Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan yang menjadi tugas mata kuliah
Komunikasi Pembangunan dengan bahan kajian yang berjudul “Pemberdayaan
Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Pembangunan di
Kecamatan Nambo Kota Kendari”. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu selama pembuatan laporan ini berlangsung.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, laporan yang penulis buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................6
2.1 Definisi dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................6
2.2 Aspek dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................7
2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat.......................................................................................................9
2.4 Opini Publik.......................................................................................................................................11
BAB III
METODE PENELITIAN.............................................................................................................................13
3.1 Pengumpulan Data dan Informasi......................................................................................................13
3.2 Pengolahan Data dan Informasi.........................................................................................................13
3.3 Analisis..............................................................................................................................................13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................................14
4.1 Dampak Wisata Pantai Nambo Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Nambo..........14
4.2 Dampak Aktivitas Pelabuhan Container Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Nambo....15
4.3 Sistem Produksi Sumber Daya Perikanan di Kecamatan Nambo......................................................16
4.4 Kondisi Sosial Budaya di Kecamatan Nambo...................................................................................19
4.5 Sarana Kesehatan yang di Siapkan Bagi Warga Kecamatan Nambo................................................19
4.6 Waktu Kerja dan Peran Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kecamatan
Nambo......................................................................................................................................................20
4.7 Kondisi Pendidikan Kecamatan Nambo dalam Menunjang Pembangunannya.................................20
BAB V
PENUTUP....................................................................................................................................................22
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................................22
5.2 Saran..................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................22
LAMPIRAN..................................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang menekankan pada
pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai- nilai
masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran serta
masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia. Konsep pemberdayaan
masyarakat sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma pendekatan
nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif. Sebagai suatu usaha, pembangunan
merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh setiap daerah dalam rangka
meningkatkan pendapatan. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu daerah untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan mencerminkan
perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat
yang karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal.
Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih
baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis,
sejahtera dan maju.
Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara
sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan keterlibatan
semua potensi. Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya masyarakat madani yang
majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak saling menghormati tanpa ada yang
merasa asing dalam komunitasnya (Suhendra, 2006: 75).
Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah, terutama
sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah,
tapi dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung
jawab sosial mereka terhadap masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal
ini seringkali bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang
mengena sasaran, karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi program
pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga praktek korupsi
semakin merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya.
Pengentasan kemiskinan hakikatnya adalah mengubah perilaku, yang dimulai dari
mengubah mindset individu dan masyarakat. Pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakukan
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan
sesuai potensi dan kebutuhannya untuk berdiri tegak di atas kakinya sendiri, memiliki daya
saing, serta mandiri, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan.
Untuk itu pemberdayaan tidak lepas dari perencanaan. Keberhasilan atau kegagalan
suatu perencanaan terletak pada strateginya. Strategi digunakan agar tujuan pemberdayaan
masyarakat tercapai, yaitu keberdayaan dalam menjalani kehidupan. Seperti yang
dikemukakan oleh Chandler, strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
sumber daya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak wisata pantai nambo terhadap perekonomian masyarakat
di Kecamatan Nambo?
2. Bagaimana dampak aktivitas pelabuhan container terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Nambo?
3. Bagaimana sistem produksi sumber daya perikanan di Kecamatan Nambo?
4. Bagaimana kondisi sosial budaya di Kecamatan Nambo?
5. Bagaimana Kecamatan Nambo menyiapkan sarana kesehatan bagi warga
sekitar?
6. Bagaimana waktu kerja dan peran istri nelayan dalam meningkatkan ekonomi
keluarga di Kecamatan Nambo?
7. Bagaimana kondisi pendidikan Kecamatan Nambo dalam menunjang
pembangunannya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:
Laporan ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui mengenai
Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Pembangunan
di Kecamatan Nambo Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus:
3.3 Analisis
Aspek-aspek yang di analisis yaitu bagaimana tokoh-tokoh masyarakat memberikan
tanggapannya tentang Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam
Menunjang Pembangunan di Kecamatan Nambo Kota Kendari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dampak Wisata Pantai Nambo Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Nambo
Berdasarkan temuan data di lokasi Pantai Nambo Kota Kendari yang terpilih dalam
praktek lapangan ini ternyata ada 19 kepala keluarga sebagai responden dari jenis usaha yang
berhubungan erat dengan objek wisata. Praktek lapangan ini mengambil responden yang
memiliki usaha di sekitar objek wisata tersebut. Bidang usaha tersebut terdiri dari kios,
gazebo, penyewaan ban, tikar, penyewaan WC, air bilas, warung makan dan penginapan.
Untuk masing-masing usaha membandingkan keadaan responden sebelum dan sesudah
pengembangan objek wisata.
Sumber penghidupan masyarakat di Kecamatan Nambo sebelum pengembangan
obyek wisata pantai pada umumnya adalah nelayan. Sektor perikanan dan kelautan jenis
komoditi yang diusahakan berupa ikan dan kepiting, sementara dari sektor pertanian jenis
komoditi yang dihasilkan adalah singkong.
Menurut data saat wawancara dengan RT 8 Kecamatan Nambo sebagian besar
responden bergerak di perikanan dan kelautan (nelayan) yakni sebanyak 7 kepala keluarga
atau 36,84 persen, menyusul responden yang memiliki pekerjaan pokok sebagai pedagang
sebanyak 4 kepala keluarga atau 21,05 persen, selanjutnya yang memiliki pekerjaan pokok
sebagai tukang ojek/kayu/batu sebanyak 3 kepala keluarga atau 15,79 persen, yang memiliki
pekerjaan pokok sebagai PNS sebanyak 2 kepala keluarga atau 10,53 persen, yang memiliki
pekerjaan pokok sebagai petani 2 kepala keluarga atau 10,53 persen dan terakhir yang
memiliki pekerjaan pokok sebagai petani sebanyak 1 kepala keluarga atau 5,26 persen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan perekonomian responden dilihat dari
pekerjaan pokoknya masih relatif kurang baik. Sebab untuk menjadi nelayan hasil yang
diperoleh masih bekum begitu optimal. Karena para nelayan masih kekurangan sarana
penangkapan ikan dan kepiting masih banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap
tradisional yang tentu saja pendapatan mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan
sendiri, disamping itu untuk melakukan penangkapan ikan dan kepiting tergantung musim.
4.2 Dampak Aktivitas Pelabuhan Container Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan
Nambo
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun
antara orang perorangan atau kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
dimulai pada saat itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau banhkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial
(Gillin dan Gillin dalam Soekanto, 1982), dimana nelayan kecil digolongkan ke dalam
perikanan skala kecil yang dianggap banyak berkontribusi pada ekonomi masyarakat
(Mansur, Muazzin, Yani, & Sulaiman, 2017).
Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial yang
terjadi di masyarakat Kecamatan Nambo dan juga interaksi sosial yang terjadi antara buruh di
pelabuhan. Berikut adalah pendapat Informan masyarakat Kecamatan Nambo komengenai
interaksi sosial:
“adanya pembangunan pelabuhan ini bagi saya tidak berpengaruh bagi masyarakat
disini, karena kami disini tetap melakukan kegiatan dimasyarakat seperti biasanya dan
gotong royongnya masyarakat disini itu masih sangat bagus (Ketua RT 5,2022)”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yang mengatakan bahwa :
“interaksi atau gotong-royong masyarakat kelurahan bungkutoko ini masih sangat
erats, kegitan-kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti dan acara-acara pernikahan atau
ada kedukaan,kami masyarakat disini saling bantu-membantu. (Ketua RT 8, 2022).”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan bahwa adanya pelabuhan container
tidak mengurangi tingkat sosial antara warga masyarakat, masyarakat tetap melakukan
kegiatan kemasyarakatan seperti biasanya dimana masyarakat saling membantu antara warga
satu sama lain, masyarakat di Kecamatan Nambo tidak menghilangkan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan juga tidak mengurangi rasa gotong royong antar warga. Selain rasa
gotong royong yang masih sangat erat, masyarakat yang tinggal di Kecamatan Nambo juga
merasa aman dari pengaruh obat-obatan dan juga minuman keras dan juga konflik antara
masyarakat tidak pernah terjadi. Jadi adanya Pelabuhan Container di Kecamatan Nambo tidak
mengubah perilaku masyarakat menjadi buruk.
Selain interaksi yang terjadi antara masyarakat Kecamatan Nambo, interaksi sosial
juga terjadi pada buruh yang ada dipelabuhan, dimana para buruh yang ada di pelabuhan
saling bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan
container, dalam dunia kerja interksi sosial sangat diperlukan agar pekerjaan yang dilakukan
dapat bejalan dengan baik sesuai dengan apa yang diarahakan. Senada dengan pendapat
Gerungan (2010), bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial dua atau lebih individu
yang memiliki perilaku berasal dari satu pengaruh individu, perubahan atau meningkatkan
perilaku individu lain atau sebaliknya. Berikut pendapat Informan Buruh mengenai interaksi
sosial yang terjalin di pelabuhan:
“Interaksi antara buruh disini sangat baik dalam hal kerja sama dalam
melaksanakan aktivitas bongkar muat dipelabuhan, kami saling memabntu satu sama lain (A,
2022)”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yang mengatakan bahwa :
“Hubungan antara buruh dipelabuhan ini baik, meskipun kami berasal dari daerah
berbeda dan suku yang berbeda kami tetap saling menghargai sesama buruh di pelabuhan ini
(A, 2022)”
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar menyatakan bahwa interaksi
sosial yang terjalin sangat baik terutama dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan, karena pada saat melakukan aktivitas bongkar muat sangat membutuhkan
kerjasama yang baik antar buruh agar kegiatan bongkar muat bejalan dengan baik dan tidak
terjadi kendala-kendala dalam proses bongkar muat tersebut.
4.3 Sistem Produksi Sumber Daya Perikanan di Kecamatan Nambo
Sistem produksi perikanan di Kecamatan Nambo meliputi hasil dari kegiatan
usaha yang dilakukan oleh pembudidaya, nelayan dan pengolah selama 1 siklus produksi,
sehingga menghasilkan nilai produksi dan produktifitas hasil perikanan. Sistem usaha
budidaya meliputi usaha pembesaran ikan kuwe di Kecamatan Nambo dilakukan di wadah
keramba jaring tancap. Tahapan pembesaran ikan kuwe keramba jaring tancap sebagai
berikut:
1. Persiapan Wadah KJT
Kontruksi untuk membuat keramba menggunakan bambu yang
ditancapkan ke dasar perairan laut. Bambu sebagai kerangka waring dibuat
sehingga membentuk petak keramba, kemudian waring diikatkan ke bambu
dan bagian bawah waring diikatkan pemberat sehingga waring sampai ke dasar
laut atau sesuai dengan kedalaman yang diinginkan. Ukuran 1 unit keramba
tancap 4 m x 6 m. Tinggi waring sebagai tempat pembesaran ikan kuwe
mengalami tahap perkembangan dimana pada awalnya menggunakan waring
yang tingginya sekitar 1 m dari permukaan air, ternyata hal ini menyebabkan
ikan bisa lepas bila terjadi pasang. Sehingga untuk menghindari hal tersebut
dibuat tinggi waring mencapai 2 m di atas permukaan perairan laut. Daya tahan
waring tempat pembesaran ikan kuwe bisa mencapai 1 tahun, sehingga setiap 1
tahun dilakukan pergantian dan perbaikan kondisi. Keramba Jaring Tancap
secara keseluruhan. Perbaikan yang berskala kecil dilakukan juga seperti
perbaikan waring yang robek dan ikatan bambu yang sudah tidak kuat apabila
dianggap perlu.
2. Penebaran Benih
Benih ikan kuwe yang ditebar oleh pembudidaya diperoleh dari Pantai Nambo.
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari untuk mencegah stress pada ikan
yang diakibatkan peningkatan suhu. Ikan kuwe yang ditebar berukuran 6-8 cm.
Sebelum ikan ditebar dilakukan aklimatisasi suhu dan pengukuran salinitas
perairan laut dengan cara menempatkan ikan kuwe ke dalam satu wadah/
baskom yang diisi dengan air laut.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan selama 10- 12 bulan untuk mencapai ukuran
konsumsi atau 1-1,5 kg/ekor. Selain memakan pakan alami, ikan diberi pakan
(ikan rucah) 2 kali sehari tanpa dilakukan pemberian pakan buatan seperti
pakan pellet,
4. Pemberantasan Hama
Hama yang sering mengganggu yaitu munculnya tiram dan kerang
kerangan yang melekat pada jaring sehingga dapat menimbulkan kerusakan
pada jaring yang dapat menyebabkan ikan lolos atau keluar dari wadah
keramba tersebut. Penanggulangan hama yang dilakukan oleh pembudidaya
yaitu jika terjadi air laut surut dan ketinggian air mulai berkurang dilakukan
pengecekan jaring dalam 1 bulan 2 kali agar dapat mengetahui munculnya
hama tersebut sehingga dapat dilakukan pembuangan atau pembersihan pada
jaring.
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah ikan dipelihara selama 10-12 bulan. Pemanenan
dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari air laut surut, pemanenan
dilakukan oleh 2 tenaga kerja dengan cara panen total yaitu mengangkat jaring
tersebut dengan cara mengeliling hingga ikan dapat berkumpul kemudian
dimasukkan ke dalam ember. Ikan yang dipanen langsung ditempatkan di
blong / basket yang diberikan balok es yang bertujuan teap menjaga kualitas
dan mutu ikan, biasanya menghabiskan 2 – 5 balok es.
Usaha penangkapan ikan juga banyak terdapat di Kecamatan Nambo, yaitu
penangkapan one day fishing, dalam melakukan penangkapan dilakukan menggunakan
perahu bermesin dengan alat tangkap yang digunakan yaitu pancing ulur dan pancing rawe.
Adapun tahapan pada proses penangkapan ikan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat tangkap dan kapal Persiapan alat tangkap dan kapal yang
dilakukan sebelum berangkat melaut seperti memperbaiki pancing dan
menyiapkan umpannya, memeriksa adanya kebocoran atau memperbaiki
kapal dan mengecek mesin.
2. Persiapan input produksi Persiapan input produksi yaitu mengisi bahan
bakar untuk mesin berupa bensin premium, menyiapkan es. Dalam sekali
trip melaut menghabiskan 10 – 15 bensin premium sesuai jarak tempuh
melaut dan untuk es menghabiskan 1 balok es.
3. Setting alat tangkap Proses setting alat tangkap dilakukan di daerah yang
telah direncakanan seperti daerah kendari dan buton dengan alokasi waktu
dari tebar pancing hingga penarikkan pancing ± 3 jam.
4. Penanganan Hasil (Haulling) Penanganan hasil dilakukan setelah penarikan
pancing. Kegiatan ini meliputi sortir hasil tangkapan dan penyimpanan hasil
tangkapan pada box menggunakan es. Penanganan hasil ini dilakukan untuk
menjaga kualitas dan mutu ikan.
Dari hasil wawancara dengan informan di Kecamatan Nambo menyatakan bahwa
mayoritas masyarakatnya memnafaatkan sumber daya perikanan dan terus melakukan sistem
produksi sehingga harga ikan pada daerah Kecamatan Nambo sangat terjangkau.
4.4 Kondisi Sosial Budaya di Kecamatan Nambo
Berdasarkan data wawancara pada RT Kecamatan Nambo, kehidupan sosial dan
budaya masyarakat terousat di wilayah kerja Puskesmas Nambo, dimana mata pencaharian
terbesar penduduk adalah petani/nelayan (62 %) pedagang/industri (11 %). Selebihnya adalah
PNS/ABRI (9 %), dan sisanya buruh, sopir dan pekerja lainnya (18 %).
Masyarakat terdiri dari berbagai macam suku, seperti suku Bugis, Muna, Tolaki,
Buton, Jawa, Bajo dan Makassar. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam. Agama
lain yang dianut adalah Kristen, Katolik dan Hindu.
4.5 Sarana Kesehatan yang di Siapkan Bagi Warga Kecamatan Nambo
Untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sangat
dibutuhkan fasilitas kesehatan. Adapun fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Nambo
adalah sarana kesehatan berupa :
a. Puskesmas Induk yang merupakan puskesmas rawat jalan yang berlokasi di jalan
poros Nambo - Moramo, Kelurahan Nambo Kecamatan Nambo Kota Kendari
yang terdiri dari : Ruang Kepala Puskesmas, Ruang UGD, Ruang Tata Usaha,
Ruang Loket Kartu/pendaftaran, ruang Poli Umum, Ruang Poli Gigi, Ruang
KIA, Ruang Farmasi, Gudang Obat, Ruang Gizi, Imunisasi, Ruang TB, Ruang
Promkes, Kesling, P2M, Ruang laboratorium, Aula, Ruang persalinan.
b. Puskesmas Pembantu yang terdiri dari 4 buah yaitu di Kelurahan sambuli,
Nambo, Petoaha dan Tondonggeu.
c. Posyandu balita yang terdiri dari :
1) Posyandu Merpati Keluaran Petoaha
2) Posyandu Kasih Ibu Kelurahan Petoaha
3) Posyandu Gaya Baru Kelurahan Petoaha
4) Posyandu Delima Kelurahan Nambo
5) Posyandu Wekoila Kelurahan Nambo
6) Posyandu Kasih Ibu Kelurahan Sambuli
7) Posyandu , putra Harapan KelurahanSsambuli
8) Posyandu Harapan Bunda Kelurahan Tondonggeu
9) Posyandu Nelayan Kelurahan Bungkutoko
10) Posyandu Padamg Pasir Kelurahan Bungkutoko
11) Posyandu Pokadulu Kelurahan Bungkutoko
d. Posyandu lansia yang terdiri dari 7 Posyandu
4.6 Waktu Kerja dan Peran Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kecamatan
Nambo
Alokasi waktu kerja adalah proporsi kerja yang dilakukan tenaga kerja baik untuk
rumaht angga, sosial maupun untuk urusan mencari nafkah, yang dianalisis melalui nilai
waktu dan dihitung dengan melihat banyaknya waktu yang dicurahkan (Chamdi dalam Roni,
2016). Alokasi waktu kerja adalah seberapa banyak waktu yang dicurahkan atau diberikan
oleh responden terhadap kegiatan yang dilakukannya.
Kontribusi pendapatan istri nelayan adalah besarnya sumbangan pendapatan istri
nelayan yang berasal dari usaha menjual ikan terhadap total pendapatan keluarga yang
dihitung dalam persen (%). Kontribusi pendapatan istri nelayan, terhadap pemenuhan
kebutuhan rumahtangga secara umum cukup besar. Zen (2009) menyatakan bahwa upaya
untuk meningkatkan pendapatan dapat dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga
terutama istri nelayan untuk mencari nafkah didalam kegiatan perikanan dan diluar kegiatan
perikanan. Adanya campur tangan istri nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup maka
akan dapat membantu mengurangi kesulitan ekonomi keluarga apabila pendapatan suami
lebih rendah pada saat musim paceklik.
Menurut RT Kecamatan Nambo saat kami melakukan sesi wawancara, setiap istri
nelayan tetap melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan baik tetapi untuk
membantu perekonomian keluarga yang hanya berpatok pada hasil melaut sementara saat ini
para nelayan memilih untuk tidak turun ke laut dikarenakan kencangnya ombak. Para istri
nelayan memilih untuk membuka kios atau usaha kecil-kecilan di sekitar pantai Nambo untuk
tetap mendapatkan pendapatan sekalipun suaminya tidak melaut.
4.7 Kondisi Pendidikan Kecamatan Nambo dalam Menunjang Pembangunannya
Saat melakukan sesi wawancara dengan para RT Kecamatan Nambo kami
mendapatkan informasi mengenai pendidikan terakhir warga Nambo. Pendidikan terakhir
warga adalah SMA bahkan sangat jarang ada warga sekitar yang hanya lulusan SD sekalipun
menjadi nelayan.
Untuk menunjang sistem pembangunan di Pantai Nambo, RT Kecamatan Nambo
menyatakan dibutuhkan lulusan-lulusan perguruan tinggi agar pembangunan di Nambo dapat
berjalan dan dimanfaatkan dengan semestinya. Saat sesi wawancara, RT Kecamatan Nambo
mengatakan bahwa untuk PNS saja warga lokal sangat terbatas.
Pendidikan di Kecamatan Nambo sudah memadai dimana mayoritas masyarakatnya
berhasil menngenyam pendidikan hingga ke tahan SMA dibanding daerah-daerah lain yang
mayoritas penduduknya tidak sekolah bahkan hanya lulusan SD.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) menjadi isu utama dalam
program dan orientasi pembangunan nasional pada saat ini. Kegiatan peningkatan sarana jalan
diupayakan melibatkan masyarakat secara aktif melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah komitmen dalam memberdayakan masyarakat lapis bawah
sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata yang menyangkut masa depannya.
Banyaknya tahapan dalam penyusunan anggaran di desa menjadikan alasaan
perlunya pemberdayaan kepada masyarakat dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban anggaran yang perlu pendampingan (advokasi). Advokasi adalah aksi
strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi
masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.
Kebutuhan pemberdayaan masyarakat saat ini adalah meratanya sistem pendidikan
seperti di Kecamatan Nambo sekalipun pendidikannya merata pada tingkat SMA tapi untuk
pemberdayaan masyarakat dibutuhkan adanya masyarakat yang mengenyam pendidikan
tinggi.
5.2 Saran
Kegiatan praktik lapangan sangat dibutuhkan untuk menghimbau sejauh mana proses
pemberdayaan masyarakat di desa sekitar utamanya Kecamatan Nambo. Dalam
pemberdayaannya masyarakat nambo perlu meningkatkan wawasan dan pengetahuannya
sehingga dapat mengembangkan sumber dayanya dengan tepat dan meningkatkan ekonomi
warganya.
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.umk.ac.id, diakses pukul 17.15 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://repository.ubb.ac.id, diakses pukul 17.35 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://repository.uin-suska.ac.id, diakses pukul 17.48 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://jpmi.journals.id, diakses pukul 18.15 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://jiikpp.uho.ac.id, diakses pukul 18.21 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://jppik.id, diakses pukul 18.26 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://garuda.kemdikbud.go.id, diakses pukul 18.35 Wita pada tanggal 27 desember 2022
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktek Lapangan
1) Wawancara dengan RT 8
2) Wawancara dengan RT 5
Keterangan:
Tidak sempat dokumentasi foto dengan RT 5 dikarenakan beliau ada keperluan dan
setelah wawancara selesai beliau langsung ke tempat tujuan.
3) Dokumentasi Wisata Pantai Nambo