Skripsi
Oleh:
ISNIA PRIJAYANTI
NIM: 1110070000048
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) April 2015
C) Isnia Prijayanti
D) Pengaruh Beban Kerja dan Dukungan Sosial terhadap Burnout pada Karyawan
PT. X
E) xii + 87 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh beban kerja dan dukungan
sosial terhadap burnout pada karyawan PT. X. Penulis berteori bahwa beban
kerja (physical demand, effort, mental demand, temporal demand, frustration
level, dan performance) dan dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan) mempengaruhi
burnout yang terjadi pada karyawan bank.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari
variabel beban kerja terhadap burnout.Hasil uji hipotesis minor yang menguji
pengaruh dari keenam dimensi beban kerja hanya dua dimensi dari beban kerja
yang berpengaruh terhadap burnout, yaitu mental demand dan frustration level
sedangkan dukungan sosial tidak berpengaruh terhadap burnout pada karyawan.
v
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) April 2015
C) Isnia Prijayanti
D) Effect of Workload and Social Support for the Employee Burnout PT. X
E) xii + 87 pages + 11 attachments
F) This study was conducted to determine the effect of workload and burnout social
support to the employees of PT. X. The authors theorized that the workload
(physical demand, effort, mental demand, temporal demand, frustration level,
and performance) and social support (emotional support, instrumental support,
support information, support friendship) affect burnout happens to the employees
of the bank.
The results showed that there was a significant effect of the variable workload
against minor burnout.Hasil hypothesis testing that examines the effect of the six
dimensions of workload only two dimensions of workload that affect burnout,
mental demand and frustration that while the level of social support had no effect
against burnout on employees.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat
Nya kepada manusia. Banyak pihak yang telah membantu sehingga karya ini
terselesaikan, maka penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Bapak Dr. Abdul
Rahman Shaleh, M.Si,Wakil Dekan Fakultas Psikologi serta jajarannya yang
telah memfasilitasi mahasiswa dalam rangka menciptakan lulusan yang
berakhlak dan berkualitas.
2. Ibu Desi Yustari Muchtar, M.Psi.,Psi selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan ketulusan dan kesabaran
serta memberikan wawasan baru terhadap penulis.
3. Bapak Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen pembimbing akademik serta
seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membantu dalam penyelesaian karya ini.
4. Bapak Supriadi S.Pd, Ibu Hodijah (Almarhumah), Ibu Destiati, orangtua
tercinta yang merupakan motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan
karya ini, yang selalu mendukung, mendoakan serta mengorbankan segala
yang dimilikinya untuk kebahagiaan penulis. Priyanti Ahadiani S.Pd, Fajar
Prastian Barges S.Pd, Sulistya, Irbiani, Rafardhan, kakak dan adik penulis
yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis. Serta
seluruh keluarga besar yang selalu membantu dan memberikan kemudahan
kepada penulis.
5. PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kantor Cabang Syariah Jakarta
Selatan yang telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk mengambil
data kepada para karyawan bank sebagai responden dalam karya ini.
vii
6. Novriyanda Satri S.E yang tidak pernah bosan memberikan bantuan,
semangat, serta menemani penulis menyelasaikan karya ini.
7. Chipa, Nisyub, Teteh tyyas, Ncan, dan Bedil yang telah banyak membantu,
menghibur, mendengarkan segala curahan hati penulis selama penulis
menuntut ilmu di Universitas ini.
8. Terimakasih untuk Azkya Milfa dan Rahmatya Iskandar yang telah banyak
membantu penulis dalam menyelesaikan karya ini. Untuk semua keluarga
Psikologi khususnya B’2010, yang selalu menghiasi hari-hari dan menjadi
inspirasi penulis Estu, Katty, Putri, Anita, Retno, Lian, Didik, Ainun, Latul,
Sunny, Acing, Winda, Nita, Ajeng, Gina, Niken, Dhila, Aini, Isti, Saul, Yuni,
Qory, Sabe, Viny, Chintya, Haris, Derry, Hilmi, Danar, Iki, Gian, Bobby, dan
Adit.
9. Dan teman-teman Psikologi UIN angkatan 2010 yang tidak disebutkan satu
per satu terima kasih banyak, semoga silaturahmi ini tetap terjaga dan sukses
untuk kita semua.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan doa, dukungan, serta bantuannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis berharap semoga karya ini dapat memberikan manfaat kepada penulis,
pembaca, pihak terkait, serta peneliti yang ingin mengelaborasi penelitian ini.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
ix
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Skor Pengukuran Skala ............................................................... 41
Tabel 3.2. Blue Print Skala Burnout ............................................................ 42
Tabel 3.3. Blue Print Skala Beban Kerja … ................................................. 44
Tabel 3.4. Blue Print Skala Dukungan Sosial .............................................. 45
Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas Konstruk Physical Demand ......................... 49
Tabel 3.6. Hasil Uji Validitas Konstruk Effort ............................................. 50
Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Konstruk Mental Demand ............................ 51
Tabel 3.8. Hasil Uji Validitas Konstruk Tempotal Demand ........................ 52
Tabel 3.9. Hasil Uji Validitas Konstruk Frustation Level ........................... 53
Tabel 3.10. Hasil Uji Validitas Konstruk Performance ................................. 54
Tabel 3.11. Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Emosional ................... 56
Tabel 3.12. Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Instrumental ................ 57
Tabel 3.13. Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Informasi .................... 58
Tabel 3.14. Hasil Uji Validitas Konstruk Dukungan Persahabatan ............... 60
Tabel 3.15. Hasil Uji Validitas Konstruk Burnout ......................................... 62
Tabel 4.1. Subjek Penelitian ........................................................................... 67
Tabel 4.2. Analisis Deskriptif ....................................................................... 68
Tabel 4.3. Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .............................. 69
Tabel 4.4. Kategorisasi Skor Variabel Penelitian .......................................... 70
Tabel 4.5. R-square (Model Summary) Variabel Burnout ........................... 71
Tabel 4.6. Anova Variabel Burnout .............................................................. 71
Tabel 4.7. Koefisien Regresi Variabel Burnout ............................................. 72
Tabel 4.8. Proporsi Varians Variabel Burnout ............................................... 75
xii
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pentingnya penelitian tentang burnout.
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
minum, rasa aman, dan bersosialisasi. Untuk memenuhi kebutuhan yang ada pada
pekerjaan diantaranya guru, petani, dokter, perawat, para pekerja sosial atau
kemanusiaan yang lebih sering mengalami perasaan lelah secara fisik dan psikis.
Hal ini terjadi karena banyaknya jumlah orang yang harus dilayani, pekerjaan
yang harus siap setiap waktu ketika dibutuhkan untuk membantu orang lain, dan
jam kerja yang melebihi waktu kerja yang biasanya serta tidak adanya pekerjaan
yang tidak bisa dihindarkan. Semakin berat beban kerja yang ditanggung maka
akan semakin berat resiko pekerja yang bekerja di tempat tersebut terkena stress
(Farber, 1991).
Salah satu persoalan yang muncul berkaitan dengan diri individu di dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi dan persaingan yang keras di
tempat kerja karyawan itu adalah stres. Stres yang berlebihan akan berakibat
secara normal. Stres yang dialami individu dalam jangka waktu yang lama dengan
1
2
menderita kelelahan, baik fisik ataupun mental. Keadaan seperti ini disebut
burnout, yaitu kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena stres
diderita dalam jangka waktu yang cukup lama, di dalam situasi yang menuntut
keterlibatan emosional yang tinggi (Leatz & Stolar dalam Rosyid & Farhati, 1996)
seorang ahli psikologi klinis pada lembaga pelayanan sosial di New York yang
dalam sebuah jurnal psikologi profesional pada tahun 1973 yang disebut sebagai
terbakar habis (burned-out). Suatu gedung yang pada mulanya berdiri megah
kerangka luarnya saja. Demikian pula dengan seseorang yang terkena burnout,
dari luar segalanya masih nampak utuh, namun di dalamnya kosong dan penuh
masalah (seperti gedung yang terbakar tadi). Burnout merupakan suatu problem
yang kemunculannya memperoleh tanggapan yang baik, sebab hal itu terjadi
ketika seseorang mencoba mencapai suatu tujuan yang tidak realistis dan pada
3
akhirnya mereka kehabisan energi dan kehilangan perasaan tentang dirinya dan
berasal dari persepsi individu dan dari perbedaan yang signifikan antara usaha dan
reward, persepsi ini dipengaruhi oleh faktor organisasi, individu dan sosial (Gold,
2005).
faktor demografi, dan faktor perfeksionis, (2) lingkungan kerja yang mencakup
masalah beban kerja yang berlebih, serta kurangnya dukungan sosial yang diberikan
tidak sengaja dapat menyebabkan stres secara emosional karena keterlibatan antar
mereka dapat memberikan penguatan positif atau kepuasan bagi kedua belah
menuntut seseorang bekerja keras sehingga orang tersebut hampir tidak memiliki
jam istirahat. Kesenjangan beban kerja juga dapat disimpulkan sebagai kesalahan
kelelahan dan kehilangan energi (Maslach, 2008). Shin, Rosario, Morch dan
4
Chestnut (dalam Maslach, 2008) menjelaskan titik kritis terjadi ketika orang-
orang tidak dapat pulih dari tuntutan pekerjaan, yaitu perasaan lelah yang
diakibatkan oleh peristiwa terutama menuntut jam kerja, rapat, tenggat waktu. Hal
ini tidak menyebabkan kelelahan jika orang memiliki kesempatan untuk pulih
(human service) pada masyarakat. Teller bank merupakan salah satu karyawan
bank yang bertanggung jawab terhadap lalu lintas uang tunai. Menurut Kamus
Bank Sentral Republik Indonesia dalam situs resminya www.bi.go.id teller adalah
cek, dan memberikan jasa pelayanan perbankan lain kepada masyarakat. Tuntutan
pekerjaan sebagai teller terkadang membuatnya mengalami stress kerja yang mana
Jakarta Selatan dan Bekasi pada januari 2015. Hasilnya 13 dari 17 karyawan
saat bekerja yang mengakibatkan timbulnya rasa kecewa, tidak berdaya, dan
kehilangan energi psikis maupun fisik pada karyawan. Menurut karyawan beban
kerja yang mereka terima tidak sesuai dengan upah yang diberikan perusahaan,
lingkungan kerja juga ikut berpengaruh pada hasil kerja yang dilakukan oleh
rekan kerja dan atasan saat bekerja membuat mereka kesulitan dalam
sering tidak masuk kerja dengan alasan sakit, cuti, beberapa karyawan memilih
untuk di mutasi, dan bahkan pada tahun 2014 ada karyawan yang memutuskan
untuk keluar dari perusahaan tersebut dengan alasan seperti penjelasan di atas.
Selanjutnya dalam artikel “Banking: The Human Crisis” yang ditulis oleh
mungkin mendapat tekanan dalam hidupnya yang bisa berujung pada stress.
Penelitian ini dilakukan di UNI Global Union yang terletak di Swiss, menemukan
lebih dari 80 persen perusahaan perbankan dan 26 negara (16 negara di Eropa, 4
kesehatan sebagai masalah yang dialami pegawai bank selama dua tahun terakhir
dan mereka kini disebut bekerja dalam iklim ketakutan yang disebabkan oleh
kehidupan pribadi mereka yang berada di bawah tekanan yang cukup besar dari
tuntutan pekerjaan. Stres diketahui sebagai masalah kesehatan utama yang dialami
oleh pegawai baru yang usianya lebih muda, mereka tidak bisa mencapai target
penjualan, mendapat potongan gaji, dan harus menyelesaikan kerja tim dengan
Dari fenomena di atas peneliti melihat bahwa banyak karyawan bank yang
bekerja di bawah tekanan yang cukup besar dan karyawan memiliki beban kerja
Masalah beban kerja yang berlebihan adalah salah satu faktor dari
pekerjaan yang berdampak pada timbulnya burnout. Beban kerja yang berlebihan
bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang harus dilayani (kelas padat
misalnya), tanggung jawab yang harus dipikul, pekerjaan rutin dan yang bukan
mencakup segi kuantitatif yang berupa jumlah pekerjaan dan kualitatif yaitu
tingkat kesulitan pekerjaan tersebut yang harus ditangani. Dengan beban kerja
pelayanan untuk menarik diri secara psikologis dan menghindari diri untuk
besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan
pekerja lebih tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan.
pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih. Beban kerja yang dibebankan
kepada karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga kondisi, yaitu beban kerja
7
yang sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity) dan beban
dukungan sosial. Dalam bekerja, karyawan juga tidak bisa lepas dari kondisi
lingkungan kerjanya. Salah satu faktor munculnya burnout pada karyawan adalah
kondisi lingkungan kerja yang kurang baik. Ketidaksesuaian antara apa yang
yang kurang sehat antara sesama rekan kerja merupakan suatu kondisi lingkungan
karyawan. Oleh sebab itu perusahaan harus sedapat mungkin menciptakan suatu
kesetiakawanan, rasa aman, rasa diterima dan dihargai serta perasaan berhasil
bahwa dukungan sosial tidak nampak tetapi nyata ada dan akan dirasakan oleh
semangat kerja yang tinggi dan akan menghambat lajunya tingkat burnout pada
karyawan.
intensitas burnout yang dialaminya (Daisy, 2009). Dukungan ini bisa dari rekan
8
kerja sesama karyawan atau atasan, sehingga membuat lingkungan kerja yang
gangguan fisik, kinerja yang buruk, dan produktifiktas yang rendah pada
(1998) menambahkan bahwa dukungan sosial merupakan hal penting dalam upaya
pada karyawan bank. Secara umum dukungan sosial menurut Sarafino (2011)
dukungan sosial merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau segala
bentuk bantuan lainnya yang diterima dari orang lain atau kelompok. Oleh karena
itu, adanya dukungan sosial membuat individu merasa yakin bahwa dirinya
beban kerja dan dukungan sosial merupakan hal-hal yang penting dan perlu
diperhatikan. Untuk itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
Penelitian ini dibatasi hanya mengenai pengaruh dari variabel prediktor yaitu
beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout. Adapun pengertian variabel-
selama jam kerja. Beban kerja dalam penelitian ini terdiri dari physical
harga diri atau segala bentuk bantuan yang diterima individu dari orang
10
lain atau kelompok. Dukungan sosial dalam penelitian ini terdiri dari
1. Apakah ada pengaruh beban kerja dan dukungan sosial terhadap burnout
1. Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
karyawan bank
skripsi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan teknik APA
Bab 1 Pendahuluan
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
yaitu burnout, dan independent variable yaitu beban kerja dan dukungan sosial.
penjabarannya akan didasarkan pada landasan teori yang telah dijabarkan pada
kesimpulan yang merupakan pembuktian dari hipotesis yang ada pada Bab 2. Di
samping itu diutarakan diskusi, serta saran-saran yang diharapkan bisa berguna
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Burnout
energi, motivasi atau insentif. Yang menunjukkan perubahan sikap dan perilaku
waktu, tenaga, dan pikiran mereka. Menurut pengamatannya burnout timbul pada
saat tubuh dan pikiran yang terus-menerus tegang untuk menanggapi tingkat
konstan stres yang tinggi. Hal ini terkait dengan situasi di mana seseorang merasa
bingung antara pekerjaan dan prioritas yang mereka inginkan, khawatir tentang
keamanan kerja dan ingin dihargai serta mengharapkan bayaran yang sesuai
beberapa puluh tahun yang lalu (Maslach & Jackson, 1981) sehingga
tersebut tentang burnout pada bidang pekerjaan yang berorientasi melayani orang
13
14
yang terdiri atas tiga dimensi yaitu kelelahan emosional, depersonalisasi, maupun
asimetris antara pemberi dan penerima pelayanan. Seseorang yang bekerja pada
emosional.
konsentrasi serta perilaku kerja yang negatif (Pines & Maslach, 1993). Keadaan
tidak maksimal. Hal ini juga membuat pekerja menjaga jarak, tidak mau terlibat
yang melakukan suatu pekerjaan individu hal tersebut sering terjadi di kalangan
15
orang dewasa yang sudah bekerja, mereka memiliki tanggung jawab terhadap
pekerjaan mereka sehingga fisik dan mental nya mudah tertekan dan mengalami
kelelahan, seperti kehilangan toleransi dan simpati untuk orang lain, cenderung
menyalahkan orang lain karena kesulitan mereka sendiri. Hal ini menyebabkan
rasa frustasi, dan monoton di tempat kerja. Ia juga berpendapat bahwa burnout
pekerjaan dan kontrol pribadi seseorang yang tidak bersinergi, serta tidak adanya
keadilan seperti porsi kerja yang berlebih atau tingkat kesulitan pekerjaan yang
Menurut Schultz dan Schlutz (2010) burnout adalah hasil dari psikologis
dan fisik yang memiliki stress tinggi di tempat kerja. Ini biasanya terjadi diantara
karyawan yang tidak mampu mengatasi tekanan pekerjaan yang luas yang
menuntut energi, waktu, sumber daya, dan diantara karyawan yang membutuhkan
burnout membawa dampak yang sangat besar untuk organisasi dan individu,
yaitu mengakibatkan sikap dan perilaku karyawan yang tidak diinginkan, seperti
karyawan. Pada karyawan yang mengalami burnout menjadi kurang energik dan
mereka, termasuk rekan kerja, dan bereaksi negatif terhadap usulan orang lain.
energi, motivasi atau insentif. Yang menunjukkan perubahan sikap dan perilaku
Definisi burnout lain diungkapkan oleh Pines dan Aronson (1988) sebagai
keadaan lelah, yang meliputi kelelahan secara fisik, emosional, mental karena
emosi.
setelah melakukan pekerjaan yang lama atau setelah mengalami ketegangan syarat
yang lama. Menurut The Centers for Disease Central (dalam Hartono, 2001) yang
kondisi klinis yang merupakan rangkaian beberapa gejala pertanda kelelahan yang
persisten sifatnya.
Dari dua istilah tersebut, yaitu fatigue dan burnout memiliki arti yang
sama yakni kelelahan. Perbedaan burnout terjadi ketika seseorang merasa lelah
Sedangkan fatigue terjadi ketika seseorang merasa lelah sebelum pekerjaan atau
tugasnya tersebut selesai, dengan kata lain masih banyak pekerjaan yang harus
emosional yang terlalu berat dan kehabisan sumber daya emosi seseorang.
Sumber utama dari kelelahan ini adalah beban kerja dan konflik pribadi
ditempat kerja. Orang-orang yang merasa kehilangan energi ini akan merasa
dari burnout.
b. Depersonalisasi (Depersonalization).
Mengacu pada sikap negatif, kasar, menjaga jarak dengan penerima layanan,
Perilaku tersebut adalah suatu upaya untuk melindungi diri dari tuntutan
Hal ini mengacu pada penilaian yang rendah terhadap kompetensi diri dan
ini, akan muncul perasaan tidak mampu dalam membantu klien, sehingga
Untuk mengukur burnout digunakan alat ukur pengukur burnout yang berbentuk
skala yang bernama The Maslach Burnout Inventory (MBI). The Maslach Burnout
Inventory ini diterbitkan oleh consulting psychologist perss pada tanggal 28 April
1980. The Maslach Burnout Inventory ini menilai tiga aspek yaitu emotional
reliabilitas 0,83 dan menunjukkan validitas yang tinggi yang berarti bahwa skala
Awalnya bentuk skala Maslach Burnout Inventory (MBI) ini ada, 47 item,
setelah diuji kepada 605 orang sampel yang terdiri dari berbagai jenis pekerjaan
19
yang melayani bidang jasa yaitu polisi, guru, perawat, pekerja sosial, pengacara,
1981).
dan Schaufeli, (2000) disebut Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) yang terdiri
dari dua dimensi, yaitu kelelahan dan ketidak terikatan dari pekerjaan. Kelelahan
kognitif.
terdiri dari tiga dimensi burnout yang lebih umum seperti kelelahan, sinisme, dan
professional efficacy, MBI-GS ini mirip dengan MBI, namun terdapat perbedaan
Dalam hal ini penulis akan menggunakan alat ukur Masclach Burnout
Maslach & Leiter, (1997) timbulnya burnout disebabkan oleh beberapa faktor
1. Karakteristik individu
yaitu :
wanita dan pria. Pria rentan terhadap stres dan burnout jika
tercapai.
2. Lingkungan kerja
Masalah beban kerja yang berlebihan adalah salah satu faktor dari pekerjaan
yang berdampak pada timbulnya burnout (Cherniss, 1980). Beban kerja yang
berlebihan bisa meliputi jam kerja, jumlah individu yang harus dilayani
(jumlah antrian yang padat misalnya), tanggung jawab yang harus dipikul,
pekerjaan rutin dan yang bukan rutin, dan pekerjaan administrasi lainnya yang
pekerjaan dan kualitatif yaitu tingkat kesulitan pekerjaan tersebut yang harus
psikologis dan menghindari diri untuk terlibat dengan klien (Maslach, 1981)
21
(Maslach, 1982). Sisi positif yang dapat diambil bila memiliki hubungan yang
baik dengan rekan kerja yaitu mereka merupakan sumber emosional bagi
diperhatikan, dihargai atau terbantu oleh orang lain. Sisi negatif dari rekan
rekan kerja yang buruk. Hal tersebut bisa terjadi apabila hubungan antar
dukungan sosial yang tidak ada dari atasan juga dapat menjadi sumber
fisik yang tidak menarik dan tidak nyaman, kotor dan berantakan,
22
sabar dan memahami orang lain dalam keadaan krisis, frustrasi, ketakutan
Beban kerja adalah istilah yang mulai dikenal sekitar tahun 1970. Banyak ahli
definisi yang berbeda mengenai beban kerja. Ia merupakan suatu konsep yang
antara kemampuan karyawan dengan tuntutan tugas yang diterima. Beban kerja
itu dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja mental.
adalah keadaan dimana pekerjaan dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan
pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban
kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena
tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit, sedangkan beban kerja kualitatif jika
pekerja merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau tugas tidak menggunakan
keterampilan atau potensi dari pekerjaan. Beban kerja fisik atau mental yang harus
pekerja.
Definisi beban kerja dalam penelitian ini adalah beban kerja sebagai
Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja mental, yang merujuk
Hart dan Staveland (1988) membagi beban kerja fisik dan mental menjadi enam
dimensi, ukuran beban kerja fisik meliputi physical demand, dan effort. Dan
2. Effort, yaitu usaha yang dikeluarkan secara fisik dan mental yang dibutuhkan
4. Temporal demand, yaitu jumlah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang
5. Frustation level, yaitu seberapa tidak aman, putus asa, tersinggung, terganggu,
dibandingkan dengan perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang
dirasakan.
Untuk mengukur beban kerja digunakan alat ukur pengukur beban kerja yang
dikembangkan oleh (Harry G et, al., dalam Tarwaka, 2011) dengan dua tahapan
Event Rating.
Alat ukur lain yang digunakan dalam mengukur beban kerja adalah
pengukuran NASA-TLX ini penulis anggap relevan untuk mengukur beban kerja
informasi dari orang lain yang mana dukungan tersebut berupa cinta, kasih
sayang, peduli, penghargaan yang mana semua ini termasuk dalam sebuah bagian
komunikasi sosial. Orang dengan tingkat dukungan sosial yang tinggi maka
tinggkat stress orang tersebut sangatlah rendah dan mereka akan berhasil dalam
penghargaan, atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada
orang lain, dimana orang lain disini dapat diartikan sebagai individu perorangan
atau kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di
individu dapat merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial (Sarafino, 2011).
individu dari individu lain atau kelompok, definisi ini merujuk pada penjelasan
sosial:
a. Dukungan Emosional
b. Dukungan Instrumental
ini, lebih sering diberikan oleh teman atau rekan kerja, seperti bantuan
c. Dukungan Informasi
Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik
d. Dukungan Persahabatan
Sedangkan menurut Weiss (dalam Cutrona et al, 1994) dukungan sosial dibagi
a. Reliable alliance
b. Guidance
informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini juga dapat
c. Reassurance of worth
d. Attachment
Dukungan ini berupa pengekspresian dari kasih sayang dan cinta yang
e. Social Integration
Dunkel-Schetter, C., Folkman, S., & Lazarus, R. S. (1987). Alat ukur ini
terdiri dari 40 item yang mengukur 4 aspek. Item ISEL mencakup aspek
support. Alat ukur ini memiliki skala likert 4 poin yang berkisar dari “Sangat
Sarason, I. G., Levine, H. M., Basham, R. B. (1993) Alat ukur ini terdiri dari
30
27 item dengan 5 poin skala likert. Alat ukur ini mengukur tipe kebutuhan
dengan 5 poin tipe skala likert berkisar dari tidak sama sekali (1), hamper
tidak sama sekali (2), sedikit (3), banyak (4), dan banyak sekali (5).
alat ukur berdasarkan aspek dari Sarafino (2011) ini, karena adanya 4 jenis
dukungan sosial yang telah disebutkan diatas yang sifatnya bervariasi dan
Burnout terjadi ketika individu mencoba mencapai sesuatu yang tidak realistis
sehingga mereka kehabisan energi serta kehilangan perasaan tentang dirinya dan
kerja, keadilan, dan nilai. Pada penelitian ini peneliti hanya memilih satu variabel
dari Maslach, yaitu beban kerja. Sejalan dengan pendapat Shinn, Rosario, Morch,
dan Chestnut (dalam Maslach, 2008) bahwa beban kerja secara umum dikatakan
sebagai fenomena burnout, yaitu pekerjaan yang menuntut individu untuk bekerja
31
mempunyai arti yaitu perasaan lelah secara emosional yang terlalu berat dan
lingkungan sosial, dan cenderung tidak peduli terhadap lingkungan serta orang-
rasa putus asa pada diri sendiri yang mengakibatkan kegagalan pada pekerjaan.
dan dukungan sosial. Beban kerja menurut Hart dan Staveland (1988) merupakan
mempengaruhi burnout (Maslach, 1997). Adapun dimensi dari beban kerja terdiri
enam dimensi yaitu physical demand, effort, mental demand, temporal demand,
fisik berlebih seperti naik turun tangga, duduk lebih dari dua jam saat bekerja,
maka individu semakin lebih cepat merasakan lelah pada dirinya. Dapat
32
dikatakan, semakin tinggi physical demand maka akan semakin besar potensi
burnout pada karyawan. Dimensi selanjutnya adalah effort yang mempunyai arti
usaha yang dikeluarkan individu untuk mencapai level performansi. Pada saat
Jadi semakin tinggi effort yang dilakukan individu, maka kemungkinan burnout
nya pun tinggi pada karayawan. Kemudian dimensi mental demand yaitu aktivitas
maka individu juga akan cepat merasakan kelelahan psikis saat bekerja. Maka
semakin tinggi mental demand burnout nya pun tinggi di tempat kerja.
Ketika individu bekerja hampir tidak memiliki jam istirahat, mengejar deadline
yang telah ditentukan, maka individu akan semakin merasa tertekan dalam
bekerja. Semakin tinggi temporal demand, maka kemungkinan burnout nya pun
tinggi di tempat kerja. Kemudian dimensi frustration level yang mempunyai arti
perasaan aman, puas, nyaman, dan kepuasan diri yang dirasakan. Saat individu
berada dalam suatu masalah pekerjaan atau kesulitan yang tidak bisa terpecahkan,
maka individu akan merasa gagal atau tidak puas diri terhadap pekerjaan yang
dilakukan. Jadi semakin tinggi frustration level yang dirasakan individu maka
33
potensi burnout pun tinggi. Dimensi beban kerja yang terakhir adalah
dalam pekerjaannya dan seberapa puas dengan hasil kerjanya. Dapat dikatakan
ketika individu tidak dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan standar kerja,
tidak mencapai target atau sasaran yang ditetapkan perusahaan, maka individu
akan merasa rendah diri karena tidak berhasil dalam melaksanakan fungsinya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Semakin tinggi performance yang
Selain keenam dimensi dari beban kerja tersebut, variabel lain yang harus
(2011) dukungan sosial merujuk pada kenyamanan, kepedulian, harga diri atau
segala bentuk bantuan lainnya yang diterima dari orang lain atau kelompok. Jadi
emosional dari orang lain sehingga akan muncul rasa aman dan dicintai dalam
rekan kerja yang membantu dan peduli akan masalah yang dihadapi saat bekerja
sehingga ia akan merasa aman dan dicintai di lingkungan individu. Semakin tinggi
yang diberikan orang lain terhadap individu. Misalnya, ketika individu sakit,
rekan kerja bersedia mengerjakan tugas kantor atau saat individu membutuhkan
34
individu merasa banyak orang lain yang dapat membantunya. Apabila dukungan
instrumental yang dimiliki tinggi, maka kemungkinan burnout yang terjadi pada
karyawan rendah.
informasi yang mempunyai arti pemberian nasehat, saran atau umpan balik
kepada individu. Dukungan ini, biasanya diperoleh dari sahabat, rekan kerja,
atasan atau seorang profesional. Misalnya rekan kerja memberikan informasi yang
diperlukan individu saat bekerja, memperoleh nasihat dan saran dari keluarga
rendah burnout yang terjadi pada individu. Selanjutnya dimensi terakhir dari
yang berupa adanya kebersamaan, kesediaan dan aktivitas sosial yang sama.
individu, individu sering makan siang bersama rekan kerja dan atasan. Hal ini
akan menimbulkan rasa kebersamaan yang erat antara individu dengan orang lain.
Beban Kerja
Physical demand
Effort
Mental demand
Temporal demand
Performance
Frustation level
Burnout
Dukungan Sosial
Dukungan Emosional
Dukungan Instrumental
Dukungan Informasi
Dukungan Persahabatan
2.5 Hipotesis
Hipotesis Major
Terdapat pengaruh yang signifikan antara beban kerja dan dukungan sosial
terhadap burnout
Hipotesis Minor
bunout
bunout
bunout
bunout
11BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab tiga ini akan dibahas tentang populasi dan sampel, serta teknik
pengambilan sampelnya dan alasan mengapa cara seperti itu yang digunakan.
Kemudian akan dibahas variabel yang dijadikan variabel penelitian serta definisi
prosedur pengumpulan data serta analisis data yang digunakan untuk menemukan
Pada penelitian ini, yang hendak diteliti adalah pengaruh beban kerja dan
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan tetap back office maupun front
office yang bekerja di PT.X Kantor Cabang Jakarta Selatan dan Kantor Cabang
Bekasi. Dimana total populasi pada karyawan di PT. X berjumlah 238 karyawan.
Dari 238 kuesioner yang disebarkan, hanya 166 kuesioner yang dikembalikan dan
semua kuesioner tersebut layak untuk diolah. Maka, sampel yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 166 responden. Kuesioner dilakukan secara
dititipkan kepada Human Capital Staff yang bekerja di PT. X Kantor Cabang
37
38
probability sampling, yaitu semua karyawan tetap back office maupun front office
PT. X memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.
(IV) adalah beban kerja dengan aspek yaitu physical demand, effort, mental
1. Burnout
evaluasi diri yang negatif terhadap pekerjaan. Pada penelitian ini burnout
2. Beban Kerja
Beban kerja dapat berupa beban kerja fisik dan beban kerja mental. Beban
b. Effort, yaitu usaha yang dikeluarkan secara fisik dan mental yang
mudah atau sulit, sederhana atau kompleks, dan longgar atau ketat.
Pada penelitian ini beban kerja diukur menggunakan enam dimensi yaitu
3. Dukungan Sosial
diperoleh individu dari orang lain. Dukungan sosial mempunyai beberapa dimensi
berupa nasehat, saran, serta umpan balik tentang keadaan atau apa yang
dikerjakan individu.
41
jawaban dari responden. Skala yang digunakan berisi pernyataan mengenai beban
kerja dan dukungan sosial serta burnout. Responden diminta untuk mengisi setiap
pertanyaan dengan membuat tanda check list (√) pada kolom yang sesuai.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah model skala likert.
Jawaban dari setiap instrumen dalam penelitian ini memiliki tingkatan dari yang
tertinggi (sangat positif) sampai yang terendah (sangat negatif). Pada skala
penelitian ini digunakan empat pilihan jawaban, yaitu sangat sesuai (SS), sesuai
(S), tidak sesuai (TS) dan sangat tidak sesuai (STS) . Skoring untuk merespon
Tabel 3.1
Skor Pengukuran Skala
Pilihan Pernyataan
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
42
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian terdiri dari tiga skala ukur,
1. Skala Burnout
Skala burnout adalah skala yang digunakan untuk mengukur burnout pada
respon. Skala ini bertujuan untuk mengetahui burnout responden. Skala ini
mengacu pada skala yang bernama The Maslach Burnout Inventory (MBI).
pernyataan.
jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
Tabel 3.2
Blue Print Skala Burnout
43
Dalam penelitian ini, skala beban kerja yang digunakan dalam penelitian ini
Staveland (1988) dengan dimensi beban kerja fisik, yaitu: physical demand
dan effort. Dan dimensi beban kerja mental yaitu: mental demand, temporal
Pada skala ini subjek diharuskan memilih salah satu dari pilihan
jawaban, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat
Tidak Sesuai (STS). Kemudian item ini terdiri dari dua jenis pertanyaan yaitu
Tabel 3.3
Blue Print Skala Beban Kerja
Nomor Item
No. Dimensi Indikator Jml Contoh Item
Fav Unfav
1. Physical Aktivitas fisik yang 1,4 8,18 4 Duduk lebih
demand dibutuhkan dalam dari dua jam
melakukan tugas mengopera-
(seperti: mendorong, sikan komputer
menarik, memutar,
mengontrol,
menjalankan dan
lainnya.
2. Effort Usaha yang 2,3 9,21 4 Saat jam kerja
dikeluarkan secara fisik selesai, saya
dan mental yang tetap pulang
dibutuhkan untuk meskipun
mencapai level pekerjaan saya
performansi karyawan belum selesai
3. Mental Tuntutan aktivitas 12,15 16,14 4 Saya memaksi-
Demand mental dan perceptual malkan daya
yang dibutuhkan dalam ingat saya
menyelesaikan tugas dalam bekerja
yang dilakukan
(berpikir, menghitung,
mengingat, melihat,
dan mencari)
4. Temporal Tekanan yang 22,17 6,20 4 Pekerjaan saya
Demand berkaitan dengan tidak
waktu yang dirasakan mengharus-kan
selama pekerjaan untuk berpacu
berlangsung. Pekerjaan dengan waktu
perlahan atau santai
atau cepat, dan
melelahkan
5. Frustation Seberapa tidak aman, 19,13 10,11 4 Saya mudah
Level putus asa, tersinggung, putus asa
terganggu, menghadapi
dibandingkan dengan masalah yang
perasaan aman, puas, sulit
nyaman, dan kepuasan diselesaikan saat
diri yang dirasakan. bekerja
6. Perfor- Seberapa besar 23,7 5,24 4 Saya merasa
mance keberhasilan seseorang kurang puas
di dalam pekerjaannya dengan hasil
dan seberapa puas pekerjaan saya
dengan hasil kerjanya
Jumlah 24
45
yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak
Sesuai (STS).
Tabel 3.4
Blue Print Skala Dukungan Sosial
Nomor Item
No. Dimensi Indikator Jml Contoh Item
Fav Unfav
1. Dukungan Perasaan empati, 15,16 10,12 4 Saya merasa di
Emosional perhatian, dan acuhkan
peduli dilingkungan
kerja saya
2. Dukungan Mendapat bantuan 2,3 6,7 4 Saat saya sakit,
Instrumental secara fisik dan beberapa rekan
jasa kerja saya
bersedia
mengganti-kan
tugas saya
3. Dukungan Dibantu 1,4 13,9 4 Orang tua saya
Informasi memecahkan sering sekali
masalah dan memberikan
diberikan nasihat kepada
saran/arahan saya
4. Dukungan Adanya 5,8 11,14 4 Beberapa kali
Persahabatan kebersamaan, saya makan siang
kesediaan dan bersama dengan
aktivitas sosial rekan dan atasan
yang sama saya
Jumlah 16
Semua instrumen yang penulis gunakan dalam penelitian ini diuji validitasnya.
1. Menguji apakah hanya satu faktor saja yang menyebabkan item-item saling
matriks korelasi yang dipeoleh dari data dengan matriks korelasi yang
dihitung menurut teori/model. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05),
maka hipotesis nihil yang menyatakan bahwa “tidak ada perbedaan antara
matriks korelasi yang diperoleh dari data dan model” diterima, yang artinya
item yang diuji mengukr satu faktor saja (unidimensional). Sedangkan, jika
nilai chi-square signifikan (p < 0.05), artinya item-item yang diuji mengukur
item saling berkorelasi tetapi dengan tetap menjaga bahwa item hanya
mengukur satu faktor (unidimensional). Jika sudah diperoleh moel yang fit
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui item mana
masing item dengan menggunakan t-test, jika nilai t yang diperoleh pada
sebuah item tidak signifikan (t > 1.96) maka item tersebut akan didrop
47
b) Melihat arah koefisien maupun muatan faktor (factor loading). Jika suatu
item memiliki muatan negatif, maka item tersebut didrop karena tidak
sesuai dengan pengukuran (berarti semakin tinggi nilai pada item tersebut
suatu item yang berkorelasi dengan kesalahan pengukuran pada item lain.
Jika pada suatu item terdapat terlalu banyak korelasi seperti ini (lebih dari
tiga), maka item tersebut didrop. Alasannya adalah item yang demikian
selain mengukur apa yang ingin diukur juga mengukur hal lain
(multidimensional item).
valid untuk mengukur apa yang diukur. Item-item inilah yang kemudian
diolah untuk mendapatkan faktor skor pada tiap skala. Dengan demikian
hendak diukur ikut menentukan dalam menghitung faktor skor (true score).
Dalam penelitian ini, penulis tidak menggunakan raw score / skor mentah
(hasil menjumlahkan skor item). Oleh karena itu sebenarnya tidak diperlukan
karena true score itu reliabilitasnya sama dengan satu (100%). Untuk kemudahan
yang diukur dalam skala baku (Z score) menjadi T score yang memiliki mean =
50 dan standar deviasi (SD) = 10 sehingga tidak ada responden yang mendapat
Beban kerja memiliki 6 dimensi yaitu: physical demand, effort, mental demand,
1. Physical demand
Pada aspek physical demand yang dilakukan dengan model fit satu faktor
0.23598, dan nilai RMSEA = 0.052. Oleh karena itu, penulis melakukan
berkorelasi satu sama lainnya sehingga menghasilkan model yang fit dengan Chi-
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dengan melihat T-values dan muatan faktor,
Dari hasil tabel 3.5 dapat dilihat ada dua item yang signifikan. Dan dua item
lainnya tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 4 dan 18
digugurkan.
2. Effort
Pada aspek effort yang dilakukan dengan model fit satu faktor menghasilkan
model yang tidak fit dengan Chi-square = 6.08, df = 2, p-value = 0.04772, dan
nilai RMSEA = 0.111. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi, dimana
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dengan melihat T-values dan muatan faktor,
Dari hasil tabel 3.6 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan. Pada aspek ini
3. Mental Demand
Pada aspek mental demand yang dilakukan dengan model satu faktor
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dengan melihat T-values dan muatan faktor,
Dari hasil tabel 3.7 dapat dilihat bahwa seluruh item signifikan. Pada aspek ini
4. Temporal Demand
Pada aspek temporal demand yang dilakukan dengan model satu faktor
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dengan melihat T-values dan muatan faktor,
Dari hasil tabel 3.8 dapat dilihat ada tiga item yang signifikan. Dan satu item
tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 6 digugurkan.
53
5. Frustation Level
Pada aspek frustration level yang dilakukan dengan model fit satu faktor
Dari hasil tabel 3.9 dapat dilihat ada tiga item yang signifikan. Dan satu item tidak
6. Performance
Pada aspek performance yang dilakukan dengan model fit satu faktor
0.20883, dan nilai RMSEA = 0.059. Oleh karena itu, penulis melakukan
berkorelasi satu sama lainnya sehingga menghasilkan model yang fit dengan Chi-
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dengan melihat T-values dan muatan faktor,
Dari hasil tabel 3.10 dapat dilihat ada tiga item yang signifikan. Dan satu item
tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 23 digugurkan.
1. Dukungan Emosional
Berdasarkan hasil CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, hasil uji
validitas pada aspek dukungan emosional adalah tidak fit dengan Chi-square =
13.20, df = 2, p-value = 0.00136, dan nilai RMSEA = 0.184. Oleh karena itu,
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
Dari hasil tabel 3.11 dapat dilihat ada tiga item yang signifikan. Dan satu item
tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 16 digugurkan.
2. Dukungan Instrumental
Pada aspek dukungan instrumental yang dilakukan dengan model satu faktor
0.08765, dan nilai RMSEA = 0.093. Oleh karena itu, penulis melakukan
sama lainnya sehingga menghasilkan model yang fit dengan Chi-square = 0.01, df
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
Dari hasil tabel 3.12 dapat dilihat bahwa ada 3 item yang signifikan. Dan
satu item tidak signifikan karena memiliki T-value < 1,96 maka item 6
digugurkan.
3. Dukungan Informasi
Pada aspek dukungan informasi yang dilakukan dengan model satu faktor
0.9485, dan nilai RMSEA = 0.091. Oleh karena itu, penulis melakukan
berkorelasi satu sama lainnya sehingga menghasilkan model yang fit dengan Chi-
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
Dari hasil tabel 3.13 dapat dilihat ada tiga item yang signifikan. Dan satu item
tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 13 digugurkan.
59
4. Dukungan Persahabatan
Pada aspek dukungan persahabatan yang dilakukan dengan model satu faktor
0.13279, dan nilai RMSEA = 0.079. Oleh karena itu, penulis melakukan
berkorelasi satu sama lainnya sehingga menghasilkan model yang fit dengan Chi-
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
Dari hasil tabel 3.14 dapat dilihat ada dua item yang signifikan. Dan dua
item lainnya tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 5 dan 8
digugurkan.
hanya mengukur burnout. Dari hasil analisa CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-square = 1177.11, df = 209, p-value =
0.00000, dan nilai RMSEA = 0.168. Oleh karena itu, penulis melakukan
berkorelasi satu sama lainnya sehingga menghasilkan mpdel yang fit dengan Chi-
hendak diukur secara signifikan serta sekaligus menentukan apakah item tersebut
diterima atau tidak, pengujiannya dilakukan dengan melihat T-value dan muatan
Dari hasil tabel 3.15 dapat dilihat ada 15 item yang signifikan. Dan 7 item
lainnya tidak signifikan karena memiliki T-Values < 1,96 maka item 1, 12, 2, 4, 7,
Teknik analisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh dari Independent
variabel) adalah teknik analisis berganda. Ada empat tahap yang dilakukan untuk
Tahap pertama, peneliti menghitung konstan (a, b1, b2, ..., b10) dari persamaan
regresi Y’ = a + b1XI + b2X2 + .... + b10X10. Sehingga dengan tahap seperti itu,
kedua, menghitung proporsi varian dari burnout yang dapat dijelaskan oleh
2
variabel-variabel independen yang akan diteliti oleh peneliti, yaitu R . Tahap
ketiga, menguji signifikansi dari hasil yang diperoleh. Jadi, dapat diketahui
apakah regresi dari burnout atas sepuluh variabel independen secara statistik
signifikan. Selain itu, dapat diketahui apakah koefisien regresi (b) dari persamaan
regresi secara statistik berbeda dari nol. Semua perhitungan yang telah dijelaskan
dilakukan dengan software SPSS 17. Berikut ini adalah penjelasan secara ringkas
yakni:
Keterangan:
Y1 : Nilai prediksi Y (burnout)
X1 : Physical demand
X2 : Effort
X3 : Mental demand
X4 : Temporal demand
X5 : Performance
X6 : Frustration level
X7 : Dukungan Emosional
X8 : Dukungan Instrumental
64
X9 : Dukungan Informasi
X10 : Dukungan Persahabatan
a : Intercept/Konstan
b : Koefisien regresi untuk masing-masing IV
e :Residu, yang dalam hal ini adalah variabel selain 10 IV yang
mempengaruhi burnout karyawan PT.X
2
R = SS reg
2
Σy
ini, paling tidak ada tiga uji signifikansi. Yang pertama adalah uji signifikansi dari
2 2
R . Lalu R akan diuji signifikansinya dengan uji F, dengan rumus, yaitu:
F = R2/k
(1-R2)/(N-k-1)
Keterangan:
k = jumlah IV
N = jumlah sampel
65
independent variable. Koefisien regresi diuji dengan uji t. Hal tersebut dilakukan
signifikan terhadap dependen variabel, maka peneliti melakukan uji t. Uji t yang
t=
2
dari koefisien b. Selama uji t, peneliti akan menulis R , signifikan tidaknya
uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti
nantinya.
Secara garis besar, penelitian ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu:
pengurangan yang dilakukan benar dan tepat berdasarkan teori yang telah
dipaparkan.
pengelompokan alat ukur menjadi lima bagian, yaitu kata pengantar, data
diri dari subjek, skala beban kerja, dukungan sosial, dan burnout.
pelaksanaan penelitian.
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pembahasan tersebut meliputi deskripsi data, analisis data, dan hasil
penelitian.
Subjek dalam penelitian ini ada 166 orang karyawan PT. X. Selanjutnya akan
Tabel 4.1
Subjek Penelitian
Jenis Kelamin N (166) Presentase
Laki-Laki 89 53.61%
Perempuan 77 46.38%
Berdasarkan data tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jumlah sampel
sebanyak 166 orang. Jumlah sampel dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 89
orang atau 53.61%. Untuk sampel perempuan sebanyak 77 orang atau 46.38%.
Hasil analisis deskriptif mengenai nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan
standar deviasi (SD) dari variabel penelitian ini, digambarkan pada tabel 4.2
sebagai berikut:
67
68
Tabel 4.2
Hasil Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa pertama, variabel burnout memiliki
nilai minimum = 25.28, nilai maksimum = 81.07, nilai mean = 50.000 dan nilai
nilai maksimum = 66.94, nilai mean = 50.000 dan nilai SD = 10.000. Ketiga,
variabel effort memiliki nilai minimum = 25.21, nilai maksimum = 68.83, nilai
memiliki nilai minimum = 29.71, nilai maksimum = 63.64, nilai mean = 50.000
minimum = 32.26, nilai maksimum = 70.01, nilai mean = 50.000 dan nilai SD =
nilai maksimum = 79.21, nilai mean = 50.000 dan nilai SD = 9.99500. Ketujuh,
69
emosional memiliki nilai minimum = 34.17, nilai maksimum = 59.47, nilai mean
memiliki nilai minimum = 32.53, nilai maksimum = 65.93, nilai mean = 50.000
minimum = 35.93, nilai maksimum = 63.95, nilai mean = 50.000 dan nilai SD =
22.31, nilai maksimum = 68.88, nilai mean = 50.000 dan nilai SD = 10.000.
Dengan menggunakan nilai mean dan standar deviasi, maka dapat ditetapkan
norma kategorisasi variabel penelitian seperti yang tertera pada tabel 4.3 berikut
ini:
Tabel 4.3
Norma Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Norma Interpretasi
X > Mean Tinggi
X < Mean Rendah
Kategorisasi dalam penelitian ini dibuat menjadi dua kategori, yaitu tinggi
(dengan pedoman X > Mean) dan rendah (dengan pedoman X < Mean). Setelah
untuk variabel beban kerja (physical demand, effort, mental demand, temporal
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategori Rentang Frequency Percent
Tinggi 56.58-66.94 73 43.9%
Physical demand
Rendah 26.56-48.38 93 56.1%
Tinggi 50.11-68.83 99 59.6%
Effort
Rendah 25.21-49.30 67 40.4%
Tinggi 50.5-63.64 87 52.4%
Mental Demand
Rendah 29.71-49.49 79 47.6%
Tinggi 57.42-70.01 70 42.2%
Temporal Demand
Rendah 32.26-4486 96 57.8%
Tinggi 64.09-79.21 34 20.5%
Frustation Level
Rendah 33.89-49.02 132 79.5%
Tinggi 50.39-66.12 72 43.4%
Performance
Rendah 32.41-49.11 94 56.6%
Dukungan Tinggi 50.01-59.47 77 46.4%
Emosional Rendah 34-17-48.41 89 53.6%
Dukungan Tinggi 51.08-65.93 102 61.4%
Instrumental Rendah 32.53-49.74 64 38.6%
Dukungan Tinggi 50.09-63.95 62 37.3%
Informasi Rendah 35.93-49.99 104 62.7%
Dukungan Tinggi 50.16-68.88 120 72.3%
Persahabatan Rendah 22.31-40.95 46 27.7%
Tahap selanjutnya yaitu uji hipotesis yang digunakan untuk mengetahui besar
Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R-square
untuk mengetahui berapa persen (%) varian DV yang dijelaskan oleh IV, kedua
Kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-
masing IV.
71
berapa persen (%) varians DV yang dijelaskan oleh IV. Tabel R-square
Tabel 4.5
Tabel R-square
Model Summary
Model R R Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Square
a
1 .398 .158 .104 8.18576
Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R-square sebesar 0.158 atau
15.8%. Artinya proporsi dari burnout yang dijelaskan oleh variabel physical
burnout. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Tabel Anova
b
ANOVA
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 1951.688 10 195.169 2.913 .002
Residual 10386.041 155 67.007
Total 12337.729 165
72
Berdasarkan pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai Sig. pada kolom
paling kanan adalah sebesar 0.002. Dengan demikian diketahui bahwa nilai Sig.
< 0.05, maka hipotesis nol yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh yang
signifikan dari dimensi beban kerja (physical demand, effort, mental demand,
dari physical demand, effort, mental demand, temporal demand, frustration level,
variable. Jika nilai Sig. < 0.05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
a
Coefficients
Model Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 59.856 9.750 6.139 .000
PhsycalDemand .085 .068 .098 1.242 .216
Effort -.059 .096 -.052 -.613 .541
MentalDemand -.306 .093 -.256 -3.283 .001
TemporalDemand .106 .068 .123 1.553 .122
FrustationLevel .189 .066 .218 2.869 .005
Performance -.131 .098 -.106 -1.330 .186
DukunganEmosional .062 .102 .052 .614 .540
DukunganInstrumental -.129 .095 -.113 -1.355 .177
DukunganInformasi -.015 .129 -.011 -.119 .905
DukunganPersahabatan .000 .075 .000 .004 .997
a. Dependent Variable: Burnout
73
Burnout= 59.856 + 0.085 physical demand – 0.059 effort – 0.306 mental demand
Dari tabel 4.7 dapat dilihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang
dihasilkan dari masing-masing independent variabel, dilihat bahwa nilai sig pada
Dari hasil di atas, hanya koefisien mental demand dan frustration level
yang signifikan, sedangkan variabel lainnya tidak signifikan. Hal ini menyatakan
bahwa dari sepuluh IV hanya mental demand dan frustration level yang signifikan
1. Nilai koefisien regresi pada variabel physical demand sebesar 0.085 dengan
nilai sig sebesar 0.216 (sig > 0.05), yang berarti bahwa physical demand tidak
2. Nilai koefisien regresi pada variabel effort sebesar -0.59 dengan nilai sig
sebesar 0.541 (sig > 0.05), yang berarti bahwa effort tidak memiliki pengaruh
3. Nilai koefisien regresi pada variabel mental demand sebesar -0.306 dengan
nilai sig sebesar 0.01 (sig < 0.05), yang berarti bahwa mental demand
4. Nilai koefisien regresi pada variabel temporal demand sebesar 0.106 dengan
nilai sig sebesar 0.122 (sig > 0.05), yang berarti bahwa temporal demand
5. Nilai koefisien regresi pada variabel frustration level sebesar 0.189 dengan
nilai sig sebesar 0.005 (sig < 0.05), yang berarti bahwa frustration level
6. Nilai koefisien regresi pada variabel performance sebesar -0.131 dengan nilai
sig sebesar 0.186 (sig > 0.05), yang berarti bahwa performance tidak
dengan nilai sig sebesar 0.540 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
dengan nilai sig sebesar 0.177 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
dengan nilai sig sebesar 0.905 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
10. Nilai koefisien regresi pada variabel dukungan persahabatan sebesar 0.000
dengan nilai sig 0.997 (sig > 0.05), yang berarti bahwa dukungan
IV apakah signifikan atau tidak. Pada tabel 4.8 signifikan bisa dilihat pada kolom
pertama dari kanan, bila sig < 0.05 berarti variabel tersebut signifikan. Sedangkan
Square Change. Besarnya proporsi varians pada burnout dapat dilihat pada tabel
4.8 berikut:
Tabel 4.8
Proporsi Varians
Model Summary
Std. Error Change Statistics
R Adjusted of the R F df1 df 2 Sig. F
Model R
Square R Square Estimate Square Change Change
Change
a
1 .061 .004 -.002 8.65732 .004 .615 1 164 .434
b
2 .156 .024 .012 8.59382 .020 3.433 1 163 .066
c
3 .270 .073 .056 8.40347 .049 8.468 1 162 .004
d
4 .307 .094 .072 8.33079 .021 3.839 1 161 .052
e
5 .371 .137 .110 8.15588 .043 7.979 1 160 .005
f
6 .382 .146 .114 8.14054 .009 1.604 1 159 .207
g
7 .383 .147 .109 8.16261 .001 .141 1 158 .707
h
8 .398 .158 .115 8.13383 .011 2.120 1 157 .147
i
9 .398 .158 .110 8.15948 .000 .014 1 156 .905
b
10 .398 .158 .104 8.18576 .000 .000 1 155 .997
76
burnout. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change = 0.066 (sig >
burnout. Sumbangan tersebut signifikan dengan Sig. F Change = 0.207 (sig >
Dalam bagian ini memuat kesimpulan, diskusi, dan saran. Secara rinci dijelaskan
sebagai berikut:
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan
dari variabel beban kerja yaitu physical demand, effort, mental demand, temporal
persahabatan pada karyawan PT. X. Jika dilihat dari signifikan atau tidak
frustration level. Dan variabel yang tidak signifikan adalah pengaruh physical
5.2 Diskusi
terhadap burnout yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
78
79
15.8%, sedangkan 84.2% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian
ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan dua variabel beban kerja yang berperan
secara signifikan terhadap burnout pada karyawan PT. X. Dan delapan variabel
ada pengaruh yang signifikan dari variabel beban kerja mental demand dan
frustration level. Hal ini sejalan dengan penelitian yang terdahulu yang dilakukan
oleh Maslach et.al., (2008) menyebutkan bahwa beban kerja memiliki pengaruh
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Bakker (2001) yang
memungkinkan karyawan cepat merasa lelah secara fisik maupun mental yang
dapat berkembang pada perilaku kerja yang negatif (Schaufeli, 2008), namun
dalam penelitian ini mental demand memiliki nilai koefisien yang negatif, artinya
semakin tinggi mental demand yang dilakukan oleh karyawan, maka semakin
rendah pula karyawan mengalami burnout. Pada penelitian ini karyawan terlihat
lebih nyaman dengan tingkat mental demand yang tinggi karena mereka merasa
80
signifikan terhadap burnout. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Kusnadi (2014). Beratnya beban kerja yang ditanggung karyawan saat bekerja
mengakibatkan karyawan merasa putus asa, tidak aman, dan mudah tersinggung
kerja.
signifikan pada burnout, salah satunya adalah physical demand tidak memiliki
aktivitas fisik yang dibutuhkan dalam melakukan suatu pekerjaan. Pada penelitian
ini tenaga yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang berkaitan
tinggi physical demand semakin rendah burnout yang terjadi pada karyawan.
Selanjutnya variabel yang tidak signifikan pada penelitian ini adalah effort.
Effort ialah besarnya usaha yang dikeluarkan karyawan untuk mencapai level
yang diperoleh karyawan di tempat kerja, hal ini dapat mengurangi perasaan lelah
secara fisik maupun mental yang dialami karyawan. Jadi semakin tinggi effort
demand ialah tekanan yang berkaitan dengan waktu yang dirasakan selama
dan seberapa puas dengan hasil kerjanya. Besarnya keberhasilan yang diperoleh
Dari hasil penelitian ini juga terdapat variabel dukungan sosial tidak
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap burnout dari dimensi dukungan sosial
persahabatan).
burnout. Pada penelitian ini dukungan emosi kurang dirasakan oleh karyawan
dalam kesehariannya mereka bekerja secara individualis. Hal ini karena karyawan
terlalu fokus terhadap hasil dan target yang ingin dicapai dalam pekerjaannya.
kepeduliaan, empati yang ditunjukkan oleh rekan kerjanya tidak menjadi hal yang
82
signifikan.
secara langsung berupa barang atau jasa yang dapat dirasakan untuk memecahkan
masalah. Pada penelitian ini dukungan instrumental yang diberikan rekan kerja,
baik itu berupa barang atau jasa, belum tentu mengurangi tingkat burnout yang
signifikan terhadap burnout. Dukungan ini berupa pemberian nasihat, saran atau
umpan balik dari orang lain kepada karyawan. Dalam penelitian ini pada saat
karyawan mendapatkan metode atau tugas baru yang harus dikerjakan, pihak
atasan, maupun rekan kerja kurang memberikan arahan atau bimbingan supaya
persahabatan ini berupa adanya kebersamaan, kesediaan, dan aktivas sosial yang
dilakukan antara karyawan dengan keluarga, teman, rekan kerja dan atasan.
Dalam penelitian ini karyawan sering melakukan aktivitas sosial bersama dengan
orang lain, seperti makan siang bersama dengan rekan kerja dan atasan,
tentu bisa menurunkan tingkat burnout yang terjadi pada dirinya, dikarenakan
5.3 Saran
variabel yaitu burnout, dan sebesar 84.2% lainnya dipengaruhi oleh variabel
lain di luar penelitian ini. Oleh sebab itu, bagi yang ingin meneliti burnout
dalam pengisian kuesioner yang dilakukan oleh responden. Hal ini perlu
dilakukan untuk mendapatkan respon item yang lebih baik guna hasil
1. Pada penelitian ini mental demand memiliki arah hubungan negatif, jadi
2. Pada penelitian ini ditemukan bahwa ada pengaruh dari variabel beban kerja
merasa tidak aman, putus asa dan mudah tersinggung. Dengan demikian
Dierendonck, D,V., Schaufeli, W.B., & Buunk, B.P. (1998). The evaluation of an
individual burnout intervention program: the role of inequity and social
support. Journal of Applied Psychology, 83 (3), 392-407. Diunduh pada 23
Maret 2015 dari http://dx.doi.org/10.1037/0021-9010.83.3.392
Dunkel, C., Schetter, Folkman, S., & Lazarus, R.S. Correlates of social support
receipt. Journal of Personality and Social Psychology, 53 (2), 71-
80.doi.0022-3514/87-500
Demerouti, E., & Bakker, A.B. (2007). The oldenberg burnout inventory: A good
alternative to measure burnout (and engagement). Measurement of
Burnout and Engagement. Diunduh pada 22 Februari 2015 dari
http://www.researchgate.net/profile/Arnold_Bakker/46704152_The_Olden
85
86
burg_Burnout_Inventory_A_good_alternative_to_measure_burnout_and
engagement.pdf
Hartono, M. (2001). Ketika tidur tak lagi lelap. Diunduh 30 Mei 2015 dari
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/buk-1.htm
Hart, S.G., & Staveland, L.E. (1988). Development of NASA-TLX (Task Load
Index) result of empirical and theoretical research. Amsterdam: North-
Holland.
Jansen, P.P.M., Bakker, A.B., & De J.A. (2001). A test and refinement of the
demand-control-support model in the construction industry. International
journal of stress management, 8, 315-332.doi. 10.1023/A:1017517716727
Kusnadi, M. A. (2014). Hubungan antara beban kerja dan self efficacy dengan
stress kerja pada dosen universitas X. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya, 3 (1), 1-15. Diunduh pada 30 Mei 2015 dari
http://journal.ubaya.ac.id/index.php/jimus/article/viewFile/749/729
Maslach, C., & Leither, M.P. (2008). Early predictors of job Burnout and
Engagement. Journal of Applied Psychology , 93 (3), 498-
512.doi.10.1037/0021-9010.93.3.498.
Maslach, C., & Leither, M.P. (1997). The thruth about burnout : how about
organization cause personal stress and what to do it. San Fransisco ;
Jossey Bass Publishers
Maslach, C., & Jackson, S.E. (1981). The measurement of experienced burnout.
Jurnal of Occupational Behavior, 2, 99-113.doi. 10.1002/job.4030020205
87
Pines, A.M. (1981). Burnout: from tedium to personal growth. New York: Free
Press
Pines, A., & Maslach, C. (1993). Characteristics of staff burnout in mental health
settings. Hospital Community Psychiatry, 29, 233-237.doi.
10.1176/ps.29.4.233
Pines, A., & Aronson, E. (1988). Career burnout. New York: Free Press
Rosyid, H.F., & Farhati, F. 1996. Karakteristik pekerjaan, dukungan sosial dan
tingkat burnout pada non human service corporation. Jurnal Psikologi, 1,
1-12. Diunduh pada 30 Mei 2015 dari
http://repository.unib.ac.id/6958/1/karyawan.pdf
Sarason, I.G., Levine, H.M., Basham, R.B., & Sarason, B.R. (1983). Assesing
social support: The social support questionnaire. Journal of Personality
and Social Psychology. 44 (1). 127-139. Diunduh pada 10 Mei 2015 dari
http://www.psych.uw.edu/research/sarason/files/socialsupportquestionnaie.
pdf
Schaufeli, W.B., & Bakker, A.B. (2004). Job demans, job resources, and their
relationship with burnout and engagement: a multi-sample study. Journal
of Organizational Behavior, 25, 293-315.doi.10.1002/job.248.
Schultz, D,P., & Schultz, S.E. (2010). Psychology and work today: A introduction
to industrial and organizational psychology.Tenth Edition. United State of
America : Pearson Education
Sitepu, A.T., (2013). Beban kerja dan motivasi pengaruhnya terhadap kinerja pada
PT. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Manado. Jurnal EMBA, 01 (04).
88
Wulandari, S,A. (2013). Persepsi Dukungan Sosial Rekan Kerja Dengan Burnout
Pada Teller Bank. Jurnal Online Psikologi, 01 (02). 503-514. Diunduh
pada 15 Juni 2014 dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jop/article/viewFile/1656/1752
Skala 1
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya merasa perlakuan saya terhadap nasabah adalah
sama
2 Saya dengan mudah dapat memahami apa yang
dirasakan oleh nasabah
3 Saya merasa pekerjaan saya memiliki pengaruh
positif terhadap kehidupan orang lain
4 Saya pandai menciptakan suasana yang nyaman
dengan nasabah
5 Saya merasa lelah secara emosional dengan pekerjaan
saya
6 Saya frustasi dengan pekerjaan saya
7 Saya dapat menangani masalah nasabah dengan baik
8 Berhubungan langsung dengan nasabah membuat
saya stress
9 Saya tidak peduli apa yang akan terjadi pada
beberapa nasabah
10 Saya khawatir pekerjaan ini membuat saya menjadi
orang yang lebih emosional
11 Pekerjaan ini sangat menguras emosi saya
`12 Saya merasa nasabah menyalahkan saya untuk
beberapa masalah mereka
13 Saya lelah setelah bekerja seharian
14 Saya menjadi lebih kejam terhadap orang lain sejak
menjadi karyawan bank
15 Saya merasa sangat semangat dalam bekerja
No Pernyataan SS S TS STS
16 Saya merasa lelah ketika saya bangun di pagi hari dan
harus menghadapi pekerjaan pada hari itu
17 Bekerja menghadapi nasabah setiap hari membuat
saya tertekan
18 Saya senang setelah bekerja dan akrab dengan
nasabah
19 Pekerjaan ini membuat saya menjadi tidak bebas
20 Saya merasa saya bekerja terlalu keras dalam
pekerjaan saya
21 Saya dapat menangani masalah emosional di tempat
kerja dengan sangat tenang
22 Saya telah mencapai banyak hal yang membanggakan
dalam pekerjaan
Skala 2
No Pernyataan SS S TS STS
1 Duduk lebih dari dua jam mengoperasikan computer
2 Terkadang saya melakukan pekerjaan lain saat
pekerjaan sudah selesai
3 Saya harus bekerja lembur untuk menyelesaikan
tugas-tugas saya
4 Saya harus naik turun tangga setiap harinya saat
bekerja
5 Saya kurang cekatan dalam bekerja sehingga
pekerjaan saya tidak selesai tepat waktu
No Pernyataan SS S TS STS
6 Pekerjaan saya tidak mengharuskan untuk berpacu
dengan waktu
7 Setelah menyelesaikan tugas yang sangat rumit, saya
merasa lega ketika orang lain memuji hasil kerja saya
8 Pekerjaan yang saya lakukan dikantor hanya
mengangkat telepon
9 Saya bersikap santai ketika target tidak tercapai
sesuai dengan standar kerja perusahaan
10 Saya nyaman dan aman bekerja di perusahaan ini
11 Saya dapat menikmati pekerjaan yang saya lakukan
`12 Saya memaksimalkan daya ingat saya dalam bekerja
13 Saya mudah putus asa menghadapi masalah yang
sulit diselesaikan saat bekerja
14 Tugas yang menumpuk membuat saya mengantuk
saat bekerja
15 Pekerjaan saya memiliki kerumitan yang tinggi,
sehingga mengharuskan saya untuk berpikir keras
16 Saya tidak serius dalam mengerjakan tugas kantor
17 Saya harus bekerja sangat cepat untuk menyelesaikan
pekerjaan saya
18 Aktivitas fisik saya dikantor tidak melelahkan bagi
saya
19 Saya merasa gelisah ketika pekerjaan saya belum
selesai sesuai target perusahaan
20 Saat bekerja saya memiliki waktu luang untuk
bersantai
No Pernyataan SS S TS STS
21 Saat jam kerja selesai, saya tetap pulang meskipun
pekerjaan saya belum selesai
22 Pekerjaan saya membuat saya jarang beristirahat
Skala 3
No Pernyataan SS S TS STS
1 Teman saya memberikan saran agar saya lebih
memperhatikan kesehatan saya
2 Teman-teman saya memberikan bantuan pinjaman
uang di saat saya membutuhkannya
3 Saat saya sakit, beberapa rekan kerja saya bersedia
menggantikan tugas saya.
4 Orang tua saya sering sekali memberikan nasihat
kepada saya
5 Saya beberapa kali makan siang bersama dengan
rekan dan atasan saya
6 Rekan kerja saya tidak bersedia meminjamkan user
ID miliknya, saat user ID saya terblokir
7 Keluarga tidak mau direpotkan ketika saya
membutuhkan bantuan terkait tugas kantor
8 Keluarga saya sering mengajak saya berbelanja
bersama
9 Rekan kerja saya kurang bersedia memberikan
informasi yang saya perlukan ditempat kerja
10 Saya merasa diacuhkan dilingkungan kerja saya
No Pernyataan SS S TS STS
11 Beberapa kali saya tidak diajak dalam kegiatan sosial
dikantor
12 Anggota keluarga di rumah sudah kurang peduli lagi
kepada saya
13 Atasan saya kurang memberikan pendapat kepada
saya mengenai sesuatu yang di anggap perlu untuk
saya
14 Teman-teman saya sulit meluangkan waktu bersama
dengan saya
15 Perhatian dari keluarga memotivasi saya untuk
bekerja lebih baik lagi
16 Banyak rekan kerja saya yang peduli akan masalah
yang saya hadapi
Lampiran
SYNTAX EFFORT
SYNTAX PERFORMANCE
SYNTAX DUKUNGAN EMOSIONAL
SYNTAX BURNOUT