Anda di halaman 1dari 19

Aplikasi Prinsip-prinsip Desain Pada Desain Lansekap Taman Balekambang

Anityas Desy Astuti Mulyadi

Abstrak This paper is based on research that aim to evaluate the landscape design of Balekambang Park in the District of Surakarta, Central Java. As a public space the park should provide aesthetic value that meet the people needs for recreation. The research was conducted by analyzing the park components in aesthetic approach especially in landscape design. This article discusses the findings of the research that there are many landscape components fulfill the aesthetic principles, but there are also many components that are not fulfilled. This condition may lead to reducing the aesthetic value of the park. Keywords:landscape, design principles, park

I. Pendahuluan

Taman Balekambang merupakan salah satu taman kota yang pada sat ini diupayakan untuk dikembalikan keasliannya disamping sebagai kawasan hijau dan paru-paru kota Solo. Taman Balekambang termasuk dalam ruang terbuka untuk kesehatan dan kesejahteraan umum yang terdiri dari area untuk menyajikan efek visual yang menarik. Manfaat penyediaan ruang terbuka hijau atau taman kota adalah menumbuhkan kesegaran, kenyamanan, keindahan lingkungan,

menurunkan polusi, dan mewujudkan keserasian lingkungan. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi, penataan lingkungan di berbagai daerah perkotaan cenderung

mengabaikan keseimbangan, sehingga kenyamanan lingkungan hidup menjadi berkurang. Setiap makhluk hidup menginginkan agar lingkungan hidupnya dapat memberikan keamanan dan kenyamanan bagi

kelangsungan hidup individu.

Taman harus didesain sedemikian rupa agar tampil menarik dan tetap memperhatikan kenyamanan pengunjung. Prinsip utama dalam desain adalah faktor Keteraturan dan Kesatuan atau Unity and Consistency. Keteraturan dapat memberikan keindahan dalam komposisi. Dalam desain lansekap, keteraturan merupakan kunci utama dari daya tarik visual yang memberikan nilai keindahan. Kesatuan dimaksud adalah hubungan yang harmonis dari berbagai elemen atau komponen dan unsure yang ada dalam suatu rancangan. Keharmonisan ini akan membentuk karakter khas suatu rancangan lansekap. (Hakim: 2003, hal.87) Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis melakukan penelitian mengenai penataan elemen-elemen termasuk vegetasi di Taman Balekambang berdasarkan prinsip-prinsip desain yang meliputi

keseimbangan ( balans ), irama dan pengulangan ( ritme dan repetition ), serta penekanan dan aksentuasi ( emphasis ). Sehingga akan diketahui apakah lansekap taman Balekambang telah mencapai suatu kesatuan dan keteraturan atau belum.

II. Sejarah Taman Balekambang Taman Balekambang dibangun tepatnya pada tanggal 26 Oktober 1921 dengan luas tanah hampir mencapai 10 hektar dan berlokasi di jalan Balekambang no.1 Manahan kecamatan Banjarsari kotamdaya Surakarta. Taman ini pada awalnya tidak berdiri sendiri, ada dua bagian dari taman tersebut. Yang pertama adalah Partini Tuin (taman air Partini) dan Partinah Bosch (Hutan Kota Partinah) yang merupakan satu kesatuan dari taman Balekambang ini. Konsep awal pembangunan Balekambang adalah sebagai ruang publik yang meniru hutan buatan dan taman air yang ada di negeri Belanda. Dimanifestasikan sesuai dengan kesukaan Partini akan taman air dan Partinah akan pemandangan hijau yang teduh. Diberi nama Partini Tuin, artinya Taman Partini, Partini adalah nama putri Sorjosoeparto yang bergelar Kangjeng Gusti Mangkunegoro VII yang paling tua. Area kedua dinamakan Partina Bosch yang berarti

Taman Air Partinah. Partini Tuin yang berarti Taman Partini, adalah area taman dengan koleksi bermacam tanaman langka yang mengelilingi patung Partini dan kolam air mancur. Partinah Bosch yang berarti Taman Air Partinah, adalah area kolam ikan dengan patung Partinah ditengahtengahnya, dengan latar belakang sebuah bangunan yang seolah-olah mengapung. RM Sajid mengungkapkan Ing akhir tahun 1921 dipun bikak satungiling taman hiburan ingkang resminipun nama Partini Tuin, tegesipun Taman Partini. Partini punika putra dalem ingkang sepuh piyambak. Nanging umum mastani Balekambang. (Pada akhir tahun 1921, dibuka sebuah taman hiburan yang resminya bernama Partini Tuin, yang artinya Taman Partini. Partini itu putra dalem yang tertua. Namun umum menyebutnya dengan nama Balekambang).1 Disebut sebagai Balekambang karena konon kataya berasal dari kata Bale, yang artinya Balai atau rumah dan Kambang, yang artinya mengapung.2

III. Metode Penelitian III.1. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di taman Balekambang yang berlokasi di jalan Ahmad Yani, Solo. Taman ini merupakan taman yang telah mengalami revitalisasi serta perubahan fungsi, sehingga desain lansekapnya juga lebih diperhatikan. III.2. Jenis penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, penelitian ini lebih

menekankan pada penelitian deskripsi kualitatif dengan pendekatan estetik dengan menganalisa obyek berdasarkan pada prinsip-prinsip desain. III.3. Sumber data Sumber data diperoleh melalui : Survei langsung di lokasi penelitian, yaitu taman Balekambang Surakarta.
1 2

RM Sayid, Babad Sala www.sologue.com , dikutip tanggal 1 Juli 2010, jam 00.53

Wawancara dengan nara sumber mengenai Taman Balekambang Surakarta dan struktur organisasinya.

Foto-foto yang diambil dari taman Balekambang Surakarta Informasi mengenai taman Balekambang Surakarta dari internet.

III.4. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Langsung Mengadakan penelitian secara langsung pada obyek penelitian, yaitu taman Balekambang Surakarta terutama pada aplikasi desain lansekap taman berdasarkan prinsip-prinsip desain. 2. Wawancara dengan narasumber Narasumber yang diwawancara adalah salah satu pengelola Taman Balekambang, yaitu Bp. Dwi Narimo. 3. Dokumentasi Teknik atau metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data, yaitu berupa foto obyek penelitian dan notulen. 4. Studi Pustaka Dengan mencari sumber-sumber dari buku dan dari internet mengenai hal-hal yang berkaitan dengan desain lansekap dan prinsip-prinsip desain. 5. Variabel Variabel utama dalam penelitian ini adalah elemen desain dan vegetasi yang ada di dalam taman Balekambang, yang dilihat penataannya berdasarkan prinsip desain

IV. Kajian Teori Tentang Desain Lansekap Desain lansekap tercakup dalam perancangan tapak, merupakan usaha penanganan tapak (site) secara optimal melalui proses

keterpaduan penganalisisan dari suatu tapak dan kebutuhan program penggunaan tapak, menjadi suatu sintesa yang kreatif.(Hakim:2003, hal.5) IV.1. Komponen dalam Desain Lansekap Komponen dalam desain terdiri dari :

1. Prinsip desain, meliputi : balans, ritme, dan aksen. 2. Unsur desain, meliputi : desain, garis, bidang, ruang, bentuk, fungsi, tekstur, dan warna. 3. Aplikasi desain, meliputi : bahan lansekap, skala, sirkulasi, rekayasa lansekap, visual, tata hijau, parkir, refleksi air,

pencahayaan, drainase, pencahayaan, dan kenyamanan. (Hakim:2003, hal.20) IV.2. Prinsip Desain Prinsip desain adalah dasar dari terwujudnya suatu rancangan atau ciptaan bentuk. Prinsip dasar utama dalam desain adalah faktor keteraturan dan kesatuan atau Unity and Consistency. Keteraturan dapat memberikan keindahan dan komposisi. (Hakim:2003, hal.87) Keteraturan diperoleh melalui pendekatan tema rancangan, antara lain keteraturan ruang formal, informal, simetris ataupun pendekatan dari segi keteraturan bentuk, missal alamiah, tradisional, dan modern. Sedangkan dalam desain lansekap, keteraturan dari segi bentuk dapat diamati dari suatu bentuk pohon, dari susunan batang, dahan, ranting, dan dedaunan yang saling berhubungan. Hal ini mencerminkan suatu visual keteraturan yang akan memberikan kesan keindahan, karena keteraturan merupakan kunci utama dari daya tarik visual yamg memberikan nilai keindahan. Kesatuan dalam desain adalah hubungan yang harmonis dari berbagai elemen atau komponen dan unsur yang ada dalam suatu rancangan. (Hakim:2003, hal.87). Keharmonisan akan membentuk karakter khas suatu rancangan lansekap. Untuk mendapatkan nilai kesatuan ini dapat diciptakan melalui : menyederhanakan dan membatasi jumlah elemen atau unsur yang digunakan dengan memperkecil perbedaan sesama unsur dalam komposisi desain, misalnya penggunaan jenis tanaman yang beraneka ragam dalam suatu komposisi dapat mengakibatkan nilai kesatuan menjadi hilang.

Untuk mencapai suatu kesatuan dan keteraturan maka perlu diperhatikan beberapa pertimbangan antara lain: 1. Keseimbangan ( balans ) Keseimbangan atau balans dalam desain berarti penyamaan tekanan visual suatu komposisi antara unsur-unsur yang ada pada taman. Ada 2 (dua) macam nilai keseimbangan, yakni keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan statis merupakan suatu

keseimbangan yang formal dan simetris, baik ukuran, berat, dan bentuknya. Keseimbangan dinamis akan menghasilkan suatu susunan yang menarik melalui keseimbangan asimetris. Ini dapat diperoleh melalui visual balance. Walaupun dalam susunan keseimbangan asimetris ini dapat dilakukan berbagai variasi, namun kesan dan nilai kesatuan tetap akan tercapai karena adanya keselarasan antara unsur-unsur tersebut. Tiap unsur satu dengan lainnya memberikan imbangan yang serasi dan seimbang. Keseimbangan simetris dan asimetris tidak hanya diciptakan oleh kesan berat dan besarnya bentuk, namun dapat pula diciptakan oleh pola bentuk, garis horizontal, garis vertikal, dan garis diagonal : warna terang dan gelap : tekstur kasar dan halus : pembagian ruang dan variasi komponen/unsur. Bentuk bentuk keseimbangan dapat berupa : a. Bentuk simetris, keseimbangan statis, formal atau keseimbangan pasif. Keseimbangan ini mempunyai sifat kaku tapi agung, impresif, dan formal. b. Bentuk Asimetris, keseimbangan informal, visual atau keseimbangan aktif. Keseimbangan ini memberikan kesan gerak, penempatan yang spontan (bersifat kebetulan) dan bersifat santai. c. Bersifat memusat, memberikan kesan gerak memusat ke satu titik. Pertimbangan utama dalam menciptakan keseimbangan bisa melalui ukuran, warna, dan jumlah unsur. Suatu susunan yang tidak seimbang akan menimbulkan konflik atau pertentangan terutama dari sudut visual. Keseimbangan akan mewujudkan suatu kesan keselarasan.

2. Irama dan pengulangan ( ritme dan repetition ) Ritme atau rythm adalah pengulangan unsur-unsur lansekap yang dipergunakan pada tempat yang bewrbeda dalam suatu tapak sehingga membentuk suatu ikatan atau hubungan visual dari bagian bagian yang berbeda. (Hakim:2003, hal.90). Pengulangan unsur dapat diciptakan dengan berbagai variasi seperti : Pengulangan

Progresif

Berselang

Dan pengulangan lain tergantung dari variasi yang akan diciptakan sesuai dengan tujuan. Irama dapat diciptakan melalui : - Garis, dalam ukuran kualitas, lengkung/patah, dan susunannya. - bentuk, dalam ukuran penempatan dan susunannya. - Tekstur, variasi tekstur dalam wujud bentuk. - Ruang, pembagian ruang antara pola dan bentuk - Warna, perbedaan dan jenis warna dalam bentuk Irama menciptakan gerak melalui kesinambungan (continuity). Mata kita dituntun melalui beberapa peralihan unsur berulang secara teratur dan berselang-seling dengan variasi yang menimbulkan gerak emosi. (Hakim:2003, hal.93). Wujud dan komponen dengan variasi dan karakternya masingmasing menggerakkan perhatian mata kita hingga menimbulkan irama (ritme). Dalam suatu komposisi (susunan) ritme adalah pengatur keselarasan susunan. Irama menciptakan harmoni, mengatur aksentuasi, dan mengikat bagian-bagian menjadi satu kesatuan.

3. Penekanan dan aksentuasi ( emphasis ) Dominan dapat diartikan sebagai upaya untuk menonjolkan salah satu unsur agar lebih tampak terlihat dalam komposisi susunan elemen lansekap. (Hakim:2003, hal.94). Sedangkan untuk unsur-unsur lansekap lainnya yang tidak menonjol dapat berfungsi sebagai penghubung atau pengikat kesatuan. Penekanan ditimbulkan oleh dominannya salah satu komponen unsur sehingga menimbulkan kontras terhadap elemen lainnya. Penekanan dalam suatu bentuk akan menjadi point of interest yang menarik perhatian pengunjung. Penekanan dapat diciptakan melalui ukuran, bentuknya sendiri, tata letaknya, juga unsur-unsur lain seperti garis, warna, bentuk, tekstur, dan ruang. Dalam suatu susunan/komposisi penekanan dapat dipergunakan sebagai titik pusat perhatian dan sebagai titik tolak tuntunan mata kita dalam melihat wujud dari elemen tersebut. Dengan titik tolak itu kita dapat mengikuti ritme yang diciptakan. Melalui penekanan kita dapat mengarahkan mata kita untuk melihat pusat perhatian yang diinginkan. Penekanan ini menjadi titik fokus. Fokus adalah sebuah titik tempat yang paling optimal dalam taman untuk dilihat dan dinikmati. Di dalam fokus ini ditanam tanaman yang paling menonjol, dapat dipilih yang memiliki bentuk paling unik, warna paling menyolok ataupun tanaman yang paling tinggi.3 Bila kita ingin mengutamakan penonjolan suatu elemen, maka unsur warna dan tekstur harus menjadi unsur penunjang dari elemen tersebut. Demikian pula dari segi tata letaknya harus ditunjang oleh bentuk-bentuk lainnya yang memberikan arah menuju bentuk utama. Ini untuk menghasilkan suatu rancangan yang baik dan terpenuhi nilai keteraturannya.

www.architect-news.com/index.php/lansekap, dikutip tanggal 1 Juli 2010, jam 00.24

V. Hasil penelitian
V.1. . Layout Taman Balekambang

Sketsa layout taman Balekambang Keterangan gambar: 1. Gerbang Pintu Masuk 2. Open Stage 3. Gedung Ketoprak 4. Partinah Bosch 5. Partini Tuin 6. Danau Buatan 7. Bale Apung 8. Kolam Renamg 9. Bale Tirtoyoso so 10. Batu Lintang 11. Mushola 12. Kolam Kodok 13. Batu Asmara 14. Stage Panggung 15. Jalan Batu 16. MCK/WC 17. Lokasi Out Bound

V.2. Aplikasi Desain esain Lansekap Taman Balekambang V.2.1. . Keseimbangan atau balans Terdapat beberapa macam keseimbangan pada desain lansekap di taman Balekambang. a. Keseimbangan eseimbangan simetris - Pintu masuk taman Balekambang

Keseimbangan simetris diperoleh dari kesamaan bentuk antara desain de kedua pilar. Pemilihan warna dan tekstur yang sama memberikan kesan harmonis sehingga terwujud suatu unity atau kesatuan.

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.12) - Jalan menuju gedung pertunjukan pert

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.20) - Jalan menuju kolam dan patung Partini

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.20)

10

Keseimbangan simetris pada kedua tempat tersebut terdapat pada kesamaan jenis tanaman, warna, tekstur yang sama di antara kedua sisi kanan dan kiri jalan. Memberikan kesan yang teratur dan harmonis. Selain sebagai elemen estetika, tanaman ini juga berfungsi berfungsi sebagai pagar pembatas. - Susunan pohon di sekitar jalan bebatuan

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.29) Keseimbangan simetris dapat dilihat pada kedua pohon di bagian paling depan. Meskipun pada deretan belakang masih berupa bibit tanaman, namun ditanam pada posisi yang simetris antara sisi kanan dan kiri jalan. Sehingga memberi kesan yang menyatu meskipun belum begitu terlihat. b. Keseimbangan asimetris - Jalan dari pintu masuk utama menuju taman

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.16)

11

Dari jenis s tanaman dan penataannya, sebenarnya kedua sisi jalan tersebut membentuk sebuah keseimbangan yang simetris, namun karena pertumbuhan yang berbeda antara pohon yang satu dengan yang lain sehingga menyebabkan bentuk yang berbeda ( satu berdaun, yang lain mati ),ditambah dengan bermacam-macam bermacam macam tanaman di deretan belakang yang mengganggu pandangan, menjadikan kedua sisi jalan ini tidak

simetris lagi. Bentuk seperti ini memberi kesan yang tidak teratur dan bersifat santai. - Percabangan ercabangan jalan dari pintu masuk utama

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.18) Keseimbangan yang tidak simetris terlihat pada penempatan pohon yang berdiri sendiri pada salah satu sisi jalan, sedangkan sedangkan sisi yang lain kosong. Mungkin penempatan pohon ini bersifat kebetulan (spontan) sebelum taman di revitalisasi. Bentuk asimetris seperti ini memberi dampak visualisasi yang kurang menyatu. - Jalan alan setapak di area outbond

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.54)

12

Keseimbangan asimetris terlihat pada penempatan dan bentuk tanaman yang berbeda. Bentuk seperti ini menimbulkan kesan yang semrawut dan tidak beraturan. V.2.1. Irama dan pengulangan ( ritme dan repetition ) Irama dapat diciptakan melalui garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna. Pengulangan dapat dibentuk dengan penataan letak dan jarak yang berbeda yang diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu dalam sebuah desain. Pada taman Balekambang terdapat beberapa irama dan da pengulangan yang tercipta dari desain lansekapnya, antara lain : - Desain esain lantai pada pintu masuk utama

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.15) Lantai menggunakan pecahan keramik dengan aksen batu koral yang disusun membentuk sebuah pola bunga. Pola tersebut diulang dalam besaran yang berbeda namun tetap menyatu, sehingga membentuk sebuah desain yang selaras dan harmoni. - Pengulangan engulangan bentuk patung dan aksen lampu taman

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.57)

13

- Pengulangan engulangan bentuk gazebo

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.58) Pengulangan bentuk lampu taman, gazebo, dan karakter patung pada area outbond taman Balekambang ini membentuk suatu ikatan meskipun penataanya nataanya berpencar pada tempat yang berbeda-beda, berbeda beda, sehingga membentuk suatu kesatuan. - Pengulangan jenis tanaman yang sama

( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.12) Pengulangan jenis tanaman yang sama dengan penempatan yang teratur sangat menunjang terciptanya kesatuan, serta memberi irama yang tercipta melalui kesan meruang yang ditimbulkan dari susunan tanaman tersebut.

14

V.2.1. Penekanan dan aksentuasi ( emphasis )

Tulisan TAMAN BALEKAMBANG ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 17 Maret 2010, jam 12.56) Tulisan ini sebagai penekanan yang dibuat menonjol dengan warna merah yang kontras dengan elemen lain disekitarnya. Penonjolan ini sangat menarik perhatian pengunjung.

( sumber : www.erwanprasetyono.com dikutip: jam 01.21) Patung Partinah (kiri) dan Partini (kanan) merupakan aksentuasi yang dibuat untuk menarik perhatian pengunjung dan sekaligus menjadi ikon pada taman ini.

15

Aksen Batu Asmara dan pilar sebagai elemen pendukung ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 17 Maret 2010, jam 13.44) Aksen batu meteor menjadi menonjol dan menarik perhatian dengan pilarpilar pilar di belakang batu sebagai elemen pendukung.

Air mancur ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.12) Bundaran di area outbound ini juga sebagai aksen yang selain sebagai elemen estetis juga berfungsi untuk pembibitan tanaman. Beberapa komponen lain yang tidak begitu menonjol dan digunakan sebagai elemen pendukung untuk mengikat kesatuan antara lain :

Aksen patung wayang orang ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 17 Maret 2010, jam 13.15)

16

Aksen lampu taman ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 17 Maret 2010, jam 13.17)

Aksen air mancur kuali dari tanah liat ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.11)

Aksen lampu taman dan patung ibu-anak anak ( sumber : koleksi pribadi, diambil : 22 Mei 2010, jam 14.37)

17

IV. Kesimpulan
Berdasar pada hasil analisa maka ditarik kesimpulan bahwa aplikasi desain lansekap Taman Balekambang Surakarta sebagian besar telah sesuai dengan prinsip-prinsip desain. Hal ini dapat dilihat pada penataannya yang tidak hanya sekedar meletakkan elemen taman, namun juga memperhatikan nilai estetika dan fungsi. Susunan vegetasi di Taman Balekambang tersusun simetris, dengan penataan yang teratur, bentuk yang sama, satu jenis tanaman, tekstur yang sama, atau dengan warna yang sama. Terdapat juga ritme serta pengulangan bentuk dari beberapa elemen taman yang menciptakan kesan menyatu, seperti jenis tanaman, bentuk lampu taman, patung, dan gazebo. Pada taman ini terdapat beberapa elemen sebagai aksen yang ditonjolkan untuk menarik perhatian pengunjung, yaitu tulisan nama Taman Balekambang, patung Partini dan Partinah, serta ornamen batu meteor. Sedangkan elemen separti lampu taman, patung, dan air mancur dari gerabah digunakan sebagai aksen pendukung yang dapat

menciptakan kesatuan di dalam taman melalui karakter maupun bentuk yang sama. Meskipun demikian masih ada beberapa bagian pada Taman Balekambang ini yang dinilai belum memenuhi prinsip estetik, mungkin dikarenakan perawatan dan pengelolaan yang kurang diperhatikan, sehingga membuat kesan dan visualisasi yang kurang indah untuk dipandang. Secara keseluruhan, desain Taman Balekambang telah sesuai dengan prinsip desain, namun alangkah lebih baiknya jika pengelolaan Taman Balekambang ini lebih ditingkatkan, baik dari segi perawatan, penambahan fasilitas maupun elemen taman, hingga keamanan dan perparkiran agar kesan estetis lebih terasa di dalam taman ini dan pengunjung akan merasa lebih nyaman. Pada elemen yang berfungsi sebagai aksen yang ditonjolkan perlu perawatan ekstra agar elemen tersebut tidak memudar atau tertutup dengan elemen lain yang dapat mengganggu pandangan. Untuk selalu menjaga keindahan taman ini,

18

tentu sangat memerlukan peran serta masyarakat khususnya pengunjung taman untuk ikut serta melestarikan dan menjaga fasilitas serta vegetasi dan satwa yang ada di dalam taman ini.

DAFTAR PUSTAKA
Mardalis. 2002, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Bumi Aksara : Jakarta. Rustam Hakim, Hardi Utomo. 2003, Komponen Perancangan

Arsitektur Lansekap. Bumi Aksara: Jakarta. Sayid, RM, Babad Sala Sumardjono, Maria S.W. 2001, Pedoman Pembuatan Usulan

penelitian. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. www.archiplan.ugm.ac.id www.architect-news.com/index.php/lansekap www.gilangperdana.blog.uns.ac.id www.sologue.com www.taufikurahman.wordpress.com www.wikipedia.org/arsitektur lansekap www.wikipedia.org/wiki/Desain www.wikipedia.org/wiki/Kota_Surakarta www.wikipedia.org/wiki/Taman

19

Anda mungkin juga menyukai