Anda di halaman 1dari 26

“PENELITIAN KEBENCANAAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Nilai Tugas Pada Mata Kuliah
Kebencanaan

DOSEN PENGAMPU : RINI HARTATI, M.Psi, Psi

Disusun oleh :

Endi Septiyan

Hana Putri Fadhilah

Mulyati Rahma

Salsabilla Lisa

UNIVERSITAS ABDURRAB PEKANBARU

FAKULTAS PSIKOLOGI

TA.2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Penelitian
Kebencanaan” dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang Penelitian Kebencanaan.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai kepada kami
sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian
pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Harapan
kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena
itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau
pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya
makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Pekanbaru, 18 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................

A. Latar Belakang.......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................

A. Penelitian Dalam Konteks Kebencanaan Alam.....................................................................


B. Tahapan-Tahapan Penelitian Bencana...................................................................................
C. Kode Etik Penelitian..............................................................................................................
D. Integritas Penelitian...............................................................................................................
E. Hak dan Kesepakatan Dengan Prtisispan/Responden...........................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................................

A. Kesimpulan............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................

REVIEW JURNAL............................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebencanaan adalah suatu kejadian yang mengancam kehidupan, properti, dan


lingkungan yang disebabkan oleh faktor alam maupun manusia. Fenomena ini memiliki dampak
sosial, ekonomi, dan lingkungan yang serius, mengancam keberlanjutan masyarakat dan
pembangunan suatu negara. Berbagai jenis bencana seperti gempa bumi, banjir, tsunami, dan
bencana iklim terus terjadi di seluruh dunia, menyebabkan kerugian besar dalam skala lokal,
nasional, bahkan global.

Pentingnya penelitian dalam konteks kebencanaan tidak dapat dipandang sebelah mata.
Peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam serta perubahan iklim yang semakin tidak
stabil menuntut pendekatan yang holistik dan ilmiah dalam mitigasi, respons, dan pemulihan dari
bencana. Selain itu, pertumbuhan populasi, urbanisasi yang cepat, dan kerentanannya masyarakat
terhadap bencana juga merupakan faktor yang memperburuk situasi.

Dalam konteks ini, penelitian kebencanaan menjadi sangat penting untuk


mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang menyebabkan terjadinya bencana. Dengan memahami
penyebabnya, langkah-langkah pencegahan dan mitigasi dapat dirancang dengan lebih efektif.
Penelitian memungkinkan pengembangan teknologi canggih dan metode mitigasi yang dapat
mengurangi kerentanan masyarakat terhadap bencana. Ini melibatkan penggunaan sensor, sistem
pemantauan, dan sistem peringatan dini yang dapat menyelamatkan nyawa.

Perencanaan Pengelolaan Bencana memberikan data dan informasi penting yang


diperlukan untuk perencanaan pengelolaan bencana jangka panjang. Perencanaan yang baik
adalah kunci dalam mengurangi dampak sosial dan ekonomi dari bencana. Kesiapsiagaan
Masyarakat juga berfokus pada pendekatan kesiapsiagaan masyarakat, termasuk pendidikan
publik, pelatihan, dan pengorganisasian komunitas. Masyarakat yang teredukasi dan terlatih
memiliki kemampuan untuk merespons bencana dengan lebih baik.

Pemulihan dan Pembangunan Berkelanjutan: Studi tentang pemulihan pasca bencana dan
pembangunan berkelanjutan memberikan wawasan tentang bagaimana mempercepat proses
pemulihan dan membangun kembali masyarakat dan infrastruktur dengan lebih baik, lebih tahan
bencana, dan berkelanjutan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penelitian Dalam Konteks Bencana Alam

Penelitian dalam sebuah kebencanaan merupakan proses pencarian atau penyelidikan


yang di lakukan secara terorganisasi dan sistematis untuk memecahkan permasalahan yang
berkaitan dengan tindakan yang mengancam penghidupan Masyarakat yang di sebab kan oleh
factor factor alam, non alam atau manuasia. Para peneliti serentak menyepakati bahwasannya
rasa sakit, penderitaan, dan bencana lah yang menjadi sebab kehidupan mereka menjadi
kesusahan,, terlepas dari kesepakatan para ahli terkait ini ada juga sebagian individu yang
berbeda pendapat serta perselisihan mengenai dampak psikologis dan psikososial dari bencana
( National research council,2006)

Penelitian terhadap bencana alam penting di sosialisasikan kepada masyarakat yang


terkena bencana tersebut guna mengedukasikan agar mengurangi dampak resiko pada bencana
alam. Di lansir dari Merdeka.com gempa yang di susul Tsunami di Aceh tahun 2004, hampir
tidak ada media masa yang membahas tentang potensi gempa dan tsunami tersebut. Menurut
Ahmad Arif menanggapi hal tersebutt dalam sebuah acara “ A 5Th Annual Symposium on
Erthquake and related Geohzard Research for disaster Risk Reduction” Di ITB, Menurutnya
kurang adanya diskusi dengan par ajurnalis tentang kebencanaan geologi , terkhususnya bencan
Tsunami di aceh, dan di saat itu pun Masyarakat masih banyak yang awam tentang pengetahuan
Tsunami.

Menurut ketua Aliansi Jurnalis Independent (AJI) Di bandung, Adi Marsiela


menyampaiakan dlam isu dan pengurarang dampak resiko pada bencan (Mitigasi) di perlukan
dari nara sumber dari ilmuan atau akademisi agar bisa menyampaiakan informosi ke Masyarakat
dengan informasi yang falid. Wartawan senior paliput bencana memiliki batasan antara jurnalis
dan ilmuan. Menurutnya hal yang demikian harus di bangun secara sekasama bisa dengan
mengumpulkan antara ilmuan dan jurnalis untuk mengkaji yang berkaitan tentang kebencanaan
untuk bisa menjadikan berita berita yang yang popular mudah di fahami oleh Masyarakat
terkhususnya yang awam.
Dalam beberapa hal yang sudah di jelaskan dalam pelaksanaan penelitian pada bencana
alama memiliki isu dampak fisik dan psikis baik bagi korban maupun peneliti, supaya untuk
mengatasi hal hal tersebut peneliti harus melakukan Upaya Upaya untuk menangani hal ini
dengan kedisiplinan ilmu nya, pengalaman professional dan pribadi, dan psikis, dan karakteritis
psikologi, sehingga bisa membantu Masyarakat yang terkena gangguan pada psikisnya.
Kemudian team peneliti juga membentuk sebua team untuk bisa membahas tentang breafing
kerrja lapanagn. Dan jika di perlukan harus di butuhkan anggota team, maka harus juga
menyediakan hal hal yang di perlukan seperti akses untuk konseling (Wiliamsoon & Burns 2014)

Isu etik seperti informed (consent) Menurut Sjamsuhidajad dkk,, (2020) Upaya yang bisa
di lakukan yaitu penelitian di lakukan saat kondisi bencana sedang melewati kelulusan tes telaah
etika, dan boleh untuk di publikasikan, Kana tetapi dalam pedoman, dan standart etik penelitian
dan pengembangan kesehatan nasional untuk penelitian darurat memiliki pengecualian tanpa
persyaratannya. Informed consent jika memenuhi syarat subjek penelitian sebagai berikut:

1. Peneliti terkendala jika harus menunggu Informed consent.


2. Subjek dalam peneliian sudah di berikan informasi tentang segala hal penelitian yang
akan di lakukan.

Selain itu dalam penelitian tanpa Persayaratan Informed consent peneliti harus
mendapatkan ethical approved dari KEPK berpu “Izin penelitian darurat dan penelitian juga
dapat di lakukan tanpa “Izin penelitian darurat” akan tetapi harus memiliki design penelitian
berupa observasi atau survei dan memberikan proposal kepada KEPK.

Upaya mengatasi isu isu penelitian terhadap penelitian yang menyebabkan trauma atu
drepesi yang di sebabkan kerana terpaparnya trauma skunder. Menurut Indah (2019) Beliau
menyarankan denggan menysusn rancangan kontigensi sebagai respon ketidak pastian yang
berada di luar control diri, meningkatakan kemampuan diri dalam berhadapan dengan korban
yang sensitive dan berusaha mencegah terlihatnya dari trauma yang di alami korban. Selain itu,
Upaya untuk mengurangi dampak resiko bencana (mitigasi) terkhususnya di indonesia hampir
semua bencana alam pernah di alamai di negaraindonesia. Seperti yang sudah di bahas
sebelumnya, harus ada keterlibatannya antara narasumber dan ilmuan atau jurnalis dalam
penyebaran info info yang terkait dengan bencana Alam.
Ahmad Arif, Wartawan senior peliput bencana menuturkan bahawa ada patasan antara
ilmuan dan jurnalis. Menurutnya, hal itu harus di jembatani guna mendiskusi kan dalam sebuah
foeum untuk membahas dan menyebarkan pengetahuan tentang bencana kepad ajurnalis,
demikian juga dengan jurnalis harus menyampaikan informasi informasi dengan bahasa yang
mudah di fahami oleh masyrakat.

Geolog Institut Teknoologi Bandung, Mnyampaikan bahwa beliua setuju jika ada furm
anara jurnalis dan ilmuan, Menurutnya, peneliti pun memiliki kendala dalam bahasa nya yang
kaku dalam menyampaikan informasi informasi dalam menyampaikan isi dari risert atau temuan.
Maka di perlukan kerja sama antara jurnalis dan ilmuan agar informasi yang di sebarkan sampai
kepada Masyarakat dengan bahasa yang mudah di fahami oleh Masyarakat.

Penelitian kebencanaan memungkinkan para ahli untuk lebih mempelajari dampak


dapampak pada kesehatan untuk mengidentifikasikan munculnya psikopatologi dan uuntuk
megembangkan intervensi kesehatan mental untuk mencegah atau mengurangi traumatis.
Namun, penelitian bencana biasanya kan menimbulkan kendala, seperti pembiayaan, waktu, dan
persepsi public terhadap apa yang mereka lakukan penelitian selama masa kesulitan ( Knack ef
al., 2006).

Peneliti bencana akan bermanfaat jika mampu memberikan dampak positif bagi
penyintas, khususnya terkait mental helt mereka. Akan tetapi tidak sedikit juga yang di alami
oleh para peneliti terkait terkait beberapa penyintas yang mungkin akan menyebabkan resiko
yang lebih besar, beberapa resiko yang bisa terjadi pada penyintas akibat adanya penelitian yang
di lakukan adalah, kerusakan fisik, ketidak nyamanan, Tindakan hukum, kesulitan ekonomi ,
ketidak nyamanan psikologis, kehilangan martabat, pelanggan kerahasiaan, dan perhatian media
yang tidak di inginkan.

Korban yang selamat biasanya berad di tempat pengungsian pasca bencana, akan tetapi ,
bukan langsung untuk mendatangi dan mewawancarai untuk meneliti para penyintas. Peneliti
dapat memfasilitasi kebutuhan seahari sehari terlebih dahulu sehingga penyiintas bisa
berkontribusi dalam penelitian (Ferreira dkk, 2015). Lavvin dkk (2022) berpendapat bahwa
penyintas tidak hanya di berikan kompensasi secara moneter, Namun juga membantuu
menghubung kan mereka dengan informasi atau berpatokan ke sumber daya. Partisipan lebih
sukan di perlakukan dengan metode wawancara dan quisioner di bandingkan dengan Langkah
Langkah psikologi dan metode lain lain, peneliti harus peneliti di anjurkan untuk selalu
brkonsultasi secar arutin kepada ahli kesehatan mental untuk mengatasi tekanan emosional yang
bisa muncul ( Ferreira,2015)

Selain itu kesehatan pada peneliti harus di perhatikan karena mereka juga beradaptasi
dengan keadaan . Knack dan dkk (2006) memeberi saran dengan cara peneliti membeuat
beberapa kelompok dari kecil hingga sampai ada yang berkerja sama mengumpulkan data di
tempat pengungsian. Kunci untuk mengatasikendala, dan masalah selama penelitian bencana dan
maslah selama penelitian bencana adalah tinjauan ke depan dan persiapan yang matang.

B. Tahapan Tahapan Penelitian Bencana

Sama halnya dengan penelitian yang lain pada umumnya, penelitian yang di lakukan
dalam konteks bencana memiliki prosedur sendiri. Tahap dalam penelitian kebencanaan
memiliki beberapa prbedaan membuat proses penelitiannya lebih berhati hati, di karenakan
bencana yang merupakan suatu yang terjadi secara traumatis, sehingga penelitian dalam meneliti
sangat berhai hatidemi menjaga keselamatan dan kenyamanan responden serta peneliti.

Adapun menurut Newnham dkk (2016) Penelitian prosedur kebencanaan di mulai dari
membangun kerjas sama dengan berbagai pihak,, membuat pertanyaan penelitian, design
pennelitian, mempertimbang kan etika penelitian, mengumpul data , mengolah data, menulis
laporan, kemudian di akhiri dengan memaparkan hasil temuannya, kerja sama di perlukan untuk
membantu team penelitiaan dalam mengumpulkan data penelitian, hingga membantu dalam
finansial, keamanan, dan keselamatan peneliti, serta subjek penelitian.

Langkah selanjutnya yaitu membuat soal untuk penelitian, soal atau pertanyaan penelitian
dapat di lihat dari topiknya, Topik penelitian pada penelitian kebencanaan sering kali memiliki
masalah yang berkaitan dengan maslah praktis yang terjadi di lapanagan. Penelitian kebencanaan
subjek yang special dan memerlukan pendekatan yang berbeda dari subjek penelitian pada
konteks lain. (Ferreira, 2015) Tidak semua orang ingin menjadi partisipan dan, ini akan menjadi
tantangan tersendiri bagi peneliti, terlebih lagi, jumlah anggota populasi mungkin tidak banyak
dan mau tidak mau semua orang harus di libatkan sebagai partisipan dan jika tidak semuanya
bersedia, tentu akan menjadi permasalahan baru.
Jika semua orang tidak bisa berpartisipasi maka sampel yang di perlukan. Pada dasarnya,
terdapat 2 metode sampling yakni probability dan no probability. Sampling Probability
memungkinkan setiap anggota populasi terpilih untuk menjadi partisipan sehingga dapat menarik
kesimpulan yang di kaji. Adapun sampling non probability, tidak semua anggota populasi
memiliki kesempatan (Norris, 2006). Sebelum pengumpulan data, peneliti harus
mempertimbangkan etika dalam penelitian yang di bahas selanjutnya.

Khususnya terkait dengan etika yang harus melibatkan subjek/Informan/survivor. Jika


etikanya sudah di pertimbankan. Maka pengambilan data boleh di lakukan. Dan di anjurkan
untuk memilihh asisten penelitian yang sudah memiliki pengalaman, ahli di bidangnya, mengerti
kode etik, akan tetapi tidak ada salahnya jika asisten di latih lagi untuk mempersiapkan dirinya
sebelum mengambil data(Newnham, dkk.2016)

Pengolahan analisis data bisa di lakukan sesuai dengan penelitian masing masing. Jika
menggunaka kuantitatif , maka pengolahan data bisa di laksanakan setelah mendapatkan semua
data. Setelah itu data dapat di coding dan di edit lalu olah secara statistic dan analisis. Adapun
penelitian kualitatif yang bersifat fleksibel, Interpertasi data di lakukan seiring dengan
berjalannya penelitian sampai mendapatkan hasilnya. (Kumar, 2011) Kemudian tahapan terakhir
pembuatan laporan sekaligus publikasi. Data yang di analisis dapat di sajikan dengan beberapa
cara seperti teks, table, grafik atau stastical measure. Fomat laporan juga di sesuaikan dengan
desain penelitian yang yang di lakukan, di karenakan metode kuantitatif dengan kualitatif
memiliki beberapa perbadeaan, penelitian kualitatif lebih cenderung menampilkan data dengan
menguraikannya menjadi kalimat yang detail, sedangkan penelitian kuantitatif cenderung
menampilkan hasil penelitian dengan menyajikan banyak angka (Kumar, 2011).

Sama hal nya dengan penelitian pada umumnya, penelitian yang di lakukan dalam
konteks bencana memiliki prosedur tersendiri. Walaupun secara keseluruhan tidak terlalu
berbeda dengan penelitian pada umumnya. Tahapan tahapan dalam kebencanaan memiliki
beberapa keunikan yang membuat proses dalam perencanaan penelitian dan pelaksanaan nya
untuk sangat berhati hati. Hal ini di sebabkan karena bencana yang merupakan suatu kejadian
yang traumatis, sehingga yang di kakukan penelitian pun harus berhati hati untuk menjaga
keselamatan dan kenyamanan responden serta peneliti.
Adapun menurut Newnham, dkk (2016) prosedur dalam penelitian kebencanaan di mulai
dengan membangun kerja sama dengan berbagai pihak pihak tertentu, membuat pertanyaan
penelitian, mengumpulkan data, ,engolah data, menganalisis data, menulis laporan, kemudian di
akhiri dengan memaparkan hasil dari penemuannya. Kerjasam di gunakan untuk mempermudah
tim peneliti dalam melaksanakan penelitian tersebut. Misalnya membantu dalam pengumpulan
datta, mengelola data, menghubungkan dengan pihak pihak yang terkait, haingga membantu
dalam finansial, keamanan, dan keselamatan penelitian dan subjek penelitian.

Selanjutnya yaitu Menyusun pertanyaan dalam penelitian. Pertanyaan penelitian dapat di


tentukan setalah peneliti menentukan topiknya. Topikk penelitian pada kebencanaan sering
sekali berkaitan dengan masalah praktis yang terjadi ketika di lapangan. Dan pilihlah salah satu
yang menarik yang sesuai dengan bidang penelitian, kemudian meriview literatur berdasarkan
sumber sumber scientific(terpercaya). Menurut Kumar (2011) riview literatur akan mengahsilkan
berbagai informasi yang berkaitann dengan topik penelitian, akan tetapi informasi tersebut masih
sangat umum. Informasi yang masih umum di spesifikan dengan cara memilih topik yang lebis
spesifik dan sekiranya hasil yang bermanfaat, maka pertanyaan penelitian dapat di tetapkan.

Dalam penelitian kebencanaan memiliki subjek yang berbeda dengan subjek penelitian
pada konteks lainnya. (Ferreira & Buttel, 2015) Tidak semu orang ingin menjad pasrtisipan dan
hal ini lah yang jadi tantangan peneliti tersendiri. Di tambah lagi, jumlah anggota populasi yang
tidak banyak dan mau tidak mau semuanya haris terlibat di dalamnya dan jika tidak semuanya
bersedia, jelas akan menjadi permasalahan baru.

Jika tidak memungkin kan untuk mengundang semua orang untuk berpartisipasi, maka
sample di perlukan. Pada dasarnya, terdapat dua metode sampling probabilitas dan non
probabilitas. Sampling probabilitas memungkinkan setiap populasi terpilih untuk menjadi
partisipan sehingga bisa menrik kesimpulan pada populasi yang di kaji. Adapun Sampling non
probabilitas, tidak semua anggota yang memiliki kesempatan (Norris, 2006) Sebelum mengambil
data penelitian perlu untuk mempertimbangkan Kembali etika dalam penelitian kebencanaan.

Terkhususnya etika dalam melibatkan subjek/informan/suvervivor. Jika etika sudah di


pertimbangakan maka pengambilan data sudah biisa di lakukan. Sebaiknya, jika peneliti
memiliki asistensi dalam pengambilan data. Pilihlan asisten peneliti yang sudah berpengalaman,
ahli di bidangnya, serta mengerti kode etik. Akan tetapi, taka da salah nya memilih hasisten yang
bisa di latih untuk mempersiapkan dirinya sebelum pengambilan data (Newnham, dkk,2016).

Pengelolahan dan analisis data dapat di lakukan sesuai dengan desain penelitian masing
masing, Jika menggunakan desain kuantitatif, maka pengolahan data dan analisis dapat di
lakukan seteluah terkumpulnyasemua data, setelah itu data perlu di edit dan di coding lalu di olah
secara statistic dan analisis. Adapun pada penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, interpertasi data
dapat di lakukan seiring dengan pengumpulan data (Kumar,2011).

Kemudian tahap terakhir adalah penulisan laporan serta publikasi. Data yang telah di
analisis dapat di sajikan dengan berberapa cara seperti teks, table, grafik atau statistical measure .
Format dalam laporan juga di sesuaikan dengan desain penelitian yang sudah di lakukan, karena
antara metode kuantitatif dengan kualitatif memiliki beberapa perbedaan dalam penulisan
laporan Misalnya penelitian kualitatif yang cenderung menampilkan data dengan menguraikan
nya menjadi kalimat yang detail.. Sedangkan penelitian kuantitatif cenderung menampilkan hasil
penelitian dengan menyajikan banyak angka (Kumar,2011).

C. Kode Etik Penelitian

Setiap peneliti harus memperhatikan pedoman etika yang berlaku selama melakukan
penelitian. Surat Keputusan Direktur Lembaga Penelitian Indonesia Nomor: 06/E/2013 tentang
Kode Etik Peneliti menjelaskan, Kode Etik Peneliti merupakan acuan moral bagi peneliti dalam
melakukan penelitian untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemanusiaan.
Ada tiga kode etik penelitian yang utama: 1) kode etik penelitian; 2) aturan etika; dan 3) aturan
etika penulis penelitian. Etika penelitian memberikan pedoman atau prinsip yang mendukung
peneliti dalam melakukan penelitian agar dilakukan secara adil dan tidak merugikan siapapun
dalam prosesnya (Hickey, 2018).

European Textbook of Research Ethics (2010) menjelaskan ada beberapa posisi atau
pendekatan dalam pengembangan etika penelitian:

1. Konklusivitas
Menurut pendekatan konsekuensialis, suatu tindakan sepenuhnya ditentukan oleh
konsekuensinya. Konsekuensi yang paling penting adalah utilitarianisme.
Memaksimalkan utilitas berarti mengutamakan kebahagiaan dan kesejahteraan seluruh
subjek penelitian, namun pendekatan ini bisa dibilang mengabaikan hak-hak individu.
Konsekuensialisme berpihak pada kepentingan jangka panjang dan multipihak, jika ada
pengorbanan dalam penelitian dipandang sebanding dengan keuntungan yang bisa
diperoleh. Meskipun berguna di masa depan, lebih baik mempertimbangkan dan
menghormati hak moral individu (European Commission, 2010),

2. Etika Berdasarkan Tanggung Jawab


Menurut pendekatan tanggung jawab, benar atau salahnya suatu tindakan ditentukan
tidak hanya oleh konsekuensinya, namun juga oleh sifat tindakan itu sendiri. Pendekatan
ini disebut juga pendekatan “deontologis”. Dalam deontologi, tanggung jawab dianggap
mutlak, sehingga kesalahan tidak pernah bisa dibenarkan secara moral, apa pun
konsekuensinya. Pendekatan deontologis lainnya adalah pendekatan Hak Asasi Manusia
(HAM). Pendekatan hak asasi manusia didasarkan pada asumsi bahwa ada sesuatu yang
penting secara moral dalam diri manusia, dan makna moral tersebut membuat tuntutan
tertentu mengenai orang lain dan kebebasan tertentu, sehingga setiap orang mempunyai
hak tertentu yang tidak boleh dilanggar. (Komisi Eropa, 2010).
3. Etika Kebajikan
Etika kebajikan merupakan suatu pendekatan yang membahas masalah etika yang
berkaitan dengan sifat aktor yang melakukan tindakan. Kekhawatiran etis mungkin
muncul ketika mempertimbangkan sifat peneliti atau motif mereka melakukan
penelitian (Komisi Eropa, 2010).

4. Etika Pengobatan
Etika perawatan berbeda dengan kritik terhadap pandangan seperti konsekuensialisme
dan deontologi yang memandang kewajiban etis sebagai sesuatu yang netral dan
universal, dengan alasan bahwa kewajiban tersebut didasarkan pada pandangan yang
tidak realistis tentang individu sebagai makhluk yang mandiri dan otonom, dan bahwa
kita harus memandang manusia sebagai makhluk sosial. , bersarang dalam serangkaian
hubungan yang kompleks.
Dari 14 pedoman tersebut, terdapat dua topik utama yaitu kerentanan dan proses review
REC-Research Ethics Committee :

1. Kerentanan
a) Kerentanan sebagai sebuah konsep terdapat tiga konsep utama yaitu (1) definisi
kerentanan atau analisis konsep kerentanan yang digunakan dalam empat dari 14
pedoman. Para penulis pedoman ini mengkritik definisi kerentanan yang sangat
luas karena definisi tersebut dapat diterapkan pada “hampir semua orang,
kelompok atau situasi” dan sering kali dirancang untuk membuat stereotip dan
melemahkan peserta penelitian; (2) penyebab kerentanan, yaitu. komunikasi dan
analisis penyebab kerentanan digunakan dalam enam dari 14 pedoman dalam
situasi bencana. Contoh penyebab kerentanan antara lain subjek penelitian, usia
muda dan tua, kerentanan sosial, disabilitas fisik, serta peristiwa kekerasan dan
traumatis yang berujung pada masalah kesehatan mental pascabencana; (3)
kekurangan dalam pedoman yang ada dan digunakan dalam dua pedoman lainnya.
b) Risiko dan Beban Terdapat enam subkategori: (1) kerusakan fisik yang termasuk
dalam tujuh instruksi; (2) retraumatisasi termasuk dalam lima pedoman; (3)
manipulasi dua instruksi; (4) digunakan dalam delapan instruksi; (5) ekspektasi
yang tidak realistis yang terkandung dalam delapan pedoman; dan (6) stigma
dalam dua pedoman.
c) Manajemen risiko (manajemen risiko)
d) Manajemen risiko memiliki enam subkategori, yaitu: pelaporan dan pemantauan
penelitian (akuntabilitas dan pemantauan penelitian) yang tertuang dalam
sembilan pedoman (2), menghindari risiko yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
(menghindari risiko yang berlebihan atau terlalu rendah) yang tertuang dalam tiga
pedoman. ; (3) perlunya bukti empiris mengenai risiko dimasukkan dalam ketiga
pedoman tersebut; (4) pemberian dukungan psikologis pada subjek penelitian
(providing ofpsychological support to resjective) terdapat dalam empat pedoman:
(5) kualitas informed consent dalam enam pedoman; dan (6) penilaian hubungan
kekuasaan antara peneliti dan subjek dalam kedua manual tersebut.
e) Kapasitas pengambilan keputusan subjek.
f) Kategori ini memuat tiga subkategori: (1) Faktor-faktor yang menghambat
kapasitas pengambilan keputusan (faktor-faktor yang menghambat kapasitas
pengambilan keputusan) tercakup dalam empat pedoman; (2) Meremehkan
penilaian terlihat dalam dua petunjuk. dan (3) perlunya prosedur informed consent
khusus tercakup dalam lima pedoman.
2. Proses Komite Etik Penelitian (REC).
a) Pengalaman dan kesadaran peneliti. Pengalaman dan kesadaran peneliti
mempunyai lima subkategori, yaitu (1) kepekaan budaya peneliti yang terdapat
pada lima pedoman; (2) Kesadaran Dampak Penelitian (Research Impact
Awareness) tertuang dalam tiga pedoman; konflik kepentingan tercakup dalam
empat pedoman; (4) pelatihan etika penelitian dimuat dalam empat manual; dan
(5) kualifikasi profesional peneliti termasuk dalam ketiga pedoman tersebut.
b) Minat dan hak subjek penelitian. Untuk kepentingan dan hak subjek penelitian
terdapat tujuh subkategori, yaitu (1) penyeimbangan kebutuhan bukti ilmiah dan
potensi kerugian penelitian (balancing the need for saintifik bukti dan potensi
kerugian penelitian) terdapat pada sepuluh subkategori tersebut. . instruksi; (2)
persyaratan risiko minimum tertuang dalam empat pedoman; (3) keadilan dalam
pemilihan peserta: ada delapan pedoman; (4) kemungkinan terjadinya kelebihan
beban subjek termuat dalam enam instruksi; (5) ketentuan kerahasiaan dan
privasi tertuang dalam sembilan pedoman; (6) Peraturan pemindahan bahan hayati
(Regulation on Transfer of Biological Materials) terdapat pada lima buku
pedoman dan (7) penerapan standar pelayanan terdapat pada tiga buku pedoman
c) Nilai-nilai sosial, Terdapat enam subkategori untuk kategori ini, yaitu (1)
kemungkinan penerapan kelima pedoman tersebut pada situasi bencana di masa
depan; (2) Penelitian yang termasuk dalam enam pedoman tidak dapat dilanjutkan
dalam situasi non-bencana; (3) manfaat langsung atau tidak langsung terhadap
individu atau badan yang tertuang dalam Sebelas Pedoman (manfaat langsung
atau tidak langsung terhadap individu atau badan); (4) tidak habisnya sumber
daya karena keadaan darurat (exhaustion of resources due to emergency) tertuang
dalam dua instruksi; (5) keterlibatan peneliti dan/atau masyarakat lokal tercakup
dalam sembilan pedoman; dan 6) kewajiban pasca penyidikan yang tertuang
dalam empat pedoman tersebut.
d) Organisasi inspeksi. Organisasi evaluasi dijelaskan melalui lima subkategori: (1)
sentralisasi evaluasi ke dalam tujuh pedoman; 2) syarat peninjauan secara
menyeluruh dan cepat tertuang dalam tujuh pedoman; 3) mekanisme peninjauan
alternatif tercakup dalam empat pedoman; (4) "catatan kasus Justin" disajikan
dalam empat instruksi; dan (5) proporsionalitas penelaahan dituangkan dalam satu
instruksi.
e) Permasalahan dalam proses evaluasi Kategori ini mempunyai tiga subkategori,
yaitu (1) risiko birokrasi dalam proses evaluasi yang tertuang dalam tiga
pedoman); (2) belum adanya pedoman kebencanaan pada kedua pedoman
tersebut; dan (3) pembedaan penelitian dan non penelitian (perbedaan penelitian
dan non penelitian) tertuang dalam satu pedoman.

D. Integritas Penelitian

Integritas penelitian dapat diartikan sebagai upaya peneliti untuk melakukan penelitian
dengan menggunakan metode dan pendekatan penelitian yang benar, melaporkan informasi dan
hasil yang jujur, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian yang benar dan
bertanggung jawab meningkatkan kepercayaan dan kredibilitas peneliti, universitas, dan kualitas
hasil selanjutnya. Oleh karena itu, integritas penelitian mencakup seluruh siklus dan proses
penelitian, termasuk mengelola dana penelitian, menyiapkan proyek penelitian, membuat
proposal puncak dalam menerbitkan dan mempublikasikan hasil penelitian dan memastikan
penyimpanan data yang tepat. Beberapa merek ilmiah terkait bertanggung jawab, keduanya
bertanggung jawab peneliti dan perguruan tinggi (LP3M, 2022: 6).

Penyelenggaraan penelitian yang bertanggung jawab dijabarkan melalui beberapa prinsip


yang tertuang dalam beberapa pedoman Kode Etik Penelitian, yang dapat dirangkum sebagai
berikut.
f) Kejujuran dalam pengembangan, pelaksanaan dan pelaporan penelitian. Menyajikan
informasi secara jujur dan akurat dalam komunikasi dan kinerja dan melaporkan
penelitian.
g) keakuratan (rigor) dalam pengembangan, pelaksanaan dan pelaporan penelitian.
Mendukung penelitian dengan memperhatikan detail dan metodologi yang kuat,
menghindari atau menerima bias.
h) Transparansi pernyataan minat dan pelaporan metodologi penelitian, data dan hasil.
Berbagi dan berkomunikasi metodologi penelitian, data dan hasil secara publik,
bertanggung jawab dan akurat Mengungkapkan dan mengelola konflik kepentingan.
i) Keadilan (fairness) dalam memperlakukan orang lain. Perlakukan orang lain peneliti
dan entitas lain yang terlibat dalam penelitian dengan cara yang adil dan penuh hormat.
Referensi dan pengutipan karya lain yang akurat. Berikan kredit, termasuk jika perlu,
hak cipta kepada peserta penelitian.
j) Menghormati (respect) partisipan penelitian, masyarakat luas. Manjakan asisten Anda
orang-orang dan komunitas yang terkena dampak penyelidikan secara hati-hati dan
menghormati, mempertimbangkan sesuai kebutuhan Kelompok minoritas atau
kelompok rentan. Minimalkan efek buruk studi lingkungan.
k) Bertanggung jawab atas pengembangan, implementasi dan pelaporan belajar Mematuhi
undang-undang, kebijakan, dan pedoman yang relevan. Memastikan pengelolaan yang
baik atas sumber daya publik yang digunakan menginvestigasi Pertimbangkan implikasi
dan hasil penelitian sebelumnya komunikasi
l) Memprioritaskan (mempromosikan) praktik penelitian yang bertanggung jawab.
dorongan dan mempromosikan budaya dan lingkungan penelitian yang mendukung
penelitian yang bertanggung jawab.
m) Tanggung Jawab Peneliti. Peneliti wajib mengetahui tanda-tandanya dan mengikuti
prinsip-prinsip penelitian bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengannya
(LP3M, 2022: 7).

Oleh karena itu, ada beberapa pertanyaan penting dan hal tersebut harus diperhatikan dan
menjadi tanggung jawab peneliti.
a) Mendukung budaya pelaksanaan penelitian yang bertanggung jawab di lembaga
masing-masing di area pelatihannya sendiri.
b) Memberikan bimbingan dan pendampingan (mentoring) dalam pelaksanaannya
penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kepada peneliti lain atau peserta
penelitian di bawah pengawasannya dan melakukan pemantauan perilaku jika
diperlukan.
c) Mematuhi hukum, peraturan, standar disiplin, pedoman etika dan kebijakan
kelembagaan yang terkait dengan penelitian bertanggung jawab Klausul ini mencakup
memastikan kecukupan persetujuan (Konfirmasi/persetujuan yang sesuai) diperoleh
sebelum penelitian dan persyaratan persetujuan diikuti selama penelitian.
d) Memastikan bahwa prinsip-prinsip etika terkait dengan manfaat dan integritas
penelitian, keadilan, kebaikan dan rasa hormat diterapkan pada penelitian manusia.
e) Mengadopsi dan memastikan metode yang sesuai untuk tujuan penelitian
kesimpulannya dibenarkan berdasarkan hasil.
f) Simpan catatan semua investigasi yang jelas, akurat, aman dan lengkap mencakup
materi penelitian dan materi yang lebih penting. Jika memungkinkan dan sesuai, izinkan
akses dan rujukan pihak yang berkepentingan.
g) Menyebarkan temuan penelitian secara bertanggung jawab, akurat dan luas. Kapan Jika
perlu, peneliti harus mengambil tindakan untuk memperbaiki rekaman tepat waktu tepat
h) Mengungkapkan dan mengelola konflik kepentingan aktual, potensial, atau konflik
kepentingan kelihatannya
i) Memastikan bahwa orang-orang yang tercatat dalam hasil penelitian semuanya adalah
penulis memberikan kontribusi intelektual atau ilmiah yang signifikan tentang
penelitian dan keluarannya dan Anda setuju untuk menjadi penulisnya.
j) Terima kasih kepada mereka yang berpartisipasi belajar
k) Kutip dan beri penghargaan pada karya relevan lainnya dengan tepat dan akurat.
Siapapun yang Terlibat dalam tinjauan sejawat dengan cara yang adil dan ketat dan
tepat waktu serta menjaga kerahasiaan isinya.
l) Melaporkan kekhawatiran Kode Etik kepada otoritas terkait.
E. Hak dan Kesepakatan dengan Partisipan/Responden

Sebelum melakukan penelitian lapangan atau mengumpulkan data, peneliti harus


memahami dan menghormati hak partisipan dan responden (Panuju, 2018). Prosedur standar
biasanya dilakukan oleh peneliti dan harus dilaksanakan serta diikuti oleh semua peneliti
pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai berikut :

a) Mempersiapkan dan mengirimkan undangan untuk berpartisipasi dalam wawancara


atau responden survei, yang mencantumkan identitas peneliti dan lembaganya, topik
penelitian dan tujuan penelitian.
b) Bacalah perjanjian dengan peneliti dan pernyataan hak pada poin tersebut partisipasi
dalam proses penyidikan berupa hak untuk menyembunyikan identitas diri, partisipasi
dalam penulisan dan publikasi hasil penelitian (anonimitas), hak untuk tidak
melakukannya untuk menjawab pertanyaan tertentu (misalnya pertanyaan sensitif), hak
untuk tidak mempublikasikan (tidak terdaftar), hak untuk tidak mempublikasikan dapat
menghentikan proses penelitian sewaktu-waktu, mencabut haknya dan membatalkan
permohonan yang diajukan (membatalkan peserta) dan haknya membaca hasil
penelitian sebelum dipublikasikan.
c) Menjamin keamanan dan kerahasiaan informasi yang diberikan dari para peserta
d) Suatu bentuk kontrak yang memuat seluruh syarat-syarat di atas (Bagian a, b, dan c)
harus disepakati dan ditandatangani terlebih dahulu oleh peserta dan peneliti
wawancara dan proses pengumpulan data lainnya.
e) Dalam kasus khusus dengan sensitivitas tinggi, seperti pertanyaan melalui pos
persetujuan lisan yang tercatat bagi korban kekerasan dan konflik dapat digunakan jika
peserta tidak mau memberikan persetujuan tertulis (Persetujuan tertulis).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian dalam konteks kebencanaan memiliki peran krusial dalam memahami,


merencanakan, dan merespons bencana dengan efektif. Dalam kajian ini, kita mengeksplorasi
definisi kebencanaan sebagai suatu peristiwa yang mengancam kehidupan dan lingkungan, serta
mengakibatkan kerugian material dan manusia. Definisi kebencanaan menjadi dasar penting
dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan merancang strategi mitigasi.

Penelitian sendiri, sebagai suatu kegiatan ilmiah, adalah proses sistematik yang dilakukan
untuk mendapatkan pengetahuan, memahami fenomena, dan menemukan solusi terhadap
masalah-masalah yang dihadapi. Dalam konteks kebencanaan, penelitian memungkinkan
identifikasi faktor risiko, pengembangan teknologi mitigasi, perencanaan pengelolaan bencana,
kesiapsiagaan masyarakat, serta pemulihan dan pembangunan berkelanjutan pasca bencana.

Selain itu, etika dalam melakukan penelitian sangat penting. Peneliti memiliki tanggung
jawab moral dan etika terhadap subjek penelitian, masyarakat, dan lingkungan. Hal ini
melibatkan prinsip-prinsip seperti keadilan, kejujuran, dan perlindungan terhadap hak-hak subjek
penelitian. Dalam konteks kebencanaan, etika penelitian memastikan bahwa penelitian dilakukan
dengan integritas, menghormati keberagaman budaya dan nilai-nilai lokal, serta memastikan
partisipasi dan persetujuan masyarakat yang terlibat.

Dengan pemahaman yang mendalam tentang kebencanaan, definisi penelitian, dan


prinsip-prinsip etika, penelitian dalam konteks kebencanaan memiliki potensi untuk menciptakan
dampak positif yang signifikan. Melalui penelitian yang berbasis pada definisi kebencanaan yang
jelas, dilakukan dengan metode ilmiah yang tepat, dan berlandaskan pada etika yang kuat, kita
dapat memitigasi risiko bencana, membangun ketahanan masyarakat, dan meraih kemajuan yang
berkelanjutan di era yang penuh tantangan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Gelgel, N. M. R. A. (2020). Media sosial dan literasi kebencanaan di Bali. Interaksi: Jurnal Ilmu
Komunikasi, 9(1), 19-30.

Hardiyanto, S., & Pulungan, D. (2019). Komunikasi Efektif Sebagai Upaya Penanggulangan
Bencana Alam di Kota Padangsidimpuan. Jurnal Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 3(1),
30-39.

Indonesia, H. P. (2010). Kode etik psikologi Indonesia. Jakarta: Pengurus Pusat Himpunan
Psikologi Indonesia.

LP3M (2022) buku panduan kode etik penelitian, Jakarta.

Munir, A. Q. (2017). Sistem Informasi Geografi Pemetaan Bencana Alam Menggunakan Google
Maps. Respati, 9(26).

Panuju, R. (2018). Etika Jurnalistik dan Jurnalisme Bencana pada Pemberitaan Gunung Agung di
Portal Berita Balipost. com. Jurnal Ilmu Komunikasi, 15(2), 219-232.
REVIEW JURNAL

Judul Gambaran Dampak Kecemasan dan Gejala Psikologis pada Anak Korban
Bencana Gempa Bumi di Lombok

Nama Jurnal Journal of Holistic Nursing and Health Science

Volume Volume 2, No. 1


halaman

Tahun 1, Juni 2019 (Hal. 31-38)

Penulis Zurriyatun Thoyibah1, Meidiana Dwidiyanti, Misroh Mulianingsih, Winda


Nurmayani, Reza Indra Wiguna,

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak kecemasan dan gejala
Penelitian psikologis pada anak-anak yang disebabkan oleh bencana gempa bumi di
wilayah Lombok.

Subjek Bencana gempa bumi yang terjadi selalu membawa dampak psikologis terhadap
penelitian semua korban termasuk pada anak-anak. Sedikit penelitian yang mengeksplore
kecemasan dan gejala masalah psikologis pada anak-anak.

Metode Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah mix-method dengan sampel
penelitian sebanyak 47 responden di SDN 2 Penimbung Lombok Barat, sampel ditentukan
dengan teknik purposive sampling. Analisis data kuantitaif menggunakan
kuesioner RCMAS-2 (Revised Children’s Manifest Anxiety Scale; second
edition) dan analisis kualitiatif menggunakan metode wawancara mendalam
dengan orang tua dan guru di sekolah.

Defenisi Kecemasan dan gejala psikologi pada anak korban bencana gempa bumi di
lombok
Oprasional

Variabel
dependent
Defenisi Subject nya
oprasional
independent

Langkah Desain Penelitian ini merupakan penelitian mix method kuantitatif dan
penelitian kualitatif. Metode kuantitatif melalui pengisian kuesioner.

Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan kriteria


purposive sampling

Instrumen

Kuesioner RCMAS-2 (Revised Children Manifest Anxiety Scale) yang


dikembangkan oleh Reynolds dan Richmond (2008) berisi dua puluh delapan
item pernyataan tentang gejala kecemasan untuk menilai tingkat dan kualitas
kecemasan yang dialami anak-anak dan remaja usia 6-19 tahun.

Proses Etik

Kegiatan penelitian untuk mengidentifikasi korban bencana gempa bumi pada


anakanak ini dilakukan oleh tim trauma healing dalam fase penanganan pasca
bencana di wilayah Lombok.

Analisis Data

Data gambaran karakteristik responden, kategori kecemasan anak-anak korban


gempa bumi dianalisis dan dijabarkan menggunakan program Microsoft Excell

Hasil Karakteristik Hasil menunjukkan bahwa 55,32% responden berjenis kelamin


penelitian perempuan dan 44,68% berjenis kelamin laki-laki dan. Sebagian besar
responden berusia 8 tahun 48,49%. Dampak Psikologis pada Anak. Hasil
deteksi dini gejala kecemasan pada anak korban gempa menunjukkan bahwa
sebanyak 85,11% orang mengalami kecemasan dalam batas normal, sedangkan
14,89% termasuk dalam kategori kecemasan klinis.

Kelebihan Kelebihan dari penelitian ini menampilkan contoh dari penelitian sebelumnya
penelitian yang di adakan di turky dengan tujuan yang sama dengan penelitian ini,

Kekurangan Sejauh ini dalam meriview dalam penelitian ini reviewer belum menemukan
penelitian kekurangan, hanya saja peneliti dari jurnal ini menyampaikan kepada peneliti
selanjutnya agar memberikan terapi seperti bermain, menggambar,
mendongeng, dan sebagainya untuk mengurangi dampak psikologi akibat
gempa memberikan pengetahuan tentang gempa dan mengedukasi keluarga dan
teman tentang perubahan perilaku dan masalah yang mungkin dihadapi anak
anak. Karena di penelitian ini anak anak yang terkena korban bencana merasa
sendirian, sedih, trauma, dan lain lain.

Kesimpulan Bencana alam gempa bumi yang dialami oleh masyarakat wilayah Lombok
provinsi Nusa Tenggara Barat tidak hanya berdampak pada kondisi fisik dan
lingkungan namun juga berdampak pada kondisi psikologis anak korban gempa
seperti adanya gejala kecemasan normal dan kecemasan klinis yang mengarah
pada PTSD yang ditunjukkan dari perubahan perilaku anak. Gejala tersebut
dirasakan anak di rumah maupun di sekolah. sehingga hal ini akan
membutuhkan penanganan lebih lanjut, seperti pelayanan kesehatan pasca
bencana seperti kegiatan trauma healing.

Judul Gambaran Post traumatic stress disorder (PTSD) Pada penyintas banjir.

Nama Jurnal Jurnal penelitian dan pengukuran psikologi

Volume Volume 10, No. 1


halaman

Tahun April 2021

Penulis Ernita zakiah, Irma Rosalinda, Mauna.


Tujuan Tujuan dari penelitian ini guna untuk memberikan bantuan kepada Masyarakat
Penelitian berupa kontribusi bagi Masyarakat yang mengalami Post traumatic stres di
sorder (PTSD) pada penyintas banjir agar berfungsi dan memiliki kualitas
hidup yang lebih baik.

Subjek Subjek penelitiannya adalah individu yang pernah mengalami bencana banjir,
penelitian dengan populasi individu yang pernah mengalami bencana banjir dengan
rentang usia antara 18-50 tahun.

Metode Metode penelitian yang di ganakan dalam penelitian ini berbentuk deskriptif
penelitian study yang di lakukan dengan tujuan melihat variable yang tidak mencari
analisis beda atau korelasi dengan variable lainnya

Defenisi Post traumatic stress disorder (PTSD)

Oprasional

Variabel
dependent

Defenisi Penyitas banjir


oprasional
independent

Langkah 1. Individu yang pernah mengalami bencana banjir minimal 1 meter


penelitian
2. Usia 18-50 Tahun Teknik sampling yang digunakan pada studi ini adalah
purposive sampling, yang sesuai dengan kriteria yang dipandang memiliki
hubungan dengan kriteria partisipan terdahulu (Hadi, 2004). Instrumen
psikologis diaplikasikan sebagai teknik pengumpulan data untuk studi ini. Skala
digunakan yaitu skala likert (Sugiyono, 2018).

Hasil Hasil dari penelitian ini mendapatkan hasil yang relative dari setiap kategori
penelitian subjek.

Kelebihan Dari pengamatn reviewer Kelebihan dari penelitian ini yaitu menggunakan
penelitian subjek sebanyak 65 orang dan memiliki kategori dalam pangmbilan sample.

Kekurangan Sejauh ini dalam meriview dalam penelitian ini reviewer belum menemukan
penelitian kekurangan, hanya saja peneliti dari jurnal ini menyampaikan kepada peneliti
selanjutnya agar Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan variabel lain
seperti dengan memberikan intervensi psikologi dengan menggunakan
pendekatan eksperimen, jika ingin meneliti dengan variabel yang sama,
mungkin perlu diperbanyak subjek penelitiannya, lamanya mengalami bencana
juga jadi pertimbangan, jenis bencana alam lainnya juga bisa jadi masukan
untuk penelitian, serta melihat perbedaan dari jenis kelamin.

Kesimpulan Subjek penelitian sebanyak 65 orang, maka dapat disimpulkan bahwa subjek
penelitian sebagian besar menunjukkan gejala PTSD berada pada kategori
sedang, hal ini menunjukkan bahwa para penyintas banjir sering mengalami
gejala PTSD. Subjek lainnya berada pada kategori tinggi, ini menunjukkan
bahwa subjek penelitia sangat sering atau sering mengalami gejalagejala PTSD.
Sedangkan yang berada pada

kategori rendah lebih sedikit dibandingkan kategori lainnya, hal ini


menunjukkan bahwasubjek mengalam

Anda mungkin juga menyukai