Diah Widiastuti
Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The research problems are include (1) How is the cooperative model type talking stick which is
helped multimedia quiz creator to improve the senior high school students’ folklore attentive skill. (2)
how is the principles of cooperative model type talking stick development which is helped by
multimedia quiz creator to improve the senior high school students’ folklore attentive skill. This
research uses research and development design (R&D), this research developes model which have
been exist that is cooperative model type talking stick into cooperative model type talking stick which
is helped by multimedia quiz creator. The results of the researches are : (1) the teacher and students’
72
Diah Widiastuti / BELIA 3 (2) (2014)
need toward to cooperative model type talking stick which is helped by multimedia quiz creator. (2)
cooperative model type talking stick priciples are (a) innovative learning strategy, (b) innovative
learning media, (c) assessment. Behavior is one of the things that attach to human beings, response
to stimulus, all the things that is done, our various possible movement whether deliberate or not.
Behavior of autism children is clearly different to normal children, since autism is a disorder in which
the children get difficulties in communicating with the others. The objectives of this study are to
observe the behavior of the children with special needs of autism disorder in Semarang State
Outstanding School in the year 2014, to understand the communication and social relationship in
their surroundings, and to know the intervention of children’s behavior with autism disorder. The
researcher used qualitative method, is that in collecting the data the researcher did observation,
interview, and documentation technique. The informants were the teacher, mother, and the therapist
of autism children in Semarang State Outstanding School. Meanwhile, in term of analysis
researcher used data reduction, data presentation, conclusion, and verification. The data legality
was defined by triangulation technique. The result of the study shows that both subjects of DNA and
BGS are normal birth and do not show any differences of growth until their age entering 2-3 years
old. Over all, their behavior shows contradiction, the DNA of mild autism shows deficient behavior
and it is showed by ekolalia (word repeating), while BGS in serious category showing more excessive
behavior such as rage violently, tufting, and screaming. Communication and social relationship of
that two subjects also the same as the other autism children, they still get difficulties in interacting
with the others. In a row with their behavior, the intervention to them is also different. Intervention
that is given to DNA tends to by words, with strong stressing of clear voice and piercing. Whereas
BGS with serious category, intervention that is given tends to physical treatment because of their
excessive behavior, such as aggressive and hurting someone else, treating by words with stressing will
not affect to themselves.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6382
Gedung A3 Lantai 1 FIP Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati,
Semarang, 50229 E-mail: pgpaud@unnes.ac.id
73
Diah Widiastuti / BELIA 3 (2) (2014)
74
Diah Widiastuti / BELIA 3 (2) (2014)
DIKS-HAMIDAH.pdf diunduh: 20 agustus 2013 pkl. SLB Negeri Semarang. Sampel dalam penelitian
17.59.) kualitatif disebut dengan narasumber atau
Hakikat pendidikan sendiri yaitu partisipan atau informan (Sugiyono, 2010:298).
memanusiakan manusia, mengembangkan Sampel atau informan dalam penelitian ini akan
potensi dasar peserta didik agar berani dan ditemukan saat peneliti terjun ke lapangan dan
mampu menghadapi problema yang dihadapi mencari informan atau partisipan seperti guru
tanparasa tertekan, mampu dan senang atau terapis yang ada berada di SLB Negeri
meningkatkan fitrahnya sebagai khalifah di muka Semarang. Informan penelitian dalam penelitian
bumi. Orang tua mengharapkan anaknya terlahir ini adalah 2 orang anak autis, orang tua, guru,
dalam kondisi yang normal secara fisik maupun dan terapis.
mental yang beragam sehingga mempengaruhi Teknik pengumpulan data yaitu:
kemampuan mereka untuk mengikuti pendidikan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik
secara normal (Harizal, dalam Mudjito,dkk. analisis data yang digunakan dengan model
2012) Miles dan Huberman (Sugiyono, 2010)
Perilaku anak autis yang satu dengan anak menyebutkan ada tiga macam kegiatan dalam
lain pastinya juga berbeda, karena lingkungan analisis data kualitatif, yaitu: reduksi data,
rumahnya berbeda, interaksinya juga pasti penyajian data, penarikan kesimpulan. Teknik
berbeda, dan juga intervensi keluarga anak keabsahan data yang digunakan adalah
tersebut lebih dini dilakukan atau tidak. Atas triangulasi data. Triangulasi yang digunakan
latar belakang tersebut di atas maka penulis dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber,
tertarik melakukan penelitian tentang perilaku triangulasi waktu, dan triangulasi teknik.
anak dengan gangguan autisme yaitu dengan
judul : “Perilaku Anak Berkebutuhan Khusus HASIL DAN PEMBAHASAN
Gangguan Autisme di SLB Negeri Semarang
Tahun 2014”. 1. Perilaku anak dengan gangguan autisme di
Rumusan dalam penelitian ini yaitu: (1) SLB Negeri Semarang tahun 2014
Bagaimanakah perilaku anak dengan gangguan a. Sejarah anak (Prenatal, natal, postnatal)
autisme di SLB Negeri Semarang tahun 2014 ?; 1) Masa Prenatal(sebelum kelahiran)
(2) Bagaimanakah hubungan sosial dan Pada masa ini, sangatlah fatal jika tidak
komunikasi anak dengan gangguan autisme di mendapatkan asupan makanan yang bergizi atau
lingkungan sekitarnya?; Bagaimanakah sangat rentan jika mengalami adanya gangguan
intervensi terhadap perilaku anak dengan sekecil apapun termasuk stres yang dialami sang
gangguan autisme? ibu. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) Untuk dengan ibu DNA dan ibu BGS dapat
mengetahui perilaku anak dengan gangguan disimpulkan bahwa saat masa kehamilan, kedua
autisme di SLB Negeri Semarang tahun 2014; (2) orang tua anak penyandang autisme ini baik ibu
Untuk mengetahui hubungan sosial dan dari DNA maupun ibu dari BGS mengalami
komunikasi anak dengan gangguan autisme di stres. Dan untuk sementara waktu pemikiran
lingkungan sekitarnya; (3) Untuk mengetahui mereka yang menyebabkan anak mereka
intervensi terhadap perilaku anak dengan mengalami autisme adalah karena ‘stres’ yang
gangguan autisme. mereka alami saat hamil. Penyebab yang terjadi
sebelum kelahiran, kemungkinan sang ibu
METODE PENELITIAN mengalami trauma (Samad Sumarna dkk,
2013:11).
Pendekantan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 2) Masa Natal (saat Kelahiran)
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret- Masa dimana anak dilahirkan, proses
April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah persalinan yang dialami oleh seorang ibu, dan
75
Diah Widiastuti / BELIA 3 (2) (2014)
macam proses kelahiran diantaranya adalah sibuk dengan dirinya sendiri ketimbang
kelahiran normal, kelahiran sesar, serta kelahiran bersosialisasi dengan lingkungan.
vakum. Menurut Hurlock (dalam Rachmayana, Berdasarkan hasil pengamatan subjek
2013:35) penyebab anak mengalami kecacatan pertama masih sulit melakukan interaksi dengan
juga bisa disebabkan oleh kerusakan yang terjadi orang lain bahkan saat diajak berbicara. Harus
pada saat proses kelahiran. dengan perlakuan berulang-ulang dan keadaan
Berdasarkan hasil wawancara yang individu tersebut ingin merespon atau tidak.
dilakukan dengan kedua orang tua anak Subjek pertama menampakkan gejala adanya
penyandang autisme, jika kedua subjek interaksi dengan orang lain walaupun jika anak
mengalami proses kelahiran yang normal. Secara dalam keadaan moody. Sedangkan Subjek kedua
fisik, anak juga terlihat normal, menangis saat juga kurang dalam merespon interaksi sosial.
dilahirkan layaknya anak biasa saat dilahirkan. Bedanya, subjek kedua tidak bisa merespon balik
apa yang ditanyakan kepadanya karena anak
3) Masa Postnatal (setelah kelahiran) mengalami keterlambatan bicara. Anak mengerti
Masa postnatal merupakan masa dimana apa yang diperintahkan namun tidak bisa
anak menjalani kehidupan awalnya, merespon balik dengan ucapan, perintah yang
pertumbuhan dan perkembangan fisik dapat diberikan juga merupakan perintah sederhana
terlihat saat anak menginjak tahun pertama seperti lepas celana, duduk, makan, dsb.
kelahirannya. Kelainan yang terjadi saat anak di
luar kandungan misalnya adanya kecelakaan, c. Perilaku, minat dan Kegiatan
bencana alam, sakit, keracunan dan sebagainya Dilihat dari segi perilaku, anak penderita
(Hargio Santoso, 2012:6). autisme memiliki perilaku yang berbeda dengan
Untuk kedua subjek, awal kelahiran perilaku anak normal. Untuk dapat
mereka tidak menampakkan adanya keanehan membedakan perilaku anak autis dengan
perkembangan baik fisik maupun psikisnya. perilaku anak normal sebaiknya kita mengetahui
Anak berkembang layaknya anak normal biasa terlebih dahulu perkembangan perilaku anak
hingga anak mencapai usia tahap awal normal, agar dapat mendeteksi secara dini bila
perkembangan. Anak memperlihatkan terlihat perilaku menyimpang dan dapat melihat
keterlambatan perkembangan yakni sejauh mana keterlambatan perkembangan dari
keterlambatan bicara saat menginjak usia 2-3 anak yang mengalami hambatan perkembangan
tahun serta tidak meresponnya anak terhadap perilakunya.
panggilan dan juga tidak fokusnya pandangan Menurut Handojo (2003:10) perilaku
mata anak. merupakan segala tingkah laku seorang individu
baik kecil maupun besar yang dapat dilihat,
b. Interaksi Sosial
Gangguan autisme mempengaruhi didengar dan dirasakan (oleh indera perasa di
kemampuan seseorang dalam bidang kulit, dan bukan yang dirasakan di hati) oleh
komunikasi, perilaku minat dan aktivitas, dan orang lain atau diri sendiri. Perilaku meliputi
salah satunya adalah interaksi sosial. Gangguan
gerakan-gerakan atau aksi-aksi baik berupa
interaksi yang sering dijumpai pada seseorang
yang menderita gangguan autisme biasanya gerakan yang beraturan atau tidak beraturan,
adalah menghindari kontak mata. Anak tidak sengaja ataupun tidak sengaja,berguna ataupun
merespon saat dipanggil, karena tidak merespon tidak berguna, dan berbicara atau suara. Untuk
anak sering dikira tuli. Anak menolak untuk
melihat perkembangan perilaku seorang anak
berinteraksi dengan orang lain dan cenderung
menghindar karena lebih tertarik berinteraksi dengan autisme dapat terdeteksi dan diobservasi
dengan obyek. Anak penderita autisme terbiasa saat anak menginjak usia 2 tahun.
76
Diah Widiastuti / BELIA 3 (2) (2014)
77
Diah Widiastuti / BELIA 3 (2) (2014)
BGS hal tersebut tidak berpengaruh. Guru menginginkan sesuatu anak tidak melakukan
berulang-ulang memanggil nama BGS, sama komunikasi untuk memenuhi apa yang mereka
halnya dengan subjek pertama yang dipanggil inginkan melainkan menggunakan tindakan.
namanya berulang-ulang akhirnya merespon hal DNA sudah bisa mengucapkan satu kata jika
tersebut tidak berlaku untuk BGS. Sehingga menginginkan sesuatu walaupun sedikit, namun
intervensi yang dilakukan guru untuk membuat BGS sama sekali tidak bisa berbicara jika bisa
BGS fokus adalah dengan tindakan, yakni bicaranya hanya bergumam atau tidak jelas kata-
dengan cara mendekap BGS dan membantu anak kata yang keluar dari mulutnya.
secara langsung. Intervensi dini yang dilakukan kedua
Semakin dini anak terdiagnosis dan orang tua anak dengan gangguan autisme adalah
terintervensi, semakin besar pula kemungkinan sama-sama membawa anak untuk diterapi dan
untuk sembuh.Mereka dinyatakan sembuh bila menyekolahkan anak di sekolah luar biasa SLB
gejalanya tidak muncul kembali dan anak dapat Negeri Semarang. Namun, intervensi terhadap
berbaur dengan masyarakat seperti layaknya perilaku mereka berbeda satu sama lain, dimana
anak normal. Fakta yang ada sehingga mereka DNA yang tergolong autisme kategori ringan
dinyatakan sembuh jika mereka memiliki gejala ketika tidak merespon interaksi apapun
yang ringan seperti, cukup cepat dalam belajar penanganan yang diberikan adalah melakukan
bicara (sebanyak 20% peyandang autisme tidak kontak mata agar fokus. Sedangkan BGS yang
bisa bicara hingga dewasa), 50% lebih tergolong kategori berat intervensi terhadap
penyandang mempunyai kecerdasan kurang, dirinya ketika perilakunya tidak terkontrol adalah
melakukan intervensi dini dengan intensif saat dengan tindakan seperti memegang
anak berusia 2-5 tahun (Maulana, 2007:20). tangannya.Intervensi dilakukan dengan harapan
semakin dini terdiagnosis dan terintervensi maka
SIMPULAN akan semakin besar kesempatan anak untuk
sembuh.
Perilaku anak berkebutuhan khusus
dengan gangguan autisme dalam kesehariannya DAFTAR PUSTAKA
berbeda satu sama lain meskipun gangguan
mereka sama. Secara keseluruhan, perilaku Delphie, Bandi. 2009. Pendidikan Anak Autistik. Klaten:
mereka menampakkan perbedaan dimana DNA PT Intan Sejati.
mengalami gangguan autisme yang tergolong Handojo. 2003. Autisma. Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer.
ringan sedangkan BGS mengalami gangguan
Homdijah, Siti. 2013. Makalah autis. on Line at
autisme kategori berat.DNA yang autisme ringan
http://sitihomdijah/makalah autis.pdf
menunjukkan perilaku yang berkekurangan
[diakses tanggal 17 September 2013 Pkl 12.03]
(deficient) ditunjukkan dengan ekolalia Maulana, Mirza. 2007. Mendidik Anak Autis Dan
(pengulangan kata), sedangkan BGS yang Gangguan Mental Lain Menuju Anak Cerdas Dan
tergolong kategori berat juga lebih menunjukkan Sehat. Yogyakarta: Kata Hati.
perilaku yang berlebihan (excessive) seperti Mudjito, Harizal,dkk. 2012. Pendidikan Inklusif.
mengamuk, menjambak, berteriak. Jakarta: Baduose Media Jakarta.
Hubungan sosial dan komunikasi dengan Prasetyono. 2008. Serba-serbi Anak Autis. Yogyakarta:
lingkungan sekitar anak autis sama seperti anak DIVA Press.
Santoso, Hargio. 2012. Cara Memahami & Mendidik
dengan autisme lainnya yakni anak masih
Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta:
kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain,
Goysen Publishing.
untuk berbicara saja mereka masih mengalami Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif
keterlambatan bicara. Respon anak cenderung dan R&D. Bandung: Alfabeta.
cuek, menunjukkan ekspresi datar, dan tidak
mengetahui apa yang harus dilakukan jika
sesuatu terjadi di lingkungan sekitarnya. Jika
78