangan
(pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik yang dapat dimanfaatkan untuk
mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan barang atau jasa,
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.
B. Pengertian Kemiskinan
Definisi yang ada dalam teori kemiskinan tidaklah selalu lengkap mencakup seluruh aspek. Definisi dibuat
tergantung dari latar belakang dan tujuan, juga tergantung dari sudut mana definisi tersebut ditinjaunya,
untuk kepentingan apa definisi tersebut dibuat. Biasanya definisi-definisi tersebut akan saling melengkapi
antara yang satu dengan yang lainnya.Berikut ini definisi kemiskinan dilihat dari beberapa segi :
1. Dari segi standar kebutuhan hidup yang layak / kebutuhan pokok Golongan ini mengatakan bahwa
kemiskinan itu adalah tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan pokok / dasar disebabkan karena
adanya kekurangan barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk memenuhi
standar hidup yang layak. Ini merupakan kemiskinan absolute / mutlak yakni tidak terpenuhinya
standar kebutuhan pokok / dasar.
2. Dari segi pendapatan / penghasilan income Kemisikinan oleh golongan ini dilukiskan sebagai
kurangnya pandapatan / penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.
3. Dari segi kesempatan / opportunity Kemiskinan adalah karena ketidaksamaan kesempatan untuk
mengakumulasikan (meraih) basis kekuasaan sosial meliputi :
a. Ketrampilan yang memadai,
b. Informasi/ pengetahuan-pengetahuan yang berguna bagi kemajuan hidup,
c. Jaringan-jaringan sosial/ social network,
d. Organisasi-organisasi sosial dan politik,
e. Sumber-sumber modal yang diperlukan bagi peningkatan pengembangan kehidupan.
4. Dari segi keadaan / kondisi Kemiskinan sebagai suatu kondisi/keadaan yang bisa dicirikan dengan :
a. Kelaparan / kekurangan makan dan gizi.
b. Pakaian dan perumahan yang tidak memadai.
c. Tingkat pendidikan yang rendah.
d. Sangat sedikitnya kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang pokok.
5. Dari segi penguasaan terhadap sumber-sumber Menurut golongan ini kemiskinan merupakan
keterlantaran yang disebabkan oleh penyebaran yang tidak merata dan sumber-sumber
(malldistribution of resources), termasuk didalamnya pendapatan / income.
Definisi Kemiskinan dilihat dari beberapa Para Ahli :
a) Drewnowski (Epi Supiadi:2003), mencoba menggunakan indikator-indiktor sosial
untuk mengukur tingkat-tingkat kehidupan (the level of living index). Menurutnya
terdapat tiga tingkatan kebutuhan untuk menentukan tingkat kehidupan seseorang :
1. Kehidupan fisik dasar (basic fisical needs), yang meliputi gizi/ nutrisi, perlindungan/ perumahan
(shelter/ housing) dan kesehatan.
2. Kebutuhan budaya dasar (basic cultural needs), yang meliputi pendidikan, penggunaan waktu
luang dan rekreasi dan jaminan sosial (social security).
3. High income, yang meliputi pendapatan yang surplus atau melebihi takarannya.
b) Oscar Lewis (1983), orang-orang miskin adalah kelompok yang mempunyai budaya kemiskinan sendiri
yang mencakup karakteristik psikologis sosial, dan ekonomi. Kaum liberal memandang bahwa manusia
sebagai makhluk yang baik tetapi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Budaya kemiskinan hanyalah
semacam realistic and situational adaptation pada linkungan yang penuh diskriminasi dan peluang
yang sempit. Kaum radikal mengabaikan budaya kemiskinan, mereka menekankan peranan struktur
ekonomi, politik dan sosial, dan memandang bahwa manusia adalah makhluk yang kooperatif,
produktif dan kreatif.
c) Amartya Sen, Seseorang dikatakan miskin bila mengalami "capability deprivation" dimana seseorang
tersebut mengalami kekurangan kebebasan yang substantive.
d) Soerjono Soekant, Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memlihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga mental, maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.
1) Pendidikan yang Terlampau Rendah. Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang
kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.
2) Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan
kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja.
3) Malas Bekerja. Adanya sikap malas (bersikap pasif atau bersandar pada nasib) menyebabkan
seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.
4) Keterbatasan Sumber Alam Suatu masyarakat akan dilanda kemiskinan apabila sumber alamnya
tidak lagi memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini sering dikatakan masyarakat itu
miskin karena sumberdaya alamnya miskin.Terbatasnya Lapangan KerjaKeterbatasan lapangan
kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal seseorang harus
mampu menciptakan lapangan kerja baru sedangkan secara faktual hal tersebut sangat kecil
kemungkinanya bagi masyarakat miskin karena keterbatasan modal dan keterampilan.
5) Keterbatasan Modal. Seseorang miskin sebab mereka tidak mempunyai modal untuk melengkapi
alat maupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka miliki dengan suatu
tujuan untuk memperoleh penghasilan.
6) Beban Keluarga. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi
dengan usaha peningakatan pendapatan akan menimbulkan kemiskinan karena semakin banyak
anggota keluarga akan semakin meningkat tuntutan atau beban untuk hidup yang harus dipenuhi.
Jika dilihat berdasarkan jumlah orang miskin, sejak September 2019 (kemiskinan terendah yang pernah
dicapai Indonesia), jumlah orang miskin meningkat sebesar 1,12 juta individu dengan peningkatan
terbesar terjadi di wilayah perkotaan sebesar 1 juta dan perdesaan sebesar 120 ribu orang
Penurunan tingkat kesejahteraan rumah tangga (berdasarkan pengeluaran per kapita) salah satunya
disebabkan oleh turunnya pendapatan rumah tangga. Studi SMERU [1] menunjukkan bahwa 75% rumah
tangga mengalami penurunan pendapatan selama pandemi. Sebanyak 66% rumah tangga yang memiliki
usaha kecil juga mengalami penurunan jumlah pembeli dan omzet usaha. Selain itu, pada Agustus 2020
terjadi peningkatan angka pengangguran sebesar 2,7 juta orang. Pada saat yang sama, rata-rata upah
nominal pekerja atau buruh mengalami penurunan sebesar -5,2% dari upah nominal sebelum pandemi.
Persentase penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14 persen, menurun 0,05 persen poin
terhadap September 2020 dan meningkat 0,36 persen poin terhadap Maret 2020.
Jumlah penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 27,54 juta orang, menurun 0,01 juta orang
terhadap September 2020 dan meningkat 1,12 juta orang terhadap Maret 2020.
Persentase penduduk miskin perkotaan pada September 2020 sebesar 7,88 persen, naik menjadi
7,89 persen pada Maret 2021. Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada
September 2020 sebesar 13,20 persen, turun menjadi 13,10 persen pada Maret 2021.
Dibanding September 2020, jumlah penduduk miskin Maret 2021 perkotaan naik sebanyak 138,1
ribu orang (dari 12,04 juta orang pada September 2020 menjadi 12,18 juta orang pada Maret
2021). Sementara itu, pada periode yang sama jumlah penduduk miskin perdesaan turun
sebanyak 145,0 ribu orang (dari 15,51 juta orang pada September 2020 menjadi 15,37 juta orang
pada Maret 2021).
Garis Kemiskinan pada Maret 2021 tercatat sebesar Rp472.525,00/ kapita/bulan dengan
komposisi Garis Kemiskinan Makanan sebesar Rp349.474,00 (73,96 persen) dan Garis Kemiskinan
Bukan Makanan sebesar Rp123.051,00 (26,04 persen).
Pada Maret 2021, secara rata-rata rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,49 orang anggota
rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga miskin secara rata-
rata adalah sebesar Rp2.121.637,00/rumah tangga miskin/bulan.
E. Dampak Kemiskinan
Dalam rangka mengurangi beban masyarakat miskin akibat dampak dari kenaikan bahan bakar
minyak (BBM) pada bulan Oktober 2005, dilaksanakan Program subsidi langsung tunai (SLT). Program
ini rencananya akan dilaksanakan dalam empat kali pembayaran. Penerima SLT adalah rumah tangga
yang menurut kriteria yang ditetapkan Pemerintah tergolong miskin hingga mendekati miskin. SLT
direncanakan diberikan kepada 19,2 juta rumah tangga miskin (RTM) di 440 kabupaten/kota.
G. Kesimpulan
a) Kemiskinan adalah suatu kondisi ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi standar hidup
rata-rata masyarakat di suatu daerah.
b) Kemiskinan bisa diakibatkan oleh empat faktor, yaitu faktor individual, faktor sosial, faktor kultural,
dan faktor structural.
c) Berdasarkan kondisi kemiskinan yang dipandang sebagai bentuk permasalahan multidimensional,
kemiskinan memiliki 4 bentuk yaitu kemiskinan absolut, kemiskinan relatif, kemiskinan kultural, dan
kemiskinan struktural. Setelah dikenal bentuk kemiskinan, dikenal pula dengan jenis kemiskinan
berdasarkan sifatnya. Adapun jenis kemiskinan berdasarkan sifatnya yaitu kemiskinan alamiah dan
kemiskinan buatan.
d) konseptual pekerjaan sosial memandang bahwa kemiskinan merupakan persoalan-persoalan
multidimensional, yang bermatra ekonomi-sosial dan individual-struktural.
e) Dimensi sosial dari kemiskinan diartikan sebagai kekurangan jaringan sosial dan struktur yang
mendukung untuk mendapatkan kesempatanagar produktivitas seseorang meningkat.
f) Langkah-langkah kebijakan penanggulangan kemiskinan difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat miskin, perlindungan sosial, dan peningkatan kesempatan berusaha.
H. Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/151206307/makalah-kemiskinan-di-indonesia
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/07/15/1843/persentase-penduduk-miskin-maret-2021-turun-
menjadi-10-14-persen.html