NIM: 205110002
Judul: Pengaruh Pemberian Pelatihan Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres
Akademik pada Biawarati Di Yogyakarta.
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Biarawati merupakan sebutan untuk perempuan yang memilih hidup membiara dan
mengikrarkan tiga kaul, yaitu kaul kemurnian, ketaatan, dan kemiskinan. Perempuan
yang memilih menjadi biarawati akan dihadapkan pada konsekuensi yang harus
ditanggung seumur hidup yaitu tidak menikah. Menurut Prasetya (dalam Sari &
Setyawan, 2017), orang yang telah memilih hidup bakti akan bertanggung jawab dan
dengan sadar, serta pada umumnya rela menghayati konsekuensi dan risiko atas pilihan
dalam hidup mereka, yaitu dengan berdoa, kaul, pakaian, tata tertib, dan gaya hidup.
Pada dasarnya, para biarawati akan hidup berkomunitas yang akan mengharuskan adanya
interaksi dan relasi antara orang-orang dalam satu biara yang sama, secara khusus
sesama biarawati. Dalam hidup berkomunitas ini, para biarawati dituntut agar dapat
menyesuaikan diri, baik dengan lingkungan baru maupun dengan sesama biarawati.
Setiap biarawati diharapkan dapat memiliki pemikiran positif terhadap dirinya sendiri,
Apabila mendengar kata ‘biarawati’, sebagian besar orang akan mengatakan orang
yang fokus pada kehidupan rohani. Padahal tidak sedikit biarawati yang juga melakukan
pekerjaan di luar biara. Ada banyak profesi yang digeluti para biarawati yang dapat
dikatakan sebagai profesi kedua mereka. Salah satunya adalah para biarawati yang
kehidupan di biara dan di universitas bukan hal yang mudah melihat bahwa kedua hal
Gregoire (dalam Suwartika et al, 2014) menyatakan bahwa stress akademik adalah jenis
stress paling umum yang dialami oleh mahasiswa sebagai sebuah kondisi individu yang
mendapatkan tekanan atas hasil penilaian dan persepsi mengenai stressor akademik dan
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab dan sumber dari stress akademik. Davidson
(dalam Suwartika et al, 2014) berpendapat bahwa beberapa sumber stress akademik
berasal dari situasi monoton, tugas yang terlalu banyak, deadline tugas, tidak dihargai,
Sementara itu, Womble (dalam Suwartika et al, 2014), mengatakan bahwa sumber stress
akademik antara lain aktivitas sosial, masalah finansial, gangguan tidur, dan manajemen
waktu. Beberapa permasalahan diluar dunia perkuliahan pun dapat mempengaruhi mood
dan konsentrasi para biarawati yang berdampak pada prestasi akademik mereka.
Biarawati yang memiliki pekerjaan lain diluar perkuliahan dapat memberikan tekanan
yang dapat membuat lelah sehingga berdampak pada kegiatan perkuliahannya. Para
biarawati harus memiliki managemen waktu yang baik antara perkuliahan dan pekerjaan
agar kedua hal tersebut dapat berjalan dengan lancar. Menurut Sari (dalam Mas, 2019),
stres akademik mahasiswa karena beban tugas sebesar 46,9%; karena skripsi sebesar
45,3% (Hapsari dalam Mas, 2019); dan karena lingkungan mencapai 64,1% (Arta dalam
Mas, 2019).
Stress akademik yang berkepanjangan dan tidak dapat dikendalikan akan
mempengaruhi perasaan, pikiran, dan tingkah laku. Seseorang yang mengalami stress
akademik akan merasakan beban yang memicunya melakukan tindakan negatif serta
kesehatan akibat keadaan yang penuh tekanan dari bidang akademik. Akan tetapi, jika
seseorang mampu mengelola stress akademik yang dirasakannya dengan tepat, maka
orang tersebut akan tetap sehat. Menurut Angolla dan Angori (dalam Suwartika et al,
2014), stress akademik dapat memberikan dampat negatif maupun positif berdasarkan
cara seseorang mengelola stress akademik itu. Tetapi dalam banyak kasus, sebagian
besar orang mengalami masa sulit akibat stress akademika. Orang yang mengalami stress
sehingga memberikan tekanan yang membebani orang tersebut. Sebagian besar orang
sumber stress. Wicaksana (dalam Virgonita & Linayaningsih, 2016) menyatakan bahwa
stress akademik yang berkelanjutan dapat menjadi gangguan perilaku dan mental. Tetapi
bukan berarti bahwa semua orang yang mengalami stress berlanjutakan akan mengalami
gangguan mental atau perilaku, karena hal tersebut tergantung pada status mental serta
kepribadian seseorang.
muncul yang kemudian memperparah stress itu. Stallard (dalam Virgonita &
Linayaningsih, 2016), menyatakan bahwa pola pikir negatif terhadap diri sendiri,
masalah yang sedang dihadapi, dan lingkungan menjadi sebuah ancaman bagi
keberlangsungan hidup sehingga harus diantisipasi. Dalam satu waktu, akal manusia
tidak dapat berkonsentrasi pada banyak informasi, sehingga ketika seseorang berpikir
informasi positif. Sesuatu yang dipikirkan akan mempengaruhi tingkah laku dan suasana
hati seseorang, sehingga saat berpikiran negatif, orang cenderung bertingkah buruk
dengan suasana hati yang tidak bagus. Pemikiran-pemikiran negatif sebelumnya pun
akan memperkuat dan mendukung suasana hati tersebut. Menurut Elfiky (dalam
Virgonita & Linayaningsih, 2016), perasaan takut, sedih, frustasi, gelisah, dan cemas
biarawati, dibutuhkan intervensi yang mampu meminimalisir pikiran negatif. Salah satu
alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan melawan sumber stress dan pikiran negatif
itu dengan memberikan pelatihan berpikir positif. Menurut Chatton (dikutip dalam
Khoiryasdien, 2020) berpikir positif merupakan cara pandang dalam melihat sebuah
peristiwa dari sisi positif sehingga hal tersebut akan mengarah pada tindakan positif.
Sementara itu, Machmudati & Diana (dikutip dalam Khoiryasdien, 2020) menyatakan
bahwa berpikir positif adalah sikap mental dengan melibatkan dan memasukkan kata,
gambaran, dan pikiran yang dapat membangun perkembangan pikiran. Dari kedua
perkembangan berpikir yang memungkinkan seseorang dapat melihat hal positif dalam
Dalam penelitiannya, Limbert (dalam Kholidah & Alsa, 2012) menyatakan bahwa
berpikir positif berperan dalam membuat seseorang mampu menerima keadaan yang
sedang dialami secara positif. Sementara itu, Rufaidah (dalam Khoiryasdien, 2020)
berpendapat bahwa berpikir positif mampu memberikan harapan positif, optimis, berbaik
sangka, dan mengambil hikmah dan pelajaran hidup dari setiap peristiwa yang dialami.
Individu yang mampu berpikir positif akan segera menyelesaikan permasalahan dan
menjadi hal yang positif serta dapat menjadi sebuah strategi dalam mengatasi stress.
sehingga dalam segala peristiwa seseorang dalam melihat dari sisi positif atau mencari
Akademik. Diharapkan dengan mengikuti pelatihan berpikir positif tersebut, para suster
yang sedang menjalani kuliah dapat menurunkan stress akademik yang dialami. Hasil
penelitian Kholidah dan Alsa (2012) menunjukkan pelatihan berpikir positif efektik
untuk menurunkan stress akademik. Penelitian yang sama dilakukan oleh Mas (2019)
berpikir positif mampu menurunkan kecemasan karena adanya perubahan pola pikir dan
emosi yang timbul. Dijelaskan bahwa seluruh perasaan (emosi) dan perilaku seseorang
dibentuk oleh pikiran (kognitif) sehingga pelatihan berpikir positif menjadi intervensi
yang tepat. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti merumuskan permasalahan dalam
penelitian ini yakni apakah terdapat pengaruh pemberian pelatihan berpikir positif
2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan positif dalam
3. Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
terkait kemampuan mengelola stress akademik dan pelatihan berpikir positif untuk
menurunkan stress akademik yang dihadapi oleh mahasiwa dan biarawati pada
khususnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait stress akademik dan
Tinjauan Pustaka
banyak tekanan (fisik ataupun emosional) dan tuntutan dari aspek akademik yang
membuat orang tersebut merasa cemas, khawatir, dan tegang (Yusuf & Yusuf, 2017;
Mulya & Indrawati, 2016). Sumber stress akademik yang dialami oleh biarawati
yang juga mahasiswa, yaitu managemen waktu, standar penilaian, tuntutan dan
deadline tugas, jadwal kegiatan di biara dan kegiatan perkuliahan yang padat, dan
kelelahan.
1) Kepribadian Hardiness
seseorang menjadi lebih tahan dan stabil dalam menghadapi stress. Namun,
menurut penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Sawitri (dalam Yusuf dan
besar kemungkinan akan mengalami stress akademik. Oleh karena itu, semakin
2) Motivasi Berprestasi
yang dapat mempengaruhi prestasi. Pada umumnya, dorongan ini bersifat positif,
sehat, dan dorongan untuk sukses. Motivasi berprestasi yang dimiliki mahasiswa
termasuk golongan individu yang memiliki self healing yang dapat menekan
berprestasi maka semakin rendah stress akademik, begitu pula sebaliknya apabila
3) Self-efficacy
kemampuan dirinya sendiri dalam melakukan sesuatu. Yusuf & Yusuf (2020)
stress akademik yang dialaminya akan rendah. Self-efficacy menjadi salah satu
pada kemampuan dirinya dapat mencegah pikiran negatif muncul, sehingga stress
akademik yang dialaminya pun lebih rendah dibandingkan individu yang tidak
4) Optimisme
Optimisme adalah keyakinan terhadap sesuatu atau peristiwa yang terjadi yang
dapat diatasi dengan baik. Optimisme juga daoat didefenisikan sebagai melihat
segala sesuatu dengan baik. Mathur dan Sharma (2015), dalam penelitiannya
dengan lebih positif. Optimisme mampu menekan pikiran negatif yang dapat
tinggi akan mengalami stress akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Azmy et al. (2017), mengindikasikan
1) Reaksi Fisik
Pada umumnya, reaksi fisik yang timbul saat seseorang mengalami stress
akademik, antara lain sakit kepala, tidak dapat beristirahat secara maksimal,
2) Reaksi Perilaku
prioritas.
4) Reaksi Emosi
orang tersebut akan berubah-ubah dengan cepat. Beberapa reaksi emosi yang
dialami, yaitu cemas, merasa diabaikan, tidak merasa puas, dan mudah
tersinggung.
perilaku asertif yang dapat dilakukan secara bertahap dan berfokus pada pemikiran
positif agar seseorang selalu dalam keadaan dan pikiran yang positif (Ertyastuti et al.,
2012). Pelatihan berpikir positif dilakukan agar seseorang mampu mengenali pola
pikir, lalu memahaminya, mengubah, dan menggunakan pola pikir baru. Pelatihan ini
diharapkan dapat membuat seseorang mengubah pola pikir negatif menjadi pikiran
Dalam penelitian Caprara & Steca (dalam Kholidah & Alsa, 2012), ada beberapa
1) Optimisme
2) Harga diri
3) Kepuasaan hidup
3. Pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen
Stress akademik yang berasal dari tekanan dan tuntutan aspek akademik membuat
biarawati melihat segala sesuatu menjadi negatif. Oleh karena dibutuhkan pelatihan
berpikir positif yang dapat membantu para biarawati untuk mengubah persepsi negatif
menjadi pikiran positif. Dalam penelitiannya, Kholidah dan Alsa (2012) menunjukkan
bahwa pelatihan berpikir positif efektif dalam menurunkan tingkat stress pada
mahasiswa. Sementara itu, Yanuarti (dalam Kholidah dan Alsa, 2012) juga menyatakan
Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa dengan dilakukannya pelatihan berpikir
psoitif mampu memberikan pengaruh yang baik dengan menurunkan stress akademik
yang dialami oleh para biarawati. Dengan berpikir positif, seseorang akan menjadi lebih
dapat menerima situasi dan kondisi yang dialaminya serta melihat peristiwa dengan sisi
positif.
4. Landasan Teoritis
5. Hipotesis
H0: Tidak ada pengaruh pelatihan berpikir positif dalam menurunkan stress akademik
para biarawati.
H1: Ada pengaruh pelatihan berpikir positif dalam menurunkan stress akademik para
biarawati.
BAB III
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang digunakan, yaitu stress akademik sebagai
Stress akademik adalah kondisi individu yang mendapatkan banyak tuntutan dari aspek
akademik dan membuat individu tersebut merasa tertekan baik secara fisik maupun
mental.
Dalam penelitian ini akan menggunakan skala untuk mengetahui tingkat stress biarawati.
Jenis skala yang digunakan adalah Scale for Assessing Academic Stress (SAAS). SAAS
terdiri dari beberapa reaksi, yaitu reaksi kognitif, reaksi afektif, reaksi fisik, reaksi
untuk memahami dan mengolah cara berpikir sehingga seseorang tersebut dapat melihat
Albrecht (dalam Anggraini et al., 2017) menyatakan bahwa ada dua aspek dalam berpikir
positif, yaitu perhatian positif dan ungkapan positif. Perhatian positif merupakan
kemampuan seseorang dalam mengolah dan membentuk hal negatif dalam dirinya menjadi
hal yang positif, contohnya rasa takut karena gagal diubah menjadi motivasi dan pelajaran.
Ungkapan positif adalah harapan yang bersifat positif terkait diri seseorang. Ada beberapa
jenis ungkapan positif, yaitu pernyataan yang tidak menilai, harapan yang positif,
Pelatihan berpikir positif pada penelitian ini akan dirancang dan dilaksakan dengan
menggunakan aspek yang terdiri dari empat jenis ungkapan positif (positive verbalization)
oleh Albrecht.
2. Subjek Penelitian
Populasi penelitian ini adalah para biarawati Ordo Pewarta (OP). Sampel mencakup para
3. Desain Penelitian
Pada penelitian ini akan dilakukan manipulasi variabel independen berupa memberikan
pelatihan berpikir positif kepada subjek penelitian. Subjek penelitian merupakan para
biarawati yang mengalami stress akademik dan dengan diberikannya pelatihan berpikir
positif diharapkan dapat menurunkan menurunkan atau mengurangi stress akademik
mereka. Dengan berpikir positif, para subjek penelitian dapat belajar untuk melihat
tuntutan ataupun permasalahan yang dialami dari sisi positifnya, sehingga tuntutan
akademik yang menjadi sumber stress akademik tidak lagi dipandang negatif.
Stress akademik pada subjek penelitian akan dikumpulkan menggunakan skala. Skala
yang digunakan adalah Scale for Assessing Academic Stress (SAAS), yaitu:
1) Reaksi Kognitif
Reaksi kognitis merupakan sistem reaksi yang berasal dari pikiran dan imajinasi. Contoh
dari reaksi kognitif, yaitu perhatian menjadi berkurang, sulit fokus, terganggunya
kemampuan belajar dan pemecahan masalah, mendadak pelupa, dan cara berpikir menjadi
tidak efektif.
2) Reaksi Afektif
Reaksi afektif adalah reaksi yang dipengaruhi oleh perasaan dan suasana hati. Contohnya,
3) Reaksi Sosial/Interpersonal
Reaksi sosial/interpersonal adalah adalah reaksi yang berasal dari hubungan antar
manusia. Seseorang yang mengalami stress akademik, secara umum akan merasakan
perasaan bahwa tidak ada orang yang peduli, mau membantu dan mengerti keadaannya.
4) Reaksi Motivasi
Reaksi motivasi adalah kondisi ketika seseorang mengalami perubahan motivasi karena
ketidakteratikan dalam melakukan sesuatu. Contoh reaksi motivasi, yakni tidak tertarik
dengan materi pelajaran, merasa cepat bosan, dan tidak memiliki keinginan untuk
melakukan apapun.
5) Reaksi Fisik
Reaksi fisik adalah reaksi yang timbul secara fisik saat seseorang mengalami stress
akademik. Contohnya yaitu jantung berdebar-debar, merasa pusing, dan lemas serta pada
Dalam penelitian ini, akan menggunakan skala berpikir positif oleh Albrecht (dalam
Pernyataan yang tidak menilai adalah pernyataan yang mengarah kepada cara
penggambaran pendapat atau keadaan yang lebih menerima kenyataan yang ada dan tidak
fanatik dalam mengemukakan pendapat. Pernyataan yang tidak menilai sama dengan
penggambaran seseorang yang menerima kenyataan yang ada, bahwa akan selalu ada
perubahan yang terjadi dalam hidup, dan dapat menerima secara terbuka sesuatu yang
berasal dari luar dirinya sendiri, seperti saran, ide, atau kritik.
Harapan yang positif menunjukkan bahwa seseorang memilik cita-cita, impian dan
pandangan masa depan yang positif baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain
atau lingkungan. Harapan positif akan selalu mengarah kepada hal-hal positif. Pada
umumnya orang yang memiliki harapan positif akan selalu memandang ke depan dengan
Menyesuaikan diri dengan keadaan atau realita berarti seseorang akan selalu berusaha
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitarnya danmenerima kenyataan yang ada.
Orang yang dapat menyesuaikan diri adalah orang-orang yang selalu menganggap bahwa
apa yang terjadi saat itu merupakan bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari dan
4) Afirmasi diri
Afirmasi diri adalah pernyatan-pernyataan yang dapat memperkuat atau melemahkan diri,
tergantung dari jenis afirmasi yang ditanamkan dalam diri. Apabila seseorang secara
berulang-ulang, menegaskan afirmasi diri yang bersifat positif maka hal itu akan
memperkuat dan berubah menjadi aksi positif, sebaliknya jika seseorang menanamkan
afirmasi diri negatif dalam dirinya, maka hal itu akan melemahkan dirinya. Afirmasi diri
yang positif dapat mendorong seseorang dalam mencapai sesuatu. Afirmasi diri yang
positif berarti melihat diri sendiri secara positif dan mempercayai kemampuan diri.
Dalam penelitian ini akan menggunakan metode kuantitatif sebagai metode analisis data.
Pada metode kuantitatif akan ditarik kesimpulan statistik dari data-data yang telah
dikumpulkan. Dalam metode ini, data dan respon dari subjek penelitian menjadi
Daftar Pustaka
Anggraini, Yeni., Syaf, Auliya., & Murni, Adri., (2017, Agustus). Hubungan Antara
Azmy, Amy Noerul., Nurihsan, Achmad Juntika., & Yudha, Eka Sakti. (2017, Juli).
Deskripsi Gejala Stress Akademik dan Kecenderungan Pilihan Strategi Koping Siswa
Ertyastuti, Adhisty June., Andayani, Tri Rejeki., & Priyatama, Aditya Nanda. (2012).
Pengaruh Pelatihan Positif Terhadap Asertivitas Remaja Panti Asuhan. Jurnal Wacana,
4(2), 176.
Indriyani, Suri., & Handayani, N.S. (2018, Desember). Stress Akademik Dan Motivasi
Berprestasi Pada Mahasiswa Yang Bekerja Sambil Kuliah. Jurnal Psikologi, 11(2), 154.
Kholidah, Enik Nur., & Alsa, Asmadi. (2012, Juni). Berpikir Positif Untuk Menurunkan
Mathur, Roopa., & Sharma, Rimpy. (2015, Agustus). Academic Stress in Relation with
Mulya, Hantoro Adhi., & Indrawati, Endang Sri. (2016, April). Hubungan Antara
Motivasi Berprestasi Dengan Stress Akademik Pada Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas
Sari, M.P.P., & Setyawan, Imam. (2017, Januari). Pengalaman Menjadi Biarawati Katolik:
Suwartika, Ira., Nurdin, Agus., & Ruhmadi, Edi. (2014, Juli). Analisis Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Stress Akademik Mahasiswa Reguler Program Studi D III
Berpikir Positif Sebagai Strategi Coping Stress Pada Guru Sekolah Dasar Anak
Yusuf, Nur Mawakhira., & Yusuf, Jannatul Ma’wa. (2020, Juni). Faktor-Faktor Yang