Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I

Dosen Pengampu: David Ary Wicaksono, M.Si.

Oleh:
Aprilia Franciska (NIM: 71414003)
Nahemia Dito Hendrata (NIM: 71414011)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN
Tahun 2015/2016
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Rekan kerja Freud yang setia, Carl Gustav Jung atau yang biasa di sapa
Jung mendobrak psikoanalisis ortodoks dan membuat teori kepribadian yang
disebut dengan psikologi analisis. Teori ini berasumsi bahwa kekuatan gaib atau
magis (occult) berpengaruh pada kehidupan manusia. Ia percaya bahwa kita juga
termotivasi dari pengalaman emosional leluhur. Gambaran-gambaran yang
diturunkan oleh Jung disebut dengan ketidaksadaran kolektif.
Jung memiliki beberapa pandangan yang berbeda dari Freud. Pertama,
Jung menolak pandangan Freud mengenai pentingnya seksualitas. Menurutnya,
kebutuhan seks setara dengan kebutuhan manusia lainnya (makan, minum,
spiritual, religius). Kedua, Jung menentang pandangan mekanistik terhadap dunia
dari Freud; bagi Jung tingkah laku manusia dipicu oleh pandangan orang tentang
masa depan, tujuan dan aspirasinya. Freud memandang kehidupan sebagai usaha
memusnahakan atau menekan kebutuhan insting yang terus-menerus tumbuh,
Jung memandang kehidupan sebagai perkembangan yang kreatif. Ketiga, Jung
mengemukakan teori kepribadian yang bersifat racial atau phylogenic (evolusi
genetika yang terkait dengan sekelompok makhuk hidup yang berasal dari
keturunan, melalui jejak ingatan dari pengalaman masa lalu ras manusia). Dasar
kepribadian bersifat archaic, primitive, innate, unconscius dan universal. Arsetip
(Archetype) seperti persona, great mother, child, wise old man, dan anima
semuanya menjadi predisposisi dimana orang menerima dan merespon dunia.

2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bertujuan sebagai berikut :
(a) Mengetahui struktur kepribadian
(b) Mengetahui dinamika kepribadian
(c) Mengetahui perkembangan kepribadian
(d) Mengetahui metode investigasi Carl Gustav Jung
B. Pembahasan
1. Struktur Kepribadian
Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga
tingkat kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada
tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat taksadar kolektif.
Disamping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing,
terdapat sikap (introvers-ekstravers) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi)
yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Berikut beberapa penjelasan
tentang bagian dari struktur kepribadian:

a. Kesadaran (Consciusness) dan Ego


Menurut Jung, hasil pertama dari proses diferensiasi kesadran itu adalah
ego. Sebagai organisasi kesadaran, ego berperan penting dalam menentukan
presepsi, fikiran, perasaan dan ingatan yang bisa masuk ke kesadaran. Tanpa
seleksi ego, jiwa manusia bisa kacau. Dengan menyaring pengalaman, ego
berusaha memelihara keutuhan dalam kepribadian dan memberi orang perasaan
kontinuitas dan identitas.

b. Taksadar Pribadi (Personal Unconscius) dan Kompleks (Complexes)


Ketidaksadaran personal merangkum seluruh pengalaman yang terlupakan,
ditekankan, atau dipresepsikan secara subliminimal pada seseorang.
Ketidaksadaran kita bentuk oleh pengalaman individual. Gambaran
ketidaksadaran personal yang ada dapat diingat secara mudah atau sulit, namun
juga ada beberapa bagian yang jauh dari jangkauan kesadaran manusia. Konsep
Jung ini sedikit berbeda pandangan dengan Freud mengenai ketidaksadaran dan
kombinasi bawah sadar (Jung, 1931 / 1960).
Di dalam taksadar pribadi, sekelompok idea (perasaan-perasaan, fikiran-
fikiran, presepsi-presepsi, ingatan-ingatan) mungkin mengorganisir diri menjadi
satu yang disebut complex yang dikemukakan dalam risetnya di asosiasi kata.
Menurut Jung kesulitan membuat asosiasi kata terjadi karena kata itu dalam
ketidaksadaran pribadi berhubungan dengan organisasi fikiran-perasaan-ingatan
yang bermuatan emosi yang kuat. Kata apapun yang menyentuh organisasi itu
akan menghasilkan respon yang tidak wajar (misalnya respon membutuhkan
waktu yang lama).
Orang dikatakan mempunyai kompleks kalau orang itu jenuh (proccupied)
dengan sesuatu yang hampir mempengaruhi tingkah lakunya, sampai-sampai
dikatakan Jung, bukan orang ini yang memiliki kompleks, tapi komplekslah yang
memiliki orang itu. Kompleks memiliki inti yaitu kompleks yang bertindak
sebagai magnet menarik atau mengkonsentrasikan berbagai pengalaman
kearahnya, sehingga inti itu dipakai untuk menamai kompleks. Inti dan unsur
yang terkait dengannya bersifat taksadar tetapi kaitan tersebut dapat dan sering
menjadi tak sadar.
Mula-mula Jung berpendapat pengalaman masa kecil yang memicu
berkembangnya suatu kompleks. Namun sesudah menganalisis bagaimana
pengalaman masa kecil itu dapat menimbulkan kekuatan yang sangat besar, Jung
menemukan faktor penyumbang timbulnya kompleks di dalam tingkat kesadaran
yang paling dalam, yaitu taksadar kolektif.

c. Taksadar Kolektif (Collective Unconscious)


Disebut juga transpersonal unconscious. Menurut Jung, Evolusi makhluk
(manusia) memberi cetak biru bukan hanya mengenai fisik/tubuh tetapi mengenai
kepribadian. Tak sadar kolektif adalah gudang ingatan laten yang diwariskan oleh
leluhur dalam wujud manusia atau binatang (ingat teori evolusi Darwin). Ingatan
yang diwariskan adalah predisposisi (kecenderungan untuk bertindak) atau potensi
untuk memikirkan sesuatu.
Tak sadar kolektif merupakan fondasi ras yang diwariskan dalam
keseluruhan struktur kepribadian. Diatasnya dibangun ego, tak sadar pribadi, dan
pengalaman individu. Jadi apa yang dipelajari dari pengalaman secara substansial
dipengaruhi oleh tak sadar kolektif yang menyeleksi dan mengarahkan tingkah
laku sejak bayi. Tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif sangat membantu
manusia dalam menyimpan semua yang telah diluapkan/diabaikan, semua
kebijakan dan pengalaman sepanjang sejarah. Isi utama dari taksadar kolektif
adalah arsetip, yang dapat muncul ke kesadaran dalam ujud simbolisasi.

d. Arsetip (Archetype)
Tak sadar kolektif berisi image dan bentuk fikiran yang banyaknya tak
terbatas, tetapi Jung memusatkan diri pada image dan bentuk fikiran yang muatan
emosinya yang dinamakan archetype atau pola tingkah laku. Arsetip adalah
bayangan-bayangan leluhur atau arkaik (archaic) yang datang dari ketidaksadaran
kolektif. Persamaan arsetipe dengan kompleks adalah kumpulan dari bayangan-
bayangan yang diasosiasikan sangat kuat dari perasaan. Sedangkan perbedaannya
adalah kompleks merupakan komponen ketidaksadaran personal yang
diindividualisasi dan arsetip merupakan konsep yang umum dan muncul dari isi
ketidaksadaran kolektif.
Arsetip harus dibedakan dengan insting. Jung (1984/1960a)
mendefinisikan insting sebagai ketidaksadaran impuls pada tindakan, sedangan
arsetip adalah pasangan psikis dari sebuah insting. Tetapi keduanya dibentuk
secara tidak sadar dan berperan penting dalam membentuk kepribadian. Ia
mengidentifikasi berbagai arsetip; lahir, kebangkitan (lahir kembali), kematian,
kekuatan magis, uniti, pahlawan, anak, Tuhan, setan, dll. Yang paling penting
dalam membentuk tingkah laku adalah persona, anima-animus, shadow, self,
great mother, wish old man dan pahlawan.

 Persona (Topeng)
Adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan
kepada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai
lawan dari kepribadian privat yang berada dibalik wajah sosial. Persona
dibutuhkan untuk membantu mengontrol perasaan, fikiran dan tingkah
laku. Tujuannya adalah menciptakan kesan tertentu kepada orang lain
dan seiring juga menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
 Anima-animus
Manusia pada dasarnya biseks. Begitu pula dalam kepribadian, ada
arsetip feminin dalam kepribadian pria yang disebut anima. Arsetip
maskulin dakan kepribadian wanita disebut animus. Anima-animus
menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan ciri lawan jenisnya
sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-
masing jenisnya untuk tertarik dan memahami lawan jenisnya. Pria
memahami wanita berdasarkan animanya, dan wanita memahami pria
berdasarkan animusnya.

 Shadow (Bayangan)
Menurut Darwin manusia adalah evolusi dari binatang, dan sifat-sifat
kebinatangan tetap ada dalam diri manusia, dalam wujud arsetip
shadow atau bayangan. Jadi bayangan adalah sisi binatang dalam
kepribadian manusia, arsetip yang sangat kuat dan berpotensi
menimbulkan bahaya. Namun karena bermuatan emosi yang kuat,
spontanitas dan dorongan kreatif bayangan juga menjadi sumber
penggerak kehidupan (ingat konsep id dari Freud). Bayangan
disembunyikan dibalik persona. Itulah sebabnya arsetip mempengaruhi
tak sadar pribadi dari pada gilirannya juga akan mempengaruhi ego.
Apabila bayangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur
dalam tingkahlaku yang berguna dan dampaknya orang menjalani hidup
dengan penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan
baik, kekuatan bayangan menjadi agresi, kekejian yang merusak diri
sendiri dan orang lain.

 Self (Diri)
Adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan.
Self menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh semua sistem lainnya
dan mengarahkan proses individualisasi. Melalui self aspek kreativitas
dalam ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke
aktivitas produktif.

 Great Mother
Ibu agung (great mother) dan orang tua bijak (the wise old man) adalah
dua arketipe yang diturunkan dari anima dan animus. Setiap orang
memiliki arketipe great mother. Konsep yang sudah ada mengenali ibu
ini selalu dikaitkan dengan perasaan positif dan negatif. Contohnya
Jung (1954/1959c), mengungkapkan “ibu yang penuh cinta dan jahat”
(hlm. 82). Great mother menampilkan dua dorongan yang berlawanan.
Pada satu sisi dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan serta sisi lain
kekukatan untuk menghancurkan. Perlu diingat bahwa Jung melihat
ibunya sebagai orang yang memiliki dua kepribadian. Sebagai ibu yang
penuh cinta dan mengayomi serta ibu yang menakutkan, konservatif
dan kejam. Daya tarik yang kuat seorang ibu dirasakan baik pada pria
maupun pada wanita, sering kali muncul meskipun tidak ada hubungan
personal di antara mereka. Inilah dianggap Jung sebagai bukti adanya
arketipe great mother.

 Wish Old Man (Harapan Orang Tua)


Merupakan arketipe dari kebijaksanaan dan keberartian yang
menyimbolkan pengetahuan manusia akan misteri kehidupan.
Seseorang yang didominasi oleh arketipe jenis ini mungkin akan
memiliki banyak pengikut dengan menggunakan berbagai pendapat
yang terdengar meyakinkan, tetapi sesungguhnya tidak berarti karena
ketidaksadaran kolektif tidak dapat mengarahkan kebijakan pada
individu tertentu.

 Hero (Pahlawan)
Arketipe pahlawan (hero) dipresentasikan dalam mitologi dan legenda
seseorang yang sangat kuat bahkan terkadang merupakan bagian dari
Tuhan, yang memerangi kejahatan dalam bentuk naga, monster, atau
iblis. Pada akhirnya seorang pahlawan kerap dikalahkan oleh seseorang
atau sesuatu yang sepele (Jung, 1951, 1959b). Gambaran tentang
pahlawan sangat menyentuh kita pada karakter pahlawan di film,
komik, dan program TV. Saat pahlawan tampil mengalahkan karakter
jahat, mereka membebaskan kita dari perasaan tidak berdaya dan
kesengsaraan. Pada saat yang sama mereka juga menjadi model
kepribadian yang ideal bagi kita (Jung, 1934/1954a).

2. Dinamika Kepribadian
Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika
kepribadian sukar dibuat formulanya. Akhirnya, Jung mencoba mendekati
dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan fungsi/tujuan penggunaan energi
psikis.
a. Interaksi Antar Struktur Kepribadian
 Prinsip Oposisi
Berbagai sistem, sikap dan fungsi kepribadian saling berinteraksi
dengan tiga cara; saling bertentangan (oppose), saling mendukung
(compensate)¸ dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). Menurut
Jung, tegangan (akibat konflik) adalah esensi hidup; tanpa itu tidak ada
energi dan tidak ada kepribadian

- Prinsip Kompensasi
Dipakai untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik.
Umumnya terjadi antara sadar dan tak sadar; fungsi yang dominan
pada kesadaran dikompensasi oleh hal lain yang direpres.

- Prinsip Penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus menerus berusaha untuk
menyatukan pertentangan. Berusaha mensintesakan pertentangan
untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Integrasi ini
hanya sukses dicapai melalui fungsi transenden

 Energi Psikis
- Fungsi Energi
Jung berpendapat bahwa personaliti adalah sistem yang relatif
tertutup, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah dari sistem
energi lainya. Energi yang dipakai oleh kepribadian disebut energi
psikis atau energi hidup (life energi). Energi itu tampak dari
kekuatan semangat, kemauan dan keinginan serta berbagai proses
seperti mengamati, berfikir dan memperhatikan. Energi psikis
berasal dari pengalaman; melalui pengalaman hidup terjadi
perubahan energi fisik menjadi energi psikis. energi psikis ini
kemudian dikonsumsi oleh kepribadian untuk melakukan semua
aktifitas psikis.

- Nilai Psikis (Psychic Value)


Ukuran banyaknya energi psikis yang tertanam dalam salah satu
unsur kepribadian disebut nilai psikis (psychic value) dari unsur itu.
Nilai psikis suatu ide atau perasaan tidak dapat ditentukan secara
absolut, tetapi nilai relatifnya (mana yang lebih kuat dari yang lain)
dapat dianalisis. Misalnya dengan menanyakan dan mengobservasi
mana yang lebih dipilih atau lebih disukai seseorang diantara
beberapa ide yang diperbandingkan, berapa lama waktu yang
disediakan untuk berusaha mencapainya dan besarnya usaha untuk
menembus hubungan dalam usaha mencapainya. Cara diatas hanya
berguna untuk energi psikis yang dipakai dalam kegiatan tingkat sdar
dan tidak banyak menjelaskan energi psikis di tingkat tak sadar. Nilai
psikis tak sadar harus ditentukan dengan menganalisis “daya
konsentrasi unsur inti suatu kompleks”. Kekuatan kompleks adalah
jumlah kelompok item atau pengalaman yang dapat disimpulkan
berhubungan oleh inti kompleks. Menaksir kesatuan kompleks dapat
dilihat seperti tabel berikut ini:

Metoda Diskripsi
Observasi dan Mengamati tingkah laku dan menarik kesimpulan.
deduksi Jika kompleks hanya tampak dalam bentuk
tersembunyi, bisa dianalisis elemen tingkah laku
yang terpisah dan disimpulkan secara deduktif
penyebab yang melatarbelakanginya.
Indikator Mencatat dan meneliti berbagai gangguan tingkah
kompleks laku seperti salah ucap atau hambatan ingat.
Reaksi Ditunjukkan kepada seseorang senarai kata atau
emosional kalimat dan mencatat reaksinya, antara lain waktu
reasinya dan pola respon fioso-loginya. Respon
lambat yang jelas mungkin menandakan bahwa kata
itu berasosiasi dan meyentuh kompleks yang
disembunyikan. Respon fisiologi yang tidak umum
(misalnya denyut jantung meningkat) mungkin
menunjukkan emosi yang meningkat.

- Kesamaan (Equivalence) dan Keseimbangan (Entropy)


Energi psikis bekerja mengikuti termodinamika, yakni prinsip
ekuivalen dan prinsip entropi. Prinsip ekuivalen menyatakan jumlah
energi psikis selalu tetap, hanya distribusinya yang berubah. Jika
energi pada satu elemen menurun, energi pada elemen lain akan naik.
Entropi tentang kecenderungan energi menuju keseimbangan. Jadi
apabila nilai psikis kekuatannya tidak sama, maka energi yang lebih
tinggi akan mengalir ke energi yang lebih rendah, sampai terjadi
keseimbangan. Tujuan entropi adalah keseimbangan homeostatik.
Keseimbangan yang sempurna tidak pernah dicapai. Naik turunnya
energi itu disamping disebabkan oleh perpindahan energi dari bagian
satu kebagian yang lain (ekuivalen) dan mengalir energi yang kuat ke
yang lemah (entropi), bisa juga karena penambahan atau pengurangan
energi dari luar, baik dari sistem fisik maupun lingkunagn. Hukum
umum dari Jung menyatakan bahwa perkembangan hanya dari satu
sisi kepribadian akan menimbulkan konflik, sedangkan tegangan dan
perkembangan simultan semua aspek akan menghasilkan harmoni
dan kepuasan. Karena bagian/ sistem yang lemah akan selalu
berusaha untuk menjadi kuat, bagian dari kepribadian yang sangat
kuat terus-menerus ditekan oleh bagain lain yang lemah.

- Tujuan Penggunaan Energi


Tujuan utamanya memelihara kehidupan (preservation of life) dan
pengembangan aktivitas kultural dan spiritual (development of
cultural and spiritual activity). Tujuan-tujuan mengembangkan minat
kultural diraih melalui gerak progresi (progression) dan gerak
regresi (regression):
a. Progresi adalah gerak maji, berkat keberhasilan ego sadar
menyesuaikan tuntunan lingkungan dan kebutuhan tak sadar
secara memuaskan, energi akan mendukung gerak progresif
dimana kekuatan-kekuatan saling bertentangan disatukan dalam
arus yang harmonis.
b. Regresi adalah gerak mundur dari energi psikis akibat adanya
frustasi, sehingga energi psikis itu banyak dikuasai atau dipakai
dalam proses tak sadar. Regresi tidak selalu buruk.

Ketika lingkungan menentang pemuasan kebutuhan instingtif, ego


mempunyai sublimasi dan represi dalam pemakaian energi:
a. Sublimasi adalah mengubah tujuan instingtif yang tidak dapat
diterima dengan tujuan yang dapat diterima lingkungan.
b. Represi adalah menekan insting yang tidak mendapat penyaluran
rasional di lingkungan tanpa mengganggu ego.
3. Perkembangan Kepribadian
 Mekanistik (Mechanistic), Purposif (Purposive), dan Sinkronisitas
(Synchronicity)
Pendekatan Jung menjelaskan peristiwa psikis lebih lengkap dari pada
Freud. Pandangan Freud bersifat mekanistik atau kausalistik (semua peristiwa
disebabkan oleh kejadian masa lalu), sedangan Jung mengedepankan
pandangan purposif atau teleologik (peristiwa sekarang ditentukan oleh masa
depan atau tujuan). Mekanistik dan purposif dibutuhkan untuk melengkapi
pemahan terhadap kepribadian; masa kini ditentukan oleh masa lalu dan masa
depan. Prinsip mekanistik membuat manusia sengsara karena terjebak masa
lalu. Sebaliknya, prinsip purposif membuat orang penuh harapan, membuat
seseorang berjuang dan bekerja.
Dua peristiwa psikis yang terjadi secara bersamaan dan tampak saling
berhubungan, yang satu tidak menjadi penyebab dari yang lain karena
keduanya tidak dapat ditunjuk mana yang masa lalu dan mana yang masa
depan (prinsip sinkronisitas). Jung menyimpukan dari pengalaman-
pengalaman dari telepati mental, pengindraan batin (clairvayance) dan
fenomena paranormal lainnya. Arsetip sebagai isi tak sadar tidak dapat
menjadi sebab terjadinya peristiwa mental atau fisik. Prinsip sinkronisasilah
yang membuat peristiwa mental atau fisik terjadi bersamaan dengan aktifinya
isi-isi tak sadar.

 Individuasi (Individuation) dan Transendensi (Transcenden)


Tujuan hidup manusia adalah realisasi diri. Realisasi diri berarti
meminimalkan persona, menyadari anima atau animusnya, menyeimbangkan
introversi dan ekstraversi, serta meningkatkan empat fungsi juwa-fikiran,
perasaan, pengindraan, intuisi dalam posisi tertinggi. Realisasi diri umumnya
hanya dapat dicapai sesudah usia pertengahan.
- Individuasi
Semua aspek percabangan harus berkembang, apabila satu bagian
kepribadian terabaikan, maka sistem yang terabaikan itu menjadi kurang
berkembang dan akan menjadi pusat resistensi. Bayangan atau shadow
harus menyalurkan energi nya ke arah yang positif. Orang yang
mengabaikan bayangan akan menjadi orang kelelahan dan kehilangan
semangat.

- Transendensi
Represi dan regresi mungkin menghambat transendensi, tetapi arsetip
transendensi ini sangat kuat. Jung banyak menemukan arsetip
transendensi atau kebutuhan integrasi ini pada mimpi, mite, dan
simbolisasi mandala.

a. Tahap-Tahap Perkembangan
Hereditas diberi peranan penting dalam psikologi Jung. Pertama,
berkenaan dengan insting biologenik yang berfungsi memelihara kehidupan dan
reproduksi. Kedua, mewariskan pengalaman leluhur berupa arsetip; ingatan
tentang ras yang telah menjadi bagian dari hereditas karena diulang berkali-kali
generasi.
Ada empat tahap-tahap perkembangan dalam teori Jung. Perhatiannya
tertuju pada tujuan-tujuan perkembangan, khususnya tahap kedua dimana tekanan
perkembangannya terlektak pada pemenuhan syarat sosial dan ekonomi, dan
tahapan ke tiga ketika orang mulai membutuhkan nilai spritiual.

- Usia Anak (Childbood)


1. Tahap Anarkis (0-6 tahun): ditandai dengan kesadaran yang kacau dan
sporadis (kadang-kadang ada atau tidak).
2. Tahap Monarkis (6-8 tahun): ditandai dengan perkembangan ego, dan
mulainya fikiran verbal dan logika.
3. Tahap dualistik (8-12 tahun): ditandai dengan pembagian ego mejadi
dua (objektif dan subyektif).

Jung mengamati bahwa anak-anak sering mengalami kesulitan emosional.


Menurutnya, kesulitan itu merefleksikan “pengaruh buruk di rumah”.

- Usia Pemuda
Tahapan usia pemuda mulai dari pubertas sampai usia pertengahan.
Tahapan ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan, kematangan seksual,
tumbuh-kembangnya kesadaran dan pemahaman bahwa era bebas
masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang. Kesulitan yang
dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup dengan kesadaran
yang sempit pada masa anak-anak. Kecenderungan untuk hidup seperti
anak-anak dan menolak menghadapi masalah kekinian disebut prinsip
konserfatif (conservative principle). Jika pemuda disiapkan secara baik,
perubahan dari aktivitas anak-anak menjadi dewasa menjadi aktivitas
vokasional akan berlangsung lancar. Jika pemuda itu terikat dengan
ilusi anak-anak atau mengembangkan harapan yang tidak realistis, dia
akan menghadapi masalah yang luar biasa besar. Tahapan masalah
kedua ini bisa datang dari luar maupun dalam.

- Usia Pertengahan
Usia antara 35 atau 40 tahun. Usia pertengahan adalah usia realisasi
diri. Mereka ingin memahami makna kehidupan dirinya, ingin
memahami kehidupan di dalam diri mereka sendiri. Menurut Jung,
tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual,
kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda
dikesampingkan karena pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai
materialistik.
- Usia Tua
Menurut Jung, usia tua mirip dengan usia anak-anak; pada kedua tahapa
itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja di tak sadar. Jika pada awal
kehidupan orang takut hidup (nanti kerja apa, rumahnya dimana, dst)
pada usia tua hampir bisa dipastikan mereka takut mati. Takut mati
merupakan sesuatu yang normal, namun menurut Jung, mati adalah
tujuan hidup.

4. Metode Investigasi Carl Gustav Jung


a. Tes Asosiasi Kata
Tujuan tes Asosiasi Jung adalah untuk mengungkap perasaan-perasaan
yang bermuatan kompleks. Gambaran-gambaran yang terkait dalam lingkaran
kompleks mempunyai muatan emosi yang besar, dan ungkapan emosional itu
dapat diukur. Jung memakai 100 kata sebagai stimulus, yang dipilih/ disusun
untuk memancing reaksi emosional. Klien diperintah untuk merespon setiap kata
dengan kata pertama yang muncul dalam fikirannya. Respon kata dicata,
dilengkapi dengan pengukuran waktu reaksi, degub jantung, dan respon galvanik
kulit. Dilakukan tes ulang untuk memperoleh konsistensi jawaban. Reaksi-reaksi
tertentu menjadi pertanda bahwa stimulus kata itu menyentuh kompleks.

b. Psikoterapi
Secara tidak langsung teori Jung tampak pada pendekatan terapi dari
Rogers (fenomenologi) dan dari Maslow (humanistik), keduanya mengembangkan
teori kepribadian memakai paradigma di luar paradigma psikoanalitik. Berikut ada
empat tahapan terapi yang akan dilewati klien:

1. Pengakuan (conffesion): mirip dengan katarsis dari Freud, klien


memuntahkan isi-isi tak sadar yang mengganggunya dengan memakai
objek disekitarnya (terutama terapis) sebagai sarana.
2. Pencerahan (elucidation): tahapan interpretasi dan penjelasan,
penyebab timbulnya tingkah laku neurotis yang tidak dikehendaki,
mirip dengan transferensi dari Freud.

3. Pendidikan (education): terapis mendorong klien untuk memperlajari


tingkah laku baru, agar klien dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan menjawab tantangan-tantangan yang muncul.

4. Peubahan (transformation): memberi jalan klien mencapai realisasi-


diri. Membantu klien belajar membedakan berbagai aspek jiwa,
sehingga pasien itu mampu menagtur aspek-aspek itu dalam harmoni
dan semua potensinya.

Duapertiga kliennya berusia pertengahan dan kebannyakan menderita


karena kehilangan makna hidup, kehilangan tujuan hidup dan takut mati. Jung
berusaha membantu klien dengan menemukan orientasi filosofinya. Dia hati-hati
untuk tidak memakai filosofinya sendiri sebagai resep kepaada kliennya, dan
mendorong mereka menemukan makna hidup. Tujuan terapi ini adalah membantu
klien neurotik menjadi lebih sehat dan mendorong untuk bekerja mandiri
mencapai realisasi-diri. Teknik analisis mimpi dipakai untuk menemukan materi
tak sadar (yang mengganggu) dan membawanya ke kesadaran.

c. Analisis Mimpi
Persamaan pandangan Jung dengan Freud mengenai mimpi; mimpi
mempunyai makna yang harus dicermati secara seksama, mimpi muncul dari
dunia tak sadar, dan makna mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik.
Perbedaannya, Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat (wish
fullfiment) dan simbolisasi mimpi berhubungan dengan dorongan seksual, sedang
Jung memandang mimpi sebagai usaha spontan mengetahui hal yang tidak
diketahui dalam tak sadar sebagai bagian dari pengembangan kepribadian.
Tujuan interpretasi mimpi dari Jung adalah mengungkap elemen-elemen
yang ada di tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif, mengintegrasikannya ke
dalam kesadaran untuk mempermudah proses reaslisasi-diri. Jenis-jenis mimpi:
1. Mimpi besar (numinous): mimpi yang asing, aneh dan memberi
pengalaman yang sangat mendalam. Mimpi besar terjadi ketika
ketidaksadaran mengalami gangguan serius, sering diikuti dengan
kegagalan ego menangani dunia luar secara memuaskan

2. Mimpi tipikal: mimpi yang melibatkan arkhetif figural (ibu, bapak,


Tuhan, setan/hantu dan manusia bijak), arsetip peristiwa (kelahiran,
kematian, perpisahan dengan orang tua, baptis, perkawinan, terbang
dsb), dan arsetip obyek (matahari, air, ikan, kera dan hewan
pemangsa).

3. Mimpi anak-anak: mimpi tentang ingatan masa anak-anak (usia 3 atau


4 tahun) yang diingat sesudah dewasa.

Tiga metoda analisis mimpi dari Jung:


1. Amplifikasi: orang diminta merespon kata atau mimpi secara bebas
memnuat asosiasi berlanjut dari respon satu ke respon yang lain
sehingga asosiasi belakangan bisa bergeser dari stimulan pertamanya.
Analisis berusaha menemukan arsetip dan isi tak sadar lainnya dari
asosiasi jamak, serta maknanya bagi pasien.

2. Rangkaian mimpi: Jung menganalisis komponen mimpi secara


berturut-turut untuk melihat kecocokan pengembangan lebih lanjut.

3. Imajinasi aktif: sejenis intropeksi yang materinya campuran sebagai


mimpi bagian tampakan/fantasi atau gabungan keduanya. Orang
diminta memusatkan perhatiannya pada gambaran mimpi yang
mengesankan tetapi tidak dapat dimengerti lalu mengamati apa yang
terjadi dengan gambaran itu ketika mereka bergerak sesudah
digabungkan. Semua ungkapan dicatat tanpa sela untuk menghasilkan
rangkaian bahan tak sadar yang dapat dikaitkan dengan sikap sadar
pemimpi pada saat itu.

d. Evaluasi
Pengikut Jung melanjutkan eksplorasi teori Jung dan elaborasi dari
berbagai konsep Jung (Gerhard Adler, Michael Fordham, Sir Herbert Read, Esther
Harding dan Jolande Jacobi). Pengaruhnya pada psikologi modern tampak pada
pengembangan riset asosiasi kata dan konsepnya mengenai tipe intorversi dan
ekstraversi. Teori Jung banyak menyentuh dunia religius, baik memakai
pandangan agama untuk memahami kehidupan jiwa manusia atau memaknai
pendekatan fenomenologi dari psikologi untuk memahami agama.

C. Kesimpulan
Carl. Gustav Jung, merupakan sosok yang selalu ada dibelakang Sigmund
Freud dalam melakukan berbagai penelitian tentang perkembangan seseorang.
Tetapi dalam kajian teori yang disampaikan Jung sangat berbeda dengan Freud.
Dia mengkaji perkembangan seseorang yang berhubungan dengan masa lalu atau
berasal dari pengalaman nenek moyang. Pengalaman seseorang dimasalalu
menentukan pembentukan pribadi di masa sekarang
Daftar Pustaka

Alwilsol. (2005). Psikologi Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah


Malang
Feist, Jess, dan Feist,G . (2012) . Teori Kepribadian . Jakarta: Salemba Humanika

Anda mungkin juga menyukai