Anda di halaman 1dari 16

UGAS MAKALAH Komunikasi Verbal dan Non Verbal

TUGAS MAKALAH Komunikasi Verbal dan Non Verbal

NAMA :SILAS GIBAN


NIM : 14 403 012
JURUSAN : KOMUNIKASI

UNIVERSITASINDONESIA TIMUR
(UIT) MAKASSAR
2015
DAFTAR ISI
I SAMPUL
II. PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
III. KAJIAN PUSTAKA
1. Komunikasi Verbal
2. Pengertian Komunikasi Verbal
3. Fungsi Bahasa sebagai Bentuk Komunikasi Verbal
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal
5. Komunikasi Non verbal
6. Pengertian Komunikasi Nonverbal
7. Fungsi Komunikasi Nonverbal
8. Klasifikasi Komunikasi Non Verbal
9. Gaya Komunikasi non Verbal
10. Perbedaan Antara Komunikasi Verbal dan Komunikasi Nonverbal
IV. ANALISIS
I. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
V. KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
II. Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial. Mereka hanya dapat hidup berkembang
dan berperan sebagai manusia dengan berhubungan dan bekerja sama
dengan manusia lain. Salah satu cara terpenting untuk berhubungan
dan bekerja sama dengan manusia adalah komunikasi.
Komunikasi merupakan salah satu aspek terpenting dan kompleks bagi
kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi yang
dilakukannya dengan manusia lain, baik yang sudah dikenal maupun
yang tidak dikenal sama sekali. Komunikasi memiliki peran yang sangat
vital bagi kehidupan manusia, karena itu kita harus memberikan
perhatian yang seksama terhadap komunikasi.
Setiap orang selalu berupaya memahami setiap peristiwa yang
dialaminya. Orang memberikan makna terhadap apa yang terjadi di
dalam dirinya sendiri atau lingkungan sekitarnya. Terkadang makna
yang diberikan itu sangat jelas dan mudah dipahami orang lain, namun
terkadang makna itu buram, tidak dapat dipahami dan bahkan
bertentangan dengan makna sebelumnya. Dengan memahami
komunikasi maka orang dapat menafsirkan peristiwa secara lebih
fleksibel dan bermanfaat.
Komunikasi verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi
yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis
(written) atau lisan (oral). Komunikasi verbal menempati porsi besar.
Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah
disampaikan secara verbal ketimbang non verbal. Dengan harapan,
komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih mudah
memahami pesan-pesan yang disampaikan. Contoh : komunikasi verbal
melalui lisan dapat dilakukan dengan menggunakan media, contoh
seseorang yang bercakap-cakap melalui telepon. Sedangkan
komunikasi verbal melalui tulisan dilakukan dengan secara tidak
langsung antara komunikator dengan komunikan. Proses penyampaian
informasi dilakukan dengan menggunakan berupa media surat, lukisan,
gambar, grafik dan lain-lain.
Komunikasi non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi
penting. Banyak komunikasi verbal tidak efektif hanya karena
komunikatornya tidak menggunakan komunikasi non verbal dengan baik
dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non verbal, orang bisa
mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang
berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen
dan berbagai macam perasaan lainnya. Kaitannya dengan dunia bisnis,
komunikasi non verbal bisa membantu komunikator untuk lebih
memperkuat pesan yang disampaikan sekaligus memahami reaksi
komunikan saat menerima pesan.Bentuk komunikasi non verbal sendiri
di antaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-
simbol, pakaian seragam, warna dan intonasi suara.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Komunikasi Verbal
Pengertian Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol
verbal, baik secara lisan maupun tertulis. Komunikasi verbal adalah
semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir
semua rangsangan bicara yang kita sadari termasuk kedalam kategori
pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar
untuk berhubungan dengan orang lain secara verbal.
Komunikasi verbal ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut :
ü Disampaikan secara lisan / bicara atau tulisan
ü Proses komunikasi eksplisit dan cenderung dua arah
ü Kualitas proses komunikasi seringkali ditentukan oleh komunikasi non
verbal (Herlina, tanpa tahun)
Fungsi bahasa sebagai Bentuk Komunikasi Verbal
Bahasa dianggap sebagai suatu sistem kode verbal. Bahasa
didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan alunan untuk
mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan
dipahami suatu komunitas (Herlina, Tanpa tahun).
Menurut Larry Barker (Mulyana, 243) bahasa memiliki 3 fungsi sebagai
berikut:
1. Penamaan (naming/labeling)
Penamaan merupakan fungsi bahasa yang mendasar. Penamaan atau
penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau
orang yang menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam
berkomunikasi
2. Interaksi
Fungsi interaksi merujuk pada berbagai gagasan dan emosi yang dapat
mengunadang simpati pengertian ataupun kemarahan dan kebingugan
3. Transmisi Informasi
Yang dimaksud dengan fungsi transmisi informasi adalah bahwa bahasa
merupakan media untuk menyampaikan informasi kepada orang lain.
Bahasa merupakan media transmisi informasi yang bersifat lintas waktu,
artinya melalui bahasa dapat disampaikan informasi yang
menghubungkan masa lali, masa kini, masa depan sehingga
memungkinkan adanya kesinambungan budaya dan tradisi.
Dari keseluruhan komunikasi yang kita lakuakan, ternyata komunikasi
verbal hanya memiliki porsi 35 %, sisanya adalah komunikasi nonverbal.
Dengan porsi demikian pun, bahasa masih memiliki keterbatasan yaitu:
1) Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
Kata-kata adlah kategori untuk menunjuk pada objek tertetu . Tidak
semua kata tersedia untuk menunjuk pada objek.
2) Kata-kata bersifat ambigu dan konstektual
Dikatakan bersifat ambigu karena kata-kata merepresentasikan persepsi
dan interprestasi orang-orang yang berbeda.
3) Adanya pencampuradukan fakta dan penafsiran.
Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta, penafsiran dan
penilaian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kelancaran Komunikasi Verbal
1) Faktor Intellegensi
Orang yang memiliki intellegensi yang tinggi biasanya memiliki banyak
pembendaharaan kata dibandingkan orang yang memiliki intellegensi
rendah.
2) Faktor budaya
Setiap budaya memiliki bahasa yang berbeda-beda. Seperti di Indonesia
yang memiliki keragaman suku. Suku Sunda, Batak memiliki bahasanya
masing-masing.
3) Faktor Pengetahuan
Orang yang memiliki pengetahuan banyak akan mendorong yang
bersangkutan untuk berbicara lancar dengan pembendaharaan kata
yang banyak
4) Faktor Kepribadian
Orang memiliki sifat pemalu, atau pendiam biasanya sedikit berbicara
pada orang lain disebabkan tidak terbiasa berkomunikasi.
5) Faktor Biologis
Adanya kelainan sehingga mengganggu saat berbicara.
6) Faktor Pengalaman
Orang yangbanyak berkomunikasi baik berbicara dengan orang lain,
individu atau massa, akan dapat berbicara secara lancar.
Komunikasi Nonverbal
Pengertian Komunikasi Nonverbal
Beberapa pengertian dan pendapat Komunikasi nonverbal dari
beberapa ahli diantaranya :
Menurut Edward Sapir, Komunikasi nonverbal adalah sebuah kode yang
luas yang ditulis tidak di mana pun juga, diketahui oleh tidak seorang
pun dan dimengerti oleh semua (an elaborate code that is written
nowhere, known to none, and understood by all).
Molandro dan Barker yang dikutip dari Ilya Sunarwinadi: komunikasi
antar budaya memberikan batasan-batasannya sebagai berikut :
1) Komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata.
2) Komunikasi nonverbal terjadi bila individu berkomunikasi tanpa
menggunakan suara
3) Komunikasi nonverbal adalah setiap hal yang dilakukan oleh
seseorang yang diberi makna oleh orang lain
4) Komunikasi nonverbal adalah studi mengenai ekspresi wajah,
sentuhan, waktu, gerak, isyarat, bau, perilaku mata dan lain-lain.
Adapun ciri-ciri komunikasi nonverbal diantaranya :
ü Disampaikan dengan menggunakan isyarat (gesture), gerak-gerik
(movement), postur/lipologi, pembahasa, kinesic/sentuhan, penampilan
fisik, ruang, jarak, waktu, consumer product dan artefak
ü Proses komunikasi implisit dan dapat terjadi dua arah maupun satu
arah
ü Kualitas proses komunikasi tergantung pada pemahaman terhadap
persepsi orang lain
Fungsi Komunikasi Nonverbal
Fungsi pesan nonverbal dalam hubungannya dengan pesan verbal
menurut Mark L. Knapp (1972: 9-12) dalam (Herlina Tanpa tahun) ada
lima, yaitu:
1. Repitisi, yaitu mengulang kembali pesan yang disampaikan secara
verbal
2. Subtitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal
3. Kontradiksi, yaitu menolak pesan verbal atau memberikan makna lain
terhadap pesan verbal
4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna nonverbal.
5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal menggaris bawahinya.
Komunikasi ini sangat penting, namun memiliki hambatan. Diantara
hambatan tersebut yaitu:
1. Hambatan konsepsi atau pemahaman
Dalam berkomunikasi sangat penting bagi kebermaknaan suatu
komunikasi. Keslahpahaman ini bisa terjadi jika:
1. Komunikasi nonverbal bersifat insting, dan tidak dipelajari
2. Adanya keyakinan bahwa fenomena nonverbal seperti ekspresi wajah,
postur tubuh
3. Banyaknya gerak isyarat yang digunakan dalam komunikasi
membuatnya sulit untuk dipelajari secara praktis dalam hubungannya
dengan perilaku manusia.
4. Hambatan sejarah
Cara pergerakan dalam pengucapan bahasa dianggap perlu dilakukan
menarik perhatian audience, bukan sebagai pelengkap dan penguat
pesan yang disampaikan.
3. Hambatan metodologi
Diperlukan peralatan yang mahal untuk mempelajari komunikasi
nonverbal.
Klasifikasi Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal belum memiliki kesepakatan yang sama yang
dipegang teguh oleh para ahli, namun menurut Duncan komunikasi non
verbal dibagi jadi 6 jenis, yakni:
1. Kinesik atau gerak tubuh
2. Paralinguistic atau suara
3. Proksemik atau penggunaan jarak dan ruang sosial
4. Olfaksi atau penciuman
5. Sentitifitas kulit
6. Artifaktual seperti pakaian dan kosmetik
Gaya Komunikasi non Verbal
Ada beberapa gaya dan tingkah laku yang dilakukan pada saat
seseorang berkomunikasi secara tidak langsung atau non verbal,
diantaranya adalah
1. Gaya Afiliatif
Gaya afiliatik adalah gaya yang sifatnya ramah, hangat, bersahabat.
Apabila ada kontak fisik biasanya dilakukan dengan beberapa kontak
tubuh tertentu seperti kontak mata, tersenyum, nada ramah dalam
suara, dan percakapan dalam personal topic.
2. Teknik-teknik Dominan
Banyak orang-orang menggunakan teknik ini dalam komunikasi secara
tidak sadar. Ada yang menghindar agar tidak dapat dikuasai orang lain,
namun ada juga yang harus mampu untuk mendominasi atau
mengendalikan komunikasi tersebut, contohnya Dosen.
3. Pola-pola umum yang lain dalam interaksi
Ada sejumlah gaya-gaya umum yang merupakan kombinasi-kombinasi
selaras dari sinyal-sinyal verbal dan non verbal yang berbeda-beda,
misalnya: dependent, submissive dan versus dominant, percaya diri
sendiri dan yakin versus ragu-ragu, depresi versus gembira.
Perbedaan Antara Komunikasi Verbal dan Komunikasi
Nonverbal
Untuk memahami dengan lebih jelas antara komunikasi verbal dan non
verbal, kita dapat melihat tabel mengenai tipe-tipe komunikasi berikut ini
Komunikasi
Vokal Nonvokal
Bahasa Lisan Bahasa Tertulis
Komunikasi verbal
(spoken words) (written words)
Isyarat (gesture)
Nada Suara (tone of
gerakan (movement)
voice). desah (sighs),
Komunikasi penampilan
jeritan (screams),
nonverbal (appearance),
kualitas vokal (vocal
ekspresi wajah (facial
quality)
expression)
Komunikasi verbal dan nonverbal merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan, dalam arti. kedua bahasa tersebut bekerja bersama-
sama untuk menciptakan suatu makna. Namun, keduanya juga memiliki
perbedaan- perbedaan. Dalam pemikiran Don Stacks dan kawan-kawan,
ada tiga perbedaan utama di antara keduanya yaitu kesengajaan pesan
(the intentionality of the message), tingkat simbolisme dalam tindakan
atau pesan (the degree of symbolism in the act or message), dan
pemrosesan mekanisme (processing mechanism). Kita mencoba untuk
menguraikannya satu per satu. (Anonim, Tanpa tahun) :
a. Kesengajaan (intentinolity) Satu perbedaan utama antara komunikasi
verbal dan nonverbal adalah persepsi mengenai niat (intent).
Pada umumnya niat ini menjadi lebih penting ketika kita membicarakan
lambang atau kode verbal. Michael Burgoon dan Michael Ruffner
menegaskan bahwa sebuah pesan verbal adalah komunikasi kalau
pesan tersebut
1) dikirimkan oleh sumber dengan sengaja dan
2) diterima oleh penerima secara sengaja pula
Komunikasi nonverbal tidak banyak dibatasi oleh niat. atau intent
tersebut. Persepsi sederhana mengenai niat ini oleh seorang penerima
sudah cukup dipertimbangkan menjadi komunikasi nonverbal. Sebab,
komunikasi nonverbal cenderung kurang dilakukan dengan sengaja dan
kurang halus apabila dibandingkan dengan komunikasi verbal. Selain
itu, komunikasi nonverbal mengarah pada norma-norma yang berlaku,
sementara niat atau intent tidak terdefinisikan dengan jelas. Misalnya,
norma-norma untuk penampilan fisik. Kita semua berpakaian, namun
berapa Bering kita dengan sengaja berpakaian untuk sebuah situasi
tertentu? Berapa kali seorang teman memberi komentar terhadap
penampilan kita? Persepsi receiver mengenai niat ini sudah cukup untuk
memenuhi persyaratan guna mendefinisikan komunikasi nonverbal.
1. Perbedaan perbedaan simbolik (symbolic differences)
Kadang-kadang niat atau intent ini dapat dipahami karena beberapa
dampak simbolik dari komunikasi kita. Misalnya, memakai pakaian
dengan warna atau model tertentu, mungkin akan dipahami sebagai
suatu `pesan’ oleh orang lain (misalnya berpakaian dengan warna hitam
akan diberi makna sebagai ungkapan ikut berduka cita).
Komunikasi verbal dengan sifat-sifatnya merupakan sebuah bentuk
komunikasi yang diantarai (mediated form of communication). Dalam arti
kita mencoba mengambil kesimpulan terhadap makna apa yang
diterapkan pada suatu pilihan kata. Kata-kata yang kita gunakan adalah
abstraksi yang telah disepakati maknanya, sehingga komunikasi verbal
bersifat intensional dan harus ‘dibagi’ (shared) di antara orang-orang
yang terlibat dalam tindak komunikasi. Sebaliknya, komunikasi
nonverbal lebih alami, isi beroperasi sebagai norma dan perilaku yang
didasarkan pada norma. Mehrabian menjelaskan bahwa komunikasi
verbal dipandang lebih eksplisit dibanding bahasa nonverbal yang
bersifat implisit. Artinya, isyarat-isyarat verbal dapat didefinisikan melalui
sebuah kamus yang eksplisit dan lewat aturan-aturan sintaksis (kalimat),
namun hanya ada penjelasan yang samar-samar dan informal mengenai
signifikansi beragam perilaku nonverbal.
Mengakhiri bahasan mengenai perbedaan simbolik ini, kita mencoba
untuk melihat ketidaksamaan antara tanda (sign) dengan lambang
(symbol). Tanda adalah sebuah representasi alami dari suatu kejadian
atau tindakan. la adalah apa yang kita lihat atau rasakan. Sedangkan
lambang merupakan sesuatu yang ditempatkan pada sesuatu yang lain.
Lambang merepresentasikan tanda melalui abstraksi. Contoh, tanda dari
sebuah kursi adalah kursi itu sendiri, sedangkan lambang adalah
bagaimana kita menjelaskan kursi tersebut melalui abstraksi. Dengan
perkataan lain, apa yang secara fisik menarik bagi kita adalah tanda
(sign) dan bagaimana menciptakan perbedaan yang berubah-ubah
untuk menunjukkan derajat ketertarikan tersebut adalah lambang
(symbol). Komunikasi verbal lebih spesifik dari bahasa nonverbal, dalam
arti is dapat dipakai untuk membedakan hal-hal yang sama dalam
sebuah cara yang berubah-ubah, sedangkan bahasa nonverbal lebih
mengarah pada reaksi-reaksi alami seperti perasaan atau emosi.
c. Mekanisme pemrosesan (processing mechanism)
Perbedaan ketiga antara komunikasi verbal dan nonverbal berkaitan
dengan bagaimana kita memproses informasi. Semua informasi
termasuk komunikasi diproses melalui otak, kemudian otak kita
menafsirkan informasi ini lewat pikiran yang berfungsi mengendalikan
perilaku- perilaku fisiologis (refleks) dan sosiologis (perilaku yang
dipelajari dan perilaku sosial).
Satu perbedaan utama dalam pemrosesan adalah dalam tipe informasi
pada setiap belahan otak. Secara tipikal, belahan otak sebelah kiri
adalah tipe informasi yang lebih tidak berkesinambungan dan berubah-
ubah, sementara belahan otak sebelah kanan, tipe informasinya Iebih
berkesinambungan dan alami (pada uraian di bawah, Malandro dan
Barker juga menjelaskan mengenai hal ini).
Berdasarkan pada perbedaan tersebut, pesan-pesan verbal dan
nonverbal berbeda dalam konteks struktur pesannya. Komunikasi
nonverbal kurang terstruktur. Aturan-aturan yang ada ketika kita
berkomunikasi secara nonverbal adalah lebih sederhana dibanding
komunikasi verbal yang mempersyaratkan aturan-aturan tata bahasa
dan sintaksis. Komunikasi nonverbal secara tipikal diekspresikan pada
saat tindak komunikasi berlangsung. Tidak seperti komunikasi verbal,
bahasa nonverbal tidak bisa mengekspresikan peristiwa komunikasi di
masa lalu atau masa mendatang. Selain itu, komunikasi nonverbal
mempersyaratkan sebuah pemahaman mengenai konteks di mana
interaksi tersebut terjadi, sebaliknya komunikasi verbal justru
menciptakan konteks tersebut.
Perbedaan lain tentang komunikasi verbal dan nonverbal dapat dilihat
dari dimensi-dimensi yang dimiliki keduanya. Gagasan ini dicetuskan
oleh Malandro dan Barker seperti yang dikutip dalam buku Komunikasi
Antar Budaya tulisan Dra. Ilya Sunarwinadi, M.A.:
1. Struktur >< Nonstruktur
Komunikasi verbal sangat terstruktur dan mempunyai hukum atau
aturan-aturan tata bahasa. Dalam komunikasi nonverbal hampir tidak
ada atau tidak ada sama sekali struktur formal yang mengarahkan
komunikasi. Kebanyakan komunikasi nonverbal terjadi secara tidak
disadari, tanpa urut-urutan kejadian, yang dapat diramalkan
sebelumnya. Tanpa pola yang jelas, perilaku nonverbal yang sama
dapat memberi arti yang berbeda pada saat yang berlainan.
1. Linguistik >< Nonlinguistik
Linguistik adalah ilmu yang mempelajari anal usul, struktur, sejarah,
variasi regional dan ciri-ciri fonetik dari bahasa. Dengan kata lain,
linguistik mempelajari macam-macam segi bahasa verbal, yaitu suatu
sistem dari lambang-lambang yang sudah diatur pemberian maknanya.
Sebaliknya. pada komunikasi nonverbal, karena tidak adanya struktur
khusus, maka sulit untuk memberi makna pada lambang. Belum ada
sistem bahasa nonverbal yang didokumentasikan, walaupun ada usaha
untuk memberikan arti khusus pada ekspresi-ekspresi wajah tertentu.
Beberapa teori mungkin akan memberikan pengecualian pada bahasa
kaum tuna-rungu yang berlaku universal, sekalipun ada juga lambang-
lambangnya yang bersifat unik.
1. Sinambung (continuous) >< Tidak Sinambung
(discontinuous) Komunikasi nonverbal dianggap bersifat sinambung,
sementara komunikasi verbal didasarkan pada unit-unit yang terputus-
putus. Komunikasi nonverbal baru berhenti bila orang yang terlibat di
dalamnya meninggalkan suatu tempat. Tetapi selama tubuh, wajah dan
kehadiran kita masih dapat dipersepsikan oleh orang lain atau diri kita
sendiri, berarti komunikasi nonverbal dapat terjadi. Tidak sama halnya
dengan kata-kata dan simbol dalam komunikasi verbal yang mempunyai
titik awal dan akhir yang pasti.
1. Dipelajari ><Didapat
secara Ilmiah Jarang sekali individu yang diajarkan cara untuk
berkomunikasi secara nonverbal. Biasanya is hanya mengamati dan
mengalaminya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa manusia lahir
dengan naluri-naluri dasar nonverbal. Sebaliknya komunikasi verbal
adalah sesuatu yang harus dipelajari.
1. Pemrosesan dalam Bagian Otak sebelah Kiri >< Pemrosesan dalam
Bagian Otak sebelah Kanan
Pendekatan neurofisiologik melihat perbedaan dalam pemrosesan
stimuli verbal dan nonverbal pada diri manusia. Pendekatan ini
menjelaskan bagaimana kebanyakan stimuli nonverbal diproses dalam
bagian otak
BAB III
ANALISIS
Peranan Opinion Leader Dalam Menunjang Program Bersih Eceng
Gondok Danau Tondano), bermaksud untuk mengetahui bagaimana
proses komunikasi yang dilakukan opinion leader dalam mengajak
masyarakat untuk mendukung dan berpartisipasi dalam program bersih
eceng gondok tersebut, bentuk-bentuk komunikasi yang dilakukan
opinion leader serta pendekatan-pendekatan komunikasi yang dilakukan
opinion leader untuk berpatisipas dalam program tersebut. dengan
melibatkan 9 (sembilan) orang responden yaitu para opinion leader
antara lain pemuka masyarakat dari berbagai latar belakang, pemuka
adat, tokoh agama, tokoh pemuda, PNS, guru dll.Rumusan masalah
penelitian ini adalah bagaimana Peranan Opinion Leader Dalam
Menunjang Program Bersih Eceng Gondok Danau Tondano.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada, maka yang
dapat disimpulkan dalam penelitian ini sehubungan dengan Peranan
Opinion Leader Dalam Menunjang Program Bersih Eceng Gondok
Danau Tondano adalah sebagai berikut :
(1). Secara keseluruhan peranan opinion leader dalam meningkatkan
partisispasi masyarakat dalam menunjang program eceng gondok
disimpulkan cukup baik.
(2). Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menunjang
program bersih eceng gondok opinion leader menggunakan verbal
communications dan menggunakan non verbal communications.
(3). Peranan opinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
juga dilakukan melalui pendekatan komuniksi kelompok antara lain
Journal “Acta Diurna” Vol. I. No.I. Th. 2013 melalui kelompok pemuda,
sekolah ,agama dan nelayan.
(4). Komunikasi persuasif menjadi cara yang paling sering
digunakanopinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat
guna menunjang program bersih eceng gondok danau tondano tersebut.
Pemerintah kabupaten minahasa juga sangat tertarik meningkatkan
potensi dibidang pariwisata, salah satunya adalah danau
tondano.Potensi danau tondano selain potensi wisata, juga merupakan
potensi perikanan air tawar, karena danau tondano menjadi sandaran
hidup masyarakat sekitar danau tersebut.
Namun dalam realisasinya pemerintah kabupaten minahasa
mendapatkan masalah yang cukup serius terkait dengan potensi wisata
danau tondano yang sudah mulai terancam dengan adanya eceng
gondok di kawasan danau tondano tersebut. Berbagai upaya telah
dilakukan oleh pemerintah minahasa untuk mengantisipasi eceng
gondok tersebut.Namun setelah dievaluasi masih perlu ditingkatkan
peran serta dan partisipasi dari berbagai pihak baik pemerintah,
masyarakat dan stakeholder.
Eceng Gondok menjadi permasalahan serius dikarenakan tumbuhan ini
sangat menganggu kelangsungan ikan yang ada di danau tersebut. Ikan
atau pun hewan yang ada didanau tondano mulai hilang ataupun mati,
karena tidak mendapatkan tempat hidup yang luas, disebabkan eceng
gondok telah merajalela di danau tondano. Adanya eceng gondok di
danau tondano tersebut mempengaruhi mata pencaharian masyarakat
yang ada disekitar danau tersebut, Journal “Acta Diurna” Vol. I. No.I. Th.
2013 karena pekerjaan mencari ikan di danau menjadi agak berkurang.
Melihat kompleksnya permasalahan eceng gondok ini, diperlukan cara
yang cepat untuk menanggulangi permasalahan eceng gondok tersebut.
Pihak pemerintah kabupaten minahasa sangat respons dengan masalah
eceng gondok ini. Melalui pencanangan program bersih eceng gondok
oleh bupati Minahasa sehingga pada setiap jumat seluruh staff dan
jajaran pemerintah kabupaten Minahasa turun langsung ke danau
tondano untuk membersihkan eceng gondok tersebut.Namun pada
akhirnya program ini juga harus didukung oleh masyarakat minahasa
lebih khusus masyarakat yang berada di sekitar danau tersebut.
Permasalahannya juga timbul pada bagaimana mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi aktif dalam program bersih eceng gondok tersebut.
Salah satu cara yang perlu ditingkatkan berkaitan dengan
membangkitkan kesadaran masyarakat akan daerah alam sekitar
adalah dengan meningkatkan peran opinion leader yang ada didesa-
desa sekitar danau tondano tersebut. Peran opinion leader dirasa
penting dalam membantu mensukseskan program yang telah
dicanangkan Bupati Minahasa.Hal ini dirasa penting karena opinion
leader itu terdiri dari toko-toko masyarakat dan dianggap penting
sebagai pola anutan masyarakat dalam membantu menyuseskan
program bersih eceng gondok karena dalam program tersebut masih
membutuhkan partisipasi dari masyarakat.
Opinion Leader
Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi
tindakan atau sikap dari orang-orang lain, baik mereka orang sedang
mencari- cari informasi (opinion seeker) atau yang sekedar menerima
informasi secara pasif (opinion recipient).
Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dari model alir dua tahap
adalah menekankan pada studi tentang opinion leader dan opinion
leadership. (Wiryanto 2000;65).
Opinion leader merupakan sumber informasi atau opini, sedangkan
followers sebagai penerima – penerima informasi atau opini(receivers).
Beberapa opinion leaders mengawali alir komunikasi dengan mencari
penerima – penerima untuk pesan-pesan mereka.Opinion ini diistilahkan
dengan opinion giving. Sebaliknya opinion leaders yang lain dicari oleh
followers mereka, yang disebut opinion seeking.
Partisipasi Masyarakat
Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah
pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis,
partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang
kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya.
Menurut Ach. Wazir Ws., et al. (1999: 29) partisipasi bisa diartikan
sebagai keterlibatan seseorang secara sadar ke dalam interaksi sosial
dalam situasi tertentu. Dengan pengertian itu, seseorang bisa
berpartisipasi bila ia menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok,
melalui berbagai proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai,
tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggungjawab bersama.
Dapatlah disimpulkan dari beberapa definisi tentang partisipasi dan
masyarakat adalah berupa keikutsertaan secara sukarela oleh
masyarakat baik secara individu maupun kelompok dalam sebuah
kegiatan atau program yang telah ditetapkan oleh lembaga/organisasi
baik pemerinta maupun swasta.
Peranan Opinion Leader dalam meningkatkan partisipasi masyrakat
untuk menunjang program bersih eceng gondok Danau Tondano.
Terdapat beberapa peran yang dilakukan opinion leader, menurut Wells
dan Prensky setidaknya ada 3 peran opinion leader dalam
mempengaruhi proses pengambilan keputusan yaitu :Authority Figure, di
sini opinion leader berperan sebagai pemberi informasi, anjuran atau
pengalaman pribadinya dengan tujuan untuk membantu konsumen
memuaskan keinginannya. Orang-orang yang termasukauthority
figure adalah keluarga, teman dan relasi.
Dari hasil penelitian mengenai indikator ini dapatlah ditarik sebuah
kesimpulan bahwa komunikasi secara langsung atau verbal komunikasi
merupakan cara yang paling sering digunakan oleh opinion leader
dalam mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam membersihkan
danau Tondano dari eceng gondok tersebut. Cara berkomunikasi secara
langsung tersebut sangat lah tepat digunakan dalam situasi apapun
baik, bertemu secara kelompok ataupun antara opinion leader dengan
individu-individu masyarakat yang ada didesa Telap Kecamatan Eris
tersebut.
Salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dari model alir dua tahap
adalah menekankan pada studi tentang opinion leader dan opinion
leadership. (Wiryanto 2000;65). Orang – orang tertentu ini didefinisikan
sebagai opinion leader (diterjemahkan sebagai pemimpin pendapat atau
pemuka masyarakat).
Opinion leader merupakan sumber informasi atau opini,
sedangkanfollowers sebagai penerima – penerima informasi atau opini
(receivers). Beberapa opinion leaders mengawali alir komunikasi
dengan mencari penerima – penerima untuk pesan-pesan
mereka.Opinion ini diistilahkan dengan opinion giving.
Sebaliknya opinion leaders yang lain dicari oleh followers mereka, yang
disebut opinion seeking.
Hasil yang signifikan adalah pada pendekatan komunikasi melalui
kelompok tani dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
program bersih eceng gondok tersebut kurang digunakan karena kurang
respons dari petani yang menggangap danau tondano bukan lahan
mata pencaharian mereka.
Secara keseluruhan hasil penelitian mengenai proses komunikasi yang
terjadi dalam komunikasi kelompok tersebut adalah secara verbal
seperti yang dinyatakan pada hasil penelitian sebelumnya, kemudian
tolak ukur komunikasi kelompok selalu digunakan olehopinion
leader dalam memberikan penyampaian program bersih eceng gondok
ini adalah dengan melihat seringnya opinion leader tersebut
memberikan penyampaian program ini di kelompok-kelompok
organisasi/swadaya masyarakat misalnya di kelompok pemuda karang
taruna, gereja, nelayan, kelompok tani dan lain-lain. Tentunya opinion
leader tersebut memberikan penyampaian tersebut sesuai dengan
waktu dan kesempatan yang diberikan kepadanya. Intensitas
pertemuannya adalah paling sering 1 minggu sekali.
Hal yang sama dilakukan oleh opinion leader dengan melakukan
pendekatan komunikasi dengan kelompok tani, yang dilakukan pada
saat di kebun dan juga dibalai desa, sementara untuk intensitas
pertemuan adalah paling banyak adalah 1 x seminggu.
Model Komunikasi dalam Penyuluhan di Indonesia
Proses penyuluhan yang terjadi menggunakan pendekatan kelompok
formal. Kelompok formal disni merupakan suatu kelompok yang sengaja
dibentuk untuk pelaksanaan dan realisasi tugas tertentu, yang anggota-
anggotanya diangkat dan dilegitimasi oleh suatu badan atau organisasi
terutama pihak desa. Kondisi ini menyebabkan model pernyuluhan yang
sampai saat ini berkembang di Indonesia menggunakan model
komunikasi kelompok.
Proses komunikasi yang digunakan dalam komunikasi kelompok adalah
model model S-M-C-R-E (source/
sumber, message/pesan,channel/saluran, receiver/penerima, effect/pen
garuh). Model ini berhubungan erat dengan elemen-elemen difusi yang
terdiri dari inventor, inovasi, saluran, anggota dalam sistem sosial dan
konsekuensi. Model komunikasi S-M-C-R-E yang digunakan menganut
model Shannon dan Weaver. Model ini menggambarkan proses linier
yang satu arah dalam suatu proses komunikasi.
Model Komunikasi Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa
sumber informasi menghasilkan suatu pesan untuk dikomunikasikan dari
seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter)
mengubah pesan menjadi suatu sinyal yang sesuai dengan saluran
yang digunakan. Dalam percakapan, sumber informasi adalah otak,
transmiternya adalah mekanisme yang menghasilkan sinyal (kata-kata
yang terucap) yang ditransmisikan lewat udara sebagai saluran.
Penerima (receiver), yakni mekanisme pendengaran, melakukan operasi
yang sebaliknya yang dilakukan transmitter dengan merekonstruksi
pesan dari sinyal, sasaran adalah otak yang akan menjadi tujuan pesan
itu.
Konsep penting dalam model ini adalah adanya gangguan (noise), yakni
setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki yang dapat
menganggu kecermatan pesan yang disampaikan. Gangguan ini bisa
merupakan interferensi statis atau suatu panggilan telepon, musik atau
sirine di luar rumah. Gangguan tersebut selalu ada dalam saluran
bersama pesan yang diterima oleh penerima. Kelemahan model ini
adalah bahwa model ini memberikan gambaran yang parsial mengenai
proses komunikasi, komunikasi dipandang sebagai fenomena yang
statis dan satu arah, sehingga tidak ada konsep umpan balik.
Dalam perkembangan berikutnya proses komunikasi ini mengalami
perubahan dengan munculnya umpan balik.
Model komunikasi ini meskipun sudah lebih baik, namun masih
menyisakan kendala bagi proses transformasi, Kendala utama prose
komunikasi model terletak pada masih digunakannya model pendekatan
kelompok. Model pendekatan kelompok terutama terlihat dari model
ceramah dalam pertemuan kelompok, kunjungan kelompok dan
pembuatan demonstrasi .
Akibat yang kemudian timbul adalah munculnya kesenjangan diantara
anggota kelompok dalam tranformasi teknologi karena heterogenitas
karakter anggota kelompok yang tinggi. Semakin heterogen kelompok
maka akansemakin lebar kesenjangan tranformasi.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Peran opinion leader adalah:
 Secara keseluruhan peranan opinion leader dalam meningkatkan
partisispasi masyarakat dalam menunjang program eceng gondok
disimpulkan cukup baik.
 Dalam meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menunjang
program bersih eceng gondok opinion leader menggunakan verbal
communications dan tidak menggunakan non verbal communications
 Peranan opinion leader dalam meningkatkan partisipasi
masyarakat juga dilakukan melalui pendekatan komuniksi kelompok
antara lain melalui kelompok pemuda, sekolah ,agama dan nelayan.
 Komunikasi persuasif menjadi cara yang paling sering digunakan
opinion leader dalam meningkatkan partisipasi masyarakat guna
menunjang program bersih eceng gondok danau tondano tersebut.
 Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang
kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi
maupun adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan lingkungan
bisnis yang ada sehingga organisasi bisa tetap survive bahkan meraih
keunggulan kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu
dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar
organisasi, organisasi dapat memperoleh informasi-informasi
yangdibutuhkan.

Saran
 Peran opinion leader perlu ditingkatkan melalui peran media
massa atau menggunakan media modern seperti internet, facebook,
twitter, email, sms dan lain sebagainya.
 Intensitas komunikasi dalam mengajak masyarakat yang dilakukan
oleh opinion leader perlu ditingkatkan dengan selalu melakukan
pendekatan ajakan dalam waktu setiap minggu. Agar supaya partisipasi
masyarakat lebih cepat ditingkatkan dalam menunjang program bersih
eceng gondok tersebut

http://silashendri.blogspot.co.id/2015/05/tugas-makalah-komunikasi-verbal-dan-
non.html

Anda mungkin juga menyukai