Anda di halaman 1dari 13

MASALAH-MASALAH GLOBAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Perspektif Global

Yang dibina oleh Ibu Dra. Murtiningsih, M.Pd

Oleh:

Kelompok 11/E7 PGSD

M. Citra Mardhi Hassyah 170151602856

Nurul Hikmah 170151602738

Shifni Afida Kumala 170151602855

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRA SEKOLAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

November 2019

0
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA,


sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Masalah-Masalah Global Dalam Pembelajaran IPS” yang diajukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Perspektif Global yang dibina oleh Ibu Dra.
Murtiningsih, M.Pd

Dalam penyelesaian makalah ini kami secara langsung maupun tidak


langsung telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan
ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Tuhan yang Maha Esa.


2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan do’anya untuk
kesuksesan penulis.
3. Ibu Dra. Murtiningsih, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Perspektif Global.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
sehingga dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi yang
membutuhkannya.

Malang, 7 Novermber 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..i

Daftar Isi………………………………………………………………………….ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..……………………………………………………....1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………...1

C. Tujuan…………………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN

A. Masalah-masalah global dalam pembelajaran IPS SD................................…...2

BAB III PENUTUP

A. Simpulan…..........................................................................................................9

B. Saran…………………………………………………………………………....9

DAFTAR RUJUKAN………………………………………...............................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan,
perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan
permasalahannya. Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan
materi untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa
yang terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan
lebih jauh pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya,
meliputi apa yang terjadi setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke
tingkat global. Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS.

Kemajuan IPTEK telah membantu kita manusia “melihat” peristiwa dan


permasalahan kehidupan yang secara fisik tidak ada dihadapan kita. Dengan
bantuan IPTEK itu juga, kita manusia mampu menganalisis, memprediksi,dan
meyakini pristiwa serta permasalahan diluar jangkauan pikiran yang melekat
pada diri masing-masing. Oleh karena itu, sebagai guru IPS harus
memperhitungkan dan mengatisipasinya. Selain itu guru IPS harus mengetahui
masalah-masalah global yang terjadi dalam pembelajaran IPS SD dan cara
menhadapi masalah-masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa saja masalah-masalah global dalam pembelajaran IPS SD?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat ditarik beberapa tujuan penulisan
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan masalah-masalah global dalam pemebelajaran IPS
SD.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masalah-Masalah Global Dalam Pembelajaran IPS SD

Adapun beberapa masalah-masalah global menurut Merry M. Merryfield


(1997:8) adalah sebagai berikut:

1. Penduduk dan Keluarga Berencana

Masalah penduduk dan pelaksanaan keluarga berencana sebagai upaya


mengatasi masalahnya, bukan lagi hanya dialami oleh kelompok masyarakat
tertentu dan negara-negara tertentu, melainkan telah menjadi masalah yang
dirasakan, disadari serta dialami oleh negara-bangsa di seluruh dunia.
Masalah penduduk terletak pada tingkat kesejahteraan dan kemakmuran
yang rendah sebagai akibat adanya kesenjangan yang besar antara
pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat dengan pertumbuhan
segala kebutuhannya yang terbatas.

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk menyeimbangkan dan


menanggulanginya termasuk program keluarga berencana masih belum
berhasil. Program dan bahkan gerakan keluarga berencana sebagai usaha
mengatasi tingginya pertumbuhan penduduk, masih mengalami hambatan,
baik psikologis, sosial, budaya, maupun ekonomi.

Pelaksanaan KB secara berkelanjutan dan berkesinambungan, mendapat


kendala dari berbagai pihak, baik pihak penduduk sendiri maupun pihak
lembaga yang mengelola dan membiayainya. Belum lagi tentang
kesempatan dan lapangan kerja, kesediaan serta persediaan pangan, layanan
kesehatan dan pendidikan, serta layanan lain yang terkait dengan kebutuhan
dan kesejahteraan penduduk.

2. Pembangunan

Sebagai suatu konsep, pembangunan itu merupakan upaya terencana


meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya
untuk kebanyakan negara-negara miskin di dunia, menjadi masalah.

2
Masyarakat dan negara-negara yang miskin yang seharusnya melakukan
pembangunan untuk mengentaskan diri dari kemiskinan, justru tidak mampu
melaksanakannya.

Pembangunan sebagai rangkaian kegiatan perencanaan-pengkajian-uji


kelayakan-pengelolaan-pelaksanaan-evaluasi, memerlukan SDM yang
handal, dana yang mendukung, dan suasana yang kondusif. Untuk
memenuhi tuntutan perangkat yang demikian, bagi kebanyakan negara-
negara di dunia, menjadi masalah, apalagi untuk “pembangunannya
sendiri”. Apabila tidak ada upaya tingkat global melalui lembaga-lembaga
dunia, bagi negara-negara miskin dan terbelakang, masalah pembangunan
ini menjadi “lingkaran setan” yang tidak akan berhenti. Dengan demikian,
pembangunan yang seharusnya menjadi upaya pemecahan masalah. Dalam
hal ini, SDM dengan kualitas kemampuannya, menjadi kunci utama.

3. Hak Asasi Manusia (HAM)

HAM merupakan hal yang melekat pada tiap diri manusia, baik sebagai
individu, anggota masyarakat, maupun sebagai warga negara-bangsa dan
warga dunia. HAM yang melekat pada diri tiap orang itu dapat menjadi
masalah, bahkan menjadi masalah global.

Persoalannya terletak pada pelanggaran yang terjadi dan dialami oleh


orang-orang tertentu, baik sebagai individu mapun sebagai kelompok oleh
pihak-pihak tertentu yang memiliki kekuasaan atau yang berkuasa.
Pelanggaran ini telah terjadi secara lokal di kawasan-kawasan tertentu, di
negara-negara tertentu, bahkan juga di tingkat dunia.

Oleh karena itu, setiap orang harus menyadari hak dan kewajiban, dan
memahami serta menghormati hak dan kewajiban orang lain. Selain itu,
harus berupaya memberikan pengertian dan kesadaran kepada peserta didik
atas hak dan kewajibannya.

Proses yang demikian itu, juga ditujukan kepada masyarakat awam


yang biasanya hanya menyadari kewajibannya, sehingga masyarakat

3
tersebut menjadi sasaran pihak-pihak yang berusaha memanfaatkannya.
Upaya penegakan HAM ini harus dilakukan oleh tiap warga untuk
mencegah dan memecahkan masalah atas pelanggarannya.

4. Migrasi

Migrasi sebagai suatu gerak pindah penduduk yang menjadi masalah


global, paling tidak, meliputi emigrasi (perpindahan penduduk menuju
negara lain yang akan menetap di negara baru tersebut), imigrasi
(perpindahan penduduk dari suatu negara ke dalam negeri tertentu yang
diperkirakan akan menetap di negeri terakhir), dan pengungsian
(perpindahan sekelompok penduduk dari suatu kawasan atau negara ke
kawasan atau negara lain, karena faktor-faktor tertentu yang mendesak).

Perpindahan penduduk dengan berbagai bentuk tersebut dapat menjadi


masalah, bahkan masalah global seperti, masalah ekonomi (lapangan kerja,
kekurangan bahan pangan), masalah politik (perang saudara, perbedaan
ideologi), dan masalah atau bencana alam (banjir, kekeringan, wabah). Bagi
kawasan atau negara yang didatangi, menjadi masalah karena berkaitan
dengan pemenuhan segala kebutuhan para pendatang, mulai dari tempat
tinggal, pekerjaan, bahan pangan, dan sebagainya. Belum lagi tentang
keyakinan politik yang dianut, kriminalitas, dan kemungkinan wabah atau
penyakit yang mereka bawa.

Sejalan dengan masalah-masalah itu, bagaimanakah kemungkinan


persaingan mendapatkan berbagai kebutuhan (kesejahteraan) antara
penduduk setempat dengan para pendatang. Masalah tersebut membawa
dampak luas dalam berbagai aspek kehidupan diantara dua belah pihak.
Belum lagi kita berbicara tentang aspek hukumnya. Oleh karena itu, pada
tingkat makro, kenyataan tersebut telah menjadi masalah global.

5. Kepemilikan Bersama Secara Global

4
Tiap kawasan dengan kawasan lain, tiap negara dengan negara lain,
terdapat “apa” yang ditetapkan sebagai batas wilayah (darat, perairan,
udara). Namun dalam konteks dunia (global), khususnya berkenaan dengan
samudera dan udara terbuka, merupakan milik seluruh umat manusia, yang
dapat dimanfaatkan oleh siapa saja.

Pada kenyataannya, baik samudera luas terbuka dan angkasa luar yang
“tidak bertuan” itu, menjadi sengketa yang dapat menimbulkan masalah
besar. Oleh karena itu, hal-hal yang sesungguhnya menjadi milik bersama
umat manusia, yang tidak dapat diklaim oleh pihak manapun, harus diatur
bersama secara global oleh “hokum internasional”

6. Lingkungan Hidup Dan Sumber Daya Alam

Lingkugan hidup dengan sumber daya alam, merupakan dua hal yang
terkait satu sama lain, bahkan tidak dapat dipisahkan satu dari yang lainnya.
Lingkungan hidup bagi kita manusia yaitu “kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia
dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya” (UURI No.4/1982: 3).

Berdasarkan acuan tadi, lingkungan hidup itu meliputi hal-hal yang


sangat luas mencakup segala apa yang ada di sekeliling kita manusia,
bahkan termasuk manusia yang ada diluar diri kita masing-masing. Oleh
karena itu, lingkungan hidup ini dapat dikelompokkan menjadi lingkungan
alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya, dan lingkungan psikologi.

Sebagai akibat meningkatnya jumlah penduduk manusia dengan segala


kebutuhannya, lingkungan sebagai sumber daya, secara alamiah tidak dapat
lagi menjamin kehidupan manusia. Tanpa penerapan dan pemanfaatan
IPTEK dalam merekayasa lingkungan sebagai sumber daya, kesejahteraan
umat manusia tidak dapat terjamin. Namun demikian, penerapan dan
pemanfaatan IPTEK tersebut, bermata dua. Di satu pihak, memang IPTEK
itu secara positif telah meningkatkan kesejahteraan manusia. Oleh karena
itu, ada pihak yang menyatakan bahwa IPTEK itu menjadi “tulang

5
punggung kesejahteraan”. Namun di pihak lain, seperti dapat kita amati
dalam kehidupan, penerapan dan pemanfaatan IPTEK itu juga telah
membawa dampak negatif dalam bentuk masalah lingkungan.

7. Kelaparan Dan Bahan Pangan

Kelaparan dan keterbatasan persediaan bahan pangan, merupakan


masalah yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan umat manusia, baik
lokal dan regional maupun global. Bertolak dari pertumbuhan penduduk
dunia yang tidak akan berhenti, meskipun di berbagai kawasan tingkat rata-
ratanya sudah sangat menurun, bahkan ada yang menerapkan konsep
“pertumbuhan nol” (zero growth), namun pada kenyataannya penduduk
dunia terus meningkat jumlahnya.

Menurut perhitungan dan proyeksi Population Reference Bereau


(World Population Data Sheet, 1997), penduduk dunia tahun 1997
jumlahnya 5,840 miliar, tahun 2010 sebanyak 6,894 miliar, dan pada tahun
2025 yang akan datang akan mencapai 8,036 miliar.

Jumlah penduduk dunia yang terus meningkat seperti itu, sudah pasti
diikuti oleh pertumbuhan kebutuhan hidupnya, paling tidak kebutuhan
pangan. Oleh karena itu, peningkatan produksi pangan, khususnya produksi
pertanian bahan pangan, menjadi tuntutan. Segala metode, pendekatan,
teknik dan teknologi telah diterapkan pada bidang pertanian dalam upaya
meningkatkan produksi bahan pangan tersebut, baik tingkat lokal, regional,
maupun dunia.

8. Perdamaian Dan Keamanan

Perdamaian dan keamanan adalah dua aspek sosial-psikologis yang


sangat mendasar serta didambakan oleh tiap individu umat manusia. Namun
demikian, sangat sulit terealisasikan secara wajar dalam kehidupan. Kita
dapat menghayati apa yangterungkap dalam pepatah “lain di bibir, lain di
hati”, apa yang menjadi perbincangan tentang “perdamaian” berbeda dengan
kenyataan. Perlombaan senjata dan mempersenjatai diri dengan dalih

6
“senjata untuk perdamaian” (armforces for peace) yang tidak hanya
dilakukan oleh negara-negara adikuasa melainkan juga oleh negara-negara
“kecil” merupakan petunjuk bahwa perdamaian itu seperti “telur diujung
tanduk”

9. Prasangka Dan Diskriminasi

Prasangka adalah Sikap yang negatif terhadap sesuatu tanpa ada alasan
yang mendasar atas pribadi tersebut. Sedangkan, diskriminasi adalah
Pembedaan perlakuan terhadap sesama warga negara ( berdasarkan warna
kulit, golongan, suku, ekonomi, agama, dsb). Apabila kita berbicara tentang
prasangka dan diskriminasi adalah stereotyping, yaitu suatu kecenderungan
untuk mengidentifikasi dan mengeneralisasi setiap individu, benda dan
sebagainya ke dalam katagori-katagori yang sudah dikenal. Prasangka dan
diskriminasi berhubungan erat satu dengan yang lainnya karena pada
teorinya prasangka bersumber pada satu sikap dan diskriminasi menunjuk
pada satu sikap, prasangka dapat menjadi dasar dari diskriminasi, dan pada
akhirnya mereka akan melakukan tindakan yang negatif.

Masalah prasangka dan diskriminasi meliputi aspek-aspek etnis, ras,


jenis kelamin, agama, ekonomi, dan politik. Keanekaragaman bahkan
kemajemukan itu yang secara alamiah menjadi dasar keseimbangan,
keserasian, kelestarian. Namun demikian, dalam kehidupan sosial, budaya,
ekonomi, dan politik, menjadi sumber keresahan, kesenjangan bahkan
masalah. Dengan dasar dan alasan perbedaan kepentingan, perbedaan serta
keanekaragaman menjadi benih berkembangnya prasangka antar etnis, antar
ras, antar agama. Dan lebih jauh lagi dari prasangka akan berkembang
menjadi diskriminasi yang dapat memicu atau menjadi sumber konflik,
bahkan perang terbuka.

Contoh dari prasangka adalah adanya persaingan antar individu secara


berlebihan dalam suatu lingkungan, misalnya persaingan antar karyawan
dalam suatu tempat kerja. Sedangkan contoh diskriminasi adalah Cina
sebagai kelompok minoritas, sering menjadi sasaran rasial, walaupun secara

7
yuridis telah menjadi warga negara Indonesia dan dalam UUD 1945 Bab X
Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan
yang sama dalam hukum dan pemerintahan. Apabila muncul suatu sikap
berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap
suku bangsa , kelompok etnis tertentu, bisa jadi akan menimbulkan
pertentangan-pertentangan yang lebih luas. Suatu contoh : Beberapa
peristiwa yang semula menyangkut berapa orang saja bisa menjadi luas dan
melibatkan sejumlah orang, misalnya akibat berebut pacar antar geng motor
bisa menyebabkan kerusuhan dan meresahkan orang lain.

Praktek Diskriminasi etnik yang terjadi pada kerusuhan pada masa Orde
Baru Mei 1998 yang lalu di Jakarta juga merupakan Representasi paling
nyata adanya prasangka terhadap minoritas, khususnya etnis China terjadi
pada Mei 1998. saat itu harta mereka di jarah, anak perempuan di perkosa
dan rumah serta pertokoan mereka di bakar habis. Prasangka merupakan
sebuah tipe khusus dari sikap yang cenderung kearah negatif sehingga
konsekuensinya:

1. Berfungsi sebagai skema (kerangka pikir kognitif untuk mengorganisasi,


menginterpretasi dan mengambil informasi) yang mempengaruhi cara
memproses informasi.

2. Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi


anggota kelompok sasaran prasangka.

8
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Menurut Merry M. Merryfield (1997:8) ada beberapa masalah-masalah


global yaitu sebagai berikut: penduduk dan keluarga berencana, pembangunan,
hak asasi manusia (HAM), migrasi, kepemilikan bersama secara global,
lingkungan hidup dan sumber daya alam, kelaparan dan bahan pangan,
perdamaian dan keamanan, serta prasangka dan diskriminasi.

Prasangka merupakan sebuah tipe khusus dari sikap yang cenderung


kearah negatif sehingga konsekuensinya:

1. Berfungsi sebagai skema (kerangka pikir kognitif untuk mengorganisasi,


menginterpretasi dan mengambil informasi) yang mempengaruhi cara
memproses informasi.

2. Melibatkan keyakinan dan perasaan negatif terhadap orang yang menjadi


anggota kelompok sasaran prasangka.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun sehingga pembahasan ini semakin sempurna dan dapat
bermanfaat untuk menambah wawasan mengenai masalah-masalah global
dalam pembelajaran IPS.

9
DAFTAR RUJUKAN

Murtiningsih. 2016. Perspektif Global. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suardiman, Siti Partini. 1984. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Studing.

10

Anda mungkin juga menyukai