TINJAUAN PUSTAKA
Lanskap
Lanskap berdasarkan Simonds (2006) merupakan suatu bentang alam yang
memiliki karakteristik tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia,
dimana setiap elemen lanskap memiliki keharmonisan dan kesatuan juga alami
sehingga memperkuat karakter lanskapnya. Lanskap merupakan wajah dan
karakter lahan atau tapak dan bagian dari muka bumi dengan segala sesuatu dan
apa saja yang ada di dalamnya baik bersifat alami ataupun buatan manusia, yang
merupakan total dari bagian hidup manusia beserta makhluk hidup lainnya.
Lanskap adalah dunia di sekeliling kita. Lanskap adalah semua yang kita
lihat atau rasakan kemanapun kita pergi. Merupakan suatu pengalaman yang
berlanjut pada waktu dan ruang sepanjang hidup setiap kehidupan manusia.
Terdapat dua jenis lanskap yaitu lanskap fisik dan lanskap sosial yang bersama
secara terus-menerus dan saling memberikan aksi dan reaksi satu sama lain.
Lanskap fisik pada kenyataannya tidak dapat dibagi dari lanskap sosial yang
merupakan hubungan antar manusia (Eckbo, 1964).
Dalam bukunya, Simonds (2006) menjelaskan bahwa dalam lanskap
terdapat dua jenis elemen lanskap, yaitu elemen lanskap mayor dan elemen
lanskap minor. Elemen lanskap mayor terdiri dari dari bentuk alam seperti
topografi, pegunungan, lembah sungai dan kekuatan alam seperti angin, suhu,
curah hujan yang relatif sulit diubah oleh manusia. Sedangkan yang disebut
elemen lanskap minor adalah elemen yang masih dapat dimodifikasi atau diubah
oleh manusia, seperti bukit, anak sungai dan hutan-hutan kecil. Perubahan yang
dilakukan secara garis besar dapat menimbulkan beberapa efek, diantaranya
melestarikan, merusak, mengubah dan memberi penekanan pada lanskap.
Secara umum elemen lanskap dibagi menjadi dua, yaitu elemen lanskap
material lunak (soft material) dan elemen lanskap material keras (hard material).
Karakter tapak yang menarik harus dipertahankan atau diciptakan, sehingga
semua elemen lanskap yang banyak variasinya dapat menjadi satu kesatuan yang
harmonis (Simonds, 2006).
6
Perancangan Lanskap
Perancangan secara umum adalah proses kreatif yang mengintegrasikan
aspek teknologi, sosial, ekonomi dan biologi serta efek psikologis dan fisik yang
ditimbulkan dari bentuk, bahan, warna dan ruang, tekstur dan kualitas lainnya
yang merupakan hasil pemikiran yang saling berhubungan (Simonds, 1983).
Perancangan merupakan ilmu dan seni dalam mengorganisasikan ruang dan massa
dengan mengkomposisikan elemen lanskap alami dan non alami beserta kegiatan
yang ada di dalamnya agar tercipta suatu karya tentang ruang yang fungsional dan
estetik.
Proses perancangan lanskap menurut Hakim (2000) merupakan suatu alur
atau cara berfikir untuk bertindak dalam mengumpulkan, memilih, mengolah
(analisis), menyusun (sintesis) serta mengambil keputusan dalam menyelesaikan
suatu karya rancang lanskap yang menjadi pedoman desain. Proses perancangan
mempunyai banyak ragam tergantung dari pemikiran yang bersangkutan.
Booth (1983) mengemukakan bahwa proses perancangan lanskap
mempunyai beberapa tahapan, yaitu :
1. Penerimaan Proyek (Project Acceptance)
Dalam tahap pertama ini proposal proyek telah diterima dan disetujui oleh
kedua belah pihak yaitu arsitek lanskap dan klien. Pada pertemuan pertama
klien menjelaskan keinginannya kepada lanskap arsitek, kemudian terjadi
kesepakatan diantara kedua belah pihak. Selanjutnya arsitek lanskap
mempersiapkan proposal detail yang mencakup pelayanan, produk, dan biaya.
Jika klien setuju maka kedua belah pihak menandatangani kontrak.
2. Riset dan Analisis (Research and Analysis)
Selanjutnya arsitek lanskap membutuhkan persiapan rencana dasar tapak
dan mengadakan inventarisasi tapak atau tahap pengumpulan data kemudian
melakukan analisis (evaluasi data). Mengunjungi (survei) langsung ke tapak
merupakan hal yang penting untuk melengkapi tahap ini. Selanjutnya adalah
mewawancarai pemilik tapak dan menyusun program pada tahap ini.
3. Desain (Design)
a. Diagram fungsi ideal (Ideal Functional Diagram), yaitu permulaan dari
pembuatan grafis suatu perancangan. Tujuan dibuat diagram ini adalah
7
bangunan, dan batas dari struktur elemen keras (dinding, lantai, jalan, dek,
dll.). Rencana induk ini menggambarkan rencana garis besar suatu proyek.
h. Design development merupakan tahap terakhir dalam proses perancangan.
Dalam tahap ini perancang lebih konsentrasi terhadap detail penampilan
dan kesatuan dari material.
4. Gambar- gambar konstruksi (Construction Drawings)
Pada tahap ini gambar-gambar konstruksi dipersiapkan sebagai
komunikasi bagaimana membangun semua elemen dalam proyek agar
kontraktor lebih mudah dalam proses pelaksanaan. Gambar konstruksi yang
dimaksud terdiri dari rencana pelaksanaan (layout plan), rencana bertahap
(grading plan), rencana penanaman (planting plan), rencana penataan pohon-
pohon, perdu, semak, tanaman hias, dan tanaman rumput termasuk
didalamnya komposisi dari berbagai jenis tanaman sesuai dengan ketentuan
standar perancangan dan gambar detil konstruksi.
5. Pelaksanaan (Implementation)
Setelah semua gambar-gambar konstruksi komplit, membuat tawaran yang
tersedia. Setelah kontrak ditandatangani, kemudian kontraktor melakukan
proses pembangunan dan memasukan rancangan yang telah dibuat
sebelumnya. Meskipun tahap ini biasanya ditangani oleh kontraktor, arsitek
lanskap masih tetap diperbolehkan memantau tahap pembangunan untuk
memberikan saran apabila diperlukan.
6. Evaluasi setelah konstruksi (Post-Contruction Evaluation an Maintenance)
Proses desain tidak akan pernah selasai begitu saja dalam sauatu proyek.
Perancang harus mengobservasi dan menganalisis proyek tersebut dari waktu
ke waktu untuk melihat bagaimana kerjanya dan perkembangannya seiring
dengan perubahan waktu.
7. Pemeliharaan (Maintanance)
Agar berhasil, sebuah rancangan seharusnya tidak hanya berupa hasil kerja
yang bagus dalam kertas tetapi juga dapat dilakukan pembangunan dengan
pemeliharaan sepenuhnya dan juga berkualitas. Suatu hasil atau produk desain
harus dipelihara sebagaimana mestinya dengan sepenuhnya agar kondisinya
9
tetap terjaga dengan baik, mencakup seluruh elemen soft material dan hard
material.
Menurut Dahl dan Molnar (2003), terdapat tiga prinsip yang digunakan
sebagai kerangka acuan dalam merancang, yaitu:
1. Must have a purpose, rancangan yang dibuat harus memiliki tujuan yang jelas.
2. Design for people, rancangan yang dibuat dapat digunakan oleh manusia,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Rancangan yang dibuat
dapat berfungsi secara maksimal.
3. Both functional and aesthetic requirements must be met, fungsional dan
keindahan harus terdapat dalam suatu rancangan. Kedua faktor tersebut
menyatu sehingga menghasilkan rancangan yang maksimal dan dapat
dinikmati oleh pengguna.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa kegiatan perancangan ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia, dimana bertujuan agar fleksibel dan dapat
mengakomodasi sarana yang kuno dengan yang baru. Perancangan merupakan
kombinasi ilmu dan seni yang berfokus pada penggabungan manusia dengan
aktifitas di ruang luar (Booth, 1983). Menurut Gold (1980), hubungan antara
manusia, kota, waktu luang, rekreasi ruang luar, ruang terbuka dan bentukan kota
merupakan intisari dari perencanaan dan perancangan rekreasi.
Reid (1993) mengemukakan bahwa konsep merupakan ide untuk
mewujudkan tapak spesifik sehingga dapat memiliki identitas fungsi dan
keindahan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam merancang antara lain
adalah: konsep, prinsip desain, elemen desain dan tahapan-tahapan dalam
merancang menjadi satu kesatuan dalam proses perancangan. Suatu konsep dalam
merancang suatu karya lanskap dapat mendorong manusia untuk merencanakan,
mengintegrasikan, mengkoordinasikan bentuk buatan manusia dan bentukan alam.
Menurut Ingels (2004), terdapat enam prinsip desain yang digunakan
dalam seni murni maupun seni aplikasi pada saat ini, yaitu:
1. Balance (keseimbangan)
Merupakan sesuatu yang baik untuk dilihat. Secara fisik kita merasakan
ketidaknyamanan saat kita tidak seimbang. Terdapat tiga tipe keseimbangan
yaitu simetrik, asimetrik dan proksimal. Keseimbangan simetrik adalah
10
saat ini. Prinsip unity merupakan kualitas yang dibangun di lanskap yang baik
dengan berdasarkan pada ritme dari landform yang natural, dominasi dari satu
tipe vegetasi dan terjaganya kepedulian yang nyata kepada lingkungan sekitar
dari manusia dan bangunan yang didirikan.
Taman
Garden atau taman merupakan tempat untuk menghabiskan waktu luang
dari ekspansi dan pembebasan. Sebuah taman dalam skala kecil ataupun besar
harus tetap terhubung dengan bentukan manusia pada satu cara atau lainnya.
Bukan merupakan suatu hal yang mengejutkan bahwa saat ini terdapat
ketertarikan yang besar terhadap suatu taman dibandingkan dahulu. Saat ini
banyak taman yang tidak hanya menunjukan sebagai tempat berlindung yang
damai di dunia yang sangat ramai tetapi juga kesempatan untuk berekspresi
kreatif dan lebih dekat dengan alam (Crowe, 1981).
Taman adalah sebuah tempat yang terencana atau sengaja direncanakan
dibuat oleh manusia, biasanya diluar ruangan dibuat untuk menampilkan
keindahan dari berbagai tanaman dan bentuk alami. Taman dapat dibagi dalam
taman alami dan taman buatan. Taman yang sering dijumpai adalah taman rumah
tinggal, taman lingkungan, taman bermain, taman rekreasi dan taman botani
(Ahira, 2007).
Menurut Eckbo (1964), park adalah ruang dengan penggunaan yang
terbatas dan bentukan yang fleksibel, dikembangkan dengan sedikit konstruksi,
digunakan untuk relaksasi sampai menikmati pemandangan, merenung, meditasi,
tidur, bermimpi, bercinta, bersosialisasi yang tidak ramai, dan permainan bebas.
Ruang ini mempunyai intensitas yang terbatas dan tidak spesifik. Sebagai contoh
yang tergolong park adalah halaman depan rumah, kolam air atau waduk, saluran
drainase, dan area tangkapan air, pertambangan, lahan pembuangan, lahan
pertanian, dan cagar alam. Park juga dapat diartikan sebagai area terbuka yang
disediakan untuk digunakan sebagai tempat rekreasi, biasanya dimiliki dan
dipelihara oleh pemerintah daerah.
Elemen taman dibagi menjadi dua, yaitu elemen taman material lunak (soft
material) dan elemen taman material keras (hard material). Soft material terdiri
12
dari tanaman dengan berbagai ragamnya (rumput, lumut, herba, semak, dan
pohon-pohonan), dan satwa. Hard material merupakan semua elemen taman
yang sifatnya keras dan tidak hidup, terdiri dari tanah, batuan, perkerasan atau
paving, jalan setapak, pagar halaman (adukan semen, besi dan kayu), bangunan
taman (bangku taman, shelter atau gazebo, pergola, kolam, kandang ayam atau
burung, dan ayunan), dan bangunan rumah. Soft material yang memiliki kesan
lembut, bersahabat dan alami dengan hard material yang memiliki kesan kaku,
keras, tidak bersahabat dan gersang sangat baik jika dihadirkan secara bersama
dalam perancangan sebuah taman (Sulistyantara, 1992). Dalam merancang
sebuah taman, elemen manusia menjadi faktor yang penting untuk
dipertimbangkan dalam menentukan rancangan yang digunakan. Karena manusia
merupakan pengguna utama dari sebuah taman.
Dalam bukunya yang berjudul Garden Design, Crowe (1981)
menyebutkan bahwa terdapat enam material dalam perancangan taman, yaitu:
1. Land form adalah bentukan lahan alami yang merupakan sebuah pondasi bagi
setiap lanskap juga merupakan basis dari semua taman terbaik didunia.
2. Plant material merupakan salah satu material yang digunakan untuk berkreasi
dalam merancang sebuah taman. Tanaman sebagai salah satu struktur bagian
dalam dekorasi interior taman. Secara fisik, fungsi tanaman adalah untuk
shelter, shade dan protection. Secara visual memiliki fungsi menentukan
proporsi dan bentuk dari taman, memberikan kontras pada ruang terbuka dan
tertutup. Material ini memberikan tekstur, batas atau frame, latar belakang,
tone dan bentukan sculpture.
3. Water merupakan salah satu material desain yang penting, karena hampir
semua taman terbaik di dunia membuat taman dengan menggunakan unsur air
didalamnya dengan menyesuaikan dengan keinginan dan klimatnya.
Penggunaan elemen air sebagai elemen taman memberikan kesan kehidupan
dan pergerakan kedalam taman disamping adanya keberadaan burung dan
manusia. Permukaan air yang luas memberikan rasa unik pada ruang dan
kesatuan.
4. Sculptural forms merupakan bentuk seni dari taman yang telah ada sejak
zaman Roma dan telah saling melengkapi. Dapat hanya berupa patung atau
13
pahatan yang terbuat dari batu saja yang dari kejauhan sudah tampak sangat
menarik, membuat mata memandang kearahnya dibanding penutup lahan. Ini
merupakann aturan yang dimainkan sebagai pusat keistimewaan pada vista
klasik atau focal point dari sebuah taman kecil.
5. Garden Boundaries adalah salah satu elemen yang penting dalam sebuah
taman. Berfungsi sebagai batas taman dengan area disekitarnya, biasanya
berupa pagar yang terbuat dari tanaman, kayu, beton, besi, berupa elemen air.
ataupun berupa ha-ha wall yang disebut sebagai invisible barrier.
6. Ground pattern merupakan pola yang diterapkan sebagai penutup tanah, dapat
berupa material tanaman seperti rumput atau terbuat dari perkerasan seperti
paving. Rumput adalah penutup lahan yang esensial yang berfungsi sebagai
pelindung dan dasar yang menonjolkan segala sesuatu yang tumbuh diatasnya
dan juga bentukan tanah dibawahnya. Membuat lahan yang berkontur dapat
memberikan tindakan besar untuk perlindungan.
Crowe (1981) mengemukakan bahwa taman dapat dibedakan menjadi
taman privat dan taman publik. Taman privat adalah taman yang dibuat khusus
sesuai dengan keinginan, umur dan kondisi pemiliknya. Setiap orang pada umur
yang berbeda untuk membuat sebuah taman privat meminjam dan mengadaptasi
dari kejadian masa lalu dan gaya dari taman mewakili dari sebuah kota yang telah
dikunjunginya, seringkali mengalami perubahan bentuk ke bentuk lainnya. Taman
privat biasanya dimiliki oleh individu tertentu atau pebisnis dan dipergunakan
pemiliknya dengan ciptaannya sendiri.
Taman publik atau disebut juga the shared garden adalah taman yang
harus digunakan secara bersama oleh banyak orang pada sebuah perumahan
disekitar tempat tinggal. Biasanya memiliki kesulitan dan masalah dalam
membuat perancangannya. Taman publik yang berhasil adalah taman yang
mampu menyediakan masyarakat kota ruang-ruang taman yang dapat dinikmati.
Yang menjadi masalah utama pada taman publik adalah sejauh mana kepuasan
akan taman ini dibandingkan taman privat, dengan tata ruang yang jelek dan
terpisah akan menimbulkan konflik dalam penggunaannya (Crowe, 1981).
Taman rumah yaitu susunan tanaman yang berbunga atau tidak, tersusun
sendiri atau berkelompok disertai penunjang elemen lain ataupun tidak, yang
14
5. Rencana irigasi, menunjukan jenis, ukuran, dan lokasi dari pipa, beda
ketinggian, katup, pelindung pipa dan unsur-unsur lain dari sistem irigasi.
Lettering menurut Reid (2002) adalah teknik penulisan dalam dunia teknik
khususnya arsitektur lanskap, dengan ukuran, model dan kualitas tulisannya
sangat penting dalam kontribusi untuk perancangan dan keefektifan komunikasi.
Gambar perspektif adalah gambar yang sebenarnya dari suatu ruang dan
objek yang memperlihatkan kualitas tiga dimensi (Gambar 11 dan 12). Terdapat
beberapa jenis gambar perspektif yaitu perspektif satu titik hilang, perspektif dua
titik hilang, perspektif tampak mata burung, overview, perspektif menggunakan
kamera digital dan perspektif menggunakan computer wire frame.
Gambar 11 Perspektif
( Sumber : Reid, 2002)
20
Gambar 12 Perspektif
( Sumber : Reid, 2002)
Konsultan Lanskap
Menurut Gold (1980), konsultan lanskap merupakan pengembang swasta
yang memiliki tanggung jawab moral dalam hal penyediaan ruang dan fasilitas
rekreasi dalam kota. Dalam bukunya dijelaskan bahwa konsultan memiliki
kelebihan berupa :
1. Kemampuan profesional, yaitu kemampuan dalam segi teknis yang berupa
kemampuan perancangan suatu proyek, dimana hasil proyek perancangan yang
telah dikerjakan merupakan bukti kualitas dan kompetensi dari suatu konsultan.
2. Penyediaan pelayanan, dalam hal ini kualitasnya dapat dievaluasi melalui
referensi klien sebelumnya.
3. Kemampuan dalam menyediakan staf tim perencanaan dan perancangan
dengan latar belakang, pengalaman dan pengetahuan yang bagus untuk
mengerjakan suatu proyek dan menyelesaikannya dalam jangka waktu yang
telah ditentukan.
4. Kemampuan dalam menyediakan staf ahli tambahan untuk memenuhi tuntutan
muatan kerja.
5. Pengalaman, peralatan, dan pengetahuan langsung yang berkaitan dengan
situasi dan proyek yang beragam.
21
Sejarah Perusahaan
PT. Envirospace Consultants Indonesia (ECI) merupakan cabang
perusahaan dari Envirospace Consultant Pte. Ltd. yang berkedudukan di
Singapura. Envirospace Consultant Pte. Ltd. Singapura merupakan pecahan dari
perusahaan Garden and Landscape Center (GLC) yang merupakan perusahaan
pionir yang bergerak dibidang lanskap dan pertamanan di Singapura. Perusahaan
GLC didirikan pada tahun 1968, kemudian pada tahun 1998 didirikan
Envirospace Consultant Pte. Ltd. Singapura. Setelah itu pada tahun 2005 barulah
PT. Envirospace Consultants Indonesia didirikan.
Peningkatan permintaan akan jasa konsultan lanskap dan pertamanan di
Indonesia merupakan alasan didirikannya cabang dari Envirospace Consultant
Pte. Ltd. Singapura di Indonesia. PT. Envirospace Consultants Indonesia
merupakan salah satu konsultan lanskap yang sudah cukup berkompeten di
Indonesia, meskipun dengan umur perusahaan yang masih muda yaitu sekitar
enam tahun sejak berdiri di Indonesia.
5. Proposed (Proposal)
PT. Envirospace Consultants Indonesia dapat menangani pengajuan
sebuah proposal rancangan untuk suatu proyek. Proposal yang diajukan dapat
berupa penataan lanskap yang mencakup tahap perencanaan, perancangan dan
atau pelaksanaan proyek. Contoh dari proposal yang dibuat adalah proyek Tuy
Hoa City – Vietnam yang merupakan pengajuan rancangan untuk gerbang utama
jalan. Proposal rancangan yang diajukan berupa konsep dan beberapa gambar
konsep ilustrasi suasana dan potongannya.