Anda di halaman 1dari 16

KEADAAN PSKOLOGIS SEORANG DEWASA DINI PASCA

PERCERAIAN DI BANGKA BELITUNG

LAPORAN HASIL PENELITIAN KELOMPOK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS pada Mata Kuliah Psikologi


Perkembangan

Dosen Pengampu: Dr. Fatma Sylvana Dewi Harahap, MA.Kes

Disusun Oleh :

Hiliyati (2121026)

Jumli Andiyan (2121034)

Khusnul Khori (2121035)

Lony (2121036)

Ferdy Aditiya (2121044)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK


BANGKA BELITUNG TAHUN

AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah, dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu
yang tidak pernah ketahui oleh manusia. Kami harus bersimpuh menghaturkan
syukur hanya karena pertolongan di karunia-Nya laporan hasil penelitian kelompok
yang berjudul "Keadaabn Psikis Seorang Dewasa Dini Pasca Perceraian di Bangka
Belitung” dapat diselesaikan dengan baik.

Peneliti menyadari bahwa penyuasan laporan penelitian ini tidak mangkin


dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu salah
sepantasnya kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi singginya
kepada berbagai pihak yang telah membina dan membantu menyelelsaikan laporan
penelitian ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Dr. Fatma Sylvana
Dewi Harahap, MA.Kes yang selah memberikan ijin dan membantu terkait
penelitian yang kami lakukan. Semoga amal baik Ibu mendapatkan imbalan yang
berlipat ganda dari Allah SWT.

Terakhir peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini jauh dari


kesempurnaan. Oleh karena itu, sumbangsih kritik dan saran dari pembaca selalu
kami nantikan demi perbaikan laporan petelitian ini. Meskipun banyak kelemahan
disana-sini tetapi kami berharap laporan hasil penelitian ini dapat bermanfaat,
Aamin.

Bangka Belitung, Juni 2022

Tim Peneliti

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
A. Definisi Psikologi Perkembangan ...................................................... 3
B. Psikologi Perkembangan Pada Masa Dewasa Dini ............................. 3
C. Definisi Perceraian ............................................................................ 5
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 6
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 6
B. Objek Penelitian ................................................................................ 6
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 6
A. Transkip Percakapan Saat Wawancara ............................................... 8
B. Hasil Dari Wawancara Yang Telah Dilakukan ................................... 10
C. Solusi Agar Angka Perceraian Ini Semakin Menurun ....................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 11
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12
LAMPIRAN ................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan merupakan perpaduan instingtif manusiawi antara laki-laki dan


perempuan di mana bukan sekedar memenuhi kebutuhan jasmani (menghalalkan
hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan) tetapi dalam rangka
mewujudkan. kebahagiaan berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih
sayang dengan cara yang diridhoi oleh Allah SWT (Supriadi, 2012).

Kehidupan berkeluarga tidak selalu harmonis seperti yang diangankan karena


memelihara, kelestarian dan keseimbangan hidup bersama suami istri bukanlah
perkara yang mudah dilaksanakan. Perlu disadari bahwa banyak pernikahan yang
tidak membuahkan kebahagiaan tetapi tidak diakhiri dengan perceraian karena
perkawinan tersebut didasari oleh pertimbangan agama, maral, kondisi ekonomi,
dan alasan lainnya. Tetapi banyak juga perkawinan yang diakhiri dengan
perpisahan dan pembatalan baik secara hukum maupun diam-diam osters/suam)
meningggalkan keluarga (Hurlock, 2004, h.307)

Berdasarkan data dari Biro Pasat Statistik (BPS) pada tahun 2009 angka.
perceraian yang diputus mencapai 250.000 pasangan meningkat dari tahun
sebelumnya sebesar 220.000 pasangan tiap harinya. Faktor-faktor penyehab
terbesar dari tingginya angka perceraian tersebut adalah tidak ada keharmonisan,
gangguan pihak ketiga dan tidak ada tanggung jawab.

Perceraian bukanlah hal mudah dilalui bagi individu yang mengalaminya..


Hurlock (2004, 309) mengemukakan bahwa efek traumatik yang ditimbulkan
akibat perceraian biasanya lebih besar daripada efek kematian, karena sebelum dan
sesudah perceraian sudah timbul rasa sakit dan tekanan emosional, serta
mengakibatkan cela sosial. Oleh karena itu dukungan sosial dari keluarga, kerabat,
dan teman sangat dibutuhkan dan kehadiran dukungan sosial itu akan sangat
membantu individu yang bercerai dan mengurangi dampak negatif perceraian
terhadap kesejahteraan psikologis (Williams & Alexandra, 2006).

1
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti berusaha
mengangkat topik ini menjadi suatu penelitian karena ada hal-hal yang unik untuk
dikaji lebih lanjut. Keunikan itu adalah keadaan psikologis seorang dewasa dini
pasca perceraian dengan berbagai macam akibatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Keadaan psikologis seorang dewasa dini dalam menghadapi perceraian
yang disebabkan oleh berbagai faktor
2. Bagaimana solusi ataupun cara agar angka perceraian ini menurun setiap
berjalannya waktu.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengungkapkan dan Menjelaskan keadaan psikologis seorang dewasa dini
dalam menghadapi perceraian
2. Menemukan suatu solusi agar angka perceraian yang disebabka oleh
berbagai faktor ini akan menurun setiap berjalannya waktu.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Psikologi Perkembangan

Psikologi perkembangan merupakan bagian dari kajian ilmu psikologi yang


mempelajari tahapan-tahapan dalam tumbuh kembang manusia. Psikologi berasal
dari kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu, sehingga bisa
digambarkan bahwa psikologi adalah ilmu yang mengkaji jiwa manusia khususnya
perkembangan fisik dan psikisnya (Masganti, 2017).

Perkembangan dalam istilah psikologi merupakan konsep yang sangat


kompleks, sebab didalamnya terkandung banyak dimensi. Perkembangan dapat
didekati dari istilah pertumbuhan, kematangan dan perubahan. Jika dikaji secara
lebih dalam, maka perkembangan individu dirumuskan sebagai perubahan kearah
kedewasaan. Perkembangan bukan sekedar penambahan beberapa sentimeter pada
tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang, melainkan suatu
proses (Jahja, 2016).1

B. Psikologi Perkembangan Pada Masa Dewasa Dini

Dewasa awal atau dewasa dini adalah masa peralihan dari masa remaja
menuju masa dewasa. Peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri baik dari
ekonomi, kebebasan menentukan diri, dan pandangan masa depan lebih realistis.
Secara hukum dewasa awal sejak seseorang menginjak usia 21 tahun (meskipun
belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun).
Sedangkan dari lingkup pendidikan yaitu masa dicapainya kemasakan kognitif,
afektif dan psikomotor sebagai hasil ajar latih yang ditunjang kesiapan. (Mappiare
15:1983)

Orang dewasa muda termasuk masa transisi baik secara fisik, intelektual,
peran sosial dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.

1
Muyassaroh, Y. (2022). 1.3 Psikologi Perkembangan. Psikologi perkembangan, 166, 3,
hl 1

3
Beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu nantinya dikatakan bahwa
dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan
suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperoleh. (Hurlock: 1993)

Masa dewasa awal adalah masa kelanjutan dari masa remaja, sehinnga ciri-
ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja.

Ciri-ciri kematangan dewasa awal menurut pendapat Anderson (dalam


Mappiare :17):

1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang
berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada
perasaan perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi.
2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien;
seseorang yang matang melihat tujuan tujuan yang ingin dicapainya secara
jelas dan tujuan tujuan itu dapat didefinisikan secara cermat dan tahu mana
yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya
dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak
mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan
orang lain.
4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha
mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
5. Menerima kritik dan saran; oarang matang memiliki kemauan yang realistis,
paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik
dan saran orang lain demi peningkatan dirinya.
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mai
memberi kesempatan pada orang-orang lain membantu usaha-usahanya
untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal
tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh,

4
sehingga untuk itu dia menerima bantuan orang lain. Tetapi tetap dia
bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha usahanya.
7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; oarang yang
matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri seirama dengan
kenyataan-kenyataan.

Banyak di antara ciri penting dalam masa dewasa ini merupakan kelanjutan
dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa remaja. Beberapa di antaranya menunjukkan
penonjolan ciri yang membedakan dengan masa-masa sebelumnya.

Ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa awal yang membedakannya


denag masa kehidupan yang lain, nampak dalam peletakan dasar dalam banyak
aspek kehidupan, melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan denga
remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emosi. 2

C. Definisi perceraian

DeGenova (2008, h 415) menyatakan perceraian adalah metode yang sah


secara hukum untuk mengakhiri suatu pernikahan. Secara hukum, setelah
perceraian, kedua individu dapat menikah lagi dengan orang lain, benda-benda
milik mereka dan harta akan dibagi rata dan jika anak dilihatkan dalam hal ini maka
akan diputuskan hak asuh atau perwalian anak. Hal ini dapat menjadi sangat sulit
dirundingim walaupun jika kedua pihak menginginkan perceraian.3

2
Thahir, A. (2018). Psikologi perkembangan, hl 256-159
3
Sasongko, R. D., & Frieda, N. R. H. (2013). Resiliensi pada wanita usia dewasa awal
pasca perceraian di Sendangmulyo, Semarang. Jurnal Empati, 2(3).

5
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan


Tylor mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
atau perilaku yang diamati (Lexy J. Moleong, 2010:4)

Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan


informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam
bentuk angka dan peneliti lebih mendeskripsikan segala fenomena yang ada
dimasyarakat secara jelas.

Penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal yang telah
dikemukakan di atas, yaitu untuk memperoleh data secara lengkap. Data yang telah
didapat dari proses wawancara dan observasi adakan disajikan dengan bentuk
deskripsi dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Selain itu ada
juga data yang mendukung yaitu denah lokasi dan foto-foto hasil observasi.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah orang ataupun warga Bangka Belitung yang masu
dalam kategori umur 18-40 tahun dan sudah mengalami perceraian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik dalam pengumpulan data adalah wawancara. Wawancara adalah


percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Lexy J. Meleong, 2010:
186). Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dengan tatap muka antara
pencari informasi dan sumber informasi. Dalam wawancara sudah disiapkan

6
berbagai macam pertanyaan pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan lain saat
meneliti.

Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka


keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku
pada pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan. Wawancara dilakukan kepada warga Bangka
Belitung pilihan peneliti dalam kategori umur dewasa dini dan telah bercerai dari
pasangannya.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Transkip Percakapan Saat Wawancara

Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 Peneliti 4 Peneliti 5


P: “Kapan Anda P: “Mengapa P: “Tahun P: “Awal permasalahan P:
dan Suami Anda memilih berapa anda memilih untuk “Tahun
melakukan jalur perceraian? melakukan bercerai? perceraia
perceraian? I: “Karena Dia perceraian? I: “Karena Dia n dan
I: “Pada tanggal selalu I: “Tahun melakukan kekerasan usia
19 November berbohong dan 2019,dan usia dalam rumah tangga, pernikah
2021 kemarin. terbiasa akan hal pernikahan dan jika ditenggur dan an?
P: “Awal mula itu.” selama 1,5 diberi saran tidak I: “2019,
mengapa memilih P: “Bagaimana tahun.” menerima.” dan usia
jalan perceraian? perasaan saat P: “Awal mula P: “Alasan yang pernikah
I: “Karena tidak pasca bercerai? memilih jalur memantapkan untuk annya 8
satu paham lagi Apakah itu perceraian? bercerai? tahun.”
dan sama-sama merasa lega I: “Karena I: “Karena dia selalu P: “Awal
egois dan keras ataupun senang selalu bermain melakukan kekrasan, mula
kepala. pada saat fisik.” dan kekerasan itu memilih
P: “Apa hal yang bercerai? P: “Penyebab berlangsung lama jalur
memantapkan I: “Saya merasa yang sampai menimbulkan perceraia
untuk memilih lega.” mmemantapkan bukti fisik,seperti n?
jalan perceraian? P: “Bagaimana untuk bercerai? memar dan lainnya. I:
I: “Karena Dia itu Anda menjalani I: “Karena Dia Dan dari keuangan pun “Karena
sering marah- kehidupan pada melakukan tidak jujur. masalah
marah.” saat pasca kekrasan dalam P: “Perasaan kakak ekonomi.
P: “Bagaimana bercerai? rumah tangga.” setelah bercerai itu ”
Anda menjalani Apakah disitu P: “Bagaimana bagaimana? P:
kehidupan pada ada kendala atau perasaan pada I: “Saya merasa lega, “Bagaim
saat pasca tidak? saat pasca dan merasa sudah ana
perceraian? I: “Tidak bercerai? hilang beban, memang perasaan
I: “Saya merasa mengalami I: “Saya merasa waktu awal perceraian pada saat
bebas dan kendala sama lega.” itu memikirkan telah
tentram.” sekali, sama P: “Bagaimana anak,bagaimana mau bercerai?
seperti biasanya. menjalani membiayai nya, tapi

8
P: “Bagaimana Dan saya kehidupan pada setelah dipikirkan lagi, I:
perasaan Anda merasa bebas saat pasca daripada perasaan anak “Merasa
pada saat setelah dan tentram.” bercerai? terganggu, dan lebih senang
perceraian? P: “Adakah I: “Saya merasa baik mengambil jalan dan
I: “Saya merasa dampak yang bebas.” perceraian. Karena kalo lega.”
senang dan lega.” ditimbulkan dari P: “Adakah kekerasan yang P:
P: “Adakah perceraian itu? dampak yang dilakukan itu didepan “Bagaim
dampak yang I: “Tidak ditimbulkan dari anak kecil itu akan ana
ditimbulkan dari menimbulkan perceraian itu? membekas di hatinya. menjalan
perceraian itu? dampak sama I: “Ada, yaitu P: “Jadi apakah ada i
I: “Sama sekali sekali.” masih terpikir dampak yang kehidupa
tidak P: “Apakah akan hal itu, ditimbulkan dari n pada
menimbulkan pernah terpikir terutama perceraian itu terhadap saat
dampak.” kembali ke masa memikirkan kehidupan sehari-hari setelah
P: “Apakah lalu yang telah anak.” kakak? bercerai?
pernah terpikir dilalui? P: “Untuk I: “Ada dampak positif I:
kembali terhadap I: “Tidak sama sekarang apakah dan negatifnya. Kalau “Seperti
masalah yang sekali.” masih ada rasa dampak positifnya itu biasanya
telah dilalui? P: “Artinya trauma dalam ialah kalau bertahan saja.”
I: “Tidak, karena anda berfokus berumah perasaan anak semakin P:
saya tidak mau untuk masa tangga? terngaggu karna sering “Adakah
mengingat lagi.” depan? I: “Iya, masih melihat kekerasan dampak
P: “Untuk I: “Iya.” ada rasa trauma. secara langsung. Jadi yang
sekarang apakah P: “Apakah dengan bercerai saya ditimbul
merasa trauma sekarang ada lebih berfokus untuk kan?
dalam berumah rasa trauma mendidik anak. Dari I: “Sama
tangga? dalam berumah segi negatif nya itu sekali
I: “Tidak, saya tangga? anak merasakan tidak
ingin berumah I: “Untuk trauma. Dan timbul ada.”
tangga lagi dan sekarang tidak pertanyaan dari
memulai ada lagi, tapi seorang anak mengapa
kehiudpan yang masih merasa orang tua saya tidak
baru was-was.” bisa utuh.

P : Peneliti I: Informan

9
B. Hasil dari Wawancara Yang Telah Dilakukan

Dari beberapa wawancara yang telah kami lakukan, dapat diketahui bahwa
banyak faktor yang membuat ataupun mempengaruhi informan memilih jalur
perceraian. Faktor tersebut antara lain: kekerasan dalam rumah tangga, ekonomi,
berbohong dan lain-lainnya. Dan perceraian ini tidak hanya berdampak pada
informan saja, tetapi juga berdampak pada anaknya. Dan dari beberapa wawancara
yang telah dilakukan perasaan para informan pada saat bercerai itu rata-rata merasa
lega karena sudah terlepas dari beban ataupun masalah yang telah dihadapi.

C. Solusi Agar Angka Perceraian Ini Semakin Menurun


1. Menghindari Pernikahan Dini

Karena jika menikah di usia yang belum dikategorikan untuk menikah, maka
akan rentan sekali karena belum memiliki keisapan mental, baik dari segi pemikiran
maupun yang lainnya.

2. Meluruskan kesalahpahaman

Kesalahpahaman bisa merusak hubungan Anda dan membuat pasangan


kehilangan kepercayaan. Jika Anda mengalami banyak masalah dalam kehidupan
pernikahan Anda karena kesalahpahaman, jangan anggap itu hal yang ringan.
Segera luruskan kesalahpahaman yang terjadi pada Anda dan pasangan.

Setiap orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi, hindari


sikap egois atau mau menang sendiri jika Anda dan pasangan sedang bermasalah.
Carilah jalan keluarnya dan selesaikan masalah itu segera.

3. Selalu mendiskusikan masalah bersama

Masalah sekecil apapun harus di diskusikan bersama, karena dengan berdiskusi


bersama akan menimbulkan lagi rasa kekluargaan.

4. Selalu intropeksi diri

Dalam berumah tangga jangan ada sikap egois, karna biasanya dari sifat ini
permasalahan akan semakin bertambah.

10
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari beberapa wawancara yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa


faktor yang menyebabkan perceraian adalah kekerasa, ekonomi ,dan lain
sebagainya. Dan dari perceraian ini berdampak banyak orang. Dan perasaan saat
setelah bercerai mereka merasakan lega dan lepas dari beban.

B. Saran

Demikian makalah ini yang dapat kami buat dan sampaikan, kami sebagai
penulis menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu kami sebagai penulis memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
untuk penyempurnaan makalah ini danberikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
dan kita bisa ambil hikmah yang terkandung di dalamnya, Amiin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Muyassaroh, Y. (2022). 1.3 Psikologi Perkembangan. Psikologi perkembangan, 166, 3.

Thahir, A. (2018). Psikologi perkembangan.

Sasongko, R. D., & Frieda, N. R. H. (2013). Resiliensi pada wanita usia dewasa awal
pasca perceraian di Sendangmulyo, Semarang. Jurnal Empati, 2(3).

12
LAMPIRAN

FOTO KEGIATAN WAWANCARA

13

Anda mungkin juga menyukai