Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PERENCANAAN WILAYAH

ISU-ISU PERMASALAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH

Dosen Pengampu:
Ir. Ratih Novi Listyawati S.T., M.Eng.
Ir. Rindang Alfiah S.T., M.T.

Disusun Oleh:

Naya Maheswari El Setyo (221910501049)


Revansa Firgo Dewangga (221910501065)

Muhammad Bernas Avicena (221910501071)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER

2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 4
1.3 Tujuan ................................................................................................... 4
1.4 Sistematika Penulisan ............................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5
2.1 Permasalahan Ekonomi .......................................................................... 5
2.2 Permasalahan Kualitas SDM .................................................................. 6
2.3 Permasalahan Lingkungan ..................................................................... 7
2.4 Permasalahan Transportasi ..................................................................... 8
2.5 Permasalahan Penataan Ruang ............................................................... 9
2.6 Permasalahan Pertumbuhan Wilayah yang Belum Merata .................... 12
BAB III.............................................................................................................. 16
PENUTUP ......................................................................................................... 16
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16
3.2 Saran ....................................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketimpangan pembangunan wilayah seringkali menjadi permasalahan
yang serius karena berimplikasi terhadap kelancaran proses pembangunan.
Beberapa daerah mencapai pertumbuhan yang signifikan, sementara beberapa
daerah lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat. Menurut Tambunan (2003).
Pembangunan yang dilaksanakan secara masif di sejumlah wilayah di Indonesia
memerlukan perhatian serius dari pemerintah dengan melibatkan setiap komponen
seperti masyarakat dan swasta dalam menjaga pembangunan yang berkelanjutan
dan berkomitmen melaksanakan pembangunan. Pemerintah memperhatikan
pengembangan wilayah dengan membuat beberapa kebijakan yang diberlakukan.

Kebijakan Indonesia Terdapat lima kesepakatan kebijakan yang konsisten


dan bersinergi, yaitu: Percepatan infrastruktur Mendorong percepatan infrastruktur
akan mendukung tumbuhnya sektor-sektor ekonomi. Upaya pembangunan
infrastruktur dan pengembangan sektor ekonomi potensial juga memerlukan
adanya keselarasan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Kebijakan
yang berlaku harus diterapkan, jika tidak akan muncul permasalahan dalam
pengembangan wilayah.

Munculnya isu permasalahan dalam pengembangan wilayah muncul


diakibatkan oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah pusat kegiatan ekonomi,
perbedaan sumberdaya, aksesibilitas, kondisi demografis dan alokasi investasi.
Mohiuddin dan Hashia (2012) juga menambahkan faktor struktur institusi dan
diskriminasi kebijakan sebagai faktor penyebab ketimpangan wilayah. Selain dari
faktor tersebut adalagi faktor lain yang menjadi isu utama pembangunan wilayah
Isu-isu utama pembangunan wilayah mencakup urbanisasi, kemiskinan, kualitas
lingkungan hidup, kapasitas daerah untukpengelolaan kota, pertumbuhan antar kota
yang belum seimbang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja isu permasalahan pengembangan wilayah?
2. Penyebab munculnya isu permasalahan pengembangan wilayah?
3. Solusi terhadap permasalahan pengembangan wilayah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami isu permasalahan pengembangan wilayah.
2. Mengetahui penyebab isu permasalahan pengembangan wilayah.
3. Memahami solusi terhadap permasalahan pengembangan wilayah.

1.4 Sistematika Penulisan


BAB I PENDAHULUAN membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, dan sistematika penulisan makalah.

BAB II PEMBAHASAN membahas mengenai isu permasalahan pengembangan


wilayah, dan solusi isu permasalahan pengembangan wilayah.

BAB III PENUTUP membahas mengenai kesimpulan dan saran yang berkaitan
dengan pembahasa
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Permasalahan Ekonomi
Pembangunan wilayah yang belum menyebar secara merata dan seimbang
mengakibatkan pembangunan ekonomi juga belum seimbang. Ketidak
seimbangan pembangunan ekonomi dapat diidentifikasi dari penyediaan
kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan belum merata ke seluruh
lapisan masyarakat. Tingkat pengangguran di Indonesia yang masih tinggi juga
menjadi akibat kenapa perkembangan ekonomi dapat dikatakan belum seimbang,
tingkat pengangguran yang tinggi diakibatkan karena lapangan pekerjaan yang
sedikit.

Faktor yang mempengaruhi mengapa lapangan kerja di Indonesia


dikatakan sedikit adalah karena kualitas calon pekerja yang tidak sebanding
dengan apa yang dibutuhkan oleh pembuka lapangan pekerjaan. Sebagai contoh
suatu lapangan pekerjaan memiliki kriteria khusus untuk pekerjanya seperti
tingkat pendidikan minimal S1, sedangkan tenaga kerja yang saat ini ada adalah
minimal pendidikan SMA atau sederajat.

Saat ini kualitas SDM masyarakat sangat menentukan tingkat pekerjaan


yang diberikan. Indonesia secara khusus saat ini mengandalkan perekonomiannya
pada sektor pertanian, dan sedang dalam tahap pengembangan untuk sektor
industri. Faktor yang mempengaruhi mengapa sektor industri dikatakan lambat
perkembangannya adalah karena kualitas SDM yang belum memadai, namun
diharapkan dengan perkembangan sektor industri ini dapat memperluas lapangan
pekerjaan untuk masyarakat untuk mengurangi pengangguran di Indonesia dan
secara otomatis meningkatkan perekonomian negara.

Di Indonesia pembangunan wilayahnya berbeda dengan pembangunan


wilayah negara Eropa yang difaktorkan oleh industrialisasi, di Indonesia
perkembangan wilayah khususnya perkotaan diakibatkan karena kurang
menguntungkanya ekonomi pada daerah perdesaan. Pada dasarnya struktur fisik
perkembangan wilayah baik desa maupun kota akan dipengaruhi oleh ekonomi
pada wilayah tersebut. Dinamika pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah
berkaitan dengan pola produksi, konsumsi, dan pola distribusi pendapatan.
Peningkatan pendapatan per kapita merupakan indikator keberhasilan
pembangunan wilayah. Selain itu tingkat konsumsi penduduk yang semakin stabil
juga akan berdampak pada peningkatan pembangunan wilayah. Distribusi
pendapatan antar wilayah juga merupakan indikator bahwa tingkat kesenjangan
antar wilayah dapat dikurangi, dimana hal ini akan mendorong terciptanya
stabilitas ekonomi dalam perkembangan suatu wilayah.

2.2 Permasalahan Kualitas SDM


Sumber daya manusia (SDM) merupakan setiap potensi yang dimiliki oleh
masing-masing individu untuk mewujudkan suatu hal sebagai makhluk sosial.
Kualitas sumber daya manusia adalah kesanggupan tiap-tiap individu untuk
memiliki pola pikir yang baik, menyelesaikan suatu pekerjaan atau masalah,
mengembangkan potensi diri, serta mendorong pengembangan diri orang lain
terutama yang berada di sekitarnya. Kesanggupan-kesanggupan tersebut merujuk
pada beberapa faktor, yaitu pendidikan, pengalaman, kemampuan berpikir kritis,
kemampuan berkomunasi, dan kemampuan bekerja sama dalam tim. Hingga saat
ini, kualitas sumber daya manusia di Indonesia masih tergolong rendah. Data riset
International Institute for Management Development (IMD) World Talent
Ranking (WTR) 2023 menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia di
Indonesia berada di peringkat ke-47 dunia.

Kualitas sumber daya manusia memiliki kaitan yang erat dengan


pengembangan wilayah. Sumber daya manusia memiliki peran ganda, baik
sebagai objek maupun subjek pengembangan wilayah. Objek berarti sumber daya
manusia merupakan sasaran dari pengembangan wilayah yang dilakukan agar
tercipta kesejahteraan, sedangkan subjek berarti sumber daya manusia berperan
sebagai pelaku pengembangan wilayah yang menentukan kemajuan. Maka dari
itu, sumber daya manusia yang berkualitas menentukan pengembangan wilayah
yang dilakukan agar berjalan efektif, efisien, dan lebih cepat. Wilayah-wilayah di
Indonesia cenderung memiliki jumlah sumber daya manusia yang besar tetapi
tidak diimbangi dengan kualitas yang memadai sehingga justru menghambat
proses pengembangan wilayah yang ada.

Di Indonesia, sumber daya manusia yang kurang berkualitas muncul


akibatnya masalah kemiskinan yang berujung pada munculnya rasa enggan di
masyarakat untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini kemudian
menimbulkan mindset bahwa dibandingkan mengenyam pendidikan, lebih
penting mencari pekerjaan sedini mungkin agar mendapatkan penghasilan.
Apabila telah tercipta perencanaan pengembangan suatu wilayah yang baik
namun sumber daya manusia yang berada di wilayah tersebut tidak siap dengan
pengembangan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan tersebut tidak
tepat sasaran. Perencanaan yang tidak tepat sasaran sama saja dengan kegagalan
karena tujuan yang dari awal ditetapkan akan sulit terwujud.

2.3 Permasalahan Lingkungan


Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup
keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan pengelolaan
yang meliputi penciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan
lingkungan fisik tersebut. Lingkungan memegang peranan yang penting bagi
kehidupan manusia di suatu wilayah, hal ini karena lingkungan berfungsi sebagai
tempat hidup, beraktivitas, dan berinteraksi. Apabila terjadi permasalahan
lingkungan, maka dampak negatif akan terasa pada wilayah tersebut.
Permasalahan lingkungan yang berkaitan dengan pengembangan wilayah
dipengaruhi oleh beberapa hal (Lutfi Muta’ali), yaitu:

1. Menurunnya kualitas lingkungan hidup yang dipicu adanya inkonsistensi


pemanfaatan ruang. Semakin banyaknya konversi lahan dari kawasan
lindung menjadi kawasan budidaya akan berakibat pada cakupan area
hijau yang semakin berkurang, selain itu areal pertanian yang lahannya
semakin sedikit berdampak pada tekanan dan ancaman bagi ketahanan
pangan. Penurunan luas hutan tropis (deforestasi) akibat pembalakan liar,
meluasnya perambahan dan konservasi hutan alam untuk pengembangan
kepentingan budidaya seperti perkotaan atau pertambangan. Semakin
berkurangnya luasan hutan akan menyebabkan meningkatnya run-off yang
besar sehingga mengganggu siklus hidrologi, memperluas kelangkaan air
bersih pada jangka panjang, serta meningkatkan resiko pendangkalan dan
banjir pada wilayah yang lebih rendah.
2. Ancaman global warning memperparah kondisi resiko kerusakan
lingkungan. Global warming atau pemanasan global akan meningkatkan
suhu di permukaan bumi yang memicu terjadinya kekeringan, kebakaran
hutan, hingga kenaikan permukaan air laut. Pembangunan wilayah yang
dilakukan harus siap dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang
berpotensi terjadi di masa depan akibata adanya global warning.
3. Meningkatnya urbanisasi dan aglomerasi perkotaan akibat terjadinya
migrasi desa-kota yang berdampak terhadap alih fungsi lahan pertanian
menjadi lahan permukiman secara signifikan. Isu lainnya yang terkait
dengan urbanisasi dan aglomerasi perkotaan adalah perngembangan
wilayah yang tidak terarah, cenderung membentuk konurbasi antara
wilayah inti dengan wilayah-wilayah di sekitarnya. Konurbasi adalah area
urbanisasi polisentris, di mana transportasi telah berkembang untuk
menghubungkan area agar tercipta pasar tenaga kerja perkotaan tunggal
atau perjalanan ke area kerja. Wilayah yang mengalami konurbasi
cenderung menimbulkan beberapa masalah kompleks, yaitu kemiskinan,
pelayanan sarana dan prasarana yang terbatas, kemacetan lalu lintas,
terbatasnya ketersediaan lahan permukiman, dan pencemaran lingkungan.
Permasalahan-permasalahan tersebut menjadi cikal-bakal permasalahan
yang lebih serius, yaitu permasalahan kesehatan dan artikulasi sosial.

2.4 Permasalahan Transportasi


Transportasi adalah perpindaha manusia atau barang dari wilayah satu ke
wilayah lainnya dengan menggunakan kendaraan yang digerakkan oleh manusia
atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari. Transportasi memegang peranan yang sangat
penting bagi keberhasilan pembangunan dan pengembangan suatu wilayah.
Apabila tidak terdapat transportasi, maka wilayah tersebut sulit untuk maju. Maka
dari itu, permasalahan transportasi harus segera diselesaikan sebelum
menghambat realisasi perencanaan yang ada.

Salah satu bagian dari transportasi yang menjadi kunci pengembangan


wilayah adalah infrastruktur. Infrastruktur transportasi di Indonesia cenderung
mengalami hambatan seperti kemacetan lalu lintas dan rusaknya prasarana jalan.
Transportasi sebagai leading sector bagi pengembangan wilayah, ketika
transportasi berada dalam kondisi baik maka pengembangan wilayah yang akan
dilakukan menjadi lebih mudah karena pendistribusian barang dan jasa akan lebih
optimal. Begitu pula sebaliknya, apabila transportasi berada dalam kondisi buruk
maka pengembangan wilayah yang akan dilakukan menjadi terhambat karena
pendistribusian barang dan jasa yang tidak mendukung.

2.5 Permasalahan Penataan Ruang


Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara
kelangsungan hidup. Di dalam kerangka perencanaan wilayah, yang dimaksud
dengan ruang wilayah adalah ruang permukaan bumi dimana manusia dan
makhluk lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Ruang merupakan wadah pada
lapisan atas permukaan bumi termasuk apa yang ada diatasnya dan yang ada
dibawahnya sepanjang manusia masih dapat menjangkaunya. Dengan demikian
ruang adalah lapisan atas bumi yang berfungsi menopang kehidupan manusia dan
makhluk lainnya, baik melalui modifikasi maupun sekedar langsung
menikmatinya

Kota-kota di Indonesia menghadapi masalah permukiman kumuh yang


tumbuh seiring dengan peningkatan populasi dan urbanisasi. Permukiman kumuh
membawa dampak negatif terhadap kehidupan kota, termasuk penurunan kualitas
sumber daya manusia. Untuk mengatasi masalah ini, perumahan kumuh harus
ditata menjadi lingkungan yang layak huni, yang bisa dilakukan dengan
penanganan berbasis kawasan yang menempatkan lingkungan kumuh ini ditata
secara berbarengan dengan memperhatikan lingkungan sekitarnya seperti sebuah
kawasan kesatuan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari penelitian
identifikasi karakteristik lingkungan permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk,
Jakarta Barat, kondisi permukiman kumuh di wilayah tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:

"Studi Kasus: Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh


di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat: Tantangan dan Upaya Peningkatan
Kualitas Lingkungan"

a. Kondisi Fisik

Permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk umumnya memiliki karakteristik


bangunan semi-permanen dengan penggunaan bahan bangunan seperti asbes
untuk atap, semen untuk lantai, dan campuran tembok dan papan untuk dinding.
Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fisik bangunan di permukiman kumuh
cenderung sederhana dan kurang permanen.

b. Aspek Sosial

Masyarakat penghuni permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk memiliki


beragam latar belakang, dengan proporsi penduduk asli Jakarta dan penduduk luar
Jakarta yang seimbang. Mayoritas penduduk telah memiliki KTP Jakarta,
menandakan bahwa sebagian besar telah menetap dalam jangka waktu yang cukup
lama di wilayah tersebut.

c. Aspek Ekonomi

Mayoritas penduduk permukiman kumuh Kapuk bekerja sebagai buruh


dengan penghasilan bulanan berkisar antara Rp. 2.100.000 hingga Rp. 2.500.000.
Hal ini mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang umumnya bergantung
pada pekerjaan sebagai buruh.

d. Aspek Bahaya (Hazard)

Sebagian besar permukiman kumuh di Kelurahan Kapuk termasuk dalam


daerah rawan banjir. Meskipun genangan atau banjir terjadi, ketinggian air
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan permukiman kumuh berat.
Ketinggian banjir biasanya berkisar antara 25 cm hingga 50 cm, dengan lama
genangan umumnya selama sehari.
Di Kelurahan Kapuk, Jakarta Barat, segi fisik, terdapat variasi
karakteristik dasar yang membedakan tingkat kekumuhan permukiman di
Kelurahan Kapuk. Permukiman kumuh ringan, seperti RW 07, memiliki
kedekatan dengan pusat kegiatan sosial-ekonomi seperti industri dan Rumah
Pemotongan Hewan (RPH). Sementara permukiman kumuh dengan kategori
sedang (RW 01, 03, 04, dan 13) cenderung berlokasi di daerah bantaran kali. Di
sisi lain, permukiman kumuh berat (RW 12 dan 16) ditandai dengan tingkat
kepadatan penduduk yang tinggi. Dari aspek ekonomi juga menjadi sorotan
penting dalam identifikasi ini. Masyarakat permukiman kumuh berat umumnya
memiliki penghasilan rendah, dengan mayoritas pendapatan berkisar antara Rp.
1.100.000 hingga Rp. 1.500.000. Banyak dari mereka bekerja sebagai buruh atau
dalam sektor informal seperti tukang ojek, kuli bangunan, tukang sapu, PRT, dan
sebagainya. Selain itu, aspek bahaya (hazard) juga menjadi perhatian dalam
identifikasi karakteristik lingkungan permukiman kumuh. Permukiman kumuh
berat cenderung mengalami genangan atau banjir dengan tingkat ketinggian yang
lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat kekumuhan lainnya. Genangan
umumnya terjadi selama satu hingga dua hingga tiga hari, dan kejadian banjir ini
sering terjadi setiap tahun.

Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan permukiman kumuh di


Kelurahan Kapuk, Pemerintah DKI Jakarta telah melaksanakan berbagai program
seperti Program:

a. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan


(PNPM MP): Program ini bertujuan untuk memberdayakan
masyarakat kumuh dalam meningkatkan kualitas lingkungan dan
kesejahteraan mereka.
b. Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK): Melalui
program ini, dilakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pembangunan lingkungan dan
kesejahteraan.
c. Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK): Program ini bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga melalui berbagai kegiatan
sosial dan ekonomi.
d. Program Kampung Deret: Program ini mengarah pada peningkatan
kualitas hunian dan infrastruktur di permukiman kumuh.

Solusi yang diharapkan untuk mengatasi permasalahan di permukiman kumuh


Kapuk, Jakarta Barat meliputi:

a. Peningkatan akses terhadap layanan publik seperti air bersih, sanitasi,


dan sarana kesehatan.
b. Perbaikan infrastruktur lingkungan seperti drainase untuk mengurangi
risiko banjir dan genangan.
c. Peningkatan kualitas bangunan hunian dan fasilitas umum di
permukiman kumuh.
d. Pengembangan program pelatihan dan pendidikan untuk
meningkatkan keterampilan dan pendapatan masyarakat kumuh.
e. Penguatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan terkait dengan pembangunan lingkungan
mereka.

2.6 Permasalahan Pertumbuhan Wilayah yang Belum Merata


Indonesia adalah negara berkembang dalam pelaksanaan pembangunan
merupakan suatu upaya mningkatkan segenap sumber daya yang dilakukan secara
berencana dan berkelanjutan dengan pinsip daya guna yang merata dan
berkeadilan, dalam hal tersebut dapat dikatakan bahwa pembangunan beriorentasi
pada pembangunan masyarakat, dimana pendidikan menempati posisi yang utama
dengan tujuan untuk membuka wawasan dan kesadaran warga akan arah dan cita-
cita yang lebih baik. (effendi, 2002).

Hubungan antara pemerataan pembangunan di Indonesia dengan


permasalahan pertumbuhan wilayah yang belum merata, khususnya di wilayah
perbatasan, sangat erat dan kompleks. Pemerataan pembangunan adalah amanah
sila kelima Pancasila yang bertujuan untuk mencapai kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat Indonesia dengan mengatasi masalah kesenjangan sosial dan
memastikan pertumbuhan ekonomi secara adil di seluruh wilayah Indonesia.
Namun, wilayah perbatasan, seperti Indonesia Timur, sering kali menghadapi
tantangan dalam mencapai pemerataan pembangunan.
Pemerintah Indonesia telah mencoba mendorong pembangunan di wilayah
Timur Indonesia dengan berbagai kebijakan dan transfer fiskal ke daerah timur
untuk berbagai program pengembangan wilayah. Namun, sejak tahun 2000 hingga
kini, kesenjangan ekonomi antara wilayah timur dan barat Indonesia hampir tidak
mengalami perbaikan . Indeks Williamson yang mengukur kesenjangan ekonomi
antar wilayah menunjukkan bahwa rata-rata indeks dari 34 provinsi di Indonesia
mengalami terhenti pada kisaran 0,79, menunjukkan bahwa ekonomi wilayah
sangat senjang.Struktur ekonomi Indonesia didominasi oleh kelompok provinsi di
Pulau Jawa dan Pulau Sumatera yang masing-masing menyumbang 59,15% dan
21,14% untuk produk domestik bruto (PDB), sementara di bagian timur seperti
Maluku dan Papua masing-masing hanya berkontribusi 3,06% dan 2,27% ke PDB.
Ini menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam mendorong pembangunan di
wilayah Timur belum berhasil dalam mencapai pemerataan pembangunan, yang
menjadi tantangan utama dalam mencapai keadilan sosial dan kemakmuran rakyat
Indonesia.

Pemerataan pembangunan adalah upaya untuk menyebarkan manfaat


pembangunan secara merata ke seluruh wilayah suatu negara atau daerah,
sehingga tidak hanya terfokus pada daerah perkotaan atau daerah yang sudah
berkembang, tetapi juga mencakup daerah-daerah terpencil, perbatasan, dan
terbelakang. Pemerataan pembangunan bertujuan untuk mengurangi kesenjangan
antar wilayah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, serta
menciptakan kesetaraan akses terhadap fasilitas dan layanan publik.Pemerataan
pembangunan melibatkan berbagai aspek, seperti pembangunan infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Upaya pemerataan pembangunan
biasanya melibatkan kebijakan dan program yang ditujukan untuk mendukung
pertumbuhan dan perkembangan wilayah-wilayah yang tertinggal atau kurang
berkembang.

Studi Kasus “Pengembangan Wilayah Perbatasan Sebagai Upaya


Pemerataan Pembangunan Wilayah DI Indonesia “

Pembahasan mengenai "Pengembangan Wilayah Perbatasan sebagai


Upaya Pemerataan Pembangunan Wilayah di Indonesia" membahas pentingnya
pengembangan wilayah perbatasan sebagai salah satu strategi untuk mencapai
pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.Wilayah perbatasan
seringkali diidentikkan dengan wilayah perdesaan, pertanian, dan kemiskinan.
Masalah yang dihadapi dalam pengembangan wilayah perbatasan antara lain
belum berkembangnya wilayah perbatasan antar wilayah administrasi dalam
Negara Indonesia.Pentingnya pengembangan wilayah perbatasan sebagai upaya
pemerataan pembangunan wilayah di Indonesia terkait dengan tujuan
pembangunan nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat
dan pemerataannya di seluruh wilayahnya. Upaya pemerataan pembangunan
wilayah perbatasan memerlukan kebijaksanaan yang sesuai secara lokalita, yang
disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan hambatan pengembangan di
wilayah perbatasan tersebut.

Dalam pengembangan wilayah perbatasan di Indonesia, terdapat beberapa


masalah yang dihadapi, antara lain:

a. Kurangnya aksesibilitas

Wilayah perbatasan cenderung memiliki aksesibilitas yang terbatas,


sehingga sulit untuk mengembangkan infrastruktur dan layanan publik
secara optimal.

b. Kondisi sosial-ekonomi yang tertinggal


Wilayah perbatasan seringkali mengalami ketertinggalan dalam hal
pembangunan sosial-ekonomi, seperti tingkat kemiskinan yang tinggi,
rendahnya akses pendidikan dan kesehatan, serta tingkat pengangguran
yang lebih tinggi.
c. Konflik kepentingan
Wilayah perbatasan seringkali menjadi titik pertemuan antara berbagai
kepentingan yang berbeda, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun politik,
yang dapat menyebabkan konflik dan hambatan dalam pengembangan
wilayah tersebut.

Solusi yang sesuai secara lokalita dapat membantu dalam pengembangan


wilayah perbatasan dan pemerataan pembangunan baik dari pemerintah maupun
masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut. Berikut adalah beberapa solusi yang
dapat diterapkan:

a. Kebijakan yang berbasis lokal

Merumuskan kebijakan pembangunan wilayah perbatasan berdasarkan


karakteristik lokalita dan kebutuhan masyarakat setempat, dengan
melibatkan berbagai pihak terkait dalam proses perumusannya.

b. Peningkatan infrastruktur

Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air


bersih, dan telekomunikasi untuk meningkatkan aksesibilitas dan
konektivitas wilayah perbatasan dengan wilayah lainnya.

c. Penguatan kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah

Mendorong kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah antara pemerintah


pusat, pemerintah daerah, dan berbagai pemangku kepentingan terkait
untuk mendukung pengembangan wilayah perbatasan secara holistik.

Dalam mengatasi permasalahan pembangunan di wilayah perbatasan,


penting untuk memprioritaskan partisipasi aktif masyarakat, pengembangan
potensi lokal, kebijakan berbasis lokal, peningkatan infrastruktur, penguatan
kerjasama lintas sektor dan lintas wilayah, serta pemberdayaan ekonomi lokal.
Partisipasi masyarakat memastikan keberlanjutan program pembangunan,
sementara pengembangan potensi lokal menjadi motor penggerak pembangunan
yang berkelanjutan. Peningkatan infrastruktur dan kerjasama lintas sektor
diperlukan untuk mendukung pengembangan holistik wilayah perbatasan,
sementara pemberdayaan ekonomi lokal akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat melalui sektor ekonomi yang berkelanjutan. Dengan
pendekatan yang komprehensif dan melibatkan berbagai pihak terkait, diharapkan
pengembangan wilayah perbatasan dan pemerataan pembangunan dapat tercapai
secara berkelanjutan dan merata di seluruh wilayah Indonesia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembangunan wilayah di Indonesia masih menghadapi berbagai
permasalahan yang perlu segera diatasi. Beberapa isu yang muncul antara lain
adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah, tantangan dalam mencapai
pemerataan pembangunan, permasalahan ekonomi, kualitas SDM, lingkungan,
transportasi, dan penataan ruang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
diperlukan solusi yang berbasis lokal, melibatkan berbagai pihak terkait dalam
perumusan kebijakan pembangunan wilayah. Selain itu, penting untuk
memperhatikan aspek pemerataan pembangunan guna mengurangi kesenjangan
antar wilayah, meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh, dan
menciptakan kesetaraan akses terhadap fasilitas dan layanan publik. Upaya
pemerataan pembangunan juga melibatkan berbagai sektor seperti infrastruktur,
pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan sosial. Dengan demikian, langkah-langkah
strategis perlu diimplementasikan untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan wilayah-wilayah yang tertinggal atau kurang berkembang di
Indonesia.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan pembangunan di Indonesia, penting bagi pemerintah
untuk berkomitmen dalam pemerataan pembangunan, termasuk anggaran dan
infrastruktur, serta melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan
pengambilan keputusan. Perhatian khusus perlu diberikan pada wilayah perbatasan
dengan kebijakan yang dirancang sesuai kondisi lokal. Selain itu, peningkatan
kualitas sumber daya manusia dan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui
pendidikan dan pelatihan perlu dilakukan untuk menciptakan lapangan kerja dan
pertumbuhan ekonomi yang merata.Selanjutanya,perlu dilakukan monitoring dan
evaluasi berkelanjutan terhadap program pembangunan penting untuk perbaikan
dan penyesuaian kebijakan, sehingga tujuan pemerataan pembangunan dapat
dicapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, P. (2019). Pengembangan Wilayah Perbatasan. Jurnal Pengembangan


Wilayah, 74-82.
Pemerintah Kota Medan. (2017). Isu Strategis dan Permasalahan Pengembangan
Perkotaan. Diakses pada 17 Maret 2024
https://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-1035-isu-strategis-dan-
permasalahan-pengembangan-perkotaan.html#
Prawoto, N. (2012). MODEL PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT BERBASIS KEMANDIRIAN UNTUK
MEWUJUDKAN KETAHANAN EKONOMI DAN KETAHANAN
PANGAN. Jurnal Organisasi dan Manajemen, 135-154.
Ruhana, I. (2012). PENGEMBANGAN KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA
VS DAYA SAING. Jurusan Administrasi Bisnis, 50-55.
Setiawan, N. F. (2014). Identifikasi Karakteristik Lingkungan Permukiman Kumuh
di Kelurahan Kapuk,Jakarta Barat. JURNAL TEKNIK POMITS, 240-244.

Anda mungkin juga menyukai