Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Disusun Oleh:
SIESCHA ALFIANT DARRING
1111070000050
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016
MOTTO:
(ARISTOTLE)
v
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) April 2016
C) Siescha Alfiant Darring
D) Pengaruh Trait Kepribadian, Locus of Control, dan Stressor Kerja terhadap
Perilaku Kerja Kontraproduktif
E) vi + 83 halaman + lampiran
F) Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh trait
kepribadian, locus of control dan stressor kerja terhadap perilaku kerja
kontraproduktif. Lebih spesifiknya menguji pengaruh stressor kerja yang
dimoderatori oleh locus of control. Subjek pada penelitian ini berjumlah 221
pekerja swasta di wilayah Jabodetabek yang diambil dengan teknik non
probability sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) digunakan untuk
menguji validitas alat ukur dan Multiple Regression Analysis digunakan untuk
menguji hipotesis penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
secara keseluruhan dari trait kepribadian, locus of control, dan stressor kerja
terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Hasil penelitian juga menunjukkan
proporsi varians dari perilaku kerja kontraproduktif yang dijelaskan oleh
seluruh variabel independen adalah 50,8%, sedangkan 49,2% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Secara spesifik, kendala
organisasi, konflik interpersonal dan locus of control mempunyai pengaruh
yang kuat terhadap perilaku kerja kontraproduktif yang dilakukan karyawan.
G) Bahan bacaan : 44 ; 7 buku + 33 jurnal + 1 tesis + 1 artikel + 2 web internet
vi
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) March 2016
C) Siescha Alfiant Darring
D) The influence of Trait Personality, Locus of Control, and Job Stressor to
Counterproductive Work Behavior.
E) vii + 141 pages + appendix
F) This study was conducted to examine the significance influence of trait
personality, locus of control, and job stressor to counterproductive work
behavior. More specifically, examined whether the relationship between work
stressors and CWB was moderated by locus of control. The subject at this
research are 221 employees in Jabodetabek who is taken with non probability
sampling. CFA (Confirmatory Factor Analysis) is used to test the validity of
instrument and Multiple Regression Analysis is used to test the research
hypothesis.
The result showes that there is an effect of trait personality, locus of
control and job stressor to counterprodukctive work behavior. The result also
showes the proportion of the variance of counterproductive work behavior by
all independent variables was 50.8%, while 49.2% was influenced by other
variables, that outside of this research. Specifically, organizational constraints,
interpersonal conflict and locus of control were more strongly related to
counterproductive behavior for employees. This suggests work locus of
control as an important variable to consider in counterproductive work
behavior research.
G) Reference: 44 ; 7 books + 33 journals + 1 thesis + 1 article + 2 web internet
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pengaruh trait kepribadian, locus of control dan stressor kerja terhadap
perilaku kerja kontraproduktif”. Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan
kepada Nabi Muhammad SAW, atas segala perjuangannya kita dapat merasakan
indahnya hidup saat ini. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini
tidak dapat terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si., Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Abdul
Rahman Saleh, M.Si., Wakil Dekan Bidang Umum Ikhwan Luthfi, M.Si.,
dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Dr. Diana Mutiah, M.Si., yang
telah memberikan peneliti kesempatan untuk belajar selama di Fakultas
Psikologi.
2. Bapak Miftahuddin, M.Si, sebagai dosen pembimbing skripsi dengan
kesabaran telah memberikan banyak saran dan kritik selama masa
penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Jahja Umar, Ph.D., sebagai dosen pembimbing seminar proposal
yang telah memberikan banyak pembelajaran maupun saran dan kritik
selama perkuliahan, proposal skripsi serta pembahasan hasil penelitian.
3. Nia Tresniasari, M.Si., sebagai dosen pembimbing akademik dengan
kesabaran telah memberikan bimbingan, masukan serta ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama menjalani perkuliahan dan
penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, yang telah banyak memberikan pelajaran berharga, baik itu
akademis maupun non akademis selama masa perkuliahan.
5. Kedua orang tua, Anton Widio Pratomo, SE, MM dan Mira Nurhayati
yang selalu memberikan dukungan moril dan material serta doa tulus dan
motivasi yang tiada hentinya. Adik-adik penulis, Mariesha Darring dan
viii
M Bobby Rais Darring yang selalu menjadi motivasi penulis untuk dapat
membanggakan keluarga.
6. Teman-teman penulis Firdaus Kamilia Arista, Dini Rizky F, Intan
Prawesti, Fitria Nurjanah, Annisya Sekar Suryati, May Tunggal Putri,
Meggy Octariany, Fuji Setiawan, Akbar Nugraha, M Khoiri dan
Kurniawan Ramadhan. Teman-teman peminatan psikometri Rahmi
Ramadhani, Citra Febriyanti, Imanurul Aisha, Mulhimi Achmad,
Nurhalimah, Fradana Sapta, M Iqbal, Samsi Pranata, dan Suparman yang
telah melewati susah senang bersama-sama selama masa perkuliahan.
8. Psikologi 2011, khususnya Psikologi B yang telah menjadi keluarga bagi
penulis selama di Ciputat dan memberikan banyak kesan dan kenangan
selama masa perkuliahan penulis.
9. Komunitas Urban Sakola yang senantiasa menjadi penyemangat penulis
untuk terus menyalurkan ide dan memberikan inspirasi untuk terus
berbagi kepada sesama.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang turut serta
membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, terima kasih.
Semoga Allah memberikan pahala yang tak henti-hentinya, sebagai balasan atas
segala kebaikan dan bantuan yang diberikan. Harapan penulis, semoga skripsi ini
memberi manfaat, khususnya bagi penulis sendiri, para pembaca dan seluruh
pihak yang terkait.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
BAB 3 METODE PENELITIAN .............................................................. 32
3.1 Populasi, Sampel dan
32
Teknik Pengambilan Sampel .......................................................
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 32
3.2.1 Variabel penelitian ........................................................... 32
3.2.2 Definisi operasional variabel ........................................... 33
3.3 Teknik Pengumpulan data............................................................ 34
3.4 Instrumen Pengumpulan Data...................................................... 35
3.4.1 Skala perilaku kerja kontraproduktif................................ 36
3.4.2 Skala trait kepribadian...................................................... 36
3.4.3 Skala locus of control....................................................... 37
3.4.4 Skala kendala organisasi .................................................. 38
3.4.5 Skala konflik interpersonal............................................... 38
3.4.6 Skala beban kerja.............................................................. 39
3.5 Uji Validitas Konstruk.................................................................. 39
3.5.1 Uji validitas skala perilaku kerja kontraproduktif............ 41
3.5.2 Uji validitas skala agreeableness ..................................... 43
3.5.3 Uji validitas skala conscientiousness................................ 44
3.5.4 Uji validitas skala neuroticism......................................... 46
3.5.5 Uji validitas skala locus of control................................... 47
3.5.6 Uji validitas skala kendala organisasi............................... 48
3.5.7 Uji validitas skala konflik interpersonal........................... 50
3.5.8 Uji validitas skala beban kerja.......................................... 51
3.6 Metode analisis data .................................................................... 52
3.7 Prosedur Penelitian ...................................................................... 54
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Karyawan adalah aset bagi perusahaan. Dalam ilmu Psikologi Industri dan
timbal balik yang positif. Produktivitas karyawan yang baik dapat menguntungkan
Perilaku karyawan di dunia kerja ada yang menguntungkan baik itu untuk
dirinya sendiri, kerja sama kelompok, maupun perusahaan, namun ada pula yang
tersebut dapat berupa kerugian materil yang ditanggung oleh perusahaan. Selain
itu menurut Everton, Jolton dan Mastrangelo (dalam Permatasari, 2011) perilaku
dan membuat situasi kerja tidak nyaman. Perilaku kerja seperti ini disebut
sah (Sackett & DeVore, 2001). Definisi yang diberikan jelas menunjukkan bahwa
perilaku ini adalah pelanggaran norma-norma organisasi (Sprung & Jex, 2012).
1
2
Dalam literatur lain Rotundo dan Spector mengungkapkan bahwa perilaku kerja
keduanya (dalam Sprung & Jex, 2012). Contoh perilaku yang termasuk perilaku
keterlambatan dll), pelecehan, dan penggunaan narkoba di tempat kerja. (Gruys &
Selama abad 21, psikologi telah meningkatkan perhatian pada perilaku ini
perilaku ini di tempat kerja (dalam Dilchert, Ones, Davis & Rostow, 2007).
adalah kerugian yang tidak sedikit yang dialami oleh organisasi dan masyarakat di
enam miliar dollar sampai 200 miliar dollar per tahun untuk kerugian organisasi
(dalam Hafidz, 2012). Penelitian lain oleh Coffin, Steers dan Rhodes melaporkan
bahwa estimasi kerugian di Amerika Serikat yang disebabkan oleh pencurian yang
3
dilakukan karyawan dalam setahunnya dapat mencapai lebih dari 40 miliar dollar,
mencapai sekitar 30 miliar dollar (dalam Christian & Ellis, 2011). Hal ini sama
sekali tidak mengejutkan, karena Harper pada tahun 1990 menemukan bahwa 33-
75% dari proporsi karyawan telah terlibat beberapa jenis perilaku kerja
sebuah penelitian menemukan bahwa lebih dari 40% karyawan terlibat dalam
bahwa hingga 80% dari karyawan mencuri dari atasan mereka. Statistik Amerika
biaya pencurian internal dan penipuan diperkirakan pada 50 miliar dollar per
Selain itu perilaku kerja kontraprodukif juga mempengaruhi modal manusia pada
tingkat kepuasan dan turn over yang yang tinggi terjadi pada karyawan. Perilaku
kerja kontraproduktif dapat menyebabkan perasaan tidak puas dan stres, dan
Arvey, & Lawless, 1996; Dunlop & Lee, 2004; Glomb, 2002). Survei yang
dilakukan oleh Jobstreet (2014) bahwa dari 17,623 responden yang diteliti tentang
kepuasan kerja mereka menunjukan bahwa 73% tidak puas dengan pekerjaan
mereka yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pekerjaan yang tidak sesuai
atasan dan lingkungan yang acuh. Survei lain yang dilakukan kepada pekerja
dibawah 35 tahun menunjukan bahwa 65,8% dari mereka hanya dapat bertahan
satu tahun pada pekerjaan mereka. Ini disebabkan oleh pekerja tidak merasa
bahagia dengan pekerjaannya dan lingkungan kerja yang tidak sesuai. Hal ini
kegagalan bisnis, hingga dua persen dari penjualan bisnis tahunan. Ini hanya
mengakibatkan kerugian serius yang dapat langsung diamati, atau perilaku begitu
perilaku kerja kontraproduktif tetap dianggap penting untuk diteliti lebih lanjut
oleh para peneliti baik di kalangan praktisi ataupun akademisi karena akan sangat
menjadi topik yang sangat menarik bagi organisasi dan para peneliti karena terkait
perilaku kerja kontraproduktif juga terjadi pada sektor swasta. Dari hasil observasi
yang dilakukan selama tiga bulan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta,
kontraproduktif seperti telat hadir dengan sengaja, istirahat lebih lama, atau
sengaja meninggalkan pekerjaan dan mengobrol dengan karyawan lain. Dari hasil
kontraproduktif ini lebih banyak diarahkan pada tingkat analisis individu, yaitu
yang paling disering ditujukan untuk menjelaskan variasi dari pola perilaku yang
Dilchert, et.al., 2007). Salah satu faktor kepribadian yaitu conscientiousness ini
2007;. Dalal, 2005; Dudley, Orvis, Lebiecki, & Cortina, 2006). Kecenderungan
cenderung mudah percaya dengan orang lain, murah hati, suka menolong, dapat
menerima keadaan, dan baik hati tidak memungkinkan ia untuk berperilaku kerja
rendah secara umum mudah curiga, pelit, tidak ramah, mudah terluka dan selalu
mudah emosi, mudah cemas dan sulit untuk mengatasi stres yang dialami dapat
terlibat dalam perilaku kerja kontraproduktif lebih tinggi. Hal ini didukung oleh
(Berry, Ones, 2007; Dalal, 2005; Salgando, 2002), sedangkan penelitian lain telah
meneliti efek utama stressor kerja (Bruk Lee & Spector, 2006; Chen & Spector,
1992; Diefendroff & Mehta, 2007). Stressor kerja memang sudah menjadi efek
cenderung meningkat ketika adanya stressor kerja. Beberapa penelitian pun sudah
meneliti efek interaktif dari perbedaan individu dan stressor kerja pada perilaku
apakah ada hubungan antara stressor kerja dan perilaku kerja kontraproduktif
yang dimoderatori oleh kepribadian karyawan. Selain itu Penney dan Spector
efektifitas negatif. Secara umum hasil dari penelitian ini adalah bahwa stressor
kerja secara konsisten menghasilkan hubungan positif yang lebih kuat dengan
yang rendah atau rendah di efektifitas negatif, serta dari kalangan pekerja yang
yang memiliki locus of control eksternal cenderung untuk terlibat lebih dalam
percaya bahwa apa pun yang terjadi adalah karena faktor eksternal
(keberuntungan atau orang lain) dan tidak pernah karena diri mereka sendiri. Oleh
karena itu, individu yang memiliki locus of control eksternal lebih mungkin untuk
untuk menyalahkan perilaku mereka pada faktor eksternal (dalam Hafidz, 2012).
8
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sprung dan Jex (2012) berusaha
(1966) locus of control mengacu pada sejauh mana orang percaya bahwa mereka
bahwa hasil yang ia dapatkan adalah hasil dari perilaku mereka sendiri, sedangkan
disebabkan faktor diluar kendali mereka. Selain meneliti tentang work locus of
Sandler dan Lakey mengemukakan bahwa orang dengan locus of control internal
orang dengan locus of control eksternal. Orang dengan locus of control internal
menghadapi tugas, serta percaya ada hal yang bisa mereka lakukan untuk
Penelitian ini menguji peran locus of control sebagai moderator hubungan antara
perilaku kerja kontraproduktif dan frustasi lebih kuat terjadi pada orang yang
9
memiliki locus of control eksternal daripada yang internal (dalam Sprung & Jex,
2012).
perilaku kerja kontraproduktif ini, penting untuk diteliti lebih lanjut mengenai
pengaruh trait kepribadian dan locus of control terhadap timbulnya perilaku kerja
kontraproduktif. Selain itu stressor kerja menjadi faktor eksternal yang diteliti
dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil judul penelitian,
yaitu : ”Pengaruh trait kepribadian, locus of control dan stressor kerja terhadap
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal yang berkaitan dengan trait
klien, rekan kerja, pelanggan dan atasan). Perilaku tersebut seperti abuse,
bagaimana tipe seseorang dalam memberikan respon pada suatu situasi atau
pada orang lain. Dalam hal ini trait kepribadian yang diambil adalah
3. Locus of control adalah harapan umum bahwa reward, punishment atau hasil
kerja), serta interaksi locus of control dan kendala organisasi, interaksi locus
of control dan konflik interpersonal, interaksi locus of control dan beban kerja
interaksi locus of control dan kendala organisasi, interaksi locus of control dan
kerja), serta interaksi locus of control dan kendala organisasi, interaksi locus
of control dan konflik interpersonal, interaksi locus of control dan beban kerja
1. Untuk mengetahui pengaruh trait kepribadian, locus of control dan stress kerja
kontraproduktif.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
yang nyata terjadi pada pegawai di lingkungan kantor. Selain itu juga untuk
LANDASAN TEORI
pekerjaan.
berkaitan dengan keseriusan tidakan (kecil atau serius) dan sasaran (individu atau
organisasi/perusahaan.
13
14
Robinson dan Bennet (1995), kategori agresi pribadi yang dimaksud adalah
peralatan, menerima suap, berbohong tentang jam kerja, mencuri dari perusahaan.
tindakan yang disengaja oleh anggota organisasi yang melanggar inti organisasi
atau norma-norma sosial. Vardi dan Wiener percaya bahwa intensionalitas adalah
perusahaan yang keliru untuk mengembang harga saham) dan jenis perilaku tipe
pelanggan dan atasan). Perilaku tersebut seperti perilaku kasar terhadap orang lain
(abuse), sabotage, theft, withdrawal (absen dan terlambat kerja), dan production
deviance.
definisi dari Spector (2006) yaitu perilaku yang dimaksudkan untuk merugikan
organisasi atau anggota mereka (misalnya klien, rekan kerja, pelanggan dan
15
atasan). Perilaku tersebut seperti perilaku kasar terhadap orang lain (abuse),
sabotage, theft, withdrawal (absen dan terlambat kerja), dan production deviance.
Dimensi lain perilaku kerja kontraproduktif menurut Spector, et. al. (2006) dibagi
menjadi lima subskala yang terdiri dari sabotage, theft, abuse, production
yaitu :
1. Sabotage
komputer.
2. Theft
3. Abuse
4. Production deviance
5. Withdrawal
yang diberikan, dan cara bekerja. Hal ini kemudian mempengaruhi perilaku
kerja individu yang diberikan seperti kepuasan kerja, motivasi kerja, absensi
Segala sesuatu yang terjadi di dalam sebuah kelompok kerja akan berpengaruh
Pengaruh kelompok kerja dan budaya organisasi dalam hal ini bahwa
5. Stressor kerja
Beberapa penelitian (Bruk Lee & Spector, 2006; Chen & Spector, 1992;
Diefendroff & Mehta, 2007) telah meneliti stressor kerja sebagai efek utama
6. Locus of Control
1. The Workplace Deviance Scale dikembangan oleh Robinson & Bennet tahun
oleh Paul E. Spector tahun 2006. Pengukuran ini dibagi menjadi lima
18
subskala yang terdiri dari sabotage, theft, abuse, production deviance, dan
Paul E. Spector (2006). Alat ukur ini digunakan karena lima subskala yang terdiri
fenomena perilaku kerja kontraproduktif yang banyak terjadi . Total item pada
Definisi kepribadian menurut Allport (dalam Hall & Lindzey, 2005) adalah
dalam berbagai pola yang sebenarnya. Semakin konsisten dan sering munculnya
Terdapat beberapa pendekatan yang dikemukakan oleh para ahli untuk memahami
trait individu. Salah satunya adalah Five Factor Model atau yang lebih sering
disebut dengan Big Five Personality milik Costa dan McCrae (dalam Feist, 2008).
Five factor model adalah pengenalan lima komponen yang berbeda yang ketika
bagaimana tipe seseorang dalam memberikan respon pada suatu situasi atau pada
orang lain.
tentang model lima-faktor kepribadian atau yang sering disebut dengan istilah
NEO-PI. NEO-PI adalah revisi dari inventori kepribadian yang tidak diterbitkan
akhirnya pada tahun 1992 Costa dan McCrae memunculkan revisi dari NEO-PI
yaitu Revised NEO-PI. Sampai saat ini banyak psikolog kepribadian yang telah
Costa dan McCrae yaitu gambaran yang sebenarnya tentang bagaimana tipe
seseorang dalam memberikan respon pada suatu situasi atau pada orang lain.
Dalam penelitian ini trait kepribadian yang akan dipakai yaitu agreeableness,
perilaku kerja kontraproduktif (Dilchert, et.al., 2007, Berry, Ones, 2007; Dalal,
McCrae dan Costa (dalam Feist, 2008) menyatakan bahwa sifat dalam domain
1. Conscientiousness
2. Agreeableness.
dengan orang lain, murah hati, suka menolong, dapat menerima keadaan, dan
baik hati. Sedangkan individu yan memiliki skor agreeableness yang rendah
secara umum mudah curiga, pelit, tidak ramah, mudah terluka dan selalu
3. Neuroticism.
Individu yang memiliki skor neuroticism yang tinggi cenderung mudah cemas,
Alat ukur yang digunakan dalam mengukur trait kepribadian adalah BFI (Big Five
Inventory) disusun berdasarkan trait kepribadian Big Five Personality milik Costa
dan McCrae. Alat ukur ini berjumlah 26 item yang diukur melalui dimensi
Konsep locus of control dikemukakan oleh Julian Rotter pada tahun 1950. Locus
hari. Menurut Rotter (1966), locus of control adalah cara pandang seseorang
terhadap suatu peristiwa apakah seseorang itu dapat atau tidak mengendalikan
peristiwa yang terjadi. Locus of control juga dapat dikatakan sebagai suatu
individu tersebut.
sebagai tingkat dimana individu yakin bahwa mereka adalah penentu nasib
dipertanyakan dan suatu nilai yang terletak pada peristiwa. Sedangkan menurut
Pervin (2005) konsep locus of control adalah bagian dari Social Learning Theory
kehidupan seseorang.
Dalam organisasi yang dimaksud reward atau hasil yang dicapai seperti promosi,
O'brien (1983) dan Spectors (1982) dalam ulasannya mengatakan bahwa locus of
control internal cenderung lebih puas dengan pekerjaan mereka daripada eksternal
pada Spector (1988), locus of contol adalah harapan umum bahwa reward,
reward atau hasil yang dicapai seperti promosi, keadaan yang menguntungkan,
Adapun terdapat dua jenis locus of control menurut Rotter (1966), yaitu :
tersimpan potensi besar untuk menentukan nasib sendiri, tidak peduli apakah
tinggi akan mudah pasrah dan menyerah jika sewaktu–waktu terjadi persoalan
sulit sebagai ancaman bagi dirinya, dan dimana segala hasil yang didapat baik
atau buruk berada diluar kontrol diri mereka tetapi karena faktor luar seperti
Internal-External Locus of Control Scale. Skala ini terdiri atas 23 item dengan
tambahan enam item pengisi yang merupakan forced-choice. Skala ini mengukur
locus of control secara umum, bukan untuk mengukur locus of control dalam
domain tertentu. Levenson (1972) memperbaiki skala Rotter tersebut dan disusun
kembali menjadi sebuah skala dengan nama skala Internal, Powerful Others and
Locus of Control Scale (W-LCS). Skala ini terdiri dari 16 item yang digunakan
untuk mengukur tinggi rendahnya locus of control pada individu yang mana dapat
diartikan individu itu memiliki kecenderungan locus of control internal atau locus
of control eksternal.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Work Locus of
Control Scale (W-LCS) dari Spector (1988) karena intrumen item ini memang
dirancang untuk mengukur locus of control pada situasi kerja sehingga dapat
dengan apa yang diinginkanya dan hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan
penting. Stres adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan
24
oleh tuntutan fisik (badan), atau lingkungan, dan situasi sosial. Stres juga
didefinisikan sebagai tanggapan atau proses internal atau eksternal yang mencapai
tingkat ketegangan fisik dan psikologis sampai pada batas atau melebihi batas
Adapun stres yang dialami dipicu oleh berbagai hal antara lain oleh
pekerjaan. Hal tersebut yang disebut dengan stressor kerja. Stressor kerja
memiliki potensi untuk menyebabkan kesehatan yang buruk (Jex, Beehr, &
Roberts, 1992). Asad dan Khan (2003) mendefinisikan stres pekerjaan sebagai
efek ketegangan yang dirasakan seorang pekerja yang ditimbulkan oleh tekanan
untuk memenuhi tugas dan merespon batas akhir (deadline) pekerjaan. Menurut
Robbins dan Judge (2009) stressor dapat dibagi ke dalam tiga kategori besar,
yakni stressor yang berasal dari faktor lingkungan (environmental factors), faktor
(1998) mengungkapkan tiga jenis stressor kerja yaitu kendala organisasi, konflik
Adapun dimesi atau bentuk-bentuk stressor kerja yang dipakai pada penelitian ini
yaitu :
1. Kendala Organisasi
dengan kinerja. Selain itu, harus berhubungan dengan kendala afektif, seperti
2. Konflik Interpersonal
sebagai proses dinamis yang terjadi antara berbagai pihak sebagai reaksi
perselisihan kecil antara rekan kerja berbentuk serangan fisik pada orang
lain. Jenis konflik interpersonal yaitu konflik terbuka, misalnya kasar kepada
3. Beban Kerja
Dalam arti yang sangat umum, beban kerja mewakili volume pekerjaan yang
dihasilkan dari seorang karyawan. Artinya, beban kerja dapat diukur dalam hal
jumlah jam kerja, tingkat produksi, atau bahkan tuntutan mental pekerjaan
yang dilakukan. Beban kerja, di sisi lain, menyangkut tugas-tugas lebih yang
Pada penelitian ini alat ukur yang dipakai untuk mengukur stres kerja terbagi
dikembangkan oleh Spector (1988) berjumlah 4 item. Beban Kerja diukur melalui
26
dilakukan individu baik sengaja maupun tidak sengaja yang bertentangan atau
of control dan stressor kerja (kendala organisasi, konflik interpersonal, dan beban
kerja).
Dalal, 2005; Dudley, Orvis, Lebiecki, & Cortina, 2006). Kecenderungan umum
kepribadian lain individu yan memiliki skor agreeableness yang rendah secara
umum mudah curiga, pelit, tidak ramah, mudah terluka dan selalu mengkritik
orang lain cenderung terlibat dalam perilaku kerja kontraproduktif (Bowling &
Eschleman, 2010).
signifikan terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Ini dapat diartikan individu yang
cenderung tempramental, mudah emosi, mudah cemas dan sulit untuk mengatasi stres
yang dialami dapat terlibat dalam perilaku kerja kontraproduktif lebih tinggi. Hal ini
didukung oleh penelitian oleh Hafidz (2012) yang mengungkapkan bahwa individu
kontraproduktif.
Individu yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa apa pun
yang terjadi adalah karena faktor eksternal (keberuntungan atau orang lain) dan
tidak pernah karena diri mereka sendiri. Oleh karena itu, individu yang memiliki
locus of control eksternal lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku kerja
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Sprung dan Jex (2012) berusaha
orientasi internal percaya bahwa hasil yang ia dapatkan adalah hasil dari perilaku
Bowling dan Eschleman (2010) dan Sprung dan Jex (2012) mengungkapkan
dengan dimesi dari stressor kerja (kendala organisasi, konflik interpersonal, dan
beban kerja) terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Penelitian dari Jex dan
Sprung (2012) mengungkapkan bahwa ada pengaruh yang signifikan ketika locus
konflik interpersonal atau beban kerja). Dari beberapa penjelasan diatas jika
kerja dengan dimensi kendala organisasi, konflik interpersonal dan beban kerja
maka kerangka berpikir dalam penelitian ini akan tampak seperti bagan berikut.
29
Trait Kepribadian
Agreeableness
Conscientiousness
Neuroticism
Locus of control
Perilaku
Stressor Kerja
Kerja
Kendala Organisasi
Kontraproduktif
Konflik Interpersonal
Beban kerja
Hipotesis Mayor :
organisasi, konflik interpersonal, dan beban kerja), interaksi locus of control dan
interaksi locus of control dan beban kerja terhadap perilaku kerja kontraproduktif.
Hipotesis Minor :
kerja kontraproduktif.
H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan beban kerja dari dimensi stres kerja
H10 : Terdapat pengaruh yang signifikan interaksi locus of control dan beban
METODE PENELITIAN
penelitian ini adalah pekerja full time (non freelancer) pada perusahaan swasta
minimal sudah bekerja selama tiga bulan dan usia minimal 18 tahun. Besarnya
sampel yang didapat pada penelitian ini berjumlah 221 orang. Teknik sampling yang
digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling yang berarti peluang
terpilihnya setiap anggota populasi untuk menjadi responden tidak dapat dihitung.
Varibel yang akan diteliti dalam penelitian ini terdiri dari perilaku kerja
stressor kerja yang meliputi kendala organisasi, konflik interpersonal dan beban
kerja.
locus of control, kendala organisasi, konflik interpersonal dan beban kerja sebagai
32
33
organisasi yang dapat membahayakan anggota dan organisasi yang diukur melalui
2. Agreeablenes adalah individu yang cenderung mudah percaya dengan orang lain,
murah hati, suka menolong, dapat menerima keadaan, dan baik hati. Sedangkan
individu yan memiliki skor agreeableness yang rendah secara umum mudah
curiga, pelit, tidak ramah, mudah terluka dan selalu mengkritik orang lain. Yang
peka terhadap suara hati, tepat waktu, dan tekun. Sebaliknya, individu yang
ceroboh, dan tidak berarah tujuan dan tampaknya mudah menyerah terhadap
kesuliatan yang dihadapi. Yang diukur melalui skala big five inventory.
34
4. Neuroticism adalah individu yang memiliki skor neuroticm yang tinggi cenderung
tinggi, emosional, dan rapuh terhadap gangguan yang berkaitan dengan stress.
bertemperamen lembut, puas diri, dan tidak berperasaan. Yang diukur melalui
5. Locus of control dalam penelitian ini diartikan sebagai tingkat dimana individu
yakin bahwa mereka adalah penentu nasib mereka sendiri atau karena faktor dari
luar dirinya yang diukur dengan skala work locus of control. Nilai yang tinggi
6. Kendala organisasi dalam penelitian ini adalah banyaknya situasi atau sesuatu
yang menggangu performa kerja di tempat kerja yang diukur melalui skala
organizational constraints.
membangun hubungan baik dengan orang lain di tempat kerja yang diukur
8. Beban kerja dalam penelitian ini adalah banyaknya pekerjaan yang dikerjakan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang diberikan
langsung kepada subjek penelitian. Peneliti menggunakan skala likert dalam penilaian
35
empat kategori jawaban yaitu sangat sering, sering, jarang, dan sangat jarang.
dan beban kerja. Adapun skor penilaian satu tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Skor penilaian 1
Item
Alternatif Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat sering 4 1
Sering 3 2
Jarang 2 3
Sangat jarang 1 4
Adapun skor penilaian skala trait kepribadian dan locus of control memakai
kategori jawaban kedua, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan
STS (Sangat Tidak Setuju). Skor penilaian kedua tersebut dapat dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Skor Penilaian 2
Item
Alternatif Jawaban
Favorable Unfavorable
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Dalam penelitian ini alat ukur yang dipakai sebagai instrumen pengumpulan data
diadaptasi dari beberapa skala yang sudah baku. Adapun skala yang dipakai yaitu
skala perilaku kerja kontraproduktif, skala trait kepribadian yang mengukur dimensi
stressor kerja yang terdiri dari skala kendala organisasi, skala konflik interpersonal
dikemukakan oleh Paul E. Spector terdiri dari 32 item. Blue print skala perilaku kerja
Tabel 3.3
Blueprint Skala Perilaku Kerja Kontraproduktif
Item
Aspek Indikator Jumlah
Fav Unfav
Sabotage Perilaku menyimpang di tempat kerja 1, 5,6 - 3
yang bersifat merusak peralatan kantor
dengan sengaja atau tidak
mempergunakan fasilitas kantor
Production Ketidakmampuan seseorang untuk 2, 10, 12 - 3
deviance melakukan pekerjaan secara efektif
Abuse Perilaku menyimpang bersifat 8, 9, 14,15, 19, - 17
interpersonal yang merupakan bentuk 20, 21, 23, 24,
emosi negatif 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32
Theft Perilaku menyimpang di tempat kerja 7, 16, 17, 18, - 5
yang bersifat mengambil atau mencuri 22
barang milik kantor dan tidak
dikembalikan
Withdrawal Perilaku yang membatasi atau 3, 4, 11, 13 - 4
mengurangi jumlah waktu kerja yang
dibutuhkan oleh organisasi
Total 32 - 32
Skala Trait Kepribadian (Big Five Personality) disusun berdasarkan trait kepribadian
Big Five Personality milik Costa dan McCrae. Alat ukur ini berjumlah 26 item yang
37
Tabel 3.4
Blueprint Skala Trait Kepribadian
Item
Aspek Indikator Jumlah
Fav Unfav
Agreeableness Memiliki kepercayaan, sikap 4, 10, 1, 7, 16, 9
berterusterang, keinginan 13, 19, 22
membantu orang lain, reaksi 25
konflik interpersonal,
kerendahan hati, dan rasa
simpati
Conscientiousness Memiliki kemampuan dan 2, 8, 17, 5, 11, 14, 9
keahlian, tingkat kemampuan 20, 23, 26
mengorganisir, taat pada tugas,
pencapaian prestasi, mampu
mengatur diri, berpikir sebelum
bertindak
Neuroticism Perasaan cemas, rasa 3, 9, 12, 6, 18, 21, 8
permusuhan, perasaan tertekan, 15, 24
kesadaran diri, perasaan kurang
dapat menahan keinginan,
kerapuhan
Total 15 11 26
tahun 1988. Alat ukur ini terdiri dari 16 item. Alat ukur ini menilai individu yang
memiliki locus of control eksternal, Pada instrument ini penilaiannya adalah semakin
tinggi skor locus of control berarti individu tersebut cenderung memiliki locus of
control eksternal. Sebaliknya semakin rendah skor yang didapat maka individu
tersebut cenderung memiliki locus of control internal. Adapun blue print dari skala
Tabel 3.5
Blueprint Skala Locus of Control
Item
Aspek Indikator Jumlah
Fav Unfav
Locus of control Sejauh mana individu percaya 5, 6, 8, 9, 1, 2, 3, 4, 16
bahwa apa yang terjadi adalah 10, 12, 13, 7, 11, 14,
kehendak diri sendiri 16 15
dikembangkan oleh Spector dan Jex (1982). Skala ini terdiri atas 11 item. Blue print
Tabel 3.6
Blueprint skala kendala organisasi
Aspek Indikator Item Jumlah
Kendala Organisasi Situasi atau sesuatu yang 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 11
menggangu performa 8, 9, 10, 11
kerja di tempat kerja
(ICAWS) yang dikembangkan oleh Spector dan Jex (1982). Skala ini terdiri atas 4
item. Blue print skala konflik interpersonal dapat dilihat pada tabel 3.7.
Tabel 3.7
Blueprint skala konflik interpersonal
Aspek Indikator Item Jumlah
Konflik Interpersonal Bagaimana seseorang 1, 2, 3, 4 4
membangun hubungan baik
dengan orang lain di tempat
kerja
39
yang dikembangkan oleh Spector dan Jex (1982). Skala ini terdiri atas 5 item. Blue
Tabel 3.8
Blueprint skala beban kerja
Aspek Indikator Item Jumlah
Beban kerja Banyaknya atau kuantitas 1, 2, 3, 4, 5 5
pekerjaan yang dikerjakan
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). CFA adalah bagian dari analisis
faktor yang digunakan untuk menguji sejauh mana masing-masing item valid dan
mengukur apa yang ingin diukur. Dalam penelitian ini konstruk variabel diuji
menjadi sebuah model unidimensional (satu faktor) dan jika ternyata model fit
dengan data maka dapat dilakukan uji hipotesis apakah masing-masing item
signifikan di dalam mengukur apa yang hendak diukur. Adapun logika dari CFA
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan secara
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes bersifat
unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks korelasi
korelasi ini disebut sigma (∑), kemudian dibandingkan dengan matriks dari data
empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar (unidimensional) maka
tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ - matriks S atau bisa juga
dinyatakan dengan ∑ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi
square. Jika hasil chi square tidak signifikan p>0.05, maka hipotesis nihil tersebut
item ataupun sub tes instrument hanya mengukur satu faktor saja. Jika chi square
signifikan p < 0.05, maka dapat dilakukan modifikasi dengan cara membebaskan
5. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak di ukur, dengan menggunakan t-value. Jika hasil
t-value tidak signifikan (<1.96) maka item tersebut tidak signifikan dalam
mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan
sebaliknya.
41
6. Apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan faktornya negatif,
maka item tersebut harus di drop. Sebab hal ini tidak sesuai dengan sifat item,
7. Adapun untuk mendapatkan true score yang digunakan hanya item-item yang
Pada penelitian ini pengujian validitas dengan metode CFA dilakukan dengan
Peneliti menguji apakah 32 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur perilaku kerja kontraproduktif. Dari hasil analisis awal CFA yang
464, P-Value = 0,0000, RMSEA = 0,071, dan CFI = 0,948 yang artinya model belum
fit. Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
Maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 590,460, df = 412, P-value = 0,0000 ,
RMSEA = 0,044, dan CFI = 0,982. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05
(tidak signifikan) yang artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu
42
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran perilaku kerja
Tabel 3.9
Muatan Faktor Item Perilaku Kerja Kontraproduktif
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,735 0,043 17,123 0,000
2 0,643 0,055 11,654 0,000
3 0,342 0,064 5,342 0,000
4 0,711 0,042 16,794 0,000
5 0,969 0,015 65,162 0,000
6 0,770 0,021 36,989 0,000
7 0,966 0,014 69,036 0,000
8 0,905 0,021 42,835 0,000
9 0,745 0,033 22,384 0,000
10 0,826 0,032 25,782 0,000
11 0,572 0,060 9,482 0,000
12 0,801 0,040 20,156 0,000
13 0,708 0,040 17,795 0,000
14 0,678 0,033 20,582 0,000
15 0,782 0,040 19,412 0,000
16 0,726 0,042 17,173 0,000
17 0,815 0,035 23,128 0,000
18 0,974 0,027 36,710 0,000
19 0,521 0,058 8,948 0,000
20 0,851 0,029 29,603 0,000
21 0,650 0,043 15,224 0,000
22 0,853 0,026 33,378 0,000
23 0,703 0,054 12,943 0,000
24 0,601 0,056 10,685 0,000
25 0,824 0,033 25,026 0,000
26 0,892 0,036 24,592 0,000
27 0,700 0,054 12,944 0,000
28 0,778 0,038 20,405 0,000
29 0,695 0,049 14,175 0,000
30 0,925 0,028 33,167 0,000
31 0,711 0,047 15,056 0,000
32 0,533 0,045 11,735 0,000
43
Berdasarkan tabel 3.9 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
serta seluruh item bermuatan positif dan sehingga tidak ada item yang di-drop dan
Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur agreeableness. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, didapatkan nilai Chi-Square = 240,705, df = 27, P-Value =
0,0000, RMSEA = 0,188, dan CFI = 0,749, yang artinya model belum fit. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
model fit dengan Chi-Square = 9,826, df = 11, P-value = 0,5461 , RMSEA = 0,000,
dan CFI = 1,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan)
yang artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja yaitu
agreeableness.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
Berdasarkan tabel 3.10 item 1, 2, dan 6 memiliki nilai koefisien t < 1,96 , serta
item bermuatan positif dan dapat diikutsertakan kedalam analisis selanjutnya. Untuk
item 3, 4, 5, 7, 8, dan 9 walaupun memiliki nilai koefisien t<1,96, tetapi item tersebut
mempunyai koefisien negatif yang artinya tidak mengukur apa yang hendak diukur.
Oleh karena itu, enam item tersebut didrop dan tidak diikutsertakan kedalam analisis
selanjutnya.
Tabel 3.10
Muatan Faktor Item Agreeableness
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,548 0,063 8,641 0,000
2 0,101 0,069 1,475 0,140
3 -0,610 0,075 -8,180 0,000 X
4 -0,513 0,052 -9,849 0,000 X
5 -0,440 0,051 -8,694 0,000 X
6 0,333 0,062 5,392 0,000
7 -0,855 0,068 -12,646 0,000 X
8 -0,176 0,061 -2,870 0,004 X
9 -0,587 0,072 -8,170 0,000 X
benar hanya mengukur conscientiousness. Dari hasil analisis awal CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, didapatkan nilai Chi-Square = 182,999, df = 27,
P-Value = 0,0000, RMSEA = 0,161, dan CFI = 0,848, yang artinya model belum fit.
Oleh karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara
Maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 11,716 df = 16, P-value = 0,7633 ,
45
RMSEA = 0,000, dan CFI = 1,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05
(tidak signifikan) yang artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja
yaitu conscientiousness.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
Tabel 3.11
Muatan Faktor Item Conscientiousness
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,654 0,043 15,280 0,000
2 0,219 0,052 4,188 0,000
3 0,838 0,046 18,237 0,000
4 0,632 0,045 13,918 0,000
5 0,299 0,060 4,969 0,000
6 0,702 0,039 18,166 0,000
7 0,739 0,044 16,921 0,000
8 0,560 0,047 11,964 0,000
9 0,217 0,062 3,511 0,000
Berdasarkan tabel 3.11 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
serta seluruh item bermuatan positif dan sehingga tidak ada item yang di-drop dan
Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur neuroticism. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, didapatkan nilai Chi-Square = 143,123, df = 20, P-Value = 0,0000,
RMSEA = 0,166, dan CFI = 0,864, yang artinya model belum fit. Oleh karena itu,
kesalahan pengukuran sehingga dapat saling berkorelasi. Maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 7,992 df = 13, P-value = 0,8441, RMSEA = 0,000, dan CFI =
1,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan) yang artinya
benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja yaitu neuroticism.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
Berdasarkan tabel 3.12 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
serta seluruh item bermuatan positif dan sehingga tidak ada item yang di-drop dan
Tabel 3.12
Muatan Faktor Item Neuroticism
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,878 0,036 24,189 24,189
2 0,616 0,046 13,348 13,348
3 0,591 0,047 12,536 12,536
4 0,135 0,064 2,089 2,089
5 0,598 0,055 10,874 10,874
6 0,657 0,050 13,185 13,185
7 0,684 0,048 14,109 14,109
8 0,521 0,050 10,371 10,371
Peneliti menguji apakah 16 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur locus of control. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, didapatkan nilai Chi-Square = 895,235, df = 104, P-Value
= 0,0000, RMSEA = 0,185, dan CFI = 0,692, yang artinya model belum fit. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
model fit dengan Chi-Square = 58,462 df = 46, P-value = 0,1028 , RMSEA = 0,035,
dan CFI = 0,995. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan)
yang artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja yaitu locus of
control.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
48
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran locus of
Tabel 3.13
Muatan Faktor Item Locus of Control
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,661 0,036 18,427 0,000
2 0,514 0,053 9,648 0,000
3 0,269 0,058 4,667 0,000
4 0,517 0,054 9,619 0,000
5 0,303 0,052 5,836 0,000
6 0,312 0,059 5,323 0,000
7 0,941 0,033 28,193 0,000
8 0,583 0,044 13,382 0,000
9 0,383 0,052 7,370 0,000
10 0,477 0,066 7,239 0,000
11 0,758 0,041 18,701 0,000
12 -0,333 0,054 -6,171 0,000 X
13 0,051 0,059 0,859 0,390
14 0,496 0,042 11,780 0,000
15 0,111 0,065 1,696 0,090
16 0,355 0,042 8,489 0,000
Berdasarkan tabel 3.13 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
namun item 12 memiliki koefisien negatif sehingga harus didrop dan tidak dapat
Peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur kendala organisasi. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
49
dengan model satu faktor, didapatkan nilai Chi-Square = 266,619, df = 44, P-Value =
0,0000, RMSEA = 0,151, dan CFI = 0,863, yang artinya model belum fit. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
model fit dengan Chi-Square = 31,870, df = 27, P-value = 0,2369 , RMSEA = 0,028,
dan CFI = 0,997. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan)
yang artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja yaitu kendala
organisasi.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran kendala organisasi
Tabel 3.14
Muatan Faktor Item Kendala Organisasi
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,566 0,052 10,797 0,000
2 0,632 0,050 12,771 0,000
3 0,552 0,061 9,105 0,000
4 0,658 0,042 15,835 0,000
5 0,449 0,055 8,224 0,000
6 0,465 0,051 9,088 0,000
7 0,760 0,031 24,587 0,000
8 0,659 0,038 17,364 0,000
9 0,812 0,025 32,417 0,000
10 0,638 0,040 16,145 0,000
11 0,756 0,031 24,144 0,000
50
Berdasarkan tabel 3.14 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
serta seluruh item bermuatan positif dan sehingga tidak ada item yang di-drop dan
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur konflik interpersonal. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
0,0004, RMSEA = 0,175, dan CFI = 0,992, yang artinya model belum fit. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
model fit dengan Chi-Square = 3,149, df = 1, P-value = 0,0760, RMSEA = 0,098, dan
CFI = 0,999. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan) yang
artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja yaitu konflik
interpersonal.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi
setiap koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran konflik
Tabel 3.15
Muatan Faktor Item Konflik Interpersonal
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,466 0,067 6,959 0,000
2 0,915 0,023 40,309 0,000
3 0,816 0,027 32,285 0,000
4 0,900 0,026 34,677 0,000
Berdasarkan tabel 3.15 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
serta seluruh item bermuatan positif dan sehingga tidak ada item yang di-drop dan
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur konflik interpersonal. Dari hasil analisis awal CFA yang dilakukan
0,0030, RMSEA = 0,108, dan CFI = 0,988, yang artinya model belum fit. Oleh
karena itu, peneliti melakukan modifikasi terhadap model dengan cara membebaskan
model fit dengan Chi-Square = 1,847, df = 3, P-value = 0,6048, RMSEA = 0,000, dan
CFI = 1,000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan) yang
artinya benar bahwa model hanya mengukur satu faktor saja yaitu beban kerja.
dalam mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di-drop atau tidak.. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan begitu
52
juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran beban kerja dapat
Tabel 3.16
Muatan Faktor Item Beban Kerja
No. Item Estimate S.E T-Value P-Value Signifikan
1 0,671 0,044 15,367 0,000
2 1,012 0,042 23,821 0,000
3 0,526 0,054 9,811 0,000
4 0,958 0,061 15,773 0,000
5 0,589 0,045 13,055 0,000
Berdasarkan tabel 3.16 tidak ada item yang memiliki nilai koefisien t < 1,96 ,
serta seluruh item bermuatan positif dan sehingga tidak ada item yang di-drop dan
Untuk menguji hipotesis pada penelitian, peneliti menggunakan teknis analisis regresi
berganda. Analisi regresi berganda adalah teknik yang digunakan untuk melihat
terdapat sepuluh independen variabel, dan satu dependen variabel. Sehingga susunan
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +b7X7 + b7X8 + b7X9 + b7X10 + e
Keterangan:
Y = Perilaku kerja kontraproduktif X6 = Konflik Interpersonal
a = Intercept (konstan) X7 = Beban kerja
b = Koefisien regresi untuk X8 = Interaksi locus of control dan
X1 = Agreeableness kendala organisasi
X2 = Conscientiousness X9 = Interaksi locus of control dan
X3 = Neurotism konflik interpersonal
X4 = Locus of control X10 = Interaksi locus of control beban
X5 = Kendala Organisasi kerja
e = residual
53
Selanjutnya analisis regresi, dimulai secara simultan, kemudian dari satu per
satu independen variabel. Sehingga nilai R2 yang dihasilkan dapat dilihat secara
murni. Fungsi R2 ini adalah untuk melihat proporsi varians dari perilaku kerja
sum square regeresi sedangkan SSy merupakan sum square dari y. Untuk melihat
menggunakan rumus :
dibagi dengan df nya N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang
dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah independen variabel yang diujikan memiliki
dianalisis. Maksud uji T adalah melihat apakah signifikan dampak dari tiap
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar eror dari b. Hasil uji
T ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan peneliti.
Pada penelitian ini terapat beberapa tahap dalam proses melakukan penelitian,yaitu :
1. Tahap persiapan
menyiapkan alat ukur yang digunakan dalam penelitian, yaitu skala trait
control, skala stressor kerja (kendala organisasi, konflik interpersonal, dan beban
Pada tahap ini, penelitian melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi
Pada tahap ini diakhiri dengan melakukan analisis data dengan menggunakan
Pada tahap ini penulis membuat laporan hasil analisis yang telah dilakukan dan
HASIL PENELITIAN
Subjek pada penelitian ini berjumlah 221 orang yang merupakan karyawan swasta
penelitian ini adalah pria atau wanita, pekerja full time (non freelancer) pada
perusahaan swasta minimal sudah bekerja selama tiga bulan dan usia minimal 18
tahun. Adapun gambaran umum subjek pada penelitian ini adalah 105 responden
dari Bekasi. Adapun gambaran umum subjek pada penelitian ini berdasarkan
Tabel 4.1
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 99 44,80 %
Perempuan 122 55,20 %
Total Subjek 221 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 221 subjek yang
perempuan yaitu 122 orang (55,20%) sedangkan subjek berjenis kelamin yaitu 99
orang (44,80%).
Dalam statistik deskriptif ini akan disajikan data mengenai mean, nilai
maksimum, nilai minimum, dan standar deviasi setiap variabel pada penelitian ini.
Perlu diketahui bahwa skor yang digunakan dalam analisis statistik penelitian ini
56
57
menghitung true score pada tiap item. Adapun true score pada setiap item akan
membentuk satu nilai yang bernama faktor skor. Faktor skor yang didapat
ditransformasi menjadi T skor. Cara ini tidak hanya bertujuan menyamakan skala
pengukuran yang berbeda-beda tetapi juga untuk menghindari nilai minus pada
faktor skor agar pembaca mudah memahami interpretasi hasil penelitian. Adapun
untuk mentransformasi faktor skor menjadi T skor telah ditetapkan nilai mean =
Untuk nilai statistik deskriptif setiap variabel pada penelitian ini dapat
Tabel 4.2
Statistik Deskripsi Variabel Penelitian
Variabel N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Perilaku kerja 221 42,5131 94,8088 49,92 9,98
kontraproduktif
Agreeableness 221 37,1827 75,3109 50,08 10,00
Conscientiousness 221 20,8014 73,8367 50,03 10,03
Neuroticism 221 26,4473 74,0798 50,02 9,87
Locus of control 221 32,5125 74,1331 50,12 9,90
Kendala organisasi 221 28,1675 81,1897 49,88 9,98
Konflik interpersonal 221 39,6282 78,2009 52,28 10,19
Beban kerja 221 25,0908 68,5052 50,08 10,01
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa skor tertinggi dari perilaku kerja
75,3109 dan skor terendah 37,1827. Skor tertinggi conscientiousness 73,8367 dan
skor terendah 20,8014. Kemudian skor tertinggi neuroticism 74,0798 dan skor
terendah 26,4473 . Untuk locus of control skor tertinggi 74,1331 dan skor
terendah 32,5125 . Kemudian skor tertinggi kendala organisasi 81,1897 dan skor
58
terendah 28,1675 . Skor tertinggi konflik interpersonal 78,2009 dan skor terendah
39,6282, dan terakhir skor tertinggi beban kerja 68,5052 dan skor terendahnya
25,0908.
menempatkan individu dalam dua kategori kelompok yaitu kategori rendah dan
Tabel 4.3
Rumus Kategorisasi
Kategorisasi Rumus
Rendah X<M
Tinggi X>M
Tabel 4.4
Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi & Presentase Skor
Variabel
Rendah % Tinggi %
Perilaku kerja kontraproduktif 155 70,14 66 29,86
Agreeableness 111 50,23 110 49,77
Conscientiousness 111 50,23 110 49,77
Neuroticism 107 52,94 104 47,06
Locus of control 112 50,68 109 49,32
Kendala organisasi 104 47,06 117 52,94
Konflik interpersonal 114 51,58 107 48,42
Beban kerja 120 54,30 101 45,70
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pada variabel perilaku kerja
demikian, hasil sebaran pada variabel perilaku kerja kontraproduktif lebih banyak
nilai yang sama yaitu sebanyak 111 orang (50,23 %) berada pada kategori rendah
dan 110 orang (49,77 %) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian, dari hasil
kategori rendah.
rendah dan 104 orang (47,06%) berada pada kategori tinggi. Dengan demikian,
Kemudian pada variabel locus of control 112 orang (50,68%) berada pada
kategori rendah dan 109 orang (49,32%) berada pada kategori tinggi. Dengan
demikian, dari hasil sebaran locus of control berada pada kategori rendah.
kategori rendah dan 117 orang (52,94%) berada pada kategori tinggi. Dengan
demikian, hasil sebaran variabel kendala organisasi berada pada kategori tinggi.
kategori rendah sedangkan 107 orang (48,42 %) berada pada kategori tinggi.
Dengan demikian, dari hasil sebaran variabel konflik interpersonal berada pada
kategori rendah. Sedangkan pada variabel beban kerja 120 orang (54,30%) berada
pada kategori rendah dan 101 orang (45,70 %) berada pada kategori tinggi.
Dengan demikian, hasil sebaran variabel beban kerja berada pada kategori rendah.
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi dengan
bantuan software SPSS 20.0. Dalam regresi ada tiga hal yang dilihat, pertama
60
melihat R square (R2) untuk mengetahui berapa persen (%) varians variabel
dan terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen.
untuk mengetahui berapa persen varians variabel dependen yang dapat dijelaskan
oleh variabel independen. Besaran nilai R square (R2) dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Tabel R square
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,713a ,508 ,485 7,1632313
Predictor: (Constant), Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Locus of control,
Kendala organisasi, Konflik interpersonal, Beban kerja, Locus of controlXkendala
organisasi, LOCxKO, LOCxKI, LOCxBK
Berdasarkan tabel 4.5, dapat dilihat bahwa perolehan R2 sebesar 0,508 atau
control dengan kendala organisasi, interaksi antara locus of control dengan konflik
interpersonal, dan interaksi antara locus of control dengan beban kerja adalah
sebesar 50,8%, sedangkan 49,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
dari hasil uji F. Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa nilai p (probability)
pada kolom paling kanan sebesar 0,000. Dengan nilai p < 0,05, maka hipotesis
nihil yang menyatakan “Tidak ada pengaruh yang signifikan dari trait kepribadian
organisasi, konflik interpersonal, dan beban kerja), serta interaksi antara locus of
control dan stressor kerja (kendala organisasi, konflik interpersonal, dan beban
Tabel 4.6
Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 11142,141 10 1114,214 21,715 ,000b
1 Residual 10775,495 210 51,312
Total 21917,637 220
a. Dependent Variable: Perilaku kerja kontraproduktif
b. Predictors: (Constant), Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism, Locus of
control, Kendala organisasi, Konflik interpersonal, Beban kerja, Locus of
controlXkendala organisasi, LOCxKO, LOCxKI, LOCxBK
Langkah terakhir yaitu melihat diantara semua variabel independen yang
ada mana yang dampaknya signifikan dan mana yang tidak memprediksi perilaku
kerja kontraproduktif. Dalam hal ini dilakukan uji t terhadap koefisien regresi dari
setiap variabel independen yang ada dengan melihat apakah koefisien regresi
signifikan atau tidak. Jika nilai p < 0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan
begitupun sebaliknya.
Tabel 4.7
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model coefficients coefficients t Sig.
B Std. error Beta
(constant) -123,856 25,326 -4,890 0,000
Agreeableness -0,010 0,057 -0,010 -0,174 0,862
Conscientiousness -0,044 0,054 -0,044 -0,810 0,419
Neuroticism 0,176 0,057 0,175 3,092 0,002*
Locus of control 2,796 0,468 2,772 5,978 0,000*
1 Kendala organisasi 1,679 0,305 1,680 5,509 0,000*
Konflik
0,932 0,295 0,953 3,156 0,002*
interpersonal
Beban kerja 0,870 0,302 0,873 2,886 0,004*
LOCxKO -0,027 0,006 -1,725 -4,589 0,000*
LOCxKI -0,016 0,006 -0,973 -2,923 0,004*
LOCxBK -0,015 0,006 -1,225 -2,786 0,006*
*
Keterangan : Sig ( ) = p < 0,05
tidak ada pengaruh yang signifikan locus of control terhadap perilaku kerja
positif dalam koefisien regresi ini menyatakan jika locus of control individu
tinggi maka semakin tinggi pula perilaku kerja kontraproduktif begitu juga
sebaliknya.
64
tidak ada pengaruh yang signifikan kendala organisasi terhadap perilaku kerja
positif dalam koefisien regresi ini menyatakan jika kendala organisasi yang
tanda positif dalam koefisien regresi ini menyatakan jika konflik interpersonal
pada individu tinggi maka semakin tinggi pula perilaku kerja kontraproduktif
individu tersebut.
tidak ada pengaruh yang signifikan beban kerja terhadap perilaku kerja
kontraproduktif ditolak. Hal ini berarti beban kerja memiliki pengaruh yang
dalam koefisien regresi ini menyatakan jika beban kerja pada individu tinggi
demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
kerja kontraproduktif ditolak. Hal ini berarti interaksi antara locus of control
dengan demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang
terhadap perilaku kerja kontraproduktif ditolak. Hal ini berarti interaksi antara
10. Variabel interaksi antara locus of control dengan beban kerja memiliki
demikian hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
interaksi antara locus of control dengan beban kerja terhadap perilaku kerja
kontraproduktif ditolak. Hal ini berarti interaksi antara locus of control dengan
kontraproduktif.
regresi. Dalam hal ini penulis dapat menghitung pertambahan dari R2 (disebut R2-
Tabel 4.8
Proporsi Varians Masing-masing IV Terhadap DV
Model R2 R2-change F Change Sig.
1 0,028 0,028 6,329 0,013*
2 0,077 0,048 11,436 0,001*
3 0,177 0,101 26,501 0,000*
4 0,232 0,055 15,367 0,000*
5 0,370 0,139 47,331 0,000*
6 0,386 0,016 5,541 0,019*
7 0,389 0,003 0,930 0,336
8 0,476 0,087 35,146 0,000*
9 0,490 0,014 5,962 0,015*
10 0,508 0,018 7,763 0,006*
Predictors: (Constant), Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism,
Locus_of_control, Kendala_organisasi, Konflik_interpersonal, Beban_kerja,
LOCxKO, LOCxKI, LOCxBK
Pada tabel 4.7 diatas, kolom pertama variabel dependen yang dianalisis
satu per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians variabel dependen
dari tiap variabel independen yang dianalisis satu per satu. Kolom ketiga
merupakan nilai varians variabel dependen dari tiap variabel independen yang
dimasukan satu per satu, kolom keempat adalah nilai F hitung dari variabel
dependen, kolom F tabel adalah kolom mengenai variabel independen pada tabel
inilah yang akan dibandingkan dengan nilai kolom F hitung. Apabila nilai F
hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka di kolom selanjutnya akan
ditulis signifikan, begitu pun sebaliknya. Dari tabel di atas dapat diperoleh
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,013 ( p < 0,05)
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,001 ( p < 0,05)
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,000 ( p < 0,05)
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,000 ( p < 0,05)
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,000 ( p < 0,05)
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,019 ( p < 0,05)
signifikan secara statistik karena nilai sig F Change = 0,336 ( p > 0,05)
10. Variabel interaksi antara locus of control dan beban kerja memberikan
locus of control dan kendala organisasi, interaksi antara locus of control dan
konflik interpersonal, dan interaksi locus of control dan beban kerja. Adapun
5.1 Kesimpulan
Berdasakan hasil uji hipotesis dengan multiple regression pada penelitian ini
interaksi antara locus of control dan beban kerja terhadap perilaku kerja
kontraproduktif. Berdasarkan hasil dari uji hipotesis yang telah dilakukan, terdapat
interaksi antara locus of control dan beban kerja. Berdasarkan proporsi varians
5.2 Diskusi
69
70
interaksi antara locus of control dan beban kerja terhadap perilaku kerja
control dan kendala organisasi, interaksi antara locus of control dan konflik
sebelumnya oleh Bowling dan Eschleman (2010), Piskin, Ersoy-Kart, Savci, dan
Walaupun koefisien regresi dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama
perilaku kerja kontraproduktif. Ini dapat diartikan bahwa individu yang memiliki
kecenderungan agreeableness (mudah percaya dengan orang lain, murah hati, suka
menolong, dapat menerima keadaan, dan baik hati) atau conscientiousness yang
tertentu dari perilaku kerja kontraproduktif. Ini didukung penelitian dari Hafidz
atau narkoba dan tindakan fisik dan lisan yang tidak pantas. Sedangkan
sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Miller, Lyman,
dan Lukefield (2003), Piskin, Ersoy-Kart, Savci, dan Guldu (2014), yang
emosi, mudah cemas dan sulit untuk mengatasi stres yang dialami dapat terlibat dalam
perilaku kerja kontraproduktif lebih tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian oleh
Hafidz (2012) yang mengungkapkan bahwa individu yang neuroticismnya tinggi akan
cenderung terlibat dalam perilaku kerja kontraproduktif seperti sabotase yang tinggi
72
pula.
positif yang signifikan terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Ini sejalan dengan
kerja kontraproduktif, dan berkorelasi secara positif dengan lima dimensi perilaku
kerja kontraproduktif. Ini dapat diartikan individu yang memiliki locus of control
yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa apa pun yang terjadi (baik
itu baik atau buruk) adalah karena faktor eksternal (keberuntungan atau orang lain)
dan tidak terjadi karena diri mereka sendiri . Oleh karena itu, individu yang
memiliki locus of control eksternal lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku
(Hafidz, 2012).
Dapat dijelaskan pula bahwa orang yang memiliki locus of control dengan
nilai rendah atau dapat dikatakan locus of control internal cenderung berpengaruh
negatif terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Ini dapat diartikan bahwa individu
yang memiliki kecenderungan locus of control internal yang lebih tinggi terlibat
lebih rendah dalam perilaku kerja kontraproduktif. Ini sejalan dengan teori yang
memiliki kecenderungan locus of control internal percaya bahwa apa pun yang
terjadi (baik atau buruk) adalah karena faktor diri sendiri. Individu seperti ini
supervisor jika ada suatu masalah dan lebih berorientasi pada tugas untuk
interpersonal, dan beban kerja) memberikan pengaruh positif yang signifikan pula
pada penelitian ini. Ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian oleh Fox,
Spector, dan Miles (2001) mengungkapkan adanya pengaruh positif dan signifikan
dimensi dari stressor kerja terhadap perilaku kerja kontraproduktif. Sejalan dengan
penelitian ini kendala organisasi memiliki koefisien yang paling besar diantara
dimensi-dimensi lain dari stressor kerja. Ini dapat berarti kendala organisasi yang
dialami oleh pegawai memiliki pengaruh yang cukup kuat atas timbulnya perilaku
kerja kontraproduktif. Ini didukung oleh penelitian lainnya oleh Meier dan
Spector (2013) serta Chand dan Chand (2014). Chand dan Chand (2014)
akhirnya, ini akan menimbulkan perilaku seperti semakin menjauh dari tugas-
tugas mereka dan terlambat di tempat kerja (dalam Chand & Chand, 2014). Dari
sumber daya dan kurangnya kontrol dari atasan) secara signifikan dapat
74
Pada dimensi lain yaitu konflik interpersonal, Chen dan Spector (dalam
korelasi positif yang signifikan dengan dimensi dari perilaku kerja kontraproduktif
ini pula dapat diartikan bahwa konflik interpersonal yang tinggi (misalnya sering
karyawan maupun pencurian waktu (mengambil waktu istirahat yang lebih lama).
dari kondisi individu dan lingkungan seperti merasa frustasi atau tidak adil yang
kelebihan beban kerja mungkin akan bekerja lebih lambat dan dapat terlibat
dalam perilaku kerja kontraproduktif. Selain itu penelian lain dari Spector dan Jex
(1998) dengan sampel pegawai sipil mengungkapkan bahwa beban kerja yang
penelitian beban kerja adalah satu-satunya stressor kerja yang tidak signifikan
75
dilakukan oleh Sprung dan Jex (2012) kendala organisasi dan konflik interpersonal
memberikan pengaruh positif yang signifikan namun pengaruh beban kerja tidak
(2009) menemukan bahwa beban kerja hanya mempengaruhi jenis tertentu dari
aspek-aspek lain dalam lingkungan kerja seperti kendala organisasi dan konflik
interpersonal.
perilaku kerja kontraproduktif, pada penelitian ini juga melihat efek interaksi
antara locus of control dan kendala organisasi, locus of control dan konflik
interpersonal, serta locus of control dan beban kerja terhadap perilaku kerja
interaksi tersebut menghasilkan koefisien regresi yang negatif. Ini dapat diartikan
bahwa ketika individu tersebut memiliki locus of control dengan nilai rendah atau
kerja) yang tinggi di tempat kerja, ini dapat mengakibatkan terlibatnya individu
Hal ini didukung penelitian sebelumnya oleh Sprung dan Jex (2012) yang
meneliti hal yang sama. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa individu
76
yang memiliki locus of control eksternal mungkin terlibat dalam perilaku kerja
individu yang memilki locus of control internal mempunyai strategi bertahan yang
lebih rendah.
fokus pada masalah yang dihadapi. Dapat diasumsikan ketika individu misalnya
atasan, ia akan lebih memilih untuk berbicara kepada rekan kerja atau atasannya
mengerjakan tugas dengan baik. Ini dikarenakan individu percaya bahwa ketika ia
dapat dipromosikan, mendapat gaji yang memadai, atau jenjang karier yang lebih
baik adalah hasil dari apa yang ia kerjakan. Sebaliknya, individu yang memiliki
kurangnya kontrol dari atasan, informasi yang kurang menjadi penyebab ketika
percaya bahwa apa yang terjadi pada dirinya disebabkan oleh faktor eksternal.
5.3 Saran
tabligh.
dengan jumlah yang lebih banyak dan dalam satu instansi yang sama agar
dilakukan tidak hanya diambil dari kuisioner yang diberikan tetapi juga
interpersonal, dan beban kerja) dan interaksi locus of control dengan masing-
masing variabel stressor kerja. Dengan adanya hasil dari penelitian ini disarankan
karyawan.
Hasil penelitian ini dapat pula dijadikan acuan perusahaan untuk dapat
tersebut menanggapi stres. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya perilaku kerja
dan instruksi yang memadai). Selain itu dapat pula membangun hubungan
interpersonal yang baik dengan melakukan outing karyawan atau gathering serta
memberikan beban kerja yang seimbang kepada karyawan agar kinerja menjadi
lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bayram, N., Gursakal, N., & Bilgel, N. (2009). Counterproductive work behavior
among white-collar employees: A study from Turkey. International Journal
of Selection and Assessment, 17, 180–188. doi:10.1111/j.1468-
2389.2009.00461.x
Bennett, R. J., & Robinson, S. L. (2000). Development of a measure of workplace
deviance. Journal of Applied Psychology, 85, 349–360.
Berry, C. M., Ones, D. S., & Sackett, P. R. (2007). Interpersonal deviance,
organizational deviance, and their common correlates: A review and meta-
analysis. Journalof Applied Psychology, 92, 410–424.
Bowling, N. A., & Eschleman, K. J. (2010). Employee personality as a moderator
of the relationships between work stressors and counterproductive work
behavior. Journal of Occupational Health Psychology, 15, 91–103.
doi:10.1037/a0017326.
Bruk-Lee, V., & Spector, P. E. (2006). The social stressors counterproductive
work behaviors link: Are conflicts with supervisors and co-workers the
same? Journal of Occupational Health Psychology, 11, 145–156.
Budd, J. W., Arvey, R. D., & Lawless, P. (1996). Correlates and consequences of
workplace violence. Journal of Occupational Health Psychology, 1, 197–
210. http://dx.doi.org/10.1037/1076-8998.1.2.197
Chand, P, Pawan Kumar Chand, P. K,. (2012). Job stressors as predictor of
counterproductive work behaviour in Indian banking sector. International
Journal of Application or Innovation in Engineering & Management
(IJAIEM), 3, 45-53.
Chen, P. Y., & Spector, P. E. (1992). Relationships of work stressors with
aggression, withdrawal, theft and substance use: An exploratory study.
Journal of Occupational and Organizational Psychology, 65, 177–184.
doi:10.1111/j.20448325.1992.tb00495.x
Christian, Michael S, Ellis, Aleksander P. J. (2011). Examining the effects of
sleep deprivation on workplace deviance: a self-regulatory perspective.
Academy of Management Journal, 54, 5, 913–934.
http://dx.doi.org/10.5465/amj.2010.0179
Cooper, C. L., Dewe, P. J., & O’Driscoll, M. P. (2001). Organizational stress: A
review and critique of theory, research, and applications. Thousand Oaks,
CA: Sage
Dalal, R. S. (2005). A meta-analysis of the relationship between organizational
citizenship behavior and counterproductive work behavior. Journal of
Applied Psychology, 90, 1241–1255. doi:10.1037/00219010.90.6.1241
79
80
Diefendorff, J. M., & Mehta, K. (2007). The relations of motivational traits with
workplace deviance. Journal of Applied Psychology, 92, 967–977.
Dilchert, S., Ones, Deniz. S., Davis, R. D., & Rostow, Cary D. (2007). Cognitive
ability predicts objectively measured counterproductive work behaviors
Journal of Applied Psychology, 92, 3, 616–627.
Dunlop, P. D., & Lee, K. (2004). Workplace deviance, organizational citizenship
behavior, and business unit performance: The bad apples do spoil the whole
barrel. Journal of Organizational Behavior, 25, 67-80.
http://dx.doi.org/10.1002/job.243
Feist, J. & Feist, G. J. (2008). Theories of personality, 7ed. New York: McGraw-
Hill Inc.
Fox, S., Spector, P. E., & Miles, D. (2001). Counterproductive work behavior
(CWB) in response to job stressors and organizational justice: Some
mediator and moderator tests for autonomy and emotions. Journal of
Vocational Behavior, 59, 291–309. doi:10.1006/ jvbe.2001.1803
Glazer, S., & Beehr, T. A. (2005). Consistency of implications of three role
stressors across four countries. Journal of Organizational Behavior, 26,
467–487.
Glomb, T. M. (2002). Workplace anger and aggression: Informing conceptual
models with data from specific encounters. Journal of Occupational Health
Psychology, 7, 20–36. http://dx.doi.org/10.1037/1076-8998.7.1.20
Gruys, M. L., & Sackett, P. R. (2003). The dimensionality of counterproductive
work behavior. International Journal of Selection and Assessment, 11, 30–
42.
Hafidz, Sarah W M. (2012). Individual differences as antecedents of
counterproductive work. Asian Social Science; 8, 3, 220-226.
Hall, Calvin S., dan Lindzey, G. (2005). Teori-teori Psikodinamik Klinis Freud,
Erikson, Jung, Adler, Fromm, Horney, Sullivan. Yogyakarta: Kanisius
Jex, S. M., Beehr, T. A., & Roberts,C. K. (1992). The meaning of occupational
stress items to survey respondents. Journal of Applied Psychology, 77, 623–
628
Jobstreet. (2014). 73% karyawan tidak puas dengan pekerjaan mereka. Diunduh
tanggal 15 Maret 2016 dari http://www.jobstreet.co.id/career-resources/73-
karyawan-tidak-puas-dengan-pekerjaan-mereka/#.VvtenBYqeZQ
Jobstreet. (2016). 77,34% Karyawan merasa tidak puas dengan tunjangan yang
diterima Diunduh tanggal 15 Maret 2016 dari
http://www.jobstreet.co.id/career-resources/7734-karyawan-merasa-tidak-
puas-dengan-tunjangan-yang-diterima/#.VvthlxYqeZQ
81
.
LAMPIRAN 1
84
LAMPIRAN 2
KUISIONER PENELITIAN
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Responden)
Hormat
85
86
Identitas Responden
Tanda Tangan
________________
SKALA 1
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
No Pernyataan STS TS S SS
No Pernyataan STS TS S SS
Pekerjaan adalah apa yang saya buat untuk
1
menghasilkan sesuatu
Pada sebagian besar pekerjaan, saya dapat
2
mencapai apa pun yang saya inginkan
Jika saya menginginkan suatu hal dari pekerjaan saat
3 ini, saya akan mencari pekerjaan lain yang
memberikan hal itu
Jika karyawan tidak puas dengan keputusan yang
4
dibuat oleh atasan mereka, mereka akan melakukan
89
sesuatu
Mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan,
5
sebagian besar karena keberuntungan
Uang yang saya dapat sebagian besar karena
6
keberuntungan
Kebanyakan orang mampu melakukan pekerjaan
7
mereka dengan baik jika mereka berusaha
Dalam rangka mendapatkan pekerjaan yang baik,
8 saya harus memiliki anggota keluarga atau rekan
yang menjadi pejabat
Promosi yang saya dapat biasanya karena
9
keberuntungan
Ketika tawaran pekerjaan yang bagus datang, saya
10 lebih melihat dengan siapa saya bekerja daripada
pekerjaannya itu
Promosi diberikan kepada karyawan yang
11
berprestasi pada pekerjaannya
Untuk mendapat banyak uang, saya tahu dengan
12
siapa harus bekerja sama
Dibutuhkan banyak keberuntungan untuk menjadi
13
seorang karyawan yang luar biasa
Orang-orang yang bekerja dengan baik umumnya
14
mendapatkan imbalan
Sebagian besar karyawan dapat mempengaruhi
15
supervisor mereka lebih dari yang dipikirkan
Perbedaan utama antara orang-orang yang mendapat
16 banyak uang dan orang-orang yang mendapat sedikit
uang adalah keberuntungan.
90
SKALA 2
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti.
2. Beri tanda check list (√) pada kolom sebelah kanan pada setiap
pernyataan YANG PALING SESUAI dengan keadaan Anda di tempat
kerja.
3. Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah.
4. Pada Skala 2 adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
- Sangat sering (SS)
- Sering (S)
- Jarang (J)
- Sangat jarang (SJ)
No Pernyataan SJ J S SS
Persediaan peralatan di kantor saya kurang
1
memadai
Saya mempunyai kendala tentang peraturan
2
organisasi
3 Saya mempunyai kendala dengan karyawan lain
4 Saya mempunyai kendala dengan atasan saya
Pelatihan yang saya dapat di kantor kurang
5
memadai
Saya mempunyai kendala karena kurang
6
lengkapnya peralatan di kantor
Saya tidak bekerja dengan maksimal karena banyak
7
interupsi dari orang lain.
Saya tidak maksimal bekerja karena kurangnya
8 informasi yang diperlukan tentang apa yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukannya.
9 Saya tidak bekerja dengan maksimal karena
tuntutan pekerjaan yang bertentangan.
91
No Pertanyaan SJ J S SS
Seberapa sering Anda berdebat dengan orang lain di
1
tempat kerja?
Seberapa sering orang lain membentak Anda di
2
tempat kerja?
Seberapa sering orang-orang berlaku kasar kepada
3
Anda di tempat kerja?
Seberapa sering orang lain melakukan hal-hal buruk
4
kepada Anda di tempat kerja?
Seberapa sering pekerjaan Anda mengharuskan
5
Anda untuk bekerja dengan cepat?
Seberapa sering pekerjaan Anda mengharuskan
6
Anda untuk bekerja sangat keras?
Seberapa sering pekerjaan Anda membutuhkan
7
waktu yang lama untuk diselesaikan?
Seberapa sering Anda mendapat banyak pekerjaan
8
yang harus dilakukan dalam satu waktu?
Seberapa sering Anda harus melakukan lebih
9
banyak pekerjaan daripada yang dapat Anda
lakukan?
92
SKALA 3
PETUNJUK PENGISIAN SKALA
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan dengan teliti.
2. Beri tanda check list (√) pada kolom sebelah kanan pada setiap
pernyataan YANG PALING SESUAI dengan keadaan anda ditempat
kerja
3. Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Semua jawaban
adalah baik.
4. Pada Skala 3 adapun pilihan jawaban tersebut adalah:
- 1 = Sekali atau dua kali
- 2 = Sekali atau dua kali per bulan
- 3 = Sekali atau dua kali perminggu
- 4 = Setiap hari
No Pernyataan 1 2 3 4
1 Membuang peralatan kantor dengan sengaja
Melakukan pekerjaan yang tidak benar dengan
2
sengaja
3 Datang terlambat tanpa izin
Tidak masuk kerja dan berdiam diri di rumah
4
dengan alasan sakit padahal tidak
5 Merusak peralatan atau properti dengan sengaja
6 Mengotori tempat kerja dengan sengaja
7 Mengambil sesuatu milik atasan
Menghembuskan isu-isu negative yang
8
mengganggu lingkungan kerja
Pernah berbuat jahat atau kasar kepada klien atau
9
pelanggan
93
VARIABLE: NAMES ARE KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KO10 KO11;
USEVAR ARE KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KO10 KO11;
CATEGORICAL ARE KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KO10 KO11;
MODEL: KO BY KO1 KO2 KO3 KO4 KO5 KO6 KO7 KO8 KO9 KO10 KO11;
95
LAMPIRAN 4
PATH DIAGRAM
96
PATH DIAGRAM AGREEABLENESS
97
PATH DIAGRAM CONSCIENTIOUSNESS
98
PATH DIAGRAM NEUROTICISM
99
PATH DIAGRAM LOCUS OF CONTROL
100
PATH DIAGRAM KENDALA ORGANISASI
101
PATH DIAGRAM KONFLIK INTERPERSONAL
102
PATH DIAGRAM BEBAN KERJA
103
LAMPIRAN 5
OUTPUT REGRESI
Model Summary
104
105
Model Summary