Anda di halaman 1dari 23

DINAMIKA PSIKOLOGI WANITA SINGLE PARENTS

SEBAGAI KEPALA KELUARGA

PROPOSAL KUALITATIF
Diajukansebagaisalahsatusyaratuntukmengikuti

Ujian Akhir Semester Magister Psikologi

DINNA GUSWITA GULTOM

191804001

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI


UNIVERSITAS MEDAN AREA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat-Nya yang
selama ini kita dapatkan, yang memberi hikmah dan yang paling bermanfaat bagi seluruh
umat manusia, oleh karenanya penulis dapat menyelesaikan tugas Metodologi Penelitian
Kualitatif ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan proposal
ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pada mata kuliah
Metodologi Penelitian Kualitatif sebagai syarat untuk mengikuti ujian akhir semester.

Penulis menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam
kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan proposal ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah
berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai
dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan proposal ini.

Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………………... i

Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. ii

Daftar Isi ……………………………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah ……………………………………………………………. 5

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………………. 5

D. Manfaat Penelitian …………………………………………………………….. 5

1. Manfaat Teoritis …………………………………………………………… 5

2. Manfaat Praktis ……………………………………………………………. 6

BAB II. LANDASAN TEORI ………………………………………………………… 7

A. Dinamika Psikologi …………………………………………………………… 7

1. Pengertian Dinamika Psikologi …………………………………………… 7

a. Komponen Kognitif (Komponen Perseptual) …………………………. 9

b. Komponen Afektif (Komponen Emosioanal) …………………………. 9

c. Komponen Konatif (Komponen Perilaku atau Action Component) ….. 9

2. Dinamika Psikologi Menurut Para Tokoh Psikologi ……………………… 9

a. Dinamika Psikologi Menurut Sigmung Freud ………………………… 9

3. Dinamika Psikologi Manurut Abraham Maslow ………………………….. 12

4. Aspek – Aspek Psikologi …………………………………………………. 13

a. Kognitif ……………………………………………………………….. 14

b. Emosi …………………………………………………………………. 15

c. Hubungan Interpersonal ………………………………………………. 17


BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………………………….. 18

A. Metode Penelitian ……………………………………………………………. 18

B. Lokasi Penelitian …………………………………………………………….. 18

C. Subyek Penelitian …………………………………………………………… 18

D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………………….. 18

E. Analisis Data …………………………………………………………………. 18

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 19


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena

kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan organisasi terbatas dan

mempunyai ukuran yang minimum, terutama pihak-pihak yang pada awalnya mengadakan

suatu ikatan.

Pernikahan sebagai salah satu proses pembentukan suatu keluarga, merupakan perjanjian

yang sakral (mitsaqan ghalidha) antara suami dan istri. Perjanjian sakral ini, merupakan

prinsip universal yang terdapat dalam semua tradisi keagamaan. Dengan ini pula pernikahan

dapat menuju terbentuknya rumah tangga yang sakinah. Keluarga merupakan organisasi

sosial paling penting dalam kelompok sosial. Keluarga lembaga paling utama dan paling

pertama bertanggung jawab di tengah masyarakat dalam menjamin kesejahteraan sosial dan

kelestarian biologis anak manusia. Karena ditengah keluarga lah anak manusia dilahirkan

serta dididik sampai menjadi dewasa

Dahulu keluarga (keluarga inti) merupakan struktur organisasi yang terkecil dalam

masyarakat meliputi ayah, ibu dan anak.Fenomena yang marak terjadi akhir-akhir ini adalah

kondisi keluarga yang tidak memiliki struktur keluarga sebagaimana mestinya.Dalam artian

sudah ada pergeseran dalam struktur keluarga, yaitu adanya keluarga yang hanya orangtua

tunggal dan anak seperti ibu dan anak ataupun ayah dananak.

Setiap keluarga menginginkan hidup bahagia.Keluarga bahagia terciptaapabila terjalin

hubungan yang harmonis dan serasi antara suami-istri dan anaknya.Untuk mencegah hal-hal

yang tidak diinginkan, maka suasana harmonis, saling menghormati dan saling
ketergantungan serta membutuhkan harus dipelihara.Menjadi suami-istri yang baik berarti

harus sopan santun, tahu membawa diri, pandai mengatur rumah tangga dan saling

menghargai suami atau istri dan anggota keluarga.

Problematika kehidupan keluarga kian lama kian kompleks seiring spirit perubahan

zaman dan paradigma berpikir individu maupun komunitas tertentu terhadap hakikat atau

esensi sebuah perkawinan. Himpitan ekonomi, tranformasi budaya, politik merupakan

bentuk-bentuk gugatan terhadap cara pandang di atas.

Simpul-simpul permasalahan sebuah rumah tangga yang tidak dapat diurai secara jelas

dapat menyebabkan keretakan sebuah kebersamaan yang serius yaitu perceraian.Perceraian

dapat membawa dampak buruk pada keadaan emosi, psikologis maupun kesehatan fisik pada

pasangan yang berpisah (Shackelford & Buss , 1997). Perceraian juga memberikan dampak

pada fungsi keluarga dan sosialisasi pada anak dimana efeknya terasa pada tanggung jawab

yang lebih berat pada orang tua yang mengurus anak tersebut. Orang tua tunggal bertanggung

jawab terhadap fungsi keuangan, pengurusan anak dan perawatan rumah. Perceraian

kemudian melahirkan babak kehidupan baru seperti terjadinya peran baru yang disebut single

parent.

Single parent adalah orang tua tunggal yang menjadi tumpuan keluarga, di mana orang

tua tersebut juga menjadi bagian daripada dinamika sosial masyarakat, di Indonesia banyak

sekali fenomena itu terjadi yang mana seorang istri ditinggal oleh suaminya entah sebab cerai

atau mati, saat sang suami tiada tentunya menjadi tuntutan tersendiri baginya untuk

membentuk proses pendewasaan keluarga. Meluasnya fenomena menjadi orang tua tunggal,

maka semakin banyak pula lah deskripsi definisi dari single parent itu sendiri. Menurut

Gunawan (2006) single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah

atau ibu) seorang diri, karena kehilangan /terpisah dengan pasangannya. Sementara menurut

Sager (dalam Duval & Miller,1985) single parent adalah orang tua yang memelihara dan
membesarkan anak- anaknya tanpa kehadiran dan dukungan dari pasangannya.

Kematian salah seorang dari kedua orang tua adalah salah satu kondisi yang sangat

mungkin terjadi pada kehidupan setiap manusia. Hal tersebut merupakan penyebab seseorang

terpaksa harus menjalani kehidupan sebagai seorang single parent dan masih terdapat alasan

lain yaitu perbedaan pandangan, hal prinsip atau pengalaman buruk yang dialami selama

menjalani masa berumah tangga terkadang menyebabkan seseorang terpaksa memilih

berpisah dari pasangannya, atau dikarenakan hadirnya pihak ketiga yang memaksa

perpisahan harus terjadi. Dan jika memang pasangan yang berpisah karena perceraian atau

kematian ini memiliki anak dari perkawinan tersebut, maka mau tidak mau akan terjadi pola

asuh single parentbaik dalam kurun waktu permanen atau sementara waktu. Tidak sedikit

dari ibu yang memilih menjadi single parent karena mereka merasa cukup mampu

mendirikan suatu keluarga meski tanpa didampingi pasangan. Hidup sebagai single parent ini

pada dasarnya tidak pernah diharapkan. Keluarga yang utuh dengan figur seorang ayah yang

menjadi pelindung atau seorang ibu yang memberikan sentuhan kelembutan kasih diakui

senantiasa menjadi impian

Bagi seorang ibu, menjadi single parent merupakan pengalaman yang luar biasa berat.

Terlebih lagi di saat-saat lingkungan tidak berpihak, terkadang seorang ibu takut jika hal

tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak-anaknya, sehingga diperlukan sikap kuat

dan tegar tehadap setiap tantangan hidupnya sebagai teladan bagi anak-anaknya. Seperti yang

dialami oleh wanita yang bercerai, bagi mereka masalah sosial lebih sulit diatasi

dibandingkan pada seorang pria yang menduda. Wanita yang diceraikan bukan hanya

dikucilkan dari kegiatan sosial tetapi lebih buruk lagi, wanita seringkali kehilangan teman

lamanya.

Keluarga dengan single parent selalu terfokus pada kelemahan dan masalah yang

dihadapi. Sebuah keluarga dengan single parent sebenarnya bisa menjadi sebuah keluarga
yang efektif, layaknya keluarga dengan orang tua utuh, yakni dengan tidak larut dalam

kelemahan dan masalah yang dihadapinya, melainkan harus secara sadar membangun

kembali kekuatan yang dimilikinya. Jika keluarga dengan single parent memiliki kemauan

untuk bekerja membangun kekuatan yang dimilikinya, hal tersebut bisa membangun mereka

untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Permasalahan ini akan lebih berat jika dialami oleh wanita yang sebelumnya

menggantungkan hidup pada seorang suami dan memilih tidak bekerja. Banyak wanita yang

setelah menikah dilarang bekerja oleh suaminya untuk mengurus keluarga. Pada saat

ditinggalkan oleh suaminya (meninggal atau bercerai), tidak ada kestabilan secara ekonomi.

Saat mencoba mencari pekerjaan, tingkat penghasilan tidak terlalu besar karena faktor

pengalaman kerja yang masih minim. Belum lagi belum terbiasa dalam mengurus keluarga

sekaligus mencari nafkah

Pada umumnya dinamika psikologis wanita single parent ini yaitu dimana seorang

wanita mampu hidup dengan sendiri tanpa bantuan orang lain untuk menafkahkan anaknya,

mendidik dan merawatnya dengan baik. Kebutuhan hidup sekarang semakin meningkat.

Bahkan kebutuhan sekunder dimasukkan dalam kebutuhan premier. Orang tua selalu

menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Dukungan sosial bisa berupa dukungan

emosional atau instrumental, seperti yang dikemukan oleh Sarason(1990).

Dukungan emosional, ditandai dengan perhatian yang simpatik terhadap orang lain yang

mengalami stres. Tujuannya adalah untuk mengurangi emosi negatif dan ketegangan yang

dihasilkan. Dukungan instrumental ditandai dengan bantuan yang lebih nyata atau berwujud.

Misalnya, nasehat-nasehat dapat membantu individu yang stres secara aktual dan mengubah

lingkungan yang memicu stres.

Fenomena tersebut terjadi juga di Kelurahan Indra Kasih Kecamatan Medan Tembung.

Berdasarkan keterangan dari Kepling, wanita single parent yang berada di Kelurahan Indra
Kasih terdiri dari 8 orang yang berumur dari empat puluh tahun ke bawah, 3 orang yang

menjadi single parent karena ditinggal meninggal suaminya, dan 5 orang karena bercerai.

Contoh kasus yang dialami wanita single parent akibat pasangannya meninggal yang

bernama Sr. Sr mengatakan bahwa dirinya merasa sangat sedih dan terpukul semenjak

ditinggal suami. Kehilangan semangat untuk membesarkan anak-anak, karena merasa harus

sendiri banting tulang bekerja untuk menghidupi keluarga. Sementara contoh lain untuk

wanita single parent dengan kasus perceraian, bernama Wt, mengatakan bahwa dirinya

merasa sedih namun sedikit puas. Karena selama ini selalu tertekan dengan tuntutan suami,

namun tidak mau membantu bekerja untuk menghidupi keluarga.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti kondisi

psikologis wanita single parentakibat perceraian dan akibat pasangannya meninggal dan

bagaimana mereka dapat mengatasi problema dari kondisi psikologis wanita single parent.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas sebagai latar belakang, maka

peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Dinamika

Psikologis Wanita dengan Single Parent sebagai Kepala Keluarga “

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dinamika psikologis pada

wanita dengan single parent sebagai kepala keluarga, faktor yang mempengaruhi dan dampak

apa saja yang muncul.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi dalam kajian

psikologis khususnya psikologi keluarga mengenai dinamika psikologis wanita

dengan single parent sebagai kepala keluarga, faktor yang mempengaruhi dan

dampak yang muncul ditengah-tengah masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dampak

psikologis dan dinamika wanita dengan single parent agar dapat mengantisipasi atau

menyusun strategi coping yang tepat.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dinamika Psikologis

1. Pengertian Dinamika Psikologis

Sebelum mengurai masalah tentang dinamika psikologis, terlebih dahulu akan diuraikan tentang

pengertian dinamika dan pengertian psikologis itu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dinamika

diartikan sebagai gerak atau kekuatan secara terus menerus yang dimiliki sekumpulan orang dalam

masyarakat yang dapat menimbulkan perubahan dalam tata hidup masyarakat tersebut.

Menurut Refia Juniarti Hendrastin dan Budi Purwoko menyebutkan, dinamika adalah adanya

interaksi dan interdependensi (saling ketergantungan) antara anggota kelompok yang satu dengan anggota

kelompok secara keseluruhan. Hurclok menjelaskan dinamika adalah suatu tenaga kekuatan, selalu

bergerak, berkembang dan dapat menyesuaikan diri secara memadai terhadap keadaan yang terjadi dan

merupakan suatu faktor yang berkaitan dengan pematangan dan faktor belajar, pematangan merupakan

suatukemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya yang tidak mengerti terhadap objek kejadian.

Melalui uraian di atas dapat dipahami bahwa dinamika merupakan tenaga kekuatan yang selalu

berkembang dan berubah. Bagi sesorang yang mengalami dinamika maka mereka harus siap dengan

keadaan apapun yang terjadi. Sedangkan psikologis berasal bahasa Yunani terdiri dari kata Psyche atau

psikis yang artinya jiwa dan logos yang berarti ilmu, jadi secara harfiah, psikologi berarti ilmu jiwa atau

ilmu yang mempelajari tentang ilmu-ilmu kejiwaan. Namun karena jiwa itu abstrak dan tidak dapat dikaji

secara empiris, maka kajiannya bergeser pada gejala-gejala jiwa atau tingkah laku manusia, oleh karena itu

yang dikaji adalah gejala jiwa atau tingkah laku.

Menurut Walgito, psikologis adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas-aktivitas individu. Perilaku

atau aktivitas-aktivitas tersebut dalam pengertian luas yaitu perilaku yang tampak atau perilaku yang tidak

tampak, demikian juga dengan aktivitas-aktivitas tersebut di samping aktivitas motorik juga termasuk

aktivitas emosional.
Dinamika psikologis dijelaskan oleh beberapa ahli sebagai keterkaitan antara berbagai aspek

psikologis dalam menjelaskan suatu fenomena ataukonteks tertentu.Walgito menjelasakan bahwa dinamika

psikologis merupakan suatu tenaga kekuatan yang terjadi pada diri manusia yang mempengaruhi mental

atau psikisnya untuk mengalami perkembangan dan perubahan dalam tingkah lakunya sehari-hari baik itu

dalam pikiranya, perasaannya maupun perbuatannya.Saptoto mendefenisikan dinamika psikologis sebagai

keterkaitan antara berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri seseorang dengan faktor-faktor dari luar

yang mempengaruhinya.Fathurrochman dan Djalaludin Ancok menggunakan istilah dinamika psikologis

untuk menjelaskan secara lebih lanjut hubungan prosedur objektif dengan penilaian keadilan.

Sedangkan menurut Halloway, dkk istilah dinamika psikologis digunakan untuk menerangkan

keterkaitan berbagai aspek psikologis yang ada dalam diri responden dalam hubungannya dengan kondisi

masyarakat.Selanjutnya Widiasari mengatakan bahwa dinamika psikologis merupakan aspek motivasi dan

dorongan yang bersumber dari dalam maupun luar individu, yang mempengaruhi mental serta membantu

individumenyesuaikan diri dengan keadaan dan perubahan.Lebih lanjut, Chaplin mengatakan bahwa

dinamika psikologis merupakan sebuah sistem psikologi yang menekankan penelitian terhadap hubungan

sebab akibat dalam motif dan dorongan hingga munculnya sebuah perilaku.

Walgito menjelaskan ada beberapa komponen di diri manusia yang mempengaruhi dan membentuk

perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan dinamika psikologis.

a. Komponen kognitif (komponen perseptual)

Merupakan komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, dan keyakinan, yang mana

berhubungan dengan seseorang mempersepsi terhadap objek perilaku atau kejadian yang sedang dialami.

b. Komponen afektif (komponen emosional)

Merupakan komponen ini berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek

perilaku.

c. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)

Yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak terhadap objek.Komponen ini

menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku dan komponen ini juga
menunjukkan bagaimana perilaku manusia terhadap lingkungan sekitar.Saat intensionalitas atau proses

kehidupan psikis atau psikologis manusia selalu terdapat tiga aspek di atas. Ketiga aspek di atas selalu

berlangsung bersama-sama atau beruntutan. Ketiga fungsi kognisi, emosi, dan konasi itu bisa berlangsung

lancar dan harmonis. Namun tidak jarang disertai banyak konflik seperti konflik diantara pikiran (aspek

kognitif), perasaan (aspek emosi, afeksi), kemauan (aspek volutif, konatif) yang saling berbenturan atau

berlawanan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa manusia berperilaku selalu mengalami ketiga

aspek psikologis yaitu emosi, kognitif dan sosial. Sebab pijakan kepribadian manusia berdasarkan pada

yang telah dipikirkan, dirasakan dan diperbuat oleh manusia.

2. Dinamika Psikologis menurut para tokoh Psikologi

a. Dinamika Psikologi Menurut Sigmund Freud

Psikoanalisis hampir diidentikan dengan sosok seorang Freud. Sigmund Freud (1856-1939) lahir pada

tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia yang pada masa itu merupakan provinsi di bagian utara. Freud

mengemukakan tiga struktur spesifik kepribadian yaitu Id, Ego dan Superego. Ketiga struktur tersebut

diyakininya terbentuk secara mendasar pada usia tujuh tahun. Struktur ini dapat ditampilkan secara

diagramatik dalam kaitannya dengan aksesibilitas bagi kesadaran atau jangkauan kesadaran individu. Id

merupakan libido murni atau energi psikis yang bersifat irasional. Id merupakan sebuah keinginan yang

dituntun oleh prinsip kenikmatan dan berusaha untuk memuaskan kebutuhan ini. Ego merupakan sebuah

pengatur agar id dapat dipuaskan atau disalurkan dalam lingkungan sosial. Sistem kerjanya pada lingkungan

adalah menilai realita untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar nilai-nilai superego.

Sedangkan Superego sendiri adalah bagian moral dari kepribadian manusia, karena ia merupakan nilai baik-

buruk, salah-benar, boleh-tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan Ego yaitu Id.

1) Kesadaran dan Ketidaksadaran

Pemahaman tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan terbesar

dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan problema. kepribadian bermula
dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu

merupakan konsekuensi logisnya. Sedangkan kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari

keseluruhan pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah permukaan

laut. Dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang terlihat di permukaan. Demikianlah

juga halnya dengan kepribadian manusia, semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun

dalam alam ketidaksadaran.

2) Kecemasan

Bagian yang tidak kalah penting dari teon Freud adalah tentang kecemasan. Kecemasan ini

menurutnya berkembang dari konflik antara sistem id. ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi

psikis yang ada. Menurut Freud, kecemasan itu ada tiga yaitu : kecemasan realita, neurotik dan masalah.

a) Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat

kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.

b) Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan

sesorang berbuat sesuatu yang dapat membuatnya terhukum.

c) Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup

berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma

moral.

3) Mekanisme Pertahanan Ego

Untuk menghadapi tekanan kecemasan yang berlebihan, sistem ego terpaksa mengambil tindakan

ekstrim untuk menghilangkan tekanan itu. Tindakan yang demikian itu. disebut mekanisme pertahanan,

sebab tujuannya adalah untuk mempertahankan ego terhadap tekanan kecemasan. Dalam teori Freud.

bentuk-bentuk mekanisme pertahanan yang penting adalah

a) Represi: ini merupakan sarana pertahanan yang bisa mengusir pikiran serta perasaan yang

menyakitkan dan mengancam keluar dari kesadaran.

b) Memungkiri: ini adalah cara mengacaukan apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dilihat seseorang

dalam situasi traumatik.

c) Pembentukan reaksi: ini adalah menukar suatu impuls atau perasaan yang menimbulkan kecemasan
dengan melawannya dalam kesadaran.

d) Proyeksi: ini berarti memantulkan sesuatu yang sebenarnya terdapat dalam diri kita sendiri ke dunia

luar.

e) Penggeseran: merupakan suatu cara untuk menangani kecemasan dengan menyalurkan perasaan atau

impuls dengan jalan menggeser dari objek yang mengancam ke "sasaran yang lebih aman".

f) Rasionalisasi: ini cara beberapa orang menciptakan alasan yang "masuk akal" untuk menjelaskan

disingkimya ego yang babak belur.

g) Sublimasi: ini suatu cara untuk mengalihkan energi seksual kesaluran lain, yang secara sosial

umumnya bisa diterima, bahkan ada yang dikagumi.

h) Regresi: yaitu berbalik kembali kepada prilaku yang dulu pernah mereka alami.

i) Introjeksi: yaitu mekanisme untuk mengundang serta "menelaah" sistem nilai atau standar orang lain.

j) Konpensasi

k) Ritual dan penghapusan.

4) Tahap Perkembangan Kepribadian

Perkembangan manusia dalam psikoanalitik merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari

proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud

setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-

tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud,

kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap

anal, tahap phalik. tahap laten, dan tahap genital.

3. Dinamika psikologi menurut Abraham Maslow

Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah aliran

dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran

ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam
pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari

James Bugental, sebagai berikut:

a. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.

b. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.

c. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.

d. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.

e. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.

Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-

tokohnya seperti Kierkegaard. Nietzsche. Heidegger. dan Sartre.

Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin.

Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan han ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki

Kebutuhan). Menurut Maslow. Manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat

dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis/ dasar

b. Kebutuhan akan rasa aman dan tentram

c. Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi

d. Kebutuhan untuk dihargai

e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Kritik terhadap teori piramida kebutuhan. Tapi ada sebuah loncatan pada piramida kebutuhan

Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda

dengan keempat kebutuhan lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link

antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan logika.

4. Aspek –Aspek Psikologis

Menurut Kartono proses kehidupan psikis manusia selalu diikuti oleh ketiga aspek psikologis yaitu
aspek kognitif, aspek emosional atau perasaan dan aspek kemauan atau hubungan interpersonal. Aspek

kognitif berkaitan dengan persepsi, ingatan, belajar, berpikir dan problem solving dan aspek afektif

berkaitan dengan emosi atau perasaan dan motif. Sedangkan aspek konatif berkaitan dengan perilaku

seseorang yang meliputi hubungan interpersonal dan intrapersonal.

Dapat dipahami bahwa dalam proses kehidupan manusia selalu berkaitan dengan yang dipikirkan

(kognitif), yang dirasakan (emosional) dan yang diperbuat (hubungan interpersonal). Ketiga aspek di atas

merupakan landasan teori penulis dalam penelitian.

a. Kognitif

Dalam kehidupan manusia proses kognitif sangat berperan dalam pengambilan keputusan bagi setiap

individu, sejalan dengan proses kognitif menjadi dasar akan timbulnya prasangka. Apabila seseorang

mempersepsi orang lain atau apabila suatu kelompok mempersepsi orang lain dan memasukkan apa yang

dipersepsi itu merupakan keadaan kategori tertentu.

1) Prasangka

Prasangka merupakan evaluasi seseorang atau kelompok yang mendasarkan diri pada lingkungan agar

nantinya diterima dilingkungan kelompoknya. Prasangka mengarah pada evaluasi yang negatif,

walaupun dalam stereotype merupakan hal yang dapat bersifat positif disamping dapat negatif.

2) Belajar sosial

Belajar sosial merupakan salah satu teori dalam hal belajar, dalam setiap pembelajaran yang

dilakukan yang perlu diperhatikan setiap pembelajaran itu terjadi melalui model atau contoh. Seperti

halnya sikap, merupakan hal yang terbentuk melalui proses belajar.

3) Motivasi

Motivasi memandang prasangka sebagai suatu yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang atau

kelompok untuk mencapai kesejahteraan. Untuk hal ini ada beberapa komponen yang harus kita

perhatikan agar nantinya kesejahteraan itu memang sesuai dengan apa yang diharapkan.

4) Pengamatan

Pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya
perangsang. Dalam pengamatan dengan sadar orang dapat memisahkan unsur-unsur dari suatu

objek. Jadi, objek pengamatan adalah dunia yang real dan bersifat obyektif. Sifat-sifat dari dunia

pengamatan terbagi atas:

a) Sifat-sifat umum dunia pengamatan

 Dunia pengamatan mempunyai sifat-sifat ruang

 Dunia pengamatan mempunyai dimensi waktu

 Dunia pengamatan itu berstruktur menurut berbagai obyek pengamatan

b) Sifat-sifat khusus bagi masing-masing indera tersendiri, diantara sifat-sifat terdapat berbagai

kelompok yang khusus bagi indera- indera tertentu. Merah dan kuning termasuk dalam kelompok

yang berlainan daripada asam dan asin.

5) Ingatan

Ingatan merupakan kemampuan jiwa untuk memasukkan (learning), menyimpan (retention) dan

menimbulkan kembali (remembering), hal- hal yang lampau.

b. Emosi

1) Pengertian Emosi

Crow dan Crow mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang

berfungsi sebagai inneradjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai

kesejahteraan dan keselamatan individu. King mengatakan bahwa emosi adalah perasaan atau afeksi yang

dapat melibatkan rangsangan fisiologis seperti denyut jantung yang cepat, pengalaman sadar seperti

memikirkan keadaan jatuh cinta dengan seseorang dan ekspresi perilaku seperti sebuah raut muka cemberut.

Menurut Hude emosi adalah suatu gejala psikofisiologis yang menimbulkan efek pada persepsi,

sikap, dan tingkah laku. Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai

situasi yang berbeda. Emosi juga merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata maka

sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk. Emosi memberi warna dalam kehidupan manusia.

Pengalaman emosional juga dapat menjadi motivator penting perilaku.

Perasaan atau emosi merupakan gejala afektif pada kejiwaan manusia yang dihayati secara subjektif,

yang pada umumnya bersentuhan secara langsung dengan gejala pengenalan. Berdasarkan realitas terdalam,
perasaan atau emosi jiwa tidak bersifat tetap, baik dalam bentuknya maupun kadarnya. Sakit dengan pedih,

cinta dengan sayang adalah bentuk perasaan yang berbeda dan memiliki ukuran kedalaman emosi yang

berbeda. Menurut Coleman dan Hammen ada empat fungsi emosi dalam kehidupan manusia.

a) Emosi adalah pembangkit energi (energizer).

Tanpa emosi, seseorang tidak sadar atau mati. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi

seseorang, marah menggerakan seseorang untuk menyerang, takut menggerakan kita untuk berlari dan

cinta mendorong seseorang untuk mendekat dan bermesraan.

b) Emosi adalah pembawaan informasi.

Bagaimana keadaan diri seseorang dapat diketahui dari emosi kita. Jika marah, seseorang mengetahui

bahwa dihambat atau diserang orang lain, sedih berarti kehilangan sesuatu yang di senangi, bahagia

berarti memperoleh sesuatu yang kita senangi.

c) Emosi berfungsi sebagai komunikasi intrapersonal dan interpersonal sekaligus.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa emosi dapat dipahami secara universal.

d) Emosi juga merupakan sumber informasi tentang keberhasilan seseorang, mendambakan kesehatan dan

mengetahuinya ketika kita merasa sehat walafiat, mencari keindahan dan mengetahui bahwa

memperolehnya ketika merasakan kenikmatan estetis dalam diri.

Kualitas emosi atau perasaan itu bergantung pada tiga faktor yaitu :

a) Kondisi fisik, oleh suatu penyakit, jadi terlalu emosi, peristiwa yang menyakitkan. Seperti kehilangan,

kematian.

b) Pembawaan, ada orang yang sangat perasa, dan ada juga yang tebal muka (tidak sensitife)

c) Tergantung pada suasana hati.

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa yang dikatakan emosi yaitu perasaan yang

sangat kuat dan tidak terkendalikan oleh seseorang yang mana diikuti dengan perubahan psikologis baik itu

luapan kemarahan, sedih, gembira, yang tidak bisa dikontrol oleh seseorang apabila datang dari dalam diri

sendiri maupun dari lingkungan. Emosi juga merupakan suatu gejala psiko-fisiologis yang menimbulkan

efek pada persepsi, sikap, dan tingkah laku.

2) Pengendalian Emosi
Pengendalian emosi sangat penting dalam kehidupan manusia, khususnya dalam mereduksi ketegangan

yang timbul akibat emosi yang memuncak. Emosi menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan hormonal di

dalam tubuh dan memunculkan ketegangan psikis, terutama pada emosi-emosi negatif.

c. Hubungan Interpersonal

a) Pengertian Hubungan Interpersonal

Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terdiri atas dua orang atau lebih yang memiliki pola

interaksi yang konsisten.31 Senada dengan kutipan di atas, Sears menyebutkan bahwa hubungan

interpersonal adalah bila dua orang individu menjalin hubungan, kehidupan individu akan terjalin dengan

orang lain, apa yang dilakukan oleh yang satu akan mempengaruhi yang lain.

Proses pemenuhan kebutuhannya, manusia membentuk hubungan dengan orang lain. Adapun

kebutuhan yang dimiliki oleh manusia seperti: kebutuhan rasa aman, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan

diperhatikan, kebutuhan akan rasa percaya terhadap orang lain. Namun secara umum kebutuhan tersebut

dapat dikelompokkan seperti kebutuhan fisiologis (makan, minum), kebutuhan rasa aman dan perlindungan,

kebutuhan kasih sayang, kebutuhan penghargan dari orang lain. Kebutuhan itu mempengaruhi hubungan,

karena kebutuhan kita tidak lepas dari orang lain, karena kodrat kita sebagai makhluk sosial di mana pola

interaksi sosial.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi.

Sementara itu, pendekatan etnografi dipilih karena penelitian yang dilakukan berbasis masyarakat.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini adalah di Kelurahan Sei Sikambing B Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan,

Provinsi Suamtera Utara.

C. Subyek Penelitian

(Responden) Dalam penelitian ini, peneliti memilih berdasarkan kriteria sebagai berikut:

a. Para single parent dalam hal ini orangtua tunggal perempuan atau janda . Muslim dipilih

karena alasan akademik, karena keterkaitan dengan konsentrasi Psikologi Pendidikan Islam.

b. Keragaman tingkat pendidikan

c. Dilihat dari waktu kebersamaan anak dengan orantua.

D. Teknik Pengumpulan Data

Observasi, wawancara dan dokumentasi

E. Analisis Data

Pengumpulan data, klasifikasi data, reduksi data dan trianggulasi data serta kesimpulan sementara.
DAFTAR PUSTAKA

Khairuddin, 1985 : 104, Keluarga dibentuk karena kebutuhan akan kasih dan saying;

Shackelford & Buss, 1997, Perceraian dapat membawa dampak buruk pada keadaan emosi;

Duval & Miller, 1985, Single Parent adalah orang tua yang memelihara dan membesarkan anak – anaknya

tanpa kehadiran dukungan dari pasangannya;

Sarason, 1990, Dukungan social bisa berupa dukungan emosional atau instrumental;

Refia Juniarti Hendriastin dan Budi Purwoko, dinamika adalah adanya interaksi dan

interdepedensi

(saling ketergantungan)

Walgito, Psikologi adalah ilmu tentang perilaku atau aktivitas – aktivitas individu

Anda mungkin juga menyukai