Anda di halaman 1dari 21

PERKEMBANGAN PROSES KOGNITIF

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Perkembangan Peserta Didik
Yang dibina oleh Bapak Rio Pambudi, M.Pd.

Oleh :
Haniatun Nikmah (2186206028)
Ulfa Fatimah (2186206006)
Lailatus Sa’adah (2186206174)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
MARET 2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya serta menganugrahkan kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Perkembangan
Proses Kognitif” untuk memenuhi tugas mata kuliah Perkembangan Peserta
Didik.
Dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Rio Pambudi, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Perkembangan Peserta Didik
2. Teman-teman prodi PGSD kelas D21 atas kerjasamanya.
3. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung demi terselesaikannya
makalah ini dengan lancar.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya
kritikan dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.

Blitar, 03 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ............................................................................................................. i


Kata Pengantar .............................................................................................................. ii
Daftar Isi ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.2.1 Apa itu presepsi? .................................................................................. 2
1.2.2 Apa itu atensi? ..................................................................................... 2
1.2.3 Apa itu implikasi perkembangan kognitif pendidikan? ....................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
1.3.1 Dapat menjelaskan presepsi dalam kognitif. ........................................ 2
1.3.2 Dapat menjelaskan apa itu atensi.......................................................... 2
1.3.3 Dapat menjelaskan implikasi perkembangan kognitif
pendidikan. ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3
2.1 Presepsi ........................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Persepsi .......................................................................... 3
2.1.2 Macam-Macam Presepsi .................................................................. 4
2.1.3 Proses Terjadinya Presepsi ............................................................... 4
2.1.4 Syarat Terjadinya Presepsi ............................................................... 4
2.1.5 Sifat Presepsi .................................................................................... 5
2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Presepsi .................................. 6
2.2 Atensi ............................................................................................................ 8
2.2.1 Definisi Atensi ................................................................................. 8
2.2.2 Fungsi Atensi ................................................................................... 8
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Atensi ................................................. 8
2.2.4 Kelainan Atensi .............................................................................. 10
2.3 Implikasi Perkembangan Proses Kognitif Terhadap Pendidikan ................. 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 15
1.1 Kesimpulan .................................................................................................. 15

iii
1.2 Saran ............................................................................................................ 16
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 17

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persepsi merupakan proses aktif memilah, menata dan menafsirkan
orang, obyek, kejadian, situasi dan aktivitas (Wood, 1997: 47). Manusia
memilah hanya hal ihwal tertentu dalam hidup mereka, lalu menata dan
menafsirkannya secara selektif. Persepsi membentuk bagaimana manusia
memahami orang lain dan dunianya sekaligus berbagai pilihan yang diambil
dalam hidup mereka. Contohnya, bila seseorang beranggapan (perceive)
oranglain sebagai bermusuhan atau menentangnya, maka ia bisa berinteraksi
secaradefensif atau meminimalkan komunikasi. Dengan sendirinya, persepsi
memotivasi seseorang untuk bersikap dan bertindak dalam sebagian besar
aktivitas hidupnya.

Atensi merupakan salah satu aspek dari fungsi kognitif yang


mempunyai peran penting. Atensi adalah usaha pemusatan pikiran secara
jelas dan sadar pada suatu objek untuk menghadapi objek tersebut. Setiap
individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda untuk mengontrol
atensi. Bila terdapat gangguan pada atensi, maka seseorang akan sulit untuk
mempelajari hal baru dan mengerjakan sesuatu yang membutuhkan atensi.
Oleh karena itu, gangguan pada atensi akan berdampak buruk pada seseorang,
terutama pada usia kanak-kanak.
Atensi dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah
dehidrasi. Dehidrasi merupakan kondisi di mana keseimbangan cairan dalam
tubuh terganggu. Gejala dehidrasi mulai dari timbulnya rasa haus, turgor kulit
menurun, gejala asidosis, takikardi, penurunan kesadaran hingga koma.
Indonesia memiliki iklim yang panas dan lembab. Hal ini menyebabkan
masyarakat Indonesia lebih rentan mengalami dehidrasi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu presepsi?
1.2.2 Apa itu atensi?
1.2.3 Apa itu implikasi perkembangan kognitif pendidikan?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat menjelaskan presepsi dalam kognitif.
1.3.2 Dapat menjelaskan apa itu atensi.
1.3.3 Dapat menjelaskan apa itu implikasi perkembangan kognitif
pendidikan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PERSEPSI

2.1.1 Pengertian Persepsi


Setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai apa yang dipikirkan,
dilihat, dan dirasakan. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa persepsi menentukan
apa yang akan diperbuat seseorang untuk memenuhi berbagai kepentingan baik
untuk diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan masyarakat tempat berinteraksi.
Persepsi inilah yang membedakan seseorang dengan yang lain. Persepsi
dihasilkan dari kongkritisasi pemikiran, kemudian melahirkan konsep atau ide
yang berbeda-beda dari masing-masing orang meskipun obyek yang dilihat sama.
Berikut pengertian persepsi menurut beberapa ahli (Rahmadani, 2015).

Definisi mengenai persepsi yang sejatinya cenderung lebih bersifat


psikologis daripada hanya merupakan proses penginderaan saja, maka ada
beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti perhatian yang selektif, individu
memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Kemudian ciri-
ciri rangsang, rangsang yang bergerak diantara rangsang yang diam akan lebih
menarik perhatian. Selanjutnya adalah nilai dan kebutuhan individu, dan yang
terakhir pengalaman dahulu. Pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi
bagaimana seseorang mempersepsikan dunianya (Shaleh, 2009).

Persepsi merupakan suatu proses penginderaan, yaitu proses diterimanya


stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.
Namun proses ini tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut
diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses
persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan merupakan proses
pendahuluan dari proses persepsi (Walgito, 2010).
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Drever, 2010). Persepsi merupakan inti komunikasi.

3
Persepsi memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan komunikasi.
Artinya, kecermatan dalam mempersepsikan stimuli inderawi mengantarkan
kepada keberhasilan komunikasi. Sebaliknya, kegagalan dalam mempersepsi
stimulus, menyebabkan mis-komunikasi (Suranto, 2011).

2.1.2 Macam-Macam Persepsi


Menurut Sunaryo (2004) persepsi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu Eksternal Perseption dan Self Perseption
1. Eksternal Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya
rangsang dari luar individu.
2. Self Perseption, yaitu persepsi yang terjadi karena datangnya
rangsang dari dalam individu. Dalam hal ini obyeknya adalah diri
sendiri.

2.1.3 Proses Terjadinya Persepsi


Proses terjadinya persepsi dimulai dari adanya objek yang
menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera. Stimulus
yang diterima alat indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak.
Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga
individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa
yang dirasa. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh
individu dalam berbagai macam bentuk (Walgito, 2010).

2.1.4 Syarat Terjadinya Persepsi


Menurut Walgito (2010) faktor-faktor yang berperan dalam
persepsi yaitu terjadinya stimulasi alat indera dan ditafsirkan.
1. Obyek yang dipersepsi
Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau
reseptor stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi
juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang
langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
2. Alat indera, saraf, dan pusat susunan saraf

4
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima
stimulus. Di samping itu juga harus ada saraf sensori sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf yaitu
otak sebagai pusat kesadaran.
3. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan
adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu
persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.

2.1.5 Sifat Persepsi


Menurut Baihaqi (2007) secara umum ada beberapa sifat persepsi,
antara lain:
1. Bahwa persepsi timbul secara spontan pada manusia, yaitu ketika seorang
berhadapan dengan dunia yang penuh dengan rangsang indera manusia
menerima 3 milyar perdetik, 2 milyar diantaranya diterima oleh mata.
2. Persepsi merupakan sifat paling asli, merupakan titik tolak perbuatan
kesadaran
3. Dalam persepsi tidak selalu dipersepsikan secara keseluruhan, mungkin
hanya sebagian, sedangkan yang lain cukup dibayangkan.
4. Persepsi tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi atau bergantung pada
konteks dan pengalaman berarti pengalaman-pengalaman yang dimiliki
dalam kehidupan sebelumnya.
5. Manusia sering tidak teliti sehingga dia seringkeliru, ini terjadi karena
sering ada penipuan dibidang persepsi. Sesuatu yang nyata pada bayangan.
Selain itu adapula ilusi persepsi yaitu persepsi yang salah sehingga
keadaannya berbeda dengan keadaan yang sebenarnya
6. Persepsi sebagian ada yang dipelajari dan sebagian ada yang bawaan.
Persepsi yang sifatnya dipelajari dibuktikan dengan kuatnya pengaruh
pengalaman terhadap persepsi. Sedangkan yang sifatnya bawaan
dibuktikan dengan dimilikinya persepsi ketingia pada bayi.
7. Dalam persepsi, sifat benda yang dihayati biasanya bersifat permanent dan
stabil, tidak dipengaruhi oleh penerangan, posisi, dan jarak (Permanent

5
Shade).
8. Persepsi bersifat prospektif, artinya mengandung harapan
9. Kesalahan persepsi bagi orang normal, ada cukup waktu untuk
mengoreksi, berbeda dengan orang yang terganggu jiwanya.

2.1.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu
Faktor internal dan faktor eksternal:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dalam
menciptakan dan menemukan sesuatu yang kemudian bermanfaat untuk
orang bayak misalnya. Dalam hal ini faktor internal yang mempengaruhi
persepsi, yaitu usia, pendidikan, dan pekerjaan.
a. Usia
Usia adalah umur individu yang dihitung mulai saat dilahirkan
sampai ulang tahun. Semakin cukup umur, kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Semakin tua umur seseorang semakin konstruktif dalam
menggunakan koping pengetahuan yang diperoleh (Nursalam,
2003). Usia sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan dan
pengalaman seseorang dan semakin cukup umur, tingkat
kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berpikir dan bekerja (Nursalam & Pariani, 2001).
b. Pendidikan
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa orang yang mempunyai
pendidikan tinggi akan memberikan tanggapan yang lebih rasional
dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah atau tidak
berpendidikan sama sekali.
c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu yang dilakukan untuk mencari nafkah.
Masyarakat yang sibuk bekerja hanya memiliki sedikit waktu
untuk memperoleh informasi. Dengan bekerja seseorang dapat

6
berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, memperoleh
pengetahuan yang baik tentang suatu hal sehingga lebih mengerti
dan akhirnya mempersepsikan sesuatu itu positif (Notoatmodjo,
2003).
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah kebalikan dari faktor internal, yaitu faktor yang
berasal dari luar diri seseorang dalam menciptakan dan menemukan
sesuatu. Dalam hal ini faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, yaitu
informasi, dan pengalaman.
a. Informasi
Semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah
pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan
kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003)
b. Pengalaman
Menurut Azwar (2005), pengalaman adalah suatu peristiwa yang
pernah dialami seseorang. Tidak hanya suatu pengalaman sama
sekali dengan suatu obyek cenderung bersifat negatif terhadap
obyek tertentu, untuk jadi suatu dasar pembentukan sikap
pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut
terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
lebih mendalam dan membekas. Menurut Notoatmodjo (2005),
pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat
berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang kita pelajari akan
menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Pengalaman
mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat
proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui
rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi (Rachmat, 2005).

7
2.2 ATENSI
2.2.1 Definisi Atensi

Atensi adalah proses aktif membatasi informasi yang muncul berjuta-


juta yang diterima dari sensorik, memori, dan proses kognitif lainnya sehingga
hanya berfokus kepada suatu informasi yang dianggap penting, sementara
informasi pengganggu lain yang dianggap kurang penting diabaikan.Atensi
merupakan proses kognitif untuk memilih suatu objek dan mempertahankan
untuk tetap fokus memperhatikan objek yang dianggap penting serta
mengambil keputusan dalam menyelesaikan masalah yang terdapat dalam
prosesnya.

Perbedaan atensi dan konsentrasi adalah konsentrasi didefinisikan


sebagai pemusatan dan pengumpulan kesadaran pada suatu pada suatu titik
fokus. Konsentrasi membantu meningkatkan kewaspadaan terhadap keadaan
di sekitar dalam memonitor keadaan sekitar sehingga memudahkan untuk
beradaptasi terhadap keadaan sekitar. Dengan demikian, atensi dan
konsentrasi saling tumpang tindih satu sama lain.

2.2.2 Fungsi Atensi

Atensi berperan penting dalam mempertahankan fungsi kognitif yakni


memori, bahasa, dan fungsi eksekutif. Oleh karena itu, atensi memiliki peran
penting dalam proses belajar. Atensi berperan dalam kecerdasan. Kecepatan
reaksi dan akurasi dalam memproses informasi merupakan faktor yang penting
dalam kecerdasan dimana kecerdasan dihubungkan dengan kecepatan
konduksi neuron. Atensi selalu berperan penting dalam hal ini karena
seseorang harus memfokuskan perhatian kepada suatu rangsang terlebih
dahulu sebelum memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Atensi

1) Usia
Seiring bertambahnya usia seseorang, atensi seseorang akan
mengalami penurunan, terutama pada atensi visual, dimana hal ini
dihubungkan dengan penurunan kemampuan sensorik. Penelitian

8
sebelumnya membuktikan bahwa menurunnya lapangan pandang
menjadi salah satu penyebab menurunnya atensi seiring dengan
bertambahnya usia. Secara alamiah akan terjadi kerusakan dan
apoptosis sel neuron seiring dengan bertambahnya usia yang
diakibatkan oleh radikal bebas, penurunan suplai nutrisi bagi otak, dan
distribusi energi. Hal ini akan menyebabkan atrofi pada korteks dan
melebarnya paraventrikuler yang mengakibatkan penurunan fungsi
kognitif pada seseorang.
2) Jenis Kelamin
Beberapa penelitian menunjukan atensi bahwa laki-laki memiliki
atensi yang lebih baik dibandingkan perempuan. Sedangkan penelitian
selanjutnya yang mengukur fungsi atensi menggunakan Visual
Reaction Time (VRT), Flanker test, dan Stroop test menyatakan hal
yang bertolak belakang, menyatakan bahwa jenis kelamin tidak
menimbulkan perbedaan yang signifikan terhadap atensi.
3) Pengalaman
Seseorang yang lebih sering menggunakan atau memberikan
atensi, memiliki atensi yang lebih baik dibandingkan dengan yang
jarang menggunakan atensi. Hal ini telah dibuktikan dalam penelitian
bahwa seseorang yang memiliki pengalaman bermain video game
action memiliki atensi yang lebih baik dibandingkan seseorang yang
tidak memiliki pengalaman bermain video game action. Hal ini
dikarenakan bermain video game action membutuhkan lebih banyak
atensi, sehingga semakin banyaknya sinapsis antar neuron yang
terbentuk.
4) Latihan
Latihan mempunyai peran penting dalam peningkatan atensi.
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa terjadi peningkatan fungsi
kognitif terutama atensi pada anak yang sehat maupun anak yang
menderita ADHD setelah diberikan intervensi berupa latihan video
game. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa video game
memegang peranan dalam peningkatan atensi visual.

9
5) Hormon
Hormon yang berpengaruh dalam atensi adalah hormon estrogen
dan progesteron. Reseptor estrogen berhubungan dengan fungsi
kognisi yang bergantung pada neurotransmitter dopamin, hal ini akibat
adanya membran asosiasi reseptor estrogen yang memungkinkan
terjadinya ikatan antara kedua inti. Beberapa penelitian menyebutkan
bahwa sintesis progesteron di otak dan aksi autokrin atau parakrin
berperan penting dalam kelangsungan hidup neuron dan pembentukan
selubung myelin sehingga memberikan perlindungan bagi neuron
dalam menjalankan dan meningkatkan fungsi kognitif.
6) Motivasi
Korteks cingulata anterior berperan dalam meregulasi kognitif dan
proses emosional, sebuah studi membuktikan bahwa kemampuan
mengeliminasi eror dipengaruhi oleh afek dan motivasi.

2.2.4 Kelainan Atensi

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) merupakan salah


satu kelainan atensi yang sering dijumpai. Ciri khas dari ADHD
menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder V
(DSM-V) yaitu pola inatensi dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang
persisten yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental.
Inatensi ditandai dengan kesulitan untuk fokus dan mempertahankan
konsentrasi pada suatu objek sehingga mudah beralih pada objek lain
sebelum menyelesaikan tugasnya pada suatu objek sehingga cenderung
terlihat kurang tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Sedangkan hiperaktivitas ditandai dengan aktivitas motorik yang
berlebihan seakan tidak memiliki batas kelelahan.

10
2.3 IMPLIKASI PERKEMBANGAN PROSES KOGNITIF TERHADAP
PENDIDIKAN
Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan peserta didik.
Meskipun proses perkembangan peserta didik mengikuti urutan yang sama,
namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda.
Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan
mempengaruhi kecepatan belajar peserta didik, oleh sebab itu interaksi dalam
bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda
bagi perkembangan penalaran peserta didik. Perlu disadari bahwa penalaran
bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara langsung, namun
perkembangannya dapat disimulasikan.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas
belajar yang berkaian dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan
proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar
kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan tujuan
pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran, tidak lagi
mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik.
Kebebasan dan keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar
amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi peserta didik.
Sedangkan kegiatan pembelajarannya mengikuti prinsip- prinsip sebagai
berikut:
a. Peserta didik bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya
b. Anak usia para sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan
baik, terutama jika menggunakan benda-benda konkrit.
c. Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam belajar amat dipentingkan,
karena hanya dengan mengaktifkan peserta didik maka proses asimilasi
dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
d. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan setruktur kognitif yang telah
dimiliki si belajar.
e. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun

11
dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke
kompleks.
f. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Tugas guru adalah
menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang telah diketahui peserta didik.
g. Adanya perbedaan individual pada diri peserta didik perlu diperhatikan,
karena factor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar pesera didik.
Perbedaaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan
berpikir, pengetahuan awal, dan sebagainya.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2014) menerapan teori


Bruner untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
simetri lipat, menerapkan 3 tahapan kegiatan pembelajaran, yaitu tahap awal,
tahap inti, dan tahap akhir. Strategi ini dipilih karena dipandang dapat
mengoptimalisasikan interaksi semua unsur pembelajaran. Penerapan teori
Bruner dalam pembelajaran dapat menjadikan peserta didik lebih mudah
dibimbing dan diarahkan. Adapun tahapan dalam teori Bruner sebagai berikut:
a. Tahap Enaktif; pada tahap ini pengetahuan dipelajari secara aktif dengan
menggunakan bendabenda konkret atau dengan menggunakan situasi nyata,
b. Tahap Ikonik; pada tahapa ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk
bayangan visual atau gambar yang menggambarkan kegiatan konkret yang
terdapat pada tahap enaktif, dan
c. Tahap Simbolik; pada tahap ini pengetahuan dipresentasikan dalam bentuk
simbol-simbol.
Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
yang sesuai dengan perkembangan intelekstual peserta didik sangat
menetukan untuk dapat tidaknya suatu konsep dipelejari dan dipahami peserta
didik. Terdapat dua fase dalam menerapkan teori belajar Ausubel (Sulaiman,
1988), yaitu:
1. Fase Perencanaan

12
Pada fase perencanaan, guru melakukan beberapa hal seperti dibawah ini,
a) Menetapkan Tujuan Pembelajaran, tahapan pertama dalam kegiatan
perencanaan adalah menetapkan tujuan pembelajaran. Model Ausubel
ini dapat digunakan untuk mengajarkan hubungan antara konsep-
konsep dan generalisasi-generalisasi. Model Ausubel tidak dirancang
untuk mengajarkan konsep atau generalisasi, melainkan untuk
mengajarkan “Organized bodies of content” yang memuat bermacam
konsep dan generalisasi.
b) Mendiagnosis latar belakang pengetahuan peserta didik, model
Ausubel ini meskipun dirancang untuk mengajarkan hubungan antar
konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi dan tidak untuk
mengajarkan bentuk materi pengajaran itu sendiri, tetapi cukup
fleksibel untuk dipakai mengajarkan konsep dan generalisasi, dengan
syarat guru harus menyadari latar belakang pengetahuan peserta didik,
Efektivitas penggunaan model ini akan sangat tergantung pada
sensitivitas guru terhadap latar belakang pengetahuan peserta didik,
pengalaman peserta didik dan struktur pengetahuan peserta didik. Latar
belakang pengetahuan peserta didik dapat diketahui melalui pretes,
diskusi atau pertanyaan.
c) Membuat struktur materi, membuat struktur materi secara hierarkis
merupakan salah satu pendukung untuk melakukan rekonsiliasi
integratif dari teori Ausubel.
d) Memformulasikan Advance Organizer. Advance organizer dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu : Mengkaitkan atau menghubungkan
materi pelajaran dengan struktur pengetahuan peserta didik.
Mengorganisasikan materi yang dipelajari peserta didik.
2. Fase Pelaksanaan
Setelah fase perencanaan, guru menyiapkan pelaksanaan dari model
Ausubel ini. Untuk menjaga agar peserta didik tidak pasif maka guru harus
dapat mempertahankan adanya interaksi dengan peserta didik melalui tanya
jawab, memberi contoh perbandingan dan sebaginya berkaitan dengan ide
yang disampaikan saat itu Guru hendaknya mulai dengan advance organizer

13
dan menggunakannya hingga akhir pelajaran sebagai pedoman untuk
mengembangkan bahan pengajaran.
Langkah berikutnya adalah menguraikan pokok-pokok bahan menjadi
lebih terperinci melalui diferensiasi progresif. Setelah guru yakin bahwa
peserta didik mengerti akan konsep yang disajikan maka ada dua pilihan
langkah berikutnya yaitu:
a) Menghubungkan atau membandingkan konsep-konsep itu melalui
rekonsiliasi integrative dan
b) Melanjutkan dengan difernsiasi progresif sehingga konsep tersebut
menjadi lebih luas.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setiap orang mempunyai persepsi sendiri mengenai apa yang dipikirkan,
dilihat, dan dirasakan. Hal tersebut sekaligus berarti bahwa persepsi
menentukan apa yang akan diperbuat seseorang untuk memenuhi berbagai
kepentingan baik untuk diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan masyarakat
tempat berinteraksi. Persepsi inilah yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Persepsi dihasilkan dari kongkritisasi pemikiran, kemudian
melahirkan konsep atau ide yang berbeda-beda dari masing-masing orang
meskipun obyek yang dilihat sama. Berikut pengertian persepsi menurut
beberapa ahli
Atensi berperan penting dalam mempertahankan fungsi kognitif yakni
memori, bahasa, dan fungsi eksekutif. Oleh karena itu, atensi memiliki peran
penting dalam proses belajar. Atensi berperan dalam kecerdasan. Kecepatan
reaksi dan akurasi dalam memproses informasi merupakan faktor yang penting
dalam kecerdasan dimana kecerdasan dihubungkan dengan kecepatan
konduksi neuron. Atensi selalu berperan penting dalam hal ini karena
seseorang harus memfokuskan perhatian kepada suatu rangsang terlebih
dahulu sebelum memberikan respon terhadap stimulus tersebut.

Teori kognitif menekankan pada proses perkembangan peserta didik.


Meskipun proses perkembangan peserta didik mengikuti urutan yang sama,
namun kecepatan dan pertumbuhan dalam proses perkembangan itu berbeda.
Dalam proses pembelajaran, perbedaan kecepatan perkembangan
mempengaruhi kecepatan belajar peserta didik, oleh sebab itu interaksi dalam
bentuk diskusi tidak dapat dihindarkan. Pertukaan gagasan menjadi tanda
bagi perkembangan penalaran peserta didik. Perlu disadari bahwa penalaran
bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan secara langsung, namun
perkembangannya dapat disimulasikan.

15
3.2 Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sumanto Vania Oktaviani. 2017. “BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA”. Diakses pada


14 Februari 2022, dari
http://eprints.undip.ac.id/56271/3/Vania_Oktaviani_Sujamto_22010113120018_L
ap_KTI_Bab2.pdf

Chabib M. 2017. “BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA”. Dikases pada 23 Februaru


2022 dari http://eprints.umpo.ac.id/3378/3/BAB%202.pdf

Reza Muhammad. 2021. “Teori belajar Kognitif dan implikasinya dalam


pembelajaran”. Diakses pada 19 Februari 2022 dari
https://www.mandandi.com/2021/05/teori-belajar-kognitif-dan-implikasinya.html

17

Anda mungkin juga menyukai