Anda di halaman 1dari 77

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda-tangan dibawah ini :

Nama : Susana Henukh

NIM : 03.2016.0077

Jurusan : Pastoral Konseling

Judul : Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun Pada Dewasa Madya di


Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang

Saya mengatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya susun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar serjana dari jurusan Pendidikan Agama Kristen
Negeri (IAKN) Kupang,Seluruhnya merupakan hasil Karya sendiri. Adapun
bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi yang saya kutip dari orang lain
telah di tulis sumbernya secara jelas sesuai norma,kaidah dan etika penulisan
ilmiah.

Apabila dikemudian hari seluruh atau sebagian skripsi ini bukan merupakan
karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi
lainhya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kupang, 2022

Susana Henukh

ii
MOTTO

JANGANLAH,TAKUT SEBAB AKU MENYERTAI


ENGKAU,JANGANLAH BIMBANG,SEBAB AKU INI ALLAHMU;

AKU AKAN MENEGUHKAN BAHKAN AKAN MENOLONG ENGKAU;

AKU AKAN MEMEGANG ENGKAU DENGAN TANGAN KANANKU


YANG MEMBAWA KEMENANGAN.

YESAYA 41:10

iii
ABSTRAK

Analisis Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun


pada Dewasa Madya di Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang.

Susan, 0320160073, melakukan penelitian dengan judul: Kecemasan


Menghadapi Masa Pensiun pada DewasaMadya di Kelurahan Maulafa Kecamatan
Maulafa Kota Kupang dengan rumusan masalah faktor-faktor apayang
mempengaruhi kecemasan Dewasa Madya di Kelurahan Maulafa Kecamatan
Maulafa Kota Kupang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-
faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun pada
DewasaMadya di Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang.

Metode yang digunakan ialah metode kualitatif deskriptif dengan subjek


penelitian sebanyak 4 Orang yang berada di Kelurahan Maulafa Kecamatan
Maulafa Kota Kupang. Teknik pengumpulan data adalah observasi wawancara
terstuktur.Teknik analisis data terdiridari 3 teknik yaitu pengumpulan data,
penyajian data, dan verivikasi dan penarikan kesimpulan.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa melalui
pengorbanan anak-Nya yang tunggal Tuhan Yesus Kristus, senantiasa
memberikan hikmat dan pengetahuan kepada peneliti,sehingga peneliti mampu
menyelesaikan Skripsi ini dengan judul”Kecemasan Menghadapi Masa Pensiun
pada Dewasa Madya di Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota
Kupang”dengan baik. Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi oleh semua Mahasiswa Strata Satu (SI) untuk memperoleh gelar
akademik Sarjana Agama (S.Ag) pada Jurusan Pastoral Konseling pada Institut
Agama Kristen Negeri Kupang.

Peneliti menyadari bahwa dalam proses penyelesaikan tulisan ini banyak


masukan-masukan dan arahan, bimbingan, pemikiran serta motivasi dan bantuan
secara langsung maupun tidak langsung yang peneliti peroleh dari berbagai
pihak,untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya patut
dilimpahkan,terkhususnya kepada:

1. Bapak Dr. Harun Y. Natonis,S.Pd, M,Si selaku Rektor Institut Agama


Kristen Negeri Kupang yang telah memberikan kesempatan kepada
peneliti untuk menuntut ilmu di Institut Agama Kristen Negeri Kupang.
2. Dominggos Freitas, S.Th, M.Pd.K selaku Kasubbag.Layanan Akademik
dan pada Institut Agama Kristen Negeri Kupang yang karena pengertian
dan kebaikannya selalu memberi kemudahan dan berbagai fasilitas dan
telah membantu peneliti dalam urusan-urusan atminitrasi akademik.
3. Ibu Marla M. Djami, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan
Kristen pada Institut Agama kristenNegeri Kupang, yang telah membantu
peneliti dalam urusan-urusan akademis maupun adminitrasi lainnya
selama studi.
4. Marleny Rambu Riada, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pastoral
Konselingyang telah membantu peneliti dalam urusan-urusan akademis
maupun adminitrasi di bagian Prodi selama studi.
5. Ibu Irene E. Daik,S.Si,Teol,M.Psi selaku pembimbing 1 dan Ibu Devi N.
Sheldena,M.Psi selaku pembimbing 2 yang dengan kesabaran,ketabahan
dan ketulusan hati telah meluangkan waktu,tenaga dan semua kemampuan
dalam bimbingan dan mengarahkan peneliti selama proses penyelesaian
tulisan ini.
6. Bapak Oktovianus Liu,SH,M.Si, selaku dosen penasehat akademik yang
telah membimbing,menuntun dan mengarahkan peneliti menyelesaikan
pendidikan di Program Studi Pastoral Konselingpada Institut Agama
Kristen Negeri Kupang.
7. Seluruh Bapak Ibu Dosen dan Pegawai pada Institut Agama Kristen
Negeri Kupang yang telah memberikan bekal ilmu dan kesempatan yang

v
luas kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan penulisan ini dengan
baik.
Tak ada gading yang tak retak,dengan menyadari bahwa tulisan ini masih
terus dikembangkan dan di sempurnakan kritik dan saran yang bersifat
membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga Skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak.

Kupang , November 2021

Penulis

vi
PERSEMBAHAN

Dengan penuh sukacita, penulis mempersembahkan karya ini kepada:

1. Tuhan Allah Yesus Kristus sumber kasih, pengharapan dan damai

sejahterah yang selalu memberkati, membimbing dan menyertai saya dalam

menyelesaikan penulisan skripsi ini;

2. Almamaterku tercinta yang selalu di banggakan, Jurusan Pastoral Konseling

IAKN Kupang.

3. Orang tuaterkasih, Adrianus Henukh dan Maria Henukh-Pah yang selalu

mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Saudara- saudara yang terkasih, KakakYermias,dan Adik Salmun,

Steven.dan Iparku Kakak Ana. senantiasa mendukung dan mendoakan saya

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

5. Kakak-Kakak dan Adik terkasih Mia, Ana, Beni, Nio, Jit, Kae, Santi, Nona,

Tino, yang selalu mendukung dan memotivasi saya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terbaik saya, Esrti, Novi, Lilis, Yuliana, Saka,

Erni,Sarlota,Dora,Okto,Asti dan semua teman-teman Kelas C angkatan

2016 yang telah mendukungdan menemani saya dalam menyelesaikan

skripsi ini.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………………… i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…………………………………... ii

MOTTO…………………………………………………………………………………... iii

ABSTRAK………………………………………………………………………………... iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… v

PERSEMBAHAN………………………………………………………………………... vii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………….. viii

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….. 1

1.1. Latar Belakang Masalah………………………………………………………………. 1


1.2. Fokus Masalah ……………………………………………………………………….. 6
1.3. Batasan Masalah ……………………………………………………………………... 6
1.4. Rumusan Masalah ……………………………………………………………………. 6
1.5. Tujuan Penelitian …………………………………………………………………….. 6
1.6. Manfaat Penelitian …………………………………………………………………… 6
BAB II LANDASAN TEORITIS…………………………………………………………. 7

2.1. Kecemasan.................................................................................................................... 7

2.1.1. Pengertian Kecemasan................................................................................................. 7

2.1.2. Aspek-Aspek Kecemasan ………………………………………………………….. 9

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ………………………………….. 11

2.1.4. Dampak Kecemasan ………………………………………………………………… 16

2.1.5. Macam-Macam Kecemasan ………………………………………………………… 17

2.1.6. Gejala-Gejala pada Kecemasan …………………………………………………….. 18

2.2. Usia Madya………………………………………………………………………….... 18

2.2.1. Pengertian Usia Madya ……………………………………………………………… 18

2.2.2. Karakteristik Usia Madya ...…………………………………………………………. 19

viii
1.3.1. Pengertian Pensiun…………………………………………………………………… 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………. 23

3.1. Metode Penelitian…………………………………………………………………….. 23

3.1.2. Subjek ………………………………………………………………………………... 23

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian ………………………………………………………. 24

3.2.1. Waktu ………………………………………………………………………………. 24

3.2.2. Lokasi Penelitian …………………………………………………………………… 24

3.3. Instrumen Penelitian ………………………………………………………………… 24

3.4.Teknik Pengumpulan Data…………………………………………………………… 25

3.4.1. Wawancara ………………………………………………………………………….. 25

3.4.2. Observasi ……………………………………………………………………………. 26

3.5. Teknik Analisa Data …………………………………………………………………. 26

3.5.1. Pengumpulan Data (Data Collection) ……………………………………………….. 26

3.5.3. Penyajian Data (Data Display) ……………………………………………………… 27

3.5.4. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conlusion Drawing ang Verification) ……... 27

3.6. Uji Keabsahan Data……………………………………………………………………. 28

BAB IV HASIL PENELITIAN 29

4.1. GambaranUmumLokasiPenelitianKelurahanMaulafa 29
…………………………………. 29
4.1.1. GambaranUmumLokasi …………………………………………………………….
4.1.2. KeadaanUmum………………………………………………………………………
4.2. Analisis 35
Data……………………………………………………………………………. 35
4.2.1. Reduksi Data ……………………………………………………………………….
35
4.2.2. Hasil Observasi……………………………………………………………………...
4.2.3. Reduksi Data dan Wawancara………………………………………………………
4.2.4. Penyajian Data……………………………………………………………………… 50

ix
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………………… 67
5.1. Kesimpulan …………………………………………………………………………. 68
5.2. Saran ………………………………………………………………………………… 69
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Salah satu kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia adalah bekerja,

karena dengan bekerja itulah manusia bisa memenuhi semua kebutuhan

hidupnya.Manusia yang dimaksud dalam hal ini adalah pegawai atau

karyawan.Bekerja merupakan aktifitas fisik maupun aktifitas mental yang

menjadi kegiatan utama manusia dalam kehidupan sehari-hari.Manusia yang

melakukan aktifitas kerja sering disebut dengan istilah homo labor yang

berarti manusia yang bekerja. Manusia yang bekerja pada waktunya akan

menghadapi masa pension. Masa pension dapat menjadi sumber kecemasan

bagi sebaian pekerja atau karyawan.

Menurut Purnomo (2008) kecemasan menghadapi masa pensiun adalah

suatu reaksi seseorang terhadap kejadian yang akan dilalui seseorang yaitu

aktivitas pengunduran diri dari pekerjaannya dan kehidupan yang menandai

akhir periode kerja. Papalia (2008) juga berpendapat bahwa kecemasan

menghadapi masa pensiun adalah gangguan perasaan yang ditandai dengan

perasaan kekhawatiran mendalam yang timbul sebagai reaksi diri ketika

menghadapi perubahan keadaan dari bekerja menjadi tidak bekerja atau

disebut juga pensiun. Kecemasan menghadapi masa pensiun adalah suatu

keadaan yang tidak menyenangkan atau tidak diharapkan yang timbul pada

individu karena rasa khawatir, bingung, tidak pasti akan masa depannya, dan

belum siap menerima kenyataaan akan memasuki masa pensiun dengan

11
segala akibatnya baik secara ekonomi, sosial, ataupun psikologis.

Individu yang menghadapi masa pensiun akan mengalami kecemasan

dan goncangan perasaan yang begitu berat. Reaksi individu tehadap ancaman

dan rasa sakit yang datang dari luar yang tidak dipersiapkan sebelumnya

menimbulkan rasa takut.Orang terancam biasanya punya perasaan takut

karena tidak terkontrolnya ego yang disebabkan oleh rangsangan yang

berbahaya.

Masa pensiun dapat menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang

menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa

ini.Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena

adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan tertentu.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun akan menimbulkan

gocangan mental yang tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan karena

adanya perasaan tidak rela untuk melepaskan jabatan yang selama ini telah

dimiliki dan dinikmati, jadi pasti ada perasaan cemas dan khawatir, apabila

berlebihan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikologisnya (Alfaroak,

2013).Pensiun selalu menyangkut perubahan peran, nilai dan perubahan pola

hidup individu secara menyeluruh.Salah satu masalah yang sulit dihadapi

dalam mengatasi masa pensiun adalah bagaimana memanfaatkan waktu

senggang yang begitu banyak dan bagaimana caranya untuk melibatkan diri

dalam kegiatan pelayanan masyarakat secara sukarela.

Kecemasan adalah hal normal sebagai manusia, tetapi bagi beberapa

individu kecemasan dapat keluar kendali sampai mengacaukan gaya hidup.

12
Ini biasanya terjadi saat si penderita menjadi sangat ketakutan terhadap

gejala-gejala fisik yang dirasakan dan mulai menghindari tempat-tempat atau

situasi-situasi yang akan memunculkan gejala-gejala itu. Rasa

khawatir.Gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya

merupakan gejala umum akibat cemas.Kecemasan dengan berbagai macam

gejalanya dapat mengganggu konsentrasi individu dalam bekerja dan dapat

membuat individu kesulitan untuk berinteraksi dengan lingkungan

sosialnya.Kebanyakan yang mengalami kecemasan itu dikarenakan

kebutuhan baik sandang, pangan dan papan tidak sepenuhnya terpenuhi.

Apabila seluruh kebutuhan sudah terpenuhi dengan baik maka orang tersebut

tidak akan mengalami kecemasan sebaliknya orang tersebut merasa bebas

dalam rutinitas sehari-hari.

Menurut Astuti (2018) dalam penelitian ini berjudul “Antisipasi

Menghadapi Masa Pensiun Ditinjau dari Aspek Pengendalian

Kecemasan”.menyimpulkan bahwa datangnya masa pensiun dapat

menimbulkan permasalahan karena tidak semua orang siap

menghadapinya.Masalah yang biasa muncul pada PNS menjelang masa

pensiun adalah kecemasan.Ketidaksiapan dalam menghadapi pensiun

umumnya muncul karena ada kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan

tertentu setelah pensiun tiba, terutama pada PNS yang mempunyai aktivitas

rutin bertahun-tahun lamanya. Hasil penelitian menunjukkan penyebab

kecemasan menjelang pensiun antara lain karena faktor fisik, sosial, ekonomi

dan psikologis. Hal terpenting yang harus dipersiapkan dalam menghadapi

13
pensiun di antaranya banyak bersyukur, menerapkan gaya hidup sehat,

perencanaan keuangan keluarga, menjaga hubungan baik dengan teman

sejawat dan memperdalam sisi spiritual. Kesimpulannya adalah PNS agar

mempersiapkan diri sedini mungkin dan sebaik mungkin menghadapi pensiun

dengan harapan dapat meminimalisir kecemasan yang mungkin akan

dihadapi.

Berdasarkan observasi dan wawancara pra penelitian yang dilakukan

peneliti pada 4 orang subjek di kelurahan Maulafa sesuai dengan

permasalahan yang diambil peneliti yaitu kecemasan menghadapi masa

pensiun. Para subjek :MS (57 tahun),YT (58 tahun), JT (57 tahun)

berpendapat bahwa apabila pegawai akan mengalami masa pensiun, maka

akan sangat berpengaruh pada tingkat emosi dan kecemasan menghadapi

pensiun, dan ada juga yang berpendapat (MS) bahwa tidak perlu cemas dalam

menghadapi masa pensiun karena telah mempersiapkan diri menghadapi

masa pensiun tersebut. Sebagai manusia kita memiliki rasa takut karena

dalam mengahadapi masa pensiun tentunya kita akan mengalami beberapa

perubahan seperti perubahan sosial, ekonomi dan psikologi untuk itu perlu

adanya kesiapan diri dalam menghadapi masa ini sehingga terhindar dari

depresi yang berlebihan. Adapula yang mengatakan (YT) bahwa dalam

menghadapi masa pensiun ia merasa malu karena sebagai kepala rumah

tangga yang seharusnya menghasilkan uang untuk keluarga digantikan oleh

istri yang seharusnya mengurus rumah tangga. Kehilangan pekerjaan

membuat individu tersebut bingung dan merasa cemas sebab penghasilan

14
bulanannya yang didapatkan akan berkurang karena hanya mendapatkan

tunjangan dari dana pensiun sehingga mereka tidak mampu memenuhi

kebutuhan sehari-hari seperti pada saat masih aktif bekerja.

Memasuki masa pensiun penghasilan subjek akan berkurang,

sedangkan JT masih harus membiayai kuliah anak-anaknya dan memenuhi

kebutuhan hidup yang semakin berat individu tersebut juga marasa gelisah

karena belum mempunyai rencana tentang kegiatan apa yang bisa dilakukan

setelah memasuki masa pensiun nanti. Dalam menghadapi masa pensiun ada

kecemasan pada saat bekerja seperti mudah tersinggung ketika rekan kerja

menanyakan kapan pensiun. Pensiun sangat berdampak pada tingkat

kecemasan individu setiap orang dikarenakan adanya perubahan yang terjadi

dalam dirinya dan berdampak pada kehidupan dan kebutuhan keluarga oleh

karena itu perlu adanya persiapan diri secara optimal dalam menghadapi masa

– masa pensiun yang akan datang.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis ingin meneliti tentang

kecemasan menghadapi masa pensiun.Judul penelitian ini adalah

“Kecemasan menghadapi Masa Pensiun pada Lansia di Kelurahan

Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang”.

A. Fokus Penelitian

Sesuai latar belakang masalah di atas maka dalam penelitian ini hanya

terdapat satu variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu kecemasan

menghadapi pensiun.

15
B. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan fokus masalah di atas,

maka penelitian ini dibatasi pada kecemasan menghadapi masa pensiun pada

lansia di Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota Kupang.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya adalah bagaimana kecemasan dalam menghadapi masa

pensiun pada lansia di Kelurahan Maulafa, Kecamatan Maulafa Kota Kupang.

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah penelitian yang dirumuskan diatas, maka yang

menjadi tujuan penelitian ini adalap untuk mengetahui bagaimana kecemasan

dalam menghadapi masa pensiun pada lansia di Kelurahan Maulafa

Kecamatan Kota Kupang.

E. Manfaat

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis peneliti ini adalah untuk menambah pengetahuan dan

pengembangan ilmu, khususnya di bidang psikologi tentang kecemasan

menghadapi masa pensiun.

2. Manfaat praktis

Sebagai informasi dan masukan penting bagi masyarakat umum,

khususnya bagi para peneliti selanjutnya.

16
BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1. Kecemasan

1.1.1. Pengertian Kecemasan

Menurut Lazarus (1991) kecemasan merupakan pengalaman

emosional subjektif yang tidak menyenangkan karena adanya keadaan

psikologis yang mengancam itu dengan tidak jelas, sehingga individu

merasa tidak tahu apapun, bingung dan takut untuk menghadapi masa

yang akan datang. Sedangkan Priest (1992) berpendapat bahwa

kecemasan adalah perasaan yang dialami oleh individu ketika berfikir

tentang suatu yang tidak menyenangkan akanterjadi. Hal tersebut timbul

karena adanya berbagai alasan dan situasi.

Menurut Wright (2000) kecemasan merupakan ketidaknyamanan

pikiran dan perasaan yang menyakitkan atau menakutkan dan menyerang

sebagian orang.Kecemasan juga merupakan respon yang penuh dengan

ketakutan yang mempengaruhi tubuh seperti berkeringat, ketegangan

otot, detak jantung yang cepat dan nafas yang cepat.

Kecemasan adalah keadaan emosi yang tidak senang yang

ditandai dengan rasa khawatir dan rasa takut.Priest (1992) menyatakan

bahwa kecemasan atau perasaan kecemasan adalah keadaan yang dialami

ketika seseorang berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan

terjadi.Kecemasan juga sering ditandai dengan adanya

ketakutan.Kecemasan juga dapat muncul karena beberapa situasi yang

17
mengancam manusia sebagai makluk sosial misalnya adanya konflik,

ketegangan, ancaman terhadapharga diri dan adanya tekanan untuk

melakukan sesuatu yang diluar kemampuannya (Anggorowati dan

Purwadi, 2007). Dalam hal ini seseorang yang akan memasuki masa

pensiun sangat mungkin merasa bahwa masa pensiun itu merupakan

ancaman baginya. Seseoang yang biasanya melakukan aktivitas dinas

menjadi tidak lagi mempunyai aktivitas rutin. Hal itu dapat

menyebabkan mereka merasa tidak lagi mempunyai kontribusi

bermanfaat terhadap lingkungannya.

Secara emosional dengan pensiun, seseorang menjadi

pengangguran sehingga sangat mungkin akan menimbulkan kebosanan.

Secara ekonomi, seseorang yang memasuki masa pensiun maka

penghasilannya menurun padahal kehidupan yang harus ditanggung

secara ekonomi tidak menurun. Hal-hal tersebut sangat memungkinkan

seseorang yang akan memasuki masa pensiun mengalami keadaan tidak

menyenangkan yang disebut masa menghadapi masa pensiun.

Menurut Santrock (2002) dijelaskan bahwa kecemasan

merupakan gangguan psikologis yang memiliki ciri-ciri seperti

ketegangan motorik (gelisah, tidak rileks), hiperaktivitas (pusing, jantung

berdebar-debar),dan pikiran serta harapan yang mencemaskan.

Kesimpulan: kecemasan adalah rasa takut atau khawatir pada situasi

tertentu yang sangat mengancam yang dapat menyebabkan kegelisahan

18
karena adanya ketidakpastian di masa mendatang serta ketakutan bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi.

1.1.2. Aspek- Aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan menghadapi masa pensiun menurut Hamilton

(dalam Metagagarin, 2012) yaitu :

1. Aspek psikologis merupakan aspek atau gejala psikis yang menyertai

kecemasan meliputi perasaan cemas yaitu: firasat buruk, cemas,

mudah tersinggung, ketegangan. Ketegangan meliputi: merasa

tegang, was-was dan resah yang sifatnya tidak menentu, terlalu peka

dan mudah tersingungg dalam pergaulan, sulit konsentrasi dan

mengambil keputusan,karena takut salah, lamban dalam bereaksi,

terkadang melakukan tindakan yang berlebihan, mengalami

ketegangan ototnya (khususnya pada leher dan bagian atas bahu),

mimpi buruk, mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya

yang sering basah dan tiba – tiba cemas tanpa adanya pemicu yang

jelas.

2. Aspek fisiologis merupakan aspek atau gejala fisik yang menyertai

kecemasan meliputi gangguan tidur yaitu sukar tidur, terbangun pada

malam hari, mimpi buruk, mimpi menakutkan, tidur pulas, bila

terbangun badan lemas, sering mimpi. Gejala somatik atau otot-otot

yaitu nyeri otot, kaku, suara tidak stabil. Gejala sensorik yaitu

penglihatan kabur, gelisah, muka merah, merasa lemas.

19
Ghufron dan Rini dalam Yusfina (2016) menyatakan bahwa kecemasan

terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

1. Kecemasan berkaitan dengan persepsi individu terhadap pengaruh

psikologis dari kecemasan, seperti perasaan, keprihatinan, ketegangan,

sedih, mencela diri sendiri atau orang lain.

2. Aspek kognitif, adanya kekhawatiran individu terhadap konsekuensi

yang mungkin akan dialami dan anggapan negatif tentang dirinya.

3. Aspek fisiologis, reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap sumber

ketakutan dan kekhawatiran. Biasanya ditandai dengan kegelisahan,

kegugupan, tangan dan anggota tubuh yang bergetar atau gemetar

Menurut Nevid (2003) aspek-aspek yang diukur dalam kecemasan

meliputi:

1. Secara fisik meliputi kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota

tubuh yang bergetar atau gemetar, banyak berkeringat, mulut atau

kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, jantung

berdebar keras atau berdetak kencang, pusing, merasa lemas atau mati

rasa, sering buang airkecil, merasa sensitif, atau mudah marah.

2. Secara behavioral meliputi perilaku menghindar, perilaku melekat dan

dependent, perilaku terguncang.

3. Secara kognitif meliputi khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu

atau ketakutan atau terhadap sesuatu yang terjadi dimasa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa

penjelasan yang jelas, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan

20
akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa

semuanya tidak bisa lagi dikendalikan, merasa sulit memfokuskan

pikiran dan berkonsentrasi.

Berdasarkan hasil dari uraian di atas, aspek kecemasan terdiri dari aspek

psikologis, emosional, aspek fisiologis (fisik), aspek kognitif, dan aspek

behavior.

1.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Indikator dari kecemasan menghadapi masa pensiun dikembangkan dari

empat faktor kecemasan terhadap terhadap masa pensiun yaitu:

a. Integrasi sosial dan identitas

b. Antisipasi pengucilan sosial

c. Pengalaman pertemanan

a. Faktor fisik

Tidak adanya dukungan sosial dari masyarakat yang berupa

pengembangan terhadap pekerjaannya, akan membuat individu

merasa tidak berguna. Hal ini dapat membuat individu merasa

tidak dibutuhkan lagi, dan akan membuat individu merasa cemas.

b. Faktor sosial

Tidak adanya dukungan sosial dari masyarakat yang berupa

penghargaan terhadap pekerjaan yang sudah dilakukanakan

membuat individu merasa tidak berguna.

c. Faktor ekonomi

21
Berkurangnya penghasilan pokok dan penghasilan tambahan yang

biasanya diperoleh ketika masih bekerja menjadi beban sehingga

menimbulkan kecemasan.

d. Faktor psikologis

Ketika menghadapi masa pensiun individu merasa tidak dibutuhkan

lagi dengan kondisi fisik yang menurun dan daya ingat

berkurang.Ia merasa tidak dihormati, tidak dihargai serta

diremehkan membuat individu merasa cemas.

Faktor-faktor kecemasan menghadapi masa pensiun menurut

(Kuncoro, 2009):

a. Keadaan pribadi individu. Hal yang mempengaruhi kecemasan

adalah situasi pada diri sujek yang dirasakan tidak siap menghadapi

kondisi tertentu seperti menuju usia tua dan masalah kesehatan

yang pada akhirnya akan menjadi suatu konflik dalam diri individu.

b. Tingkat pendidikan. Kondisi kecemasan yang dialami subjek juga

dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pendidikan. Semakin tinggi

tingkat pendidikannya akan semakin baik pemecahan terhadap

masalah yang dihadapinya.

c. Pengalaman tidak menyenangkan. Pengalaman yang menyulitkan

ditimbulkan oleh ketegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari

tubuh dapat menyebabkan kecemasan. Ketegangan tersebut akibat

dari dorongan-dorongan dalam dan luar tubuh.

22
d. Dukungan sosial. Dukungan sosial dari orang-orang sekitar

individu yaitu orang tua, kakak, adik, kekasih, teman dekat, saudara

dan masyarakat. Dukungan yang positif berhubungan dengan

berkurangnya kecemasan karena kecemasan akan rendah apabila

individu memiliki dukungan sosial.

Menurut Horney (dalam Safitri, 2003) faktor-faktor yang

menyebabkan timbulnya kecemasan menghadapi masa pensiun itu

sendiri terbagi menjadi dua yaitu:

1. Faktor eksternal yang meliputi : penolakan sosial, kritikan dari

orang lain, dan situasi lingkungan

a. Penolakan sosial, Braca (dalam Safitri, 2003) mengemukakan

bahwa lingkungan yang baik akan mendukung seorang pegawai

yang telah pensiun untuk melakukan interaksi sosial yang baik

dengan lingkungan masyarakatnya, sedangkan lingkungan yang

tidak mendukung atau adanya penolakan sosial akan cenderung

menghantar seorang pegawai pada kondisi cemas dalam

berhubungan dengan orang lain.

b. Kritikan dari orang lain. Menurut Hall (dalam Safitri, 2003)

lingkungan yang penuh kritikan dari orang lain dan persaingan

akan menyebabkan individu merasa cemas. Seorang pegawai

yang selalu dikritik oleh keluarganya seperti kritikan terhadap

penghasilan yang akan segera berkurang dan besarnya biaya

perawatan kesehatan menyebabkan pegawai merasa cemas

23
dalam menghadapi masa pensiunnya. Situasi lingkungan.

Menurut Rogers (dalam Eliyana, 2006), pegawai yang telah

pensiun dan tinggal

c. dalam lingkungan sesama pensiun mempunyai semangat atau

keyakinan diri lebih tinggi dari pada pensiun yang tinggal di

lingkungan yang mencemooh setelah seseorang memasuki masa

pensiun akan membuat seorang pensiunan merasa tidak nyaman.

2. Faktor internal yang meliputi: perasaan tidak mampu, tidak percaya

diri, perasaan bersalah, kecerdasan emosi, dan penerimaan terhadap

diri sendiri.

a. Perasaan tidak mampu. Menurut Walgito (dalam Susanti, 2006)

perasaan tidak mampu dapat menimbulkan rasa cemas.

Kecemasan dapat timbul karena individu memandang

kemampuannya lebih rendah dibanding kemampuan orang lain

dan meremehkan diri sendiri sehingga individu tidak mampu

menyelesaikan masalahnya sendiri, mengetahui apa yang

dibutuhkan dalam hidupnya, dan tidak mampu melakukan sesuai

dengan yang diinginkan atau harapan-harapannya.

b. Tidak percaya diri. Menurut Anthony (dalam Susanti, 2006)

orang yang mempunyai kepercayaan diri cenderung bersifat

optimis menghadapi persoalan yang ada dengan hati yang

tenang sehingga analisis terhadap persoalan tersebut dapat

rasional dan objektif. Seorang pegawai yang percaya diri akan

24
memandang suatu permasalahan sebagai tantangan hidup yang

harus dihadapi dan diatasi.

c. Perasaan bersalah. Mower (dalam Safitri, 2003) menyatakan

kecemasan berasal dari rasa bersalah. Pegawai yang merasa

bersalah terhadap anak dan istrinya atas pensiun yang akan

dialaminya menyebabkan pegawai tersebut tidak mampu

mengungkapkan apa yang dirasakannya sehingga timbullah

kecemasan bila teringat sebentar lagi akan pensiun.

d. Rendahnya kecerdasan emosi. Goleman (2000) menyatakan

orang yang mempunyai kecerdasan emosi akan mampu

menyikapi dengan tepat sebuah situasi tanpa harus berlebih-

lebihan sehingga kecemasannya dapat diatasi. Hal ini juga

berlaku pada masa pensiun, perasaan cemas yang berlebihan

ketika akan memasuki masa pensiun dapat ditekan jika pegawai

yang bersangkutan mempunyai kecerdasan emosi tinggi.

e. Penerimaan terhadap diri sendiri. Menurut Atkinson (2000),

seseorang yang mampu menerima perubahan apapun yang

terjadi dalam dirinya dengan senang hati, termasuk ketika

memasuki masa pensiun akan terlepas dari rasa cemas.

Hurlock (2006) menambahkan bahwa penyesuaian diri merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi munculnya kecemasan dalam

menghadapi masa pensiun karena pada saat memasuki masa

pensiun individu akan mengalami suatu perubahan pola hidup.

25
Individu harus menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan

berkurangnya penghasilan keluarga, menyesuaikan diri dengan

menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri

dengan kematian pasangan hidup, membentuk hubungan dengan

orang-orang yang seusianya, dan menyesuaikan diri dengan peran

sosial secara luwes.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-

faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi masa pensiun

adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternalnya

antara lain : penolakan sosial, kritikan dari orang lain, dan situasi

lingkungan dan faktor internalnya antara lain perasaan tidak

mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, kecerdasan emosi,

dan penerimaan terhadap diri sendiri.

1.1.4. Dampak Kecemasan

Dampak kecemasan terhadap system saraf sebagai neuro transmitter

terjadi meningkatkan sehingga mengakibatkan terjadinya gangguan

(Murdiningsih dan Ghofur, 2013)

1. Fisik atau fisiologis, dampak fisiologis yang di alami antara lain

perubahan denyut jantung, suhu tubuh, pernafasan, mual, muntah,

diare, sakit kepala, kehilangan nafsu makan, berat badan menurun

ekstrim, kelelahan yag luar biasa.

26
2. Gejala gangguan tingkah laku yang dialami antara lain aktifitas

psikomotorik bertambah aatau berkurang, sikap menolak, berbicara

kasar, suka tidur, atau gerakan aneh-aneh.

3. Gejala gangguan mental, antara lain kurang konsentrasi, pikiran

meloncat-loncat, kehilangan kemampuan persepsi, kehilangan

ingatan phobia, halusinasi.

1.1.5. Macam-macam Kecemasan

Menurut Lazarus (1991) ada dua jenis kecemasan yaitu

stateanxiety (merupakan segala kecemasan yang timbul apabila

individu yang dihadapkan pada situasi tertentu yang dirasakan suatu

ancaman sehingga menyebabkan individu mengalami kecemasan) dan

trait anxiety (segala kecemasan yang menetap pada

individu).Sedangkan menurut Koeswara (1982) membedahkan

kecemasan menjadi tiga yaitu:

a. Kecemasan realistik (objektif) adalah kecemasan individu terhadap

bahaya yang berasal dari luar seperti api, binatang buas, orang jahat

dan ujian.

b. Kecemasan neorotik adalah kecemasan atas tidak terkendalinya

naluri primitis oleh ego yang nantinya dapat mendatangkan

hukuman.

c. Kecemasan moral yaitu kecemasan yang timbul akibat tekanan super

ego individu yang berhubungan dengan individu yang telah atau

sedang melakukan tindakan melanggar hukum.

27
Dari uraian yang diatas maka dapat ditegaskan bahwa kecemasan dapat

di golongkan menjadi dua bagian yaitu: stateanxiety dan trait anxiety.

Individu yang akan memasuki masa pensiun akan menganggap masa

pensiun tersebut mengancam keadaannya sehingga individu akan

mengalami kecemasan.

1.1.6. Gejala-Gejala Kecemasan

Menurut Nivid (2005) mengelompokkan gejala-gejala kecemasan

dalam tiga jenis yaitu:

a. Gejala fisik yaitu memiliki cirri-ciri sebagai berikut ; kegelisahan

anggota tubuh bergerak, banyak berkeringat, sulit bernapas, jangtung

berdetak kencang, merasa lemas, mudah marah atau tersinggung.

b. Gejala behavioral yaitu memiliki cirri-ciri sebagai berikut;perilaku

menghindar, melekat dan dependen.

c. Gejala kognitif yaitu memiliki cirri sebagai berikut; khawatir tentang

sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap sesuatu yang

terjadi di masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan

akan segerah terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk

mengatasi masalah, pikiran terasa bercampur atau kebingungan sulit

berkonsentrasi.

1.2. Usia Madya

1.2.1. Pengertian Usia Madya

Menurut Hurlock (1999), usia madya (usia setengah baya) adalah masa

antara 40-60 tahun. Pada masa tersebut ditandai dengan perubahan

28
jasmani dan mental.Usia madya merupakan periode dalam rentang

kehidupan manusia, biasanya usia tersebut dibagi-bagi dalam subbagian

yaitu: usia madya dini (usia 40-50 tahun) dan usia madya lanjut (usia

50-60 tahun).

1.2.2. Karakteristik Usia Madya

Hurlock (2007) mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah karakteristik

usia dewasa madya, antara lain:

a. Semakin mendekat usia tua, periode dewasa madya semakin terasa

lebih menakutkan dilihat dari seluruh kehidupan manusia.

b. Usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan

ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu

periode dalam kehidupan yang meliputi ciri-ciri jasmani dan perilaku

baru.

c. Usia madya dapat menjadi dan merupakan masa berbahaya dalam

beberapa hal yaitu suatu masa dimana seseorang mengalami

kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa

cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan hidup.

d. Pria dan wanita berusia madya merasa bahwa keberadaan mereka

dalam masyarakat tidak dianggap, orang-orang yang berusia madya

berusaha untuk tidak dikenal orang lain.

Ada berbagai perubahan yang terjadi pada dewasa tengah, di antara

yaitu:

29
1. Perubahan Biologis

Melihat dan mendengar adalah dua perubahan yang menyusahkan

dan paling tampak dalam masa dewasa tengah.

2. Perkembangan Kognitif

Berbagai kemunduran dalam daya ingat terjadi selama masa dewasa

tengah, walaupun ada strategi-strategi yang dapat digunakan untuk

mengurangi kemunduran tersebut. Kemunduran yang lebih besar

terjadi ketika informasi yang diperoleh bersifat baru atau ketika

informasi yang diterima saat ini tidak sering digunakan, dan ketika

yang digunakan adalah proses mengingat kembali (recall) dari pada

proses mengenali (recognition). Buruknya kesehatan dan sikap-sikap

yang negatif berkaitan dengan kemunduran daya ingat.

3. Karir dan Kerja

Sebagian besar kemajuan karir terjadi pada awal kehidupan orang

dewasa, sekitar usia 40 hingga 45 tahun dan individu yang

dipromosikan lebih dahulu naik lebih jauh.

Kepuasan kerja mengalami peningkatan secara konsisten

sepanjang kehidupan dari usia 20 hingga 60 tahun bagi orang dewasa

lulusan pergurunan tinggi dan bukan lulusan perguruan tinggi.Hanya

sekitar 10% dari orang Amerika serikat yang mengalami perubahan

pekerjaan dalam paruh kehidupan sebagian karena mereka dipecat,

lainnya karena motivasi mereka sendiri.Dalam paruh kehidupan kita

seringkali mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan kita dalam

30
artian berapa banyak waktu yang masih dimiliki dalam suatu

pekerjaan.

4. Perkembangan Psikososial

Selama masa dewasa, dunia sosial dan personal dari individu

menjadi lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan masa-masa

sebebulmnya.Pada masa dewasa ini, individu memasuki peran

kehidupan yang lebih luas.Pola dan tingkah laku sosial orang dewasa

berbeda dalam beberapa hal dari orang yang lebih muda.Perbedaan-

perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh perubahan-perubahan fisik

dan kognitif yang berkaitan dengan penuaan, tetapi lebih disebabkan

oleh peristiwa-peristiwa kehidupan yang dihubungkan dengan

keluarga dan pekerjaan.

5. Waktu Luang

Individu pada masa dewasa tengah tidak hanya butuh untuk belajar

bekerja dengan baik, tetapi juga butuh belajar menikmati waktu

luang. Paruh kehidupan mungkin suatu waktu khusus yang penting

untuk waktu luang karena persiapan untuk suatu pengunduran diri

dari aktivitas.

6. Agama

Banyak orang yang berusia madya, baik pria maupun wanita yang

tertarik pada kegiatan pada hubungan dengan keagamaan, dari pada

yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih muda.Walaupun

keinginan ini mungkin karena alasan keagamaan. Banyak orang usia

31
madya, terutama wanita karena mempunyai banyak waktu luang

menganggap bahwa kegiatan keamanan atau sosial dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhannya. Keinginan untuk terlibat dalam

kegiatan keamanan akan semakin besar setelah seseorang kehilangan

anggota keluarga atau teman dekatnya (Yahja, 2011)

1.3.1. Pengertian pensiun

Menurut kimmel (dalam Prastiti, 2005) mengatakan bahwa pensiun

adalah suatu perkembagan yang penting dalam perkembangan individu

yang ditandai dengan perubahan sosial. Perubahan ini harus dihadapi oleh

para pensiunan berupa pensiunan diri terhadap keadaan yang tidak lagi

bekerja formal, berkurangnya penghasilan.

32
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

3.1.1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif.

Penelitian kulitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik

(Sugiyono, 2017)

Berdasarkan paparan pendapat ahli diatas, diharapkan melalui

penelitian kualitatif peneliti dapat memahamiapa yang dialami oleh

subjek secara holistik dan dapat memaparkan hasil penelitian dalam

bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus yang alamiah.Untuk itu,

jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang

dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi yang dijadikan obyek

penelitian dan berorientasi pada temuan atau gejala alami.Penelitian ini

menggambarkan suatu kejadian atau penemuan dengan disertai data

yang diperoleh di lapangan.

3.1.2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah 3 orang. Ketiga orang ini dipilih

karena dapat memberikan informasi yang dibutuhkan untuk menjawab

33
masalah penelitian.Ketiga subjek penelitian sedang menghadapi masa

pensiun. Selengkapnya subjek penelitian:

1) JT (laki-laki, 56Tahun). Alamat: RT/RW: 007/003, Kel. Maulafa.

Pensiunan Dinas Pertanahan Kabupaten TTS

2) JU (laki-laki 52 Tahun). Alamat: RT/RW: 007/003, Kel. Maulafa.

Pensiunan Sekretariat Daerah Provinsi NTT 3)

3) M.S (Perempuan, 54 Tahun). Alamat: RT/RW: 008/003, Kel.

Maulafa. Pensiunan pegawai Kantor Lurah Sonraen, Kecamatan

Amarasi Selatan Kabupaten Kupang

3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

3.2.1. Waktu

Waktu penelitian ini selama 2 (dua) bulan terhitung bulan Mei – Juni

2020.

3.2.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa Kota

Kupang RT: 08, 09 dan 10, RW: 03.

3.3. Instrumen Penelitian

menurut Sugiyono (2006) instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur kejadian (variabel penelitian) alam maupun sosial

yang diamati.Instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen observasi dan

wawancara yang disusun peneliti berdasarkan aspek-aspek kecemasan

menurut Ghufron dan Rini (dalam Yusfina, 2016).

34
3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Wawancara

Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2019), wawancara merupakan

pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikostruksikan makna daam suatu topik tertentu.

Jenis wawancara ada tiga yaitu :

a. Wawancara terstruktur

jenis pertama dari wawancara adalah wawancara terstruktur atau

terpimpin, dimana semua pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan

sudah di persiapkan secara rinci dan lengkap.

b. Wawancara tidak terstruktur

Sesuai namanya, wawancara tidak terstruktur adalah kebalikan dari

wawancara terstruktur,dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

bersifat terbuka. Jenis ini juga biasa di sebut wawancara bebas sebab

pewawancara dapat menyayakan apa saja kepada narasumber.

Namun, yang perlu dijadikan catatan adalah pertanyaan-pertanyaan

tersebut tetap relefan dengan kebutuhan data agar wawancara masih

bisa terkendali.

c. Wawancara bebas terpimpin

Jenis terakhir dari wawancara adalah wawancara bebas terpimpin,

yaitu gabungan dari kedua jenis wawancara sebelumnya, dimana

pewawancara tetap menyiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan secara gari besar.

35
Dalam penelitian ini peneliti mengunakan wawancara terstruktur.

3.4.2. Observasi

Pengertian Observasi yaitu

Menurut Sugiyono (2018) observasi adalah teknik pengumpulan data

yang mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik

yang lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-

objek alam lain.

Jenis-jenis observasi

 Observasi partisipasif

Observasi jenis ini dilakukan langsung oleh pengamat dimana

pengamat terlibat dalam kegiatan subjek

3.5. Teknik Analisis Data

3.5.1. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya.Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal

yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari

suatu data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah

direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan. Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan

pilihan-pilihan terhadap data yang hendak di kode, mana yang dibuang,

mana yang merupakan ringkasan, cerita apa yang sedang berkembang.

36
3.5.2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah melakukan reduksi data langkah selanjutnya adalah data

display (penyajian data). Untuk penelitian kualitatif yang dimunculkan

antara lain bersifat uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sebagainya. Dengan kata lain, yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif. Data display merupakan proses

menampilkan data secara sederhana dalam bentuk kata-kata, kalimat

naratif, tabel, matrik dan grafik dengan maksud agar data yang telah

dikumpulkan dikuasai oleh peneliti sebagai dasar untuk mengambil

kesimpulan yang tepat.

3.5.3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing and

Verification)

Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulan

sementara. Dalam tahap akhir, simpulan tersebut harus dicek kembali

(diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan

selanjutnya ke arah simpulan yang mantap.Penarikan simpulan bisa jadi

diawali dengan simpulan tentatif yang masih perlu

disempurnakan.Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan

diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir

lebih bermakna dan lebih jelas.

37
3.6. Uji Keabsahan Data

Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam

kegiatan penelitian harus dipastikan ketepatan dan kebenarannya.Oleh

karena itu setiap peneliti harus bisa memilih dan menentukan cara-cara yang

tepat untuk mengembangkan validitas data yang diperoleh.Validasi

merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek peneliti

dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti.Dengan demikian data yang

valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh

peneliti dengan data yang sungguh terjadi pada obyek penelitian (Sugiyono,

2008).

Pengembangan validitas yang digunakan oleh peneliti adalah teknik

triangulasi. Triangulasi dalam menguji kredibilitas sebagi pengecekan data

dari berbagai sumber, cara, dan waktu. Menurut Sugiyono (2008) triangulasi

dibagi menjadi tiga, antara lain sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

2. Triangulasi teknik, menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara

mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu. Waktu sering mempengaruhi kredibilitas data.

Pengambilan data harus disesusikan dengan kondisi narasumber.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi teknik.

38
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Maulafa

4.3.1. Gambaran Umum Lokasi

Kelurahan Maulafa merupakan satu dari 9 (Sembilan) Kelurahan

yang berada dalam wilayah Kecamatan Maulafa-Kota Kupang.

Sebagaimana dalam peraturan Daerah Kota Kupang nomor 8 tahun

2008 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Kecamatan dan

Kelurahan dalam Kota Kupang, maka Kelurahan Maulafa telah

melaksanakan sebagian kewenangan pemerintah, pembangunan dan

kemasyarakatan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintahan

umum dan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Camat.

Adapun pelaksanaan berbagai kegiatan berdasarkan kewenangan

yang dilimpahkan tersebut selanjutnya dapat dicermati pada bagian

lain dalam laporan ini.

4.3.2. Keadaan Umum

1. Luas wilayah.

Luas wilayah Kelurahan Maulafa 2,70 KM² ( 208,88 Ha ) atau 4,83

% terdiri dari 12 RW dan 33 RT dengan batas wilayah sebagai

berikut :

a. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Kolhua

39
b. Sebelah barat berbatasan dengan Jl. Fetor Feonay / Kelurahan

Oepura

c. Sebelah utara berbatasan dengan Jl. Amabi / Kelurahan

Oebufu

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kali Petuk / Kelurahan

Naimata

2. Keadaan Penduduk.

Keadaan Penduduk Kelurahan Maulafa terdiri dari 2.842 Secara

umum data penduduk Kelurahan Maulafa sampai dengan bulan

Maret 2016.

3. Pemerintahan dan Kelembagaan

1. Pemerintahan

Mengacu pada peraturan Daerah nomor 08 Tahun 2008, maka

pemerintah Kelurahan Maulafa mengemban tugas dan fungsi

dengan perangkat pemerintah Kelurahan sebagai berikut :

Tabel I

Komposisi dan Keadaan


Kepegawaian Kelurahan Maulafa
Tahun 2020
NO NAMA JABATAN ASN PTT JMLH
1. Yanto E. Sapay,SE Lurah 1 - 1

2. Dora Yuliana Ndolu,SH Seklur 1 - 1

3. Adriana B. Kalla,SE Kasi Pelmas 1 - 1


4. Jusuf Sinlae, S.Sos Kasi PMK 1 - 1
5. Natalia Da Silve Gusmao ASN/Staf 1 - 1
6. Yonatan Kay ASN/Staf 1 - 1
7. Sonya Alpina Izaaq Staf - 1 1

40
8. Lana S. Manongga,A.md Staf - 1 1
9. Imanuel G. Ndiy,S.Sos Staf - 1 1
10. Yermias Ambi Staf - 1 1
11. Grinel Y. Dethan Staf - 1 1
12. Abdulah Kamis Staf - 1 1
JUMLAH 6 6 12

2. Kelembagaan

Dalam rangka pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan

dan kemasyarakatan maka Kelurahan Maulafa menjalin

koordinasi dan kerjasama dengan lembaga kemasyarakatan

yang berada ditingkat kelurahan antara lain:

a. Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM). LPM dalam

mengemban fungsi pemberdayaan masyarakat mempunyai

tugas :

1.Menyusun rencana kerja dan mengkoordinir kegiatan

pembangunan.

2. Menggerakan partisipasi dan swadaya gotong royong

masyarakat.

3. Mengkoordinir dan memberdayakan potensi

dan sumber daya yang ada

- Bagi kesejahteraan masyarakat

b. Lembaga adat, lembaga kemasyarakatan baik yang sengaja

dibentuk maupun yang wajar telah tumbuh dan berkembang

di dalam sejarah masyarakat adat tertentu serta berhak dan

41
berwenang untuk mengatur, mengurus dan menyelesaikan

berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan

mengacu pada adat istiadat dan hukum yang berlaku

sebagai mitra pemerintah.

c. Tim penggerak pemberdayaan dan kesejahteraan keluarga

(TP.PKK).TP. PKK Kelurahan Maulafa mempunyai tugas

sebagai mitra pemerintah Kelurahan Maulafa dalam upaya

membangun keluarga sebagai unit terkecil dalam

masyarakat.

d. Rukun wsarga, rukun tetangga (RW/RT) mempunyai tugas

membantu pemerintah Kelurahan dan Lurah dalam

penyelenggaraan urusan pemerintah, berfungsi sebagai

pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat, pembuat

gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan

mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat,

penggerak swadaya gotong royong dan partisipasi

masyarakat di wilayah kelurahan.

e. Karang taruna mendukung pemerintah sebagai wadah

pengembangan generasi muda yang tumbuh dan

berkembang yang tumbuh dan berkembang atas dasar

kesadaran dan rasa tanggung jawab sosial dari, oleh dan

untuk masyarakat terutama generasi muda dalam

42
menciptakan, mengembangkan, dan mengisi kegiatan-

kegiatan sesuai kondisi masyarakat Kelurahan.

f. Koperasi Sobat, Program “ANGGUR MERAH” yang

merupakan Program Desa msandiri anggur merah

merupakan Implementasi kebijakan pembangunan Pro

rakyat guna mengatasi berbagai persoalan kemiskinan baik

di Pedesaan maupun perkotaan, Dalam rangka percepatan

pembangunan dan penurunan angka kemiskinan maka

optimalisasi pelaksanaan dilakukan secara partisipatif,

transparan dan terpadu sebagai wujud pelaksanaan

demokrasi ekonomi menuju kemandirian masyarakat dan

pembangunan.

g. Lembaga P2 KKP

h. Forum asnak, mendukung program pengembangan bakat

dan minat anak serta memotivasi anak agar dapat

bertumbuh menjadi anak yang mandiri dan paham akan cara

berorganisasi sebagai bekal untuk pengembangan diri.

i. Forum satuan gugus tugas, mendukung dan mengawasi

semua kegiatan yang dilaksanakan oleh forum anak

j. WPA (Warga Peduli Aids) perpanjangan tangan dari komisi

Penanggulangan Aids yang bertugas untuk

mensosialisasikan bahaya dan pencegahan terhadap

penyakit HIV dan Aids.

43
4. Jumlah penduduk menurut jenis pekerjaan

Tabel II

JENIS KELAMIN
JENIS
NO. LAKI – PEREMPUAN JUMLAH
PEKERJAAN
LAKI
1. PNS 625 394 1.019
2. TNI/ Polri 58 5 63
3. Guru/ Dosen 158 104 262
4. Tenaga Medis 15 21 36
5. Pegawai Swasta 375 487 862
6. Tukang Ojek 325 0 325
7. Pengemudi 102 0 102
8. Tukang Kayu 75 0 75
9. Tukang Batu 84 0 84
10. Petani 166 186 352
11. Nelayan 168 65 233
12. Pedagang Sayur 102 40 142
13. Pedagan Ikan 78 27 105
14. Wiraswasta 176 194 370
15. Pensiunan 174 89 263
18
16. Usaha Ternak Ayam 55 73

17. Usaha Ternak Babi 112 11 123


18. Usaha Kios 114 21 135
19. Usaha Salon 0 7 7
20. Usaha Bengkel 28 0 28
21. Usaha Kos-Kosan 38 12 50
22. Rohaniawan 60 25 85
23. IRT 0 1.625 1.625
24. Pelajar/Mahasiswa 2.378 2.310 4.688
25. Usaha Lainnya 22 35 57

44
26. Tidak Produktif 30 0 30
TOTAL 5.518 5.676 11.194

4.4. Analisis Data

4.4.1. Reduksi Data

4.4.2. Hasil Observasi

a. Subjek I

Nama :J.T
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur :56 Tahun
Agama :Kristen Protestan
Peneliti melakukan observasi terhadap keempat subjek.Pertemuan

pertama bersama subjek I terlaksana pada hari kamis, 24 juni 2021

sekitar pukul 15.00-16.00 WITA bertempat di rumah subjek.Saat

peneliti melakukan observasi ini subjek sedang duduk dengan

tetangganya di teras.Subjek terlihat gelisah dan khawatir dan subjek

sering mengeluh “ketika pensiun nanti penghasilan sudah berkurang

dan tidak ada pekerjaan lagi”.Ia memandang keluar dan berdiam saja

di tempat dengan wajah muram. Lebih lanjut subjek mengeluh dan

berkata:“Saya takut bahwa ketika pensiun nanti penghasilan sudah

berkurang” dengan wajah yang gelisah. Subjek juga sering merasa

bersalah karena dari pengamatan penulis subjek tersebut

kemungkinan menyimpan sesuatu hal didalam hatinya sehingga

ketika ada orang yang menceritakan tentang pensiun subjek

menunjukkan wajah gelisah.

b. Subjek II

45
Nama : J. U
Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur :52 Tahun
Agama : Kristen Protestan

Adapun observasi yang dilakukan terhadap subjek II pada hari jumat

25 Juni 2021 pukul 14.30-16.30 WITA di rumah subjek. Subjek II

tinggal di rumah subjek bersama istri dan anak-anaknya. Kegiatan

subjek setiap hari setelah pulang kantor subjek parkir motor di depan

rumahnya dan subjek masuk kedalam rumah. Lebih lanjut subjek

keluar dan duduk di teras kemudian istrinya keluar dari dalam rumah

dan duduk di samping subjek.Subjekpun mulai bercerita tentang

bagaimana setelah pensiun nanti penghasilan sudah

berkurang.Apakah masih mencukupi kebutuhan di rumah.Kemudian

istripun menjawab kepada subjek bahwa untuk penghasilan tidak

masalah karena itu aturan bagai pegawai negeri yang pensiun.

c. Subjek III
Nama : M.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 54 Tahun
Agama : Kristen Protestan

Adapun observasi yang dilakukan terhadap subjek III yang di

laksanakan pada sabtu 26 juni 2021 pukul 16.00-17.00 WITA

bertempat di rumah subjek. Saat itu subjek sedang menyiram bunga

di halaman subjek mengenakan baju warna biru dan celana sambil

menggengam selang yang berwarna hijau kemudian menyiram tanpa

memakai alas kaki.Setelah menyiram subjekpun menggulung selang

dan subjek meletakan selang yang sudah di gulung kemudian subjek

46
berjalan menuju teras lalu duduk. Setelah duduk subjek memandang

kedepan. Subjek nampak khawatir, gelisah dan sedih.

4.2.3 Reduksi Data Wawancara

No Variabel Aspek Indikator Pertanyaan Jawaban

1. Cemas Psikologis Perasaan 1. Apakah anda N1 : Tidak cemas karena


Cemas cemas sudah konsepkan untuk
memikirkan membuat lahan dan usaha
kehidupan kecil-kecilan.
tentang pensiun? N2 : Ya. Karena pensiun
penghasilan sudah
berkurang maka sebelum
pensiun saya sudah rencana
menanam sayuran.
N3 : Tidak .karena namanya
pensiun kita harus terima
dan iklas.
2. Bagaimana anda N1 : Ya. Karena untuk
membayangkan membuat tidak cemas itu
tentang masa tergantung dari masing-
pensiun masing orang dan dari setiap
membuat tidak orang kalau bekerja di
cemas? bidang Negara tapi memiliki
pekerjaan sampingan maka
tidak akan membuat cemas
N2 : Sebelum pensiun sudah
siapkan usaha yaitu ternak
babi atau kebun
N3 : Ya. Untuk kedepannya
harus memiliki usaha kios
atau ternak
2. Merasa Takut 3. Apakah anda N1 : Tidakmerasa takut
merasa takut karena berusaha bekerja
akan kesukaran dengan jujur. Selama masih
yang dihadapi aktif saya berbuat baik pada
pada masa negara.
pensiun nanti? N2 : tidak karena ada aturan
bagi pegawai negeri sipil
N3 : tidak takut, karena
sudah saatnya berhenti atau
pensiun dan di ganti dengan
generasi yang akan datang

47
4. Apa yang anda N1 : Tidak takut apapun
takuti dalam karena terkadang pengaruh
menghadapi dari lingkungan teman atau
masa pensiun? sesama yang membuat
merasa takut tapi untuk
pribadi yang mempengaruhi
dia tidak tuntaskan
pekerjaannya sendiri dia
merasa kurang dan tidak
menyelesaikan tugas Negara
tapi menurut pribadi saya
sendiri harus jalankan tugas
dengan baik karena saya
takut dengan pekerjaan yang
ada dan itu pun saya
usahakan selesaikan dan
juga serahkan nya dengan
baik
N2 : Ya. Karena kalau
setelah pensiun penghasilan
sudah berkurang dan semua
tumpuan harapan keluarga
ada pada saya karena itu
yang di takuti
N3 :Tidak. Takut untuk
menghadapi masa pensiun
karena sudah siap menerima
kenyataan itu
5. Mengapa anda N1 : Tidak. Takut apabila
merasa takut apa mendengar tentang masa
bila mendengar pensiun,senang karena saya
masa pensiun? sudah siapkan kerja
sampingan seperti lahan
dandan sudah sampai akhir
N2 :Tidak. Karena saya
sudah siap untuk menerima
pensiun
N3 :Tidak takut karena
menghadapi masa pensiun
walaupun dalam susah
maupun senang tetapi terima
pensiun
3. Rasa Sedih 6. Apakah anda N1 : Tidak sedih karena
merasa sedih sudah saatnya pensiun dan
ketika teman- sudah siapkan lahan untuk
teman berbicara kerja karena itu kembalikan

48
tentang masa ke Negara.
pensiun yang N2 : Ya. karena kalau
sudah dekat? dengar teman-teman
berbicara tentang pensiun
dan merasa sedih ketika
pensiun saya usahakan tidak
seperti teman itu dengan
cara mempersiapkan lahan
atau kerja sampingan
sehingga menghilang kan
pikiran-pikiran.
N3 : Tidak sedih karena
dalam keadaan apapun
sudah siap terima untk
pensiun.
7. Mengapa anda N1 :Tidak sedih karena
merasa sedih sudah saatnya pensiun dan
tentang masa sudah siap lahan untuk kerja
pensiun yang karena itu kembali kepada
sudah dekat? Negara.
N2 :Ya. Karena kalau
dengar teman-teman
berbicara tentang pensiun
dan merasa sedih ketika
pensiun saya usahakan tidak
seperti teman itu dengan
cara mempersiapkan lahan
atau kerja sampingan
sehingga menghilangkan
pikiran-pikiran.
N3 :Tidak sedih karena
dalam keadaan apapun
sudah siap terima untuk
pensiun.
4. Sulit 8. Apakah anda N1 : Ya. karena banyak
Berkonsentras kurang pikiran bahwa dapat uang
i berkosentrasi dari dari berbagai macam
tentang masa tetapi sudah pensiun
pensiun nanti? penghasilan itu sudah
berkurang karena itu harus
cari pekerjaan lain sebelum
pensiun
N2 : Ya. kurang
berkonsentrasi karena
bingung pensiun apa yang
dikerjakan setelah pensiun

49
nanti.
N3 : Ya. karena kalau masih
aktif untuk kerja harus
konsentrasi tapi kalau sudah
pensiun tidak berkonsentrasi
lagi karena tidak sibuk
dengan kerja di kantor lagi.
9. Mengapa anda N1 :Ya.karena banyak
kurang pikiran bahwa dapat uang
berkonsentrasi dari berbagai macam tetapi
tentang masa sudah pensiun penghasilan
pensiun nanti? itu berkurang karena itu
harus cari pekerjaan lain
sebelum pensiun.
N2 :Ya. Kurang
brekosentrasi karena
bingung mau kerja apa yang
dikerjakan setelah pensiun
nanti.
N3 :Ya. Karean kalau masih
aktif untuk kerja harus
konsentrasi tapi kalau sudah
pensiun tidak berkonsentrasi
lagi karena tidak sibuk
dengan kerja dikantor lagi.
5. Mudah 10. Apakah anda N1 : Tidak karena harus
Tersingung tersingung juka punya jiwa besar untuk
anda yang menghadapi masa pensiun.
menanyakan N2 : Ya sebagai manusia
kapan pensiun? harus tersingung karena
kenapa harus tanya kapan
pensiun sudah waktunya
pensiun tetapi tidak memang
seharus nya bertanya kepada
saya.
N3 : Tidak tersingung bila
ada yang menanyakan kapan
pensiun karena sudah siap
penerima untuk pensiun.
6. Firasat Buruk 11. Apa yang N1 : Ya karena memang ada
membuat anda teman yang sudah pensiun
mudah ceritra tentang bagaimana
tersingung bila pensiun sehingga tidak
pensiun sudah terima pembicaraan teman
dekat? tetapi semuanya untuk
pribadi tidak tersingung

50
karena sebelum pensiun
sudah siapkan lahan.
N2 : Menurut pribadi sendiri
tidak tersingung masa kerja-
nya sudah selesai karena
tingkat kebosanan ada
karena kalau pensiun bebas
dari segala aturan atau
pekejaan di kantor dan
saatnya pensiun harus siap
untuk pensiun.
N3 : Tidak tersingung
karena kalau tersingung
adalah orang yang belum
siap menerima pensiun
12. Apakah anda N1 : Ya karena sesuatu yang
pernah firasat di buat harus hati-hati dan
buruk sebelum tidak mudah untuk terima
teman-teman pembicaraan teman-teman
berbicara? dan harus teliti karena
kadang-kadang membuat
terantuk saja bisa jadi sakit.
N2 : Tidak pernah karena
menurut pribadi kalau
teman-teman berbicara tidak
boleh tanggapi karena itu
bisa terbawa ingatan
sehingga bisa menjadi firasat
buruk.
N3 : Tidak pernah karena
tidak pernah dengar teman-
teman berbicara tentang
pensiun merasa buruk tetapi
teman-teman berbicara kalau
pensiun itu baik.

Reduksi data dari tabel variabel I

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek psikologis

di peroleh data di atas adalah N1 dan N3 merasa tidak cemas karena sebelum

pensiun mereka sudah konsepkan untuk membuat lahan dan usaha kecil-kecilan

51
sehingga mereka menerima pensiun dengan iklas. Sedangkan N2 merasa cemas

karena mereka berpikir bahwa ketika pensiun nanti mereka tidak bisa kekantor

dan juga mereka berpikir bahwa ketika pensiun penghasilan akan berkurang.

Untuk pembuat perasaan tidak cemas yaitu N1, N2, N3, mereka memiliki

pemikiran yang sama seperti pengolahan lahan,tanam jagung, ternak babi,usaha

kios dan lain .

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek psikologi

merasa takut diperoleh data adalah N1 berpikiran bahwa ia tidak merasa takut

apabila mengahadapi masa pensiun karena untuk pekerjaan Negara maka itu

diharapkan agar supaya selama masih aktif untuk membuat baik pada Negara.

Sedangkan N2,N3 merasa takut bahwa apabila mereka pensiun nanti mereka tidak

bekerja lagi, pendapat sudah berkurang dan mereka mendengar cerita dari teman-

teman bahwa pensiun kita bisa menikmati pensiun karena dalam keadaan sakit

maka saat mendengar merasa takut.

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek psikologi

rasa sedih di peroleh data adalah N1 dan N3 memiliki pemikiran yang sama

apabila mereka menghadapi pensiun mereka tidak merasa sedih karena sudah

siapkan lahan dan dalam keadaan apapun mereka tetap siap untuk menerima

pensiun. Sedangkan N2 ini memiliki pemikiran yang sama yaitu mereka merasa

sedih karena sudah berpisah dengan tema-teman kantor.

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek psikologi

sulit berkonsentrasi adalah N1,N2,N3 memiliki pemikiran yang berbeda yaitu

52
mereka berpikiran bahwa kurang berkonsentrasi karena belum siap terima pensiun

dan dan bingung setelah pensiun penghasilan sudah berkurang dan apa yang bisa

dikerjaknan. Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek

psikologi mudah tersingung adalah N1 berpikiran bahwa ia tersingung karena

sebelum pensiun ada teman yang menceritrakan tentang bagaimana pensiun

sehingga tidak terima. Sedangkan N2,N3 berikiran bahwa mereka tidak

tersingung karena kalau sudah pensiun dari pekerjaan yang ada di kantor,

tersingung adalah orang yang belum siap menerima pensiun.

d. Tabel variabel II

No
Variabel Aspek Indikator Pertanyaan Jawaban
.
1. Cemas Fisiologis Rasa 1. Apakah N1 : Tidak gelisah
Gelisah anda karena sudah ada
merasa kerja sampingan
gelisah jadi apa pun itu
tentang diterima dengan
kehilangan baik.
pangkat dan N2 : Tidak gelisa
jabatan karena jabatan itu
ketika bukan jabatan
pensiun? kekal
N3 : Tidak gelisa
karena jabatan itu
bukan untuk
selamanya bagi
kita.
N4 : Ya. Kalau
gelisa pasti karena
kalau sudah
pensiun kita akan
tinggalkan jabatan
semua
2. Mengapa N1: tidak merasa
anda gelisa karena saya

53
merasa sudah
gelisah mempersiapkannya
kehilangan N2: Tidak, karena
pangkat dan jabatan bukan
jabatan? sesuatu yang kekal
atau abadi
N3 : tidak, karena
waktunya telah tiba
jadi saya siap
menghadapinya
dengan senang hati
N4: Iya, karena
kalau kehilangan
pangkat otomatis
tunjangan pasti
tidak dapat lagi
3. Apa yang N1: kalau gelisah
membuat pasti tapi saya
anda sudah siap
merasa menghadapinya
gelisah dan N2: Saya tidak
tidak tenang merasa gelisah
ketika masa N3: Tidak merasa
pensiun gelisah karena
semakin sudah disiapkan
dekat? N4: iya, karena
kehilangan jabatan
dan tidak bekerja
lagi sebagai abdi
Negara
2. Mimpi 4. Apakah N1 : Kantor akan
Buruk anda pernah hilang karena itu
mengalami sebelum pensiun
mimpi siapkan kerja
buruk sampingan seprti
tentang lahan atau ya
masa karena kalau sudah
pensiun? pensiun maka itu
terbawah pikiran
bahwa pangkat,
jabatan dan
fasilitas ternak
babi.
N2 : Tidak karena
itu sebelum
memasuki pensiun

54
harus jaga jaga -
seperti berdoa
sehingga tidak
mengalami hal-hal
buruk.
N3 : Sebelum
menghadapi masa
pensiun harus
waspada supaya
tidak jangan ada
mimpi.
N4 : Tidak pernah
mimpi tentang
pensiun

3. Gemetar 5. Apakah N1 :Tidak gemetar


anda ketika menghadapi
mengalami masa pensiun
gemetar karena sudah siap
ketika terima dengan
mengalami sukacita .
masa N2 :Ya. Kalau
pensiun mimpi itu terjadi
yang sudah maka sebagai
dekat? orang beriman
harus berdoa
supaya tidak terjadi
kenyataan.
N3 :Untuk
menghadapi masa
pensiun tidak
gemetar karena
siap menerima
pensiun.
N4 :Tidak karena
hati saya sudah
siap menghadapi
masa pensiun.
6. Mengapa N1 :Tidak gemetar
anda karena sudah bebas
gemetar dari pekerjaan
teringat dikantor.
masa N2 :Tidak gemetar
pensiun dan juga tidak
sudah tidak takut untuk
dekat? menghadapi masa

55
pensiun karena
sudah bebas dari
pekerjaan di
kantor.
N3 :Tidak gemetar
terkecuali dengar
dari kantor pensiun
dini itu yang belum
bisa diterima.
N4 :Tidak gemetar
karena sayaa sudah
siap pensiun.

4. Kegugupan 7. Apakah N1 : Tidak karena


anda dikantor hal yang
merasa bisa di kerja harus
gugup saat di laksanakan jadi
memikirkan untuk pribadi tidak
tentang gugup dalam
masa menghadapi masa
pensiun? pensiun. N2 :
Tidak karena sudah
siap untuk pensiun
karena sudah lansia
jadi ketika
mendengar tentang
pensiun tidak
merasa gugup
untuk pensiun.
N3 : Tidak merasa
gugup akan
menghadapi masa
pensiun karena
saatnya pensiun
harus terima
dengan senang
hati.
N4 : Tidak gugup
saya merasa
pensiun merupakan
kewajiban setiap
ASN

Resuksi data dari tabel variabel II

56
Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek fisiologis

diperoleh data rasa gelisah N1,N2 dan N3 meiliki pemikiran yang sama yaitu saat

menghadapi masa pensiun mereka tidak merasa gelisah karena sudah ada kerja

sampingan dan jabatan itu bukan jabatan kekal jadi apapun itu diterima dengan

baik. Sedangkan N4 merasa gelisah karena kalau sudah pensiun jabatan akan

ditinggalkan.

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek fisiologis

diperoleh data N1 berpikiran bahwa ia mimpi karena kalau sudah pensiun akan

terbawah pikiran bahwa pangkat,jabatan dan fasilitas itu tidak ada lagi. Sedangkan

N2,N3 dan N4 memiliki pemikiran yang sama tidak pernah mimpi buruk apabila

mereka berdoa tidak akan mengalami mimpi tersebut. Kemusian hasil wawancara

pertanyaan variabel cemas aspek fisiologis diperoleh data gemetar N1,N2,N3 dan

N4 berpikiran bahwa mereka tidak merasa gemetar untuk menghadapi masa

pensiun karena mereka sudah siap untuk terima pensiun.

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek fisiologis

diperoleh data kegugupan N1,N2,N3 dan N4 ini mereka memiliki pemikiran yang

sama yaitu mereka tidak pernah merasa gugup karena itu sebelum menghadapi

masa pensiun mereka sudah memiliki kerja sampingan dan itu sudah menjadi

kewajiban setiap PNS.

e. Tabel variabel III

No. Variable Aspek Indicator Pertanyaan Jawaban

57
1. cemas Kognitif Khawatir 1. Bagaimana N1 : Ya. Karena
anda bisa untuk menghadapi
tidur masa pensiun saya
nyenyak tidak pernah
tanpa khawatir tentang
khawatir masa pensiun yang
masa pensiun sudah dekat.
yang segerah N2 :Ya.karena
dihadapi? kalau pensiun kita
harus terima.
N3 :Ya.karena
walaupun masa
pensiun sekain
dekat saya tetap
terima tanpa
khawatir
N4 : Ya. Karena
bagi saya kalau
pensiun sudah
bebas dari
pekerjaan di
kantor.
2. Cemas Gangguan 2. Apakah anda N1 : Tidak karena
terganggu namanya pensiun
saat kita tetap hadapi
menghadapi dan terima.
masa N2 : Tidak merasa
pensiun? terganggu karen
saya sudah punya
pekerjaan
sampingan.
N3 :Tidak karena
sudah saatnya
pensiun kita harus
terima kenyataan.
N4 :Tidak karena
usia juga
menunjukkan
bahwa pekerjaan
yang di kantor
telah selesai.

3. Cemas Ketakutan 3. Apa yang N1 : Tidak takut


anda takuti apa pun karena
dalam terkadang
menghadapi pengaruh dari

58
masa lingkungan,teman
pensiun? atau sesame yang
membuat merasa
takut tapi untuk
pribadi yang
mempengaruhi dia
tidak tuntaskan
pekerjaannya
sendiri dia merasa
kurang dan tidak
menyelesaikan
tugas Negara tapi
menurut pribadi
saya sendiri harus
jalankan tugas
dengan baik karena
saya takut dengan
pekerjaan yang ada
dan itu pun saya
usahakan
selesaikan dan juga
serahkan nya
dengan baik.
N2 : Ya. karena
kalau setelah
pensiun
penghasilan sudah
berkurang dan
semua tumpuan
harapan keluarga
ada pada saya
karena itu yang
ditakuti.
N3 : Tidak. takut
untuk menghadapi
masa pensiun
karena sudah siap
menerima
kenyataan itu
N4 : Ya. Karena
akan berpisah
dengan teman
kerja.

59
Reduksi data dari variabel III

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek kognitif

diperoleh data khawatir adalah N1,N2,N3 dan N4 ini memiliki pemikiran yang

sama yaitu mereka tidur yenyak karena untuk menghadapi masa pensiun mereka

tidak pernah merasa khawatir tentang masa pensiun yang semakin dekat dan

dalam pemikiran mereka apapun yang terjadi setelah pensiun mereka tetap

siapterima tanpa khawatir.

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek kognitif

diperoleh data gangguan adalah N1,N2,N3 dan N4 berpikiran bahwa dalam

menghadapi masa pensiun mereka tidak pernah terganggu karena mereka sudah

punya pekerjaan sampingan seperti lahan,ternak babi dan lain.

Berdasarkan hasil wawancara pertanyaan variabel cemas aspek kognitif

diperoleh data ketakutan N1 dan N3 berpikiran bahwa mereka tidak ketakutan

ketika masa pensiun semakin dekat karena sudah siap menerima kenyataan itu.

Sedangkang N2 dan N4 berpikiran bahwa meraka ketakutan karena sesudah

pensiun penghasilan sudah berkurang dan semua tumpuan harapan keluarga ada

pada mereka saat menghadapi masa pensiunakan tetapi N4 berkata bahwa ia takut

menghadapi masa pensiun karena akan berpisah dengan teman sekerjanya.

4.4.3. Penyajian Data

Ghufron dan Rini dalam Yusfina (2016) menyatakan bahwa kecemasan

terdiri dari beberapa aspek, yaitu :

60
a) Aspek Emosional, kecemasan yang berkaitan dengan persepsi

individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti

perasaan, keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau

orang lain.

b) Aspek Kognitif, adanya kekhawatiran individu terhadap konsekuensi

yang mungkin akan dialami dan anggapan negatif tentang dirinya.

c) Aspek Fisiologis, reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap

sumber ketakutan dan kekhawatiran. Biasanya ditandai dengan

kegelisahan, kegugupan, tangan dan anggota tubuh yang bergetar

atau gemetar.

Menurut Santrock (2002) dijelaskan bahwa kecemasan

merupakan gangguan psikologis yang memiliki ciri-ciri seperti

ketegangan motorik (gelisah, tidak rileks), hiperaktivitas (pusing,

jantung berdebar-debar), dan pikiran serta harapan yang

mencemaskan.

Menurut Wright (2000) kecemasan merupakan ketidak

nyamanan pikiran perasaan yang menyakitkan atau menakutan dan

menyerang sebagian peristiwa yang akan datang. Kecemasan juga

merupakan respon yang penuh dengan ketakutan yang

mempengaruhi tubuh dengan respon-respon seperti berkeringat,

ketegangan otot, detak jantung yang cepat dan nafas yang cepat.

Menurut Nevid (2003), aspek-aspek yang diukur dalam

kecemasan menghadapi pensiun ini terdapat beberapa komponen yaitu :

61
1) Merasa cemas

Berdasarkan analisa diatas dalam kecemasan menghadapi masa

pensiun ini terdai yang menghadapi masa pensiun pada lansia

memang tidak oleh semua pegawai yang menghadapi masa pensiun

karena masing-masing memiliki pikiran yang berbeda tentang masa

pensiun di antaranya:

a. Cemas memikirkan kehidupan tentang pensiun

Pegawai diijinkan untuk menyelesaikan pekerjaan dan

mengikuti peraturan yang ada dikantor tersebut sehingga tidak

cemas memikirkan tentang pensiun yang dihadapi.Hal tersebut

seperti diungkapkan oleh YT yang menyatakan bahwa “tidak

memikirkan tentang cemas Karena sudah konsepkan untuk

membuat lahan dan usaha kecil-kecilan”. Diperkuat pula

dengan ungkapan dari JT yang menyatakan bahwa “ya karena

pensiun penghasilan sudah terbagi maka itu sebelum pensiun

direcanakan membuat usaha seperti menanam sayuran”.

diperkuat juga dengan ungkapan dari MS yang menyatakan

bahwa “tidak karena namanya pensiun kita harus terima dan

iklas.

b. Membayangkan tentang masa pensiun membuat tidak cemas.

Tidak cemas itu bagi orang-orang yang memiliki pekerjaan

sampingan sehingga membuat tidak cemas seperti

diungkapkan oleh YT yang menyatakan bahwa “ya karena

62
untuk membuat tidak cemas itu tergantung dari masing-masing

orang dan dari setiap orang kalau bekerja di bidang Negara tapi

memiliki pekerjaan sampingan maka tidak akan buat cemas”.di

perkuat pula dengan ungkapan dari JT yang menyatakan

bahwa “sebun pensiun sudah siapkan usaha yaitu ternak babi

atau kebun”. Hal ini juga diungkapkan yang sama dari MS

yang menyatakan bahwa “ya untuk kedepannya harus memiliki

usaha kios atau ternak”.

c. Merasa marah ketika teringat pensiun nanti

Ketika teringat pensiun merasa marah walau pun perkerjaan

sudah tuntas tetapi itu jawib bagi pegawai yang dihadapi masa

pensiun pada usia lansi yang di ungkapkan oleh YT yang

menyatakan bahwa “tugas sehari-hari di kantor harus di

tuntaskan pekerjaan karena waktu perjanjian dengan

negaratugas Negara wajib diselesaikan karena itu harus aktif

dalam pekerjaan pribadi dirumah atau pekerjaan usaha seperti

dikantor juga harus dituntaskan tugas kinerja”.dan juga

diperkuat pula dengan ungkapa JT yang menyatakan bahwa

“tidak marah Karena pansiun artinya kita harus pensiun tidak

mungkin tidak Karena itu semua diatur oleh Negara jadi siap

terima kenyataan itu hal yang sama juga di ungkapkan oleh

MS yang menyatakan bahwa “tidak karena kerja bukan saja

satu atau dua orang yang kerja tetapi banyak orang dan pada

63
saat sudah masuk usia lansia harus pansiun maka dari itu harus

terima kenyataan itu”.

d. Merasa marah saat mendengar tentang masa pensiun

Saat mendengar tentang pensiun merasa marah tetapi itu

merupakan salah satu hal yang biasa bagi pegawai yang

memasuki usia lansia yang diungkapkan oleh YT yang

menyatakan bahwa “tidak karena tugas dan pekerjaan di kantor

harus bekerja sampai pensiun dan itu tidak pengaruh apa-apa

karena tugas dikantor sudah selesai”. Hal itu diperkuat dengan

ungkapan JT yang menyatakan bahwa “ya karena kalau tidak

persiapkan diri untuk pensiun tapi kalau sudah mempersiapkan

diri maka tidak marah”.Dan juga diperkuat dengan ungkapan

MS yang menyatakan bahwa “tidak karena bagaimana pun

pada saat memasuki masa pensiun atau pada masa akhir harus

terima itu”.

e. Merasa takut akan kesukaran yang dihadapi masa pensiun

nanti

Kesukaran yang dihadapi masa pensiun adalah orang yan tidak

mempersiapkan diri untuk menerima maka itu ia merasa sukar

bagi dirinya yang diungkapkan oleh YT yang menyatakan

bahwa “tidak merasa takut karena untuk pekerjaan Negara

sekarang selama masih bkerja dikantor tidak merasa takut

karena berusaha bekerja dengan jujur dan itu diharapkan

64
selama masih aktif untuk berbuat baik pada Negara yang

penting baik”. Hal itu pula diungkapkan oleh JT yang

menyatakan bahwa “ ya karena banyak teman yang

menceritakan bahwa pensiun bisa dapat meniknami pensiun

karena dalam keadaan sakit maka saat mendengar merasa takut

dan berusaha supaya tidak seperti teman”. Dan juga di perkuat

dengan ungkapan MS yang menyatakan bahwa “ ya karena

mengurus rumah tangga,urusan keluarga tetapi itu memang

sudah saatnya berhenti atau pensiun dan diganti dengan

generasi yang akan datang”.

f. Takuti dalam menghadapi masa pensiun

Takut dalam mngahadapi masa pensiun merupakan lansia yang

tidak mempersiapkan diri untuk pensiun seperti yang

diungkapkan oleh YT yang menyatakan bahwa “tidak takut

apa pun karena terkadang pengaruh dari lingkungan,teman atau

sesame yang membuat merasa takut tapi untuk pribadi yang

mempengaruhi dia tidak tuntaskan pekerjaannya sendiri dia

merasa kurang dan tidak menyelesaikan tugas Negara tapi

menurut pribadi saya sendiri harus jalankan tugas dengan baik

karena saya takut dengan pekerjaan yang ada dan itu pun saya

usahakan selesaikan dan juga serahkan nya dengan baik”. Hal

itu pula di ungkapkan oleh JT Yang menyatakan bahwa “ ya

karena kalau setelah pensiun penghasilan sudah berkurang dan

65
semua tumpuan harapan keluarga ada pada saya karena itu

yang ditakuti”. Diperkuat pula dengan ungkapan MS yang

menyatakan bahwa “ tidak takut untuk menghadapi masa

pensiun karena sudah siap menerima kenyataan itu”.

g. Takut apabila mendengar masa pensiun

Takut apabila mendengar masa pensiun itu merupaka hal yang

biasa bagi pewagai yang siap menghadapi masa itu seperti

yang diungkapan oleh YT yang menyatakan bahwa “tidak

takut apabila mendengar tentang masa pensiun, senang karena

saya sudah siapkan kerja sampingan seperti lahan dan sudah

sampai akhir”. Hal itu di perkuat pula dengan ungkapan JT

yang menyatakan bahwa “ tidak karena sudah siap untuk

menerima pensiun”. Ungkapan yang sama juga dengan MS

yang menyatakan bahwa “ tidak takut ketika menghadapi

masa pensiun walaupun dalam susah mau pun senang tetapi

terima pensiun”.

h. Merasa sedih ketika teman-teman berbicara tentang masa

pensiun yang sudah dekat

Merasa sedih ketika teman-teman berbicara tentang masa

pensiun itu bagi orang-orang yang tidak mempersiapkan diri

untuk pensiun ada juga orang yang siap diri untuk pensiun

maka ia mempersiapkan diri atau mempunyai pekerjaan

sampingan untuk menerima pensiun seperi yang diungkapkan

66
oleh YT yang menyatakan bahwa “tidak sedih karena sudah

saatnya pensiun dan sudah siapkan lahan untuk kerja karena itu

kembalikan ke Negara “. Hal itu pula di perkuat dengan

ungkapan JT yang menyatakan bahwa “ ya karena kalau

dengar teman-teman berbicara tentang pensiun dan merasa

sedih ketika pensiun saya usahakan tidak seperti teman itu

dengan cara mempersiapkan lahan atau kerja sampingan

sehingga menghilang kan pikiran-pikiran .” ungkapan yang

sama dengan MS yang menyatakan bahwa “tidak sedih karena

dalam keadaan apapun sudah siap terima untk pensiun.”

i. Kurang berkonsentrasi tentang masa pensiun

Kurang berkonsntrasi tentang pensiun yaitu kecemasan

menghadapi masa pensiun adalah pegawai yang belum siap

untuk pensiun seperti yang di ungkapkan oleh YT yang

menyatakan bahwa “ya karena banyak pikiran bahwa dapat

uang dari dari berbagai macam tetapi sudah pensiun

penghasilan itu sudah berkurang karena itu harus cari

pekerjaan lain sebelum pensiun.” Di perkuat dengan ungkapan

JT yan menyatakan bahwa “ya kurang berkonsentrasi karena

bingung pensiun apa yang dikerjakan setelah pensiun nanti.”

Hal itu juga diungkapkan oleh MS yang menyatakan bahwa

“ya karena kalau masih aktif untuk kerja harus konsentrasi tapi

67
kalau sudah pensiun tidak berkonsentrasi lagi karena tidak

sibuk dengan kerja di kantor lagi.”

j. Tersingung jika ada yang menanyakan kapan pensiun

Ketika tersingung jika ada yang menayakan tentang kapan

pensiun maka itu adalah orang yang tidak mempesiapkan diri

untuk menerima pensiun sekali pun sudah saatnya pensiun

tetapi ia belum menerima seperi yang diunkapkan oleh YT

yang menyatakan bahwa “tidak karena harus punya jiwa besar

untuk menghadapi masa pensiun.” Di perkuat dengan

ungkapan JT yang menyatakan bahwa “ya sebagai manusia

harus tersingung karena kenapa harus tanya kapan pensiun

memang sudah waktunya pensiun tetapi tidak seharus nya

bertanya kepada saya.” Hal yang sama juga diungkapakan oleh

MS yang menyatakan bahwa “tidak tersingung bila ada yang

menanyakan kapan pensiun karena sudah siap penerima untuk

pensiun.”

k. Mudah tersingung bila pensiun sudah dekat

Bila pegawai yang menghadapi masa pensiun ketika mudah

tersingung merupakan orang yang sensitive dan tidak siap

untuk pensiun seperti yang diungkapakan oleh YT yang

menyatakan bahwa “ya karena memang ada teman yang sudah

pensiun ceritra tentang bagaimana pensiun sehingga tidak

terima pembicaraan teman tetapi semuanya untuk pribadi tidak

68
tersingung karena sebelum pensiun sudah siapkan lahan”.

Diperkuat dengan ungkapan JT yang menyatakan bahwa “

menurut pribadi sendiri tidak tersingung masa kerja-nya sudah

selesai karena tingkat kebosanan ada karena kalau pensiun

bebas dari segala aturan atau pekejaan di kantor dan saatnya

pensiun harus siap untuk pensiun.” Hal yang sama juga

diungkapkan oleh MS Yang menyatakan bahwa”tidak

tersingung karena kalau tersingung adala orang yang belum

siap menerima pensiun”.

l. Telah mengetahui masa pensiun akan segera tiba

Jika pegawai yang memasuki usia lansia maka mereka wajib

mengetahui bahwa tiba saatnya pensiun seperti yang

diungkapkan oleh YT yang menyatakan bahwa sudah tahu

karena sebelum pensiun wajib untuk mempersiapkan berkas

kemudian berkas itu diserahkan di kantor setahun sebelum

pensiun.” Diperkuat dengan ungkapan JT yang menyatakan

bahwa “ya karena sudah tahu pasti bahwa tahun depan sudah

pensiun dengan penuh sukacita ”.Hal yang sama juga di

ungkapakan oleh MS yang menyatakan bahwa “ya sudah

mengetahui pensiun karena lagi tiga tahun sudah pensiun.”

m. Merasa tegang ketika mendengar tentang masa pensiun

Pegawai yang merasa tegang saat menghadapi masa pensiun

merupakan pengawai yang belum siap untuk pensiun seperti

69
yang diungkapan YT yang menyatakan bahwa “tidak tegang

untuk menghadapi pensiun karena uang dan segala macam

berkas sudah disiapkan oleh pihak kantor jadi untuk pribadi

tidak merasa tegang.”yang diperkuat oleh ungkapan JT yang

menyatakan bahwa “ tidak tegang karena menurut pribadi

kalau tegang artinya tidak siap untuk pensiun karena Negara

bukan sedikt orang tetapi banyak dan kita di atur oleh

pemerinta.”hal yang sama diungkapkan oleh MS yang

menyatkan bahwa “tidak tegang karena apapun itu harus

dihadapi.”

n. Merasa tegang bila teman-teman berbicara tentang pensiun

Ketika merasa tegang bila mendengar pembicaraan tentang

pensiun merupakan orang yang belum siap untuk meghadapi

pensiun ketika mendengar pembicaraan teman-temna tentang

pensiun sehingga ia marah seperti yang diungkapkan oleh YT

yang menyatakan bahwa “ya karena terkadang pembicaran

teman-teman baik dan ada juga membuat marah dan tegang.”

Yang di perkuat oleh ungkapan JT yang menyatakan bahwa

“tidak tegang karena kalau tegang artinya tidak siap untuk

menerima pensiun Negara bukan hanya kita saja tetapi masih

ada banyak dan kita di atur oleh pemerintah sesuatu yang

diatur oleh pemerintah jadi saatnya pensiun kita harus

pensiun.” Hal yang sama juga di ungkapkan oleh MS yang

70
menyatakan bahwa “tidak bisa tegang dan kita berpikir yang

baik untuk kita hadapi dan terima dengan sukacita” .

o. Pernah firasat buruk sebelum teman-teman berbicara

Untuk menghadapi masa pensiun tidak ada firasat buruk

tentang pensiun seperti ungkapan oleh YT yang menyatakan

bahwa “ya karena sesuatu yang di buat harus hati-hati dan

tidak mudah untuk terima pembicaraan teman-teman dan harus

teliti karena kadang-kadang membuat terantuk saja bisa jadi

sakit.”Yang diperkuat dengan ungkapan JT yang menyatakan

bahwa”tidak pernah karena menurut pribadi kalau teman-

teman berbicara tidak boleh tanggapi karena itu bisa terbawa

ingatan sehingga bisa menjadi firasat buruk”. Hal yang sama

juga diungkapkan oleh MS yang menyatakan bahwa “tidak

pernah karena tidak pernah dengar teman-teman berbicara

tentang pensiun merasa buruk tetapi teman-teman berbicara

kalau pensiun itu baik.”

2) Rasa gelisah

Gelisah itu muncul dari pembicaraan teman-teman atau para

sahabat sehingga membuat gelisah.

a. Merasa gelisah tentang kehilangan pangkat dan jabatan ketika

pensiun

ketika rasa gelisah mendengar tentang masa pensiun

kehilangan pangkat dan jabatan adalah orang yang benar-benar

71
tidak menerima pensiun karena penghasilan sudah berkurang

sehingga ia gelisah seperti yang diungkapkan oleh YT yang

menyatakan bahwa “tidak gelisah karena sudah ada kerja

sampingan jadi apa pun itu diterima dengan baik.” Yang di

perkuat oleh ungkapa JT yang menyatakan bahwa” tidak

gelisah karena jabatan itu bukan jabatan kekal”.

b. Tidak tenang ketika masa pensiun semakin dekat

Untuk menghadapi masa pensiun harus tenang walaupun

banya yang berbicara tentang pensiun dan penghasilan

berkurang tidak perlu takut dalam hal apapun seperti yang

diungkapan oleh YT yang menyatakan bahwa “ya karena kalau

sudah terima SK untuk pensiun harus terima dan itu sudah jadi

seperti masyarakat biasa.” Yang di perkuat dengan ungkapan

JT yang menyatakan bahwa “tidak karena menurut pribadi

sendri pensiun lebih capat lebih bagus lagi karena kalau lama

pensiun maka pindah tempat kerja lebih jauh dari keluarga tapi

kalau cepat pensiun supaya bisa kembali bergabung dengan

keluarga.”Hal yang sama juga diungkapkan oleh MS yang

menyatakan bahwa”tidak gelisah malah lebih tenang karena

susah saatnya pensiun jadi harus terima untuk pensiun.”

c. Pernah mengalami mimpi buruk tentang masa pension

Kecemasan menghadapi masa pensiun pada lansia yang

mengalami mimpi buruk terkecuali pegawai yang menghadapi

72
masa pensiun tidak siap untuk pensiun maka ia tidak tenang

sehingga terbawa mimpi seperti yang diungkapkan oleh YT

yang menyatakan bahwa” kantor akan hilang karena itu

sebelum pensiun siapkan kerja sampingan seprti lahan atau ya

karena kalau sudah pensiun maka itu terbawah pikiran bahwa

pangkat, jabatan dan fasilitas ternak babi.”yang di perkuat

dengan ungkapan JT yang menyatakan bahwa “tidak karena itu

sebelum memasuki pensiun harus jaga-jaga seperti berdoa

sehingga tidak mengalami hal-hal buruk.” Hal yang sama juga

diungkap oleh MS yang menyatakan bahwa” sebelum

menghadapi masa pensiun harus waspada supaya tidak jangan

ada mimpi.”

d. Mengalami gemetar ketika masa pensiun sudah dekat

Menghadapi masa pensiun ketika mengalami gemeter itu tidak

bagi lansia yang menghadapi masa pensiun yang sudah dekat

orang yang gemetar itu adalah orang yang takut kehilangan

fasilitas yang ada di kantor serperti yang diungkapkan oleh YT

yang menyatakan bahwa”tidak gemetar ketika mengahadapi

masa pensiun karena sudah siap terima dengan sukacita.” Yang

di perkuat dengan ungkapan JT yang menyatakan bahwa “ya

kalau mimpi itu terjadi maka sebagai orang beriman harus

berdoa supaya tidak menjadi kenyataan.” Hal yang sama juga

diungkapkan oleh MS yang menyatakan bahwa “untuk

73
mengahadapi pensiun tidak gemetar karena siap menerima

pensiun.”

e. Gemetar teringat masa pensiun sudah dekat

Untuk mengahadapi masa pensiun dan teringat masa pensiun

tidak gemetar karena bagi orang yang merasa gemetar adala

orang yang pensiun dini seperti yang diungkapakan oleh YT

yang menyatakan bahwa”ya untuk ingat masa pensiun karena

dari awal kerja sudah tahu sampai tahun berapa

pensiunnya.”Yang diperkuat dengan ungkapan JT yang

menyatakan bahwa” tidak gemetar dan juga tidak takut untuk

pensiun malahan senang karena sudah bebas dari pekerjaan

dikantor.” Hal yang sama juga yang diungkapkan oleh MS

yang menyatakan bahwa” tidak gemetar terkecuali dengar dari

kantor untuk pensiun dini itu yang belum bisa terima.”

f. Merasa gugup saat memikirkan tentang masa pensiun

Kecemasan mengahadapi masa pensiun dan memikirkan masa

pensiun dan sehingga munculnya rasa gugup bagi lansia yang

menghadapi masa pensiun seperti yang diungkapkan oleh YT

yang menyatakan bahwa”tidak karena dikantor hal yang bisa di

kerja harus di laksanakan jadi untuk pribadi tidak gugup dalam

menghadapi masa pensiun.”Yang diperkut dengan ungkapan

JT yang menyatakan bahwa”tidak karena sudah siap untuk

74
pensiun karena sudah lansia jadi ketika mendengar tentang

pensiun tidak merasa gugup untuk pensiun.”Hal yang sama

juga diungkapkan oleh MS Yang menyatakan bahwa”tidak

merasa gugup akan menghadapi masa pensiun karena saatnya

pensiun harus terima dengan senang hati.”

3) Khawatir

Khawatir yang di alami pada lansian yang menghadapi masa

pansiun merupakan pegawai yang tidak siap untuk menghadapi

masa pensiun atau peggawai yang menghadapi pensiun dini

sehingga ia tidak menerima untuk pensiun pada usianya.

a. Berpikir akan kehilangan fasilitas di kantor

Kecemasan yang di hadapi pada lansia yang menghadapi masa

pensiun adalah pegawai yang takut akan kehilangan fasilitas

yang ada dikantor tetapi ada pegawa yang tidak takut sehingga

mereka siap untuk menerima pensiun seperti yang di

ungkapkan oleh YT yang menyatakan bahwa” ya untuk

pikiran akan kehilangan fasilitas di kantor tetapi apa boleh buat

jadi sebelum pensiun sudah siapkan lahan untuk kerja sehingga

ketika pensiun nanti tidak ada pikiran seperti kehilangan

pangkat dan fasilitas yang ada di kantor.” Yang di perkuat

dengan ungkapan JT yang menyatakan bahwa“ tidak pikiran

tentang kehilangan fasilitas tetapi siap untuk terima pensiun

apapun itu tetap siap terima kenyataan.” Hal yang sama juga

75
diungkapkan oleh MS yang menyatakan bahwa” ya karena

kehilangan asset-aset dan juga teman-teman di kantor.”

b. Berpikir tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarga

Pegawai yang cemas untuk menghadapi masa pensiun

dan takut untk mengahadapinya yaitu pegawai yang takut akan

kehilangan fasilitas dan juga takut tidak mencukupi kebutuhan

keluaganya itu bagi pegawai yang belum menerima pensiun

tetapi bagi pegawai yang siap menerima kenyataan sebebum

pensiun ia sudah memiliki pekerjaan sampingan seperti yang

diunkapakan oleh YT yang menyatakan bahwa” ya karena

menurut pribadi manusia tidak selamanya mencukupi tetapi

sebagai manusia harus mempersiapkan kerja sampingan seperti

usaha ternak sehingga menghilangkan semua pikiran yang

buruk.” Yang diperkuat dengan ungkapan JT yang menyatakan

bahwa “tidak karena anak-anak sudah selesai sekolah jadi

bebannya sudah berkurang walaupun pensiun merasa tidak

mencukupi tetapi tidak pikira dan terima pensiun.” Hal yang

sama juga diungkapkan oleh MS yang menyatakan bahwa”

76
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

disimpulkan bahwa kecemasan menghadapi masa pensiun pada usia lansia

diKelurahan Maulafa Kecamatan Maulafa para subjek yang mengalami

kecemasan yang bersumber dari rasa takut,merasa cemas,sedih,sulit

berkonsentrasi,mudah tersingung,firasat buruk mengahadapi masa pensiun

dimana usia pensiun menjadi ketakutan dalam menjalani kehidupan setelah

pensiun dikarenakan beberapa faktor yang menjadi pengaruh dalam

menjalani masa - masa pensiun salah atunya faktor keuangan/ pendapatan

berkurang. Hal ini menjadi persoalan yang sangat ditakuti para subjek

sehingga para subjek telah merencanakan kegiatan yang harus di lakukan

dalam menghadapi dan menjalani masa pensiun seperti merencanakan atau

mempersiapkan lahan untuk bercocok tanam, beternak dan lain - lain.

Upaya ini tentunya menjadi harapan besar bagi para pensiunan dalam

77
menghadapi masa - masa pensiun sehingga pada waktunya para subjek

tidak merasa cemas dan kawatir dengan kondisi dan situasi yang terjadi.

Dengan demikian kecemasan dalam menghadapi pensiun tentunya

selalu menjadi beban tersendiri dan tidak bisa menghindari peristiwa

tersebut.dikarenakan masa usia pensiun yang telah diatur pemerintah

sehingga sebagai abdi negara tentunya menjadi kewajiban untuk

menjalankan dan menghadapi masa - masa pensiun.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, maka peneliti

mengajukan saran sebagai berikut :

1. Bagi para abdi Negara harus lebih mempersiapkan diri lebih di dalam

menghadapi masa pensiun sehingga masa pensiun datang tidak

mengalami kecemasan yang berlebihan.

2. Pemerintah harus mensosialisasikan tentang cara atau langkah –

langkah dalam mengatasi masa – masa persiapan pensiun.

3. Penyesuaian diri pada usia Madya

78

Anda mungkin juga menyukai