Anda di halaman 1dari 103

PENGARUH INTENSITAS MENGHAFAL AL-QUR’AN

TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI


(Studi Kasus Santri di Pondok Pesantren
Bustanu Usysyaqil Qur’an
Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang)
TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
INTAN PURWASIH
NIM 11107129

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu Bapak, karib kerabat, anak-
anak yatim, tetangga yang dekat dan jauh.
(an-Nisa’: 36)

Dengan kesabaran dan keikhlasan dalam mengerjakan sesuatu akan


berbuah kebaikan dalam setiap hasil karyanya

Setiap cita-cita harus diraih tanpa harus menunggu, karena menunggu


tanpa adanya sebuah usaha akan sia-sia dan percuma

Hiasi hati dengan pemikiran yang jernih untuk menghadapi


permasalahan kehidupan

PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tuaku,

Adikku ,

Sahabatku (Qumi, Dina, Sidah, Umi, Khasun),

Ibu Tri Wahyu Hidayati M.Ag.,

Seseorang yang selalu memotivasiku (Mas Na’man)

Sahabat-sahabat seperjuanganku”Seven D’best”.


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb yang telah memberikan segala

kenikmatan, yang bila lautan dijadikan tinta untuk menuliskan kenikmatan

tersebut niscaya akan habis sebelum semua kenikmatan itu tertulis. Shalawat serta

salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Saw., sang penegak

dasar dakwah beserta kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang teguh

berpegang kepada risalahnya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat

guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skipsi ini adalah

“PENGARUH INTENSITAS MENGHAFAL AL-QUR‟AN TERHADAP

KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN BUSTANU

USYSYAQIL QUR‟AN DUSUN GADING, DESA DUREN, KECAMATAN

TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011‟‟

Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucakan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga

2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama

Islam STAIN Salatiga dan selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia

meluangkan waktu, fikiran , dan tenaga, untuk memberikan bimbingan dan

pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


ABSTRAK

Purwasih, Intan. 2011. Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an


Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri (Studi kasus Santri di Pondok
Pesantren Butanu Usysyaqil Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran,
Kab.Semarang) Tahun 2011 .Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi
Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Tri Wahyu Hidayati,
M. Ag.
Kata Kunci: Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan
Spiritual Santri.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh intensitas
menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Bustanu
Usysyaqil Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang
Tahun 2011 .pertanyaan utama yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah:
(1). Bagaimana intensitas menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren
BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang
Tahun 2011 ? (2). Bagaimana kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren
BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ?
(3). Adakah pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan
spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec.
Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ? . Penelitian ini menggunakan metode
angket, dokumetasi dan observasi. Subyek penelitian ini sebanyak 50
responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk
menjaringdata x dan y.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik


analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menunjukan ada
pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas menghafal Al-Qur‟an
terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Bustanu Usysyaqil Qur‟an Dsn.
Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011. Hal ini
dilihat dari angket intensitas menghafal Al-Qur‟an yang memperoleh nilai
tinggi (A) sebanyak 50%, kategori sedang (B) sebanyak 46%, kategori rendah
(C) sebanyak 4%, hasil angket perilaku altruistik yang memperoleh kategori
nilai tinggi (A) sebanyak 52%, kategori sedang (B) sebanyak 40%, kategori
rendah (C) sebanyak 8%.
Setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian data tersebut
dikonsultasikan dengan r table, dengan jumlah subyek penelitian 50 responden
dengan taraf signifikasi 5% diperoleh 0,361, pada taraf signifikasi 1%
diperoleh 0,279, dan hasil rxy diperoleh signifikasi 0,542, maka dapat berarti
bahwa nilai rxy lebih besar daripada nilai r tabel yakni (0,361 <0,542> 0,279).
Jadi hipotesisyang mengatakan ada pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an
terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil
Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang diterima.
DAFTAR ISI

HALAMAN LOGO ...................................................................................... i


HALAMAN JUDUL .................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 4
D. Hipotesis Penelitian ............................................................. 5
E. Kegunaan penelitian ........................................................... 7
F. Definisi Operasional ........................................................... 7
G. Metodologi Penelitian......................................................... 7

H. Sistematika Penulisan ………………………………………. 12

BAB II : LANDASAN TEORI


A. Menghafal Al-Qur‟an .......................................................... 15
1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an...................................... 15
2. Pentingnya Menghafal Al-Qur‟an ..................................... 16
3. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an .................................. 17
4. Keistimewaan Al-Qur‟an .................................................. 19
5. Problematika Menghafal Al-Qur‟an.................................. 20

6. Kewajiban Penghafal Al-Qur‟an....................................... 26


B. Kecerdasan Spiritual ............................................................ 28
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ....................................... 28
2. Faktor-faktor Kecerdasan Spiritual ................................... 31
3. Karakteristik Orang yang Memiliki Kecerdasan Spiritual 32
4. Manfaat Kecerdasan Spiritual. .......................................... 33
5. Faktor yang Menghambat Kecerdasan Spiritual . .............. 35
6. Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual . ....................... 37

C. Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan


Spiritual Santri .................................................................... 39

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN


A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Sejarah singkat Pondok Pesantren BUQ .......................... 43


2. Masa Perkembangan ......................................................... 43
3. Letak Geografis ................................................................. 44
4. Struktur Organisasi ............................................................ 45
5. Tenaga Edukatif ................................................................. 46
6. Sistem Pendidikan .............................................................. 48
7. Sistem Pengajaran ............................................................. 48
B. Penyajian Data ...................................................................... 50
1. Daftar Responden .............................................................. 50
2. Data Jawaban Angket Tentang Intensitas Menghafal
Al-Qur‟an .......................................................................... 53
3. Data Jawaban Angket Tentang Kecerdasan Spiritual Santri
............................................................................... 57
4.
BAB IV : ANALISIS DATA
A. Analisis Data Intensitas Menghafal Al-Qur‟an ..................... 61
B. Analisis Data Kecerdasan Spiritual Santri ............................ 66

C. Analisis Data Pengaruh Intensitas Menghafal


Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri .................. 72
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 82
B. Saran-saran .......................................................................... 83

C. Penutup …………………………………………………….. 84

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN - LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel.I. Tenaga Edukatif di Pondok BUQ ....................................... 46

2. Tabel.II. Sarana dan Prasarana ......................................................... 47

3. Tabel.III. Daftar Responden .............................................................. 50

4. Tabel.IV. Daftar Jawaban Angket Intensitas Menghafal Al-Qur‟an ... 53

5. Tabel.V. Daftar Jawaban Angket Kecerdasan Spiritual ........... ......... 57

6. Tabel.VI. Data Score dan Nominasi Intensitas Menghafal Al-Qur‟an. 63

7. Tabel.VII. Distribusi Tingkat Menghafal Al-Qur‟an ........................... 66

8. Tabel.VIII. Data Score dan Nominasi Kecerdasan Spiritual ................. 68

9. Tabel.IX Distribusi Tingkat Kecerdasan Spiritual ............................ 71

10. ... Tabel.X Nilai Variabel X dan Variabel Y ........................................ 73

11. ... Tabel.XI Tabel Kerja Koefisien Variabel X dan Variabel Y .............. 76

12. ... Tabel.XII Tabel Pembuktian Analisis ................................................. 80


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Instrumen penelitian

Lampiran Surat izin penelitian

Lampiran Surat keterangan penelitian

Lampiran Daftar Riwayat Hidup


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dengan

salah satu tujuannya yaitu mencetak generasi bangsa menjadi insan yang

cerdas dan berakhlak mulia, tentu hal ini akan memberi pengaruh terhadap

perkembangan berpikir dan berperilaku santri dalam kehidupan mereka.

Lingkungan Pondok Pesantren yang sangat religius tentu saja mampu

membentuk akhlak santri menjadi baik. (Faizah, 2008:29)

Di Indonesia sendiri, bisa kita jumpai banyak sekali Pondok Pesantren

yang memprioritaskan materi pembelajaran pada penghafalan Al-Qur‟an. Hal

ini menandakan bahwasanya Pondok Pesantren sangat memperhatikan materi

pembelajaran berupa hafalan Al-Qur‟an. Karena kita ketahui bersama bila

menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat di muliakan

oleh Allah SWT.

Salah satu cara untuk bisa mewujudkan keinginan Ponpes untuk bisa

mencetak generasi yang berakhlak mulia, yaitu dengan mengadakan program

menghafal Al-Qur‟an bagi santri. Seperti telah ketahui bersama bahwa,

Menghafal Al-Qur‟an merupakan perbuatan yang sangat terpuji dan mulia.

Di dalam Al-Qur‟an juga dijelaskan mengenai keagungan orang-orang yang

mempelajari, membaca serta menghafal Al-Qur‟an merupakan keagungan

orang-orang pilihan yang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab
suci Al-Qur‟an. Selain itu Allah dan Rasulnya juga menjanjikan bagi para

pelestarinya yaitu berupa pahala, dinaikkan derajatnya dan diberi kemenangan

didunia dan akhirat.

Di dalam Al-Qur‟an terkandung pokok-pokok ajaran agama. Al-

Qur‟an merupakan dasar dan sumber utama dari agama islam. Seseorang tidak

akan tersesat apabila dalam kehidupannya senantiasa bersandar kepada Al-

Qur‟an, karena Al-Qur‟an senantiasa menjadi petunjuk bagi umatnya. (Quthb,

2004:8)

Menghafal Al-Qur‟an merupakan perbuatan yang sangat mulia, karena

di dalam Al-Qur‟an terkandung banyak sekali keutamaan yang diperoleh dari

menghafal, mempelajari serta mengamalkan isi dari kandungan kitab suci Al-

Qur‟an.

Sebagai seorang muslim, apalagi sebagai seorang remaja yang

merupakan ujung tombak dari suatu negara, seharusnya memiliki akhlak yang

mulia. Diantaranya dengan senantiasa menghafal Al-Qur‟an, karena dengan

menghafal Al-Qur‟an seorang muslim akan mendapat pahala. Semakin sering

kita menghafal Al-Qur‟an maka hati kita akan menjadi tentram dan damai.

Rasa tentram serta damai tersebut menandakan bahwa Al-Qur‟an mempunyai

fungsi sebagai syifa‟, penawar hati, atau pengobatan dalam diri kita, ketika

kita dihadapkan oleh persoalan hidup yang sedang kita alami. Hal ini sesuai

dengan Firman Allah SWT, berikut ini:

  


   
   
  


“Dan, Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat
bagi orang-orang yang beriman. . . .” ( QS. Al –Israa’ [ 17]:82).

Berdasarkan ayat tersebut, bisa dipahami bila Al-Qur‟an diturunkan

Allah kedunia ini untuk menjadi pedoman hidup Manusia dalam menjalankan

kehidupan. Perjalanan hidup manusia sendiri tidak luput dari segala

permasalahan. Oleh sebab itu, disinilah Al-Qur‟an berperan sebagai penawar

hati manusia dikala dihadapkan pada persoalan hidup yang membutuhkan

pemecahan masalah.

Dalam menyelesaikan persoalan hidup sendiri, kita memerlukan

pikiran yang jernih. Hal tersebut kita lakukan guna mencapai hasil yang baik.

Telah kita ketahui bersama, bila kemampuan untuk menyelesaikan masalah

hidup dibutuhkan sebuah kecerdasan. Kecerdasan yang kita maksudkan, yaitu

berupa kecerdasan spiritual.

Mayoritas santri di pondok pesantren BUQ suka mengamalkan dan

menghafal Al-Qur‟an. Sehingga santri yang menghafal Al-Qur‟an diharapkan

untuk berakhlak baik. kepribadian serta akhlak santri yang baik tersebut

merupakan cara pengelolaan kecerdasan spiritual yang didapatnya melalui

pemaknaan Al-Qur‟an yang mereka hafalkan serta diamalkan dalam

kehidupannya. Dari hal tersebut dapat dikaji masalah-masalah islami yang

berkaitan dengan sikap keberagamaan santri dalam kehidupan bermasyarakat.

Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an

Terhadap kecerdasan spiritual santri” (Studi kasus Pondok Pesantren BUQ


Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana intensitas menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren

BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun

2011 ?

2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn.

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ?

3. Adakah pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan

spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren Kec.

Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui intensitas menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok

pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang

Tahun 2011.

2. Untuk mengetahui Kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ

Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011.

3. Untuk mengetahui adanya pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an

terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011.


D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda

dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian

ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi

variabel penelitian, sebagai berikut :

1. Pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an

Secara rinci, setiap kata tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:

a. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu

(benda orang dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan ghoib.

(Departemen Pendidikan Nasional, 2002:731)

b. Intensitas

Adalah Keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. (Ibid,438)

c. Al-Qur‟an

Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril.

(Faizah, 2008:97)

Berdasarkan definisi di atas yang di maksud intensitas menghafal

Al-Qur‟an adalah tingkat keseringan dalam menghafal Al-Qur‟an.

Untuk mengukur adanya intensitas menghafal Al-Qur‟an, dapat

ditentukan dengan indikator sebagai berikut:

a. Kesungguhan dalam menghafal Al-Qur‟an.


b. Fokus saat menghafal Al-Qur‟an.

c. Perhatian atau konsentrasi.

d. Minat dalam diri kita.

e. Keaktifan dalam menghafal Al-Qur‟an.

f. Motivasi yang tinggi.

2. Kecerdasan Spiritual

Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual

sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu

kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks

makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan

yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ

dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita.

(Agustian, 2001:46).

Untuk mengukur adanya kecerdasan spiritual santri, dapat

ditentukan dengan indikator sebagai berikut:

a. Tingkat kesadaran yang tinggi.

b. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif).

c. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit.

d. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitian.

e. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal.

( Danah Zohar dan Ian Marshall, 2000: 14)


E. Hipotesis Penelitian

Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh positif

antara intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri.

F. Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan memberi wawasan dan

pengetahuan mengenai pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an

kaitannya dengan kecerdasan spiritual santri. Penelitian ini akan

bermanfaat bagi keilmuan.

2. Praktis

Dapat menjadikan masukan bagi masyarakat dalam menjalankan

kehidupan sosial dan masyarakat.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan rancangan penelitian

a. Pendekatan penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan

penelitian kuantitatif korelasional karena, penelitian ini bertujuan

untuk memproleh jawaban atas suatu pernyataan yang spesifik sejak

awal tentang variabel X dan Y. Penelitian ini tidak meneliti hubungan

antara intensitas hafalan dan tingkat hafalan santri.

b. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian non eksperimen

2. Populasi

Populasi adalah seluruh penduduk yang di maksudkan untuk

selidiki (Hadi, 1977:220).

Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah para santri di Pondok

pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang

tahun 2011, yang berjumlah 150 santri.

Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi (Hadi, 1977:221)

penulis melakukan penelitian dilapangan, dalam menentukan sampel

sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto (1998:155), bahwa apabila

subyeknya kurang dari seratus orang maka diambil sampel antara10-25%

atau 20-25% atau lebih. Maka dalam hal ini penulis mengambil sampel 50

responden, dari populasi 150 santri.

Teknik sampling yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk

mengambil sampel (Hadi, 1977:222)

Dalam pengambilan sampel pada penelitian ini, penulis

menggunakan teknik stratified sampling (sampel berstrata/bertingkat)

yaitu teknik pengambilan sampel populasi yang berstrata atau bertingkat.

Jadi pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dari santri yang

berumur 16 tahun keatas.

3. Metode Penelitian

Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat di gunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. (Suharsini,1990:134)


Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

a. Angket

Angket ini adalah tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an

terhadap kecerdasan spiritual santri.

b. Interview atau wawancara

Interview adalah percakapan dengan bertatap muka dengan

tujuan memeperoleh informasi aktual, untuk menaksir dan menilai

kepribadian individu, atau untuk tujuan-tujuan konseling atau

penyuluhan. (Kartini : 187)

Menurut penulis bahwa interview adalah suatu proses tanya

jawab secara lisan yang penulis gunakan untuk uji validitas angket

dan lembar penilaian.

c. Observasi

Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan pengamatan

dan pencatatan dengan cara sistematik fenomena-fenomena yang

diselidiki. (Sutrisno:1994:136)

Observasi adalah bentuk penelitian dengan pengamatan

langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan untuk

memperoleh informasi yang sifatnya umum.


g. Dokumentasi

Dokumentasi adalah berupa barang-barang yang tertulis, yaitu

mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger,

agenda, dan lain sebagainya. (Suharsini, 1990:206)

4. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data penelitian adalah alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan

agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

(Suharsini, 1990:206)

Dalam instrumen penelitian ini untuk mendukung metode

pengumpulan data penulis menggunakan angket dan lembar penilaian,

dengan demikian ada metode angket dan instrumen angket, serta

instrumen lembar penelitian.

Penulis menggunakan metode wawancara tidak terstruktur.

5. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya yang harus

ditempuh yaitu analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk

mengetahui permasalahan-permasalahan dalam penelitian yang kemudian

dapat diinformasikan lebih lanjut sebagai hasil penelitian yang dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya atau kevalidatanya.

Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan

dua macam tekhnik sebagai berikut :


a. Analisis Data

b. Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian di

analisis pendahuluan. Dalam hal ini penulis menggunakan berbagai

macam metode untuk mendapatkan semua data yang dibutuhkan.

Selanjutnya mengklasifikasikan dan menganalisis sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas situasi objek yang penulis teliti.

Setelah data terkumpul, maka diberi kriteria dan diberi tabulasi dalam

bentuk tabel prosentase. Untuk menganalisis ini, penulis menggunakan

rumus :

F
P  100%
N

Keterangan :

P =Prosentase

N =Jumlah populasi

F =Frekuensi (Suharsini, 1990:142)

a. Analisis lanjutan

Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah analisis data

untuk mendapatkan kesimpulan data dalam penelitian.

Untuk mencari ada tidaknya intensitas menghafal Al-Quran

terhadap kecerdasan spiritual santri. Penulis menggunakan korelasi

product moment dengan rumus sebagai berikut :

(X )(Y )
XY 
rxy  N
 2 ( X )   2 ( Y ) 2 
2

X  Y  
 N  N 
Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

X : variabel pengaruh

Y : variabel terpengaruh

N : jumlah responden

(Suharsini, 1990:142)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun terdiri dari lima bab yang secara sistematis

dijabarkan sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Pada pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi

operasional, hipotesis, metodologi penelitian serta sistematika

penulisan skripsi.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini, diuraikan sebagai pembahasan teori yang yang

menjadi landasan teoritik penelitian, yaitu tentang pengertian

menghafal Al-Qur‟an, keutamaan menghafal Al-Qur‟an,

problematika menghafal Al-Qur‟an dan solusinya, kiat-kiat

memelihara hafalan Al-Qur‟an.

Selain dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan

menghafal Al-Qur‟an dibahas pula pengertian Kecerdasan


Spiritual, isi Kecerdasan Spiritual, manfaat Kecerdasan Spiritual,

faktor yang menghambat Kecerdasan Spiritual, dan cara mengasah

Kecerdasan Spiritual.

Bab III Laporan Hasil Penelitan

Pada bab ini dilaporkan tentang keadaan responden, lokasi, sejarah

berdirinya, keadaan santri dalam proses menhafal Al-Qur‟an. Data

tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an dan kecerdasan spiritual.

Bab IV Analisa Data dan Pengujian Hipotesis, meliputi :

A. Analisis tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an.

B. Analisis tentang kecerdasanspiritual santri.

C. Analisis tentang pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an

terhadap kecerdasan spiritual santri.

Bab V Penutup

Berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup. Demikian

sistematika penulisan skripsi ini. Untuk bagian akhir adalah daftar

pustaka dan lampiran-lampiran.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Intensitas Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur‟an
Al-Qur‟an adalah kitab suci kaum muslimin yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui malaikat Jibril dengan lafal dan

maknanya. (Sugianto, 2004:15)

Al-Qur‟an merupakan mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya

selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan diturunkan kepada

Rasullulah SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana gelap menuju

suasana yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus.

(Quthb, 2004:8)

Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang harus kita jaga

kemurniannya. Oleh karena itu, sebagai umat muslim yang baik kita

diperintahkan untuk menjaga kemurnian Al-Qur‟an dengan jalan

menghafalkannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT :

  


  
 
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya “ ( QS. Al-Hijr: 9)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menurunkan kitab suci

Al-Qur‟an ini sebagai pedoman hidup manusia. Allah memerintahkan

kepada manusia agar senantiasa menjaga kemurnian Al-Qur‟an. Karena


dengan cara tersebut akan menambah rasa iman. Dari pernyataan tersebut

Kita sebagai manusia diwajibkan untuk membentengi diri kita dengan

perisai iman. Dan salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu membaca,

menghafalkan dan mengamalkan dari isi Al-Qur‟an. Dengan cara tersebut

maka kita nanti akan berada pada golongan orang yang beriman dan

bertaqwa kepada Allah SWT.

2. Pengertian Intensitas Menghafal Al-Qur‟an

a. Pengertian Intensitas

Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. (

Ibid,438)

Jadi, yang dimaksud disini adalah Santri dalam menghafal Al-

Qur‟an. Karena tingkatan hafalan Santri sendiri ada yang sedang,

rendah dan tinggi.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas

Ada banyak sekali hal yang bisa mempengaruhi intensitas, diantaranya

yaitu :

1) Perhatian atau Konsentrasi

Segala sesuatu yang membuat kita paham akan sesuatu

dengan perhatian penuh terhadap objek.

2) Minat

Keinginan dalam diri seseorang untuk berbuat sesutau.

3) Keaktifan

Melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.


4) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang

untuk bertindak melakukan sesuatu.

(Sugianto, 2004:123-124)

3. Pentingnya menghafal Al-Qur‟an

Perintah untuk membaca serta menghafalkan Al-Qur‟an berasal

dari kata Bahasa Arab iqra’. Dalam hal ini iqra’ atau perintah membaca

bukan sekedar membaca tapi dalam kamus-kamus bahasa kata iqra’

berarti meyampaikan, memahami, menghafalkan serta mengamalkan.

(Badwilan, 2009:15)

Dari penjelasan diatas maka yang dimaksud intensitas menghafal

Al-Qur‟an adalah rutinitas menghafal Al-Qur‟an yang disertai dengan

kesungguhan menelaah, mendalami, serta meneliti kandungan Al-Qur‟an.

Perintah membaca Al-Qur‟an merupakan perintah yang paling

berharga yang dapat diberikan kepada umat Manusia. Karena membaca,

menghafal, serta mengamalkan Al-Qur‟an akan mengantarkan manusia

mencapai derajad kemanusiaan yang sempurna, sehingga tidak berlebihan

bila dikatakan bahwa manusia adalah syarat utama guna membangun

peradaban.

(Depdiknas, 2002:140).

4. Keutamaan-Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an

Sudah diuraikan sebelumnya bahwa, membaca Al-Qur‟an saja

tanpa menghafalkannya, maka Allah SWT akan memberikan balasan


pahala yang begitu besar baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Apalagi

bagi mereka yang mampu menghafal Al-Qur‟an tentu Allah SWT akan

memberikan pahala yang lebih besar kepada orang yang menghafalkan

Al-Qur‟an. Berikut ini beberapa keutamaan maupun faedah dari menghafal

Al-Qur‟an:

a. Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat diantara

manusia lain. Namun, hal ini jangan sekali-kali dijadikan tujuan utama

dalam menghafal Al-Qur‟an, karena sesungguhnya tujuan utama kita

yaitu untuk mengharapkan Ridha dari Allah SWT.

Termasuk sebaik-baik umat. sebagaimana sabda Nabi Muhammad


Saw :
َ‫)البخارى رواه( اللَيْلِ وَأَصْحَابِ اْلقُرْآنِ حَمَْلةُ أُّمَتِيْ فُ أَشْر‬
“Yang paling mulia di antara ummatku adalah Orang yang hafal Al-
Quran dan ahli Shalat malam.” (HR. Bukhari).

Dari hadits tersebut sangatlah jelas, bahwa kita sebagai umat

Manusia kelak akan diberikan kedudukan yang terhormat dan mulia

disisi Allah SWT apabila kita menghafal Al-Qur‟an serta ahli shalat

malam.

c. Orang yang hafal Al-Qur‟an selalu diliputi dengan rahmat Allah, selalu

mengagungkan kalam Allah dan mendapatkan Cahaya Allah ta‟ala.

Mengagungkan kalam Allah dengan cara membaca, menghafal, serta

mengamalkan dari isi kandungan Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-

hari.

d. Yang paling berhak memimpin. Rasulullah Saw. Bersabda :

ُ‫)المسلم رواه( اهللِ بِ لِكِتَا أقْرَ ُؤهُمْ اْلقَوّْمُ يَإُّم‬


“Yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang bagus bacaan
Al-Qurannya”. (HR.Muslim).

Hadist tersebut menjelaskan bahwa Orang yang berhak

memimpin suatu Negara atau Pemerintahan, yaitu Orang yang fasih

dan bagus dalam membaca Al-Qur‟an.

e. Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga.

f. Orang yang menghafal Al-Qur‟an termasuk Orang yang menyibukkan

diri dengan Al-Qur‟an. Dan Allah akan memberikan keutamaan

kepada orang yang menyibukkan diri dengan Al-Qur‟an lebih besar

dari orang lain. Hal tersebut memberikan pengertian kepada kita,

bahwa hidup di Dunia ini kita sudah diberikan nikmat Allah yang

begitu besar, berupa nikmat sehat, waktu, dan kesempatan. Dari

nikmat yang begitu banyak tersebut dari Allah, maka kita harus

memanfaatkan waktu luang kita untuk membaca terlebih

menghafalkannya.

g. Orang yang hafal Al-Qur‟an menemani para Nabi kelak di Hari Akhir

dan termasuk dalam golongan orang yang tidak peduli terhadap hisab,

tidak terkejut sewaktu sangkakala ditiup dan tidak susah pada hari

kegelisahan yang sangat besar. ( Sugianto, 2004:37-41)

5. Keistimewan Al-Qur‟an

Salah satu keistimewaan Al-Qur‟an adalah mudah dihafal diluar

kepala, mudah diingat, dan juga mudah difahami. Allah berfirman:

  


  
 
“Dan sungguh telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka
adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( Al-Qamar[54]: 17).

Hal ini karena dalam lafal-lafal Al-Qur‟an, struktur kalimat, dan

ayat-ayatnya terdapat harmoni, keselarasan, dan kemudahan yang

membuat ia mudah dihafal oleh mereka yang benar-benar ingin

menghafalnya, memasukkanya ke dalam dada, dan menjadikannya sebagai

wadah Al-Qur‟an. Karena itulah kita dengan mudah menjumpai ribuan,

bahkan puluhan ribu orang-orang Muslim yang menghafal Al-Qur‟an.

(Qaradhawi, 2007: 27)

Selain itu, Keistimewaan Al-Qur‟an dintaranya, yaitu:

a. Mereka yang membaca Al-Qur‟an dan bacaan itu menambah iman

mereka serta menimbulkan rasa tenang.

b. Membuat hati tenang dan damai.

c. Mendapatkan pahala dari Allah SWT.

d. Didalam Al-Qur‟an banyak sekali terdapat kata-kata hikmah yang

sangat berharga bagi kehidupan. Menghafal Al-Qur‟an berarti

menghafal banyak kata-kata hikmah.

e. Hafalan Al-Qur‟an membuat orang dapat berbicara dengan fasih dan

benar, dan dapat membantunya dalam mengeluarkan dalil-dalil dengan

ayat-ayat Al-Qur‟an dengan cepat ketika menjelaskan atau

membuktikan suatu permasalahan. ( Badwilan, 2009: 42 )

6. Problematika menghafal Al-Qur‟an

Setiap kali kita melakukan suatu amalan, terlebih bila amalan

tersebut dapat mendatangkan adanya pahala pasti untuk mencapainya


sangatlah tidak mudah. Permasalahan akan muncul disaat kita mempunyai

sebuah keinginan untuk menghafal Al-Qur‟an. Berikut akan dijelaskan

beberapa problem yang bisa saja muncul disaat kita melakukan aktifitas

menghafal Al-Qur‟an. Problem tersebut diantaranya, yaitu:

1. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi

Lupa adalah lawan dari ingat. Lupa adalah suasana tidak ingat

yang bukan dalam keadaan mengantuk atau tidur. Lupa merupakan

suatu problem yang tidak hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal

Al-Qur‟an, namun hampir seluruh para penghafal Al-Qur‟an

mengalaminya. Hal yang biasa terjadi adalah bahwa ayat yang dihafal

di pagi hari telah hafal dengan lancar, namun disaat mengerjakan soal

lain, sore harinya tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung

diperdengarkan (disetorkan) kepada guru pembimbing, satu ayat pun

tidak ada yang terbayang.

Ahli psikologi “Ebbinghaus” merupakan salah seorang pionir

yang menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan menunjukkan,

sesudah satu jam 50% dari bahan yang dipelajarinya akan dilupakan;

sesudah sembilan jam 8% lagi yang dihafalkan, sesudah dua hari

tambah lagi 6% dan sesudah 1 bulan bertambah 7% lagi. Dengan kata

lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam sebulan terjadi pada satu

jam pertama (50/71 x 100%). Jadi alangkah lebih ekonomis bila

secepat mungkin kita menyegarkan ingatan tanpa menunggu lebih

lama lagi. (Badwilan, 2009:100)


Dengan demikian, solusi yang harus dilakukan adalah

sebagaimana penjelasan sebagai berikut:

a. Tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama, karena hafalan baru

sangat mudah hilang.

b. Mengulangi hafalan. Lupa terkadang mencapai puncaknya

sehingga sulit untuk mengulangi apa yang telah dihafal. Maka

disini harus diulangi sejumlah hafalan yang telah hilang.

Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi yang dilupakan

persis setelah dihafal akan memerlukan waktu yang lebih sedikit

dari pada waktu untuk menghafal suatu teks yang tidak pernah

dipelajari sebelumnya. Jadi mengulang-ulang hafalan yang lupa itu

lebih mudah dari pada menghafal materi yang baru.

c. Mendengarkan dari yang lain, termasuk kaset. Seseorang sekalipun

cerdas namun ia tidak bisa menghindarkan dirinya dari segi-segi

kelemahannya dan harus lupa terhadap sebagian apa yang

diketahuinya.

d. Mengerti akan makna dan arti dari materi yang telah dihafal serta

berupaya untuk merenungkannya. Mengetahui dan merenungkan

makna-makna Al-Qur‟an adalah merupakan tujuan diturunkannya

kitab yang mulia itu. Merenungkan dan memikirkan nya saat

membaca itu akan membantu dan menetapkannya dalam hati.

2. Banyak ayat serupa tetapi tidak sama

Di dalam menghafal Al-Qur‟an akan kita jumpai ayat yang


serupa namun tidak sama. Maksudnya pada awalnya sama dan

mengenai yang sama pula, tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya

berbeda, atau sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi pada

pertengahannya atau akhir ayatnya sama sebagaimana contoh berikut:


Surat Al-Baqarah ayat 35:

 
  
  
  
  
  
 
“Dan kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu
surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik
di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini
yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim.

Serupa dengan surat Al-A‟raf 19:

 
 
   
  
 
 
 

“(Dan Allah berfirman): “Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan


istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan)
dimana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua mendekati
pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua orang-orang yang dzalim.”

Adapun cara penyelesaian masalah tersebut dengan

memberi catatan pinggir pada Al-Qur‟an yang dipakai untuk

menghafal bahwa ayat tersebut sama dengan hal berapa, atau surat apa,

juz berapa dan ayat keberapa, kemudian ayat-ayat yang serupa tersebut

diberi garis bawah. Bila perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada.

Bila tidak, cukup dibaca terjemahannya untuk mengetahui peristiwa

atau isi kandungan ayat tersebut.

3. Gangguan Asmara
Persoalan itu muncul karena mayoritas penghafal Al-Qur‟an itu

berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik dengan

lawan jenis. Hal ini dianggap wajar karena proses alamiah yang

muncul pada masa pubertas tersebut. Persoalan ini bisa diantisipasi

dengan tidak membiarkan bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya,

atau dipalingkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti

olahraga, membaca buku ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Namun juga

terkadang gangguan asmara ini bukan merupakan suatu gangguan yang

berarti bahkan bisa dijadikan sebagai pemicu semangat dalam

menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an jika yang bersangkutan bisa

menyikapinya dengan bersifat kedewasaan.

4. Sukar Menghafal

Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain

tingkat intelegensi quesioner (IQ) yang rendah, pikiran sedang kacau,

badan kurang sehat atau fresh, kondisi di sekitar sedang gaduh

sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain. Persolan ini

sebenarnya bisa diantisipasi sendiri oleh penghafal karena dialah yang

paling tahu tentang dirinya sendiri.

5. Melemahnya Semangat Menghafal Al-Qur‟an

Hal ini bisa terjadi pada waktu menghafal berada pada juz-juz

pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan yang harus

digarap masih panjang. Untuk mengantisipasinya dengan kesabaran

yang terus-menerus dan punya keyakinan (optimis) kalau pekerjaan


menghafal ini akan berangsur-angsur bisa terlewati dan sampai

khatam.

6. Tidak Istiqomah

Problem ini pun sering dihadapi oleh penghafal Al-Qur‟an.

Penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan

penghafal Al-Qur‟an untuk mengadakan aktivitas yang tidak ada

kaitannya dengan belajar, sehingga banyak waktu yang terbuang sia-

sia. (Sugianto, 2004:100-104)

7. Hikmah menghafal Al-Qur‟an

Al-Qur‟an dalam ajaran Islam dinilai sebagai ibadah, Orang

yang membacanya terlebih bila menghafalnya, maka akan dijanjikan

pahala disisi Allah Swt. Selain itu bisa membuat kehidupan orang

tersebut senantiasa merasa tentram dan damai. Hal tersebut bisa

terjadi, karena dalam melaksanakan aktivitas hidupnya senantiasa

berpedoman pada Al-Qur‟an yang Sudah tertanam dalam hati dan

fikirannya. (Amrullah, 2008:33)


8. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an

Di dalam kehidupan ini kita tidak pernah terlepas dari yang

namanya kewajiban. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang harus

dilakukan. Hal ini yang juga harus dilakukan oleh penghafal Al-

Qur‟an. Kewajiban tersebut , yaitu:

a. Hendaknya ia ikhlas dalam mempelajari Al-Qur‟an, semata-mata

karena Allah SWT. Hendaknya ia mewajibkan dirinya sendiri

untuk membaca Al-Qur‟an, di waktu siang maupun malam, di

dalam shalat maupun di luar shalat, agar tidak sampai lupa.

b. Hendaklah ia senantiasa memuji Allah, mensyukuri nikmat-

nikmat-Nya, berdzikir, tawakal dan hanya meminta tolong kepada-

Nya, mencintain-Nya, berpegang teguh pada-Nya, selalu

mengingat mati, dan memohon kebahagiaan kepada-Nya.

c. Hendaklah ia takut kepada dosa-dosanya, mengharapkan ampunan

Tuhan, lebih banyak merasa takut saatsehat sebab ia tidak tahu

kapan hidupnya ber-akhir, lebih mengharap rahmat Allah (raja’)

pada masa menjelang ajal tiba.

d. Hendaklah ia mengetahui (kecenderungan) manusia yang hidup

pada zamannya, menjaga diri dari penguasa, menjaga kemurnian,

kebersihan, dan keselamatan jiwanya, berjihad melawan dorongan

nafsu sekuat tenaga.

e. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, mendekatkan diri kepada-

Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.


f. Hendaklah ia mengambil sikap menjauhi jalan syubhat, sedikit

tertawa, sedikit bicara dalam majlis Al-Qur‟an -juga majlis lain-

dengan pembicaran yang tidak berfaidah serta menempatkan diri

sebagai orang yang bijak dan lemah lembut.

g. Hendaklah ia bersikap rendah hati (tawadu’) terhadap orang-orang

fakir, menjauhi sifat takabbur dan ujub, menjaga jarak dengan

dunia dan kesenangannya jika khawatir adanya fitnah yang akan

menimpa jiwanya, meninggalkan perdebatan, danmenempatkan

dirinya sebagai orang yang sopan dan beradab.

h. Hendaklah ia menjadi sosok yang orang lain aman dari

gangguannya, orang lain mengharap kebaikannya, orang lain

selamat dari keburukan-keburukannya, tidak mendengarkan orang

di dekatnya yang membicarakan aib orang lain, bergaul dengan

orang yang dapat membantunya mengerjakan kebaikan dan

menunjukkan pada kejujuran dan akhlak mulia sehingga ia bisa

menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji itu, tidak mengacuhkannya

begitu saja.

i. Hendaklah ia juga mempelajari hukum-hukum Al-Qur‟an (ilmu

fiqih), sehingga mengetahui maksud-maksud Allah dan hal-hal

yang diwajibkannya.

j. Hendaknya dia mengetahui mana ayat Makkiyah dan Madaniyah,

sehingga ia bisa membedakan seruan-seruan Allah untuk untuk


para hamba-Nya di masa awal islam, hal-hal yang diwajibkan

Allah pada masa Islam awal. (Qaradhawi, 2007:70-73)

Apabila seorang penghafal Al-Qur‟an berhasil meraih

tingkatan-tingkatan diatas, berarti ia mahir Al-Qur‟an, memahami Al-

Qur‟an dan menjadi orang yang dekat dengan Allah. Keterangan yang

sudah disebutkan itu tidak akan membawa manfaat apapun sehingga

orang yang bersangkutan mengikhlaskan hatinya karena Allah, baik

ketika belajar Al-Qur‟an ataupun sesudah mempelajarinya,

sebagaimana telah diuraikan didepan.

Seorang penuntut ilmu yang memulai amalannya dengan niat

mencari kehormatan dan kemuliaan dunia teruslah berusaha untuk

memahami ilmu, hingga nanti tampak ada yang salah dalam

i‟tikadnya. Lalu ia bertaubat dari kekeliruan itu dan memurnikan

niatnya karena Allah. Dengan demikian, ilmu itu akan membawa

manfaat baginya dan menjadikan bagus keadaannya.


B. Kecerdasan Spiritual

1. Pengertian kecerdasan spiritual

Sebelum membahas lebih jauh tentang kecerdasan spiritual, maka

terlebih dahulu di sini kita perlu menyinggung sedikit tentang IQ dan EQ.

Maka akan disinggung sedikit tentang Kecerdasan Intelektual dan

Emosional Sebagaimana diketahui, IQ atau kecerdasan intelektual sejauh

ini lebih merujuk pada aspek kecerdasan logik-matematik dan kecerdasan

verbal-linguistik semata. Dalam konteks tersebut, kecerdasan dipandang

bersifat tunggal dan tak dapat berubah. Artinya, tak ada kecerdasan lain di

luar IQ, dan sekali IQ sesorang sudah divonis (misalnya seseorang itu

pintar, atau bodoh atau sedang-sedang saja) .

Kecerdasan emosional ini, menurut penelitian Goleman, lebih

menentukan keberhasilan dan kebahagian seseorang dibanding kecerdasan

intelektual (IQ). Dan kecerdasan emosi (EQ) perlu dipandang sebagai

landasan bagi penggunaan IQ secara efektif. Harus diakui kecerdasan

intelektual dan kecerdasan emotional memiliki peran penting dalam

kehidupan dan keberhasilan seseorang. Namun harus digaris bawahi

bahwa memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional saja

belumlah cukup dalam menjamin kebahagiaan hidup. Sehingga diperlukan

keseimbangan antara kecedasan intelektual dan kecerdasan emosional.

Untuk menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan

emosional diperlukan kecerdasan lain. Kecerdasan itu disebut dengan

“kecerdasan spiritual”.
(http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=436950944275)

Demikian tadi sudah dijelaskan mengenai IQ dan EQ. Untuk

selanjutnya akan dijelaskan mengenai apa itu SQ atau kecerdasan spiritual.

Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti Sempurna perkembangan

akal budinya (untuk berpikir, mengerti dan sebagainya). Sedangkan

kecerdasan yaitu perbuatan mencerdaskan kesempurnaan perkembangan

akal budi. ( depdiknas, 2007 :105 ).

Spiritual yaitu berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama

manusia, makhluk lain dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan

adanya Tuhan Yang Maha Esa.

Jadi dapat dipahami, bahwa Kecerdasan spiritual merupakan

Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan

nilai, yaitu kecerdasan untuk menampakkan diri dan perilaku hidup kita

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya atau kecerdasan untuk

menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseoarang, lebih bermakna

dibanding yang lain. ( Zohar dan Marshal, 2000:1).

Adapun kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam adalah

kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan

kegiatan. Dalam Islam sendiri memandang bahwa kecerdasan spiritual

berkaitan dengan sifat istiqamah, kerendahan hati, berusaha dan berserah

diri, ketulusan, keseimbangan, integritas dan penyempurnaan itu semua

dinamakan Akhlakul Karimah. ( Agustian, 2005 :280 )

Dari pengertian tersebut, kecerdasan spiritual santri yang


dimaksudkan yaitu sikap santri dalam melaksanakan kehidupannya yaitu

harus berperilaku baik atau bersifat akhlakul karimah. Kecerdasan yang

bisa digunakan santri dalam memaknai hidupnya dengan nilai-nilai

spiritual yang ada dalam dirinya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecedasan seseorang

Ada banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi kecerdasan

seseorang. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kecerdasan yang

dimiliki setiap individu akan berbeda antara individu yang satu dengan

yang lainnya. Hal ini bisa saja terjadi karena kita ketahui bersama, bila

kecerdasan seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor intern maupun faktor

eksteren. Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi kecerdasan, yaitu:

a. Pembawaan; pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang

dibawa sejak lahir.

b. Kematangan; tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan

dan perkembaangan.

c. Pembentukan; pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang

yang mempengaruhi kecerdasan.

d. Minat dan pembawaan yang khas; minat mengarahkan perbuatan

kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.Dalam

diri manusia terdapat dorongan-dorongan (motif-motif) yang

mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar.

e. Kebebasan ; kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih


metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah. (Muallifah,

2009:177)

3. Karakteristik Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, yaitu :

Bila sebelumnya sudah dijelaskan mengenai faktor pembentuk

kecerdasan seseorang, maka selanjutnya akan dibahas mengenai

karakteristik orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Setelah kecerdasan

spiritual sudah terbentuk pada diri seseorang tentu saja orang yang

memiliki kecerdasan spiritual didalam dirinya akan muncul karakter atau

ciri yang membedakan antara orang yang satu dengan yang lain. Berikut

karakteristik orang yang memiliki kecerdasan spiritual diantaranya, yaitu:

a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat

b. Kesatuan dan keragaman

c. Kemampuan bersikap fleksibel

d. Tingkat kesadaran diri tinggi

e. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit

f. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai

g. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu

h. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal

(berpandangan holistik)

i. Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana

jika” untuk mencari jawaban yang mendasar

j. Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi

k. Senang berbuat baik


l. Senang menolong orang lain

m. Telah menemukan tujuan hidupnya

n. Punya sense of humor yang baik

(http://personalityrahmanugraheni.wordpress.com/)

4. Manfaat Kecerdasan Spiritual

Banyak sekali manfaat yang diperoleh, bila kita mampu cerdas

spiritual. Adapun manfaat dari kecerdasan spiritual diantaranya, yaitu :

a. Kecerdasan spiritual dapat menjadikan kita kreatif. Kita menghadirkan

kecerdasan spiritual ketika ingin menjadi luwes, berwawasan luas, atau

spontan secara kreatif.

b. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk berhadapan dengan

masalah eksistensial, yaitu saat kita secara pribadi merasa terpuruk,

terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masalalu kita

akibat penyakit dan kesedihan.

c. Kecerdasan spiritual adalah pedoman saat kita berada “di ujung”.

“ujung “ adalah suatu tempat bagi kita untuk menjadi sangat kreatif.

Kecerdasa spiritual, pemahaman kita yang dalam dan intuitif akan

makna dan nilai, merupakan petunjuk bagi kita saat berada diujung.

Kecerdasan spiritual adalah hati nurani kita.

d. Kecerdasan spiritual menjadikan kita lebih cerdas secara spiritual

beragama.
e. Kecerdasan spiritual memungkinkan kita untuk menyatukan hal-hal

yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani

kesenjangan antara diri dan orang lain.

f. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk mencapai perkembangan

diri yang lebih utuh karena kita memiliki potensi untuk itu.

g. Kecerdasan spiritual dapat membantu di dalam menghadapi masalah

baik dan buruk, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari penderitaan

dan keputusasaan manusia. ( Zohar dan Marshal, 2000:12-13)

Dari berbagai manfaat kecerdasan spiritual tersebut, tentu saja

akan menjadikan manusia menjadi insan kamil yang sesuai dengan

ajaran Agama Islam. Akhlakul karimah akan dimiliki oleh mereka yang

mampu mengaplikasikan kecerdasan spiritual dalam kehidupannya.

Baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun dalam bermasyarakat.

5. Faktor- Faktor yang menghambat kecerdasan spiritual.

Di dalam melakukan suatu keinginan, kemauan, serta tindakan

tentu saja tidak semudah yang kita fikirkan. Hal tersebut tidak lepas dari

adanya suatu hambatan dalam melakukannya. Begitu juga bila kita inigin

memiliki kecerdasan spiritual. Berikut akan disebutkan faktor apa saja

yang bisa menghambat kecerdasan spiritual. Faktor-faktor tersebut adalah:

a. Prasangka negatif

Orang yang hidup pada lingkungan yang negatif cenderung

alam fikirannya selalu berprasangka negatif dan curiga kepada orang

lain. Sebaliknya, orang yang memiliki suara hati merdeka, akan lebih
mampu melindungi pikirannya.

b. Pengaruh prinsip hidup

Prinsip hidup yang dianut dan diyakini telah menciptakan

berbagai tipe pemikiran dengan tujuannya masing-masing. Setiap

orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Namun, prinsip

yang tidak sesuai dengan suara hati akan berakhir dengan kegagalan,

baik kegagalan lahiriah maupun kegagalan batiniah.


c. Pengaruh pengalaman

Pengalaman kehidupan dan lingkungan akan sangat

mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang pada akhirnya berakibat

pada terciptanya sosok manusia bentukan dari lingkungan sosialnya.

d. Pengaruh kepentingan

Seringkali suara hati kita turut andil memberi informasi maha

penting dalam menentukan prioritas. Tapi sering kali pula suara hati

tersebut diabaikan oleh nafsu sesaat atau kepentingan tertentu dalam

mencapai keuntungan jangka pendek, yang justru seringkali

mengakibatkan kerugian jangka panjang.

e. Pengaruh sudut pandang

Sudut pandang yang berbeda dalam menyelesaikan suatu

permasalahan hidup akan berdampak pada hasil yang akan dicapai.

Dalam kehidupan harus mampu menyelesaikan masalah dengan arif

bijaksana, penuh dengan rasa tanggung jawab, dan mampu memaafkan

kesalahan orang lain.

f. Pengaruh pembanding

Paradigma penilaian dalam pikiran kita begitu mudah berubah

dalam hitungan detik saja. Kita bisa bayangkan, betapa lingkungan

dengan cepatnya menciptakan dan mengubah pikiran kita setiap saat.


g. Pengaruh literatur

Bahwasanya buku-buku dan ilmu pengetahuan dari barat yang

acap kali dijadikan pegangan atau kiblat juga penuhanan ilmu

sesungguhnya sudah tidak pada tempatnya lagi. Yang ada hanyalah :

Sang Pencipta dan Pemilik Ilmu, yaitu Allah Tuhan semesta alam.

(Agustian, 2005 : 74)

6. Meningkatkan kecerdasan spiritual

Mana yang disebut mata batin? Jika mata lahir memiliki jalur saraf

dan pusat penglihatan diotak, apakah demikian juga mata batin? Jawaban,

iya.Mata batin memiliki pusat diotak spiritual. Mata batin pusatnya ada

pada seluruh bagian otak. Otak spiritual memadukan semua informasi

yang diserap. Jika pohon yang dilihat, yang tampak adalah kepaduan dan

kesatuan seluruh bagiannya.(Agustian, 2005:98)

Pengertian tersebut memberikan pengertian bila kita bisa menyerap

informasi yang ada melalui mata batin atau mata hati kita. Maka tidak

heran bila sering ada orang yang bilang bila kita bisa melihat sesuatu

melalui mata batin kita sendiri. Agar lebih optimal hasil yang ingin dicapai

maka kita bisa meningkatkan mata batin kita yang berpusat di otak

spiritual.

Ada cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual. Cara yang bisa

kita lakukan, yaitu dengan meningkatkan penggunaan proses tersier

psikologis kita, yaitu dengan kecenderungan kita untuk bertanya mengapa,

untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa


kepermukaan asumsi – asumsi mengenai makna dibalik atau didalam

sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau diluar diri kita,

bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan

lebih pemberani. Melalui penggunaan kecerdasan spiritual kita secara

lebih terlatih dan melalui kejujuran serta keberanian diri yang dibutuhkan

dalam mengasah kecerdassan spiritual kita. (Danah Zohar dan Ian

Marshall, 2000: 15)

Dari keterangan tersebut bisa kita pahami, bila kecerdasan spiritual

bisa kita asah atau kita tingkatkan. Peningkatan kecerdasan spiritual bisa

kita mulai dari diri kita sendiri. Apabila diri kita punya niat untuk

melakukannya maka hasil yang didapatkan akan lebih terasa maksimal.

7. Langkah-langkah menuju kecerdasan spiritual

Berikut ini langkah-langkah ataupun cara yang bisa dilakukan serta

dipelajari manusia dalam kehidupannya agar memiliki kecerdasan spiritual

dalam dirinya. Langkah-langkah tersebut, yaitu:

a. Menyadari di mana saya sekarang

b. Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah

c. Merenungkan tentang dirinya sendiri dan apakah motivasi saya yang

paling dalam

d. Menemukan dan mengatasi rintangan

e. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju

f. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan

g. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan


( http://www.untag-sby.ac.id)

C. Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an terhadap Kecerdasan Spiritual

Santri

Al-Qur‟an adalah wahyu dari Allah Swt yang diturunkan kepada

malaikat Jibril untuk menjadi pedoman hidup Manusia. Oleh karena itu

manusia mempunyai kewajiban dimuka bumi ini untuk menjaga kemurnian

dari kitab suci Al-Qur‟an dengan cara menghafalkannya. Masyarakat

memandang bahwa mereka yang mampu menghafal Al-Qur‟an maka dalam

kehidupannya akan diliputi dengan rahmat Allah Swt. Oleh karena itu tidak

mengherankan bila masyrakat sangat menghormati mereka. Menghafal Al-

Qur‟an akan memberikan syafa‟at kepada para penghafalnya. Kelak nanti

akan dijanjikan surga oleh Allah SWT. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw,

berikut ini :

َ‫)المسلم رواه( ِبهِ صْحَا لِأَ شَفِيْعًا اْلقِيَا َّمةِ يَوّْمَ يَأْتِيْ فَاَِّنهُ اِقْرَؤُواْلقُرْآن‬
“Bacalah Al-Quran maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat
nanti sebagai syafa’at kepada pemiliknya. “ ( HR. Muslim )

Hadist tersebut menjelaskan bila suatu saat nanti telah datang hari

kiamat, maka bagi mereka yang menghafal Al-Qur‟an akan diberikan

pertolongan dari Allah SWT.

Dari manfaat tersebut maka banyak santri yang memperdalam

ilmunya mengenai materi hafalan Al-Qur‟an. Al-Quran sendiri mempunyai

fungsi sebagai syifa‟. Oleh sebab itu, Al-Qur‟an dapat berguna sebagai obat

atau penawar hati santri dikala mereka harus dihadapkan pada permasalahan
hidup. Upaya untuk menghadapi serta bisa memecahkan peroalan hidup

tersebut Para santri harus memiliki sebuah kecerdasan. Kecerdasan yang

dimaksudkan disini yaitu kecerdasan spiritual.

Kececerdasan spiritual harus kita miliki, karena Kecerdasan spiritual

merupakan Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna

dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menampakkan diri dan perilaku hidup kita

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya atau kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseoarang, lebih bermakna dibanding yang

lain. ( Zohar dan Marshal, 2000:1).

Dari keterangan tersebut, maka dapat dipamami bila Para Santri yang

menghafal Al-Qur‟an maka akan memiliki kecerdasan spiritual yang baik

dalam menghadapi kehidupannya. Namun, semua itu tergantung juga

bagaimana sikap seorang santri dalam mengelola kecerdasan spiritual yang

dimilkinya. Karena sudah dijelaskan sebelumnya bila kecerdasan spiritual

bisa diasah atau ditingkatkan. Tentu saja hal ini akan memberikan dampak

pada tingkatan kecerdasan spiritual Mereka.

Selain itu manusia yang sempurna adalah manusia yang bergerak

dengan kesadaran dan arah tujuan yang jelas sehingga apa yang dilakukan

bermakna. Kecerdasan spirituallah yang akan menununtun kita untuk kembali

menjadi keseimbangan hidup melalui pencarian, pemahaman, penghayatan

terhadap apa yang kita sebut sebagai makna. Seseorang yang mempunyai SQ

yang tinggi maka dia akan memiliki kesadaran yang penuh dan bermakna.

Hidup yang bermakna berarti dia bisa mempersembahkan prestasi yang


terbaik untuk dirinya, keluarga dan masyarakatnya. Dengan pengaktualisasian

diri, maka prestasi itu dapat dicapai diperkuat lagi dengan kecerdasan

spiritual yang akan mengarahkan pencapaian prestasi.

Di dalam Kitab suci Al-Qur‟an juga menjelaskan, sebelum bumi dan

manusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah,

Allah bertanya kepada jiwa manusia: ”Bukankah aku Tuhanmu?” lalu ruh

manusia menjawab: “Ya, kami bersaksi!”. Bukti adanya perjanjian ini adalah

menurut Muhamad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam jiwa manusia, hal

tersebut dipertegas dengan adanya suara hati manusia, suara hati Tuhan yang

terekam dalam jiwa manusia. Karena itu, bila manusia hendak berbuat

keburukan, pasti akan dilarang oleh suara hati nuraninya sendiri, karena

Tuhan tidak menghendaki kemungkaran. Jikalau manusia tetap mengerjakan

perbuatan yang tidak baik, maka suara hatinya akan bernasihat. Begitu usai

berbuat, ia akan menyesalinya. Mac Scheler mengatakan penyesalan adalah

„tanda kembali‟ –nya seseorang kepada Tuhan. Itulah pengakuan bahwa

manusia adalah makhluk spiritual. (Agustian, 2001:73).

Dari hal tersebut bisa kita pahami bahwa kecerdasan spiritual harus

kita miliki terutama disini para santri karena sudah seyogyanya bila santri

yang khususnya penghafal Al-Qur‟an bisa mengelola kecerdasan spiritual

yang dimilikinya dengan baik.


BAB III

LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi ObjekPenelitian

1. SejarahSingkatBerdirinyaPondokPesantrenBustanuUsysyaqil Qur‟an (BUQ)

PondokPersantrenBustanuUsysyaqil Qur‟an (BUQ) berdiri pada

tahun 1989 oleh KH.Abdulloh Hanif yang berasal dari dusun Gading, desa

Duren, kecamatanTengaran, kabupaten Semarang, sedangkan istri beliau

Hj. Anis Toharoh yang berasal dari desa Rimbu lor, Karangawen, Demak.

Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an (BUQ) semula

khusus mengajarkan Al-Qur‟an dengan mengguna kansis temsorogan di

lingkungan kerabat dan tetangga dekat. Dengan perkembangan santri yang

selalu bertambah, yang datang dari berbagai daerah, maka didirikan

madrasah diniyah. Mulai awal berdirinya sampai sekarang pondok BUQ

selalu mengalami peningkatan dalam jumlah santri maupun bentuk dan

banyaknya bangunan fisik. Sampai saat ini santri putra dan putri tercatat

kurang lebih 150 santri yang bermukim di pondok.

1. Masa perkembangan

Pondok pesantren BUQ Gading santrinya sangat berkembang

pesat. Hal ini dapat dilihat potensi alumnus cukup memadai, sehingga

pondok pesantren BUQ Gading pada periode berikutnya berkembang

dengan cukup pesat. Cirikhas yang dimiliki para alumni pondok pesantren

BUQ Gading yaitu bentuk khufadz atau penghafal Al Qur‟an, selain itu
banyak alumni yang sudah dapat membaca dan menterjemahkankitab-

kitab dengan bahasa yang benar serta dapat menganalisa kandungan dan

uraiannya.

KH. Abdulloh Hanif tidak hanya belajar Al-Qur‟an atau kitab saja,

akan tetapi juga diajarkan rasa kemandirian. Yaitu waktu pagi dan siang

sebagian santri khususnya santri putra setelah melaksanakan sholat Dhuha

secara berjama‟ah mereka diajak langsung oleh beliau bertanam,

berdagang, dan lain sebagainya sehingga para santri setelah pulang

kekampung halamannya tidak canggung lagi.

2. Letak Geografis Pondok Pesanten BUQ Gading, Duren, Kecamatan

Tengaran, Kabupaten Semarang

Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an (BUQ) terletak di

Dusun Gading, Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Adapun batas-batas wilayah pondok pesantren BUQ adalah sebagai

berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Babadan

b. Sabelah selatan berbatasan dengan desa Karangwuni

c. Sebelah barat berbatasan dengan desa Ragilan

d. Sebelah timur berbatasan dengan desa Tanubayu


3. StrukturOrganisasi

PENGASUH PONDOK
KH. ABDULLOH HANIF

KETUA 1 : ABDUL HARIS


KETUA 2 : KHUMAIDAH

BENDAHARA 1 : NUQMAN H SEKRETARIS 1 : LUKMAN


BENDAHARA 2 : DEWI M SEKRETARIS 2 : UMAYYAH

SEKSI PENDIDIKAN SEKSI KEBERSIHAN SEKSI KEAMANAN SEKSI PERLENGKAPAN


IBDAL M ALI M MIFTAKHUL H ABDUL M
S. KAMALA LIA Q A LAILA K NUR K
5. Tenagaedukatif madrasah diniyah

Table. 1

Tenagaedukatif di pondok BUQ Gading, Duren, Kec.Tengaran, Kab.

Semarang

No Asatidz/Asatidzah Pelajaran

1. 1. UstadzKhamami Qiro‟ah

2. 2. UstadzNurkholis Fiqihdantauhid

3. 3. UstadzZainurrokhim Iqro‟

4. 4. UstadzChadiq Maulana Tarikh

5. 5. Ustadzfatkhurrohman Tauhid

6. 6. UstadzZaini Mahmud Tarikh

7. 7. UstadzWahyuHidayat S Iqro‟

8. 8. UstadzNurul Qomar Iqro‟

9. 9. UstadzahRochati Tajwid

10. 10. Ustadzah Ana khumairoh Fiqih

11. 11. Ustadzah Eni Imaniyah Bahasaarab

12. 12. UstadzahAnissa‟adah Do‟a

13. 13. Ustadzah Irma millati AkhlakdanFiqih

14. 14. UstadzahAinatul M Do‟a

15. 15. UstadzahSitiKamalah Akhlak

16. 16. UstadzahMustaghfiroh Fiqih


4. Sarana dan Prasarana

Dalam proses belajar mengajar akan belajar dengan lancar bila

mana didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Keadaan sarana

dan prasarana di pondok pesantren BUQ gading cukup memadai , untuk

lebih jelasnya dapat dilihat table bibawah ini :

Tabel. 2

SaranadanPrasarana

No Nama/jenisbarang Jumlah Keadaan

1 Kamarsantri 13 ruang Baik

2. Kantor pondok 2 ruang Baik

3. Ruangtamu 2 ruang Baik

4. Aula 2 ruang Baik

5. Kamarmandi/WC 13 ruang Baik

6. Tempatwudhu 2 ruang Baik

7. Ruangpertemuan 2 ruang Baik

8. Koperasi 1 ruang Baik

9. Tempatriadhoh 2 ruang Baik

10. Dapur 2 ruang Baik

11. Gudang 2 ruang Baik

12. Garasi 1 ruang Baik

13. Computer 2 buah Baik

4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an (BUQ)


a. Sistem sorogan yaitu suatu metode dimana santri menyodorkan

kitabnya dihadapan kyai atau ustadz kemudian membacanya, dan

apabila terdapat kesalahan, kyai atau ustadz membetulkannya.

b. Sistem weton atau biasa disebut sistem badongan atau halaqoh yaitu

metode dimana seorang kyai atau ustadz membaca dan menjelaskan

sebuah kitab, dikerumuni oleh sejumlah santrinya, masing-masing

santri memegang kitabnya sendiri, mendengarkandan mencatat

keterangan dari gurunya itu.

8. Sistempengajaran

Belajar dan mengaji dipondok merupakan kegiatan pokok di

pondok pesantren BUQ yang keduanya tercakup dalam program

pendidikan terpadu yang saling terkait. Maka hal ini pondok pesantren

BUQ mempunyai sistem pengajaran antara lain :

a. Sistem Tahafudzul Qur‟an

Pondok pesantren BUQ Gading mengkhususkan mempelajari

Al Qur‟an (menghafal Al Qur‟an sebanyak 30 juz), dengan cara sekali

tatap muka (seminggu 6 kali). Setiap santri wajib mengajukan undakan

atau tambahan hafalannya sesuai dengan kemampuan masing-masing

(kuranglebih 2 halaman) dan menyemakkan deresan kepada pengasuh.

Dengan sistem seperti ini diharapkan santri dapat hafal Al-Qur‟an

dalam waktu kurang lebih 2 sampai 4 tahun.


Pengajian Al Qur‟an terbagi atas 3 tingkatan yaitu :

1) Tingkat juz Amma, yaitu menghafal juz 30

2) Tingkat Bin Nadhor, yaitu membaca keseluruhan juz dalam Al

Qur‟an

3) Tingkat Bil Ghoib, yaitu menghafal keseluruhan juz dalam Al

Qur‟an

b. Sistem madrasah

Dalam sistem ini santri dididik di madrasah diniyah yang

didalamnya mempelajari kitab-kitab seperti fiqih, tauhid, akhlak,

tajwid dan lain sebagainya. Adapun kitab yang digunakan sebagai

pegangan di madrasah diniyah sesuai dengan kurikulum yang

ditentukan oleh pondok pesantren.

c. Sistem kilatan

Sistem ini merupakan sistem mengaji beberapa kitab tertentu

dengan waktu relativ singkat (kurang lebih 1 bulan) dapat selesai.

Biasanya waktu yang digunakan untuk kilatan yaitu pada bulan

ramadhan. Adapun kitab yang dipelajari dalam system kilatan yaitu:

1) Tajwid (Syifa’uljanan, Fuchfatulathfal, Hidayatul mustafid,

Jazariyah, Fatchulmanan, dan lain sebagainya)

2) Fiqih (fasolatan, Durusu alfiqhiyyah, Ghoyatuttaqrib, Sulamtaufiq,

dansebagainya)

3) Qurrotul’uyun, Kitab an-nikah, Risalat al-makhid


B. Penyajian Data

1. Adapun daftar nama responden ada dalam tabel sebagai berikut :

Tabel. 3
DaftarResponden

N
NamaResponden Umur
o

1. Aisyah 20 tahun

2. Siti Tafiroh 17 tahun

3. Rachma 18 tahun

4. Maimunatur Rohmah 18 tahun

5. Rofiq Al Hakim 22 tahun

6. Muhim Fitroh 20 tahun

7. Uswatun Chasanah 21 tahun

8. Siti Masruroh 21 tahun

9. Oktaviani Kartika Putri 21 tahun

10. Desi Novita Sari 18 tahun

11. Salzha Latifah 17 tahun

12. Zhosyita Melani 17 tahun

13. Sayidati Khodijah 20 tahun

14. Kaylila Suhandono 18 tahun

15. Anna Al-Thafunnisa 17 tahun

16. Saula Sasa Bila 17 tahun

17. Siti Kamala 17 tahun

18. Septiyana 17 tahun

19. Annisaunnaja 19 tahun


N
NamaResponden Umur
o

20. Faza Faizah 24 tahun

21. Anik Ainur Rohmah 19 tahun

22. Febia 17 tahun

23. Lisa Andriani 17 tahun

24. Anis Sa‟adah 18 tahun

25. Lia Fahrani 17 tahun

26. Chusna Safarina 17 tahun

27. Wardah Alaikum 17 tahun

28. Rachma Indiani 17 tahun

29. Vivi vaidah 17 tahun

30. Anggraini 23 tahun

31. Nur Rachmawati 24 tahun

32. Lutfia Muthoharoh 17 tahun

33. Choirul Ana 18 tahun

34. Malikhatin Naziah 27 tahun

35. Saylia Putri 17 tahun

36. Rina S 17 tahun

37. Dwi Fitriani 23 tahun

38. Eka Fitriana 19 tahun

39. Devina Anggraini 17 tahun

40. Rahma Izna 18 tahun

41. Ramandani 20 tahun


N
NamaResponden Umur
o

42. Nabila D 18 tahun

43. Desi Novita 18 tahun

44. Lisa Septiana 17 tahun

45. Ummayah 17 tahun

46. Fredita Anjarsari 18 tahun

47. Febia Erna 17 tahun

48. Kamalah 25 tahun

49. Isti Faizah 18 tahun

50. Sri Rezeki 19 tahun


2. Data Tentang Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap

Kecerdasan Spiritual Santri

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang

intensitas menghafal Al-Qur‟an dan data tentang kecerdasan spiritual.

Untuk memperoleh data tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an

terhadap kecerdasan spiritual maka penulis menyebar angket sebanyak 20

pertanyaan kepada 50 responden, dengan menggunakan 3 alternatif jawaban.

Adapun ketentuan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Untuk jawaban a, mendapat skor 3

2. Untuk jawaban b, mendapat skor 2

3. Untuk jawaban c, mendapat skor 1

Adapun hasil angket yang diberikan responden dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel. 4
Daftar hasil jawaban Tentang Intensitas Menghafal Al-Qur’an Santri
Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab.
Semarang
Tahun 2011

Jawaban Nilai Jumlah


N
NamaResponden
o
A B C 3 2 1

1. Aisyah 6 3 1 18 6 1 25

2. Siti Tafiroh 9 1 0 27 2 0 28

3. Rachma 5 4 1 15 8 1 24

4. Maimunatur Rohmah 6 4 0 18 8 0 26
Jawaban Nilai Jumlah
N
NamaResponden
o
A B C 3 2 1

5. Rofiq Al Hakim 6 3 1 18 6 1 25

6. Muhim Fitroh 6 4 0 18 8 0 26

7. Uswatun Chasanah 8 1 1 24 2 1 27

8. Siti Masruroh 7 0 3 21 0 3 24

9. Oktaviani Kartika Putri 8 1 1 24 2 1 27

10. Desi Novita Sari 7 0 3 21 0 3 24

11. Salzha Latifah 6 3 1 18 6 1 25

12. Zoshyita Melani 9 1 0 27 2 0 28

13. Sayidati Khodijah 9 1 0 27 2 0 28

14. Kaylila Suhandono 9 1 0 27 2 0 28

15. Anna Al Tafunnisa 9 1 0 27 2 0 28

16. Saula Sasa Bila 7 0 3 21 0 3 24

17. Siti Kamala 9 1 0 27 2 0 28

18. Septiyana 7 0 3 21 0 3 24

19. Annisaunnaja 7 3 0 21 6 0 27

20. Faza Faizah 4 5 1 12 0 1 20

21. Anik Ainur Rohmah 6 3 1 18 6 1 25

22. Febia 9 1 0 27 2 0 28

23. Lisa Andriani 8 1 1 24 2 1 27

24. Anis Sa‟adah 7 2 1 21 4 1 20

25. Lia 9 1 0 27 1 0 28

26. Chusna Safarina 7 0 3 21 0 3 24


Jawaban Nilai Jumlah
N
NamaResponden
o
A B C 3 2 1

27. Wardah Alaikum 9 1 0 27 2 0 28

28. Rachma Indriani 7 2 1 21 4 1 26

29. Vivi Vaidah 8 2 0 24 4 0 28

30. Anggraini 6 3 1 18 6 1 25

31. Nur Rachmawati 9 1 0 27 2 0 28

32. Lutfia Muthoharoh 7 1 0 21 2 0 24

33. Choirul Ana 9 1 0 27 2 0 28

34. Malikhatin Naziyah 7 0 3 21 0 3 24

35. Saylia Putri 7 0 3 21 0 3 24

36. Rina S 7 2 1 21 4 1 26

37. Dwi Fitriani 6 4 0 18 8 0 26

38. Eka Fitriana 9 1 0 27 2 0 28

39. Devina Anggraini 6 3 1 18 6 1 25

40. Rahma Izna 5 1 4 15 2 4 21

41. Ramandani 6 3 1 18 6 1 25

42. Nabila D 8 2 0 24 4 0 28

43. Desi Novita 6 4 0 18 8 0 26

44. Lisa Septiana 8 2 0 24 4 0 28

45. Ummayah 7 3 0 21 6 0 27

46. Fredita Anjarsari 7 2 1 21 4 1 26

47. Febia Erna 5 4 1 15 8 1 24

48. Kamalah 8 2 0 24 2 0 26
Jawaban Nilai Jumlah
N
NamaResponden
o
A B C 3 2 1

49. Isti Faizah 8 2 0 24 2 0 26

50. Sri Rejeki 6 4 0 18 8 0 26

Demikian angket tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an yang penulis

himpun dari 50 santri dengan cara menyebarkan angket.


3. Data hasil jawaban tentang kecerdasan spiritual santri

Tabel. 5

Daftar hasil jawaban Tentang Kecerdasan Spiritual Santri Pondok

Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang

Tahun 2011

Jawaban Nilai
No NamaResponden Jumlah
A B C 3 2 1

1. Aisyah 5 3 2 15 6 2 23

2. Siti Tafiroh 9 1 0 27 2 0 29

3. Rachma 8 2 0 24 4 0 28

4. Maimunatur Rohmah 9 1 0 27 2 0 29

5. Rofiq Al Hakim 6 3 1 18 6 1 25

6. Muhim Fitroh 6 4 0 18 8 0 26

7. Uswatun Chasanah 9 1 0 27 2 0 29

8. Siti Masruroh 8 2 0 24 4 0 26

9. Oktaviani Kartika Putri 7 3 0 21 6 0 27

10. Desi Novita Sari 3 6 1 9 12 1 22

11. Salzha Latifah 9 1 0 27 2 0 29

12. Zoshyita Melani 7 3 0 21 6 0 27

13. Sayidati Khodijah 9 1 0 27 2 0 29

14. Kaylila Suhandono 9 1 0 27 2 0 29

15. Anna Al Tafunnisa 9 1 0 27 2 0 29

16. Saula Sasa Bila 5 5 0 15 10 0 25

17. Siti Kamala 8 2 0 24 4 0 28


Jawaban Nilai
No NamaResponden Jumlah
A B C 3 2 1

18. Septiyana 7 2 1 21 4 1 26

19. Annisaunnaja 3 6 1 9 12 1 22

20. Faza Faizah 8 2 0 24 4 0 28

21. Anik Ainur Rohmah 5 3 2 15 6 2 23

22. Febia 6 1 3 18 2 3 23

23. Lisa Andriani 7 2 1 21 4 1 26

24. Anis Sa‟adah 7 3 0 21 6 0 27

25. Lia 7 3 0 21 6 0 27

26. Chusna Safarina 6 4 0 18 8 0 26

27. Wardah Alaikum 7 2 1 21 4 1 26

28. Rachma Indriani 3 6 1 9 12 1 22

29. Vivi Vaidah 9 1 0 27 2 0 29

30. Anggraini 9 1 0 27 2 0 29

31. Nur Rachmawati 7 2 1 21 4 1 26

32. Lutfia Muthoharoh 9 1 0 27 2 0 29

33. Choirul Ana 9 1 0 27 2 0 29

34. Malikhatin Naziyah 7 3 0 21 6 0 27

35. Saylia Putri 4 6 0 12 12 0 24

36. Rina S 4 6 0 12 12 0 24

37. Dwi Fitriani 5 1 4 15 2 4 21

38. Eka Fitriana 8 2 0 24 4 0 28

39. Devina Anggraini 6 4 0 18 8 0 26


Jawaban Nilai
No NamaResponden Jumlah
A B C 3 2 1

40. Rahma Izna 8 2 0 24 4 0 28

41. Ramandani 7 2 1 21 4 1 26

42. Nabila D 6 3 1 18 6 1 25

43. Desi Novita 5 1 4 15 2 4 21

44. Lisa Septiana 9 1 0 27 1 0 29

45. Ummayah 8 2 0 24 4 0 28

46. Fredita Anjarsari 8 2 0 24 4 0 28

47. Febia Erna 8 2 0 24 4 0 28

48. Kamalah 9 1 0 27 2 0 29

49. Isti Faizah 9 1 0 27 1 0 29

50. Sri Rejeki 7 3 0 21 6 0 27

Demikian angket tentang kecerdasan spiritual yang penulis himpun dari 50

santri dengan cara menyebarkan angket.


BAB IV

ANALISIS DATA

Pada bab ini akan mengadakan analisis data yang telah terkumpul. Analisis

data tersebut digunakan untuk memperoleh jawaban atas pokok permasalahan

yang diajukan, yaitu :

1. Bagaimana intensitas menghafal Al-Qur‟an di pondok pesantren BUQ Dsn.

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren BUQ Dsn.

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

3. Seberapa besar pengaruh intetensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap

kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds.

Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara intensitas menghafal Al-

Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri, maka data yang diperoleh akan

dianalisis dengan analisis statistik.

Berdasarkan permasalahan diatas, untuk menjawab permasalahan

penelitian nomor satu dan dua, akan dilakukan analisis data dengan analisis

prosentase. Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian nomer tiga, penulis akan

menggunakan analisis teknik product moment sebagai berikut:


(X )(Y )
XY 
rxy  N
 2 ( X )   2 ( Y ) 2 
2

X  Y  
 N  N 

Keterangan :

rxy : koefisien korelasi antara X dan Y

X : variabel pengaruh

Y : variabel terpengaruh

N : jumlah responden

A. Variabel intensitas menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren BUQ

Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang.

Untuk mempermudah dalam penganalisaan pada variabel ini, penulis

akan menentukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari lebar interval, untuk mempermudah kategori prosentase tinggi,

sedang, dan rendah.

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada santri mengenai

intensitas menghafal Al-Qur‟an, jumlah kategori jawaban responden

dapat diketahui lebar intervalnya adalah dari 10 item pertanyaan, diperoleh

nilai t tertinggi yaitu 29, dan nilai terendah 21. Jadi intervalnya:

Interval dicari dengan rumus:

( Xt  Xr )  1
i
ki
Keterangan :

i : interval

Xt : nilai tertinggi

Xr : nilai terendah

Ki : kelas interval (tinggi, sedang, rendah)

( Xt  Xr )  1
i
ki

(29  21)  1
i
3

(8)  1
i
3

9
i
3

i3

2. Menetapkan klasifikasi mengenai intensitas menghafal Al-Qur‟an

Berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah serta lebar interval, maka

tingkat intensitas menghafal Al-Qur‟an dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Nilai 27 - 29 masuk kategori tinggi ( A )

Nilai 24 – 26 masuk kategori sedang ( B )

Nilai 21 – 23 masuk kategori rendah ( C )

Sesuai dengan perhitungan diatas, maka hasil penelitian mengenai

intensitas menghafal Al-Qur‟an di pondok pesantren BUQ, Dsn. Gading,

Ds. Duren, kec. Tengaran, kab. Semarang, adalah sebagai berikut:


TABEL 6

Data score dan Nominasi Intensitas Menghafal Al-Qur’an di Pondok

Pesantren BUQ,

Dsn. Gading, Ds. Duren, kec. Tengaran, Kab Semarang

No. Nama Score Nominasi

1. Aisyah 29 A

2. Siti Tafiroh 29 A

3. Rachma 29 A

4. Maimunatur Rohmah 27 A

5. Rofiq Al Hakim 27 A

6. Muhim Fitroh 29 A

7. Uswatun Chasanah 29 A

8. Siti Masruroh 27 A

9. Oktaviani Kartika Putri 28 A

10. Desi Novita Sari 28 C

11. Salzha Latifah 27 B

12. Zosyita Melani 26 A

13. Sayidati Kodijah 26 A

14. Kaylila Suhandono 28 A

15. Anna Al Thafunnisa 27 A

16. Saula Sasa Bila 27 B

17. Siti Kamala 26 A

18. Septiyana 28 B

19. Annisaunnaja 27 A
No. Nama Score Nominasi

20. Faza Faizah 27 C

21. Anik Ainur Rohmah 27 B

22. Febia 26 A

23. Lisa Andriani 26 A

24. Anis Sa‟adah 26 C

25. Lia Kumalasari 28 A

26. Chusna Safarina 26 B

27. Wardah Alaikum 24 A

28. Rachma Indriani 26 A

29. Vivi Vaidah 26 A

30. Anggraini 24 B

31. Nur Rachmawati 25 A

32. Luthfia Muthoharroh 26 B

33. Choirul Ana 25 A

34. Malikhatin Naziyah 26 B

35. Saylia Putri 26 B

36. Rina S 28 A

37. Dwi Fitriani 28 A

38. Eka Fitriani 26 A

39. Devina Anggraini 28 B

40. Rahma Izna 25 B

41. Ramandani 28 A

42. Nabila D 25 B
No. Nama Score Nominasi

43. Desi Novita 25 B

44. Lisa Septiana 28 A

45. Ummayah 25 B

46. Fredita Anjarsari 28 A

47. Febia Erna 24 B

48. Kamalah 21 C

49. Isti Faizah 21 C

50. Sri Rejeki 24 B

Berdasarkan tabel score dan nominasi tersebut diatas dapat

dikelompokkan dalam prosentase berdasarkan tiga kriteria. Rumus

prosentase:

F
P  100%
N

Keterangan:

P : Prosentase

F : Frekuensi

N : Nilai

a. Prosentase menghafal Al-Qur‟an dalam kategori tinggi, yaitu:

F 25
P  100%   100 %  0,5  100%  50%
N 50

b. Prosentase menghafal Al-Qur‟an dalam kategori sedang, yaitu:

F 23
P  100%   100 %  0,46  100%  46%
N 50
c. Prosentase menghafal Al-Qur‟an dalam kategori rendah, yaitu:

F 2
P  100%   100 %  0,04  100%  4%
N 50

Tabel 7

Distribusi tingkat menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren BUQ

Intensitas Menghafal Al-


No Frekuensi Prosentase
Qur’an

1 Tinggi 25 50%

2 Sedang 23 46%

3 Rendah 2 4%

Total 50 100%

Dari perhitungan diatas, maka prosentase dari masing-masing

Intensitas Menghafal Al-Quran termasuk kategori tinggi yaitu 50%,

kategori sedang 46%, dan kategori rendah 4%.

B. Variabel Kecerdasan Spiritual Santri

Untuk mempermudah dalam penganalisaan pada variabel ini, penulis

akan menentukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari lebar interval, untuk mempermudah kategori prosentase tinggi,

sedang, dan renda

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada santri mengenai

kecerdasan spiritual, jumlah kategori jawaban responden dapat

diketahuilebar intervalnya adalah dari 10 item pertanyaan, diperoleh nilai t


tertinggi yaitu 30, dan nilai terendah 22. Jadi intervalnya:

Interval dicari dengan rumus:

( Xt  Xr )  1
i
ki

Keterangan :

i : interval

Xt : nilai tertinggi

Xr : nilai terendah

Ki : kelas interval (tinggi, sedang, rendah)

( Xt  Xr )  1
i
ki

(30  22)  1
i
3

(8)  1
i
3

9
i
3

i3

2. Menetapkan klasifikasi mengenai kecerdasan spiritual

Berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah serta lebar

interval,maka tingkat kecerdasan spiritual dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Nilai 28 - 30 masuk kategori tinggi (A)

Nilai 25 – 27 masuk kategori sedang ( B )

Nilai 22 – 24 masuk kategori rendah ( C )


Sesuai dengan perhitungan diatas, maka hasil penelitian mengenai

kecerdasan spiritual di pondok pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds Duren,

kec. Tengaran, Kab. Semarang sebagai berikut:

TABEL 8

Data score dan Nominasi Kecerdasan Spiritual Santri

di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, kec. Tengaran, Kab

Semarang

No. Nama Score Nominasi

1. Aisyah 29 A

2. Siti Tafiroh 30 A

3. Rachma 29 A

4. Maimunatur Rohmah 30 A

5. Rofiq Al Hakim 28 B

6. Muhim Fitroh 28 B

7. Uswatun Chasanah 29 A

8. Siti Masruroh 29 B

9. Oktaviani Kartika Putri 27 A

10. Desi Novita Sari 29 A

11. Salzha Latifah 27 A

12. Zosyita Melani 28 A

13. Sayidati Kodijah 29 A

14. Kaylila Suhandono 29 A

15. Anna Al Thafunnisa 26 A

16. Saula Sasa Bila 26 B


No. Nama Score Nominasi

17. Siti Kamala 29 A

18. Septiyana 29 B

19. Annisaunnaja 28 C

20. Faza Faizah 29 A

21. Anik Ainur Rohmah 29 A

22. Febia 28 C

23. Lisa Andriani 29 B

24. Anis Sa‟adah 28 A

25. Lia Kumalasari 27 A

26. Chusna Safarina 22 B

27. Wardah Alaikum 22 B

28. Rachma Indriani 26 C

29. Vivi Vaidah 27 A

30. Anggraini 28 A

31. Nur Rachmawati 25 B

32. Luthfia Muthoharroh 28 A

33. Choirul Ana 26 A

34. Malikhatin Naziyah 28 A

35. Saylia Putri 26 B

36. Rina S 27 B

37. Dwi Fitriani 28 C

38. Eka Fitriani 27 B

39. Devina Anggraini 27 B


No. Nama Score Nominasi

40. Rahma Izna 29 A

41. Ramandani 29 A

42. Nabila D 25 B

43. Desi Novita 25 B

44. Lisa Septiana 22 C

45. Ummayah 27 B

46. Fredita Anjarsari 27 B

47. Febia Erna 25 B

48. Kamalah 25 B

49. Isti Faizah 22 C

50. Sri Rejeki 25 B

Berdasarkan tabel score dan nominasi tersebut diatas dapat

dikelompokkan dalam prosentase berdasarkan tiga kriteria. Rumus

prosentase:

F
P  100%
N
Keterangan:

P : Prosentase

F : Frekuensi

N : Nilai

a. Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual dalam kategori tinggi, yaitu:

F 25
P  100%   100 %  0,5  100%  50%
N 50

b. Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual dalam kategori sedang, yaitu:

F 21
P  100%   100 %  0,42  100%  42%
N 50

c. Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual dalam kategori rendah, yaitu:

F 4
P  100%   100 %  0,08  100%  8%
N 50

Tabel 9

Analisis Tingkat Kecerdasan Spiritual Santri

Distribusi Tingkat Kecerdasan Spiritual di pondok pesantren BUQ

Tingkat Kecerdasan
No Frekuensi Prosentase
Spiritual

1 Tinggi 25 50%

2 Sedang 21 42%

3 Rendah 4 8%

Total 50 100%
Dari perhitungan diatas, maka prosentase dari masing-masing

tingkat kecerdasan spiritual termasuk kategori tinggi yaitu 50%, kategori

sedang 21%, dan kategori rendah 8%


C. Analisis Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap

Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds.

Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011

Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh

intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri.

Tentang pengaruh antara kedua variabel diatas (variabel X dan variabel

Y) penulis mempunyai hipotesis sebagai berikut: “ Intensitas menghafal Al-

Qur‟an mempunyai pengaruh yang positif dengan kecerdasan spiritual santri “

Dalam analisis ini penulis menggunakan satatistik teknik product

moment. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mencari variabel X ( intensitas menghafal Al-Qur‟an) dan variabel Y

(Kecedasan Spiritual).

2. Memasukkan tabel kerja koefisien korelasi antara variabel X dan variabel

Y, dan mengkuadratkan serta mengkalikannya.

3. Setelah mengetahui nilai kelompok antara variabel X dan variabel Y, hasil

product dari variabel X kuadrat dan Y kuadrat perkalian antar variabel X

dan Y serta tinggi rendahnya, maka langkah selanjutnya adalah

mengetahui rxy.
4. Langkah –langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Mencari Nilai Variabel X dan Y

Tabel 10

Nilai Variabel X dan Variabel Y

Jumlah score Jumlah score


No. Nama intensitas menghafal kecerdasan
Al-Qur’an (X) spiritual (Y)

1. Aisyah 29 29

2. Siti Tafiroh 29 30

3. Rachma 29 29

4. Maimunatur Rohmah 27 30

5. Rofiq Al Hakim 27 28

6. Muhim Fitroh 29 28

7. Uswatun Chasanah 29 29

8. Siti Masruroh 27 29

9. Oktaviani Kartika Putri 28 27

10. Desi Novita Sari 28 29

11. Salzha Latifah 27 27

12. Zosyita Melani 26 28

13. Sayidati Kodijah 26 29

14. Kaylila Suhandono 28 29

15. Anna Al Thafunnisa 27 26

16. Saula Sasa Bila 27 26

17. Siti Kamala 26 29

18. Septiyana 28 29
Jumlah score Jumlah score
No. Nama intensitas menghafal kecerdasan
Al-Qur’an (X) spiritual (Y)

19. Annisaunnaja 27 28

20. Faza Faizah 27 29

21. Anik Ainur Rohmah 27 29

22. Febia 26 28

23. Lisa Andriani 26 29

24. Anis Sa‟adah 26 28

25. Lia Kumalasari 28 27

26. Chusna Safarina 26 22

27. Wardah Alaikum 24 22

28. Rachma Indriani 26 26

29. Vivi Vaidah 26 27

30. Anggraini 24 28

31. Nur Rachmawati 25 25

32. Luthfia Muthoharroh 26 28

33. Choirul Ana 25 26

34. Malikhatin Naziyah 26 28

35. Saylia Putri 26 26

36. Rina S 28 27

37. Dwi Fitriani 28 28

38. Eka Fitriani 26 27

39. Devina Anggraini 28 27

40. Rahma Izna 25 29


Jumlah score Jumlah score
No. Nama intensitas menghafal kecerdasan
Al-Qur’an (X) spiritual (Y)

41. Ramandani 28 29

42. Nabila D 25 25

43. Desi Novita 25 25

44. Lisa Septiana 28 22

45. Ummayah 25 27

46. Fredita Anjarsari 28 27

47. Febia Erna 24 25

48. Kamalah 21 25

49. Isti Faizah 21 22

50. Sri Rejeki 24 25


b. Memasukkan kedalam tabel kerja koefisien korelasi antara variabel X

dan variabel Y, dan mengkudratkan dan mengkalikannya.

Tabel 11

Tabel kerja koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan

mengkuadratkan serta mengkalikannya

No X Y X2 Y2 XY

1. 29 29 841 841 841

2. 29 30 841 900 870

3. 29 29 841 841 841

4. 27 30 729 900 810

5. 27 28 729 784 756

6. 29 28 841 784 812

7. 29 29 841 841 841

8. 27 29 729 841 783

9 28 27 784 729 756

10. 28 29 784 841 812

11. 27 27 729 729 729

12. 26 28 676 784 728

13. 26 29 676 841 754

14. 28 29 784 841 812

15. 27 26 729 676 702

16. 27 26 729 676 702

17. 26 29 676 841 754

18. 28 29 784 841 812


No X Y X2 Y2 XY

19. 27 28 729 784 756

20. 27 29 729 841 783

21. 27 29 729 841 783

22. 26 28 676 784 728

23. 26 29 676 841 754

24. 26 28 676 784 728

25. 28 27 784 729 756

26. 26 22 676 484 572

27. 24 22 576 484 528

28. 26 26 676 676 676

29. 26 27 676 729 702

30. 24 28 576 784 672

31. 25 25 625 625 625

32. 26 28 676 784 728

33. 25 26 625 676 650

34. 26 28 676 784 728

35. 26 26 676 676 676

36. 28 27 784 729 756

37. 28 28 784 784 784

38. 26 27 676 729 702

39. 28 27 784 729 756

40. 25 29 625 841 725

41. 28 29 784 841 812


No X Y X2 Y2 XY

42. 25 25 625 625 625

43. 25 25 625 625 625

44. 28 22 784 484 616

45. 25 27 625 729 675

46. 28 27 784 729 756

47. 24 25 576 625 600

48. 21 25 441 625 525

49. 21 22 441 484 462

50. 24 25 576 625 600

1.322 1.357 35.114 37.041 35.979

Mencari nilai r xy

Setelah mengetahui kelompok variabel X dan Y, hasil product dari

X2 dan Y2 perkalian antara X dan Y serta serta tinggi rendahnya, maka

langkah selanjutnya adalah untuk mengetahui r xy. Adapun rumus yang

penulis pergunakan adalah teknik korelasi product moment. Dengan

demikian untuk mengetahui Pengaruh Intensitas Menghafal Al- Qur‟an

Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn.

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011, dapat

diketahui sebagai berikut:

(X )(Y )
XY 
rxy  N
 2 ( X )   2 ( Y ) 2 
2

X  Y  
 N  N 
(1322)(1357)
35979 
rxy  50
 (1322) 
2
(1357) 2 
35114  37041  
 50  50 

1793954
35979 
rxy  50
 1747688  1841449 
35114  37041  
 50  50 

35979  35879,08.
rxy 
(35114  34953,76)(37041  36828,98)

99,92
rxy 
(160,24)(212,02)

99,92
rxy 
33974,085

99,92
rxy 
184,23

rxy  0,542

Dalam pembuktian analisis ini penulis akan membandingkan nilai r

product moment obyektif ( ro ) dengan nilai r tabel ( rt ). Untuk memahami

secara jelas penulis jelaskan dengan tabel di bawah ini:


Tabel 12

Pembuktian Analisis

r tabel

ro 5% 1% Kesimpulan

N : 50 N : 50 Ada pengaruh yang positif

0,542 antara intensitas menghafal Al-

rt : 0,279 rt : 0,361 Qur‟an terhadap kecerdasan

spiritual santri di Pondok

pesantren BUQ Dsn. Duren,

Ds. Gading, Kec. Tengaran,

Kab. Semarang tahun 2011

Nilai ro yang diperoleh 0,542 dengan nilai ro itu dapat diadakan

pengetesan, apakah nilai ro tersebut signifikan pada taraf 5% atau 1%, bila

dionsultasikan kedalam harga rt product moment dengan N=50 pada taraf

signifikansi 5% diperoleh 0,542.

Bilangan tersebut diatas menunjukkan batas signifikan dengan nilai

ro berada diatas batas signifikan dengan nilai r 0 berada diatas batas

signifikan yaitu 0,279 (5%) . Dengan demikian, nilai yang diperoleh

signifikan karena ro >rt.

Jadi Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap

Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds.


Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 adalah signifikan.

Dengan melihat analisa diatas dapat disimpulkan hipotesis yang

penulis ajukan yaitu, “Ada pengaruh yang positif antara Intensitas

Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok

Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang

Tahun 2011”.

Jadi hipotesisnya berbunyi: “Pengaruh Intensitas Menghafal Al-

Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ

Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011”

dapat diterima
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan mengenai Pengaruh Intensitas Menghafal

Al-Qur‟an Terhadaap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ

Dusun Gading, Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Tahun 2011 yang telah dipaparkan dari Bab I sampai Bab IV dapat

dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn.

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, yaitu:

a. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an pada kategori tinggi, ada 25 santri

(50 %)

b. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an pada kategori sedang, ada 23 santri

(46%)

c. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an pada kategori rendah, ada 2 santri

(4 %)

2. Tingkat Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn.

Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, yaitu:

a. Tingkat Kecerdasan Spiritual pada kategori tinggi, ada 25 santri

(52 %)

b. Tingkat Kecerdasan Spiritual pada kategori sedang, ada 21 santri

(40 %)
c. Tingkat Kecerdasan Spiritual pada kategori rendah, ada 4 santri (8%)

3. Berdasarkan analisa selanjutnya dengan menggunakan rumus product

moment diperoleh nilai r o = 0,542 yang lebih besar dari nilai rt, baik pada

taraf signifikansi 5% (0,279) maupun 1% (0,361) sehingga hipotesis yang

diajukan diterima. Artinya ada Pengaruh yang positif antara Intensitas

Menghafal Al-Qur‟an Terhadaap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok

Pesantren BUQ Dusun Gading, Desa Duren, Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang Tahun 2011.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian maka,

peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Santri

Santri merupakan seorang yang dihormati di masyarakat. Oleh

karena itu, dengan kedudukan kehormatan yang dimilikinya untuk selalu

menjaganya dengan sikap yang baik. Dan dengan kedudukan tersebut

semakin menjadikan dirinya semakin dekat dengan Allah Swt.

2. Bagi Masyarakat

Kepada masyarakat hendaknya lebih bisa menerima segala

anugerah yang telah diberikan kepada Allah Swt. Dengan cara tersebut

maka diri kita akan selalu dilingkupi rahmat darinya. Setiap permasalahan

yang ada hendaklah diselesaikan dengan fikiran yang jernih. Maknai hidup

ini dengan penuh kegiatan yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah

Swt.
C. Penutup

Syukur Alhamdulilah atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Dengan selesainya Penulisan skripsi ini semoga dapat

memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan

di sana-sini. Namun semua ini telah penulis kerjakan secara maksimal. Untuk

itu penulis mengharap saran serta koreksi yang menyempurnakan skripsi ini.

Dengan saran tersebut semoga mampu memberikan semangat bagi penulis

untuk memperbaiki karya-karya selanjutnya.

Kemudian penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga

dapat bermanfaat kepada kita semua. Amin . . . . . . . . . .


DAFTAR PUSTAKA

Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spiritual. CV. Arga, Jakarta.

Alhafidz, Ahsin. 1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. Bumi Aksara,

Jakarta.

Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula. CV. Arta Rivera, Jakarta

Barat.

Arikunto, Suharsini. 1990. Manajemen Penelitian. CV. Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka

Cipta, Jakarta.

Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an. Diva

Press, Yogyakarta.

Danah Zohar dan Ian Marshall. 2000. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam

Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan. Pustaka

Mizan, Bandung.

Ensiklopedia Islam Jilid 4. 2002. Depdiknas Pusat Pembukuan Bagian Proyek

Buku Agama Pendidikan Dasar. PT Ikhtiar Van Houve, Jakarta

Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Andi Offset, Yogyakarta.

(http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=436950944275)

http:/personalityrahmanugraheni.wordpress.com/

( http://www.untag-sby.ac.id)
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Research Sosial. Mandar Maju,

Bandung.

Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Diva Press, Yogyakarta.

Qaradhawi, Yusuf. 2007. Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur’an. Mardhiyah

Press, Yogyakarta.

Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Quran. Mujahid Press,

Bandung.
INSTRUMEN PENELITIAN

ANGKET PENILAIAN MENGENAI INTENSITAS MENGHAFAL AL-

QUR’AN DAN KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI DI PONDOK

PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR’AN Dsn. GADING, Ds.

DUREN Kec. TENGARAN, Kab.SEMARANG TAHUN 2011

IdentitasResponden

Nama : ……………………………………………

Umur : ……………………………………………

Petunjuk mengerjakan

 Sebelum menjawab terlebih dahulu isi identitas anda

 Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan tanda silang (X) pada huruf

a, b, atau c

 Pilihlah jawaban dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda lakukan

 Kerahasiaan data anda dijamin peneliti.

A. Angketintensitas menghafal Al-Qur’an

1. Mengapa anda tertarik untuk menghafal Al-Qur‟an ?

a. Untuk mendekatkan diri pada Allah

b. Untuk memenuhi harapan orang tua

c. Karena ingin menang lomba menghafal Al-Quran


2. Apa harapan anda mengikuti kegiatan menghafal Al-Qur‟an ?

a. Berharap pahala dari Allah

b. Kebanggaan orang tua

c. Ingin dihormati dimasyarakat

3. Siapa yang memotivasi anda untuk menghafal Al-Qur‟an ?

a. Diri sendiri

b. Orang tua

c. Teman

4. Saat anda menghafal Al-Qur‟an, apa yang anda lakukan ?

a. Saya berusaha dapat menghafal Al-Qur‟an dengan khusu‟, di tempat

sepi

b. Saya menghafal Al-Qur‟an di kamar dengan teman-teman

c. Saya menghafal Al-Qur‟an sambil mendengarkan musik

5. Berapa lama anda menghafal satu halaman dari mushaf Al-Qur‟an pojok ?

a. Setengah jam

b. Satu jam

c. Lebih dari satu jam

6. Saat anda sibuk, apakah anda menyempatkan diri untuk menghafal Al-

Qur‟an ?

a. Saya tetap menyempatkan diri

b. Terkadang saja saat ada kemauan

c. Saya tidak menghafal Al-Qur‟an sama sekali


7. Berapa kali anda menghafal dalam satu hari ?

a. Tiga kali atau lebih

b. Dua kali

c. Satu kali

8. Berapa kali anda menyetorkan hafalan kepada kyai atau guru ?

a. Dua kali atau lebih

b. Satu kali

c. Tidak pasti

9. Berapa banyak hafalan baru yang anda dapatkan dalam sehari ?

a. Dua halaman atau lebih

b. Satu halaman

c. Kurang dari satu halaman

10. Dalam sehari, berapa banyak anda mengulang hafalan yang sudah didapat

sebelumnya ?

a. Lebih dari satu juz

b. Satu juz

c. Setengah juz
B. Angkettentangkecerdasan spiritual

1. Apakah anda melakukan kewajiban sholat lima waktu dengan baik ?

a. Saya melakukannya dengan baik

b. Kadang-kadang saja

c. Saya melakukan sholat dengan terpaksa

2. Apakah anda selalu mematuhi nilai-nilai agama dimanapun anda berada ?

a. Saya akan berusaha mematuhinya

b. Saya tidak akan mematuhinya

c. Saya ragu akan hal tersebut

3. Bila anda sedang ibadah apa yang anda lakukan benar-benar dari

kesadaran diri sendiri ?

a. Saya menyadarinya dengan sepenuh hati

b. Saya kurang menyadarinya

c. Saya tidak menyadari

4. Bila ada waktu luang apa anda menggunakan waktu untuk hal-hal yang

kurang penting ?

a. Saya tidak melakukannya

b. Saya kadang-kadang melakukannya

c. Saya tidak pernah melakukannya

5. Dalam menjalani kehidupan dibutuhkan visi hidup. Apa anda memiliki visi

hidup ?

a. Saya mempunyai visi hidup

b. Saya kurang memahami visi hidup

c. Saya tidak memiliki visi hidup sama sekali

6. Apabila mendapatkan musibah, apa yang anda lakukan ?


a. Saya akan menerima dan tetap bertawakal kepada Allah

b. Saya akan menerima tanpa bertawakal kepada Allah

c. Saya akan mengeluh

7. Apabila anda sakit apa yang anda lakukan ?

a. Saya akan berobat

b. Saya akan bertawakal

c. Saya akan mengeluh

8. Apakah anda sering berfikir tentang makna hidup ini ?

a. Saya sering memikirkannya

b. Saya kadang-kadang memikirkannya

c. Saya tidak pernah memikirkannya

9. Dalam kehidupan tentunya manusia memiliki keinginan atupun cita-cita.

Bagaimana anda menggapai cita-cita tersebut ?

a. Saya akan berusaha dan bertawakal

b. Saya akan berusaha dengan semaksimal mungkin

c. Saya akan bertawakal saja karena apa yang terjadi sudah menjadi

takdir Tuhan

10. Apakah anda setuju, jika saya mengatakan siswa cerdas itu karena nilai

raportnya yang tinggi saja ?

a. Saya sangat setuju

b. Saya merasa ragu akan hal tersebut

c. Saya tidak setuju

Anda mungkin juga menyukai