OLEH
KELOMPOK II
KUPANG
2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Maksud dan Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Tokoh yang Terkait dengan Komunikasi Nonverbal
B. Pengertian Komunikasi Nonverbal
C. Peran Budaya Terhadap Komunikasi Nonverbal
D. Pendekatan Teori Komuninkasi Nonverbal
E. Bentuk – Bentuk Komunikasi Nonverbal
BAB III KESIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
i
komunikasi nonverbal pulalah, kartun atau ada beberapa acara tv yang kita
saksikan bisa lebih kita pahami maksudnya.
B. Rumusan Masalah
1. Siapa saja tokoh-tokoh yang terkait dengan komunikasi nonverbal?
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal?
3. Apa peran/pengaruh budaya terhadap komunikasi nonverbal?
4. Pendekatan teori apa saja yang digunakan komunikasi nonverbal?
5. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi nonverbal?
C. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan penulis membuat makalah ini, yaitu :
1. Agar mahasiswa mengetahui siapa-siapa saja yang terkait mengenai
komunikasi nonverbal
2. Agar mahasiswa memahami apa itu komunikasi nonverbal
3. Agar mahasiwa memahami pengaruh budaya terhadap komunikasi
nonverbal
4. Agar mahasiswa memahami pendekatan teori yang digunakan
komunikasi nonverbal
5. Agar mahasiswa memahami bentuk-bentuk komunikasi nonverbal
i
BAB II
PEMBAHASAN
i
3. Cireco
Cireco dengan karyanya “Pronuntiatio” atau cara berpidato dengan
manfaatkan elemen-elemen nonverbal (public speaking).
4. Bruces Perry
Bruces Perry menyatakan bahwa komunikasi antarmanusia itu
dimulai ketika kata-kata sudah tidak bermakna lagi. Jadi komunikasi
dimulai dengan memandang, bergoyang, membelai, mencium, dan
bersenandung dan komunikasi nonverbal adalah inti dari semua
bahasa. Manusia memiliki kapasitas otak yang luar biasa untuk
membuat bunyi dan bertindak sebagai representasi simbolis dari hal-
hal lain. Mereka mampu membuat ribuan bahasa kompleks dengan
jutaan kata unik. Apabila bahasa tidak berkembang dalam konteks
hubungan yang penuh perhatian, kita kehilangan keindahan dan makna
yang dapat disampaikan kata-kata. Bagi setiap bayi yang baru lahir,
sewaktu mendengar bahasa yang diulang-ulang dalam suatu hubungan,
timbullah pendorong bagi organisasi saraf yang akan memungkinkan
anak itu mengembangkan kemampuan berbahasa yang kompleks,
kesanggupan untuk memahami dan berkomunikasi menggunakan kata-
kata. Proses pembelajaran ini memerlukan bahwa bahasa berasal dari
komunikasi sosial — emosional.
5. Gilbert Austin
Gilbert Austin dengan studi tentang gerakan-gerakan badan yang
dihubungkan dengan bahasa, yang disebut sebagai “Elocutionary
System”(seni deklamasi).
i
kebanyakan ahli setuju bahwa hal-hal berikut mesti dimasukkan seperti
isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur, gerakan tubuh, sentuhan,
pakaian, artefak, diam, ruang, waktu dan suara.
i
menggunakan pinggul, mata, dan bahkan dengan cara mereka
menggerakkan bibir mereka.
i
D. Pendekatan Teori Komunikasi Nonverbal
Permulaan dari studi komunikasi nonverbal modern
seringkali diidentifikasikan dengan karya Darwin: The Expression of
Emotions in Man and Animals. Perhatian Darwin terhadap komunikasi
nonverbal terutama berkaitan dengan fungsinya sebagai sebuah teori untuk
menjelaskan mengenai penampilan (theory of performance), sebuah
cara berpidato yang mengindikasikan suasana hati, sikap atau
perasaan. Dari karya Darwin ini, perhatian terhadap komunikasi
nonverbal telah memunculkan kajian antardisiplin. Dari hasil karyanya
pula, telah dikembangkan tiga perspektif teoritis, yaitu the ethological
approach (studi mengenai kesamaan-kesamaan antara perilaku manusia
dengan perilaku binatang), the anthropological approach dan the
functional approach. Dari ketiga pendekatan ini muncul sejumlah
teori-teori yang menjelaskan tentang fenomena nonverbal yang dapat
diterapkan dalam konteks komunikasi.
1. Ethological Approach (Pendekatan Etologi)
Menurut Darwin, emosi manusia seperti halnya emosi dari
binatang dapat dilihat dari wajahnya. Darwin mengasumsikan
bahwa komunikasi nonverbal dari makhluk hidup (species) yang
berbeda sebenarnya adalah sama. Orang-orang yang mendukung
pandangan Darwin seperti Morris, Ekman dan Friesen percaya
bahwa ekspresi nonverbal pada budaya mana pun esensinya sama,
karena komunikasi nonverbal tidak dipelajari, is adalah bagian
alami dari keberadaan manusia. Dua contoh etologis yang sering
disebut-sebut adalah senyuman dan ekspresi wajah yang dapat
ditemukan pada kultur mana pun juga.
a. Teori struktur kumulatif
Dalam teorinya ini, Ekman dan Friesen memfokuskan
analisisnya pada makna yang diasosiasikan dengan kinesic. Teori
mereka disebut cumulative structure atau meaning centered
karena lebih banyak membahas mengenai makna yang
berkaitan dengan gerak tubuh dan ekspresi wajah ketimbang
i
struktur perilaku. Mereka beranggapan bahwa seluruh komunikasi
nonverbal merefleksikan dua hal: apakah suatu tindakan yang
disengaja dan apakah tindakan harus menyertai pesan verbal. Hal
ini dapat dicontohkan pada kasus ketika seseorang menceritakan
sesuatu sambil gerak tangannya yang menunjukkan tinggi dan
ekspresi wajah yang gembira.
Gerak tangan yang menunjukkan tinggi ini tidak akan
memiliki arti tanpa disertai ungkapan verbal, jadi tindakan ini
disengaja dan memiliki makna tertentu. Lain halnya dengan
ekspresi wajah yang gembira, yang dapat berdiri sendiri dan
dapat diartikan tanpa bantuan pesan verbal. Meskipun
demikian, kedua tindakan tersebut telah menambahkan kepada
makna yang berkaitan dengan interaksi antara kedua orang
tersebut, dan ini oleh Ekman dan Friesen disebut sebagai
“expressive behavior”.
b. Teori tindakan (Action theory)
Morris juga mengemukakan suatu pandangan mengenai
kinesic yang lebih didasarkan pada tindakan. Dia mengasumsikan
bahwa perilaku tidak terbentuk dengan sendirinya, melainkan
terbagi ke dalam suatu rangkaian panjang peristiwa yang
terpisah-pisah. Menurutnya, terdapat lima kategori yang berbeda
dalam tindakan yaitu: pembawaan (inborn), ditemukan
(discovered), diserap (absorb), dilatih (trained), dan campuran
(mixed). Inborn merupakan insting yang dimiliki sejak lahir,
seperti perilaku menyusu. Discovered diperoleh secara sadar
dan terbatas pada struktur genetik tubuh, seperti menyilangkan
kaki. Absorbed diperoleh secara tidak sadar melalui interaksi
dengan orang lain (biasanya teman) seperti meniru ekspresi atau
gerakan seseorang. Trained diperoleh dengan belajar, seperti
berjalan, mengetik dan sebagainya. Sedangkan mixed actions
diperoleh melalui berbagai macam cara yang mencakup keempat
hal di atas.
i
2. Anthropological Approach (Pendekatan Anthropologis)
Pendekatan antropologis menganggap komunikasi nonverbal
terpengaruh oleh kulturatau masyarakat, dan pendekatan ini diwakili oleh
dua teori yang dikemukakan oleh Birdwhistell dan Edward T. Hall.
a. Analogi Linguistik
Dalam teorinya ini Birdwhistell mengasumsikan
bahwa komunikasi nonverbal memiliki struktur yang sama
dengan komunikasi verbal. Bahasa distrukturkan atas bunyi
dan kombinasi bunyi yang membentuk apa yang kita sebut
kata. Kombinasi kata dalam suatu konteks akan membentuk
kalimat, dan berikutnya kombinasi kalimat akan membentuk
paragraf. Birdwhistell mengemukakan bahwa hal yang sama
terjadi dalam konteks nonverbal,yaitu terdapat “bunyi nonverbal”
yang disebut allokines (satuan gerakan tubuh terkecil yang
sering kali tidak dapat dideteksi). Kombinasi allokines akan
membentuk trines dalam suatu bentuk yang serupa dengan
bahasa verbal, yang dalam teori ini disebut sebagai analogi
linguistik. analogi linguistik ini pada dasarnya menyatakan
bahwa kelima indera kita berinteraksi atau bekerja
bersama-sama untuk menciptakan persepsi, dan dalam setiap
situasi, satu atau lebih indera kita akan mendominasi indera
lainnya.
Jadi kita dapat menganalisis komunikasi nonverbal
seperti jika kita melakukannya pada komunikasi verbal, namun kita
mengganti unit analisisnya dari “bunyi dan kata” menjadi “gerak
dan gerakan”.
b. Analogi kultural
Analogi kultural yang dikemukakan oleh Edward T.
Hall membahas komunikasi nonverbal dari aspek proxemics dan
chronemics. Teori Hall mengenai proxemico mengacu kepada
penggunaan "ruang" sebagai ekspresi spesifik dari kultur. .
Salah satu aspek terpenting dari teori Hall adalah kajiannya
i
mengenai preferensi dalam personal space. Menurutnya,
preferensi ruang seseorang ditentukan oleh delapan faktor
yang saling terkait yang ditemukan dalam tiap kultur.
Pertama adalah, jenis kelamin dan posisi dari orang yang
sating berinteraksi, yaitu lelaki atau perempuan, dan apakah
mereka duduk, berdiri, dan sebagainya. Kedua, sudut pandangan
atau "angle" yang terbentuk oleh bahu dan dada/punggung dari
orang yang berkomunikasi (faktor sociofugal-sociopetal axis).
Ketiga, posisi badan ketika berkomunikasi yang berada dalam
jarak sentuhan (faktor kinesthetic). Keempat, sentuhan dan
jenis sentuhan (faktor zero-proxemic). Kelima, frekuensi dan
cara-cara kontak mata (faktor visual code). Keenam, persepsi
tentang panas tubuh yang dapat dirasakan ketika berinteraksi
(faktor thermal code). Ketujuh, odor atau bau yang tercium
ketika berinteraksi (faktor olfactory code). Delapan, kerasnya
atau volume suara dalam interaksi (faktor voice loudness).
Dalam analisisnya mengenai chronemics atau waktu sebagai
salah satu tanda nonverbal, Hall mengemukakan bahwa
norma-norma waktu ditemukan dalam berbagai kultur
dalam bentuknya yang berbeda-beda. Waktu memiliki apa
yang disebut dengan formal time, informal time , dan technical
time. Formal time mencakup susunan dan siklus, memiliki nilai,
memiliki durasi dan kedalaman. Informal time biasanya
didefinisikan secara lebih longgar dalam kultur, dan bekerja
pada tataran psikologis atau sosiologis, serta diungkapkan melalui
individu atau kelompok. Penggunaannya dapat berupa
ungkapan “sebentar lagi, “nanti”, atau “sekarang”. Sedangkan
technical time menggambarkan penggunaan waktu secara lebih
spesifik, seperti “kilometer perjam”, “tahun matahari” atau “meter
per detik”.
i
3. Functional Approach (Pendekatan Fungsional)
Pendekatan fungsional memandang komunikasi nonverbal
sebagai bertujuan dan dibatasi oleh suatu kerangka waktu tertentu. Ini
berbeda dari pendekatan ethologis di mana komunikasi nonverbal
dipandang sebagai suatu proses evolusi yang berkesinambungan
dari spesies yang lebih rendah sampai kepada manusia. Ini juga
berbeda dari pendekatan antropologis di mana fungsi tertentu
dapat terjadi dalam setiap kultur. Dalam teori fungsional,
norma-norma kultural dianggap sebagai sesuatu yang telah ada
(given) dan diperhitungkan dalam kerangka waktu sebagai “variasi
kultural”. Persoalan yang muncul dengan pendekatan fungsional
adalah bahwateori-teorinya mengemukakan sejumlah fungsi yang
berbeda, beberapa di antaranya menunjukkan kesamaan sementara
sejumlah lainnya berbeda.
a. Teori Metaforis dari Mehrabian
Teori Mehrabian menempatkan perilaku nonverbal ke
dalam pengelompokan fungsi. Dia memandang komunikasi
nonverbal berada di antara tiga kontinum, yaitu: dominan-
submisif, menyenangkan tidak menyenangkan, dan
mengairahkan tidak menggairahkan. Perilaku nonverbal dapat
ditempatkan pada setiap kontinum dan dianalisis melalui tiga
metafora yang berkaitan dengan kekuasaan dan status,
kesukaan, dan tingkat responsif.
Metafora kekuasaan-status mencerminkan tingkatan di
mana perilaku nonverbal mengkomunikasikan dominasi atau
submisi. Metafora kesukaan didasarkan pada kontinum
menyenangkan-tidakmenyenangkan, sedangkan metafora
responsif didasarkan pada kontinum menggairahkan-tidak
menggairahkan. Hampir setiap pesan nonverbal dapat
dianalisis oleh setiap fungsinya dan diinterpretasikan dari satu atau
kombinasi fungsi-fungsi tersebut. Misalnya senyuman dapat
mengindikasikan adanya kesenangan, kegairahan dan kesukaan.
i
Teori Mehrabian dapat diterapkan pada semua komunikasi
nonverbal, meskipun paling sesuai untuk diterapkan pada
penandaan kinesik, paralanguage, sentuhan dan jarak/ruang.
b. Teori Equilibrium
Michael Argyle dan Janet Dean mengemukakan suatu
teori komunikasi nonverbal yang didasarkan pada suatu metafora
keintiman-ekuilibrium. Mereka mengemukakan bahwa seluruh
interaksi dibatasi dalam konflik antara kekuatan-kekuatan penarik
dan penolak. Kekuatan yang menarik dan mendorong antara
satu orang dengan orang lainnya cenderung untuk
menyeimbangkan suatu hubungan. Kekuatan tersebut dijumpai
dalam perilaku nonverbal yang berkaitan dengan
pendekatan(jarak yang lebih dekat, kontak mata yang lebih banyak,
sentuhan dan gerakan tubuh yang lebih sering) dan
penghindaran (jarak yang lebih jauh, kurangnya kontak mata,
dan jarangnya sentuhan dan gerakan tubuh). Lebih lanjut
Argyle dan Dean mengemukakan bahwa ketika kita
berinteraksi, kita mengalami atau menggunakan seluruh saluran
komunikasi yang ada, dan suatu perubahan dalam satu saluran
nonverbal akan menghasilkan perubahan pada saluran lainnya
sebagai kompensasi.
c. Teori fungsional dari Patterson
Patterson mengemukakan bahwa komunikasi nonverbal
memiliki lima fungsi, yaitu: memberikan informasi,
mengekspresikan keintiman, mengatur interaksi, melaksanakan
kontrol sosial, dan membantu pencapaian tujuan.
Memberikan informasi antara lain membiarkan seseorang
mengerti tentang perasaan kita. Mengekspresikan keintiman
dapat dilakukan melalui sentuhan. Pengaturan interaksi antara
lain mengatur giliran berbicara dalam percakapan.
Melaksanakan kontrol sosial digunakan ketika kits
mengekspresikan pandangan. Membantu pencapaian tujuan
i
biasanya bersifat impersonal, misalnya sentuhan yang terjadi ketika
seorang penata rambut sedang menata rambut kita.
d. Teori Fungsional Komunikatif
Teori yang dikemukakan oleh Burgoon ini
memfokuskan kepada “kegunaan, motif, atau hasil dari
komunikasi”. Teori ini menjelaskan peran yang dimiliki oleh
komunikasi nonverbal terhadap hasil komunikasi, seperti persuasi
dan desepsi (pengelabuan). Dengan demikian teori ini telah
mengalihkan perhatian dari suatu pemahaman mengenai
bagaimana cara kerjakomunikasi nonverbal, kepada apa yang
dilakukan komunikasi nonverbal. Burgoon mengemukakan
terdapat sedikitnya sembilan fungsi, dari komunikasi emosional
sampai pemrosesan informasi dan pemahaman. Teori ini
memandang suatu inisiatif untuk berinteraksi sebagai bersifat
multi fungsional dan sebagai suatu bagian penting dari proses
komunikasi. Jadi fokusnya bukan sekedar pada apa yang
ditampilkan oleh perilaku nonverbal, tetapi juga pada
hubungan antara perilaku tersebut dengan tujuan-tujuan yang
ada di baliknya.
i
b. Wilayah pribadi, ialah kedekatan yang berjarak antara 18 inchi
hingga 4 kaki.
c. Wilayah social, ialah kedektan yang berjarak antara 4 sampai 12
kaki.
d. Wilayah umum (publik), ialah kedekatan yang berjarak antara 4
sampai 12 kaki atau sampai suara kita terdengar dalam jarak 25
kaki.
2. Haptik
Haptik adalah studi mengenai perilaku yang berkenaan
dengan indera peraba. Sentuhan yang dapat didefinisikan sebagai
komunikasi mencakup berjabat tangan, berpegangan tangan, mencium
(pipi, bibir, tangan), menampar kembali, menepuk bahu, dan
memegang tangan. Menyentuh diri sendiri selama komunikasi dapat
mencakup menjilat, memetik, memegang, dan menggaruk. Perilaku
ini dirujuk sebagai adaptor dan dapat mengirimkan pesan yang
mengungkapkan niat atau perasaan seorang komunikator. Sentuhan
dapat menyingkapkan banyak sekali arti, mulai dari kepedulian dan
kepedulian sampai kemarahan dan kekerasan. Menurut bentuknya
sentuhan badan dibagi atas tiga macam berikut :
a. Kinesthetic
Kinesthetic adalah isyarat yang ditunjukkan dengan
bergandengan satu sama lain, sebagai simbol keakraban atau
kemesraan.
b. Sociofugal
Sociofugal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat
tangan atau saling merangkul. Umumnya orang Amerika dan Asia
Timur dalam menunjukkan persahabatan ditandai dengan jabat
tangan, sedangkan orang Arab dan Asia Selatan menunjukkan
persahabatan kewat sentuhan pundak dengan pundak atau
berpelukan.
c. Thermal
i
Thermal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan
badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yang
begitu intim. Misalnya menepuk punggung karena sudah lama
tidak bertemu.
3. Oculesics
Oculesics ialah tentang peranan/gerakan mata dalam komunikasi
nonverbal. Kontak mata dapat menunjukkan minat, perhatian, dan
keterlibatan. Tatapan terdiri dari penampilan sambil berbicara, melihat
sambil mendengarkan, melihat, dan melihat frekuensi, pola fiksasi,
pelebaran murid, dan kecepatan kedipan.
Mark Knapp dalam risetnya menemukan empat fungsi utama
gerakan mata, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh umpan balik dari seseorang lawan bicaranya.
Misalnya dengan mengucapkan bagaimana pendapat Anda tentang
hal itu?
b. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan tibanya
waktu untuk bicara.
c. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, di mana kontak mata
akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan.
Sebaliknya orang yang merasa malu akan berusaha untuk
menghindari kontak mata. Misalnya, orang yang merasa bersalah
atau berutang akan menghindari orang yang bisa menagihnya.
d. Sebagai pengganti jarak fisik. Bagi orang yang berkunjung ke
suatu pesta, tetapi tidak sempat berdekatan karena banyaknya
pengunjung, maka melalui kontak mata mereka dapat mengatasi
jarak pemisah yang ada.
i
4. Chronimecs
Bentuk komunikasi nonverbal yang menarik tetapi sering kali
diabaikan adalah chronimecs atau penggunaan waktu. Gagasan kita
tentang waktu, bagaimana kita menggunakannya, waktu peristiwa,
tanggapan emosional kita terhadap waktu, dan bahkan panjang jeda
kita berkontribusi terhadap dampak komunikatif dari waktu. Konsep
waktu bervariasi dari budaya ke budaya. Misalnya, dalam kebudayaan
india, keterlambatan dan penantian mungkin tidak begitu penting
seperti halnya di banyak kebudayaan barat. Kekeliruan penilaian dan
penyalahgunaan dari sistem waktu yang berbeda ini dapat menuntun
orang lain untuk menafsirkan perilaku nonverbal yang tidak akurat.
Orang-orang dalam kebudayaan seperti itu, yang tidak terlalu
memikirkan ketepatan waktu, mungkin menghadapi kesulitan jika
mereka datang lebih awal atau tepat waktu. Selain itu, ini pasti akan
mempengaruhi perilaku komunikasi mereka.
Setelah Hall dan lain-lain, William Gudykunst dan Stella Ting-
Toomey mengidentifikasi dua pola waktu yang dominan: waktu
monokronis dan polikronis. Jadwal waktu monokronis memaksudkan
kebudayaan dan konteks waktu yang dianggap sangat penting dan
ditandai dengan pola linier. Yang ditandaskan adalah penggunaan
jadwal waktu dan janji. Waktu dipandang sebagai sesuatu yang dapat
dikendalikan atau disia-siakan secara perorangan, dan orang-orang
cenderung melakukan satu per satu. Pola monokronis umumnya
ditemukan di amerika utara dan eropa utara. Pola lainnya disebut
jadwal waktu polikronis yang mencakup keterlibatan pribadi lebih
penting daripada jadwal. Yang ditandaskan adalah hubungan pribadi
ketimbang menepati janji pada waktu yang tepat. Ini adalah pola yang
biasa ditemukan di amerika Latin dan timur tengah.
5. Kinesik
Kinesik adalah studi aktivitas/gerakan tubuh dalam komunikasi
nonverbal. Birdwhistell adalah tokoh yang dianggap sebagai pendiri
kinesics. Kinesik juga dikenal sebagai bahasa tubuh. Perilaku kinesik
i
mencakup saling menatap, tersenyum, kehangatan wajah atau
kesenangan, perilaku seperti anak kecil, orientasi tubuh langsung, dan
sebagainya. Gerakan-gerakan tubuh (kinestik) bisa dibedakan atas lima
macam berikut :
a. Emblems
Emblems ialah isyarat yang berarti langsung pada symbol
yang dibuat oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jari V yang
artinya victory atau menang, mengangkat jempol berarti yang
terbaik untuk orang Indonesia, tetapi terjelek bagi India.
b. Ilustrators
Illustrators ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-
gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu, misalnya besarnya
barang atau tinggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan.
c. Affect displays
Affect displays ialah isyarat yang terjadi karena adanya
dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka,
misalnya tertawa, menangis, tersenyum, sinis dan sebagainya.
Hampir semua bangsa di dunia ini melihat perilaku tertawa dan
senyum sebagi lambang kebahagiaan sedangkan menangis
dilambangkan sebagai kesedihan.
d. Regulators
Regulators ialah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada
daerah kepala, misalnya mengangguk tanda setuju atau
menggeleng tanda menolak.
e. Adaptory
Adaptory ialah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda
kejengkelan. Misalnya menggerutu, mengepalkan tinju ke atas
meja, dan sebagainya.
i
kinesik. Para peneliti di bidang kinesik umumnya menganggap wajah
sebagai bagian tubuh yang paling ekspresif. Dalam interaksi sehari-
hari dengan orang-orang, wajah itulah yang pertama-tama menarik
perhatian kita karena wajah itu dapat langsung diamati. Ekspresi wajah
sangat fleksibel dan berubah-ubah.
Hal itu berkaitan dengan emosi dan tutur kata kita. Wajah dapat
mengkodekan berbagai pesan komunikatif dan informatif. Kita
mengubah ekspresi wajah kita untuk menjadikannya relevan dengan
situasi tertentu, seperti pesta, pernikahan, pemakaman, acara resmi,
dan sebagainya. Birdwhistell bahkan telah memperkirakan bahwa ada
250.000 ungkapan yang mungkin muncul di daerah muka saja.
i
fisik lebih efektif pada tahap awal interaksi, dan efek kesan pertama
pada umumnya penting
7. Paralanguage
Paralanguage atau sering disebut juga sebagai vokalik ialah
isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara sehingga
penerima dapat memahami sesuatu dibalik apa yang diucapkan.
Misalnya “datanglah” bisa diartikan betul-betul mengundang
kehadiran kita atau hanya sekadar basa-basi.
Suatu kesalahpahaman seringkali terjadi kalau komunikasi
berlangsung dari etnik yang berbeda. Suara yang bertekanan besar bisa
disalahartikan oleh etnik tertentu sebagai perlakuan kasar, meski
menurut kata hatinya tidak demikian, sebab hal itu sudah menjadi
kebiasaan bagi etnik tersebut.
i
BAB III
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kajian mengenai komunikasi nonverbal ditermukan pada zaman
Aristoteles(400-600 SM). Lalu dikembangkan lagi oleh tokoh-tokoh lain,
seperti Charles Darwin yang melakukan penelitian ilmiah pertama
mengenai komunikasi nonverbal dalam bukunya yang berjudul “The
Expression of The Emotions in Man and Animals”.
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan
dengan tidak menggunakan kata-kata, komunikasi ini menggunakan
gerakan tubuh, sikap tubuh, intonasi nada (tinggi-rendahnya nada), kontak
mata, ekspresi muka, kedekatan jarak, dan sentuhan-sentuhan.
Suatu tindakan komunikasi nonverbal dapat diartikan berbeda
(misalnya) dari negara ini bisa jadi tindakan tersebut adalah tindakan yang
baik, tetapi di negara yang lain tindakan tersebut malah sebaliknya, hal ini
disebabkan adanya peranan budaya yang memengaruhi tindakan
komunikasi nonverbal.
Pendekatan teori komunikasi nonverbal ada tiga macam, yaitu:
Ethological Approach (Pendekatan Etologi), Anthropological Approach
(Pendekatan Anthropologis), dan Functional Approach (Pendekatan
Fungsional).
Bentuk – Bentuk Komunikasi Nonverbal ada tujuh bentuk, yaitu :
proxemics, haptik, oculesics, chronimecs, kinesik, physical environment-
appearance dan paralanguage.
B. SARAN
Demikianlah hasil dari makalah yang kami buat kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua karena keterbatasan
pengetahuan dan referensi, kami menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna oleh karena itu saran dan kritik sangat kami harapkan agar
makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.
i
i
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Dedi. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003.
Weri, Alo Lili. Makna Budaya dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:
Lkis, 2007.