SERTA
Oleh
NPM :A1E011072
UNIVERSITAS BENGKULU
2012
KOMUNIKASI VERBAL
Komunikasi verbal tidak semudah yang kita bayangkan. Symbol atau pesan
verbal adalah semua jenis symbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Hampir
semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori pesan verbal
disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk berhubungan dengan
orang lain secara lisan.
Suatu system kode verbal disebut dengan bahasa yang dapat didefinisikan
sebagai seperangkat symbol, dengan aturan untuk mengkombinasi symbol-simbol
tersebut berguna untuk dapat dipahami oleh suatu komunitas tertentu.
Bahasa verbal adalah sarana untuk menyataka fikiran, perasaan, dan maksud
kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek
realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang
tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang
diwakili kata-kata tersebut. Misalnya kata rumah. Begitu ragam rumah. Ada rumah
bertingkat, rumah mewah, rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah tembok,
ada juga rumah bilik. Kata mahasiswa pun tidak sesederhana yang kita duga, seperti
yang terlukis dalam dialog dibawah ini:
A B
Anak saya seorang mahasiswa Dia belajar apa?
Ilmu Komunikasi Di mana ia kuliah?
Di Bandung Di Universitas apa?
Di Unpad. Universitas Padjajaran Oh, jadi di Unpad ada Jurusan Ilmu
Komunikasi ya?
Bukan. Fakultas Ilmu Komunikasi Mengapa anda tidak mengatakan kepada
saya bahwa anak Anda mahasiswa
Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad
Bandung?
Bila kita menyertakan budaya sebagai variable dalam proses abstraksi itu,
problemnya menjadi semakin rumit. Ketika anda berkomunikasi dengan seseoraqng
yang berasal dari budaya anda sendiri, proses abstraksi untuk mempresentasikan
pengalaman anda akan menjadi lebih mudah, karena dalam suatu budaya orang-orang
berbagi sejumlah pengalaman yang serupa. Namun, jika komunikasi melibatkan orang-
orang yang berbeda budaya, banyak pengalaman yang berbeda, dan konsekuensinya
proses abstraksi akan menjadi lebih sulit.
Menjelang kira-kira 500 Sebelum Masehi alfabeth Yunani telah digunakan dan
dikembangkan sampai ke Roma dan kemudian terus disempurnakan. System tulisan
dan bahasa lisan terus dikembangkan hinga kini. Indonesia memasuki era cetak
pada abad ke 15, beberapa abad kemudian disusul dengan penggunaan radio, era
televise dan pada saat ini era computer. Kesemuanya telah merekam hasil
peradaban manusia untuk disempurnakan lagi oleh generasi-generasi mendatang
lewat kemampuan mereka dalam berbahasa.
Fungsi bahasa secara mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang,
objek atau peristiwa. Setiap orang pasti mempunyai nama untuk identitas sosial.
Penamaan adalah dimensi dimensi pertama bahasa dan basis bahasa.
a. Sebagai sarana untuk mengenal dunia di sekitar kita, melalui bahasa kita
dapat mempelajari apasaja yang menarik minat anda, belajar sejarah
misalnya. Dengan bahasa kita dapat bertukar pengalaman dan pengetahuan.
Bahasa menjadi peralatan yang penting dalam memahami lingkungan.
Melalui bahasa, kit adapt mengetahui sikap perilaku dan pandangan suatu
bangsa. Pendek kata, bahasa memegang peranan penting bukan saja dalam
hubungan antar manusia.
b. Sarana untuk berhubungan dengan orang lain, bahasa memungkinkan kita
bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka
untuk mencapai tujuan kita. Selain itu melalui bahasa juga kita dapat
mengendalikan lingkungan. Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain
tidak hanya bergantung pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman
yang sama dan makna yang sama yang diberikan oleh kata-kata. Semakin
jauh perbedaan yang kita gunakan dengan mitra komunikasi kita, semakin
sulit bagi kita untuk saling pengertian.
c. Sebagai sarana untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita, fungsi
ini memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami
mengenai diri kita.
3. KETERBATASAN BAHASA
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai symbol verbal) dan
manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan
makna dalam fikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek
dan symbol yang digunakan untuk mempresentasikannya.
Semantic adalah ilmu mengenia makna kata suatu definisi menurut S.I
Hayakawatidaklah buruk njika orang-orang tidak menganggap bahwa pencarian
kata mulai dan berakhir dengan melihatnya dalam kamus. Karena makna dalam
kamus lebih bersifat linguistic, yang menggunakan banyak symbol, merujuk pada
keadaan nyata; pemahaman adalah perasaan subjektif mengenai symbol tersebut;
dan refren adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata. Padahal disamping
itu terdapat makna yang bersifat filosofis, psikologis, dan logis.
Fungsi pertama dari bahasa adalah penamaan. Nama diri sendiri adalah symbol
pertama dan utama bagi seseorang. Nama dapat melambangkan status, cita-cita,
budaya, untuk memperoleh citra tertentu (pengelolaan kesan) atau sebagai nama
hoki. Nama pribadi adalan unsure terpenting identitas orang dalam masyarakat
yang dapat mempengaruhi kehidupan anda.
Nama jelas bersifat simbolik. Nama yang dianggap bagus meni,bulkan kesan
yang positif bagi pendengar.
6. BAHASA GAUL
Banyak sekali bahasa gaul yang terdapat di belahan dunia, yang umumnya
sangat berbeda antara yang satu dengan yang lain, antara lain:
Bahasa gaul ini bukan hanya untuk komunikasi, namun juga sebagai alat untuk
identifikasi. Ada kebutuhan diantara para pemakainyauntuk berkomunikasi dengan
bahasa yang tidak diketahui banyak orang, terutama jika menyangkut hal-hal yang
sangat pribadi.
Wanita dan pria mempunyai kosakara yang berlainan. Salah satu sebabnya
adalah sosialosasi mereka yang berbeda khususnya minat mereka yang berlainan
terhadap berbagai aspek kehidupanwanita seringlaki kurang percaya diri yang
dilampiaskan lewat kata-kata penguat. Wanita sering menggunakan kutipan
langsung dripada parafreasedan menggunakan intonasi pertanyaan dalam konteks
deklaratif. Cenderung serius, dan enggan memaki atau menyumpah.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek aspek bahasa wanita.
Willam O’ Barr dan Browman Atkins melaporkan efek bahasa wanita (kata dan
frase yang melemahkan kata dan frase yang lain, frase yang sangat sopan, ekor
Tanya, dan tata bahasa formal) yang digunakan dalam ruang pengadilan. Penelitian
itu menunjukkan bahwa penggunaan bahasa wanita (terlepas dari penggunanya
wanita atau pria) secara konsisten menghasilkan reaksi-reaksi yang merugikan.
Ketika bahasa wanita digunakan, pembicaraannya dinilai kurang meyakinkan,
kurang jujur, kuang cakap, dan kurang cerdas. Namun, penelitian itu
memperlihatkan bahwa ada juga pria yang menggunakan bahasa wanita dan ada
wanita yang tidak menggunakanya sama sekali. Pokok persoalannya bukanlah
bahasa pria lebih baik daripada bahasa wanita. Factor ekonomi dan sosial yang
mendorong kita menggunakan bahasa yang sesuai dengan peran. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Barbara dan Gene Eakins, kerugian muncul ketika wanita dan
pria tidak terampil dalam mengubah suatu gaya ke gaya yang lain yang sesuai
dengan tuntutan situasi. Yang terpenting pada saat ini adalah penggunaan bahasa
yang luwes.
9. PENGALIHAN BAHASA
Seperti yang dikataka Tubbs and Moss, penguasaan bahasa asing yang minim,
pada tingkat pribadi, dapat menimbulkan kesulitan. Perbedaan bahasa dapat
menimbulkan kesulitan lebih lanjut daripada sekedar kekeliruan penerjemahanan.
Kelemahan dalam penguasaan tata bahasa, struktur dan kosa kata (termasuk idiom,
slang, dan jargon khusus) sering menghasilkan penerjemahan yang
membingungkan.
Bedasarkan asumsi bahwa bahasa adalah cermin suatu alam pikiran, dapat
dimengerti bila istilah yang dikaitkan dengan kata aslinya, seperti computer,
mouse, file, dan printer. Jikapun ada padanan katanya mungkin terkesan ganjil.
Sebaliknya frase atau kalimat dalam bahasa Indonesia tidak bisa diterjemahkan
begitu saja secara kata per kata ke dalam bahasa asing.
Setiap orang secara pribadi mempunyai gaya yang khas dalam berbicara, bukan
hanya caranya tetapi juga topic-topik yang dibicarakan. Kekhasan ini umumnya
diwarisi oleh seseorang dari budayanya. Edward T. Hall (1973) membedakan
budaya tingkat tingi (high context-culture) dan budaya tingkat rendah (low context-
culture) yang mempunyai perbedaan penting dalam cara penyandingan pesan.
Budaya konteks rendahditandai dengan komunikasi konteks-rendah: pesan verbal
dan ekplisit, gaya bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Para penganut
budaya konteks rendah ini mengatakan apa yang mereka maksudkan dan
memaksukan apa yang mereka katakan. Contoh kalimat konteks rendah adalah
komunikasi progam computer. Setiap pesan harus dispesifikasikan dengan kode
tertentu, jika tidak progamnya tidak akan jalan. Sifat dari komunikasi tingkat
rendah adalah cepat dan mudah berubah karena itu tidak menyatukan kelompok.
A. KOMUNIKASI NONVERBAL
Manusia dalam berkomunikasi, selain menggunakan bahasa verbal, juga
menggunakan bahasa nonverbal. Bahasa nonverbal disebut juga dengan bahasa
isyarat atau bahasa diam (silent language).
Menurut Knapp dan Hall isyarat nonverbal jarang mempunyai makna denotative
yang tunggal. Salah satu factor yang mempengaruhinya adalah konteks tempat
perilaku berlangsung. Makna isyarat noverbal akan semakin rumit jika kita
mempertimbangkan berbagai budaya.
Pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry A.
Samovar dan Richad E. Porter, komunikasi nonverbal mencangkup semua
rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu seting komunikasi, yang
dihasilkan individu dan pengguna lingkungan individu, yang memiliki pesan
potensial bagi pengirim atau penerima. Jadi definisi ini mencangkup perilaku yang
disengaja dan tidak disengaja sebagai bagian dari peristiwa keseluruhan. Kita sering
mengirim pesan nonverbal tampa menyadari bahwa pesan-pesan tersebut bermakna
bagi orang lain.
Isyarat nonverbal bersifat tidak universal, melainkan terikat oleh budaya, jadi
dipelajari bukan bawaan. Hanya sadikit saja isyarat nonverbal bawaan. Pesan
nonverbal membantu menafsirkan seluruh makna pengalaman kata-kata.
Sebagai budaya, subkultur juga memiliki bahasa nonverbal yang khas. Dalam
suatu budaya boleh terdapat variasi nonverbal, isalnya bahasa tubuh, bergantung
pada jenis kelamin, usia, pkerjaan, pendidikan, dan lain-lain.
Ada dugaan bahwa bahasa nonverbal dengan bahasa verbal sebangun. Artinya,
pada dasarnya kelompok yang mempunyai bahasa verbal juga dilengkapi dengan
bahasa nonverbal khas sejajar dengan bahasa verbalnya tersebut. Salah satu
penggegas bahwa gerakan itu singkron adalah William Condon, setelah ia
menganalisis ucapan dan gerakan secara terperinci. Condon menduga bahwa tidak
ada isyarat, bahkan tidak ada kedipan mata yang bersifat acak. Setiap gerakan
sinkron dengan ucapan.
B. FUNGSI KOMUNIKASI NONVERBAL
Meskipun secara teoritis, komunikasi nonverbal dapat dipisahkan dari
komunikasi verbal, dalam kenyataanya kudua jenis komunikasi itu menjalin ikatan
dalam komunikasi tatap muka sehri-hari. Sebagian ahli berpendapat terlalu
mengada-ngada membedakan kedua jenis komunikasi ini. Dalam komunikasi ujran,
rangsangan verbal, dan rangsangan nonverbal itu hampir selalu berlangsung
bersama-sama dlam kombinasi. Kedua jenis rangsangan itu diinterpretasikan
bersama-sama oleh penerima pesan.
Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa
komunikasi diluar kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus
menyadari, bahwa banyak peristiwa dan perilku nonverbal ini ditafsirkan melalui
symbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak
bersungguh-sungguh bersifat nonverbal.
Perbedaan pokok antara komunikasi verbal dan komunikasi nonverbal, antara
lain sebagai berikut:
a. Sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku onverbal bersifat
multisaluran. Kata-kata datang dari satu sumber , mkisalnya yang diucapkan
orang. Yang dibaca di media cetak, tetapi syarat nonverbal dapat dilihat,
dirasakan, dicicipi bahkan dibaui dan beberapa isyarat boleh terjadi secara
simultan.
b. Pesan verbal terpusah-pisah. Sedangkan pesan nonverbal berkesinambungan.
Artinya, orang dapat mengawali dan mengakhiri pesan verbal kapanpun ia
menghandakinya, sedangkan pesan nonverbal mengalir sepanjang ada orang
yang hadir di dekatnya. Ini mengingatkan kita pada salah satu prinsip
komunikasi bahwa kita tidak dapat tidak berkomunikasi, setiap perilaku punya
potensi untuk ditafsirkan. Jadi meskipun anda dapat menutup saluran linguistic
anda untuk berkomunikasi dengan menolak berbicara atau menulis, anda tidak
dapat menolak perilaku nonverbal. Meskipun seorang individu dapat berhenti
berbicara, ia tidak dapat berhenti untuk berkomunikasi melalui idiom tubuh. Ia
harus mengatakan suatu hal yang benar dan yang salah. Secara paradox, cara ia
memberikan informasi sedikit tentang dirinya sendiri.
c. Komunikasi nonverbal lebih banyak mengandung muatan emosional daripada
komunikasi verbal. Pesan nonverbal lebih berpotensial untuk menyatakan
perasaan seseorang
Lebih jauh lagi dalam hubungannya dengan perilaku verbal, perilaku nonverbal
mempunyai fungsi sebagai berikut:
Secara garis besar, Larry A. Samovar dan Richad E. Porter menbagi pesan
nonverbal menjadi dua kategori besar, yaitu:
a. Perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh,
ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa.
b. Ruang, waktu dan diam.
Klasifikasi Samovar dan Porter ini sejajar dengan klasifikasi John R. Wenburg dan
Willian W. Wilnot, yakni isyaratnonverbal perilaku (behavioral) dan isyarat
nonverbal besifat [ublik seperti ukuran ruangan, dan factor siruasional lainnya.
2. Gerakan kepala
Dibeberapa Negara anggukan kepala malah berarti tidak. Disini jelaslah
bahwa budaya sangat berpengaruh dalam komunikasi.
E. SENTUHAN
Studi tentang sentuh-menyentuh disebut haptika. Sentuhan seperti foto adalah
perilaku nonverbal yang multi makna, dapat menggantikan seribu kata. Kenyataan
sentuhan bisa berupa tamparan, pukulan, cubitan, senggolan, dan lain-lain.
Sentuhan kategori terakhirlah yang sering diasosiasikan dengan sentuhan.
Banyak riset bahwa orang berstatus lebih tinggi lebih sering menyentuh orang
berstatus lebih rendah. Jadi, sentuhan juga berarti kekuasaan.
Menurut heslin, terdapat lima kategori sentuhan yang merupakan suatu rentang
dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal. Kategori tersebut antara
lain:
a. Fungsional-profesional. Disini sentuhan bersifat dingin dan berorientasi- bisnis,
misalnya pelayan took membantu pelanggan memilah pakaian.
b. Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh
pengharapan, aturan dan praktik sosial yang berlaku, misalnya berjabat tangan.
c. Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang
menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling
merangkul setelah mereka lama berpisah.
d. Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan
keterikatan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi kedua orang tua
dengan lembut.
e. Rangsangan seksual. Kategori ini berkaitan erat dengan kategori sebelumnya,
hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis
bermakna cinta atau keintiman.
Seperti makna pesan verbal, makna pesan nonverbal termasuk sentuhan, bukan
hanya bergantung pada budaya, tetapi juga pada konteks.
F. PARABAHASA
Parabahasa atau vokalikamerujuk pada aspek suara selain ucapan yang dapat
dipahami, misalnya kecepatan berbicara, nada (tinggi atau rendah), intensitas
(vulome suara), intonasi, kualitas vocal, warna suara, dialek, suara serak, dan lain-
lain. Setiap karakteristik suara ini mengkomunikasikan emosi dan fikiran. Suara
yang terengah –engah menandakan kelemahan, sedangkan ucapan yang terlalu
cepat menandakan ketegangan, kemarahan atau ketakutan. Riset menunjukkan
bahwa pendengar mempersepsikan kepribadian komunikator lewat suara. Tidak
berarti bahwa persepsi mereka akurat; alih-alih mereka memperoleh persepsi
tersebut berdasarkan stereotip yang telah mereka kembangkan.
G. PENAMPILAN FISIK
Dalam kategori ini dipenaruhi oleh
a. Busana
Komunikasi mungkin akan berjalan lancar jika komunikan kita memakai
busana yang biasa saja, tetapi keadaan akan berbalik jika komunikan memakai
pakaian yang luar biasa. Canggung bisa jadi factor yang mempengaruhi
komunikasi.
b. Karakteristik fisik
Perbedaan warna kulit, perbedaan rasa tau rumpun, dan perbedaan mimic
pendewasaan akan mempengaruhi komunikasi.
H. BAU-BAUAN
Bau parfum yang digunakan seseorang dapat menyampaikan pesan bahwa ia
berasal dari kelas tertentu. Wewangian dapat mengirimkan pesan sebagai godaan,
rayuan, ekspresi femininitas, atau maskulinitas. Dalam berbisnis wewangian
melambangkan kesan, citra, status, dan bonadifisitas. Wewangian mengirim pesan
lebih mendalam masuk ke otak.
K. DIAM
Ruang dan waktu adalah bagian dari lingkungan kita yang dapat diberi makna.
John Cage mengatakan tidak ada sesuatu yang disebut ruang kosong. Selalu ada
sesuatu yang dapat dilihat dan didengar. Penulis dan filosop Amerika Henry David
Thoreau pernah menulis dalam hubungan manusia tragedy mulai bukan ketika ada
kesalahfahaman mengenai kata-kata, namun ketika diam tidak dipahami.
Sayangnya makna yang diberikan terhadap diam terikat oleh budaya dan factor-
faktor situasional. Factor yang mempengaruhi diam antara lain adalah durasi diam,
hubungan antara orang-orang yang bersangkutan dan situasi atau kelayakan waktu.
L. WARNA
Warna sering digunakan untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa,
afiliasi politik, bahkan mungkin keyakinan agama yang dianut. Warna bersifat
simbolik. Hingga derajad tertentu terdapat hubungan antara warna yang kita
gunakan dengan kondisi fisiologis dan psikologis manusia.
M. ARTEFAK
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan oleh kecerdasan manusia. Benda-
benda yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan dalam
interaksi manusia sering mengandung makna-makna tertentu. Bidang studi
mengenai ini sering disebut objektika. Benda-benda seperti meja, rumah, dan lain-
lain yang berada di sekitar lingkungan kita adalah pesan-pesan yang bersifat
nonverbal sejauh dapat diberi makna.
Tampa memperhatikan sungguh-sungguh bagaimana budaya mempengaruhi
komunikasi, ternasuk komunikasi nonverbal dan pemaknaan terhadap pesan
nonverbaltersebut, kita bisa gagal berkomunikasi dengan orang lain. Kita
cenderung menganggap budaya dan bahasa nonverbal kita sebagai standar dalam
menilai bahasa dan budaya dari Negara lain. Bila perilaku nonverbal orang berbeda
dengan perilaku nonverbal kita sebenarnya orang tersebut tidak bisa dibilang salah.
Jika kita langsung melompat pada kesimpulan pada orang lainberdasarkan perilaku
nonverbalnya, maka kita terjebak dalam etnosentrisme (menganggap budaya sendiri
sebagai standar dalam mengukur budaya orang lain).
BENTUK KOMUNIKASI
Teknik komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pesan dari satu pihak
ke pihak lain agar terjadi interaksi di antara keduanya untuk menyelesaikan suatu
masalah dengan media komunikasi.
Setelah kita mengetahui kode yang ada pada system komunikasi, persoalan yang
muncul adalah bagaimana kita menggunakan kode tersebut dan menerapkanya dalam
kehidupan sehari-hari. Menurut Cassandra, ada dua model dalam penyusunan pesan,
antara lain yaitu:
Selain metode di atas dikenal juga teknik penyusunan pesan satu sisi (one-sided
issue) dan dua sisi (two-sided issue). Dari eksperimen teknik ini hanya cocok untuk
khalayak yang kurang pendidikan.
Dikenal juga metode penysunan pesan klimak (member tekanan pada hal-hal
yang dianggap penting pada akhir pesan) dan anti klimaks (penekanan di awal
pesan) serta primary (menempatkan hal-hal positif di bagian awal penyajian) dan
regency (menempatkan hal-hal positif di akhir pesan).
a. Over power’em theory. Teori ini menunjukkan bahwa pesan sering kali diulang,
panjang dan cukup keras, pesan itu akan berlalu dari khalayak.
b. Glamour theory menyatakan bahwa pesan (ide) yang dikemas dengan cantik
kemudian ditawarkan dengan gaya persuasi khalayak akan tertarik untuk
memiliki ide tersebut.
c. Don’t telem theory menyatakan bahwa suatu ide tidak disampaikan terhadap
orang lain, mereka tidak akan memegangnya dan menanyakannya.
Meski teknik-teknik dapat dipakai untuk semua komunikator, namun untuk
menyusun pesan-pesan secara efektif perlu memperhatikan beberapa hal berikut:
a. Pesan yang akan disampaikan harus dikuasai terlebih dahulu, termasuk struktur
penysunannya yang sistematis.
b. Mampu mengemukakan argumentasi secara logis. Untuk itu harus mempunyai
alasan berupa fakta dan pendapat yang bisa mendukung materi yang disajikan.
c. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa, serta gerakan nonverbal
yang dapat menarik perhatian khalayak.
d. Memiliki kemampuan untuk membumbui pesan yang disampaikan dengan
anecdote-anekdote untuk menarik perhatian dan mengurangi rasa bosan
khalayak.
Suatu hal yang tidak bisa dilupakan adalah proses komunikasi tidak bisa dilepaskan
dari tiga hal yaitu:
a. Pujian
Komunikator harus menyadari bahwa hampir semua manusia senang dipuji.
Tetapi terlalu memuji juga dapat menggagalkan proses komunikasi.
Dalam memberikan pujian perlu memahami prinsip berikut:
1. Beri pujian atas prestasi seseorang
2. Kombinasikan pujian dengan penghargaan
3. Gunakan pujian sebagai dukungan dan bukan sebagai sindiran.
b. Kritikan
Unsure yang sangat penting dalam membuat perbaikan, namun jika disalah
artikan kritikan malah akan menjadi boomerang dan malah menjatuhkan
seseorang.
c. Perintah
Bentuk penyampaian pesan yang ditujukan lepada seseorang agar mereka dapat
melaksanakan apa yang diinginkan oleh si pemberi perintah. Dalam member
perintah pesan harus jelas dan singkat., sehingga penerima dapat memahami apa
yang dimaksudkan.
Dalam hal ini ada dua bentuk teknik berkomunikasi, yaitu:
1. Teknik Berbicara
Pengertian Teknik Berbicara
Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas, sehingga
dapat dimengerti dan mancapai tujuan yang diiharapkan dalam
berkomunikasi. Teknik berbicara dalam berkomunikassi harus menyesuaikan
diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan yang dipercakapkan.
Secara sederhana, teknik berbicara dalam berkomunikasi secara aktif dan
efektif adalah:
1. Memilih pokok persoalan yang akan dibicarakan
2. Berbicara diringi dengan bantuan gerak gerik
3. Menyesuaikan situasi dengen lawan bicara dengan baik
4. Menghargai dan menghormaati lawan bicara dengan baik
5. Menanggapi setiap reaksi, saran, usul dari lawan bicara.
Prinsip – prinsip Berbicara
1. Prinsip Berbicara yang aktif
Berbicara yang efektif prinsipnya yaitu berbahasa dengan seperlunya
dengan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu,
kita harus memperhatikan tata cara yang berlaku di masyarakat agar
pembicaraan dapat berjalan dengan lancar.
Agar dapat berbicara dengan efektif, hal yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Memberi kesempaatan berbicara dengan lawan bicara
b. Menatap bergantian secara sopan
c. Berbicara dengan jelas, mengerti dan jangan berisik
d. Menghayati pokok pokok pembicaraan yang akan disampaikaan
2. Prinsip Motivasi
Berbicara yeng efektif, sehingga membangkitkan minat pendengar.
a. Memberikan dorongan
Bicara dengan memberikan dorongan yaitu dengan cara mengutarakan
bahan yang akan dibicarakan
b. Menokohkan
Menokohkan seseorang atau para pendengar yang menimbulkan rasa
senang dan membesarkan hatinya.
c. Dorongan ingin mengetahui
Cara ini dipergunakan karena pada dasarnya setiap manusia punya
rasa ingin mengetahui dalam dirinya, baik itu menyangkut dirinya atau
hal - hal lainnya.
Prinsip perhatian
Prinsip perhatian adalah pemusatan pikiran pada suatu masalah atau aspek
tertentu. Agar para pendengarnya mau memperhatikan dengan baik. Hal
yang perlu diperhatikan yaitu topic pembicaraan, mencangkup:
a. Hal – hal aneh
b. Hal – hal lucu
c. Hal yang dominan atau mencolok
d. Hal hal yang sesuai dengan kebutuhan
2. Teknik Mendengarkan yang Aktif
Sementara itu, istilah etika berasal dari kata latin “ethic” sedangkan dalam
bahasa gerik “ethikos” ( a body of moral principles or values). Dengan demikian,
etik berarti kebiasaan, habit, custome yang dimaksud dengan baik atau buruk,
dalam hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat.
Ada kesan bahwa antara moral dengan etika itu tumpang tindih pengertiannya.
Moral berbicara tentang prilaku baik dan buruk, sementara etika juga. Untuk
memperjelasnya, ada batasan tentang etika. Definisi yang sedikit netral bisa kita
jumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang menerangkan bahwa etika
adalah:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh golongan tertentu.
Menurut K. Bertens (1994), etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas
atau tentang manusia sejauh yang berkaitan dengan moralitas. Dengan kata lain,
etika adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku moral. Prof. I.R. Poedjowijadna
(1986) mengatakan bahwa sasaran etika khusus kepada tindakan manusia yang
dilakukan secara sengaja.
Franz Magnis Suseno (2001) membedakan etika menjadi 2 yaitu:
1. Etika umum
Mempertanyakan prinsip – prinsip dasar yang berlaku bagi segenap tindakan
manusia.
2. Etika Khusus
1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai – nilai dan norma moral yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya,
misalnya jika orang membicarakan tentang “etika suku Indian”, maka tidak
dimaksudkan ilmu melainkan nilai mengenai benar dan salah yang dianut oleh
golongan tersebut. Secara singkat arti ini dapatdirumuskan sebagai “system
nilai”.
2. Etika juga berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud di sini adalah
kode etik.
3. Etika termasuk ilmu tentang baik atau buruk. Etika baru menjadi ilmu bila
kemungkinan etis (asas dan nilai tentang yang dianggap baik dan buruk) yang
begitu saja diterima dalam measyarakat seringkali tanpa disadari menjadi bahan
refleksi bagi suatu bagian sistematis dan metodis. Etika di sini sama atrtinya
dengan filsafat moral.
Secara etimologi etika dan moral itu sama artinya meskipun asal katanya
berbeda, tetapi bisa berarti bahwa etika itu merupakan moral itu sendiri,
sedangkan etiket berarti sopan santun.
Perbedaan antara etika dan etiket:
a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Etiket
menunjukan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan
dalam suatu kalangan tertentu, misalnya: menyerahkan buku dengan tangan
kiri pada orang tua.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada orang lain yang hadir
atau tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku, sebaliknya etiket selalu
belaku termasuk tidak ada saksi mata sekalipun. Etiket tidak bergantung
pada hadir tidaknya orang lain.
c. Etiket bersifat relative. Hal yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan belum tentu berlaku untuk kebudayaan yang lain. Etika jauh
lebih absolute, sebaliknya etiket lebih besifat relative.
d. Jika kita berbicara etiket, kita hanya memandang manusia dari segi lahiriah,
sedangkan etika menyangkut manusia dari dalam.
Dari berbagai pendapat diatas, dapat kita katakana bahwa etika merupakan
bagian dari filsafat, sedangkan oral berasal dari etika. Seperti yang dikatakan
Frans Magniz- Suseno, etika adalah ilmu yang membahans masalah moralitas
atau manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Bahkan seperti yang dikatakan
oleh Louise o. kattsoft dalam bukunya “Elemen Of Philosophy” etika
merupakan penyelidikan tentang filsafat bidang moral, yaitu memang
kewajiban manusia serta yang baik dan yang buruk. Meski ada yang
mengatakan bahwa moral dan etika itu sama, tetapi dalam pemakaiannya
berbeda.
B. PENTINGNYA ETIKA
Alasan kita perlu mempelajari etika, antara lain:
1. Hidup pada masyarakat yang terus berkembang, yang membuat masyarakat
semaikn plural. Pluralitas akan berdampak pada kepentimngan individu yang
kian menajam. Perkembangan komunikasi khususnya berdampak pada
pemupukan sifat individu manusia. Hidup dalam masyarakat yang sedemikian
plural, sangat membutuhkan etika sebagai pegangan dalam hidup bemasyarakat.
Tampa etika manusia akan menjadi pemangsa sesamanya. Etika akan
mengajarkan atau akan mengarahkan perbuatan mana yang baik dan mana yang
buruk.
2. Etika diperlukan bagi kalangan agamawan yang disatu pihak menemukan dasar
kemantapan mereka dalam iman dan kepercayaan mereka.
3. Masyarakat modern yang cenderung hidup dalam individualismedisertai
persaingan hidup yang semakin ketat menuntut masing-masing orang untuk
bertahan.
C. ETIKA KOMUNIKASI
Komunikasi sangat berkaitan dengan khalayak ramai, sehingga tidak terlepas
dari etika. Hubungan dengan masalah etika komunikasi ada beberapa hal yang
penting yang berkaitan dengan etika yang dikemukakan oleh Shoemaker dan Reese
(1991) yaitu:
1. Tanggung jawab
Tanggung jawab tentunya mempunyai dampak positif. Dampak positif yang
terasa adalah komunikator akan berhati-hati dalam menyampaikan pesan
kepada komunikan. Ia tidak bisa seenaknya saja memberikan informasi yang
tidak benar terhadap komunikan.
2. Kebebasan
Tanggung jawab tidak akan berarti apa-apa jika tidak dibarengi dengan
kebebasan. Tanggungjawab tidak berarti pengekangan. Kebebasan ini mutlak
untuk dipunyai oleh setiap komunikator. Dengan kata lain kebebasan dan
tanggungjawab sama-sama penting kedudukannya. Oleh karena itu kita sering
mendengar kata-kata kebebasan yang bertanggungjawab.
3. Masalah etis
Masalah etis disini bahwa komunikator harus terbebas dari kepentingan. Yang
bisa dilakukan adalah menekan, sebab tidak ada ukuran pasti seberapa jauh
kepentingan itu tidak boleh terlibat dalam pesan.
4. Ketetapan dan objektivitas
a. Kebenaran adalah tujuan utama. Orientasi pesan berdasarkan kebenaran
harus menjadi pegangan pokok setiap komunikator.
b. Objectivitas adalah bukti bahwa komunikator dapat memilah pesan secara
baik untuk disampaikan kembali kepada komunikan.
Cangara, Hafied, H. Prof. Dr. M.Sc. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta:
Pers Rajawali
Mulyana, Deddy. Prof, M.A.,Ph.D. 2000. ILMU KOMUNIKASI suatu
pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya
Nurudin, M.Si dan Nur Hidayat Dedy, Dr. M.Si. 2006. Pengantar Komunikasi
Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada (Divisi BukubPerguruan
Tinggi)