Anda di halaman 1dari 20

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAAN

(RPP)

Satuan Pendidikan : SMA Negeri 11 Bandung


Mata Pelajaran : Ekonomi
Kelas/Semester : XI/II
Materi : Perpajakan dalam Pembangungan Ekonomi (Pertemuan Ke-2)
Alokasi Waktu : 4 × 45 menit

A. Tujuan Pembelajaran
Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran discovery
learning dan problem base learning, siswa dapat menganalisis perpajakan dalam
pembagunan ekonomi, dan menyajikan analisis perbedaan pajak dengan pungutan resmi
lainnya dengan bekerja keras dan bekerja sama.

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator


Kompetensi Dasar Indikator
C. M3.7 Menganalisis a 3.7.1 Mendeskripsikan
t asas dan tantangan pemungutan
e r
perpajakan dalam pajak
pembangunan 3.7.2 Menguraikan jenis-jenis pajak
ekonomi 3.7.3 Mengidentifikasi sistem pemungutan pajak di
Indonesia

4.7 Menyajikan hasil 4.7.1 Mendeskripsikan asas dan tantangan pemungutan


analisis fungsi dan pajak
peran Pajak dalam 4.7.2 Menganalisis jenis-jenis pajak
pembangunan 4.7.3 Mengidentifikasi sistem pemungutan pajak di
ekonomi. Indonesia

(terlampir)
1. Asas Pemungutan Pajak
2. Jenis - Jenis Pajak
3. Sistem Pemungutan Pajak di Indonesia
4. Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia

D. Metode Pembelajaran
Pertemuan
Pendekatan Model Metode Metode/ Teknik
Ke-
2 Saintifik Discovery Learning Diskusi Tanya Jawab
E. Media dan Sumber Belajar
Pertemuan
2
Ke-

Media Power point, Lembar Kerja Siswa

Bahan/Alat Proyektor, Laptop, Papan Tulis, Spidol

1. Firmansyah, Herlan. Diana, Nur diansyah. (2016). Buku Siswa


Aktif dan Kreatif Belajar Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI.
Bandung. Grafindo Media Pratama.
Sumber 2. Adji, W., Suwerli, & Suratno. (2007). Ekonomi untuk SMA/MA
Belajar Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.

3. https://www.pajak.go.id/

F. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Kedua: (4 JP)
a. Indikator
1) Mendeskripsikan asas dan tantangan pemungutan pajak
2) Menguraikan jenis-jenis pajak
3) Mengidentifikasi sistem pemungutan pajak di Indonesia
b. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Waktu
1) Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka, memanjatkan syukur kepada
Tuhan YME dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
2) Guru memeriksa kehadiran peserta didik
PEMBUKAAN sebagai sikap disiplin 20 menit
3) Guru menyiapkan fisik dan psikis peserta
didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
4) Guru melakukan tanya jawab tentang materi
pembelajaran pertemuan sebelumnya
kemudian dihubungkan dengan materi hari
ini
1) Guru meminta peserta didik untuk duduk
berkelompok
2) Guru meminta peserta didik untuk
mempresentasikan materi yang telah
KEGIATAN ditugaskan pada pertemuan sebelumnya. 150 menit
INTI 3) Dengan pembagian tugas sebagai berikut:
 Kelompok 1, mendeskripsikan asas
pemungutan pajak
 Kelompok 2, mendeskripsikan jenis-
jenis pajak
 Kelompok 3, mengidentifikasi sistem
pemungutan pajak di Indonesia
 Kelompok 4, mengidentifikasi alur
administrasi perpajakan dan analisis
serta solusi dari permasalahan yang
terjadi akibat penunggakan pajak PT
Pertamina
 Kelompok 5, analisis permasalahan serta
soluasi dari realisadi penerimaan pajak
di Indonesia
4) Guru mengamati keterampilan peserta didik
secara perorangan dan kelompok dalam
menyusun pertanyaan.
5) Selama penyelidikan, peserta didik didorong
untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang tugas
yang diberikan.
1) Mendorong siswa untuk menyimpulkan,
merefleksi, dan menemukan nilai-nilai yang
dapat dipetik dari aktivitas hari ini.
2) Memberikan penghargaan kepada kelompok
atau individu yang berkinerja baik.
PENUTUP 3) Menginformasikan materi pada pertemuan 10 menit
berikutnya.
4) Menutup pembelajaran dengan mengucapkan
rasa syukur kepada Allah SWT, bahwa
kegiatan pembelajaran kali ini berlangsung
dengan baik dan lancar.

G. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Teknik Penilaian
A. Penilaian Sikap : Observasi
B. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
C. Penilaian Keterampilan : Presentasi
2. Bentuk Penilaian
A. Tes Tertulis : Uraian
B. Unjuk Kerja : Lembar Penilaian presentasi
C. Observasi : Lembar Pengamatan aktivitas siswa
3. Instrumen Penilaian : (terlampir)

Bandung, Februari 2020


Mengetahui,
Guru Pamong Guru Praktikan

Drs. Dede Sunaryo, M.M.Pd Tina Rahmawati Haq


NIP. 19651225200031006 NPM. 41154010160009
MATERI PEMBELAJARAN

A. Asas Pemungutan Pajak


Dalam memungut pajak, institusi pemungut pajak hendaknya memerhatikan berbagai faktor
yang selanjutnya dikenal sebagai asas pemungutan pajak. Pada uraian di bawah ini disajikan
berbagai asas pemungutan pajak menurut para ahli ekonomi.
1) Adam Smith
a. Asas Equality, pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap wajib pajak.
b. Asas Certainty, semua pungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang
melanggar akan dapat dikenai sanksi hokum.
c. Asas Convinience of Payment, pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi
wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru menerima
penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.
d. Asas Efficiency, biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan
sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
2) W.J. Langen
a. Asas Daya Pikul, besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi
pajak yang dibebankan.
b. Asas Manfaat, pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk kegiatan-
kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
c. Asas Kesejahteraan, pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
d. Asas Kesamaan, dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
e. Asas Beban Yang Sekecil-kecilnya, pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga tidak
memberatkan para wajib pajak.

B. Asas-Asas Pemungutan Pajak


Pajak memiliki peran yang amat penting bagi keberlangsungan sebuah negara. Salah
satu perannya adalah sebagai sumber biaya pembangunan. Agar aktivitas perpajakan dapat
berjalan lancar, pemerintah pun menyediakan payung hukum dan asas pemungutan pajak.
Asas perpajakan sendiri merupakan dasar dan pedoman yang digunakan oleh pemerintah
saat membuat peraturan atau melakukan pemungutan pajak. Setidaknya ada tiga asas
pemungutan pajak yang kerap dijadikan pedoman di dunia, yaitu:
1) Asas tempat tinggal. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan domisili atau tempat
tinggal seseorang
2) Asas kebangsaan. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan kebangsaan seseorang.
Sebagai contoh, meskipun ada orang Amerika yang tinggal di Jepang, orang tersebut
tidak bisa diwajibkan untuk membayar pajak karena kebangsaannya bukan Jepang.
3) Asas sumber. Pemungutan pajak dilakukan berdasarkan sumber atau tempat penghasilan
berada.
Sedangkan, di Indonesia kita memiliki tujuh asas pemungutan pajak yang selalu dijadikan
pedoman. Sebagai berikut :

1). Asas Finansial


Berdasarkan asas ini, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan
(finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.
Contoh: Pak Ahmad bekerja sebagai guru honorer dengan pendapatan sekitar Rp15.000.000
per tahun, sedangkan Bu Laila bekerja sebagai Advokat dengan pendapatan sekitar Rp1.000
000.000 per tahun.
Berdasarkan asas finansial, besaran pajak yang harus dibayar kedua orang tersebut tentu
saja berbeda. Berdasarkan asas ini pula, penetapan pungutan pajak yang harus dibayarkan
kedua orang tersebut harus lebih kecil dari pendapatan mereka selama setahun.

2). Asas Ekonomis


Berdasarkan asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan sesuai
dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga tidak boleh
menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan, dengan adanya
pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun negeri ini secara maksimal
tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui skema lain seperti utang luar negeri.

3). Asas Yuridis


Asas yuridis pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945. Selain
itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang, yaitu:
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (KUP).
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).
c. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa, serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
d. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Aturan dan Prosedur Penagihan Pajak
dengan Surat Paksa.
e. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
f. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak yang Berlaku di
Indonesia.
g. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

4). Asas Umum


Asas pemungutan pajak yang selanjutnya adalah asas umum. Berdasarkan asas ini,
pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik pemungutan
maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk masyarakat Indonesia.
5). Asas Kebangsaan
Berdasarkan asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan
pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa
pernah sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang
mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.

6). Asas Sumber


Asas sumber merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan
berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya
diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.
Sebagai contoh, Pak Ahmad merupakan warga Indonesia yang tinggal dan bekerja di
Australia, meskipun secara dokumen kebangsaan Pak Ahmad adalah WNI tetapi berdasarkan
sumber pendapatannya Pak Ahmad tidak wajib membayar PPH yang dipungut oleh
pemerintah Indonesia.

7). Asas wilayah


Asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak. Contohnya, Bu Laila
merupakan WNI yang tinggal di Taiwan, maka menurut asas wilayah, baik rumah maupun
barang yang digunakan Bu Laila tidak wajib dikenai pajak oleh pemerintah Indonesia.
Sebaliknya, jika ada WNA yang tinggal di Indonesia dalam jangka waktu tertentu, WNA
tersebut wajib dikenai pajak berdasarkan hukum yang berlaku di negeri ini.

C. Jenis-Jenis Pajak
1) Pajak Berdasarkan Golongan
Berdasarkan golongan atau sistem pemungutannya, definisi pajak terbagi menjadi dua,
yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.
 Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan secara berkala kepada wajib pajak
dan tidak bisa dialihkan ke orang lain. Contoh pajak langsung, yaitu pajak
penghasilan (PPh) dan pajak bumi dan bangunan (PBB).
 Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut saat periode tertentu dan bisa
dialihkan ke orang lain. Contoh pajak tidak langsung, yakni pajak pertambahan
nilai (PPN) dan pajak atas barang mewah.
2) Pajak Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, pajak terbagi menjadi dua, yakni pajak subjektif dan pajak
objektif.
 Pajak subjektif adalah pajak yang diambil berdasarkan kondisi dan kemampuan
wajib pajak, seperti pajak penghasilan dan pajak kekayaan.
 Pajak objektif adalah pajak yang diambil berdasarkan kondisi objek, tanpa
memperhatikan kondisi dari wajib pajak, seperti pajak impor, pajak kendaraan
bermotor (PKB), PPN, bea materai, serta bea masuk.
3) Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut
Berdasarkan instansi pemungut, pajak terbagi menjadi dua, yaitu pajak negara (pusat)
dan pajak daerah (lokal).
 Pajak negara (pusat) adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat lewat
instansi Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak), Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai (Ditjen Bea dan Cukai) dan kantor inspeksi pajak yang ada di banyak
daerah. Contoh pajak negara adalah pajak penghasilan, PPN, bea materai, bea
masuk, PBB, dan pajak minyak dan gas (pajak migas).
 Pajak daerah (lokal) adalah pajak yang dipungut oleh masing-masing pemerintah
daerah (Pemda), biasanya dilakukan oleh Pemda Tingkat I dan Tingkat II. Contoh
pajak daerah adalah pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak reklame,
pajak kendaraan bermotor, dan pajak bahan bakar.
4) Pajak Berdasarkan Subjeknya
Menurut Subjeknya, pajak dapat dibagi menjadi pajak orang pribadi dan pajak badan:
 Pajak orang pribadi, yaitu pajak yang dikenakan bagi seseorang atau seorang
wajib pajak, seperti PPh
 Pajak badan, yaitu pajak yang dikenakan pada sebuah badan usaha atau
organisasi, seperti PT, CV, atau Yayasan

D. Sitem Pemungutan Pajak


Sistem pemungutan pajak merupakan sebuah mekanisme yang digunakan untuk menghitung
besarnya pajak yang harus dibayar wajib pajak ke negara.
Di Indonesia, berlaku 3 jenis sistem pemungutan pajak, yakni:
1) Self Assessment System.
2) Official Assessment System.
3) Withholding Assessment System.
Agar dapat membedakan ketiga sistem tersebut, mari kita ulas satu per satu pengertian
masing-masing sistem pemungutan pajak tersebut :

1) Self Assessment System


Self Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang membebankan
penentuan besaran pajak yang perlu dibayarkan oleh wajib pajak yang bersangkutan.
Dengan kata lain, wajib pajak merupakan pihak yang berperan aktif dalam menghitung,
membayar, dan melaporkan besaran pajaknya ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) atau
melalui sistem administrasi online yang sudah dibuat oleh pemerintah.
Peran pemerintah dalam sistem pemungutan pajak ini adalah sebagai pengawas dari para
wajib pajak. Self assessment system diterapkan pada jenis pajak pusat.
Contohnya adalah jenis pajak PPN dan PPh. Sistem pemungutan pajak yang satu ini
mulai diberlakukan di Indonesia  setelah masa reformasi pajak pada 1983 dan masih
berlaku hingga saat ini.
Namun, terdapat konskuensi dalam sistem pemungutan pajak ini. Karena wajib pajak
memiliki wewenang menghitung sendiri besaran pajak terutang yang perlu dibayarkan,
maka wajib pajak biasanya akan mengusahakan untuk menyetorkan pajak sekecil
mungkin.
Ciri-ciri sistem pemungutan pajak Self Assessment:
 Penentuan besaran pajak terutang dilakukan oleh wajib pajak itu sendiri.
 Wajib pajak berperan aktif dalam menuntaskan kewajiban pajaknya mulai dari
menghitung, membayar, hingga melaporkan pajak.
 Pemerintah tidak perlu mengeluarkan surat ketetapan pajak, kecuali  jika wajib
pajak telat lapor, telat bayar pajak terutang, atau terdapat pajak yang seharusnya
wajib pajak bayarkan namun tidak dibayarkan.

2) Official Assessment System


Official Assessment System merupakan sistem pemungutan pajak yang
membebankan wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus atau
aparat perpajakan sebagai pemungut pajak.
Dalam sistem pemungutan pajak Official Assessment, wajib pajak bersifat pasif dan
pajak terutang baru ada setelah dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus.
Sistem pemungutan pajak ini bisa diterapkan dalam pelunasan Pajak Bumi Bangunan
(PBB) atau jenis pajak daerah lainnya.
Dalam pembayaran PBB, KPP merupakan pihak yang mengeluarkan surat ketetapan
pajak berisi besaran PBB terutang setiap tahunnya.
Jadi, wajib pajak tidak perlu lagi menghitung pajak terutang melainkan cukup membayar
PBB berdasarkan Surat Pembayaran Pajak Terutang (SPPT) yang dikeluarkan oleh KPP
tempat objek pajak terdaftar.
Ciri-ciri sistem perpajakan Official Assessment:
 Besarnya pajak terutang dihitung oleh petugas pajak.
 Wajib pajak sifatnya pasif dalam perhitungan pajak mereka.
 Pajak terutang ada setelah petugas pajak menghitung pajak yang terutang dan
menerbitkan surat ketetapan pajak.
 Pemerintah memiliki hak penuh dalam menentukan besarnya pajak yang wajib
dibayarkan.

3) Withholding System
Pada Withholding System, besarnya pajak dihitung oleh pihak ketiga yang bukan
wajib pajak dan bukan juga aparat pajak/fiskus.
Contoh Witholding System adalah pemotongan penghasilan karyawan yang dilakukan
oleh bendahara instansi terkait. Jadi, karyawan tidak perlu lagi pergi ke KPP untuk
membayarkan pajak tersebut.
Jenis pajak yang menggunakan withholding system di Indonesia adalah PPh Pasal 21,
PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, PPh Final Pasal 4 ayat (2) dan PPN.

E. Alur Administrasi Perpajakan di Indonesia


INSTRUMEN PENILAIAN
A. Penilaian Pengetahuan
Pertemuan Ke – 2

Lembar Kerja Peserta Didik

Nama :
Kelas :

1. Carilah syarat subjektif dan syarat objektif wajib pajak?


2. Apakah mungkin seorang anak dibawah umur 18 tahun memiliki penghasilan diatas PTKP?
Lalu apakah mereka bisa membayar pajak penghasilan sementara umur minimal untuk
memiliki NPWP adalah 18 tahun? Berikan tanggapan dan contoh mengenai pernyataan
diatas!

Penyelesaian :

1. Dalam Undang-undang Nomor 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (untuk selanjutnya disebut UU KUP)  tepatnya di penjelasan Pasal 2 ayat 1
disebutkan :
1) Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek
pajak dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
2) Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau
memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan
sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.
Ketentuan Subjek Pajak dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1983
Tentang Pajak Penghasilan Sebagaimana Telah Beberapa Kali Diubah Terakhir Dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 pasal 2 adalah sebagai berikut:
Yang menjadi Subjek Pajak adalah :
1) Orang pribadi;
2) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak;
3) Badan;
4) Bentuk usaha tetap.
Subjek Pajak terdiri dari Subjek Pajak dalam negeri dan Subjek Pajak luar negeri.
Yang dimaksud dengan Subjek Pajak dalam negeri adalah :
1) Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi yang berada di
Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia;
2) Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia;
3) Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

Yang dimaksud dengan Subjek Pajak luar negeri adalah :


1) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia;
2) Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak
lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,
dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang dapat
menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Sedangkan ketentuan mengenai objek pajak tercantum dalam pasal 4 sebagai berikut:
Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk:
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-
undang ini;
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
3) Laba usaha;
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : Keuntungan
karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai
pengganti saham atau penyertaan modal; Keuntungan yang diperoleh perseroan,
persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham,
sekutu, atau anggota; Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; Keuntungan karena pengalihan
harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya;
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
8) Royalti;
9) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;
10) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12) Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
13) Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14) Premi asuransi;
15) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
16) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.

Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan


dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta
berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Jadi demikianlah syarat subjektif dan syarat objektif yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban perpajakan.
2. Anak dibawah umur 18 tahun dan sudah berpenghasilan belum dapat membayar pajak
karena minimal untuk mendapatkan NPWP umur diatas 18 tahun, berikut penjelasannya
NPWP adalah kartu identitas Wajib Pajak. Setiap orang yang memenuhi syarat Objektif dan
Subjektif wajib untuk melaksanakan kewajiabn perpajakannya. Syarat Subjektif adalah jika
anda telah lahir ke dunia dan bertempat tinggal di Indonesia melebihi 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan. Lalu syarat Objektifnya adalah jika seseorang tersebut memiliki
penghasilan diatas PTKP.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016, besar PTKP


wajib pajak orang pribadi sejumlah Rp54.000.000, Jika seorang anak berumur 15 tahun
menandatangani kontrak untuk bermain film dengan proses syuting +6 bulan dan dibayar
sejumlah Rp.10.000.000 per bulannya, tentunya jumlah penghasilan anak tersebut sudah
terhitung menjadi penghasilan wajib pajak.
Menurut UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 7: " Penghasilan anak yang belum dewasa
dari mana pun sumber penghasilannya dan apapun sifat pekerjaannya digabung dengan
penghasilan orang tuanya dalam tahun pajak yang sama.”
UU PPh yang sama dengan Pasal 8 juga menyebutkan: “Sistem pengenaan pajak
berdasarkan Undang-Undang ini menempatkan keluarga sebagai satu kesatuan ekonomis,
artinya penghasilan atau kerugian dari seluruh anggota keluarga digabungkan sebagai satu
kesatuan yang dikenai pajak dan pemenuhan kewajiban pajaknya dilakukan oleh kepala
keluarga. Akan tetapi, dalam kasus tertentu pemenuhan kewajiban pajak tersebut dilakukan
secara terpisah.
Anak yang belum berusia 18 tahun dan belum menikah belum dapat melakukan pembayaran
pajak. Oleh karena itu, penghasilan sesorang yang dibawah 18 tahun tersebut akan di
gabungkan dengan orang tua nya ibu atau ayahnya, kemudian akan dihitung jumlah pajak
terhutangnya. Apabila seorang anak belum dewasa, tetapi orangtuanya telah berpisah,
menerima atau memperoleh penghasilan, pengenaan pajaknya digabungkan dengan
penghasilan ayah atau ibunya berdasarkan keadaan sebenarnya.
Bedasarkan hal diatas, apabila seseorang memenuhi syarat secara subjektif perpajakan
ataupun objektif perpajakan maka, wajib untuk melakukan atau menunaikan perpajakannya
Apabila orang tersebut masih belum ianggap dewasa dan tidak boleh melakukan suatu
perbuatan hukum, maka yang akan diwakili oleh orang tuanya sebagaimana yang diatur
dalam UU PPh.
Contoh Kasus:
Baim cilik adalah seorang artis cilik. Dia bermain dalam Sinetron Tarzan Cilik pada tahun
2010. Pada Mei 2010 Baim menandatangani kontrak untuk bermain sebanyak 60 episode
dalam sinetron tersebut, dengan honor sebesar Rp6.000.000 per episode. Rinciannya adalah
10 episode bulan Mei, 20 episode bulan Juni, dan 30 episode bulan Juli. Hitunglah PPh 21
yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Baim?
Jawaban:
PPh 21 Mei 2010
Penghasilan Bruto = (10 episode x Rp6.000.000) x 50% = Rp30.000.000
PPh 21 = Rp30.000.000 x 5% = Rp1.500.000
PPh 21 Juni 2010
Penghasilan Bruto = (20 episode x Rp6.000.000) x 50% = Rp60.000.000
PPh 21 = Rp60.000.000 x 5% = Rp3.000.000
PPh 21 Juli 2010
Penghasilan Bruto = (30 episode x Rp6.000.000) x 50% = Rp90.000.000
PPh 21 = Rp60.000.000 x 5% = Rp3.000.000
= Rp30.000.000 x 15% = Rp4.500.000
Total PPh 21 = Rp7.500.000
https://www.pajakku.com/read/5dc3f218387af773a9e01112/Anak-di-bawah-umur-
berpenghasilan-apakah-wajib-bayar-pajak?
https://bijakpajakkita.wordpress.com/2016/06/22/syarat-subjektif-dan-syarat-objektif-
wajib-pajak/

B. Penilaian Keterampilan
RUBIK PENILAIAN
PERSENTASI EKONOMI :

Rata-
Kriteria Penilaian Rata
Nilai
No Nama Siswa
Gestur Media Persentasi
Penguasaan Percaya
(Body Intonasi
Materi Diri Isi Alat/
Langunge) Kreatifitas
Materi Intrumen
                 
                 
                 
1                  
                 
                 
                 
Skor                
                 
                 
                 
2                  
                 
                 
                 
Skor                
                 
                 
                 
3                  
                 
                 
                 
Skor                
                 
                 
                 
4                  
                 
                 
                 
Skor                

CATATAN PRESENTASI
No Kelompok Catatan

1
   

2
   

3
   

4
   

KRITERIA PENILAIAN

Kriteria Indikator Nilai Indikator Nilai Kuantitatif


90 - 100 Memuaskan 4
79 - 89 Baik 3
75 - 78 Cukup 2
< 75 Kurang Cukup 1

CATATAN
Bandung, Februari 2020
Penilaian

(.............................................)
C. Penilaian Sikap
Penilaian sikap terhadapa peserta didik dapat dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Penilaian dapat dilakukan dengan observasi/pengamatan.

Petunjuk :
Pilihlah salah satu skor pada kolom skor sesuai aspek pengamtan sikap-sikap yang
ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut:
4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak
melakukan.
2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan sesuai pernyataan dan sering
tidak melakukan.
1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan sesuai pernyataan
Skor
No Aspek Pengamatan (Sikap Spiritual) = SP
1 2 3 4
1 Berdoa sebelum dan sesudah melakukan sesuatu
2 Memberi salam sebelum dan sesudah
menyampaikan pendapat/presentasi
3 Memelihara hubungan baik dengan sesame umat
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
4 Menjaga Lingkungan hidup di sekitar sekolah dan
masyarakat
Skor
No Aspek Pengamatan (Sikap Disiplin) = D
1 2 3 4
1 Masuk kelas tepat waktu
2 Mengumpulan tugas tepat waktu
3 Mengerjakan tugas yang diberikan
4 Tertib dalam mengikuti pembelajaran
5 Membawa buku tulis sesuai mata pelajaran
Skor
No Aspek Pengamatan (Sikap Toleransi) = T
1 2 3 4
1 Menghormati pendapat teman
Menghormati teman yang berbeda suku, agama,
2
ras, budaya, dan gender
Menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan
3
pendapatnya
Skor
No Aspek Pengamatan (Sikap Santun) = S
1 2 3 4
1 Menghormati orang yang lebih tua
Mengucapkan terima kasih setelah menerima
2
bantuan orang lain
Menggunakan bahasa santun saat menyampaikan
3
pendapat
Jumlah Skor
Penskoran:
Skor Perolehan
Nlai Akhir = x 100 %
Skor Maksimal

Kategori:
Baik = 80 – 100
Cukup = 60 – 79
Kurang = < 60
PENILAIAN PENGETAHUAN, PENILAIAN SIKAP, DAN PENILAIAN KETERAMPILAN
KELAS XI IPS 3
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
PENILAIAN
SKO SKO
Penilaian Penilaian Sikap KETERAMPIL
N R R
Nama pengetahu AN
o
an SP SP SP SP D D D D D T T T S S S
1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 1 2 3
1 ADHISTY
2 ADITYA
3 ADZRIEL
4 AJENG
5 ALIFIA
6 ANDREY
7 APRIANDI
8 ARIEL
9 ASYIFA
10 BADAI
11 DANIEL
12 DEVRANS
13 FADANE
14 FATIMAH
15 GHINA
16 HANA
17 ILHAM
18 ITSNI
19 KHOLIFA
20 MAHARAN
I
21 LUKMAN
22 KA`AB
23 RAFLY
24 SHADAM
25 NAJLA
26 NAMIRA
27 NENENG
28 RAFLI
29 REGA
30 RIZAL
31 SADILLAH
32 SALSABIL
A
33 SOPIA
34 TAFAREL
35 TRIANA
36 VINCENTI
US

Anda mungkin juga menyukai