Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ALIRAN-ALIRAN POKOK PENDIDIKAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Pendidikan

Dosen pengampu : Dr. Yayan Sudrajat M.Pd.

Disusun Oleh:

Cintya Khoirunisa (202221500055)

Diki Wahyudi (202221500005)

Rahardika Bagaskara (202121500007)

Rizqi Wandini Zulanggra (202221500044)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI

2022

1
DAFTAR ISI

COVER ..................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .............................................................................................. 2

KATA PENGANTAR ................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 4

1. Latar Belakang ................................................................................ 4


2. Perumusan Masalah ....................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………………5

ALIRAN-ALIRAN POKOK PENDIDIKAN ....................................... 5

1. Jenis-jenis aliran pendidikan .................................................... 5


1.1 Aliran Klasik ......................................................................... 5
1.1.1 Aliran Empirisme .................................................... 5-6
1.1.2 Aliran Nativisme ........................................................ 5
1.1.3 Alirana Naturalisme ................................................... 6
1.1.4 Aliran Konvergensi ................................................. 6-7
1.2 Aliran Modern (Gerakan Baru Pendidikan) ......................... 7
1.2.1 Pengajaran Alam Sekitar ...................................... 7-8
1.2.2 Pengajaran Pusat Perhatian ................................. 8-9
1.2.3 Sekolah Kerja ...................................................... 9-10
1.2.4 Pengajaran Proyek .................................................. 10
1.3 Aliran Pokok Pendidikan Indonesia .................................... 10
1.3.1 Perguruan Taman Siswa ........................................ 10
1.3.2 Ruang Pendidikan INS Kayutanam ........................ 11
1.3.3 Gerakan Pendidikan Muhammadiyah .................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................. 12


1. Kesimpulan ............................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 13

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang turut memberikan
bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dari Ibu dosen Dr.Yayan Sudrajat M.Pd..
pada Mata Pengantar Pendidikan di Universitas Indraprasta PGRI. Selain itu, kami
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Aliran-Aliran Pokok Pendidikan.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap pembaca berkenan untuk memberikan kritik dan saran. Semoga makalah
ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akan selalu berkerkembang seiring dengan berkembangnya sosial


budaya , dan berbagai ilmu pengetahuan , dalam perkembangan itulah muncul
ide , gagasan , dan pemikiran yang memperbarui pendidikan atau yang bisa
disebut dengan aliran-aliran di dalam pendidikan Aliran-aliran pendidikan dalam
ide , gagasan , dan pemikiran pendidikan dimulai semenjak awal hidup manusia .

Manusia dihadapkan dengan kehidupan yang berkelanjutan sehingga setiap


generasi ke generasi pemikiran tentang pendidikan akan terus berjalan dan akan
memunculkan sesuatu bahan pemikiran-pemikiran yang baru , kemunculan
pemikiran-pemikiran yang baru di karenakan pemikiran lama yang mengalami
beberapa perkembangan dan pembaharuan dari waktu ke waktu .Hal ini
disebabkan oleh pemikiran dari orang-orang terdahulu dan dijadikan bahan
diskusi oleh orang-orang yang meneruskannya

Aliran-aliran dalam pendidikan secara umum bermakna mengungkapkan suatu


gagasan atau pendapat umum mengenai pendidikan, dalam makalah ini akan
dibahas tentang “Aliran-aliran pokok pendidikan”.

2. Perumusan Masalah

Berikut rumasan masalah yang akan kami bahas, yaitu :

- Apa Saja Aliran-Aliran Pokok Pendidikan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

ALIRAN- ALIRAN POKOK PENDIDIKAN

1. JENIS -JENIS ALIRAN PENDIDIKAN

1.1 ALIRAN KLASIK

Secara umum, pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina ke-
pribadian sesuai dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat. Bagaimana pun
sederhananya peradaban suatu masyarakat, di dalamnya pasti berlangsung suatu
proses pendidikan, sehingga sering dikatakan bahwa pendidikan telah ada
sepanjang perdaban umat manusia (samad,2013).

Menurut Tirtarahardja & Sulo (2015) aliran- aliran pendidikan telah dimulai sejak
awal hidup manusia, karna setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan
generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari
orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-
pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini,
dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran (gerakan) baru.

Adapun pada rumpun aliran klasik, terdapat empat bagian aliran, yaitu :

1.1.1 ALIRAN EMPIRISME

Empirisme berasal dari kata empire, artinya pengalaman. Aliran empirisme mengacu
pada psikologi behavioristik yang menyatakan bahwa setiap individu mendapat
proses pendidikan karena adanya pengaruh dari luar. Pavlov juga menyimpulkan
bahwa hasil eksperimennya itu juga dapat diterapkan kepada manusia untuk belajar.
Implikasi hasil eksperimen tersebut pada kegiatan belajar manusia adalah bahwa
belajar pada dasarnya membentuk asosiasi antara stimulus dan respons secara
reflektif, proses belajar akan berlangsung apabila diberi stimulus bersyarat
(M.Hamid, 2002:74). Pada aliran empirisme ini, pengaruh atau pengalaman dalam
memperoleh pembelajaran dari luar sangatlah penting, karna disitu terdapat proses
pendidikan bagi tiap individu.

Tokoh utama aliran ini ialah John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah
“The School of British Empiricism” (aliran empirisme Inggris). Namun aliran ini lebih
berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah
aliran filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi
bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru
(Syah, 2002). Selain Locke, terdapat juga ahli pendidikan lain yang mempunyai
pandangan hampir sama, yaitu Helvatus, ahli filsafat Yunani yang berpendapat,

5
bahwa manusia dilahirkan dengan jiwa dan watak yang hampir sama yaitu suci dan
bersih.

1.1.2 ALIRAN NATIVISME

Aliran nativisme berlawanan dengan aliran empirisme. Nativisme berasal dari kata
nativus yang berarti kelahiran atau native yang artinya asli atau asal. Aliran
nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir, jadi perkembangan individu itu semata-mata dimungkinkan dan
ditentukan oleh dasar turunan ( meldawati, 2017:38). Pada aliran nativisme faktor
keturunan atau gen sangat mempengaruhi proses pendidikan, dimana pada aliran ini
para ahli berpendapat jika manusia secara alami membawa faktor bawaannya
sendiri sejak kelahiran mereka, di sini peranan keturunan sangatlah penting ,
sebagai contoh jika anda ingin memiliki anak yang pintar, maka ayah dan ibunya
harus pintar, atau jika anda ingin anak anda menjadi seorang dokter maka dari anda
juga harus keturunan seorang dokter.

Tokoh utama aliran ini adalah Arthur Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof
Jerman (Ilyas, 1997). Dalam artinya yang terbatas, juga dapat dimasukkan dalam
golongan Plato, Descartes, Lomborso, dan pengikut-pengikutnya yang lain.
Beberapa tokoh yang berhubungan dengan aliran nativisme adalah Rochacher,
Rosear, dan Basedow.

1.1.3 ALIRAN NATURALISME

Natur atau natura artinya alam, atau apa yang dibawa sejak lahir. Aliran ini ada
persamaannya dengan aliran nativisme beberapa ahli menyebut dengan istilah
“sama”, “hampir sama” dan “senada”. Istilah natura telah dipakai dalam filsafat
dengan bermacam-macam arti, dari dunia fisika yang dapat dilihat oleh manusia,
sampai kepada sistem total dari fenomena ruang dan waktu.

Aliran Naturalisme dipelopori oleh Jean Jacquest Rousseau. Ia mengatakan,


“Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu
menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus
diserahkan ke alam. Kekuatan alam akan mengajarkan kebaikan-kebaikan yang
terlahir secara alamiah sejak kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue
menginginkan perkembangan anak dikembalikan ke alam yang mengembangkan
anak secara wajar karena hanya alamlah yang paling tepat menjadi guru.

6
1.1.4 ALIRAN KONVERGENSI

Salah satu tokoh pendidikan bernama William Stern (1871-1939) telah


menggabungkan pandangan yang dikenal dengan teori atau aliran konvergensi.
Aliran ini ingin mengompromikan dua macam aliran yang eksterm, yaitu aliran
empirisme dan aliran nativisme, dimana pembawaan dan lingkungan sama
pentingnya, kedua-duanya sama berpengaruh terhadap hasil perkembangan anak
didik. Stern berpendapat bahwa pembawaan dan lingkungan merupakan dua garis
yang menuju kepada suatu titik pertemuan (garis pengumpul), oleh karena itu
perkembangan pribadi sesungguhnya merupakan hasil proses kerjasama antara
potensi heriditas (internal) dan lingkungan, serta pendidikan (eksternal)
(Djumaranjah, 2004).

Dikarenakan penggabungan dua aliran sebelumnya, teori kovergensi merupakan


gabungan antara teori empirisme dan nativisme antara pembawaan dan pendidikan
yang harus sejalan beriringan satu sama lainnya ( meldawati, 2017:42). Pada aliran
ini satu faktor saja tidaklah cukup, hanya faktor pengalaman atau dari luar, atau
faktor keturunan saja, keduanya harus berjalan beriringan agar dapat menerima
pembelajaran dengan baik dalam proses pendidikan.

1.2 ALIRAN MODERN (GERAKAN BARU PENDIDIKAN)

1.2.1 Pengajaran Alam Sekitar


Aliran pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan
pengajaran alam sekitar yang dirintis oleh Fr. A. Finger dengan heimatkunde
(pengajaran alam sekitar) di Jerman, J. Ligthart di Belanda dengan Het Volle Leven
(kehidupan senyatanya). Prinsip yang dianut dalam heimatkunde yakni
(Tirtarahardja & Sulo, 2005):
a. Dalam pengajaran alam sekitar, guru dapat memeragakan secara langsung.
b. Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyakbanyaknya agar anak
berpartisipasi aktif.
c. Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk diberlakukan pengajaran totalitas
dengan ciri segala bahan pengajaran berhubunghubungan satu sama lain.
d. Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang
kukuh dan tidak verbalistis.
e. Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional terhadap anak didik.

Sementara Het Volle Leven memiliki prinsip sebagai berikut (Tirtarahardja & Sulo,
2005):
a. Pengajaran alam sekitar mengajarkan anak untuk mengetahui barangnya terlebih
dahulu sebelum mendengar namanya.
b. Pengajaran sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau
mata pengajaran yang lain harus dipusatkan atas pengajaran itu.

7
c. Harus diadakan perjalanan memasuki hidup agar murid paham akan hubungan
antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya. Pada dasarnya, banyak faktor
yang mempengaruhi sistem
pendidikan baik faktor yang berasal dari dalam maupun luar. Secara makro, faktor
dari luar merupakan sistem yang berada di luar pendidikan, antara lain ideologi,
ekonomi, politik, sosial budaya, lingkungan alam, dan lain-lain. Faktor itu saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan sistem pendidikan. Dengan demikian,
pendidikan akan dipengaruhi oleh bahkan berinteraksi dengan lingkungan sosial
maupun lingkungan alam dalam ekosistem yang lebih luas. Konsep ini mengarahkan
pada pemahaman dan pembahasan pendidikan dilihat dalam perspektif ekologi.

1.2.2 Pengajaran Pusat Perhatian


Menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) pengajaran pusat perhatian dirintis oleh
Ovideminat Declory (1871-1932) dari Belgia dengan pengajaran melalui pusat-pusat
minat (centres d’nternet), di samping
pendapatnya tentang pengajaran global. Pendidikan menurut Declory berdasar pada
semboyan ecole pour ia vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak
harus dididik untuk dapat hidup dalam masyarakat dan dipersiapkan dalam
masyarakat, anak harus diarahkan. Oleh karena itu, anak harus mempunyai
pengetahuan terhadap diri sendiri (tentang hasrat dan cita-citanya) dan pengetahuan
tentang dunianya (lingkungannya, terdapat hidup di hari depannya). Pengetahuan
anak harus bersifat subjektif dan objektif. Penelitian secara tekun yang dilakukan
Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi pendidikan dan
pengajaran,
yang merupakan dua hal yang khas, yaitu:

a. Metode global (keseluruhan)


Berdasarkan observasi dan tes, ia berpandangan bahwa anak-anak mengamati dan
mengingat secara global (keseluruhan). Mengingat keseluruhan lebih dulu daripada
bagian-bagian. Jadi ini berdasar atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan
membaca dan menulis,
ternyata dengan mengajarkan kalimat lebih mudah diajarkan daripada mengajarkan
huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat video visual sebab arti sesuatu kata
yang diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda (tulisan) atau suatu gambar
yang dapat dilihat.

b. Centre d’internet (pusat-pusat minat).


Berdasarkan penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa anak-anak mempunyai
minat yang spontan (sewajarnya). Pengajaran harus disesuaikan dengan minat-
minat spontan tersebut. Sebab apabila tidak, yaitu misalnya minat yang ditimbulkan
oleh guru, maka pengajaran itu tidak tidak akan banyak hasilnya.

8
Anak mempunyai minat-minat spontan terhadap diri sendiri dan terhadap
masyarakat (biososial). Minat terhadap diri sendiri itu dapat kita bedakan menjadi:
1) Dorongan mempertahankan diri,
2) Dorongan mencari makan dan minum dan
3) Dorongan memelihara diri.

Sedangkan minat terhadap masyarakat ialah:


1) Dorongan sibuk bermain-main.
2) Dorongan meniru orang lain.

Dorongan-dorongan inilah yang digunakan sebagai pusat-pusat minat. Sedangkan


pendidikan dan pengajaran harus selalu dihubungkan dengan pusat-pusat minat
tersebut. Asas-asas Pengajaran Pusat Perhatian adalah sebagai berikut:
a. Pengajaran ini didasarkan atas kebutuhan anak dalam hidup dan
perkembangannya.
b. Setiap beban pengajaran harus merupakan keseluruhan, tidak mementingkan
bagian tetapi mementingkan keberartian dari keseluruhan ikatan bagian itu.
c. Anak didorong dan dirangsang untuk selalu aktif dan di didik untuk menjadi
anggota masyarakat yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.
d. Harus ada hubungan kerjasama yag erat antara rumah dan keluarga. Gerakan
pengajaran pusat perhatian telah mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan
belajar mengajar diadakan berbagai variasi (cara mengajar dan lain-lain) agar
perhatian siswa tetap terpusat pada bahan ajaran. Dengan kemajuan teknologi
pengajaran, peluang mengadakan variasi tersebut menjadi terbuka lebar, dan
dengan demikian upaya menarik minat menjadi lebih besar. Pemusatan perhatian
dalam pengajaran
biasanya dilakukan bukan hanya pada pembukaan pengajaran, tetapi juga pada
setiap kali akan membahas sub topik yang baru.

1.2.3 Sekolah Kerja


Menurut Tirtarahardja & Sulo (2005) dan Sagala (2010) gerakan sekolah kerja dapat
dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang mementingkan
pendidikan keterampilan dalam pendidikan. Tokoh pendidikan sekolah kerja ini
adalah G. Kerschensteiner
(1854-1932) dengan konsep “Arbeitschule” (Sekolah Kerja) di Jerman. Sekolah kerja
bertolak dari pandangan bahwa pendidikan tidak hanya demi kepentingan individu,
tetapi juga demi kepentingan masyarakat. Dengan kata lain sekolah berkewajiban
menyiapkan Negara yang baik yakni:
(a) tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan;
(b) tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara; dan
(c) dalam menunaikan kedua tugas tersebut harus diusahakan kesempurnaannya,
agar dengan jalan itu tiap warga negara ikut berbuat sesuai dengan kesusilaan serta
menjaga keselamatan negara.

9
Tujuan sekolah kerja ini menurut Kerschensteiner sebagai pencetus sekolah kerja
adalah
a. menambah pengetahuan anak, yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau
orang lain, dan yang didapat dari pengalaman sendiri;
b. agar anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran tertentu; dan
c. agar anak dapat memiliki pekerjaan sebagai persiapan jabatan dalam mengabdi
Negara. Kerschensteiner berpendapat bahwa kewajiban utama sekolah adalah
mempersiapkan anak-anak untuk dapat bekerja. Bekerja di sini bukan pekerjaan
otak yang dipentingkan, melainkan pekerjaan tangan (Tirtarahardja & Sulo, 2005;
Sagala, 2010).

1.2.3 Pengajaran Proyek


Dasar filosofis dan pedagogis dari pengajaran-pengajaran proyek diletakkan oleh
John Dewey (1859-1952) namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikut utamanya
W. H. Kilpartrick. Pengajaran proyek memberi kebebasan pada anak untuk
menentukan pilihannya, merancang serta memimpinya. Proyek yang ditentukan oleh
anak mendorongnya mencari jalan pemecahan bila dia menemui kesukaran. Anak
dengan sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Dalam pengajaran proyek, pekerjaan dikerjakan secara berkelompok untuk
menghidupkan rasa gotong-royong. Pengajaran proyek digunakan sebagai salah
satu metode mengajar di Indonesia, antara lain dengan nama pengajaran
proyek,pengajaran unit,dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa pengajaran
proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan
persoalan secara komprehensif dengan kata lain, menumbuhkan
kemampuan pemecahan masalah secara multidisiplin (Tirtarahardja & Sulo, 2005).

1.3 ALIRAN POKOK PENDIDIKAN INDONESIA

1.3.1 Perguruan Kebangsaan Taman Siswa


Sementara berlangsung pemerintahan kolonial itu, ada pula dua tokoh pemuka
Indonesia sendiri yang merintis suatu sistem persekolahantersendiri, yang secara
teknis bersifat modern seperti sekolah-sekolahyang diperkenalkan oleh Belanda,
namun dalam semangat dan isi pelajaran sangat berjiwa ketimuran dengan
membawa cita-cita kemandirian bangsa. Tokoh pertama adalah R.M. Soewardi
Soerjaningrat, atau lebih dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Perguruan
Kebangsaan Taman Siswa didirikan pada tahun 1921 atau tahun Caka 1852 yang
memiliki semboyan “Lawan Sastra Ngesti Mulia”. Setahun kemudian pada 3 Juli
1922 di Yogyakarta muncul organisasi baru benama Persatuan Taman Siswa yang
memiliki semboyan “Suci Tata Ngesti Tunggal”. Secara lengkap nama perguruan itu
adalah “Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa”.

10
1.3.2 Ruang Pendidik INS Kayutanam
INS Kayutanam adalah satu sekolah modern bercorak nasional yang peranannya
cukup besar pada perkembangan dunia pendidikanIndonesia, khususnya di
Sumatera Barat (Halimah, 2012). Lahirnya Ruang Pendidik INS Kayutanam tidak
terlepas dari upaya Mohammad Sjafe’i mewujudkan cita-cita dari kedua orang tua
angkatnya. Ia juga didukung oleh sebuah organisasi perkumpulan buruh kereta api
yang bernama Vereeniging Bumi Poetra Staats-Spoors (VBPSS) berkedudukan di
Padang yang dipimpin oleh Abdul Rachman. Tujuan awal pendidikan Ruang
Pendidik INS Kayutanam adalah mendidik manusia supaya menjadi manusia,
membimbing anak didik kepada diri, dan bakat yang dimilikinya.

1.3.2 Gerakan Pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah lahir di Kampung Kauman Yogyakarta, pada 18 November 1912
bertepatan dengan tanggal 18 Dzuhijjah 1330 Hijriah dengan diprakarsai oleh KH.
Ahmad Dahlan (Hambali, 2006; Fakhruddin, 2005). KH. Ahmad Dahlan (waktu
mudanya bernama Raden Ngabehi Muhammad Darwis), lahir pada tanggal 1
Agustus 1868 di Kampung Kauman Yogyakarta. Ayahnya seorang alim bernama
K.H. Haji Abu Bakar, pejabat Khatib di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Ibunya
adalah putri Haji Ibrahim, pejabat penghulu kesultanan (Burhani, 2004). Dalam
silsilah ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim,
seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang
merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah
Jawa.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina ke-pribadian sesuai


dengan nilai-nilai dan budaya masyarakat. Bagaimana pun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalamnya pasti berlangsung suatu proses
pendidikan, sehingga sering dikatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang
perdaban umat manusia (samad,2013).

Menurut Tirtarahardja & Sulo (2015) aliran- aliran pendidikan telah dimulai sejak
awal hidup manusia, karna setiap kelompok manusia selalu dihadapkan dengan
generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik dari
orang tuanya. Di dalam kepustakaan tentang aliran-aliran pendidikan, pemikiran-
pemikiran tentang pendidikan telah dimulai dari zaman Yunani kuno sampai kini,
dikenal dengan istilah rumpun aliran klasik dan aliran (gerakan) baru.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suswandari, Meldawati. “Selayang Pandang Implikasi Aliran Pendidikan Klasik”


dalam jurnal Komunikasi Pendidikan, Vol. I (1) 2017 P : 34

Husama, Arina Restian, Rohmad Widodo. 2015. Pengantar Pendidikan. Malang :


UMM Press

13

Anda mungkin juga menyukai