Anda di halaman 1dari 10

RESUME

DASAR DASAR KOMUNIKASI


“KOMUNIKASI VERBAL”

SYIFA AFIFAH

NIM.20004031

Dosen Pembimbing

Dra. Zuwirna, M.Pd, Ph.D

Dra. Zuliarni, M.Pd

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KOMUNIKASI VERBAL

A. Pesan Verbal atau Komunikasi Verbal


Pesan verbal umumnya menggunakan bahasa alfanumerik yang tercatat
sebagai salah satu prestasi kemanusiaan paling mengesankan. Sekitar sepuluh ribu
bahasa dan dialek berbeda digunakan saat ini dan masing-masing keadaannya
sangat berbeda. Ada juga persamaan antara sejumlah bahasa. Semua bahasa lisan
umumnya membedakan Pesan verbal umumnya menggunakan bahasa alfanumerik
yang tercatat sebagai salah satu prestasi kemanusiaan paling mengesankan.
Sekitar sepuluh ribu bahasa dan dialek berbeda digunakan saat ini dan masing-
masing keadaannya sangat berbeda. Ada juga persamaan antara sejumlah bahasa.
Semua bahasa lisan umumnya membedakan Bahasa dapat didefinisikan sebagai
seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol
tersebut yang digunakan dan dipahami suatu komunitas. Contohnya, kita
mengenal bahasa Cina, bahasa Thai, bahasa Jepang yang masing-masingnya
memiliki simbol-simbol dan kelas-kelas yang berbeda. Ada bahasa khusus
kerajaan, bahasa formal pemerintahan, bahasa ilmiah, bahasa umum sehari-hari
yang digunakan masyarakat, yang masing-masingnya tata cara penulisannya dan
berbeda pula cara pengucapannya.
Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan, dan
maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan
berbagai aspek realitas individual kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah
abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan
totalitas objek atau konsep yang diwakili oleh kata-kata itu.. Misalnya, kata
“rumah”, “kursi”, “mobil”. Realitas apa yang diwakili oleh setiap kata itu?
Rumah, rumah apa? Banyak kategori rumah, rumah sederhana, rumah mewah,
rumah gedung, rumah gubuk, dan sebagainya. Demikian juga dengan kursi, ada
kursi tamu, kursi malas, kursi rotan, kursi kayu, dan sebagainya.
Setiap bahasa memiliki pola yang dapat diidentifikasi dan menetapkan aturan
yang jelas. Aturan itu antara lain berkenaan dengan hal berikut :
• Fonologi, yaitu kajian bahasa yang yang berkaitan dengan bunyi bahasa
yang dikeluarkan oleh alat ucap dan suara yang ketika digabungkan untuk
membentuk suku kata.
• Sintaksis, tatabahasa yang membahas hubungan antara kata dalam tuturan.
Tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Morfologi itu menyangkut
struktur gramatikal di dalam kata, dan sintaksis itu berurusan dengan tata bahasa
diantara kata-kata di dalam tuturan.
• Semantik, yaitu aturan yang berkaitan dengan arti kata atas dasar
hubungan mereka satu dengan yang lain dan dengan unsur-unsur yang lain
• Pragmatik, yaitu peraturan berkaitan dengan cabang linguistik yang
mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan. Konteks
luar bahasa ialah unsur di luar tuturan yang mempengaruhi maksud tuturan.
Maksud tidak bisa dilihat dari bentuk dan makna saja, tetapi juga dari tempat dan
waktu berbicara, siapa saja yang terlibat, tujuan, bentuk ujaran, cara penyampaian,
alat berbicara, norma-norma, dan genre. Jadi pragmatik adalah peraturan
mengenai cara di mana bahasa digunakan dalam praktik.

a. Fungsi Bahasa dalam Kehidupan Manusia


Pesan verbal menggunakan bahasa alfanumerik yang tercatat sebagai salah satu
prestasi kemanusiaan yangpaling mengesankan. Sekitar 10.000 bahasa dan dialek
berbeda digunakan dalam berkomunikasi saat ini, dan masing-masing keadaannya
unik dan spesifik. (Wang, 1982).
Kemampuan berbahasa dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah
factor fisiologis manusia. Manusia memiliki pita suara, yang apabila didorong
uleh udara dari paru-paru akan bergetar dan mengeluarkan suara. Posisi lidah
menyediakan variasi tambahan dalam memproduksi suara. Demikian juga bibir,
mulut, gigi, dan rahang, yang sangat berpengaruh dalam membentuk dan
membedakan bunyi huruf, sehingga dapat dibedakan bunyi huruf dan kata yang
dibentuknya.
Fisiologi manusia seperti pita suara, lidah, bibir, gigi, dan rahang menjelaskan
sebagian cara kerja proses komunikasi. Pengendali mekanismenya adalah otak
dan system saraf, yang memungkinkan kita untuk merasakan, memahami, dan
berhubungan dengan lingkungan dan sesama. Pada bagian inilah manusia berbeda
dengan hewan secara lebih mencolok. Kapasitas otak manusia memungkinkan
untuk menyerap, menyimpan, dan memproduksi pesan menggunakan bahasa
yang sangat kaya.

Beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa struktur dasar bahasa adalah baaan
manusia, dan keperluan belajar anak hanyalah rincian permukaan dari bahasa lisan
dalam lingkungannya. Penguasaan dan pemerolehan bahasa adalah sebagai bagian
perkembangan umum manusia. Namun kompetensi linguistic adalah penting
untuk interaksi antara individu dengan lingkungannya. Tanpa kesempatan untuk
berbicara dengan orang lain tidak ada kemampuan bahasa yang berkembang.
Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang,
objek, dan peristiwa. Semua orang punya nama untuk identifikasi sosial. Orang
juga dapat menamai apa saja, objek-objek yang berlainan, termasuk perasaan
tertentu yang mereka alami.
Menurut Larry L. Barker, bahasa memiliki tiga fungsi yaitu: penamaan
(naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau
penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan, atau orang
dengan menyebut namanya, sehingga dapat diruju k dalam komunikasi. Fungsi
interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang
simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa,
informasi dapat disampaikan kepada orang lain. Anda juga menerima informasi
setiap hari, semenjak bangun tidur sampai anda tidur kembali, baik secara
langsung atau tidak langsung. Inilah yang disebut fungsi transmisi informasi.
Keistimewaan bahasa sebagai sarana transmisi informasi yang lintas-waktu,
dengan menghubungkan masa lalu, masa kini dan masa depan, memungkinkan
kesinambungan budaya dan tradisi kita. Tanpa bahasa kita tidak bisa bertukar
informasi, kita tidak mungkin menghadirkan semua objek dan tempat untuk kita
rujuk dalam komunikasi kita.
Book mengemukakan, agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus
memenuhi tiga fungsi yaitu: untuk mengenal dunia di sekitar kita; berhubungan
dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita.
Berikut dicoba menjelaskan masing-masingnya :

- Fungsi pertama bahasa ini tidak terelakkan. Melalui bahasa kita


mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah suatu bangsa
yang hidup pada masa lalu yang tidak pernah kita temui, seperti bangsa Mesir
Kuno atau bangsa Yunani. Kita dapat berbagi pengalaman, bukan hanya
pengalaman masa lalu yang pernah kita alami, tetapi juga pengetahuan tentang
masa lalu yang kita peroleh dari sumber ke dua seperti media cetak atau media
elektronik. Kita juga menggunakan bahasa untuk memperoleh dukungan atau
persetujuan orang lain atas pengalaman atau pendapat kita
- Fungsi ke dua, sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain,
adalah fungsi social dan fungsi instrumental. Bahasa memungkinkan kita bergaul
dengan orang lain untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk
mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat mengendalikan lingkungan kita,
termasuk orang-orang di sekitar kita. Kemampuan berkomunikasi dengan orang
lain bergantung tidak hanya pada bahasa yang sama, namun juga pengalaman
yang sama dan makna yang sama yang kita berikan kepada kata-kata. Semakin
jauh perbedaan antara bahasa yang kita gunakan dengan bahasa mitra komunikasi
kita semakin sulit bagi kita untuk mencapai saling pengertian.
- Fungsi ke tiga memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling
memahami mengenai diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan
kita. Kita tidak mungkin menjelaskan semua itu dengan menyusun kata-kata
secara acak melainkan berdasarkan aturan-aturan tertentu yang telah kita sepakati
bersama.
b. Keterbatasan Bahasa
Keterbatasan bahasa untuk representasi ada beberapa karakteristik bahasa yang
membatasinya. Yang pertama adalah prinsip non identitas. (A adalah bukan A).
Urutan kata tidak sama dengan urutan benda sebagai realitas yang ditunjukkan
oleh kata-kata tersebut. Kata “hitam” bukanlah hitam, gelapnya hitam hanya ada
pada pikiran manusia, bukan pada kata-katanya. Yang ke dua adalah prinsip Tidak
semua (A tidak semua A). Prinsip non allness menegaskan bahwa peta bukanlah
wilayah. “Rumah” tidak merujuk kepada semua rumah. Yang ke tiga prinsip
refleksi diri. Kata-kata yang digunakan tidak selalu merujuk kepada fakta relita,
tetapi sering merupakan refleksi atau cermin dari seseorang yang mengngkapkan
kata tersebut.
Selanjutnya ditinjau keterbatasan bahasa verbal. Walaupun bahasa verbal tidak
terpisahkan dari kehidupan keseharian kita, ternyata bahasa verbal itu terbatas.
Keterbatasan bahasa tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya
mewakili realitas, tetapi bukan realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata
bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara abstrak
2. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu karena kata-kata mempresentasikan persepsi dan
interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang social
budaya yang berbeda pula. Oleh karena itu, terdapat berbagai kemungkinan untuk
memaknai kata tersebut.
Kata yang sama mungkin memiliki makna yang berbeda bagi orang yang berbeda
dan makna yang berbeda bagi orang yang sama pada waktu yang berbeda. Suatu
kata yang sama mungkin tidak tepat atau mempunyai makna yang aneh dan lucu
bila digunakan dalam konteks lain dengan pelaku yang berbeda. Contoh kata
“enak”, memiliki makna yang berbeda dalam kata “makan enak”, “tidak enak
badan”, “tidak enak” dibicarakan di sini.
Ruang dan waktu mengubah makna kata. Menurut Hubert Alexander, makna
harus dianggap sebagai proses alih-alih sesuatu yang statis. Kata-kata baru
muncul, sementara kata-kata lama pelan-pelan hilang satu demi satu. Pesuruh,
tukang sapu pada masa lalu sekarang menjadi OB (Office Boy)
Karena kata-kata bersifat kontektual, mengisyaratkan bahwa aturan-aturan baku
dalam bahasa tidaklah mutlak.
3. Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa juga mengandung bias budaya karena bahasa terikat oleh konteks
budaya. Dengan kata lain, bahasa dapat dipandanag sebagai perluasan budaya.
4. Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian
Dalam berbahasa, kita sering mencampuradukan antara fakta (uraian),
penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan kekeliruan
persepsi mengenai apa yang dimaksud dengan fakta, penafsiran, dan uraian.
Banyak peristiwa yang kita anggap fakta sebenarnya merupakan dugaan yang
berdasarkan kemungkinan. Misalnya, “Ani sedih” dianggap sebagai fakta, padahal
itu adalah anggapan. Yang benar faktanya adalah “Ani menangis”.

c. Kerumitan Makna Kata


Kita menganggap bahwa arti atau makna dikandung setiap kata yang kita
ucapkan. Sebenarnya kita keliru bila menganggap kata-kata memiliki makna,
kitalah yang memberi makna pada kata. Dan makna yang kita berikan pada kata
vang sama bisa berbeda-beda, bergantung pada konteks, ruang, dan waktu.
Makna muncul dari hubungan khusus antara kata (sebagai symbol verbal) dan
manusia. Makna tidak melekat pada kata-kata, namun kata-kata membangkitkan
makna dalam pikiran orang. Jadi, tidak ada hubungan langsung antara suatu objek
dan symbol yang digunakan untuk mempresentasikannya. Ketika mengatakan
“Saya sakit perut”, misalnya, pengalaman itu nyata, tetapi tidak seorangpun dapat
merasakan sakit itu, bahkan dokter yang mengobati. Jadi hubungan itu diciptakan
dalam pikiran si pembicara.
Semantik adalah ilmu mengenai makna kata. Makna dalam kamus lebih bersifat
kebahasaan, yang punya banyak dimensi: symbol, merujuk kepada objek di dunia
nyata, pemahaman adalah perasaan subjektif kita mengenai symbol itu; dan
referen adalah objek yang sebenarnya eksis di dunia nyata. Di samping itu masih
terdapat makna yang bersifat filosofis, psikologis, dan logis.
Makna dapat digolongkan pada makna denotative dan makna konotatif. Makna
denotative adalah makna yang sebenamya (aktual), seperti yang kita temukan
dalam kamus. Karena itu makna denotative lebih bersifat public. Banyak juga kata
bermakna konotatif, bersifat pribadi, yakni makna di luar rujukan objektifnya.
Dengan kata lain, makna konotatif lebih bersifat subjektif daripada makna
denotatif.

d. Pengalihan Bahasa
Komunikasi dengan menggunakan bahasa yang sama saja dapat menimbulkan
salah pengertian, apalagi bila kita tidak menguasai bahasa lawan bicara kita.
Untuk melakukan komunikasi yang efektif, kita harus menguasai bahasa mitra
kita. Perbedaan bahasa dapat menimbulkan kesulitan lebih jauh daripada sekedar
kekeliruan penerjemahan. Kita sering sulit menerjemahkan sebuah kata ke bahasa
lain karena tidak ada tidak ada padanannya dalam bahasa lain itu, meskipun kita
bisa mengira-ngira artinya

e. Komunikasi Konteks Tinggi dan Komunikasi Konteks Rendah


Komunikasi konteks tinggi mempunyai perbedaan dengan budaya komunikasi
konteks rendah dalam penyandian pesannya. Budaya komunikasi konteks redah
ditandai dengan komunikasi tingkat rendah: pesan verbal dan eksplisit, gaya
bicara langsung, lugas, dan berterus terang. Para penganut budaya konteks rendah
ini mengatakan apa yang mereka maksudkan dan memaksudkan apa yang mereka
inginkan. Sifat dari komunikasi tingkat rendah adalah cepat dan mudah berubah,
karena itu tidak menyatukan kelompok.
Budaya komunikasi tingkat tinggi diandai dengan komunikasi tingkat tinggi:
kebanyakan pesan bersifat implisit, tidak langsung dan tidak terus terang. Pesan
yang sebenarnya mungkin tersembunyi dalam prilaku nonverbal pembicara
seperti: intonasi suara, gerakan tangan, ekspresi wajah, dan tatapan mata.
Pernyataan verbalnya bisa bertentangan dengan pesan nonverbalnya.

B. Fugsi Komunikasi Verbal


Secara umum berikut ini adalah fungsi-fungsi komunikasi verbal:
1. Penamaan
Penamaan ini bisa dibilang untuk memudahkan mengidentifikasi sebuah benda,
object, tindakan ataupun orang. Tanpa komunikasi yang menggunakan bahasa
seperti verbal, Anda akan mudah bingung saat mereferensi sesuatu.
2. Jalur Interaksi dan Transmisi Informasi
Sebagai alat untuk bertukar ide, komunikasi verbal lebih mudah digunakan. Anda
bisa menyampaikan emosi, informasi, empati, maksud dan berbagai hal lain hanya
dengan menggunakan kata – kata ataupun kalimat.
3. Menonjolkan Artikulasi dan Intonasi
Komunikasi verbal cukup unik karena dalam ungkapan – ungkapan
menggunakan bahasa, perbedaan artikulasi dapat menghasilkan arti yang berbeda.
Karena hal unik ini tidak ada alat komunikasi selain verbal yang bisa
memanfaatkan artikulasi dengan lebih efektif.
4. Alat Sosialisasi yang Efektif
Karena komunikasi verbal mudah digunakan, efektif menyampaikan maksud,
banyak digunakan dan fleksibel, komunikasi ini sangat bermanfaat untuk
bersosialisasi. Hal seperti diskusi, menyapa, sekedar mengobrol dan hal sosial lain
tidak akan semudah sekarang jika tanpa komunikasi verbal.
5. Sebagai Sarana Pengembang Bahasa
Karena dunia selalu berkembang, banyak hal baru yang muncul dan perlu
diidentifikasi. Perkembangan budaya juga menyebabkan gaya bahasa juga
berkembang bersamanya. Komunikasi verbal menggunakan bahasa dan karena itu
dapat mempengaruhi dalam perkembangan hal tersebut. Kata gaul ataupun istilah
internet adalah dua contoh yang bisa dijadikan referensi.
C. Jenis Komunikasi Verbal
1. Sisi Pemberi
Jenis komunikasi ini biasanya terdiri dari berbicara dan menulis. Sebagai sisi
yang menyampaikan ide, maksud dan informasi, hal ini juga bisa disebut sebagai
komunikasi aktif.
2. Sisi Penerima
Jenis komunikasi ini biasanya terdiri dari mendengar dan membaca. Sebagai sisi
yang menyerap ide maksud dan informasi dari pihak lain, hal ini bisa disebut
sebagai komunikasi pasif.

KESIMPULAN

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan symbol atau


pesan verbal, yaitu semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih.
Hampir semua rangsangan wicara yang kita sadari termasuk ke dalam kategori
pesan verbal disengaja, yaitu usaha-usaha yang dilakukan secara sadar untuk
berhubungan dengan orang lain secara lisan. Bahasa dapat juga dianggap sebagai
suatu sistem kode verbal.
Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol dengan aturan
untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas. Contohnya, kita mengenal bahasa Cina, bahasa Thai, bahasa
Jepang yang masing-masingnya memiliki simbol-simbol dan kelas-kelas yang
berbeda. Ada bahasa khusus kerajaan, bahasa formal pemerintahan, bahasa ilmiah,
bahasa umum sehari-hari yang digunakan masyarakat, yang masing-masingnya
tata cara penulisannya dan berbeda pula cara pengucapannya.
Komunikasi tidaklah sesederhana yang kita bayangkan. Bahasa yang kita
gunakan tidak selalu menjelaskan apa yang kita maksudkan, bahkan kadang-
kadang kata-kata yang kita gunakan menimbulkan interpretasi yang berbeda dari
orang-orang yang mendengarkannya.

A. Saran
Demikian makalah yang kami susun. Kritik dan saran yang membangun kami
harapkan guna karya tulis yang lebih baik lagi, terimakasih

Anda mungkin juga menyukai