Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Manajemen Konflik yang diberikan oleh ibu Elly Nielwati, S.Sos., M.M. Dalam penulisan
makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun
materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan sarannya kami
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Terimakasih.
(Kelompok 6)
1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB 1...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................3
2.1 Tinjauan Pustaka.......................................................................................................3
BAB III..................................................................................................................................5
3.1Pengertian Gelandangan dan Pengemis.....................................................................5
3.2Ciri- Ciri Gelandangan Dan Pengemis......................................................................6
3.3Faktor-Faktor Munculnya Gepeng.............................................................................7
3.4Faktor Pendukung dalam Penanggulangan Gepeng..................................................8
BAB IV................................................................................................................................10
PENUTUP...........................................................................................................................10
4.1Kesimpulan...............................................................................................................10
4.2Saran.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
kurang baik untuk diteruskan pada anak-anak mereka nantinya. Namun, dengan alasan
keterbatasan ekonomi keluarga, pengemis dan gelandangan rela melakukan upaya apapun
demi mendapatkan bonafit, meskipun dengan cara yang tidak tepat dan menghadirkan
keresahan bagi warga sekitar. Selain dengan cara meminta-minta, banyak gepeng menjalani
rutinitas dengan jalan melakukan penipuan, perampokan dan lain sebagainya. Hal-hal yang
memungkinkan dapat meresahkan masyarakat dengan aktivitas yang dilakukan oleh gepeng
menjadikan penanganan gepeng merupakan program yang semestinya segera dilaksanakan
dengan cepat. Kemunculan gepeng di tengah-tengah masyarakat tentunya didukung oleh
beberapa faktor. Faktor-faktor kemunculan gepeng merupakan suatu bekal untuk kajian yang
kuat atas penanggulangan gepeng, sehingga dapat dihadirkan model penanganan yang tepat
dalam bentuk suatu model pencerahan untuk menanggulangi bertambahnya gepeng dalam
jangka panjang. Dari uraian inilah penulis merasa bahwa permasalahan gepeng merupakan
masalah yang harus mendapat penanganan, maka dari itu penulis akan memberikan sedikit
gambaran mengenai gepeng dalam pembahasan makalah dengan judul Penanggulangan
Gelandangan dan Pengemis (gepeng) Di Pekanbaru Pada artikel ini akan dibahas beberapa
hal yang berkaitan dengan gepeng (gelandangan dan pengemis), diantaranya faktor
kemunculan gepeng, dampak gepeng bagi masyarakat, strategi penghapusan gepeng, serta
faktor pendukung dan penghambat dalam penanggulangan gepeng.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut PP No. 31 Tahun 1980 Gelandang adalah orang-orang yang hidup dalam
keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta
tidak mempunyai pekerjaan tetap dan tempat tinggal yang tetap serta hidup mengembara
ditempat umum. Sedangkan pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan
dengan meminta-minta dimuka umum dengan berbagai cara untuk mengharapkan belas kasihan
orang lain
Menurut Fadri (2019), jika dilihat dari sudut pandang teori struktur-fungsionalis,
gelandangan dan pengemis merupakan bagian dari komunitas kelas pinggiran atau marginal
(dilihat aspek ekonomi) di dalam tataran status struktur keadaan sosial masyarakat yang secara
sengaja atau tidak sengaja berusaha untuk mengaktualisasikan keberadaan komunitasnya
dengan cara melakoni dan menjalani secara berkelanjutan terhadap dunia yang informal sebagai
bagian dari ketahanan terhadap sektor atau ruang pembangunan yang cenderung mengarah
berpihak pada sebuah sektor formal
4
Menurut Wickeden dalam Suud (2006:8) mengemukakan bahwa Kesejahteraan sosial
adalah suatu sistem peraturan, program-program, kebaikan-kebaikan, pelayanan-pelayanan
yang memperkuat atau menjamin penyediaan pertolongan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan sosial yang diakui sebagai dasar bagi penduduk dan keteraturan sosial.
5
BAB 3
PEMBAHASAN
6
makan-minum serta tidur di sembarang tempat . Berdasarkan beberapa penjelasan
mengenai gelandangan dan pengemis dapat diambil kesimpulan bahwa, gelandangan
dan pengemis merupakan suatu kondisi dimana seseorang atau kelompok masyarakat
yang tidak memiliki kekuatan dalam mejalani kehidupan seperti modal, tempat tinggal
dan lain sebagaianya, sehingga memaksa mereka untuk menjalani kehidupan ala
kadarnya. Kehidupan gelandangan dan pengemis sering berpindah-pindah sesuai
dengan potensi sumber yang mereka harapkan menjadi pokok pencaharian, seperti
pasar, terminal maupun stasiun. Gelandangan dan pengemis mendapatkan
penghidupan atau mata pencaharian dari orang lain, dengan cara meminta-meminta,
menipu, maupun melakukan perampokan.
3.2 Ciri-ciri gelandangan dan pengemis Terdapat beberapa ciri-ciri yang menjadi
karakter bagi gelandangan dan pengemis, diantaranya yaitu
3.2.1 Tidak memiliki tempat tinggal. Kebanyakan dari gelandangan dan pengemis
tidak memiliki tempat hunian atau tempat tinggal. Mereka biasa mengembara
di tempat umum. Tidak memiliki tempat tinggal yang layak huni, seperti di
bawah kolong jembatan, rel kereta api, gubuk liar di sepanjang sungai, emper
toko dan lain-lain
3.2.2 Hidup dengan penuh ketidakpastian. Para gepeng hidup menggelandang dan
mengemis di setiap harinya. Kondisi ini sangat memperihatinkan karena jika
mereka sakit mereka tidak bisa mendapat jaminan sosial seperti yang dimiliki
oleh masyarakat, akses untuk berobat dan lain lain.
3.2.3 Hidup di bawah garis kemiskinan. Para gepeng tidak memiliki penghasilan
tetap yang bisa menjamin untuk kehidupan mereka ke depan bahkan untuk
sehari-hari mereka harus mengemis atau memulung bahkan melakukan
tindakan tercela seperti mencuri, merampok, dan lain sebagainya.
3.2.4 Tidak memiliki pekerjaan tetap yang layak, seperti pencari puntung rokok,
penarik grobak.
3.2.5 Memakai baju yang compang camping, Gepeng biasanya tidak pernah
menggunakan baju yang rapi atau berdasi melainkan baju yang kumal dan
dekil.
7
3.3 Faktor-Faktor munculnya Gepeng
3. Masalah sosial budaya Budaya dan kebiasaan malas yang telah menjadi modal dalam
menjalani hidup sehari-hari menyebabkan suatu bentuk pergeseran nilai sosial
terutama dalam bidang etos kerja. Gelandangan dan pengemis yang berasal dari urban
yang tidak terserap di lapangan kerja lebih memilih menjadi pengemis dengan
jaminan uang tunai perhari tanpa mereka memiliki suatu keahlian khusus. Kemalasan
dan tidak mau berusaha menjadikan gelandangan dan pengemis nyaman hidup dalam
rutinitas yang berkelanjutan.
4. Masalah sikap pasrah pada nasib Sikap pasrah dan nerimo pada nasib yang kurang
tepat, menjadikan gelandangan dan pengemis seolah-olah menjustifikasi sikap mereka
agar tetap bermalas-malasan tanpa ada usaha untuk memperbaiki diri dalam menjalani
kehidupan. Sikap malas menjadikan gelandangan dan pengemis meneruskan kegiatan
8
meminta-meminta dibandingkan dengan melakukan inovasi, namun tetap
mendapatkan cash money yang cukup banyak.
b. Pihak organisasi non pemerintah (LSM) Penanggulangan gelandangan dan pengemis tidak
luput dari pantauan lembaga sosial kemasyarakatan maupun lembaga masyarakat yang lain.
Peran LSM dalam penanggulangan gepeng memiliki fungsi sebagai wahana advokasi
sehingga persoalan kemiskinan terutama gelandangan dan pengemis menjadi sorotan dari
berbagai pihak di Pekanbaru. terhadap penanggulangan gelandangan dan pengemis yang
merupakan faktor pendukung utama dalam aksi menyuarakan kebutuhan masyarakat. Peran
LSM yang berpihak pada kehidupan dan kesejahteraan masyarakat diharapakan menjadi
landasan utama bagi penanggulangan gepeng dengan pembekalan keterampilan serta
sosialisasi agar gepeng siap utuk kembali pada kehidupan bermasyarakat sebagaimana
mestinya.
10
BAB 4
PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah kota Pekanbaru harus konsisten dalam pelaksanaan peraturan daerah
jika tidak, peraturan ini hanya sekedar peraturan tanpa ada pelakasanaan di tengah
masyarakat, sementara dengan perkembangan kota mau tidak mau peraturan harus
dilaksanakan agar ketertiban sosial ditengah masyarakat tetap terjaga.
2. Masyarakat harus sadar arti penting dari peraturan yang ada agar kebijakan tersebut dapat
terimplementasi dengan baik. Pemerintah harus berperan dalam upaya menyadarkan
masyarakat akan arti penting peraturan. Dapat dilakukan dengan memberikan penyuluhan-
penyuluhan, pembiasaan- pembiasaan kepada masyarakat, dan pemberian sanksi yang tegas
apabila terjadi pelanggaran terhadap kebijakan tersebut.
3. Pemerinah kota seharusnya juga membuat saran mendukung, seperti fasilitas rehabilitas
bagi gelandang dan pengemis dana yang akan membantu mengoptimalkan penertiban dan
pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial.
4. Dinas sosial dalam melakukan penertiban harus lebih ditingkatkan lagi agar bisa
menghasilakan tujuan yang lebih baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cakaplah.com/berita/baca/92145/2022/11/18/fenomena-gepeng-di-jalan-
diponegoro-pekanbaru-saya-hanya-menyambung-hidup/#sthash.bjx0ghb8.dpbs
Marpuji Ali, dkk. (1990). Gelandangan dan Kertasutra dalam Monografi 3, Surakarta:
Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta.
https://text-id.123dok.com/document/wyenv921y-faktor-penyebab-timbulnya-gepeng.html
https://illosum.wordpress.com/2012/07/13/penanganan-gelandangan-dan-pengemis-gepeng-
di-liponsos-keputih-kota-surabaya-memenuhi-tugas-uas-study-penelitian-kualitatif-oleh-
muhammad-zainul-muttaqin-b02210014/
12