Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah

Topik mengenai 'Kemandirian Remaja merupakan sebuah topik yang
menarik dan penting untuk kita bahas yang menyangkut perkembangan remaja
didalam kemandiriannya. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu
tugas bagi remaja. Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan
berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatiI, membuat keputusan,
bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dilakukannya.
Dengan demikian remaja akan berangsur-angsur melepaskan diri dari
ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat para ahli perkembangan yang menyatakan:
"Berbeda dengan kemandirian pada masa anak-anak yang lebih bersiIat motorik,
seperti berusaha makan sendiri, mandi dan berpakaian sendiri, pada masa remaja
kemandirian tersebut lebih bersiIat psikologis, seperti membuat keputusan sendiri
dan kebebasan berperilaku sesuai dengan keinginannya".
Dalam pencarian identitas diri, remaja cenderung untuk melepaskan diri
sendiri sedikit demi sedikit dari ikatan psikis orangtuanya. Remaja mendambakan
untuk diperlakukan dan dihargai sebagai orang dewasa. Hal ini dikemukan
Erikson(dalam Hurlock,1992) yang menamakan proses tersebut sebagai 'proses
mencari identitas ego, atau pencarian diri sendiri. Dalam proses ini remaja ingin
mengetahui peranan dan kedudukannya dalam lingkungan, disamping ingin tahu
tentang dirinya sendiri.
Kemandirian seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang
terjadi antara remaja dan teman sebaya. Hurlock (1991) mengatakan bahwa
melalui hubungan dengan teman sebaya, remaja belajar berpikir secara mandiri,
mengambil keputusan sendiri, menerima (bahkan dapat juga menolak) pandangan
dan nilai yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima

di dalam kelompoknya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial


pertama dimana remaja belajar untuk hidup bersama dengan orang lain yang
bukan angota keluarganya. Ini dilakukan remaja dengan tujuan untuk
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompok teman sebayanya sehingga
tercipta rasa aman. Penerimaan dari kelompok teman sebaya ini merupakan hal
yang sangat penting, karena remaja membutuhkan adanya penerimaan dan
keyakinan untuk dapat diterima oleh kelompoknya.
Dalam mencapai keinginannya untuk mandiri sering kali remaja
mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh masih adanya kebutuhan
untuk tetap tergantung pada orang lain.
Hal ini tentu saja akan sangat merugikan remaja tersebut karena akan
menghambat tercapainya kedewasaan dan kematangan kehidupan psikologisnya.
Oleh karena itu, pemahaman orangtua terhadap kebutuhan psikologis remaja
untuk mandiri sangat diperlukan dalam upaya mendapatkan titik tengah
penyelesaian konIlik-konIlik yang dihadapi remaja.
















1.2Rumusan Masalah
dapun rumusan masalah dari makalah 'Kemandirian Remaja adalah :
1. pa makna atau deIinisi dari kemandirian?
2. pa karakteristik dari kemandirian?
3. Faktor-Iaktor apa saja yang mempengaruhi dan menghambat kemandirian
remaja?
4. Permasalahan apa saja yang muncul dalam kemandirian remaja?

1.3Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan,
yang diberikan oleh ibu Dra. Setiawati M. Pd
1.3.2 Tujuan Khusus
Sebagai bahan pembelajaran dan pedoman bagi mahasiswa- mahasiswi
Universitas Pendidikan Indonesia, sehingga lebih mengetahui dan paham akan
perkembangan remaja dalam hal kemandiriannya.

1.4Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode
kualitatiI, yaitu metode pengumpulan data dari buku maupun reIerensi lain yang
mendukung.
1.5$istematika Penulisan
dapun sistematika penulisan pada penulisan makalah ini adalah :

BB I PENDHULUN
Dalam bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan (umum dan khusus), metode penulisan serta sistematika
penulisan.
BB II PEMBHSN
Dalam bab ini membahas mengenai Kemandirian Remaja dimulai dari
deIinisi, karakteristik, Iaktor-Iaktor serta masalah-masalah yang terjadi dalam
proses kemandirian remaja.
BB III NLISIS KSUS
Dalam bab ini membahas mengenai analisis kasus Kemandirian Remaja.
BB IV PENUTUP
Dalam bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.










BAB II
PEMBAHA$AN
2.1Pengertian Kemandirian
Pengertian kemandirian berasal dari kata dasar diri yang mendapatkan
awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata keadaan atau
kata benda. Karena kemandirian berasal dari kata dasar diri, pembahasan
mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari pembahasan mengenai
perkembangan diri itu sendiri,karena diri itu merupakan inti dari kemadirian.
Menurut beberapa ahli pengertian kemandirian yaitu: Menurut Sutari
Imam Barnadib (1982), meliputi 'perilaku mampu berinisiatiI, mampu mengatasi
hambatan/masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu
sendiri tanpa bantuan orang lain. Pendapat tersebut juga diperkuat oleh Kartini
dan Dali (1987) yang mengatakan bahwa kemandirian adalah 'hasrat untuk
mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri. Secara singkat dapat disimpulkan
bahwa kemandirian mengandung pengertian :
O Suatu keadaan dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk
maju demi kebaikan dirinya.
O Mampu mengambil keputusan dan inisiatiI untuk mengatasi masalah
yang dihadapi,
O Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya,
O Bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Robert Havighurst (1972) menambahkan bahwa kemandirian terdiri dari
beberapa aspek, yaitu :
O Emosi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.

O Ekonomi, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan mengatur ekonomi


dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.
O Intelektual, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi.
O Sosial, aspek ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan
interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi
dari orang lain.

Dalam keadaan seperti ini remaja membutuhkan rasa aman yang diperoleh
dari ketergantugan emosi pada orang tua (Hurlock1980:209). hal ini
mengisyaratkan bahwa masalah-masalah remaja yang disebabkan oleh kurangnya
pengalaman, wawasan dana inIormasi tentang tingkah laku yang seharusnya
mereka ambil dapat diatasi dengan mudah.
Teori kemandirian yang dikembangkan oleh Steinberg
(Budiman,2008:332) istilah independence dan autonomy sering disejajarkan
secara silih berganti sesuai dengan konsep istilah tersebut. Secara konseptual
independence mengacu kepada kapasitas individu untuk memperlakukan diri
sendiri. Yaitu ketika anak sudah mencapai independence remaja mampu
menjalankan atau melakukan sendiri aktivitas hidup terlepas dari pengaruh
kontrol orang lain terutama orangtua. Kemandirian yang mengarah pada konsep
independence ini merupakan bagian dari perkembangan autonomy selama masa
remaja, hanya saja autonomy mencakup dimensi emosional, behavioral dan nilai.
Penggunaan istilah autonomy lebih sering digunakan untuk
menggambarkan kemandirian karena memiliki komponen-komponen emosional,
perilaku dan nilai (steinberg, 1995 : 286). Kemandirian merupakan dasar bagi
remaja untuk dapat mengarahkan dan mengorganisir dirinya. Remaja yang sehat
dan normal memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai seperti
pembentukan emosi, perilaku dan pemahaman nilai dalam mencapai kedewasaan
yang bertanggung jawab.

Kartadinata (1988:78) menytakan kemandirian sebagai kekuatan


motivational dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerinma
tanggungjawab atas konsekuensi keputusan itu. kesempatan untuk mengawali,
menjaga, dn mengatur tingkah laku menunjukkan danya suatu kebebasan pada
individu yang mandiri untuk menentukn diri sendiri perilaku yang hendak ia
tampilkaan, menentukan langkah hidupnya, tujuan hidupnya, dan nilai-nilai yang
akan dianut.
Lie dan Prasasti (2004:2) menyatakan 'kemandirian adalah kemampuan
untuk melakukan kegiatan atau tugas sehari-haari sendiri atau dengan sedikit
bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.
Menurut Steinberg mengacu pada individu yang mandiri pada individu
yang mamapu mengelola dirinya sendiri (8elf governing per8on). Secara
psikososial kemandirian tersusun dari tigaa baian pokok, yaitu: 1). Otonomi emosi
(emotional autonomy) adalah aspek kemandirian yang berhubungan dengan
perubahan kedekatan/keterikatan hubungan emosional individu, terutama sekali
dengan orang tua, 2). Otonomi bertindak (behavioral autonomy) adalah aspek
kemampuan untuk membuat keputusan secara bebas dan menindaklanjutinya dan,
3). Otonomi nilai adalah (value autonomy), aspek kebebasan untuk memaknai
seperangkat prinsip tentang benar dan salah, yang wajib dan yang hak, apa yang
penting dan apa yang tidak penting (Steinberg, 1993:289).
2.2Karakteristik Kemandirian Remaja
Kemandiran merupakan salah satu perkembangan yang Iundamental pada
tahun-tahun perkembangan remaja karena pencapaian kemandirian pada remaja
menjadi sangat penting dalam proses menuju kedewasaan. Hal ini ditegaskan
Steinberg (1993: 286) bahwa 'becoming an autonomou8 per8on a 8elf governing
per8on i8 the one of fundamental development ta88 of the adole8cent year8.
Memperjuangkan kemandirian bagi remaja merupakan hal yang tidak
mudah karena mereka harus dapat melepaskan kenyamanan yang telah mereka
dapatkan dari orang tua dari masa kanak-kanak. Remaja terkadang sulit untuk

mengkomunikasikan kepada orangtua perihal dirinya tidak ingin diperlakukan


seperti kanak-kanak lagi dengan logis dan objektiI sehingga terkadang
menunjukkan dengan cara penentangan aturan dan keinginan orang tua,
sedangkan orang tua melihat hal tersebut sebagai pemberontakan. Remaja
mengembangkan identitas dirinya dimana ia mulai menyadari kekuatan untuk
mengatur hidupnya sendiri dan merasakan kebutuhan untuk mendeIinisikan
dirinya dan tujan-tujuannya. Remaja masih membutuhkan bimbingan dan
dukungan orang tua dalam memutuskan rencana masa depan dan masih mendapat
bantuan Iinancial dari orang tuanya. Hal inilah yang menyebabkan remaja tidak
sepenuhnya bebas dari orang tua. Keinginan remaja untuk mengatur hidupnya
berbenturan dengan rasa tanggung jawab orang tua untuk memperhatikan
perkembangan anaknya.
Kemandirian memiliki beberapa tipe, diantaranya :
1. Kemandirian Emosional
iri yang menonjol pada kedewasaan seseorang adalah kemandirian
emosionalnya. Satu demi satu ia mulai melepas ketergantungan
jiwanya dari orang tua. Kesehariannya mulai ada ruang-ruang untuk
jaga jarak dari orang tua. Tuntutan atas kasih sayang dan perhatian
orang tua mulai proporsional. Dipuji atau tidak, disuruh atau tidak, ia
sudah mulai mampu beraktivitas. Ia semakin bisa mengatur dan
mengelola diri. Pelan tetapi pasti remaja yang matang sudah mampu
menata dan meniti tujuan IilosoIis kehidupannya. Emosi, pola pikir,
pola bicara, dan pola tindakannya semakin terukur.
Kemandirian secara emosional tidak hanya kepada orang tuanya.
Kemandirian emosional juga dilakukan terhadap semua pihak diluar
dirinya. Kemandirian emosional juga dilakukan terhadap teman,
kakak, guru, dan orang dewasa lainnya.
2. Kemandirian Psikososial
Karakteristik pokok remaja adalah meluasnya interaksi sosialnya,
kualitas dan intensitas pergaulannya meningkat. Remaja yang

kedewasaannya matang akan berkembang pola kemandirian sosialnya.


Mereka semakin mampu mengatur dan mengukur aktivitas pergaulan
sosialnya. Kapan saatnya bergaul dan sejauh mana intensitas
pergaulannya. Remaja yang matang dapat melakukannya secara
terukur dan wajar. Nilai-nilai pribadi dan prinsip hidupnya tidak lebur
dan hanyut ditengah arus sosialnya.
3. Kemandirian Perilaku (Behavioral Autonomy)
Dalam tahapan ini sering terjadi salah paham tentang perkembangan
kemandirian perilaku remaja. danya pandangan bahwa remaja ingin
menunjukan kemandiriannya dengan melakukan pemberontakanm-
pemberantakan terhadap harapan dan keinginan orang tua, padahal
pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan tersebut bukan
bermaksud untuk melawan kekangan tetapi dalam rangka
menyesuaikan diri dengan kelompok teman sebaya karena pada masa
remaja awal, remaja menjadi lebih bergantung terhadap teman sebaya
dibandingkan ketergantungan terhadap orang tua.
Semua individu (dalam semua umur) rentan terhadap tekanan yang ada
disekitarnya. Pendapat dan nasehat dari orang lain, khususnya orang
yang memiliki pengetahuan dan keputusan orang lain, khususnya
orang yang memiliki pengetahuan dan keputusan orang yang dihormati
oleh remaja pastilah membawa pengaruh penting bagi pilihan dan
keputusan yang diambil remaja. Remaja yang memiliki kemandirian
perilaku merupakan remaja yang berperilaku bebas, mampu meminta
nasihat kepada orang lain jika memerlukan, mempertimbangkan
keputusan alternatiI berdasarkan keputusan dari sendiri dan mengambil
kesimpulan mengenai bagaimana seharusnya berperilaku (Steinberg;
1995; 296).
Perubahan pada kemandirian dimasa remaja dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu perubahan dalam kemampuan pengambilan
keputusan, tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain, dan perubahan
dalam kepercayaan diri.

1). Kemampuan pengambilan keputusan


Pada masa remaja, kemampuan berpikir telah berkembang dari
konkrit menjad abstrak sehingga remaja mampu membuat
perbandingan dalam mempertimbangkan pendapat dan nasuhat orang
lain. Kemampuan remaja dalam mengambil peranan membuat remaja
mampu menimbang pendapat orang lain disamping menimbang
perspektiInya sendiri. Perubahan kognitiI tersebut berakibat kepada
kemampuan mengambil keputusan yang lebih baik, sehingga
kemampuan individu menjadi lebih besar untuk berprilaku mandiri.
2). Tidak rentan terhadap pengaruh pihak lain
Memasuki usia remaja , remaja lebih banyak menghabiskan waktu di
luar rumah, pendapat dan nasehat dari pihak luar, bukan hanya teman
sebaya tetapi juga orang yang lebih dewasa menjadi lebih penting.
Remaja sering digambarkan rentan terhadap tekanan teman sebayanya
dibandingkan pada masa kanak-kanak dan pada masa dewasa.
Umumnya, penelitian tentang pengaruh orang tua dan teman sebaya
menunjukkan jika dalam beberapa situasi pendapat teman sebaya lebih
berpengaruh, namun dalam situasi lain pendapat orang tua lebih
berpengaruh. Umumnya pendapat teman sebaya lebih berpengaruh
pada hal-hal yang berjangka pendek, namun untuk hal-hal jangka
panjang, seperti pendidikan pendapat orang tua lebih berpengaruh.
Satu penaIsiran, yaitu ketika remaja lebih rentan terhadap pengaruh
teman sebayanya selama masa ini, sebab orientasi terhadap kelompok
teman sebaya lebih besar. Remaja lebih peduli pada apa yang
dipikirkan teman-temannya tentang mereka, dan lebih memilih pergi
dengan kelompoknya agar tidak dijauhi (Brown, Lasen & Eicher
dalam Steinberg, 2003).
3). Perubahan dalam kepercayaan diri
Saat individu mulai mengembangkan kemandiriannya, remaja akan
lebih percaya diri dalam bertindak. Hal ini dikarenakan individu mulai
memiliki keberanian mengeluarkan pendapatnya sendiri. Hasil

penelitian Steinberg & Silverberg menunjukkan remaja putri lebih


percaya diri dari pada remaja putra. Hal ini khususnya memberikan
pencerahan terhadap ketertarikan untuk menemukan Iokus kerentanan
remaja terhadap tekanan kelompok. Remaja mungkin menggambarkan
diri mereka memiliki kepercayaan diri selama periode ketika mereka
rentan terhadap tekanan kelompok yang meningkat.
4. Kemandirian Nilai (values Autonomy)
Perkembangan kemandirian nilai memerlukan perubahan pandangan
remaja terhadap isu moral, politik, ideologi dan religi. Tiga aspek
perkembangan kemandirian nilai yang menjadi ketertarikan pada masa
remaja, yaitu (1) ab8tact belief yaitu memiliki keyakinan hanya
didasarkan pada kognitiI saja, benar dan salah, baik dan buruk adalah
kemandirian dengan memiliki sejumlah nilai tentang benar dan salah,
tentang hal yang penting dan tidak penting. ; (2) principal belief yaitu
memiliki keyakinan yang prinsipil nilai yang diimiliki memiliki
kejelasan hukum sehingga dia akan memiliki argumen yang jelas
sesuai dengan dasar hukum yang ada; (3) independent belief yaitu
yakin dan percaya akan nilai-nilai yang dianut sehingga menjadi jati
dirinya sendiri dan tidak ada seorangpun yang mampu merubah
keyakinan yang dimilikinya (Steinberg, 1995: 303-304).untuk melihat
perkembangan kemandirian nilai, dapat dilihat dari perubahan
karakteristik kognitiI dalam membuat pertimbangan dan cara berpikir
dalam melihat masalah dari sisi mereka sendiri, sehingga mampu
untuk memutuskan kemungkinan alternatiI dan Iokus untuk dapat
mengeksplorasi perbedaan sistem nilai, polotik dan ideologi, serta
kepercayaan agama yang membawa perubahan pada konsep yang
dimiliki remaja. Selain itu juga, perkembangan nilai didorong oleh
perkambangan kemandirian ini dilalui dengan baik maka kemandirian
nilai pun akan mengalami hal yang serupa.

5. Kemandirian Intelektual
Kemandirian berpikir seseorang akan memperkokoh integritas
kepribadiannya. Ia semakin mampu berinisiatiI. Ide dan gagasannya
melengkapi daya nalarnya. Kemampuan berpikiir kritis analisis dan
berpikir kreatiInya terus berkembang sebanding dengan perkembangan
aspek lainnya. iri lain kemandirian berpikir adalah adanya kemauan
untuk belajar dengan komitmen dari dalam diri. Prestasi akademisnya
berbanding lurus dengan potensi dasar intelektual (IQ)-nya, dan
potensi-potensi psikologis lainnya.
. Kemandirian Ekonomi
Meskipun remaja belum mandiri secara Iinansial dalam arti belum
mempunyai penghasilan sendiri, sikap kemandirian dalam mengelola
keuangan sudah mulai tampak. Mulai dari sikap bijaksana dalam
mengalokasikan kebutuhan biaya studinya, mampu mendahulukan
kebutuhan primer daripada kebutuhan yang kurang perlu, akan
menumbuhkan sikap-sikap manajerial dan entrepreneurship.
. Kemandirian $5iritual
Siswa SM ( Sekolah Menengah tas) telah masuk Iase
perkembangan yang memiliki kematangan perkembangan dalam
pembentukan sikap dan kebiasaan beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai agama telah dipahami sejak jenjang
pendidikan dasar dan sekolah menengah.
2.3aktor-aktor Yang Memengaruhi
da sejumlah Iaktor yang mempengaruhi bagi perkembangan kemandirian
remaja, yaitu sebagai berikut :
1. ender
Peran gender sangat mempengaruhi kemandirian, penelitian oleh
Manuel Flaming (2006) mengenai pengaruh usia dan jenis kelamin
menunjukan bahwa isu mengnai kemandirian lebih muncul pada

remaja pria. Hal ini senada dengan yang diutarakan oleh HoII
(YusuI,2005) bahwa laki-laki lebih mandiri dari perempuan. Remaja
pria lebih banyak mengalami konIlik dengan orang tuanya seputar
kepatuhan terhadap nasihat orangtua sedangkan remaja perempuan
dinilai lebih patuh pada orang tua. Tetapi pada penelitian Shirley
Feldman (dalam Steinberg 1995) menyatakan bahwa tidak ditemukan
hubungan antara jenis kelamin dengan kemandirian. Jadi, remaja laki-
laki belum tentu lebih mandiri daripada remaja perempuan.
2. $tatus ekonomi orang tua
Kohn (1979), menemukan dalam berbagai kultur para orangtua yang
berasal dari status sosial ekonomi yang lebih rendah menekankan nilai
konIormitas pada anak-anaknya daripada para orangtua yang berasal
dari status sosial ekonomi yang lebih tinggi yang menekankan nilai
kemunduran pada anak-anaknya.
3. Pendidikan
Proses pendidikan di sekolah yang tidak mengembangkan
demokratisasi pendidikan dan cenderung menekankan indokrinasi
tanpa argumen akan menghambat perkembangan kemandirian remaja.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masrun, dkk (1986) mengenai
kemandirian, menujukkan pendidikan mempunyai peranan penting
bagi pembentukkan sikap mandiri. pabila pendidikan rendah maka
kemandirian juga rendah dan sebaliknya. Menurut hasil penelitian
Deci & Ryan mengatakan bahwa kemandirian dapat memunculkan
motivasi internal remaja untuk belajar di sekolah. Lingkungan
pendidikan memberikan kesempatan pada remaja untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri. Selain itu, sekolah juga memberikan alasan
tentang peraturan-peraturan yang harus ditaati siswa sehingga dapat
mendukung kemandirian siswa karena membuat siswa merasa terlibat
aktiI.

4. Penerimaan teman sebaya


Remaja lebih banyak menghabiskan waktu mereka diluar rumah.
Ketika remaja dihadapkan pada suatu masalah, ia akan meminta
dukungan dari orang tua dan juga teman sebayanya. Namun, terkadang
perndapat orang tua dan temannya bertentangan. Hill & Holombeck
(Steinberg, 1993: 191) menyatakan bahwa remaja yang memiliki
pengalaman dengan teman sebaya menjadi hal yang pokok dalam
proses perkembangan kemandirian. Proses perkembangan menjadi
lebih matang dan hubungan yang lebih bebas dengan orang tua disertai
pembentukan hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya.
Dapat dikatakan bahwa salah satu Iungsi dari adanya interaksi yang
terjadi antara teman sebaya melalui pertemanan yang dibangun oleh
remaja yaitu untuk melatih kemandirian. Dengan lingkungan teman
sebaya remaja belajar memecahkan pertentangan-pertentangan dengan
cara-cara yang lain, memberikan dorongan bagi remaja untuk
mengambil peran dan tanggung jawab baru, remaja belajar
mengekspresikan ide-ide dan perasaan serta mengembangkan
kemampuan mereka dalam memecahkan masalah, remaja mencoba
mengambil keputusan atas diri mereka sendiri dan mengevaluasi nilai-
nilai yang dimilikinya dan yang dimiliki oleh teman sebayanya, serta
memutuskan mana yang benar dan yang salah.
5. Kematangan emosi
Seseorang yang dapat mengendalikan diri juga merupakan indikasi
bahwa orang tersebut telah matang emosinya (Hurlock, 1996). Seorang
individu yang matang emosinya akan dapat memutuskan sesuatu hal
dan mengatasi problem dengan baik, sesuai dengan keadaan dirinya
sendiri bebas dari pengaruh orang lain karena individu percaya dirinya
mampu mengatasi masalah tersebut, penuh pertimbangan tanpa
melibatkan emosi, dan dapat bertanggung jawab atas keputusan itu
(Minarni, 2003). Hal ini menunjukkan bahwa kematangan emosi

seseorang dapat mempengaruhi kemandirian pada orang yang


bersangkutan tersebut.
2.4Permasalahan yang muncul
Remaja seringkali mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan masih
adanya kebutuhan untuk tetap tergantung pada orang lain, terutama orang tua
dalam mencapai keinginannya untuk mandiri. Salah satu permasalahan yang
muncul pada perkembangan kemandirian remaja adalah remaja mengalami dilema
yang sangat besar antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti
keinginannya sendiri. ontohnya, jika ia mengikuti kehendak orangtua maka dari
segi ekonomi (biaya sekolah) remaja akan terjamin karena orangtua pasti akan
membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti kemauan orangtua bisa
jadi orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi yang demikian ini
sering dikenal sebagai keadaan yang ambivalensi dan dalam hal ini akan
menimbulkan konIlik pada diri sendiri remaja. KonIlik ini akan mempengaruhi
remaja dalam usahanya untuk mandiri, sehingga sering menimbulkan hambatan
dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitarnya. Bahkan dalam beberapa
kasus tidak jarang remaja menjadi Irustrasi dan memendam kemarahan yang
mendalam kepada orangtuanya atau orang lain di sekitarnya. Frustrasi dan
kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak
simpatik terhadap orangtua maupun orang lain dan dapat membahayakan dirinya
dan orang lain di sekitarnya.
Menjelang akhir masa remaja ketergantungan emosional remaja terhadap
orang tua menjadi semakin berkurang. Hal ini sebagai puncak kemandirian
emosional. Meskipun demikian ikatan emosional remaja terhadap orang tua
sesungguhnya tidak mungkin dapat diputuskan secara sempurna. Kemandirian
pada masa remaja sudah melibatkan kognisi yang dapat dijadikan pondasi berpikir
mengenai masalah sosial, moral dan etika. Kemampuannya dalam berpikir abstrak
membuatnya mampu melihat perspektiI orang lain, mampu menalar lebih baik,
dan mampu melihat konsekuensi setiap alternatiI tindakan sehingga mereka

mampu menimbang opini dan saran orang lain dengan lebih eIektiI serta dapat
membuat keputusan sendiri (Steinberg : 1995).





















BAB III
ANALI$I$ KA$U$
3.1Deskri5si Kasus
Remaja mengalami dilema yang sangat besar antara mengikuti kehendak
orangtua atau mengikuti keinginannya sendiri. Jika ia mengikuti kehendak
orangtua maka dari segi ekonomi (biaya sekolah) remaja akan terjamin karena
orangtua pasti akan membantu sepenuhnya, sebaliknya jika ia tidak mengikuti
kemauan orangtua bisa jadi orangtuanya tidak mau membiayai sekolahnya. Situasi
yang demikian ini sering dikenal sebagai keadaan yang ambivalensi dan dalam hal
ini akan menimbulkan konIlik pada diri sendiri remaja.
ontohnya pada seorang remaja yang bernama Dewi. Dua tahun lalu ia
dituntut oleh orang tuanya untuk menempuh studinya di UPI jurusan Pendidikan
Bahasa Indonesia. Hal tersebut sebenarnya tidak sesuai dengan keinginannya,
karena pada saat itu dia belum bisa mengambil keputusan untuk dirinya, sehingga
ia menuruti saja apa yang orang tuanya inginkan tanpa memikirkan konsekuensi
yang akan dihadapi. Setelah dijalani, ia merasa tidak nyaman dengan jurusan yang
dipilihkan oleh orang tuanya. kibatnya ia malas pergi kuliah dan sering
berbohong kepada orang tuanya. Ia merasa tertekan dan Irustasi antara mengikuti
keinginan orang tuanya atau mengikuti apa yang iainginkan.
Setelah sekian lama, ia mulai berpikir untuk masa depannya dan tidak
ingin terus-menerus membohongi orang tuanya. khirnya ia mempunyai
keberanian untuk menjelaskan kebenaran dan keinginannya untuk bersekolah
diperguruan tinggi yang ia inginkan yaitu di STT Telkom. Dari sini lah
kemandiriannya muncul dan mulai bisa mengambil keputusan untuk dirinya

sendiri sehingga tidak selalu bergantung kepada keputusan orang tuanya lagi. Jadi,
kemandirian itu terlihat pada saat kita tidak selalu bergantung kepada orang lain
dan dapat mengambil keputusan sendiri berdasarkan pada pertimbangan baik atau
buruknya bagi dirinya sendiri.
3.2Analisis
KonIlik diatas akan mempengaruhi remaja dalam usahanya untuk mandiri.
Bahkan dalam beberapa kasus tidak jarang remaja menjadi Irustrasi.Frustrasi dan
kemarahan tersebut seringkali diungkapkan dengan perilaku-perilaku yang tidak
simpatik terhadap orangtua maupun orang lain. Hal ini tentu saja akan sangat
merugikan remaja tersebut karena akan menghambat tercapainya kedewasaandan
kematangan kehidupan psikologisnya.
Tetapi dalam kasus diatas, remaja tersebut mulai berpikir untuk mulai
memunculkan kemandiriannya dengan cara berani mengungkapkan keputusannya
kepada orang tuanya, dengan pemikiran dan pertimbangan yang sudah matang.














BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesim5ulan
Kesimpulan dari makalah 'Kemandirian Remaja adalah :
1. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja.
2. Memperoleh kebebasan (mandiri) merupakan suatu tugas bagi remaja.
Dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan berlatih
dalam membuat rencana, memilih alternatiI, membuat keputusan,
bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang dilakukannya.
3. Pemahaman orangtua terhadap kebutuhan psikologis remaja untuk
mandiri sangat diperlukan dalam upaya mendapatkan titik tengah
penyelesaian konIlik-konIlik yang dihadapi remaja.
4. Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang
memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya
5. Karakteristik kemandirian diantaranya adalah kemandirian secara
emosional, psikososial, ekonomi, inteleketual dan spiritual
6. Faktor yang mempengaruhi perkembangan kemandirian remaja,
diantaranya gen atau keturunan orang tua, pola asuh orang tua, sistem
pendidikan di sekolah, sistem kehidupan di masyarakat
7. Salah satu permasalahan yang muncul pada perkembangan
kemandirian remaja adalah remaja mengalami dilema yang
sangat besar antara mengikuti kehendak orangtua atau mengikuti
keinginannya sendiri.


4.2 $aran
Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengaruhi oleh pola
asuh orang tua. Di dalam keluarga, orangtualah yang berperan dalam mengasuh,
membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Oleh
karena itu orangtua harus bertindak dalam menyikapi tuntutan kemandirian
seorang remaja, beberapa tindakannya antara lain :
1. Komunikasi,Dengan melakukan komunikasi orangtua dapat mengetahui
pandangan-pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya
anak-anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh orangtuanya.
2. Kesem5atan. Orangtua sebaiknya memberikan kesempatan kepada anak
remajanya untuk membuktikan atau melaksanakan nkeputusan yang telah
diambilnya. Biarkan remaja tersebut mengusahakan sendiri apa yang
diperlukannya dan biarkan juga ia mengatasi sendiri berbagai masalah
yang muncul. Dalam hal ini orangtua hanya bertindak sebagai pengamat
dan hanya boleh melakukan intervensi jika tindakan sang remaja dianggap
dapat membahayakan dirinya dan orang lain.
3. Tanggungjawab. Bertanggungjawab terhadap segala tindakan yang
diperbuat merupakan kunci untuk menuju kemandirian. Dengan berani
bertanggungjawab (betapapun sakitnya) remaja akan belajar untuk tidak
mengulangi hal-hal yang memberikan dampak-dampak negatiI (tidak
menyenangkan) bagi dirinya.
4. Konsistensi. Konsistensi orangtua dalam menerapkan disiplin dan
menanamkan nilai-nilai kepada remaja dan sejak masa kanak-kanak di
dalam keluarga akan menjadi panutan bagi remaja untuk dapat
mengembangkan kemandirian dan berpikir secara dewasa. Orangtua yang
konsisten akan memudahkan remaja dalam membuat rencana hidupnya
sendiri dan dapat memilih berbagai alternatiI karena segala sesuatu sudah
dapat diramalkan olehnya.


DATAR PU$TAKA

Magaton, Yuri.Drs.(2010). !elayanan Kon8eling pada Satuan !endidian
Menengah. Jakarta :Grasindo
Sukaesih. (2010). ubungan antara Intera8i 8o8ial teman 8ebaya dengan
Kemandirian Remafa. Skripsi tidak diterbitkan.Bandung : Universitas
Pendidikan Indonesia
Permana, M.Sidiq. (2011).!rogram Bimbingan dan Kon8eling untu
Meningatan Kemandirian Si8a. Skripsi tidak diterbitka. Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia















Pertanyaaan :
1. Kelompok 1
bagaimana caranya agar dapat mengubah seorang remaja yang manja
menjadi mandiri dan meyakinkan orangtuanya agar melepas anaknya dari
larangan yang selama ini di berlakukan?
2. Kelompok 2
pakah Iaktor decision making ini sangat mempengaruhi kemandirian
remaja? pakah termasuk salah satu Iaktor?
3. Kelompok 3
Pola asuh apa yang terbaik agar dapat membentuk remaja yang mandiri ?
otoriter atau demokratis?
4. Kelompok 4
pakah semua karakteristik kemandirian itu harus remaja penuhi semua
atau salah satunya untuk mencapai kemandirian?
5. Kelompok 5
- pakah kemandirian itu dibentuk,terbentuk atau dikembangkan ?
- pakah anda yakin bahwa gen berpengaruh terhadap
kemandirian?seberapa besar pengaruhnya?
6. Kelompok 6
dakah standarisasi kemandirian untuk kemandirian spiritual dan
nilai?apakah dalam kemandirian nilai terdapat norma?
7. Kelompok 8
- Bagaimana memberi dorongan kepada anak remaja agar dirinya
menjadi orang yang mandiri dari pada sebelumnya?
- Seberapa penting kemandirian dalam kehidupan seseorang?
- pakah kemandirian seseorang mempengaruhi kesuksesan karirnya?


8. Kelompok 9
Bagaimana sikap orangtua yang apabila anakanya sudah menginjak usia
remaja namun tidak menunjukan sikap mandiri dan anak cenderung selalu
ingin bergantung pada orangtuanya ?
9. Kelompok 10
Mengapa remaja kebanyakan merasa lebih nyaman bersama teman-
temannya dibandingkan dengan orang tuanya?
awaban :
1. Kelompok 1
Membiasakan remaja untuk melakukan sesuatu dengan sendiri, misalnya:
membereskan kamar, mencuci pakaian. Dan memberikan kepercayaan
agar remaja memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri. Namun dalam
hal kebebasan orang tua tidak akan melepaskan remaja sepenuhnya karena
orang tua memiliki tanggung jawab penuh terhadap anaknya.
2. Kelompok 2
Iya tentu, decision making juga merupakan Iaktor kemandirian yaitu
dalam kematangan emosi, dimana remaja akan dapat mengambil setiap
keputusan dari permasalahan yang muncul.
3. Kelompok 3
Pola asuh yang baik yaitu secara demokratis dan otoriter juga bisa, asalkan
dapat menempatkannya sesuai situasi, ketika menyuruh remaja belajar
maka orangtua harus otoriter agar anak dapat belajar dengan baik, tapi
orangtua juga membiasakan remaja untuk demokratis dalam hal-hal lain
agar dapat mengungkapkan pendapatnya.
4. Kelompok 4
Salah satunya juga bisa karena karakteristik disini remaja yang disebut
mandiri secara spiritual belum tentu mandiri secara ekonomi, sehingga
remaja akan disebut mandiri ketika dapat memenuhi salah satunya sesuai
dengan kemandiriannya itu.

5. Kelompok 5
- Semuanya dapat dilakukan, karena mandiri itu tumbuh dari pola asuh
orangtua yaitu dapat dibentuk, lingkungan sosial, atau kesadaran dari diri
sendiri kemandirian akan terbentuk, dan kemudian ketika seorang remaja
dikatakan mandiri secara psikososial dia dapat mengembangkannya
menjadi mandiri secara ekonomi, dan sebagainya.
- Yakin, karena gen disini adalah biologis pembawaan siIat dari
orangtuanya yang manja. Bukan genetiknya (bentuk Iisik).
6. Kelompok 6
Kemandirian spiritual ini dibentuk tergantung kepada orangtuanya yang
menanamkan pendidikan keagamaan dari usia dini, sehingga ketika remaja
sudah tertanam kemandirian spritualnya yang kuat.
Kemandirian nilai didalamnya terdapat norma, karena remaja selain
mengetahui baik dan buruk dia juga harus dapat mematuhi dan
mempertimbangkan sendiri norma yang berlaku di masyarakat.
7. Kelompok 8
- Remaja harus dibiasakan untuk tidak selalu disuruh terlebih dahulu bila
akan mengerjakan sesuatu karena itu adalah tanggung jawabnya. Remaja
harus diajarkan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya dan
dia harus tahu segala hal yang baik dan buruk tidak hanya untuk dirinya,
tapi juga untuk orang-orang disekitarnya.
- Kemandirian itu sangat penting bagi kehidupan seseorang, contohnya
dalam kehidupan sehari-hari kita dihadapkan pada banyak pilihan, dan
disini dibutuhkan kemandirian untuk mengambil keputusan dan tidak
tergantung atau terpengaruh pada orang lain.
- Kemandirian sangat berpengaruh dalam karir hidup kita karena saat
kita berkarir dibutuhkan kemandirian untuk kita berani mengambil
keputusan, kita tidak selalu tergantung kepada orang lain dalam
menjalani karir karena berkarir itu adalah pilihan kita dan kita harus
bertanggung jawab atas segala pilihan kita.

8. Kelompok 9
Orang tua harus selalu memberikan motivasi kepada anaknya agar bisa
mandiri, bisa mengambil keputusan sendiri dan pilihan hidupnya. Orang
tua harusnya memberikan selalu kebebasan anaknya untuk memilih,
namun orang tua disini harus selalu memantau dan mengajarkan agar
anaknya bisa bertanggung jawab atas segala keputusan yang diambilnya.
9. Kelompok 10
Sebenarnya hal itu wajar, karena remaja masih dalam proses untuk
mencari jati diri, dia masih labil dalam mengambil keputusan. Rasa ingin
tahunya masih tinggi dan ingin mencoba hal-hal yang baru. Disinilah
peran orang tua sangat dibutuhkan agar anak tidak menjadi terjerumus ke
dalam hal yang negatiI. Dan dalam hal ini, anak sudah mulai mau lepas
dari orang tua dalam prosesnya untuk mencapai kemandirian.

Anda mungkin juga menyukai