Anda di halaman 1dari 31

Hubungan Mindfulness dengan Stres Mahasiswa Tingkat Akhir

Dosen Pengampu : Nurul Aiyuda, M.A

DISUSUN OLEH :

Hana Putri Fadhilah

NIM : 2173201036

PROGRAM.STUDI.PSIKOLOGI.
FAKULTAS.PSIKOLOGI.DAN.ILMU.SOSIAL.POLITIK
UNIVERSITAS.ABDURRAB
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah.stres.mengacu.pada.gangguan.pikiran.dan.tubuh.yang.disebabkan

oleh.perubahan.lingkungan dan.tuntutan.hidup (Mashudi, 2012). Stres adalah

keadaan di mana seseorang merasa secara fisik atau psikologis tidak layak untuk

suatu situasi, yang sumbernya terletak pada biologi dan sistem sosial (Sarafino &

Timothy, 2012). Menurut.Nusran.(2019)., definisi.stres.adalah.keadaan.internal

yang.oleh.tuntutan.fisik.(tubuh), lingkungan, dan.situasi.sosial.yang.berpotensi

merugikan dan tidak terkendali. Stres.yang.tidak.dikelola.dengan.baik

memberikan.dampak.negatif.bagi individu, termasuk mahasiswa.

Mahasiswa sering sekali mengalami stres selama menyusun tugas akhir

dan hal ini mempengaruhi kesehatan mental mereka. Stres.yang.dialami.oleh

mahasiswa.tingkat.akhir.biasanya disebabkan.oleh.banyak tuntutan.eksternal.dan

internal. Berdasarkan penelitian yang.dilakukan oleh Fan, 86,6% mahasiswa baru

di.China.mengalami.stres.dalam.kehidupan.akademis,.53,3% dalam kehidupan

sosial., dan.32,5%.dalam masalah.keuangan.(Sarina, 2012). Efek dari.stres.ini pun

beragam.mulai.dari.hal.yang.ringan, seperti.sakit.kepala.dan kehilangan nafsu

makan, hingga hal.yang.paling.mematikan, yaitu.bunuh.diri. Seperti pada kasus

tahun.2016, ditemukan seorang mahasiswa.bunuh.dengan.cara.gantung.diri.di

kamarnya tanpa diketahui.alasannya (Hamdi,.2016). Dikutip dari jurnalpost.com

melaporkan bahwa pada bulan Februari 2022, seorang mahasiswa tingkat akhir
gantung diri di toilet mushola di Kediri, Jawa Timur. Berdasarkan penelitian

Tirto, ditemukan 20 kasus bunuh diri mahasiswa dalam berbagai pemberitaan

online di.Indonesia.sejak.Mei.2016.hingga.Desember.2018, berbagai.pemberitaan

online.mencatat.ada.20.kasus.bunuh.diri.mahasiswa. Mahasiswa tingkat akhir

rentan mengalami gangguan jiwa, seperti stres, depresi, dan frustrasi. Sebagian

besar berhubungan dengan masalah tugas dan skripsi. Karena adanya efek negatif

dari stres khususnya pada mahasiswa,maka diperlukan cara mengelola stres

(coping stres). Salah satu cara mengatasi stres pada mahasiswa adalah

Mindfulness.

Mindfulness adalah keadaan dimana seseorang terlibat secara aktif, secara

sadar, dan sengaja mengamati peristiwa, pengalaman, dan perasaan yang terjadi

pada saat ini tanpa memperpanjang dan menilainya (Luken & Sammons, 2016).

Menurut.Wood.(2013), mindfulness.adalah.proses.psikologis.dan meditasi.yang

dapat.meningkatkan.pemahaman dan kesadaran proses.kognitif, emosi, dan

pengalaman somatik dengan meningkatkan sikap tidak menghakimi

(nonjudgemental) dan menerima. Mindfulness didefinisikan sebagai kesadaran

seseorang yang ditingkatkan dengan perhatian khusus dan terus-menerus pada saat

ini dan tanpa penilaian (Erford, 2016). Konsep mindfulness berlaku dalam banyak

konteks, termasuk pekerjaan dan pendidikan.

Amutio dkk (2014) menemukan bahwa dokter yang menerima meditasi

mindfulness mengalami relaksasi, kesadaran, dan energi positif yang lebih besar

seperti optimisme dan kepercayaan diri. Studi ini menemukan bahwa mindfulness

berperan dalam mengubah keadaan emosi negatif menjadi lebih positif untuk
mengatasi stres sehari-hari. Menggunakan teknik mindfulness seperti latihan

pernapasan, meditasi terpandu, relaksasi progresif, penjurnalan, visualisasi dan

kesadaran diri, siswa belajar dan mengembangkan keterampilan untuk menjadi

individu sosial dan bertanggung jawab atas kesehatan, kebahagiaan, dan

kesuksesan mereka sambil beramal dan berempati kepada orang lain.

Hidayat.dan.Fourianalistyawati.(2017).melakukan.penelitian mindfulness

berhubungan.signifikan.dengan stres.pada.mahasiswa.baru. Dalam penelitian.ini,

mindfulness.dapat mengurangi stres yang.dirasakan mahasiswa.khususnya

dibidang.stressor.akademik. Namun.demikian, para peneliti.tidak.menemukan

penelitian.yang.memperdalam.mengenai mindfulness.terhadap stres pada

mahasiswa.tingkat.akhir. Oleh.karena itu, peneliti ingin meneliti apakah

mindfulness.berperan.dalam mengurangi.stres pada.mahasiswa.tingkat.akhir.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan.uraian dari latar.belakang.masalah diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian.ini.adalah apakah.ada.hubungan antara mindfulness

dengan.stres.pada.mahasiswa.tingkat.akhir.di.Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitian.

Penelitian.ini.bertujuan untuk.melihat hubungan antara mindfulness

dengan.stres pada.mahasiswa.tingkat.akhir.di.Pekanbaru.

1.4 Manfaat Penelitian.

1.4.1 Manfaat Teoritis.


Hasil penelitian.ini.diharapkan dapat memberikan sumbangan pada

perkembangan ilmu psikologi. Terutama terkait dengan mindfulness dan stres

pada mahasiswa tingkat akhir.

1.4.2 Manfaat Praktis.

a) Bagi Mahasiswa.

Hasil.penelitian.yang diperoleh diharapkan.dapat membantu mahasiswa.untuk

menurunkan gejala stres dengan mindfulness.

b) Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi referensi dalam meneliti tentang mindfulness dan stres pada waktu

yang akan datang dan tempat yang berbeda.

1.5 Keaslian Penelitian.

Beberapa.penelitian.yang telah dilakukan sebelumnya terhadap

permasalahan stres tentunya.dapat.mendukung.hasil.penelitian ini nantinya.

Namun, dari.beberapa penelitian.tersebut tentunya memiliki.perbedaan.dalam

topik, teori, alat ukur, dan subjek.

1.5.1 Keaslian Topik.

Beberapa.penelitian.yang.pernah dilakukan sebelumnya adalah sebagai

berikut : penelitian.yang.dilakukan.Hidayat.dan Fourianalistyawati.(2017) dengan

judul.“Peranan Mindfulness Terhadap Stres Akademis pada Mahasiswa Tahun

Pertama”. Penelitian.yang.dilakukan.Maulinda dan.Rahayu (2021) dengan.judul


“Pengaruh Mindfulness terhadap Stres Akademik pada Siswa SMAN X Cianjur di

Masa Pandemi COVID-19”. Penelitian.yang.dilakukan.Maharani.(2016).dengan

judul.“Pengaruh Pelatihan berbasis Mindfulness terhadap tingkat stres guru

PAUD”. Sedangkan penelitian.ini.berjudul “Hubungan antara Mindfulness dengan

Stres pada Mahasiswa Tingkat Akhir pada Mahasiswa di Pekanbaru”.

1.5.2 Keaslian Teori.

Teori.yang.digunakan.oleh.Hidayat dan Fourianalistyawati (2017)

menggunakan teori Brown dan Ryan (2003). Maulinda dan Rahayu (2021)

menggunakan teori Sun, Dunne, dan Hou (2011). Penelitian selanjutnya oleh

Maharini (2016) menggunakan teori Taylor (2006). Sedangkan dalam penelitian

ini menggunakan teori Baer, Smith, dan Allen (2004).

1.5.3 Keaslian Alat Pengumpulan Data

Hidayat dan Fourianalistyawati (2017) dalam penelitiannya menggunakan

skala likert. Maulinda dan Rahayu (2021) menggunakan skala.likert. Penelitian

selanjutnya oleh Maharini (2016) menggunakan skala likert. Alat pengumpulan

data.dalam penelitian.ini.menggunakan.skala.likert.

1.5.4 Keaslian Subjek.

Hidayat dan Fourianalistyawati (2017) dalam penelitiannya menggunakan

subjek 82 subjek mahasiswa tahun pertama di Jakarta. Maulinda dan Rahayu

(2021) menggunakan subjek 298 siswa. Maharini (2016) dalam penelitiannya


menggunakan subjek 5 orang guru PAUD dengan kriteria tertentu. Sedangkan

subjek.dalam.penelitian.ini.adalah.mahasiswa.tingkat.akhir.di.Pekanbaru.

BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA.

2.1 Stres.

2.1.1 Pengertian Stres.

Stres.adalah.pengalaman subjektif berdasarkan persepsi seseorang

terhadap situasi (Priyoto, 2014). Stres juga dapat diartika sebagai tekanan,

desakan, atau.respon.emosional. Stres.merupakan.suatu hal yang umum dialami

oleh setiap manusia. Menurut.Kamus.Besar.Bahasa.Indonesia (KBBI) stres adalah

gangguan.mental.dan.emosional.yang disebabkan oleh faktor eksternal;

ketegangan.

Menurut Triatna (2015) stres.adalah suatu.keadaan dimana keadaan fisik

dan/atau psikis seseorang terganggu, baik secara internal maupun eksternal,

menimbulkan ketegangan dan perilaku tidak biasa atau tidak normal baik secara

fisik, sosial, dan psikologis. Stres.adalah.keadaan.internal.yang.disebabkan oleh

tuntutan.fisik.(tubuh), lingkungan, dan.situasi.sosial.yang dapat.merugikan dan

tidak.terkendali.(Nusran, 2019). Istilah stres meliputi tiga topik terkait rangsangan

lingkungan (disebut.stresor), respon.psikologis.dan.fisiologis (disebut sebagai

respon.stres), dan.penyakit.akibat.stimulasi.berlebihan dari respon tersebut (efek

stres kronis) (Renddy, Kharismarajanmenon and Anjanathattil, 2018).

Stres didefinisikan sebagai kondisi seseorang yang mengalami konflik

antara tuntutan yang mereka terima dan kemampuan mereka untuk mengatasi

perubahan atau rangsangan. Stres..kondisi internal.yang.dapat.disebabkan oleh

tuntutan.fisik.dari.tubuh.atau lingkungan dan situasi sosial yang dianggap


berbahaya dan tidak.dapat dikendalikan atau diluar kemampuan individu untuk

mengatasinya (Erteka, 2018). Stres.juga.dapat diartikan sebagai respon fisik dan

psikologis atau emosi seseorang terhadap perubahan lingkungan yang menganggu

dan mengancam (Sudirman, 2019).

Berdasarkan konsep teori .ahli.diatas, dapat.disimpulkan.bahwa stres

merupakan.suatu.keadaan.seseorang.yang.terganggu baik secara fisik atau

psikisnya karena ketidaksesuaian.antara.tuntutan.yang diterimanya dengan

kemampuan.individu.untuk.mengatasinya.

2.1.2 Aspek Stres.

Menurut.Sarafino.dan.Smith.(2012), aspek.stres.terbagi.menjadi.dua,

yaitu:

a. Aspek Fisik

Aspek.fisik.dari.stres.yaitu.berupa.gejala.fisik. Gejala fisik dari

stres termasuk sakit kepala, sulit tidur, gangguan pencernaan, gangguan

makan, gangguan kulit, dan keringat berlebih. Gejala fisik lainnya

termasuk seperti ketegangan otot, pernafasan dan detak jantung tidak

teratur, gugup, cemas, gelisah, perubahan nafsu makan, maag, dan

sebagainya.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis stres yaitu berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres

antara lain:

1) Gejala Kognisi (Pikiran)


Situasi stres dapat mengganggu proses berpikir individu. Seseorang yang

menderita stres cenderung memiliki masalah dengan ingatan, perhatian,

dan konsentrasi. Gejala kognisi ditandai dengan rendahnya harga diri, takut

gagal, kekhawatiran tentang masa depan dan ketidakstabilan emosi.

2) Gejala Emosi

Keadaan stres dapat menyebabkan ketidakstabilan emosi pada seseorang.

Seseorang yang menderita stres menunjukkan sifat mudah marah,

ketakutan yan berlebihan terhadap segala hal, kesedihan dan depresi.

Gejala emosional lainnya seperti ketidakmampuan untuk memecahkan

masalah, perasaan cemas, depresi, dan mudah tersinggung.

3) Gejala Tingkah Laku

Keadaan stres dapat menganggu perilaku sehari-hari yang biasanya negatif

dan menimbulkan masalah dalam hubungan dengan orang lain. Gejala

perilaku yang muncul adalah kesulitan bekerja sama, kehilangan minat,

ketidakmampuan untuk bersantai, mudah terkejut atau kaget, dan

sebagainya.

Menurut Rahman (2009) aspek-aspek stres dapat dikelompokkan menjadi

empat bagian yaitu:

a. Gejala fisik adalah gejala stres yang berkaitan dengan kondisi dan

fungsi tubuh manusia, seperti sakit kepala, gangguan tidur, banyak

melakukan kekeliruan dalam kerja.


b. Gejala emosional adalah gejala stres yang berkaitan dengan keadaan

mental dan emosional seperti kecemasan atau stres, kesedihan, perasaan

suasana hati yang berubah, gugup dan mudah tersinggung.

c. Gejala intelektual adalah gejala yang berkaitan dengan cara berpikir

seseorang, seperti susah berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan,

mudah lupa, pikiran terganggu, dan daya ingat menurun.

d. Gejala interpersonal adalah gejala stres yang mempengaruhi hubungan

subjek dengan orang lain di rumah dan di luar, seperti kehilangan

kepercayaan pada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, dan

sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa aspek stres

yaitu : aspek fisik dan aspek psikologis.

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stres

Menurut Priyoto (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi stres adalah

sebagai berikut:

a. Stresor Fisik

Stresor fisik seperti suhu, suara bising, polusi udara, keracunan, dan

obat-obatan.

b. Stresor Sosial

1) Stresor sosial, ekonomi, dan politik, seperti tidak ada pekerjaan, pajak

yang tinggi, dan kejahatan.


2) Keluarga, seperti peran gender, iri, kecemburuan, kematian anggota

keluarga, masalah keuangan, dan sebagainya.

3) Jabatan dan karir, seperti hubungan yang merugikan dengan atasan atau

sejawat, pelatihan, aturan kerja.

4) Hubungan interpersonal dan lingkungan, seperti harapan sosial yang

terlalu tinggi, hubungan sosial yang buruk, dan sebagainya.

c. Stresor Psikologis

1) Frustasi adalah ketidaktercapaian keinginan atau tujuan karena adanya

hambatan.

2) Ketidakpastian ketika seseorang sering merasa tidak aman akan masa

depan dan pekerjaannya. Ini termasuk perasaan bingung, rasa bersalah,

merasa tertekan, dan cemas dan rendah diri.

Menurut Lukaningsih dan Bandaniyah (2011), faktor yang menyebabkan

stress adalah sebagai berikut :

a. Kondisi Biologis

Adanya penyakit infeksi / menular, trauma fisik, malnutrisi, kelelahan fisik,

serta gangguan fungsi biologis yang berkelanjutan.

b. Kondisi Psikologis

1) Berbagai konflik dan frustasi yang berhubungan dengan kehidupan

sehari-hari.
2) Berbagai kondisi yang menyebabkan harga diri rendah, seperti

kegagalan mencapai sesuatu yang sangat diinginkan.

Berdasarkan dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan faktor yang

mempengaruhi stres yaitu stresor fisik, stresor sosial, dan stresor psikologis.

2.2. Mindfulness

2.2.1 Pengertian Mindfulness

Bishop, dkk (2004) mengemukakan bahwa mindfulness adalah proses

yang lebih memperhatikan seberapa sadar untuk merasakan pengalaman disini dan

saat ini dan menerima pengalaman secara terbuka, penuh perhatian, dan

sebagaimana adanya. Praktik Mindfulness dikembangkan oleh Kabat-zinn pada

tahun 1990 yang berakar pada filosofi Buddha. Mindfulness adalah keterampilan

yang dapat membantu seseorang menjadi sadar akan pengalaman saat ini dan

mampu menerima dan tanpa menghakimi terhadap pengalaman sehari-hari.

Ketika keadaan mindful tercapai, perhatian tidak diarahkan ke masa lalu atau masa

depan, dan individu tidak akan memberikan penilaian apa yang sedang terjadi saat

ini, sehingga individu dapat melihat situasi dengan jelas dan dengan perspektif

baru untuk melihat masalah dan alternatif pemecahan masalah.

Mindfulness merupakan kesadaran seseorang akan pengalaman dari waktu

ke waktu secara jelas dan seimbang. Ini berarti terbuka terhadap realitas saat ini,

membiarkan semua pikiran, perasaan, dan emosi masuk ke dalam pikiran tanpa

penghindaran (Neff & Germer, 2018). Dengan demikian, mindfulness yaitu


bersama dengan diri sendiri apa adanya, terlepas dari keinginan untuk menjadi

sebaliknya (Marotta, 2013).

Menurut Wood (2013), mindfulness adalah proses psikologis serta proses

meditatif yang dapat meningkatkan pemahaman serta kesadaran terhadap proses

kognitif, emosi, dan pengalaman somatik dengan meningkatkan keterampilan dan

penerimaan yang tidak menghakimi. Menurut Erford (2016), mindfulness adalah

peningkatan kesadaran melalui perhatian yang terus-menerus dan terfokus pada

saat ini dan tanpa penilaian.

Berdasarkan dari uraian diatas, mindfulness merupakan suatu proses

psikologis yang membawa peningkatan perhatian terhadap kualitas kesadaran

pada pengalaman saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan non-

judmental dan penerimaan terhadap pengalaman yang dialami sehari-hari.

2.2.2 Aspek Mindfulness

Menurut Langer (2016), mindfulness memiliki empat aspek, yaitu:

(1) Memandang suatu situasi dari beberapa perspektif.

(2) Melihat informasi yang diberikan dalam situasi tersebut sebagai hal baru.

(3) Memperhatikan konteks dimana individu menerima informasi.

(4) Membuat kategori baru dimana informasi ini dapat dipahami.

Aspek-aspek mindfulness terbagi menjadi 5 antara lain:


(1) Mengamati (observing), yaitu bagaimana seseorang mempersepsi atau

memperhatikan hal-hal internal dan eksternal seperti suara, bau, pikiran dan emosi

yang terjadi pada dirinya.

(2) Menjelaskan (describing), yaitu kemampuan menggunakan kata-kata untuk

menjelaskan apa yang dirasakan.

(3) Bertindak dengan kesadaran (acting with awareness), yaitu seberapa sadar

seseorang saat melakukan suatu aktivitas.

(4) Tidak menghakimi apa yang dirasakan (nonjudging to inner experience), yaitu

merasakan sesuatu tanpa mengevaluasi atau menilai perasaan dan pikiran serta

membiarkan diri untuk mengalaminya.

(5) Tidak menanggapi apa yang dirasakan (nonreacting to inner experience) yaitu

merasakan perasaan dan pikiran tanpa lebih jauh mengikuti atau bereaksi

terhadapnya (Baer et al, 2008).

Karakteristik orang yang mindfulness adalah :

(1) Kemampuan untuk melihat suatu objek dari berbagai sudut pandang

(2) Sadar mengenai pikiran dan perasaan yang sedang terjadi

(3) Mengobservasi pikiran yang datang dan pergi tanpa menghakimi diri sendiri

(Carson & Langer, 2006).


Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek

mindfulness, yaitu: observasi, deskripsi, bertindak dengan kesadaran, tidak

menghakimi apa yang dirasakan, dan tidak menanggapi apa yang dirasakan.

2.2.3 Faktor Pembentuk Mindfulness

Pada keadaan mindfulness ini, seseorang mengamati peristiwa tanpa

terlalu banyak mengidentifikasi sehingga mereka dapat bertindak secara refleksif.

Di sisi lain, kecenderungan seseorang untuk menjadi mindful, secara proses sosial,

kognitif dan perkembangan, dibentuk oleh pandangan, skema kognitif mereka

terhadap dunia yang aman (Caldwell & Shaver, 2013). Pandangan tersebut

merupakan kelekatan yang terjadi saat pertama kali bayi melakukan interaksi

dengan orang lain. Hal itu membuat mereka mampu menyadari dan terbuka

terhadap pengalaman tanpa rasa khawatir, sehingga memiliki rasa dan sikap untuk

mindful (Caldwell & Shaver, 2013).

Di sisi lain, seseorang yang memiliki kelekatan tidak aman, maka dia

cenderung untuk mengembangkan mekanisme untuk melindungi dirinya sendiri.

Hal ini menunjukkan adanya kekurangan kontrol terhadap atensi, kesadaran diri

maupun rendahnya mindfulness mereka (Caldwell & Shaver, 2013). Hal ini

dikarenakan seseorang yang memiliki kelekatan yang tidak aman, cenderung bias

dalam menghadapi pengalaman karena rasa takut (Caldwell & Shaver, 2013).

Oleh karena itu, kecenderungan untuk menjadi mindfulness ini muncul disebabkan

oleh skema kognitif individu yang aman yang muncul dari interaksi keterikatan

mereka denga diri mereka sendiri dan orang lain.


2.3 Hubungan antara Mindfulness dengan Stres

Mindfulness merupakan keterampilan yang membantu individu agar

memiliki kesadaran penuh pada pengalaman saat ini secara disengaja dan tanpa

penilaian agar mampu merespon dengan penerimaan terhadap pengalaman yang

dialami sehari- hari. Mindfulness melibatkan persepsi yang jelas dan seimbang

dari waktu ke waktu. Artinya, terbuka terhadap realitas saat ini, membiarkan

semua pikiran, emosi, dan sensasi memasuki kesadaran tanpa perlawanan (Neff &

Germer, 2018). Konsep mindfulness berlaku dalam konteks yang sangat luas

dalam segala aspek kehidupan. Mindfulness juga merupakan salah satu bentuk

dalam mengatasi stres.

Stres merupakan keadaan seseorang merasa tidak cocok dengan situasi

secara fisik maupun psikologi dan sumbernya berasal dari biologi serta sistem

sosial (Sarafino & Timothy, 2012). Menurut Nusran (2019) definisi stres adalah

suatu keadaan yang bersifat internal karena oleh tuntutan fisik (tubuh),

lingkungan, dan sosial yang berpotensi merugikan dan tidak terkendali. Stres

yang tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak negatif bagi individu,

termasuk pada mahasiswa.

Mahasiswa sering sekali mengalami stres ketika sedang menyusun tugas

akhir dan hal ini berdampak pada kondisi kesehatan mentalnya. Stres yang

dialami oleh mahasiswa tingkat akhir biasanya disebabkan oleh banyaknya

tuntutan, baik eksternal maupun internal. Dampak yang dihasilkan dari stres

tersebut pun beragam mulai dari hal yang ringan, seperti sakit kepala dan tidak
nafsu makan, hingga hal yang paling fatal, yaitu bunuh diri. Mahasiswa tingkat

akhir merupakan kalangan yang rentan terhadap gangguan kesehatan mental,

seperti stres, depresi, dan frustrasi. Dengan melihat ada pengaruh negatif dari

stres, khususnya pada mahasiswa,dibutuhkan cara untuk mengatasi stres (coping

stres), salah satunya yaitu Mindfulness.

Hidayat dan Fourianalistyawati (2017) melakukan penelitian tentang

mindfulness dan didapatkan hasil bahwa mindfulness memiliki hubungan yang

signifikan terhadap stres pada mahasiswa tahun pertama. Pada penelitian ini,

mindfulness dapat menurunkan stres yang dialami mahasiswa khususnya dibidang

stressor akademis. Namun, peneliti belum menemukan hasil penelitian yang

meneliti tentang hubungan mindfulness terhadap stres pada mahasiswa tingkat

akhir.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

mindfulness memiliki keterkaitan dengan stres. Penjelasan mengenai bagaimana

mindfulness dapat menurunkan tingkat stres dapat dilihat dari pernyataan Hidayat

dan Fourianalistyawati (2017) bahwa didapatkan hasil mindfulness dapat

menurunkan stres yang dialami oleh mahasiswa khususnya dibidang stressor

akademis.

Berdasarkan pemahaman konseptual yang telah diuraikan terdahulu maka

dapat digambarkan alur kerangka berpikir adalah sebagai berikut :


Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Mindfulness memiliki aspek-aspek :

1. Observasi
2. Deskripsi
3. Bertindak dengan kesadaran
4. Tidak menghakimi apa yang dirasakan
5. Tidak menanggapi apa yang dirasakan

Tinggi Rendah

Tingkat stress Tingkat stres


rendah tinggi

Hubungan Mindfulness dengan Stres Mahasiswa Tingkat Akhir

Keterangan :

: Apabila

: Menghasilkan

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah adanya

hubungan antara mindfulness terhadap stres mahasiswa tingkat akhir. Arah

hubungan dalam penelitian ini adalah negatif, yaitu semakin tinggi mindfulness

seseorang maka akan semakin rendah tingkat stres pada mahasiswa dan
sebaliknya semakin rendah mindfulness seseorang maka akan semakin tinggi pula

tingkat stres yang diperoleh oleh mahasiswa.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel yaitu sesuatu yang menjadi objek penelitian. Sering juga

dikatakan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, sehingga didapatkannya informasi

tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Maka

variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel independen (X) adalah Mindfulness

2. Variabel dependen (Y) adalah Stres

3.2 Definisi Operasional

3.2.1 Mindfulness

Mindfulness adalah suatu proses psikologis pada mahasiswa yang

dapat meningkatan perhatian terhadap kualitas kesadaran saat ini suatu proses

psikologis yang membawa peningkatan perhatian terhadap kualitas kesadaran

pada pengalaman saat ini dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan non-

judmental dan penerimaan. Mindfulness dalam penelitian ini akan diukur dengan

menggunakan skala mindfulness yang diukur berdasarkan aspek dari Baer. et, al.,

(2008), yang terdiri dari lima aspek, yaitu : mengamati (observing), menjelaskan

(describing), bertindak dengan kesadaran (acting with awareness), tidak


menghakimi apa yang dirasakan (nonjudging to inner experience),dan Tidak

menanggapi apa yang dirasakan (nonreacting to inner experience).

Semakin tinggi skor yang diperoleh maka tingkat mindfulness pada subjek

tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka tingkat

mindfulness rendah.

3.2.2 Stres

Stres merupakan terganggunya keadaan mahasiswa baik secara fisik atau

psikisnya karena ketidaksesuaian antara tuntutan yang diterimanya dengan

kemampuan individu untuk mengatasinya. Stres dalam penelitian ini akan diukur

melalui aspek stres menurut Sarafino dan Smith (2012). Aspek-aspek yang diukur

yaitu Aspek Fisik dan Aspek Psikologis.

Skor total dari stres merupakan semakin tinggi skor yang diperoleh maka

tingkat stres pada subjek mahasiswa tinggi dan sebaliknya semakin rendah skor

yang diperoleh makan tingkat stres pada subjek mahasiswa rendah.

3.3 Subjek Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan sekelompok subjek yang memiliki jumlah dan juga

ciri yang memenuhi karakteristik penelitian (Sugiono, 2016). Sehingga, populasi

yaitu keseluruhan karakteristik yang menjadi objek penelitian.

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari mahasiswa tingkat akhir di kota

Pekanbaru. Populasi yang digunakan adalah populasi mahasiswa Universitas

Abdurrab yang berjumlah 1483 individu.


3.3.2 Sampel Penelitian

Sugiyono (2016) menyatakan bahwa sampel merupakan bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel yang dipilih

berdasarkan pendapat Crocker dan Algina (2008) yang menyatakan bahwa demi

kestabilan minimal diperlukan jumlah sampel 200 responden. Berdasarkan

pendapat tersebut, maka sampel dalam penelitian ini sebanyak 200 subjek

mahasiswa.

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah

sampling kuota, teknik untuk menentukan sampel dan populasi yang mempunyai

ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2018).

3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun dalam penelitian ini, nantinya akan mengutamakan metode

kuantitatif, metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada populasi dan

sampel tertentu (Sugiyono, 2017). Penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu

skala mindfulness dan skala stres. Jenis skala yang digunakan adalah skala likert

yang mempunyai 5 alternatif jawaban, yaitu 1 = ‘sangat tidak setuju’, 2 = ‘tidak

setuju’, 3 = ‘netral’, 4 = ‘setuju’, 5 = ‘sangat setuju’.

3.4.1 Skala Mindfulness

Alat ukur pada penelitian ini menggunakan skala Mindfulness yang diukur

dengan mengacu pada model skala likert yang ukur berdasarkan aspek-aspek

mindfulness dari Baer et.al (2006) yang terdiri dari lima aspek, yaitu : observasi
(observing), deskripsi (describing), bertindak dengan kesadaran (acting with

awareness), tidak menghakimi dengan apa yang dirasakan (nonjudging to inner

experience), tidak menanggapi apa yang dirasakan (nonreacting to inner

experience).

3.1 Blueprint Skala Mindfulness Try Out

No. Aspek Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Observasi (observing) 1,3,4,7,9,12 - 12

14, 17, 19,

22, 24, 31

2. Deskripsi (describing) 5, 8, 11, 15, 33 7

20, 32

3. Bertindak dengan kesadaran 16, 13, 21 6, 27, 28, 34 7

(acting with awareness)

4. Tidak menghakimi tentang apa 10, 23 18, 25, 29 5

yang dirasakan (nonjudging to

inner experience)

5. Tidak menanggapi apa yang 2, 26, 30 3

dirasakan (non reacting to inner

experience)

Total 26 8 34

3.4.2 Skala Stres


Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala stres. Diukur

berdasarkan aspek-aspek stres dari Sarafino dan Smith (2012), yaitu: aspek fisik

dan aspek psikologis. Skala ini dibuat dengan mengacu pada model skala Likert.

Model skala stres yang digunakan dalam penelitian adalah skala Likert yang

mempunyai lima kategori jawaban, yaitu: “1: sangat tidak setuju”, “2: tidak

setuju”, “3: netral”, “4: setuju”, dan “5: sangat setuju”. Skala stres memuat

pernyataan yang bersifat favorable dan unfavorable untuk skor favorable yaitu “1:

sangat tidak setuju”, “2: tidak setuju”, “3: netral”, “4: setuju”, dan “5: sangat

setuju” sedangkan untuk skor unfavorable “5: sangat tidak setuju “4: tidak

setuju”, “3: netral”, “4: setuju”, dan “5: sangat setuju”.

3.2 Blueprint Skala Stres Try Out

No Aspek Aitem Jumlah

Favorable Unfavorable

1. Aspek Fisik 1,2,3,4,5,6,7,9,10,11,15,16 8,12,13,14 16

2. Aspek 17,18,19,20,21,22,23,24,25,26,27, 28,29,30 14

Psikologis

Total Aitem 23 7 30

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas Alat Ukur

Validitas alat ukur merupakan tes yang mengukur seberapa akurat

karakteristik yang diukur (Azwar, 2018). Uji validitas berfungsi sebagai tujuan
dan pendekatan validasi. Uji validitas yang digunakan yaitu validitas isi. Validitas

isi yakni tes untuk menguji sejauhmana kesesuaian aitem dengan indikator dari

atribut yang diuji. Kecocokan suatu aitem dapat dilakukan dari hasil penilaian

(judgement) (Azwar, 2018). Penelitian ini menggunakan Professional judgement

oleh Nurul Aiyuda, M.A dan Itto Nesyia Nasution, M.Psi, Psikolog serta tutor

untuk melakukan validitas isi.

3.5.2 Daya Diskriminasi Aitem

Daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu

membedakan antar individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak

memiliki atribusi yang di ukur. Apabila aitem memiliki indeks daya diskriminasi

sama dengan atau lebih besa dari 0,30 dianggap memuaskan. Aitem di bawah 0,30

memiliki daya diskriminasi rendah. Namun demikian apabila jumlah aitem yang

lolos tidak mencukupi jumlah yang diinginkan dapat tercapai. Pada penelitian ini,

peneliti menggunakan daya indeks diskriminasi 0,30 dengan demikian aiem

dinyatakan valid apabila berada pada nilai ≥ 0,30 dan dinyatakan gugur apabila ˂

0,30 (Sugiyono, 2017).

Berdasarkan uji coba skala yang dilakukan pada tanggal 2 Januari – 15

Januari pada 53 mahasiswa di Pekanbaru dengan pengambilan data melalui

google form. Skala yang diukur yaitu skala mindfulness dan skala stres.

3.5.3 Reliabilitas Alat Ukur

Reliabilitas adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang dapat

dipercaya, sehingga membawa data agar lebih reliable. Reliabilitas alat ukur

dalam penelitian ini dilihat dengan menggunakan analisis teknik alpha chronbach.
Reliabilitas mempunyai koefisien rentang angka dari 0 sampai 1,00. Semakin

tinggi koefisien reliabilitas mendekati 1,00 berarti pengukuran itu semakin

reliable. Setelah dilakukan try out pada skala mindfulness dihasilkan reliabilitas

alpha chronbach = 0,9 dan skala stres dengan reliabilitas alpha chronbach = 0,7

sebelum dilakukan try out pada sampel. Setelah dilakukan try out skala stres

didapatkan realibilitas alpha chronbach = 0,82.

3.6 Metode Analisis Data

3.6.1 Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, perlu dilakukan uji asumsi yakni uji

normalitas dan uji linieritas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji prasyarat sebelum dilakukan analisis data

yang sesungguhnya. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Teknik yang digunakan yaitu teknik Skewness-

Kurtosis. Hal ini dilihat dengan melihat perbandingan skewness-kurtosis dengan

statistiknya. Data yang berdistribusi normal adalah data yang memiliki angka

perbandingan kurtosis dan skewness antara jangkauan -2 sama +2.

2. Uji Linieritas

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui uji linearitas skor variabel-

variabel penelitian dengan memperhatikan klasifikasi atau kesamaan varian.

Teknik yang digunakan yaitu teknik regresi linear. Linearitas bahwa hubungan

antar variabel yang akan dianalisis mengikuti garis lurus (Sugiyono, 2017). Uji

linearitas umumnya melihat signifikansi p < 0,05 maka ada hubungan linier.
Tetapi jika p > 0,05 maka hubungan tidak linear. Ini dilakukan dengan

menggunakan test for linearity dengan taraf signifikansi 0,05.

3.6.2 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hubungan antara

variabel bebas dengan terikat serta seberapa besar dan apa korelasi atau

hubungannya. Hubungan antara mindfulness dengan stres dapat diidentifikasi

dengan cara melakukan uji hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan adalah

Pearson Product Moment.


DAFTAR PUSTAKA

Amutio, A., & Smith, J. C. (2007). The factor structure of situational c and
dispositional versions of the Smith Irrational Beliefs Inventory in a Spanish
student population. International Journal of Stress Management, 14(3), 321–328.
http://dx.doi.org/10.1037/1072-5245.14.3.321

Armajayanthi, E., Victoriana, E., & Ayu, K. L. (2017). Studi Deskriptif mengenai
Coping Stress pada Ibu yang Memiliki Anak dengan Autism Sebuah Penelitian di
Sekolah “X” Bandung. Humanitas (Jurnal Psikologi), 1(1).

Baer, Ruth A. et al. (2008). Construct Validity of the Five Facet Mindfulness
Questionaire in meditating and Non Meditating Samples. Assesment, volume 15,
No.3, September 2008 329-342. DOI:10.1177/1073191107313003.

Caldwell, J. G., & Shaver, P. R. (2013). Mediators of the Link Between Adult
Attachment and Mindfulness. Interpersona: An International Journal on Personal
Relationships, 7(2), 299–310.

Carson, S. H., & Langer, E. (2006). Mindfulness and Self-Acceptance. Journal of


Rational-Emotive & Cognitive-Behavior Therapy , Vol.24, No. 1.

Erford, B., (2016). 40 Teknik Yang Harus Dikuasai Konselor. Edisi Ke Dua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hidayat, O., & Fourianalistyawati, E. (2017). Peranan mindfulness terhadap stres


akademis pada mahasiswa tahun pertama. Jurnal Psikogenesis, 5(1).
Lazarus, R.S. dan Folkman, S. (1984) . Stress, Appraisal, and Coping. New York:
Springer Publishing Company

Luken, M., & Sammons, A. (2016). Systematic review of mindfulness practice for
reducing job burnout. American Journal of Occupational Therapy, 70(2),
7002250020p1-7002250020p10.

Mashudi, Farid. (2012). Psikologi Konseling. Jogjakarta: Diva press

Mashudi, Farid. (2014). Pedoman Lengkap Evaluasi & Supervisi Bimbingan


Konseling. Yogyakarta: Diva Press.

Marotta, J. (2013). 50 Mindful Steps to Self-Esteem: Everyday Practice for


Culvating Self-Acceptance and Self-Compassion. Oakland: New Harbinger
Publications

Neff, Kristin and Germer, Christopher. (2018). The Mindful Self-Compassion


Workbook A Proven Way To Accept Yourself, Build Inner Strength, And Thrive.
New York: The Guilford Press

Safaria, Triantoro & Saputra, Eka, Nofrans. (2012). Manajemen Emosi, Sebuah
Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Sarina N.Y. (2012). Hubungan Antara Stres Akademis dan Psychological

Well Being pada Mahasiswa Tahun Pertama Universitas Indonesia. Skripsi

Fakultas Psikologi. Universitas Indonesia.

Sulastoyo, P., & Lailatushifah, S. N. (2012). Mindfulness dan depresi pada


remaja. Unpublished Thesis). Fakultas Psikologi. Universitas Mercu Buana,
Yogyakarta.

Wicaksono, R. A., Hidayat, R. R., & Makhmudah, U. (2021). Studi Kepustakaan


Penerapan Teori Mindfulness untuk Mereduksi Stres Akademik. Jurnal
Psikoedukasi dan Konseling, 5(2), 89-99.

Anda mungkin juga menyukai