ALIRAN-ALIRAN PENDIDIKAN
DISUSUN OLEH :
Kelompok 4
Yogi Prasetyo wibowo (A32122044)
Sri Astuti (A32122040)
Mariam hulu (A32122035)
Sri Ain (A32122056)
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu menganugrahkan nikmat-Nya kepada
kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang
membawa rahmat bagi seluruh alam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita sebagai
umatnya, amin.
Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari berbagai sumber, syukur alhamdulillah saya dapat
menyelesaikan pembuatan makalah tentang “ALIRAN ALIRAN PENDIDIKAN” Ucapan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, semoga menjadi suatu ibadah dan semoga Alloh SWT
membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik, amin. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................... 12
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian teori atau aliran pendidikan ?
2. Apa saja macam-macam teori atau aliran pendidikan ?
C. Tujuan
Dalam pembahasan kali ini pemakalah mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pendapat aliran-aliran pendidikan
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-Dasar Pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
Kata “teori” sebagaimana yang dipergunakan dalam konteks pendidikan secara umum
adalah sebuah tema yang apik. Teori yang dimaksudkan hanya dianggap absah manakala
kita tetapkan hasil-hasil eksperimental yang dibangun dengan baik dalam bidang psikologi atau
sosiologi hingga sampai kepada praktek kependidikan.
Kedua, “teori” menunjuk kepada bentuk asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu
kepada petunjuk praktis. Dalam pengertian ini, bukan hanya mencangkup pemindahan-
pemindahan eksplanasi fenomena yang ada, namun termasuk di dalamnya mengontrol atau
membangun pengalaman.
B. Macam-macam teori atau aliran pendidikan
1. Aliran Empirisme
Pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya.
Pengalaman-pengalaman itu berupa stimulan-stimulan dari alam bebas maupun diciptakan oleh
orang dewasa dalam bentuk program pendidikan.
Tokoh utama aliran ini adalah filsuf Inggris bernama John Lock yang mengembangkan
paham Rasionalisme pada abad ke 18. Teori ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia
dapat diumpamakan seperti kertas putih yang kosong yang belum ditulisi atau dikenal dengan
istilah “tabularasa” (a blank sheet of paper). Teori ini mengatakan bahwa manusia yang lahir
adalah anak yang suci seperti meja lilin. Dengan demikian, menurut aliran ini anak-anak yang
lahir ke dunia tidak mempunyai bakat dan pembawaan apa-apa, sebagai kertas putih yang polos.
Oleh karena itu, anak-anak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan orang dewasa yang
memberikan warna pendidikannya.
Di sini jelas bahwa segala kecakapan dan pengetahuan anak-anak muncul dan
teroptimalkan dibentuk karena pengalaman yang diserap oleh indra mereka melalui pendidikan.
Anak ingin dijadikan apa pun tergantung siapa guru yang mengelolanya. Oleh karena itu,
perkembangan anak 100% dipengaruhi atau ditentukan oleh lingkungannya.
Aliran Empirisme dipandang sebagai aliran yang sangat optimis terhadap pendidikan,
sebab aliran ini hanya mementingkan peranan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan.
Adapun kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan
keberhasilan seseorang. Aliran ini masih menganggap manusia sebagai makhluk yang pasif,
mudah dibentuk atau direkayasa, sehingga lingkungan pendidikan dapat menentukan segalanya.
2. Nativisme
Paham ini menentang paham Empirisme yang dikemukakan John Lock. Nativs (dari
bahasa latin) memiliki arti terlahir. Menurut paham ini, dengan tokohnya seorang filsuf Jerman
Schopenhauer (1788-1860), dikatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki
pembawaan atau bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan
tersebut ada yang baik dan ada pula yang buruk. Oleh karena itu, menurut paham ini
perkembangan anak tergantung dari pembawaannya sejak lahir. Berdasarkan aliran ini,
keberhasilan pendidikan anak ditentukan oleh anak itu sendiri.
Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan
sebaliknya, yang baik akan menjadi baik. Pendidikan yang tidak sesuai bakat dan pembawaan
anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak itu sendiri.
Singkatnya, aliran Nativisme menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor
lingkungan, termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Yang paling berpengaruh menurut aliran ini adalah pembawaan. Pendidikan tidak akan
berdaya mempengaruhi perkembangan anak karena setiap anak telah memiliki pembawaannya
sejak dilahirkan.
Jadi jelas di sini, bahwa menurut teori ini anak tumbuh dan berkembangnya tidak
dipengaruhi oleh lingkungan pendidikan baik lingkungan sekitar yang ada sehari-hari maupun
lingkungan yang direkayasa oleh orang dewasa yang disebut pendidikan. Dengan kata lain,
pendidikan, lingkungan masyarakat, dan orang tua tidak berpengaruh terhadap perkembangan
anak karena setiap anak akan berkembang sesuai pembawaannya, bukan oleh kekuatan-kekuatan
dari luar.
3. Naturalisme
Paham Naturalisme dipelopori oleh seorang filsuf Prancis J.J. Rousseaue yang muncul
pada abad ke-18. Nature dalam bahasa latin memiliki makna Alam.
Berbeda dengan Schopenhaeuer, Rousseaue berpendapat setiap anak yang baru dilahirkan
pada hakikatnya memiliki pembawaan baik. Namun pembawaan baik yang terdapat pada setiap
anak itu akan berubah sebaliknya karena dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan tersebut dapat
berupa, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, atau lingkungan masyarakat di sekitar di mana
anak tumbuh dan berkembang. Berdasarkan pendapatnya tersebut, aliran ini dikenal juga dengan
sebutan Negativisme.
Selanjutnya Rousseaue mengatakan, anak yang telahir dalam keadaan baik tersebut
biarkan berkembang secara alami. Ini artinya bahwa perkembangan anak yang dipengaruhi oleh
pendidikan apakah pendidikan di rumah, di sekolah, maupun di masyarakat sebagai urun rembuk
orang-orang dewasa malah akan merusak pembawaan anak yang baik.
Hal ini seperti dikemukakan oleh J.J. Rousseaue, yaitu : “segala sesuatu adalah baik ketika ia
baru keluar dari alam, dan segala sesuatu menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan
manusia.”
Dengan demikian, menurut Rousseaue agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang
menjadi anak yang baik, anak tersebut harus diserahkan kepada alam. Kekuatan alam yang akan
mengajarkan kebaikan-kebaikan yang terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut.
Beragam kebaikan itu akan terus diserapnya oleh setiap anak yang terlahir, secara spontan dan
bebas dari rekayasa orang dewasa.
Oleh karena itu, di sini jelas bahwa Rosseaue tidak berharap pada pendidikan. Dengan
kata lain sekolah tidak perlu ada. Ia menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam
yang mengembangkan anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.
4. Konvergensi
Konvergensi artinya titik pertemuan. Pelopor aliran Konvergensi adalah William Stern
(1871-1939), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman. Ia mengatakan bahwa seseorang
terlahir dengan pembawaan baik dan juga dengan pembawaan buruk. Ia pun mengakui bahwa
proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama
mempunyai peranan yang sangat penting. Aliran ini menyampaikan bahwa bakat yang dibawa
pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya lingkungan yang sesuai
dengan perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik pun sulit mengembangkan
potensi anak secara optimal apabila tidak terdapat bakat yang diperlukan bagi perkembangan yang
diharapkan anak tersebut. Dengan demikian, paham ini menggabungkan antara pembawaansejak
lahir dan lingkungan yang menyebabkan anak mendapatkan .pengalaman.
Oleh karena itu, teorinya dikenal dengan sebutan Konvergensi (Konvergen berarti memusat ke
satu titik). Menurut teori konvergensi ada tiga prinsip : (1) pendidikan mungkin untuk
dilaksanakan, (2) pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada
anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik dan mencegah berkembangnya potensi yang
kurang baik, dan (3) yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.
Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat
dalam memahami tumbuh kembang manusia. Meskipun demikian terdapat variasi pendapat
tentang faktor-faktor mana yang paling penting dalam menentukan tumbuh kembang itu.
Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan pandangan tentang strategi yang
tepat untuk memahami perilaku manusia. Seperti strategi disposisional/konstitusional, strategi
phenomenologis/humanistik, strategi behavioral, strategi psikodinamik/psiko-analitik, dan
sebagainya. Demikian pula halnya dalam belajar mengajar, variasi pendapat itu telah
menyebabkan munculnya berbagai teori belajar dan atau teori/model mengajar.
Jadi tegasnya proses pendidikan adalah hasil kerjasama dari faktor-faktor yang dibawa
ketika lahir dengan lingkungan.
5. Aliran Progresivisme
Tokoh aliran Progresivisme adalah John Dewey. Aliran ini berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah
yang bersifat menekan, ataupun masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.
Aliran ini memandang bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu
ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.
Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh kecerdasannya sebagai bekal
menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik,
yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya.
Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga
termanifestasikan di dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya.
Jasmani dan rohani, terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi
kesempatan untuk bebas dari sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian
yang berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar
sekolah.
6. Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico, seorang epistemiolog Italia. Ia
dipandang sebagai cikal bakal lahirnya konstruktivisme. Ia mengatakan bahwa Tuhan adalah
pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan. Mengerti berarti mengetahui
sesuatu jika ia mengetahui. Hanya Tuhan yang dapat mengetahui segala sesuatu karena Dia
Pencipta segala sesuatu itu. Manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang dikonstruksikan
Tuhan. Bagi Vico, pengetahuan dapat menunjuk pada struktur konsep yang dibentuk.
Pengetahuan tidak bisa lepas dari subjek yang mengetahui.
Aliran ini dikembangkan oleh Jean Piaget. Melalui teori perkembangan kognitif, Piaget
mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan interaksi kontinu antara individu satu dengan
lingkungannya. Pengetahuan merupakan suatu proses, bukan suatu barang. Menurut Piaget,
mengerti adalah proses adaptasi intelektual antara pengalaman dan ide baru dengan pengetahuan
yang telah dimilikinya, sehingga dapat terbentuk pengertian baru.
Piaget juga berpendapat bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh tiga proses
dasar, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi. Asimilasi adalah perpaduan data baru dengan
struktur kognitif yang telah dimiliki. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif terhadap
situasi baru, dan ekuilibrasi adalah penyesuaian kembali yang secara terus menerus dilakukan
antara asimilasi dan akomodasi.
Aliran Konstruktivisme ini menegaskan bahwa pengetahuan mutlak diperoleh dari hasil
konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui pengalaman yang diterima lewat pancaindra,
yaitu penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini
menolak adanya transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain, dengan
alasan pengetahuan bukan barang yang bisa dipindahkan, sehingga jika pembelajaran ditujukan
untuk mentransfer ilmu, perbuatan itu akan sia-sia saja. Sebaliknya, kondisi ini akan berbeda jika
pembelajaran ini ditujukan untuk menggali pengalaman.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori atau aliran pendidikan dalam arti pertama terbatas pada penjelasan mengenai
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan batas-batasan ilmiah. Sedangkan yang
kedua, menunjuk kepada asas-asas yang saling berhubungan yang mengacu kepada
petunjuk praktis.
Aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaruan
pendidikan.
Macam-macam teori atau aliran pendidikan yaitu :
a. Aliran Empirisme
Aliran Empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan
stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa
perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaan
tidak dipentingkan. Pengalaman yang diperoleh anak dalam kehidupan sehari-
hari didapat dari dunia sekitarnya yang berupa stimulan-stimulan. Stimulasi ini
berasal dari alam bebas ataupun diciptakan oleh orang dewasa dalambentuk
pendidikan. Tokoh perintisnya adalah John Locke.
b. Aliran Nativisme
Aliran Nativisme bertolak dari Leinitzian Tradition yang menekankan
kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor
pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil
perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperolehsejak
kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan anak. Tokoh
perintisnya adalah Schopenhauer.
c. Aliran Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau. Rousseau berpendapat bahwa semua
anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik.
Pembawaan baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan.
Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah dapat merusak pembawaan
baik anak itu.
d. Aliran Konvergensi
Aliran Konvergensi dipelopori oleh William Stern, ia berpendapat bahwa
seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik maupun
pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan
maupun faktor lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting.
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa
adanya dukungan lingkungan sesuai untuk perkembangan anak itu.
e. Aliran Progresivisme
Aliran Progresivisme dipelopori oleh John Dewey. Aliran ini memandang
bahwa peserta didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan
dengan fakta bahwa manusia mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk
lain. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas utama pendidik, yang secara teori
mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik diberi kesempatan untuk
bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang
berlangsung disekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di
luar sekolah.
f. Aliran Konstruktivisme
Gagasan pokok aliran ini diawali oleh Giambatista Vico yang kemudian di
kembangkan oleh Jean Piaget. Aliran ini menegaskan bahwa pengetahuan
mutlak diperoleh dari hasil konstruksi kognitif dalam diri seseorang, melalui
pengalaman yang diterima lewat pancaindra, yaitu penglihatan, pendengaran,
peraba, penciuman, dan perasa. Dengan demikian, aliran ini menolak adanya
transfer pengetahuan yang dilakukan dari seseorang kepada orang lain karena
perbuatan itu akan sia-sia saja.
B. Saran
Demikian makalah ini saya buat, saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat
saya butuhkan. Guna perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk
kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA