Disusun Oleh :
Hiliyati (2121026)
Lony (2121036)
AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah, dzat Yang Maha Mengetahui segala sesuatu
yang tidak pernah ketahui oleh manusia. Kami harus bersimpuh menghaturkan
syukur hanya karena pertolongan di karunia-Nya laporan hasil penelitian kelompok
yang berjudul "Keadaabn Psikis Seorang Dewasa Dini Pasca Perceraian di Bangka
Belitung” dapat diselesaikan dengan baik.
Tim Peneliti
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 3
A. Definisi Psikologi Perkembangan ...................................................... 3
B. Psikologi Perkembangan Pada Masa Dewasa Dini ............................. 3
C. Definisi Perceraian ............................................................................ 5
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 6
A. Jenis Penelitian .................................................................................. 6
B. Objek Penelitian ................................................................................ 6
C. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 6
A. Transkip Percakapan Saat Wawancara ............................................... 8
B. Hasil Dari Wawancara Yang Telah Dilakukan ................................... 10
C. Solusi Agar Angka Perceraian Ini Semakin Menurun ....................... 10
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 11
A. Kesimpulan ....................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 12
LAMPIRAN ................................................................................................. 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari Biro Pasat Statistik (BPS) pada tahun 2009 angka.
perceraian yang diputus mencapai 250.000 pasangan meningkat dari tahun
sebelumnya sebesar 220.000 pasangan tiap harinya. Faktor-faktor penyehab
terbesar dari tingginya angka perceraian tersebut adalah tidak ada keharmonisan,
gangguan pihak ketiga dan tidak ada tanggung jawab.
1
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, peneliti berusaha
mengangkat topik ini menjadi suatu penelitian karena ada hal-hal yang unik untuk
dikaji lebih lanjut. Keunikan itu adalah keadaan psikologis seorang dewasa dini
pasca perceraian dengan berbagai macam akibatnya.
B. Rumusan Masalah
1. Keadaan psikologis seorang dewasa dini dalam menghadapi perceraian
yang disebabkan oleh berbagai faktor
2. Bagaimana solusi ataupun cara agar angka perceraian ini menurun setiap
berjalannya waktu.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengungkapkan dan Menjelaskan keadaan psikologis seorang dewasa dini
dalam menghadapi perceraian
2. Menemukan suatu solusi agar angka perceraian yang disebabka oleh
berbagai faktor ini akan menurun setiap berjalannya waktu.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dewasa awal atau dewasa dini adalah masa peralihan dari masa remaja
menuju masa dewasa. Peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri baik dari
ekonomi, kebebasan menentukan diri, dan pandangan masa depan lebih realistis.
Secara hukum dewasa awal sejak seseorang menginjak usia 21 tahun (meskipun
belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun).
Sedangkan dari lingkup pendidikan yaitu masa dicapainya kemasakan kognitif,
afektif dan psikomotor sebagai hasil ajar latih yang ditunjang kesiapan. (Mappiare
15:1983)
Orang dewasa muda termasuk masa transisi baik secara fisik, intelektual,
peran sosial dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif.
1
Muyassaroh, Y. (2022). 1.3 Psikologi Perkembangan. Psikologi perkembangan, 166, 3,
hl 1
3
Beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu nantinya dikatakan bahwa
dewasa awal dan pada salah satu intinya dikatakan bahwa dewasa awal merupakan
suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan
yang diperoleh. (Hurlock: 1993)
Masa dewasa awal adalah masa kelanjutan dari masa remaja, sehinnga ciri-
ciri masa remaja tidak jauh berbeda dengan perkembangan remaja.
1. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang
berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada
perasaan perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi.
2. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efisien;
seseorang yang matang melihat tujuan tujuan yang ingin dicapainya secara
jelas dan tujuan tujuan itu dapat didefinisikan secara cermat dan tahu mana
yang pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya.
3. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir
perasaan-perasaan sendiri dan tidak dikuasai oleh perasaan-perasaannya
dalam mengerjakan sesuatu atau berhadapan dengan orang lain. Dia tidak
mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan
orang lain.
4. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha
mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan.
5. Menerima kritik dan saran; oarang matang memiliki kemauan yang realistis,
paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik
dan saran orang lain demi peningkatan dirinya.
6. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mai
memberi kesempatan pada orang-orang lain membantu usaha-usahanya
untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal
tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sungguh,
4
sehingga untuk itu dia menerima bantuan orang lain. Tetapi tetap dia
bertanggung jawab secara pribadi terhadap usaha usahanya.
7. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; oarang yang
matang memiliki ciri fleksibel dan dapat menempatkan diri seirama dengan
kenyataan-kenyataan.
Banyak di antara ciri penting dalam masa dewasa ini merupakan kelanjutan
dari ciri-ciri yang terdapat dalam masa remaja. Beberapa di antaranya menunjukkan
penonjolan ciri yang membedakan dengan masa-masa sebelumnya.
C. Definisi perceraian
2
Thahir, A. (2018). Psikologi perkembangan, hl 256-159
3
Sasongko, R. D., & Frieda, N. R. H. (2013). Resiliensi pada wanita usia dewasa awal
pasca perceraian di Sendangmulyo, Semarang. Jurnal Empati, 2(3).
5
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal yang telah
dikemukakan di atas, yaitu untuk memperoleh data secara lengkap. Data yang telah
didapat dari proses wawancara dan observasi adakan disajikan dengan bentuk
deskripsi dengan menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Selain itu ada
juga data yang mendukung yaitu denah lokasi dan foto-foto hasil observasi.
B. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah orang ataupun warga Bangka Belitung yang masu
dalam kategori umur 18-40 tahun dan sudah mengalami perceraian.
6
berbagai macam pertanyaan pertanyaan tetapi muncul berbagai pertanyaan lain saat
meneliti.
7
BAB IV
8
P: “Bagaimana Dan saya kehidupan pada setelah dipikirkan lagi, I:
perasaan Anda merasa bebas saat pasca daripada perasaan anak “Merasa
pada saat setelah dan tentram.” bercerai? terganggu, dan lebih senang
perceraian? P: “Adakah I: “Saya merasa baik mengambil jalan dan
I: “Saya merasa dampak yang bebas.” perceraian. Karena kalo lega.”
senang dan lega.” ditimbulkan dari P: “Adakah kekerasan yang P:
P: “Adakah perceraian itu? dampak yang dilakukan itu didepan “Bagaim
dampak yang I: “Tidak ditimbulkan dari anak kecil itu akan ana
ditimbulkan dari menimbulkan perceraian itu? membekas di hatinya. menjalan
perceraian itu? dampak sama I: “Ada, yaitu P: “Jadi apakah ada i
I: “Sama sekali sekali.” masih terpikir dampak yang kehidupa
tidak P: “Apakah akan hal itu, ditimbulkan dari n pada
menimbulkan pernah terpikir terutama perceraian itu terhadap saat
dampak.” kembali ke masa memikirkan kehidupan sehari-hari setelah
P: “Apakah lalu yang telah anak.” kakak? bercerai?
pernah terpikir dilalui? P: “Untuk I: “Ada dampak positif I:
kembali terhadap I: “Tidak sama sekarang apakah dan negatifnya. Kalau “Seperti
masalah yang sekali.” masih ada rasa dampak positifnya itu biasanya
telah dilalui? P: “Artinya trauma dalam ialah kalau bertahan saja.”
I: “Tidak, karena anda berfokus berumah perasaan anak semakin P:
saya tidak mau untuk masa tangga? terngaggu karna sering “Adakah
mengingat lagi.” depan? I: “Iya, masih melihat kekerasan dampak
P: “Untuk I: “Iya.” ada rasa trauma. secara langsung. Jadi yang
sekarang apakah P: “Apakah dengan bercerai saya ditimbul
merasa trauma sekarang ada lebih berfokus untuk kan?
dalam berumah rasa trauma mendidik anak. Dari I: “Sama
tangga? dalam berumah segi negatif nya itu sekali
I: “Tidak, saya tangga? anak merasakan tidak
ingin berumah I: “Untuk trauma. Dan timbul ada.”
tangga lagi dan sekarang tidak pertanyaan dari
memulai ada lagi, tapi seorang anak mengapa
kehiudpan yang masih merasa orang tua saya tidak
baru was-was.” bisa utuh.
P : Peneliti I: Informan
9
B. Hasil dari Wawancara Yang Telah Dilakukan
Dari beberapa wawancara yang telah kami lakukan, dapat diketahui bahwa
banyak faktor yang membuat ataupun mempengaruhi informan memilih jalur
perceraian. Faktor tersebut antara lain: kekerasan dalam rumah tangga, ekonomi,
berbohong dan lain-lainnya. Dan perceraian ini tidak hanya berdampak pada
informan saja, tetapi juga berdampak pada anaknya. Dan dari beberapa wawancara
yang telah dilakukan perasaan para informan pada saat bercerai itu rata-rata merasa
lega karena sudah terlepas dari beban ataupun masalah yang telah dihadapi.
Karena jika menikah di usia yang belum dikategorikan untuk menikah, maka
akan rentan sekali karena belum memiliki keisapan mental, baik dari segi pemikiran
maupun yang lainnya.
2. Meluruskan kesalahpahaman
Dalam berumah tangga jangan ada sikap egois, karna biasanya dari sifat ini
permasalahan akan semakin bertambah.
10
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah ini yang dapat kami buat dan sampaikan, kami sebagai
penulis menyadari bahwa makalah ini sangatlah jauh dari kesempurnaan. Maka dari
itu kami sebagai penulis memohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kami harapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
untuk penyempurnaan makalah ini danberikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat
dan kita bisa ambil hikmah yang terkandung di dalamnya, Amiin.
11
DAFTAR PUSTAKA
Sasongko, R. D., & Frieda, N. R. H. (2013). Resiliensi pada wanita usia dewasa awal
pasca perceraian di Sendangmulyo, Semarang. Jurnal Empati, 2(3).
12
LAMPIRAN
13