PSIKOLOGI KEPRIBADIAN I
Oleh:
Aprilia Franciska (NIM: 71414003)
Nahemia Dito Hendrata (NIM: 71414011)
2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis bertujuan sebagai berikut :
(a) Mengetahui struktur kepribadian
(b) Mengetahui dinamika kepribadian
(c) Mengetahui perkembangan kepribadian
(d) Mengetahui metode investigasi Carl Gustav Jung
B. Pembahasan
1. Struktur Kepribadian
Kepribadian disusun oleh sejumlah sistem yang beroperasi dalam tiga
tingkat kesadaran; ego beroperasi pada tingkat sadar, kompleks beroperasi pada
tingkat tak sadar pribadi, dan arsetip beroperasi pada tingkat taksadar kolektif.
Disamping sistem-sistem yang terikat dengan daerah operasinya masing-masing,
terdapat sikap (introvers-ekstravers) dan fungsi (fikiran-perasaan-persepsi-intuisi)
yang beroperasi pada semua tingkat kesadaran. Berikut beberapa penjelasan
tentang bagian dari struktur kepribadian:
d. Arsetip (Archetype)
Tak sadar kolektif berisi image dan bentuk fikiran yang banyaknya tak
terbatas, tetapi Jung memusatkan diri pada image dan bentuk fikiran yang muatan
emosinya yang dinamakan archetype atau pola tingkah laku. Arsetip adalah
bayangan-bayangan leluhur atau arkaik (archaic) yang datang dari ketidaksadaran
kolektif. Persamaan arsetipe dengan kompleks adalah kumpulan dari bayangan-
bayangan yang diasosiasikan sangat kuat dari perasaan. Sedangkan perbedaannya
adalah kompleks merupakan komponen ketidaksadaran personal yang
diindividualisasi dan arsetip merupakan konsep yang umum dan muncul dari isi
ketidaksadaran kolektif.
Arsetip harus dibedakan dengan insting. Jung (1984/1960a)
mendefinisikan insting sebagai ketidaksadaran impuls pada tindakan, sedangan
arsetip adalah pasangan psikis dari sebuah insting. Tetapi keduanya dibentuk
secara tidak sadar dan berperan penting dalam membentuk kepribadian. Ia
mengidentifikasi berbagai arsetip; lahir, kebangkitan (lahir kembali), kematian,
kekuatan magis, uniti, pahlawan, anak, Tuhan, setan, dll. Yang paling penting
dalam membentuk tingkah laku adalah persona, anima-animus, shadow, self,
great mother, wish old man dan pahlawan.
Persona (Topeng)
Adalah kepribadian publik, aspek-aspek pribadi yang ditunjukkan
kepada dunia, atau pendapat publik mengenai diri individu sebagai
lawan dari kepribadian privat yang berada dibalik wajah sosial. Persona
dibutuhkan untuk membantu mengontrol perasaan, fikiran dan tingkah
laku. Tujuannya adalah menciptakan kesan tertentu kepada orang lain
dan seiring juga menyembunyikan hakekat pribadi yang sebenarnya.
Anima-animus
Manusia pada dasarnya biseks. Begitu pula dalam kepribadian, ada
arsetip feminin dalam kepribadian pria yang disebut anima. Arsetip
maskulin dakan kepribadian wanita disebut animus. Anima-animus
menyebabkan masing-masing jenis menunjukkan ciri lawan jenisnya
sekaligus berperan sebagai gambaran kolektif yang memotivasi masing-
masing jenisnya untuk tertarik dan memahami lawan jenisnya. Pria
memahami wanita berdasarkan animanya, dan wanita memahami pria
berdasarkan animusnya.
Shadow (Bayangan)
Menurut Darwin manusia adalah evolusi dari binatang, dan sifat-sifat
kebinatangan tetap ada dalam diri manusia, dalam wujud arsetip
shadow atau bayangan. Jadi bayangan adalah sisi binatang dalam
kepribadian manusia, arsetip yang sangat kuat dan berpotensi
menimbulkan bahaya. Namun karena bermuatan emosi yang kuat,
spontanitas dan dorongan kreatif bayangan juga menjadi sumber
penggerak kehidupan (ingat konsep id dari Freud). Bayangan
disembunyikan dibalik persona. Itulah sebabnya arsetip mempengaruhi
tak sadar pribadi dari pada gilirannya juga akan mempengaruhi ego.
Apabila bayangan dan ego bekerja sama, kekuatan bayangan tersalur
dalam tingkahlaku yang berguna dan dampaknya orang menjalani hidup
dengan penuh semangat. Tetapi jika bayangan tidak tersalur dengan
baik, kekuatan bayangan menjadi agresi, kekejian yang merusak diri
sendiri dan orang lain.
Self (Diri)
Adalah arsetip yang memotivasi perjuangan orang menuju keutuhan.
Self menjadi pusat kepribadian, dikelilingi oleh semua sistem lainnya
dan mengarahkan proses individualisasi. Melalui self aspek kreativitas
dalam ketidaksadaran diubah menjadi disadari dan disalurkan ke
aktivitas produktif.
Great Mother
Ibu agung (great mother) dan orang tua bijak (the wise old man) adalah
dua arketipe yang diturunkan dari anima dan animus. Setiap orang
memiliki arketipe great mother. Konsep yang sudah ada mengenali ibu
ini selalu dikaitkan dengan perasaan positif dan negatif. Contohnya
Jung (1954/1959c), mengungkapkan “ibu yang penuh cinta dan jahat”
(hlm. 82). Great mother menampilkan dua dorongan yang berlawanan.
Pada satu sisi dorongan untuk kesuburan dan pengasuhan serta sisi lain
kekukatan untuk menghancurkan. Perlu diingat bahwa Jung melihat
ibunya sebagai orang yang memiliki dua kepribadian. Sebagai ibu yang
penuh cinta dan mengayomi serta ibu yang menakutkan, konservatif
dan kejam. Daya tarik yang kuat seorang ibu dirasakan baik pada pria
maupun pada wanita, sering kali muncul meskipun tidak ada hubungan
personal di antara mereka. Inilah dianggap Jung sebagai bukti adanya
arketipe great mother.
Hero (Pahlawan)
Arketipe pahlawan (hero) dipresentasikan dalam mitologi dan legenda
seseorang yang sangat kuat bahkan terkadang merupakan bagian dari
Tuhan, yang memerangi kejahatan dalam bentuk naga, monster, atau
iblis. Pada akhirnya seorang pahlawan kerap dikalahkan oleh seseorang
atau sesuatu yang sepele (Jung, 1951, 1959b). Gambaran tentang
pahlawan sangat menyentuh kita pada karakter pahlawan di film,
komik, dan program TV. Saat pahlawan tampil mengalahkan karakter
jahat, mereka membebaskan kita dari perasaan tidak berdaya dan
kesengsaraan. Pada saat yang sama mereka juga menjadi model
kepribadian yang ideal bagi kita (Jung, 1934/1954a).
2. Dinamika Kepribadian
Variasi struktur kepribadian yang kompleks membuat elaborasi dinamika
kepribadian sukar dibuat formulanya. Akhirnya, Jung mencoba mendekati
dinamika itu dari prinsip-prinsip interaksi dan fungsi/tujuan penggunaan energi
psikis.
a. Interaksi Antar Struktur Kepribadian
Prinsip Oposisi
Berbagai sistem, sikap dan fungsi kepribadian saling berinteraksi
dengan tiga cara; saling bertentangan (oppose), saling mendukung
(compensate)¸ dan bergabung menjadi kesatuan (synthese). Menurut
Jung, tegangan (akibat konflik) adalah esensi hidup; tanpa itu tidak ada
energi dan tidak ada kepribadian
- Prinsip Kompensasi
Dipakai untuk menjaga agar kepribadian tidak menjadi neurotik.
Umumnya terjadi antara sadar dan tak sadar; fungsi yang dominan
pada kesadaran dikompensasi oleh hal lain yang direpres.
- Prinsip Penggabungan
Menurut Jung, kepribadian terus menerus berusaha untuk
menyatukan pertentangan. Berusaha mensintesakan pertentangan
untuk mencapai kepribadian yang seimbang dan integral. Integrasi ini
hanya sukses dicapai melalui fungsi transenden
Energi Psikis
- Fungsi Energi
Jung berpendapat bahwa personaliti adalah sistem yang relatif
tertutup, bersifat kesatuan yang saling mengisi, terpisah dari sistem
energi lainya. Energi yang dipakai oleh kepribadian disebut energi
psikis atau energi hidup (life energi). Energi itu tampak dari
kekuatan semangat, kemauan dan keinginan serta berbagai proses
seperti mengamati, berfikir dan memperhatikan. Energi psikis
berasal dari pengalaman; melalui pengalaman hidup terjadi
perubahan energi fisik menjadi energi psikis. energi psikis ini
kemudian dikonsumsi oleh kepribadian untuk melakukan semua
aktifitas psikis.
Metoda Diskripsi
Observasi dan Mengamati tingkah laku dan menarik kesimpulan.
deduksi Jika kompleks hanya tampak dalam bentuk
tersembunyi, bisa dianalisis elemen tingkah laku
yang terpisah dan disimpulkan secara deduktif
penyebab yang melatarbelakanginya.
Indikator Mencatat dan meneliti berbagai gangguan tingkah
kompleks laku seperti salah ucap atau hambatan ingat.
Reaksi Ditunjukkan kepada seseorang senarai kata atau
emosional kalimat dan mencatat reaksinya, antara lain waktu
reasinya dan pola respon fioso-loginya. Respon
lambat yang jelas mungkin menandakan bahwa kata
itu berasosiasi dan meyentuh kompleks yang
disembunyikan. Respon fisiologi yang tidak umum
(misalnya denyut jantung meningkat) mungkin
menunjukkan emosi yang meningkat.
- Transendensi
Represi dan regresi mungkin menghambat transendensi, tetapi arsetip
transendensi ini sangat kuat. Jung banyak menemukan arsetip
transendensi atau kebutuhan integrasi ini pada mimpi, mite, dan
simbolisasi mandala.
a. Tahap-Tahap Perkembangan
Hereditas diberi peranan penting dalam psikologi Jung. Pertama,
berkenaan dengan insting biologenik yang berfungsi memelihara kehidupan dan
reproduksi. Kedua, mewariskan pengalaman leluhur berupa arsetip; ingatan
tentang ras yang telah menjadi bagian dari hereditas karena diulang berkali-kali
generasi.
Ada empat tahap-tahap perkembangan dalam teori Jung. Perhatiannya
tertuju pada tujuan-tujuan perkembangan, khususnya tahap kedua dimana tekanan
perkembangannya terlektak pada pemenuhan syarat sosial dan ekonomi, dan
tahapan ke tiga ketika orang mulai membutuhkan nilai spritiual.
- Usia Pemuda
Tahapan usia pemuda mulai dari pubertas sampai usia pertengahan.
Tahapan ini ditandai oleh meningkatnya kegiatan, kematangan seksual,
tumbuh-kembangnya kesadaran dan pemahaman bahwa era bebas
masalah dari kehidupan anak-anak sudah hilang. Kesulitan yang
dihadapi pemuda adalah bagaimana melupakan hidup dengan kesadaran
yang sempit pada masa anak-anak. Kecenderungan untuk hidup seperti
anak-anak dan menolak menghadapi masalah kekinian disebut prinsip
konserfatif (conservative principle). Jika pemuda disiapkan secara baik,
perubahan dari aktivitas anak-anak menjadi dewasa menjadi aktivitas
vokasional akan berlangsung lancar. Jika pemuda itu terikat dengan
ilusi anak-anak atau mengembangkan harapan yang tidak realistis, dia
akan menghadapi masalah yang luar biasa besar. Tahapan masalah
kedua ini bisa datang dari luar maupun dalam.
- Usia Pertengahan
Usia antara 35 atau 40 tahun. Usia pertengahan adalah usia realisasi
diri. Mereka ingin memahami makna kehidupan dirinya, ingin
memahami kehidupan di dalam diri mereka sendiri. Menurut Jung,
tahap ini ditandai dengan munculnya kebutuhan nilai spiritual,
kebutuhan yang selalu menjadi bagian dari jiwa, tetapi pada usia muda
dikesampingkan karena pada usia itu orang lebih tertarik dengan nilai
materialistik.
- Usia Tua
Menurut Jung, usia tua mirip dengan usia anak-anak; pada kedua tahapa
itu fungsi jiwa sebagian besar bekerja di tak sadar. Jika pada awal
kehidupan orang takut hidup (nanti kerja apa, rumahnya dimana, dst)
pada usia tua hampir bisa dipastikan mereka takut mati. Takut mati
merupakan sesuatu yang normal, namun menurut Jung, mati adalah
tujuan hidup.
b. Psikoterapi
Secara tidak langsung teori Jung tampak pada pendekatan terapi dari
Rogers (fenomenologi) dan dari Maslow (humanistik), keduanya mengembangkan
teori kepribadian memakai paradigma di luar paradigma psikoanalitik. Berikut ada
empat tahapan terapi yang akan dilewati klien:
c. Analisis Mimpi
Persamaan pandangan Jung dengan Freud mengenai mimpi; mimpi
mempunyai makna yang harus dicermati secara seksama, mimpi muncul dari
dunia tak sadar, dan makna mimpi diekspresikan dalam bentuk simbolik.
Perbedaannya, Freud memandang mimpi sebagai pemenuhan hasrat (wish
fullfiment) dan simbolisasi mimpi berhubungan dengan dorongan seksual, sedang
Jung memandang mimpi sebagai usaha spontan mengetahui hal yang tidak
diketahui dalam tak sadar sebagai bagian dari pengembangan kepribadian.
Tujuan interpretasi mimpi dari Jung adalah mengungkap elemen-elemen
yang ada di tak sadar pribadi dan tak sadar kolektif, mengintegrasikannya ke
dalam kesadaran untuk mempermudah proses reaslisasi-diri. Jenis-jenis mimpi:
1. Mimpi besar (numinous): mimpi yang asing, aneh dan memberi
pengalaman yang sangat mendalam. Mimpi besar terjadi ketika
ketidaksadaran mengalami gangguan serius, sering diikuti dengan
kegagalan ego menangani dunia luar secara memuaskan
d. Evaluasi
Pengikut Jung melanjutkan eksplorasi teori Jung dan elaborasi dari
berbagai konsep Jung (Gerhard Adler, Michael Fordham, Sir Herbert Read, Esther
Harding dan Jolande Jacobi). Pengaruhnya pada psikologi modern tampak pada
pengembangan riset asosiasi kata dan konsepnya mengenai tipe intorversi dan
ekstraversi. Teori Jung banyak menyentuh dunia religius, baik memakai
pandangan agama untuk memahami kehidupan jiwa manusia atau memaknai
pendekatan fenomenologi dari psikologi untuk memahami agama.
C. Kesimpulan
Carl. Gustav Jung, merupakan sosok yang selalu ada dibelakang Sigmund
Freud dalam melakukan berbagai penelitian tentang perkembangan seseorang.
Tetapi dalam kajian teori yang disampaikan Jung sangat berbeda dengan Freud.
Dia mengkaji perkembangan seseorang yang berhubungan dengan masa lalu atau
berasal dari pengalaman nenek moyang. Pengalaman seseorang dimasalalu
menentukan pembentukan pribadi di masa sekarang
Daftar Pustaka