Anda di halaman 1dari 16

Prinsip Desain Lanskap

by janiart on February 22, 2012 in Desain


Warna, garis, tekstur dan skala adalah alat-alat yang biasanya digunakan dalam kombinasi untuk
menyesuaikan prisnsip desain lanskap.  Prinsip desain itu sendiri
meliputi unity (kesatuan), balance (keseimbangan), transisi, fokalisasi,
proporsi, rhytm (irama), repetition (pengulangan) dan simplicity (kesederhanaan). Semua prinsip ini saling
berinteraksi untuk menghasilkan desain seperti yang diharapkan.

Unity

Kesatuan bisa didapatkan dengan adanya efektifitas penggunaan komponen dalam sebuah desain untuk
mengekspresikan ide utama melalui gaya yang konsisten. Unity di tonjolkan dengan konsistensi dari
karakter antara unit-unit dalam lanskap.  Penggunaan elemen-elemen untuk mengekspresikan suatu tema
yang spesifik akan menciptakan harmoni. Unity dapat dicapai dengan menggunakan massa tanaman dan
pengulangan.
Unity berarti bahwa semua bagian dari komposisi atau lanskap berjalan bersama, mereka tampak sesuai. 
Sebuah perasaan alami akan terasa saat setiap area aktifitas menjadi milik dan menyatu dengan
keseluruhan lanskap.   Semua yang dipilih untuk sebuah lanskap harus melengkapi skema utama dan
harus-diatas semua- memenuhi beberapa tujuan fungsional.
Baca juga: 7 Langkah Membuat Desain Lanskap untuk Pemula

Balance (Keseimbangan)

Keseimbangan dalam Desain Lanskap. Sumber: Dwight Burdette from Wikimedia Commons

Balance dalam desain merujuk pada keseimbangan atau kesamaan dari atraksi visual.  Keseimbangan yang
simetris akan tercapai saat satu sisi dari suatu desain menjadi gambaran cermin dari sisi lainnya.  Garis
yang sama, bentuk, tekstur atau warna berada pada kedua sisi dalam desain simetris.
Keseimbangan  asimetris menggunakan bentuk yang berbeda, warna dan tekstur untuk mendapatkan
keseimbangan atraksi visual.  Komposisi yang berlawanan pada sisi lain dari garis tengah ini akan
menciptakan atraksi yang sebanding.  Misalnya massa mungkin berlawanan dengan warna atau garis linear
berlawanan dengan ketinggian.
Desainer lanskap harus terlatih untuk memanipulasi elemen-elemen desain untuk menciptakan
keseimbangan asimetris.  Poros tengah harus ditentukan dan kemudian dibangun dengan elemen-elemen
seni dan prinsip desain lainnnya dalam artikel ini.
Baca juga: Elemen Garis dalam Lanskap

Transition (Transisi)
Transisi tanaman, Sumber: Torange.biz

Transisi adalah perubahan secara gradual.  Transisi dalam warna dapat diilustrasikan  dengan urutan radial
diatas roda warna.  Transisi dapat dicapai dengan mengatur objek-objek dengan variasi tekstur, bentuk, 
atau ukuran dalam  urutan yang logis.  Sebagai contoh dari tekstur kasar ke halus, bulat ke oval ke bentuk
struktur yang linear, slilindris ke globular hingga tidak teratur.  Perencanaan dengan jumlah yang tidak
terbatas dapat terjadi dengan kombinasi berbagai elemen dalam variasi ukuran, bentuk, tekstur dan warna
untuk membentuk transisi.  Perlu diingat, transisi  merujuk pada perspektif komposisi 3-dimensi, bukan
hanya penampakan yang datar. (2 dimensi).
Ada peluang bagi kita untuk menggunakan transisi untuk memperluas dimensi visual diantara dimensi
aktual.  Sebagai contoh,  garis radikal dalam area pribadi dari lanskap dapat digunakan untuk membingkai
atau memfokalisasi pemandangan danau.  Transisi material tanaman sepanjang garis ini dapat menjadikan
pemandangan ini sebagai bagian dari lanskap.
Baca juga: Desain Lanskap Halaman rumah dengan Kebun Bunga

Proportion (Proporsi)
Proporsi dalam Desain Lanskap. Sumber http://www.geograph.org.uk

Proporsi merujuk pada ukuran dari bagian dari desain dalam hubungannya dengan yang lain dan kepada
desain secara keseluruhan.  Suatu pohon oak yang besar dan tinggi mungkin dapat melengkapi sebuah
bangunan kantor tapi mungkin akan mengecilkan suatu tempat tinggal biasa. Sebuah kolam yang kecil 
mungkin akan hilang dalam suatu lapangan rumput yang luas, tapi mungkin akan tampak cantik sekali
dalam sebuah area privat kecil.  Dan tentu saja, sebuah air mancur kolosal dapat mendominasi sebuah
kebun pribadi tetapi dapat memperluas sebuah plaza kota.
Proporsi dalam desan lanskap biasanya berhubungan dengan manusia dan aktifitasnya.  Hubungan antara
ukuran yang diinginkan dari komponen-komponen dalam suatu desain harus menghadirkan suatu masalah
kecil bagi desainer yang mempertimbangkan prinsip ini secara rutin dalam proses-proses yang dilakukan
secara sistematik.
Baca juga: Karakter Desain Lanskap Halaman Tropis

Rhytm (Irama)
Jalur setapak. Sumber: Raymond Bucko, SJ

Irama dapat dicapai saat elemen-elemen dalam sebuah desain dapat menciptkan suatu perasaan dari
pergerakan yang menuntun mata yang melihat melalui atau bahkan diluar area yang didesain.  Peralatan
seperti warna, garis dan bentuk dapat diulang untuk mendapatkan irama dalam desain lanskap. Irama dapat
mengurangi kebingungan dalam desain.
Baca juga: Elemen Garis dalam Lanskap

Focalizations (Fokalisasi)
Focal point dalam taman gaya Cina. Sumber: Turtleey

Focalization mencakup pengarahan observasi visual kearah sebuah fitur dengan menempatkan fitur ini
pada titik hilang diantara garis radial atau yang mendekati.  Garis radial yang tegas dalam gambar
menciptakan focalization yang kuat saat dibandingkan dengan garis kurva.  Mata pengamat akan secara
cepat diarahkan sepanjang garis lurus ke titik fokal.  Umumnya, garis yang mengalir dari fokalisasi
menjadi keinginan  dalam suatu lanskap tempat tinggal.  Transisi dari tanaman atau objek lainnya
sepanjang garis ini dapat memperkuat atau memperlemah fokalisasi.  Fokalisasi dapat diatur dengan
material tanaman sepanjang garis untuk menciptakan fokalisasi simetris atau asimetris.
Sejak fokalisasi dapat digunakan untuk mengarahkan perhatian langsung pada suatu point, traffic dalam
suatu area biasanya diarahkan lansung ke point tersebut.
Baca juga: Focal Point dalam Desain Lanskap Taman

Repetition (Pengulangan)
Repetisi dalam Desain Lanskap. Sumber http://www.geograph.org.uk

Pengulangan merujuk pada pengulangan penggunaan fitur seperti tanaman-tanaman dengan persamaan
bentuk, garis, tekstur dan warna.  Pengulangan yang terlalu banyak akan menciptakan kesan yang
monoton, tapi saat digunakan dengan efektif dapat mengarahkan pada irama, fokalisasi, dan penekanan.
Unity dapat dicapai dengan lebih baik dengan dikombinasikan dengan repetisi. 

Simplicity (Kesederhanaan)
Kesederhanaan bersambungan dengan pengulangan dan dapat dicapai dengan mengeliminasi  detail yang
tidak perlu.  Variasi atau detail yang terlalu banyak akan menciptakan kebingungan persepsi. 
Kesederhanaan adalah pereduksian desain menjadi desain paling sederhana, bentuk yang funsional, yang
menghindari biaya dan perawatan yang tidak perlu.
Penting punya

Mengenal Arsitektur Lansekap Taman Kota


Medan
  Sabtu, 22 Agt 2015 16:12 WIB
 

  2,550x

Oleh: Isnaini Kharisma.

Mengenal desain arsitektur lansekap sebenarnya sangat mudah dilihat dari keberadaan
taman di tengah kota. Sebab, definisi Arsitektur Lansekap sendiri memang berkaitan
dengan pengaturan lahan di tengah kota. Seorang arsitek merancang arsitek taman
biasanya cenderung memiliki patron arsitektur lansekap.

Arsitektur jenis ini, menurut Meyga Fitri Handayani, ST. MT, merupakan ilmu dan seni
perencanaan (planning) serta perancangan (design) lalu pengaturan lahan, penyusunan elemen-
elemen alam dan buatan melalui aplikasi ilmu pengetahuan dan budaya. "Lalu harus
memperhatikan keseimbangan kebutuhan pelayanan dan pemeliharaan sumber daya hingga
pada akhirnya dapat tersajikan suatu lingkungan yang fungsional dan estetis," ujarnya kepada
Analisa.

Aturan taman pun, ketika ingin didesain dengan arsitektur lansekap juga ada tata caranya.
"Aplikasi desain taman pada arsitektur lansekap ada beberapa tahap. Sebelum merencanakan
sebuah taman, kita harus menetapkan tujuan, sasaran dan gagasan awal dari rancangan
lansekap taman yang hendak dicapai," paparnya.

Kemudian, dari gagasan tersebut, ada banyak hal yang seharusnya tidak boleh luput dari
perhatian. "Gagasan tersebut yakni segi fungsi, bentuk, estetika dan teknologi. Barulah tahap
berikutnya kita melakukan analisis dan pembuatan konsep rancangan, terkhusus harus dengan
pertimbangan komponen-komponen desain dan prinsip-prinsip dari desain lansekap," ujarnya.

Terkait arsitektural lansekap di dua taman di Medan, misalny Taman Beringin dan Taman Ah-
mad Yani, Mega memberikan pendapatnya. "Taman Beringin berada di jalan Jendral Sudirman
dengan luas sekitar 12.219 m2, berada di depan rumah dinas Gubernur Sumatera Utara. Kondisi
lahannya  berkontur, dan tepat di samping sungai," tuturnya.
Vocal point Taman Beringin, lanjutnya, ada pada kolam air mancur. "Vocal pointnya adalah air
mancur, yang dijadikan pusat berkumpul. Artinya, keberadaannya sangat penting, salah satunya
berfungsi mengurangi polusi," ujarnya.

Unsur berikutnya dalam arsitektur lansekap, adalah penyusuna elemen-elemen alam. "Jenis
tumbuhan di Taman Beringin lebih kurang ada 20 spesies tanaman. Dari papan nama yang
dipasang Pemerintah Kota Medan, fungsi utama taman ini sebenarnya lebih mengarah sebagai
hutan kota, taman juga dilengkapi dengan permainan untuk anak-anak," katanya.

Tetapi, dia meragukan fungsi hutan kota pada taman ini dikarenakan jenis elemen alam seperti
tanaman-tanamannya yang sangat minim. "Jika taman merupakan hutan kota, sayangnya, jenis
tanaman yang ada cukup sedikit dan kurang bervariasi. Kondisi pepohonan saat ini juga sudah
sangat tua sehingga membahayakan," ungkapnya.

Berikutnya, dia pun memiliki pandangannya sendiri terhadap Taman Ahmad Yani. "Taman ini
memiliki luas sekitar 19.110,20 m2 berada di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Sudirman. Taman ini,
setahu saya, awalnya dirancang Pemerintah Belanda yang difungsikan sebagai alun-alun.
Wadah berkumpulnya penduduk di sekitar taman, yang saat itu mayoritas merupakan orang-
orang Belanda yang mendukung keberadaan bangunan Rumah Sakit, Gereja dan Sekolah pada
masa itu," sebutnya.

Vocal Pointnya ada pada sebuah monumen patung pahlawan Indonesia, yakni Ahmad Yani.
"Keberadaan patung Ahmad Yani menjadi vocal point pada Taman Amad Yani. Patung ini
merupakan hasil karya Ki Heru. Sebenarnya, kawasan Taman Ahmad Yani sangat kental
kaitannya dengan nilai historis juga terhubung sebagai kawasan konservasi (pelestarian),"
jelasnya.

Selain itu, saat ini, Taman Ahmad Yani dijadikan taman kota dengan fungsi utama sebagai
tempat rekreasi. "Selain memiliki jenis tanaman yang cukup banyak dan beragam taman, taman
ini juga dilengkapi dengan beberapa sarana olahraga dan permainan anak-anak," lanjutnya.

Tetapi, sayangnya, taman ini mengabaikan nilai historis. "Keberadaan patung Ahmad Yani
sebagai pengingat kesan monumental pada kawasan tersebut, nyatanya telah hilang. Adanya
pepohonan di sekeliling taman yang terlalu penuh sehingga menutupi keberadaan patung
tersebut. Patung yang menjadi ciri kawasan itu tidak terlihat dengan jelas dari ke empat sisi
jalan. Selain itu, Taman Ahmad Yani memiliki 4 pintu masuk, tapi sayang hanya 1 pintu masuk
yang difungsikan," lanjut Mega.

Taman Beringin bertujuan sebagai hutan Kota tapi variasi tanaman sangat minim. "Seharusnya,
selain sebagai hutan kota, Taman Beringin dapat difungsikan menjadi taman edukasi dan peneli-
tian. Sehingga masyarakat, khususnya generasi muda, dapat mengenal beberapa jenis tanaman
misalnya dengan ada keterangan-keterangan pada tanaman di sana," katanya.

Untuk Taman Ahmad Yani, dengan tujuan sebagai taman rekreasi perlu memunculkan nilai his-
toris. "Adanya upaya itu dapat menonjolkan kembali kesan monumental dari patung Ahmad
Yani. Serta, harusnya ada penambahan cerita-cerita sejarah khususnya sejarah kawasan,"
lanjutnya.

Permasalahan lain, pada kedua taman kota ini, ada pada pengelolaan lahan parkir yang belum
teralokasi dengan baik. "Seperti pada Taman Beringin, misalnya, lokasi parkirnya berada di
dalam taman. Otomatis sangat mengganggu taman itu sendiri, begitu juga di Taman Ahmad
Yani. Artinya, perlu disediakan tempat parkir khusus untuk kendaraan. Selain itu, yang tidak
boleh dilupakan, adalah parkir untuk sepeda, harusnya juga dibuat," katanya.

Masalah sirkulasi pada kedua taman ini sebenarnya sudah cukup baik dan memadai. "Pola
sirkulasinya cukup baik, bahan yang digunakan sudah sesuai. Yang perlu ditambahkan adalah
sirkulasi untuk penyandang cacat dan orang tua, misalnya untuk pengguna kursi roda. Di Taman
Ahmad Yani, ada baiknya ke empat pintu masuk difungsikan sehingga pejalan kaki dapat mudah
masuk dari berbagai sisi taman," ucapnya.

Drainase kedua taman pun sebenarnya sudah baik. "Tetapi sebaiknya drainasenya tertutup agar
tidak membahayakan anak-anak. Di Taman Ahmad Yani, saat ini, drainase dekat dengan sarana
olahraga, artinya, bisa saja anak-anak terjatuh. Drainase yang tertutup, gunanya, selain lebih
aman dan rapi, juga dapat difungsikan sebagai pedestrian," ujarnya.

Mengenai kenyamanan, alumni Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) dan Insitut
Teknologi Medan (ITM) ini memiliki pandangannya. "Kenyamanan kedua taman masih kurang.
Taman Beringin lebih banyak digunakan oleh remaja untuk pacaran. Jadi, kalau kita bawa anak-
anak, kesannya tidak baik yang didapat. Keberadaan pedang kaki lima di sekitar taman kurang
juga kurang nyaman," sebutnya.

Diperlukan penataan untuk hal yang satu ini dan memberi pemahaman. "Secara umum, dua
taman ini perlu ditata ulang. Perlu adanya penambahan  penerangan yang cukup banyak dan
pengadaan tempat-tempat sampah, sehingga taman menjadi nyaman dan bersih. Satu lagi,
harus lengkapi taman dengan sarana khusus penyandang cacat (disabilitas) karena mereka juga
punya hak menggunakan taman kota," tambahnya.

Ada beberapa hal, jika ingin membuat taman ini lebih tertata, khususnya bisa mengaplikasikan
desain arsitektur lansekap di dalamnya. "Aplikasi desain yang perlu diperhatikan ada pada
banyak hal. Pertama, bahan material lansekap yakni soft material (seperti tanaman) dan hard
material (seperti: lampu taman, bangku taman)," ujarnya.

Berikutnya, skala atau kesan yang ingin disampaikan pada taman. "Seperti skala intim, skala
monumental dan skala ruang kota. Selain itu, sirkulasi juga penting, harus ada pola sirkulasi dan
pola pergerakan manusia. Lalu, tata hijau yang berkaitan dengan penataan tanaman misalnya
menggunakan tanaman sebagai pengontrol pandangan, pembatas, pengendali iklim, pencegah
erosi, nilai estetis," paparnya.

Kemudian, fasilitas parkir, pencahayaan, pola lantai, kenyamanan dan drainase. "Fasilitas parkit
berkaitan dengan tata letaknya, pola parkirnya, penggunanya dan kapasitas parkir.
Pencahayaan berkaitan dengan pengunaan cahaya seperti lampu taman. Lalu, pola lantai
berkaitan dengan pembentukan pola-pola lantai yakni perkerasan lantai seperti pada pedestrian
dan plaza. selanjutnya, kenyamanan yang berkaitan dengan penggunaan ruang yang harmonis
baik dari segi bentuk, tekstur, warna, aroma, suara dan cahaya. Dan khususnya drainase, yang
berkaitan dengan sistem saluran pembuangan di taman," jelasnya.
"Kini Taman Vatulemo turut serta menjadi penunjang Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Kota Palu, yang dapat dimanfaatkan untuk upacara serta kegiatan
keagamaan seperti Shalat Idul Fitri dan Idul Adha," urainya.

Anda mungkin juga menyukai