Anda di halaman 1dari 27

Laporan Komunikasi Pembangunan

“Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Pembangunan


di Kecamatan Nambo Kota Kendari”

Disusun Oleh :

LA ODE MUHAMAD NAZHARUDDIN

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari- Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang
sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta.
Akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan yang menjadi tugas mata kuliah
Komunikasi Pembangunan dengan bahan kajian yang berjudul “Pemberdayaan
Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Pembangunan di
Kecamatan Nambo Kota Kendari”. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
semua pihak yang telah membantu selama pembuatan laporan ini berlangsung.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Penulis mengharapkan kritik dan saran terhadap laporan ini agar
kedepannya dapat kami perbaiki. Karena kami sadar, laporan yang penulis buat ini masih
banyak terdapat kekurangannya.

Kendari, 27 Desember 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................................................6
2.1 Definisi dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................6
2.2 Aspek dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat.................................................................................7
2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat.......................................................................................................9
2.4 Opini Publik.......................................................................................................................................11
BAB III
METODE PENELITIAN.............................................................................................................................13
3.1 Pengumpulan Data dan Informasi......................................................................................................13
3.2 Pengolahan Data dan Informasi.........................................................................................................13
3.3 Analisis..............................................................................................................................................13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................................................14
4.1 Dampak Wisata Pantai Nambo Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Nambo..........14
4.2 Dampak Aktivitas Pelabuhan Container Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan Nambo....15
4.3 Sistem Produksi Sumber Daya Perikanan di Kecamatan Nambo......................................................16
4.4 Kondisi Sosial Budaya di Kecamatan Nambo...................................................................................19
4.5 Sarana Kesehatan yang di Siapkan Bagi Warga Kecamatan Nambo................................................19
4.6 Waktu Kerja dan Peran Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kecamatan
Nambo......................................................................................................................................................20
4.7 Kondisi Pendidikan Kecamatan Nambo dalam Menunjang Pembangunannya.................................20
BAB V
PENUTUP....................................................................................................................................................22
5.1 Kesimpulan........................................................................................................................................22
5.2 Saran..................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................22
LAMPIRAN..................................................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep yang menekankan pada
pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai- nilai
masyarakat. Konsep ini mencerminkan paradigma baru yang menekankan pada peran serta
masyarakat kesinambungan serta fokus pembangunan pada manusia. Konsep pemberdayaan
masyarakat sebagai salah satu alternatif pembangunan yang merubah paradigma pendekatan
nasional menjadi pendekatan yang lebih partisipatif. Sebagai suatu usaha, pembangunan
merupakan tindakan aktif yang harus dilakukan oleh setiap daerah dalam rangka
meningkatkan pendapatan. Dengan demikian, sangat dibutuhkan peran serta masyarakat,
pemerintah, dan semua elemen yang terdapat dalam suatu daerah untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembangunan. Hal ini dilakukan karena kenaikan pendapatan mencerminkan
perbaikan dalam kesejahteraan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat
yang karena ketidakmampuannya baik karena faktor internal maupun eksternal.
Pemberdayaan diharapkan mampu mengubah tatanan hidup masyarakat kearah yang lebih
baik, sebagaimana cita-cita bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil, demokratis,
sejahtera dan maju.
Pemberdayaan adalah suatu kegiatan yang berkesinambungan, dinamis, secara
sinergis mendorong keterlibatan semua potensi yang ada secara evolutif, dengan keterlibatan
semua potensi. Dengan cara ini akan memungkinkan terbentuknya masyarakat madani yang
majemuk, penuh keseimbangan kewajiban dan hak saling menghormati tanpa ada yang
merasa asing dalam komunitasnya (Suhendra, 2006: 75).
Pemberdayaan masyarakat kini telah menjadi agenda penting pemerintah, terutama
sebagai kelanjutan dari kegagalan konsep pembangunan masa lalu. Tidak hanya pemerintah,
tapi dunia usaha juga memiliki program pemberdayaan masyarakat sebagai bentuk tanggung
jawab sosial mereka terhadap masyarakat, (Corporat Social Responsibility/CSR). Namun hal
ini seringkali bertentangan dengan kenyataan dilapangan. Program pemberdayaan kurang
mengena sasaran, karena sering dilakukan secara charity, ditambah lagi program
pemberdayaan malah menguras dan “memperdayai” rakyat. Sehingga praktek korupsi
semakin merajalela, yang kaya semakin berkuasa, yang miskin semakin tidak berdaya.
Pengentasan kemiskinan hakikatnya adalah mengubah perilaku, yang dimulai dari
mengubah mindset individu dan masyarakat. Pengentasan kemiskinan hanya dapat dilakukan
melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Masyarakat didorong untuk memiliki kemampuan
sesuai potensi dan kebutuhannya untuk berdiri tegak di atas kakinya sendiri, memiliki daya
saing, serta mandiri, melalui berbagai kegiatan pemberdayaan.
Untuk itu pemberdayaan tidak lepas dari perencanaan. Keberhasilan atau kegagalan
suatu perencanaan terletak pada strateginya. Strategi digunakan agar tujuan pemberdayaan
masyarakat tercapai, yaitu keberdayaan dalam menjalani kehidupan. Seperti yang
dikemukakan oleh Chandler, strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi
sumber daya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak wisata pantai nambo terhadap perekonomian masyarakat
di Kecamatan Nambo?
2. Bagaimana dampak aktivitas pelabuhan container terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Nambo?
3. Bagaimana sistem produksi sumber daya perikanan di Kecamatan Nambo?
4. Bagaimana kondisi sosial budaya di Kecamatan Nambo?
5. Bagaimana Kecamatan Nambo menyiapkan sarana kesehatan bagi warga
sekitar?
6. Bagaimana waktu kerja dan peran istri nelayan dalam meningkatkan ekonomi
keluarga di Kecamatan Nambo?
7. Bagaimana kondisi pendidikan Kecamatan Nambo dalam menunjang
pembangunannya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum:

Laporan ini dibuat dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui mengenai
Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam Menunjang Pembangunan
di Kecamatan Nambo Kota Kendari.
2. Tujuan Khusus:

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Komunikasi


Pembangunan Oleh Ibu Astin,S.Ip.,M,Si.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan atau dalam bahasa inggris disebut dengan empowerment merupakan
sebuah konsep yang muncul pada akhir tahun 70-an di daerah Eropa dan terus berkembang
hingga saat ini. Ife menyebutkan bahwa pada awal mulanya, konsep pemberdayaan mengacu
kepada sebuah upaya pemberian wewenang, tanggungjawab dan kepercayaan kepada setiap
individu masyarakat agar dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik (Ife, 2020).
Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Ife, Chambers mendefinisikan
pemberdayaan sebagai sebuah konsep yang digunakan dalam pembangunan ekonomi yang
didalamnya juga mengandung nilai-nilai sosial. Pendapat ini kemudian berkembang pada
pemaknaan yang lebih luas, dimana pemberdayaan bukan hanya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar atau mencegah kemiskinan, akan tetapi juga dilakukan untuk merencanakan
masa depan yang lebih baik, sehingga stabilitas ekonomi dan sosial dapat berlangsung dengan
berkelanjutan (Chambers, 2014).
Adapun Theresia menyebutkan bahwa konsep pemberdayaan dapat mendukung
terciptanya kemandirian dalam masyarakat, baik secara sosial maupun secara ekonomi.
Pemberdayaan masyarakat juga dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup
bagi tiap-tiap individu masyarakat, serta meningkatkan kualitas lingkungan sekitar.
Selanjutnya, Theresia juga mengkategorikan pemberdayaan masyarakat kedalam beberapa
aspek, antara lain yaitu kegiatan peningkatan prakarsa dan swadaya masyarakat, perbaikan
lingkungan, serta kegiatan peningkatan kemampuan masyarakat (Theresia, 2015).
Hurairah dalam Risky menyebutkan bahwa tujuan dari pemberdayaan masyarakat
dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas kehidupan yang berdasarkan pada potensi atau
kekuatan masyarakat itu sendiri (Pusut, Kimbal & Mamentu, M, 2017). Sejalan dengan apa
yang disampaikan oleh Hurairah, Fahrudin juga menyebutkan bahwa pemberdayaan
masyarakat dilaksanakan dengan cara melakukan optimalisasi terhadap sumber daya dan
potensi masyarakat. Selanjutnya, Sedarmayanti juga memaknai pemberdayaan masyarakat
adalah bentuk upaya untuk menciptakan masyarakat yang mandiri (Fahrudin, 2012).
Nadhifa dalam tulisannya juga menyebutkan bahwa pemberdayaan yang baik adalah
pemberdayaan yang berorientasi pada pengembangan potensi dan kapasitas sumberdaya
manusia, sehingga individu masyarakat memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dan
mencukupi kebutuhannya, tanpa harus bergantung kepada orang lain secara terus menerus
(Nadhifa, 2017).
Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat juga sangat erat kaitannya dengan
dilibatkannya masyarakat disemua tahapan program, mulai dari perencanaan hingga
pertanggungjawaban. Seperti yang dusampaikan oleh Usman, pemberdayaan masyarakat
adalah salah satu prinsip yang berperan penting dalam suatu pembangunan.
Dikatakan demikian, karena pemberdayaan masyarakat dianggap sebagai upaya
untuk meningkatkan partisipasi masyarakat disemua aspek pembangunan didalam
masyarakat. Hal ini juga searah dengan apa yang dikemukakan oleh Wirutomo, bahwa tujuan
utama dari pemberdayaan masyarakat tidak lain adalah untuk menumbuhkan kesadaran dan
tanggungjawab masyarakat terhadap pembangunan yang dilaksanakan.
Pemberdayaan masyarakat pada umumnya juga memiliki tujuan yang sama, yaitu
untuk memperbaiki maupun meningkatkan kondisi perekonomian dan kesejahteraan
masyarakat. Pada program pemberdayaan, masyarakat bukan hanya dilatih untuk
meningkatkan kapasitas dirinya, akan tetapi juga dilatih agar dapat memanfaatkan potensi
sumber daya yang ada disekitarnya, sehingga dapat bermanfaat ataupun memiliki nilai jual.
2.2 Aspek dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Soemodiningrat dalam tulisannya mengatakan bahwa pemberdayaan memiliki 3
indikator, yaitu enabling, empowering dan protecting.
a. Enabling
Enabling bermakna menciptakan iklim atau suasana yang mendukung
masyarakat untuk mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada fakta
bahwa setiap individu memiliki potensi, akan tetapi karena tidak adanya motivasi
atau karena adanya keterbatasan dalam diri individu, sehingga potensi yang ada
tidak dapat berkembang. Oleh karena itu, dengan diciptakannya iklim yang
mendukung, maka masyarakat dapat mengembangkan potensinya secara
maksimal.
b. Empowering
Empowering berarti memperkuat daya tarik atau potensi yang ada
dimasyarakat. Penguatan potensi ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang
melibatkan sumber daya (input) serta dengan memanfaatkan berbagai macam
peluang yang ada. Empowering pada umumnya difokuskan pada beberapa bidang
pokok, seperti pendidikan, kesehatan, pembangunan sarana prasarana, teknologi
informasi dan komunikasi, serta dalam berbagai bentuk layanan dasar yang
dibutuhkan oleh masyarakat.
c. Protecting
Protecting bermakna memberikan perlindungan serta melakukan
pembelaan alam rangka pemenuhan kepentingan masyarakat minoritas atau
lemah. Dalam konteks ini, maka nilai-nilai demokrasi merupakan nilai yang
sangat penting untuk 30 dilaksanakan, karena masyarakat mioritas atau lemah
umumnya tidak diberikan kesempatan untuk terlibat didalam pengambilan
keputusan.
Dengan demikian, adanya protecting dapat menjamin bahwa semua masyarakat baik
mayoritas maupun minoritas dalam terlibat dan berkontribusi secara aktif didalam proses
perencanaan, pengambilan keputusan, maupun pada tahapantahapan lainnya. Hal ini juga
mendukung agar tidak terjadi diskriminasi atau kesenjangan sosial (Soemodiningrat, 2007).
Keberhasilan suatu pemberdayaan juga dapat diukur dengan berbagai indikator yang
telah ditetapkan. Adanya indikator juga dapat menjadi pedoman agar pelaksanaan
pemberdayaan menjadi lebih fokus dan tepat sasaran. Menurut Suharto, keberhasilan suatu
pemberdayaan sangat erat kaitannya dengan ekonomi, kesejahteraan dan politis. Ketiga aspek
ini kemudian dikaitkan dengan empat dimensi kekuasaan, yaitu kekuasaan atas (power over),
kekuasaan didalam (power within), dan kekuasaan depan (power with, kekuasaan untuk
(power to) (Suharto, 2006)).
Berdasarkan ketiga aspek dan keempat dimensi kekuasaan tersebut, maka terdapat 5
indikator yang menjadi tolak ukur keberhasilan program pemberdayaan yang dilaksanakan
oleh masyarakat, antara lain yaitu:
1. Kebebasan mobilitas: bermakna bahwa seorang individu masyarakat dapat
bebas untuk bergerak kemanapun yang ia inginkan tanpa adanya larangan
atau pembatasan dari orang lain.
2. Bebas dari dominasi: yaitu bebas untuk melakukan apapun yang ia inginkan
tanpa adanya dominasi atau paksaan dari orang lain.
3. Terlibat dalam pengambilan keputusan: karena setiap orang memiliki
kedudukan yang sama dimata hukum, maka setiap orang juga berhak untuk
menyampaikan aspirasinya dan terlibat secara langsung dalam pengambilan
keputusan tanpa harus diwakilkan oleh orang lain.
4. Sadar hukum dan politik: seorang individu yang sudah berdaya dan memiliki
kapasitas yang baik tentu memiliki kesadaran untuk ptuh terhadap hukum
yang berlaku dan secara sadar mampu untuk bertanggungjawab terhadap
sanksi atau hukuman atas pelanggaran hukum yang dilakukan. Adapun secara
politik, maka setiap individu juga memiliki kebebasan untuk terlibat didalam
kontestasi politik yang ada dengan menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi.
5. Adanya jaminan ekonomi: setiap individu masyarakat yang telah berhasil
memberdayakan dirinya akan mampu untuk memenuhi kebutuhannya, mulai
dari kebutuhan dasar yang bersifat ekonomi, maupun kebutuhan lain sesuai
dengan kemampuannya. Apabila seorang individu masih belum mampu untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dan/atau masih bergantung terhadap orang
lain, maka hal ini menunjukkan bahwa pemberdayaan yang telah dilakukan
belum dilaksanakan secara optimal atau bahkan gagal (Suharto, 2006).
2.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat
Suatu pemberdayaan masyarakat tentu memiliki beberapa tahapan atau proses yang
memiliki tujuan agar pemberdayaan yang dilakukan telah direncanakan dengan matang
sehingga memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi. Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh
Zubaedi, tujuan utama dari pengembangan masyarakat adalah terealisasinya program
pemberdayaan masyarakat dan terbentuknya masyarakat yang mandiri.
Menurut Adi, maka tahapan dalam proses pengembangan masyarakat yaitu sebagai
berikut:
a. Tahapan Persiapan
Ada dua hal yang harus dipersiapkan pada tahapan ini, yaitu petugas dan
lapangan. Persiapan petugas dimaksudkan agar petugas yang diberi
tanggungjawab untuk melaksanakan pemberdayaan adalah orang yang
berkompeten dan sesuai dengan bidangnya.
Adapun persiapan lapangan yaitu berkaitan dengan tempat, subjek dan
objek yang akan dijadikan sebagai sasaran dalam pelaksanaan pemberdayaan.
Apakah suatu daerah dan masyarakatnya patut untuk diberdayakan. Persiapan
lapangan 33 juga disertai dengan adanya perizinan yang diberikan oleh obejk
sasaran kepada petugas, sehingga pemberdayaan dapat dilaksanakan atas
dasar persetujuan kedua belah pihak.
b. Tahapan Pengkajian
Tahapan ini berfokus untuk menelaah dan mengkaji permasalahan apa
yang tengah dihadapi oleh masyarakat, atau adakah kebutuhan masyarakat
yang belum terpenuhi karena ketidakmampuan atau keterbatasan masyarakat.
pada tahapan ini, maka dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam
mengutarakan pendapatnya, sehingga petugas dapat menyusun perencanaan
sesuai dengan skala prioritasnya.
c. Tahapan perencanaan alternatif kegiatan
Apabila skala priotas telah ditetapkan, maka petugas akan melibatkan
masyarakat untuk merumuskan beberapa alternatif solusi baik berbentuk
kebijakan, program, kegiatan ataupun bentuk solusi alternatif lainnya yang
selanjutnya dapat dijadikan sebagai jalan keluar atas permasalahan yang
tengah terjadi.
d. Tahapan formulasi rencana aksi
Pada tahapan ini, maka alternatif solusi yang telah dirumuskan
sebelumnya mulai disiapkan untuk dilaksanakan, baik dari segi sumber daya,
anggaran, petugas pelaksana, bentuk pelaksanaannya, serta hal-hal lain yang
diperlukan selama pelaksanaan pemberdayaan. Pada tahapan ini, seluruh
pihak yang terlibat baik petugas maupun masyarakat juga bersama- 34 sama.
Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan cara mencapai tujuan tersebut
e. Tahapan implementasi kegiatan
Pada tahapan ini maka alternatif yang telah direncanakan dan dipersiapkan
sebelumnya dilaksanakan. Pada tahapan ini juga dibutuhkan komunikasi,
koordinasi dan kerjasama yang baik antar seluruh pihak yang terlibat. Dengan
tersedianya sumber daya yang memadai dilengkapi dengan kerjasama yang
baik, maka dapat meningkatkan peluang keberhasilan pelaksanaan program.
f. Tahapan evaluasi
Tahapan ini merupakan sebuah proses pengawasan yang melibatkan
masyarakat dan staf selama pelaksanaan kegiatan berlangsung. Pada tahapan
ini, maka akan dilakukan penilaian apakah pemberdayaan yang dilaksanakan
telah tepat sasaran, telah mencapai tujuan, atau mengalami kegagalan karena
beberapa hambatan.
Apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa pemberdayaan telah
dilaksanakan dengan baik, maka hal ini dapat menjadi auan atau pedoman
bagi pemberdayaan yang lainnya. Begitu pula sebaliknya, apabila
pemberdayaan yang dilaksanakan gagal, maka akan dicari solusi atas
permasalahan yang terjadi sehingga hambatan yang sama tidak terulang pada
program pemberdayaan di masa yang akan datang.
g. Tahapan terminasi
Tahapan terminasi merupakan tahapan akhir dimana petugas akan
“melepaskan diri” dari masyarakat. Hal ini dilakukan karena petugas menilai
bahwa masyarakat sudah mampu secara mandiri untuk memberdayakan
potensi dan sumber daya yang ada secara optimal dan mampu untuk
memenuhi kebutuhannya. Meskipun petugas tidak lagi terlibat secara
langsung pada kegiatan masyarakat di masa depan, akan tetapi petugas tetap
bertanggungjawab untuk melakukan pegawasan atau pemantauan secara
berkala untuk memastikan bahwa masyarakat dapat menjalankan
kehidupannya dengan baik dan sejahtera (RI, 2013).
2.4 Opini Publik
Noelle-Neumann mendefenisikan opini publik adalah sikap atau tingkah laku yang
ditunjukkan seseorang kepada khalayak jika ia tidak ingin dirinya terisolasi; dalam hal
kontroversial, opini publik adalah sikap yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak tanpa
harus membahayakan dirinya sendiri yaitu berupa pengucilan (dalam Morissan, 2008: 72).
Untuk mengembangkan opini publik yang positif terhadap suatu badan publik harus diberi
peneranganpenerangan yang lengkap dan objektif mengenai kegiatan-kegiatan yang
menyangkut kepentingan mereka, sehingga dengan demikian akan timbul pengertian
daripadanya. Selain dari pendapat-pendapat dan saran dari publik mengenai kebijaksanaan
badan itu harus diperhatikan dan dihargai.
Menurut Emory Begardus opini publik adalah hasil pengintegrasian pendapat
berdasarkan diskusi yang dilakukan didalam masyarakat demokratis. Opini publik bukan
merupakan seluruh jumlah pendapat individu-individu yang dikumpulkan, dengan demikian
berarti:
a. Opini publik itu bukanmerupakan kata sepakat (senstemimig, unanimous).
b. Tidak merupakan jumlah pendapat yang dihitung secara “numerical”
yakni berapa jumlah orang terdapat dimasing-masing pihak, sehingga
mayoritas opini dapat disebut opini publik.
c. Opini publik hanya dapat berkembang dinegara-negara demokratis dimana
terdapat kebebasan bagi tiap individu untuk menyatakan pendapatnya
dengan lisan, tertulis, gambar-gambar, isyarat dan lambang-lambang
lainnya yang dapat dimengerti (dalam Abdurrachman, 2001: 51-52).

Kebebasan menyatakan opini pengembangannya dimasyarakat tidak akan lepas dari


sistem pers yang dianut oleh masyarakat itu sendiri. Dinegaranegara demokratis terdapat
“freedom of the pers”, sehingga opini yang dinyatakan publik dapat dikembangkan atau
disebarluaskan dengan melalui pers (termasuk radio, film dan televisi bahkan fotografi).
William Albig mengemukakan bahwa opini publik adalah hasi daripada interaksi
antara individu-individu dalam kelompok apa saja. Ini berarti bahwa opini publik itu timbul
karena adanya interaksi antara individu-individu yang menyatakan pendapatnya (dalam
Abdurrachman, 2001: 51)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan melakukan
praktik lapangan, penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan, dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data dari Tokoh
Masyarakat di Kecamatan Nambo, jurnal, dan beberapa kajian pustaka yang relevan.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan praktik lapangan untuk menjadi
bahan pertimbangan dan tambahan pengetahuan untuk penulis mengenai lingkup
penulisannya.
2. Untuk melakukan pembahasan analisis data-data yang diperoleh, diperlukan data dari
praktik lapangan dan referensi yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan agar data
dapat dikembangkan guna mencapai kesimpulan dan saran.

3.2 Pengolahan Data dan Informasi


Data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data, kemudian diolah
dengan menggunakan metode analisis deskriptif.

3.3 Analisis
Aspek-aspek yang di analisis yaitu bagaimana tokoh-tokoh masyarakat memberikan
tanggapannya tentang Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat dalam
Menunjang Pembangunan di Kecamatan Nambo Kota Kendari.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Dampak Wisata Pantai Nambo Terhadap Perekonomian Masyarakat di Kecamatan Nambo
Berdasarkan temuan data di lokasi Pantai Nambo Kota Kendari yang terpilih dalam
praktek lapangan ini ternyata ada 19 kepala keluarga sebagai responden dari jenis usaha yang
berhubungan erat dengan objek wisata. Praktek lapangan ini mengambil responden yang
memiliki usaha di sekitar objek wisata tersebut. Bidang usaha tersebut terdiri dari kios,
gazebo, penyewaan ban, tikar, penyewaan WC, air bilas, warung makan dan penginapan.
Untuk masing-masing usaha membandingkan keadaan responden sebelum dan sesudah
pengembangan objek wisata.
Sumber penghidupan masyarakat di Kecamatan Nambo sebelum pengembangan
obyek wisata pantai pada umumnya adalah nelayan. Sektor perikanan dan kelautan jenis
komoditi yang diusahakan berupa ikan dan kepiting, sementara dari sektor pertanian jenis
komoditi yang dihasilkan adalah singkong.
Menurut data saat wawancara dengan RT 8 Kecamatan Nambo sebagian besar
responden bergerak di perikanan dan kelautan (nelayan) yakni sebanyak 7 kepala keluarga
atau 36,84 persen, menyusul responden yang memiliki pekerjaan pokok sebagai pedagang
sebanyak 4 kepala keluarga atau 21,05 persen, selanjutnya yang memiliki pekerjaan pokok
sebagai tukang ojek/kayu/batu sebanyak 3 kepala keluarga atau 15,79 persen, yang memiliki
pekerjaan pokok sebagai PNS sebanyak 2 kepala keluarga atau 10,53 persen, yang memiliki
pekerjaan pokok sebagai petani 2 kepala keluarga atau 10,53 persen dan terakhir yang
memiliki pekerjaan pokok sebagai petani sebanyak 1 kepala keluarga atau 5,26 persen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kehidupan perekonomian responden dilihat dari
pekerjaan pokoknya masih relatif kurang baik. Sebab untuk menjadi nelayan hasil yang
diperoleh masih bekum begitu optimal. Karena para nelayan masih kekurangan sarana
penangkapan ikan dan kepiting masih banyak nelayan yang menggunakan alat tangkap
tradisional yang tentu saja pendapatan mereka hanya mampu untuk memenuhi kebutuhan
sendiri, disamping itu untuk melakukan penangkapan ikan dan kepiting tergantung musim.
4.2 Dampak Aktivitas Pelabuhan Container Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Kecamatan
Nambo
Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang
menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun
antara orang perorangan atau kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial
dimulai pada saat itu, mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau banhkan
mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial
(Gillin dan Gillin dalam Soekanto, 1982), dimana nelayan kecil digolongkan ke dalam
perikanan skala kecil yang dianggap banyak berkontribusi pada ekonomi masyarakat
(Mansur, Muazzin, Yani, & Sulaiman, 2017).
Interaksi sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hubungan sosial yang
terjadi di masyarakat Kecamatan Nambo dan juga interaksi sosial yang terjadi antara buruh di
pelabuhan. Berikut adalah pendapat Informan masyarakat Kecamatan Nambo komengenai
interaksi sosial:
“adanya pembangunan pelabuhan ini bagi saya tidak berpengaruh bagi masyarakat
disini, karena kami disini tetap melakukan kegiatan dimasyarakat seperti biasanya dan
gotong royongnya masyarakat disini itu masih sangat bagus (Ketua RT 5,2022)”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yang mengatakan bahwa :
“interaksi atau gotong-royong masyarakat kelurahan bungkutoko ini masih sangat
erats, kegitan-kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti dan acara-acara pernikahan atau
ada kedukaan,kami masyarakat disini saling bantu-membantu. (Ketua RT 8, 2022).”
Berdasarkan hasil wawancara dengan Informan bahwa adanya pelabuhan container
tidak mengurangi tingkat sosial antara warga masyarakat, masyarakat tetap melakukan
kegiatan kemasyarakatan seperti biasanya dimana masyarakat saling membantu antara warga
satu sama lain, masyarakat di Kecamatan Nambo tidak menghilangkan kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan juga tidak mengurangi rasa gotong royong antar warga. Selain rasa
gotong royong yang masih sangat erat, masyarakat yang tinggal di Kecamatan Nambo juga
merasa aman dari pengaruh obat-obatan dan juga minuman keras dan juga konflik antara
masyarakat tidak pernah terjadi. Jadi adanya Pelabuhan Container di Kecamatan Nambo tidak
mengubah perilaku masyarakat menjadi buruk.
Selain interaksi yang terjadi antara masyarakat Kecamatan Nambo, interaksi sosial
juga terjadi pada buruh yang ada dipelabuhan, dimana para buruh yang ada di pelabuhan
saling bekerja sama dengan baik dalam melaksanakan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan
container, dalam dunia kerja interksi sosial sangat diperlukan agar pekerjaan yang dilakukan
dapat bejalan dengan baik sesuai dengan apa yang diarahakan. Senada dengan pendapat
Gerungan (2010), bahwa interaksi sosial merupakan hubungan sosial dua atau lebih individu
yang memiliki perilaku berasal dari satu pengaruh individu, perubahan atau meningkatkan
perilaku individu lain atau sebaliknya. Berikut pendapat Informan Buruh mengenai interaksi
sosial yang terjalin di pelabuhan:
“Interaksi antara buruh disini sangat baik dalam hal kerja sama dalam
melaksanakan aktivitas bongkar muat dipelabuhan, kami saling memabntu satu sama lain (A,
2022)”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yang mengatakan bahwa :
“Hubungan antara buruh dipelabuhan ini baik, meskipun kami berasal dari daerah
berbeda dan suku yang berbeda kami tetap saling menghargai sesama buruh di pelabuhan ini
(A, 2022)”
Berdasarkan hasil wawancara dengan warga sekitar menyatakan bahwa interaksi
sosial yang terjalin sangat baik terutama dalam melaksanakan kegiatan bongkar muat di
pelabuhan, karena pada saat melakukan aktivitas bongkar muat sangat membutuhkan
kerjasama yang baik antar buruh agar kegiatan bongkar muat bejalan dengan baik dan tidak
terjadi kendala-kendala dalam proses bongkar muat tersebut.
4.3 Sistem Produksi Sumber Daya Perikanan di Kecamatan Nambo
Sistem produksi perikanan di Kecamatan Nambo meliputi hasil dari kegiatan
usaha yang dilakukan oleh pembudidaya, nelayan dan pengolah selama 1 siklus produksi,
sehingga menghasilkan nilai produksi dan produktifitas hasil perikanan. Sistem usaha
budidaya meliputi usaha pembesaran ikan kuwe di Kecamatan Nambo dilakukan di wadah
keramba jaring tancap. Tahapan pembesaran ikan kuwe keramba jaring tancap sebagai
berikut:
1. Persiapan Wadah KJT
Kontruksi untuk membuat keramba menggunakan bambu yang
ditancapkan ke dasar perairan laut. Bambu sebagai kerangka waring dibuat
sehingga membentuk petak keramba, kemudian waring diikatkan ke bambu
dan bagian bawah waring diikatkan pemberat sehingga waring sampai ke dasar
laut atau sesuai dengan kedalaman yang diinginkan. Ukuran 1 unit keramba
tancap 4 m x 6 m. Tinggi waring sebagai tempat pembesaran ikan kuwe
mengalami tahap perkembangan dimana pada awalnya menggunakan waring
yang tingginya sekitar 1 m dari permukaan air, ternyata hal ini menyebabkan
ikan bisa lepas bila terjadi pasang. Sehingga untuk menghindari hal tersebut
dibuat tinggi waring mencapai 2 m di atas permukaan perairan laut. Daya tahan
waring tempat pembesaran ikan kuwe bisa mencapai 1 tahun, sehingga setiap 1
tahun dilakukan pergantian dan perbaikan kondisi. Keramba Jaring Tancap
secara keseluruhan. Perbaikan yang berskala kecil dilakukan juga seperti
perbaikan waring yang robek dan ikatan bambu yang sudah tidak kuat apabila
dianggap perlu.
2. Penebaran Benih
Benih ikan kuwe yang ditebar oleh pembudidaya diperoleh dari Pantai Nambo.
Penebaran benih dilakukan pada pagi hari untuk mencegah stress pada ikan
yang diakibatkan peningkatan suhu. Ikan kuwe yang ditebar berukuran 6-8 cm.
Sebelum ikan ditebar dilakukan aklimatisasi suhu dan pengukuran salinitas
perairan laut dengan cara menempatkan ikan kuwe ke dalam satu wadah/
baskom yang diisi dengan air laut.
3. Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan selama 10- 12 bulan untuk mencapai ukuran
konsumsi atau 1-1,5 kg/ekor. Selain memakan pakan alami, ikan diberi pakan
(ikan rucah) 2 kali sehari tanpa dilakukan pemberian pakan buatan seperti
pakan pellet,
4. Pemberantasan Hama
Hama yang sering mengganggu yaitu munculnya tiram dan kerang
kerangan yang melekat pada jaring sehingga dapat menimbulkan kerusakan
pada jaring yang dapat menyebabkan ikan lolos atau keluar dari wadah
keramba tersebut. Penanggulangan hama yang dilakukan oleh pembudidaya
yaitu jika terjadi air laut surut dan ketinggian air mulai berkurang dilakukan
pengecekan jaring dalam 1 bulan 2 kali agar dapat mengetahui munculnya
hama tersebut sehingga dapat dilakukan pembuangan atau pembersihan pada
jaring.
5. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah ikan dipelihara selama 10-12 bulan. Pemanenan
dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari air laut surut, pemanenan
dilakukan oleh 2 tenaga kerja dengan cara panen total yaitu mengangkat jaring
tersebut dengan cara mengeliling hingga ikan dapat berkumpul kemudian
dimasukkan ke dalam ember. Ikan yang dipanen langsung ditempatkan di
blong / basket yang diberikan balok es yang bertujuan teap menjaga kualitas
dan mutu ikan, biasanya menghabiskan 2 – 5 balok es.
Usaha penangkapan ikan juga banyak terdapat di Kecamatan Nambo, yaitu
penangkapan one day fishing, dalam melakukan penangkapan dilakukan menggunakan
perahu bermesin dengan alat tangkap yang digunakan yaitu pancing ulur dan pancing rawe.
Adapun tahapan pada proses penangkapan ikan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan alat tangkap dan kapal Persiapan alat tangkap dan kapal yang
dilakukan sebelum berangkat melaut seperti memperbaiki pancing dan
menyiapkan umpannya, memeriksa adanya kebocoran atau memperbaiki
kapal dan mengecek mesin.
2. Persiapan input produksi Persiapan input produksi yaitu mengisi bahan
bakar untuk mesin berupa bensin premium, menyiapkan es. Dalam sekali
trip melaut menghabiskan 10 – 15 bensin premium sesuai jarak tempuh
melaut dan untuk es menghabiskan 1 balok es.
3. Setting alat tangkap Proses setting alat tangkap dilakukan di daerah yang
telah direncakanan seperti daerah kendari dan buton dengan alokasi waktu
dari tebar pancing hingga penarikkan pancing ± 3 jam.
4. Penanganan Hasil (Haulling) Penanganan hasil dilakukan setelah penarikan
pancing. Kegiatan ini meliputi sortir hasil tangkapan dan penyimpanan hasil
tangkapan pada box menggunakan es. Penanganan hasil ini dilakukan untuk
menjaga kualitas dan mutu ikan.
Dari hasil wawancara dengan informan di Kecamatan Nambo menyatakan bahwa
mayoritas masyarakatnya memnafaatkan sumber daya perikanan dan terus melakukan sistem
produksi sehingga harga ikan pada daerah Kecamatan Nambo sangat terjangkau.
4.4 Kondisi Sosial Budaya di Kecamatan Nambo
Berdasarkan data wawancara pada RT Kecamatan Nambo, kehidupan sosial dan
budaya masyarakat terousat di wilayah kerja Puskesmas Nambo, dimana mata pencaharian
terbesar penduduk adalah petani/nelayan (62 %) pedagang/industri (11 %). Selebihnya adalah
PNS/ABRI (9 %), dan sisanya buruh, sopir dan pekerja lainnya (18 %).
Masyarakat terdiri dari berbagai macam suku, seperti suku Bugis, Muna, Tolaki,
Buton, Jawa, Bajo dan Makassar. Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam. Agama
lain yang dianut adalah Kristen, Katolik dan Hindu.
4.5 Sarana Kesehatan yang di Siapkan Bagi Warga Kecamatan Nambo
Untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sangat
dibutuhkan fasilitas kesehatan. Adapun fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Nambo
adalah sarana kesehatan berupa :
a. Puskesmas Induk yang merupakan puskesmas rawat jalan yang berlokasi di jalan
poros Nambo - Moramo, Kelurahan Nambo Kecamatan Nambo Kota Kendari
yang terdiri dari : Ruang Kepala Puskesmas, Ruang UGD, Ruang Tata Usaha,
Ruang Loket Kartu/pendaftaran, ruang Poli Umum, Ruang Poli Gigi, Ruang
KIA, Ruang Farmasi, Gudang Obat, Ruang Gizi, Imunisasi, Ruang TB, Ruang
Promkes, Kesling, P2M, Ruang laboratorium, Aula, Ruang persalinan.
b. Puskesmas Pembantu yang terdiri dari 4 buah yaitu di Kelurahan sambuli,
Nambo, Petoaha dan Tondonggeu.
c. Posyandu balita yang terdiri dari :
1) Posyandu Merpati Keluaran Petoaha
2) Posyandu Kasih Ibu Kelurahan Petoaha
3) Posyandu Gaya Baru Kelurahan Petoaha
4) Posyandu Delima Kelurahan Nambo
5) Posyandu Wekoila Kelurahan Nambo
6) Posyandu Kasih Ibu Kelurahan Sambuli
7) Posyandu , putra Harapan KelurahanSsambuli
8) Posyandu Harapan Bunda Kelurahan Tondonggeu
9) Posyandu Nelayan Kelurahan Bungkutoko
10) Posyandu Padamg Pasir Kelurahan Bungkutoko
11) Posyandu Pokadulu Kelurahan Bungkutoko
d. Posyandu lansia yang terdiri dari 7 Posyandu
4.6 Waktu Kerja dan Peran Istri Nelayan dalam Meningkatkan Ekonomi Keluarga di Kecamatan
Nambo
Alokasi waktu kerja adalah proporsi kerja yang dilakukan tenaga kerja baik untuk
rumaht angga, sosial maupun untuk urusan mencari nafkah, yang dianalisis melalui nilai
waktu dan dihitung dengan melihat banyaknya waktu yang dicurahkan (Chamdi dalam Roni,
2016). Alokasi waktu kerja adalah seberapa banyak waktu yang dicurahkan atau diberikan
oleh responden terhadap kegiatan yang dilakukannya.
Kontribusi pendapatan istri nelayan adalah besarnya sumbangan pendapatan istri
nelayan yang berasal dari usaha menjual ikan terhadap total pendapatan keluarga yang
dihitung dalam persen (%). Kontribusi pendapatan istri nelayan, terhadap pemenuhan
kebutuhan rumahtangga secara umum cukup besar. Zen (2009) menyatakan bahwa upaya
untuk meningkatkan pendapatan dapat dilakukan dengan melibatkan anggota keluarga
terutama istri nelayan untuk mencari nafkah didalam kegiatan perikanan dan diluar kegiatan
perikanan. Adanya campur tangan istri nelayan dalam pemenuhan kebutuhan hidup maka
akan dapat membantu mengurangi kesulitan ekonomi keluarga apabila pendapatan suami
lebih rendah pada saat musim paceklik.
Menurut RT Kecamatan Nambo saat kami melakukan sesi wawancara, setiap istri
nelayan tetap melakukan tugasnya sebagai ibu rumah tangga dengan baik tetapi untuk
membantu perekonomian keluarga yang hanya berpatok pada hasil melaut sementara saat ini
para nelayan memilih untuk tidak turun ke laut dikarenakan kencangnya ombak. Para istri
nelayan memilih untuk membuka kios atau usaha kecil-kecilan di sekitar pantai Nambo untuk
tetap mendapatkan pendapatan sekalipun suaminya tidak melaut.
4.7 Kondisi Pendidikan Kecamatan Nambo dalam Menunjang Pembangunannya
Saat melakukan sesi wawancara dengan para RT Kecamatan Nambo kami
mendapatkan informasi mengenai pendidikan terakhir warga Nambo. Pendidikan terakhir
warga adalah SMA bahkan sangat jarang ada warga sekitar yang hanya lulusan SD sekalipun
menjadi nelayan.
Untuk menunjang sistem pembangunan di Pantai Nambo, RT Kecamatan Nambo
menyatakan dibutuhkan lulusan-lulusan perguruan tinggi agar pembangunan di Nambo dapat
berjalan dan dimanfaatkan dengan semestinya. Saat sesi wawancara, RT Kecamatan Nambo
mengatakan bahwa untuk PNS saja warga lokal sangat terbatas.
Pendidikan di Kecamatan Nambo sudah memadai dimana mayoritas masyarakatnya
berhasil menngenyam pendidikan hingga ke tahan SMA dibanding daerah-daerah lain yang
mayoritas penduduknya tidak sekolah bahkan hanya lulusan SD.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) menjadi isu utama dalam
program dan orientasi pembangunan nasional pada saat ini. Kegiatan peningkatan sarana jalan
diupayakan melibatkan masyarakat secara aktif melalui pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah komitmen dalam memberdayakan masyarakat lapis bawah
sehingga mereka memiliki berbagai pilihan nyata yang menyangkut masa depannya.
Banyaknya tahapan dalam penyusunan anggaran di desa menjadikan alasaan
perlunya pemberdayaan kepada masyarakat dalam perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban anggaran yang perlu pendampingan (advokasi). Advokasi adalah aksi
strategis yang ditujukan untuk menciptakan kebijakan publik yang bermanfaat bagi
masyarakat atau mencegah munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.
Kebutuhan pemberdayaan masyarakat saat ini adalah meratanya sistem pendidikan
seperti di Kecamatan Nambo sekalipun pendidikannya merata pada tingkat SMA tapi untuk
pemberdayaan masyarakat dibutuhkan adanya masyarakat yang mengenyam pendidikan
tinggi.
5.2 Saran
Kegiatan praktik lapangan sangat dibutuhkan untuk menghimbau sejauh mana proses
pemberdayaan masyarakat di desa sekitar utamanya Kecamatan Nambo. Dalam
pemberdayaannya masyarakat nambo perlu meningkatkan wawasan dan pengetahuannya
sehingga dapat mengembangkan sumber dayanya dengan tepat dan meningkatkan ekonomi
warganya.
DAFTAR PUSTAKA
https://eprints.umk.ac.id, diakses pukul 17.15 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://repository.ubb.ac.id, diakses pukul 17.35 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://repository.uin-suska.ac.id, diakses pukul 17.48 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://jpmi.journals.id, diakses pukul 18.15 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://jiikpp.uho.ac.id, diakses pukul 18.21 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://jppik.id, diakses pukul 18.26 Wita pada tanggal 27 Desember 2022
https://garuda.kemdikbud.go.id, diakses pukul 18.35 Wita pada tanggal 27 desember 2022
LAMPIRAN
Dokumentasi Praktek Lapangan
1) Wawancara dengan RT 8
2) Wawancara dengan RT 5

Keterangan:
Tidak sempat dokumentasi foto dengan RT 5 dikarenakan beliau ada keperluan dan
setelah wawancara selesai beliau langsung ke tempat tujuan.
3) Dokumentasi Wisata Pantai Nambo

Anda mungkin juga menyukai