Dosen:
Jehan Safitri., M.Psi., Psikolog
Meydisa Utami Tanau., M.Psi., Psikolog
Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Anggota :
1. Emilia Rahmah 1610914320030
2. Melda Nor Annisa 1610914320058
3. M. Reizo Assamii 1610914110020
4. Nurul Huda 1610914320079
5. Rishka Devy R. 1610914320088
Penyusun
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................. 11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Webb dkk (1966) dan Dezin (1970) hal-hal yang perlu
diobservasi meliputi: exterior physical signs (pakaian, gaya rambut, sepatu, tato,
perhiasan, dll), expressive movement(gerak-gerakan tubuh seperti gerakan mata,
awajah, postur, lengan, senyum, kerutan dahi, dll), physical location (personal
space dan lingkungan fisik), language behavior (menyilangkan kaki,dll), dan
time duration.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Observasi?
2. Apakah yang dimaksud dengan teknik-eknik pencatatan dalam
observasi?
C. Tujuan Kegiatan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Observasi
Observasi merupakan istilah yang tidak asing didengar, hal ini
disebabkan karena setiap orang melakukan pengamatan atas tindakan orang lain.
Baik disadari atau tidak, observasi dilakukan setiap orang pada saat berinteraksi
dengan lingkungannya. Saat berbicara dengan orang lain, seseorang melakukan
pengamatan terhadap lawan bicaranya untuk menilai bahkan memaknai apa
yang sedang dibicarakan, sehingga observasi terkesan menjadi hal yang mudah
dilakukan oleh siapa saja tanpa harus mendapat latihan khusus.
Kerlinger (2003) menegaskan bahwa pengamatan yang dilakukan oleh
setiap orang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah,bahkan tidak
dapat memuaskan ilmu pengetahuan. Observasi yang dilakukan orang sehari-
hari tidak dapat dijadikan sebagai data ilmiah karena tidak menggunakan
prosedur pengukuran seperti tidak adanya urutan tindakan menurut aturan
tertentu. Observasi yang dilakukan bahkan seringkali tanpa tujuan.
Observasi yang dilakukan oleh kebanyakan orang awam dipenuhi dengan
bias-bias dan kepentingan yang membuat hasil observasi mereka menjadi tidak
ilmiah karena mereka tidak terlatih untuk dapat disebut sebagai pengamat yang
baik. Namun bukan berarti observasi tidak dapat digunakan sebagai metode
pengumpulan data yang valid dan reliabel. Observasi dapat menjadi metode
pengumpulan data yang esensial terutama dalam penelitian kualitatif (Patton,
1990) bahkan menjadi metode yang paling dasar dan paling tua dari ilmu-imu
sosial dan semua bentuk penelitian psikologis baik yang kualitatif maupun yang
kuantitatif mengandung aspek psikologis (Poerwandari, 2001). Observasi juga
dapat menjadi sumber data yang akurat dan bermanfaat, asalkan dilakukan oleh
peneliti yang sudah melewati latihan-latihan yang memadaai serta telah
mengadakan persiapan yang teliti dan lengkap.
Latihan yang dapat dilakukan berupa belajar melakukan observasi secara
umum pada konteks atau subjek yang dipilih atau fokus-fokus khusus,
menuliskan hasil observasi secara deskriptif (biasanya sulit memisahkan
subjektifitas observer dengan fakta yang berlangsung) dan kedisiplinan mencatat
kejadian dilapangan secara lengkap dan medetail (Kerlinger, 2003).
(Kerlinger, 2003), menegaskan bahwa ilmuan sosial psikologi harus
melakukan pengamatan terhadap perilaku, namun pengamatan yang terkontrol.
Ilmuan sosial harus berusaha melakukan pengamatan yang andal dan objektif
sehingga dapat dijadikan sumber kesimpulan yang valid. Bahwa ilmuan sosial
harus menjadikan observasi perilaku menjadi bagian dari prosedur pengukuran.
observasi berlangsung dalam konteks laboraterium (eksperimental) maupun
dalam konteks alamiah.
B. Tujuan Observasi
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas
tersebut, dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat
dalam kejadian yang diamati.
C. Fungsi Observasi
1) Menggambarkan perilaku manusia.
2) Verifikasi tentang perilaku yang dilaporkan.
3) Menggambarkan perbedaan atau kesenjangan antara perilaku dalam situasi
testing dan situasi lain – konsistensi – inkonsistensi perilaku.
4) Memberikan gambaran tentang perilaku yang tidak dapat diungkap oleh alat
lain.
5) Laporan sistematis.
D. Jenis-Jenis Observasi
1) Observasi sistematik
Disebut juga observasi terstruktur, ada kerangka yang memuat faktor-
faktor dan ciri-ciri khusus dari setiap faktor yang diamati. Sistematik disini
maksudnya lebih menekankan pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu
(misalnya sertiap 10 menit)
Hal yang perlu diperhatikan:
a) Isi dan luas observasi lebih terbatas, sesuai rumusan khusus.
b) Memungkinkan respons dan peristiwa dicatat secara lebih teliti, dan mungkin
dikuantifikasikan.
c) Dapat menggunakan one way screen.
2) Observasi eksperimental
Dilakukan dengan cara mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam
situasi sedemikian rupa sehingga situasi tersebut dapat diatur sesuai dengan
tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk mengurangi atau menghindari bahaya
timbulnya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi situasi.
Ciri penting:
a) Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam atau
berbeda.
b) Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku.
c) Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud
observasi.
3) Observasi partisipan
Observer turut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang
diobservasi, umumnya untuk penelitian yang bersifat eksploratif. Menyelidiki
perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan sosial dalam
pabrik, penjara, dll.
Perlu diperhatikan:
a) Materi observasi disesuaikan dgn tujuan observasi.
b) Waktu dan bentuk pencatatan : segera setelah kejadian dgn kata kunci.
Kronologis sistematis. 4
c) Hubungan : mencegah kecurigaan, pendekataan yg baik dan menjaga situasi
tetap wajar.
d) Kedalaman partisipasi tergantung pd tujuan dan situasi.
4) Observasi formal
Jenis observasi ini mempunyai sifat terstruktur yang tinggi, terkontrol
dan biasanya untuk penelitian. perlu mengidentifikasi definisi secara hati-hati,
menyusun data, melatih observer dan menjaga reliabilitas antar rater,
pencatatan-analisis-interpretasi menggunakan prosedur yang sohisticated.
5) Observasi informal
Observasi jenis ini mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal
kontrol, elaborasi, sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran
dan pelaksanaan program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk
digunakan pada berbagai keadaan. Observasi informal sering disebut juga
dengan naturalistic observation.
E. Teknik Pencatatan dalam Observasi (Pencatatan Perilaku)
Teknik event recording atau biasa dikenal dengan nama even sampling,
dimana observer dapat mencatat sebuah kejadian pada perilaku spesifik atau
pada even yang terjadi selama periode observasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Observasi dapat menjadi metode pengumpulan data yang esensial
terutama dalam penelitian kualitatif (Patton, 1990) bahkan menjadi metode yang
paling dasar dan paling tua dari ilmu-ilmu sosial dan semua bentuk penelitian
psikologis baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif mengandung aspek
psikologis (Poerwandari, 2001). Observasi juga dapat menjadi sumber data yang
akurat dan bermanfaat, asalkan dilakukan oleh peneliti yang sudah melewati
latihan-latihan yang memadaai serta telah mengadakan persiapan yang teliti dan
lengkap.
Dalam observasi diperlukan beberapa metode dan teknik, baik dalam
pelaksanaan maupun dalam pencatatan data observasi itu sendiri, agar tujuan
assesment tersebut dapat tercapai. Sattler (2002) menguraikan beberapa teknik
dalam pencatatan data observasi, yaitu teknik pencatatan narrative, teknik
interval recording, teknik even mecording dan teknik rating recording.
B. Saran