Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH PENELITIAN

PENGARUH TERAPI DZIKIR TERHADAP KECEMASAN


MAHASISWA PSIKOLOGI SEMESTER 6 KELAS B
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG
Dosen pengampu :
Abd. Hamid Cholili, M. Psi

PSIKOLOGI – B

KELOMPOK 3

Nama anggota :

M. Roiyan Na’im (200401110053)


Sendy Nur Hidayat (200401110090)
(200401110066)
Ghozirotun Ni’mah
(200401110135)
Nanda Meyana P. (200401110155)

Zahra Aulia

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

1
2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur keadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Psikologi Islam dengan baik.
Tak lupa sholawat serta salam tetap kita haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan keturunannya agar kelak kita mendapatkan
syafaatnya di yaumil akhir.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Islam. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abd. Hamid Cholili, M. psi
selaku dosen pengampu Psikologi Islam yang telah memberikan bimbingan serta ilmunya.

Tidak lupa juga ucapan terima kasih kami sampaikan kepada teman-teman yang telah
ikut andil dalam pembuatan makalah ini. Kami sangat membuka lebar hati untuk bisa
menerima saran, kritik, dan masukan dari pembaca sehingga kami dapat memperbaiki
kesalahan-kesalahan pada makalah selanjutnya. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
memberikan ilmu yang baru dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Malang, 16 Juni 2023

Kelompok 3

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menimba ilmu atau belajar dan
terdaftar pada suatu perguruan tinggi. Usia individu yang berada pada fase menjadi
mahasiswa berkisar antara 17-25 tahun. Usia tersebut merupakan fase peralihan dari remaja
menuju dewasa awal. Pada usia mahasiswa ini merupakan masa mencarian jati diri untuk
menjalankan kehidupan bagi masing-masing individu. Ditengah banyaknya tuntutan
akademik sebagai mahasiswa, individu pada fase ini juga dihadapkan dengan kebingungan
akan masa depan yang belum jelas. Hal tersebut menjadi indikator penyebab munculnya
kecemasan pada mahasiswa.
Sebenarnya selain tuntutan akademik dan kebingungan akan masa depan, terdapat
beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya kecemasan pada mahasiswa antara lain
yaitu perubahan lingkungan, seperti yang terjadi pada mahasiswa baru diharuskan beradaptasi
dengan lingkungan baru termasuk teman kelas, dosen, dan tuntutan sosial baru. Kemudian
latar belakang munculnya kecemasan pada mahasiswa juga karena tekanan sosial, mahasiswa
sering merasa tekanan sosial untuk berprestasi secara akademik dan sosial. Mereka mungkin
khawatir tentang penilaian teman sekelas, tekanan keluarga, atau kebutuhan untuk
beradaptasi dengan lingkungan perguruan tinggi yang baru. Kecemasan sosial dapat timbul
pada situasi seperti presentasi di depan umum atau interaksi yang memicu timbulnya
kecemasan.
Selain menjaga kesehatan fisik, sebagai mahasiswa kita juga harus pandai menjaga
kesehatan psikis (mental) agar terhindar dari gangguan psikis seperti stress, kecemasan
berlebih, dan lain-lain. Dikutip melalui World Health Organization dalam Hawari (2011)
yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehatan seutuhnya. Jika dilihat dari sudut kesehatan jiwa, doa dan dzikir mengandung
unsur psikoterapeutik yang mendalam. Dalam psikoterapeutik mengandung kekuatan
spiritual atau kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan rasa optimisme,

4
sehingga terapi psikoreligius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi
psikiatrik karena dua hal di atas yang menjadi dasar bagi penyembuhan suatu penyakit
disamping obat-obatan dan tindakan medis lainnya (Hawari, 2011). Subandi (2009) juga
berpenadapat bahwa untuk menurunkan stres dan afek negatif diperlukan pendekatan diri
kepada Allah SWT dengan cara berdzikir. Tidak hanya untuk penangan stres, psikoterapeutik
dengan terapi dzikir juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam mengurangi kecemasan
yang dialami oleh ibu pada kehamilan pertama (Maimunah & Retnowati, 2011).
Ditinjau dari segi bahasa (lughowi) dzikir berarti mengingat, sedangkan secara istilah
berarti membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah SWT. Zikir sendiri
merupakan doa di mana akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan dan
keinginan. Sehingga zikir orang akan memperoleh ketenangan jiwa dan kelegaan batin,
karena ia akan mengingat dirinya dan merasa diingatkan oleh Allah SWT (Saifulloh, 2012).
Hal ini didukung dengan pendapat Anas dalam Supradewi (2008) yang menyatakan bahwa
zikir sebaiknya dilakukan dengan khusuk dan ikhlas, agar maknanya meresap kedalam jiwa
atau hati. Manusia bukan makhluk horizontal atau vertikal sepenuhnya melainkan
memerlukan keseimbangan antara keduanya. Sehingga saat berzikir dan berserah diri kepada
Allah individu akan memasuki alam transendental (vertikal), dan dapat mendalami
pengalaman mistis keagamaan (mystical experience), serta merasakan kelezatan spiritual (the
taste of spirituality) oleh karena itu zikir dapat mempengaruhi fisiologi tubuh dan mental
psikologi individu. Penelitian lain yang mendukung ialah Nida & Fatma (2014) bahwa dalam
penelitiannya terhadap penderita anxietas di RS. Dr Karyadi Semarang, diketahui bahwa
penderita kecemasan dalam perspektif agama disebabkan mereka kurang yakin akan
eksistensi, kepasrahan diri, dan seringkali memiliki prasangka yang buruk pada Tuhan.
Dari beberapa penelitian di atas menunjukkan adanya signifikansi penurunan
gangguan psikis terutama kecemasan pada individu dengan menggunakan terapi dzikir. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan peneitian untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap
kecemasan pada mahasiswa, khususnya mahasiwa semester 6 jurusan psikologi kelas B
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

B. Teori Variabel Y

5
Kecemasan merupakan kondisi psikologis seseorang yang penuh dengan rasa takut
dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan
terjadi. Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu
suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis
(Mellani & Kristina, 2021).
Berdasarkan pendapat dari (Gunarso, n.d, 2008) dalam (Mellani & Kristina, 2021),
kecemasan yaitu rasa takut atau khawatir berlebihan yang tidak jelas penyebabnya. Seperti
kecemasan yang biasanya terjadi pada mahasiswa yaitu kecemasan akademik. Kecemasan
akademik yang terjadi pada mahasiswa disebabkan adanya perasaan takut dan khawatir akan
situasi tertentu. Kecemasan ini membuat mahasiswa mengalami kegelisahan karena
memikirkan hasil buruk yang akan didapatkan terhadap kinerja atau tugas yang telah
dilakukannya. Kecemasan akademik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperi adanya rasa
takut terhadap mata kuliah yang dianggap sulit, lingkungan kelas yang kurang nyaman dan
ujian (Novitria & Khoirunnisa, 2020).

C. Teori Penghubung
Ditinjau dari segi bahasa (lughowi) dzikir berarti mengingat, sedangkan secara istilah
berarti membasahi lidah dengan ucapan-ucapan pujian kepada Allah SWT. Zikir sendiri
merupakan doa di mana akan mengingat dan mengungkapkan perasaan, kemauan dan
keinginan. Sehingga zikir orang akan memperoleh ketenangan jiwa dan kelegaan batin,
karena ia akan mengingat dirinya dan merasa diingatkan oleh Allah SWT (Saifulloh, 2012).
Pernyataan di atas didukung dengan pendapat Anas dalam Supradewi (2008) yang
menyatakan bahwa zikir sebaiknya dilakukan dengan khusuk dan ikhlas, agar maknanya
meresap kedalam jiwa atau hati. Manusia bukan makhluk horizontal atau vertikal sepenuhnya
melainkan memerlukan keseimbangan antara keduanya. Sehingga saat berzikir dan berserah
diri kepada Allah individu akan memasuki alam transendental (vertikal), dan dapat
mendalami pengalaman mistis keagamaan (mystical experience), serta merasakan kelezatan
spiritual (the taste of spirituality) oleh karena itu zikir dapat mempengaruhi fisiologi tubuh
dan mental psikologi individu. Penelitian lain yang mendukung ialah Nida & Fatma (2014)
bahwa dalam penelitiannya terhadap penderita anxietas di RS. Dr Karyadi Semarang,
diketahui bahwa penderita kecemasan dalam perspektif agama disebabkan mereka kurang
6
yakin akan eksistensi, kepasrahan diri, dan seringkali memiliki prasangka yang buruk pada
Tuhan.

D. Teori Variabel X
Dalam hal terapi, menurut Isep Zainal Arifin menjelaskan “pengobatan penyakit
secara kerohanian.” Terapi juga bermakna “penyembuhan penyakit mental.” Selain itu, terapi
memiliki arti “penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan melakukan diskusi suatu
persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya. Terapi merupakan upaya yang dilakukan
secara terencana dan sistematis dengan tujuan pengobatan pengobatan dalam mengatasi
problem-problem yang dihadapi oleh klien serta dapat mengembalikan, memelihara, dan
meningkatkan kondisi klien agar akal dan hatinya memperoleh ketenangan (Cahyono, 2016).
Seperti pada penelitian ini, terapi digunakan untuk melihat pengaruh terhadap
kecemasan yang dialami mahasiswa. Pada penelitian ini kecemasan yang terjadi pada
mahasiswa disebebakan oleh beberapa faktor seperti tuntutan akademik, kebingungan akan
masa depan, perubahan lingkungan, seperti yang terjadi pada mahasiswa baru diharuskan
beradaptasi dengan lingkungan baru termasuk teman kelas, dosen, dan tuntutan sosial baru.
Kemudian latar belakang munculnya kecemasan pada mahasiswa juga karena tekanan sosial,
mahasiswa sering merasa tekanan sosial untuk berprestasi secara akademik dan sosial.
Adapun terapi yang dilakukan yaitu sejenis terapi relaksasi dengan berdzikir dengan tujuan
untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan yang dialami oleh mahasiswa.

E. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan dan bahan perbandingan.
Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu yang dicantumkan juga berguna untuk
mengahindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam kajian pustaka ini
peneliti mencantumkan hasil-hasil peneitian terdahulu sebagai berikut :
1. Penelitian terdahulu telah dilakukan oleh Utami Syahdiah dkk tahun 2022 dengan
judul “Efektivitas Terapi Zikir dalam Mengurangi Kecemasan pada Remaja
Menjelang Ujian”. Penelitian ini membahas mengenai bagaimana cara mengurangi
kecemasan pada remaja menjelang menghadapi ujian dengan menggunakan terapi
dzikir. Penelitian ini memakai pendekatan kuantitatif dengan metode kasus dan
7
penelitian lapangan, adapun instrument yang digunakan berupa kusioner yang berisi
butir pertanyaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa remaja atau siswa
mengalami kecemasan menghadapi ujian dan dengan melakukan terapi dzikir hati
menjadi tenang hingga saat akan mengerjakan ujian menjadi 371 fokus dan lancar
(Syahdiah et al., 2022).
2. Penelitian selanjutnya yaitu penelitian Niko P.F pada tahun 2018 dengan judul
“Pengaruh Terapi Zikir untuk Menurunkan Kecemasan pada Ibu Hamil.” Penelitian
ini membahas mengenai cara meredakan kecemasa pada ibu yang tengah hamil
dengan selalu memikirkan Allah SWT dengan pengucapan secara lidah dan hati. Riset
ini dibagi menjadi dua cabang kelompok yaitu, kelompok eksperimen dan cabang
kelompok control. Hasil dari riset ini menyatakan bahwa terapi zikir memiliki efek
dalam menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil (Niko, 2018).
3. Ada juga penelitian Ridha Sucinindyasputer dkk tahun 2017 yang berjudul “Pengaruh
Terapi Dzikir terhadap Penurunan Stress pada Mahasiswa Magister Profesi Psikologi.
Penelitian ini membahas seperti apa pengaruh terapi dikir dalam menunrunkan stress
yang dialami oleh mahasiswa magister profesi psikologi. Desain yang digunakan
adalah control group design with pre test and post test yaitu desain eksperimen yang
menggunakan dua kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok
eksmperimen. Instrumen penelitiannya menggunakan skala. Responden dalam
penelitian ini berjumlah delapan orang mahasiswa magister profesi psikologi semester
satu yang sedang menghadapi tugastugas kemagisteran dan praktikum, berdasarkan
hasil pretest dan posttest ditemukan nilai p sebesar 0. 066 yang artinya p > 0. 05 dan
nilai t sebesar 2. 242. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh penurunan stres
antara kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen dalam mengerjakan tugas-
tugas akademiknya (Sucinindyasputeri, 2017).

F. Pentingnya Penelitian ini


Penelitian mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan mahasiwa memiliki
kepentingan yang sinifikan. Beberapa kepentingan yang signifikan seperti :
- Kesejahteraan Mental Mahasiswa

8
Kecemasan adalah masalah mental yang umum terjadi dikalangan mahasiswa.
Tingkat sress yang tinggi dapat mengganggu kesejahteraan umum, kualitas hidup, dan
kinerja akademik. Penelitian tentang pengaruh terapi dzikir dapat membantu
memahami apakah praktik ini dapat memberikan manfaat dalam mengurangi
kecemasan mahasiswa dan meningkatkan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
- Alternatif Pengobatan
Terapi dzikir dapat menjadi alternative nonfarmakologis untuk mengatasi kecemasan.
Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin tidak diinginkan atau tidak efektif dalam
mengatasi kecemasan. Penelitian ini dapat memberikan wawasan tentang potensi
terapi alternatif dan memberikan opsi pengobatan yang lebih holistic bagi mahasiswa
yang mengalami kecemasan.
- Pemahaman Budaya dan Agama
Dzikir merupakan praktik spiritual yang penting dalam banyak agama, termasuk
islam. Penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
bagaimana praktik agama dapat mempengaruhi kesejahteraan mental.
Dengan demikian, penelitian menganai pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan
mahasiswa ini memiliki implikasi penting dalam bidang kesehatan mental dan kesejahteraan
mahasiswa, khususnya mahasiswa semester 6 jurusan psikologi kelas B Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Rumusan Masalah
- Apakah terdapat pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan pada mahasiswa semester
6, jurusan psikologi, kelas B Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang?

Tujuan Penelitian
- Untuk melihat pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan pada mahasiswa semester
6, jurusan psikologi, kelas B Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang

Manfaat Penelitian
9
- Manfaat Teoritis
Memberikan wawasan dan sumbangan pengetahuan pada bidang psikologi,
khususnya mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan mahasiswa.
- Manfaat Praktis
Penelitian mengenai pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan mahasiswa dapat
memberikan beberapa manfaat. Berikut adalah beberapa manfaat yang mungkin
terkait dengan penelitian ini:
1. Mengurangi tingkat kecemasan: Penelitian ini dapat memberikan bukti ilmiah
tentang manfaat terapi dzikir dalam mengurangi tingkat kecemasan pada
mahasiswa. Hasil penelitian yang positif dapat memberikan dasar yang kuat
untuk merekomendasikan terapi dzikir sebagai metode yang efektif untuk
mengatasi kecemasan.
2. Peningkatan pemahaman agama: Terapi dzikir melibatkan pengulangan zikir
dan refleksi yang dalam pada aspek spiritual dan agama. Penelitian ini dapat
membantu mahasiswa dalam memahami dan mendalami praktik-praktik
keagamaan yang dapat memberikan ketenangan batin dan peningkatan koneksi
dengan Tuhan.
3. Pengurangan penggunaan obat-obatan: Jika terapi dzikir terbukti efektif dalam
mengurangi kecemasan, hal ini dapat membantu mengurangi ketergantungan
pada obat-obatan terapi yang mungkin memiliki efek samping atau potensi
kecanduan.
Penting untuk diingat bahwa manfaat ini berdasarkan pada kemungkinan hasil dari
penelitian tersebut. Penting juga untuk melibatkan profesional kesehatan mental dan
berdiskusi dengan mereka sebelum memutuskan mengadopsi terapi dzikir atau
metode lainnya dalam mengatasi kecemasan.

10
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Kecemasan berasal dari bahasa latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu
satu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis,
Nietzal (dalam Ghufron & Risnawita, 2011). Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006).
Freud menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak
menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan
bahaya yang mengancam. Perasaan tidak menyenangkan ini biasanya, samar-samar dan
sulit dipastikan, tetapi selalu terasa. May (1958) mendefinisikan kecemasan sebagai
kondisi subjektif ketika seseorang menyadari bahwa eksistensinya dapat dihancurkan dan
ia dapat menjadi ‘bukan apa-apa’ (nothing). Di lain kesempatan, May menyebut
kecemasan sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penting. May juga mengutip perkataan
Kiekergaard, kecemasan adalah bagian memusingkan dari kebebasan. Kecemasan, seperti
rasa pusing, dapat menjadi sesuatu yang menyenangkan atau menyakitkan, konstruktif
atau destruktif. Hal tersebut dapat memberikan energi dan semangat, tetapi juga dapat
melumpuhkan dan membuat panik (dalam Feist & Feist, 2016).
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat dikatakan bahwa kecemasan adalah
kondisi emosi dengan timbulnya rasa tidak nyaman pada diri seseorang, dan merupakan
pengalaman samar-samar disertai dengan perasaan yang tidak berdaya serta tidak menentu
yang disebabkan oleh suatu hal yang belum jelas. Beberapa dari definisi kecemasan bahwa
peneliti menggunakan teori dari Stuart (2006), mendefinisikan behwa kecemasan adalah
kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti
dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
11
2. Aspek-aspek Kecemasan
Stuart (2006) mengelompokkan kecemasan dalam respon perilaku, respon kognitif,
dan respon afektif diantaranya:
a. Respon Perilaku, diantaranya: ketegangan fisik, tremor, reaksi terkejut, bicara cepat,
kurang koordinasi, cenderung mengalami cedera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri dari masalah, menghindar, dan hiperventilasi.
b. Respon Kognitif, diantaranya: perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, hambatan
berpikir, kreativitas menurun, produktivitas menurun, kesadaran diri, kehilangan
objektifitas, takut kehilangan kendali, takut pada gambaran visual, dan mimpi buruk.
c. Respon Afektif, diantaranya: mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup,
ketakutan, waspada, kengerian, kekhawatiran, mati rasa, rasa bersalah, dan malu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan


Menurut Kaplan & Sadock (dalam Guntara & Pujiatni, 2015), terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kecemasan antara lain:
a. Usia
Gangguan kecemasan dapat terjadi pada semua usia, lebih sering pada usia dewasa
dan lebih banyak pada wanita.
b. Konsep Diri
Semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu terhadap
dirinya dan mempengaruhi individu berhubungan dengan orang lain.
c. Kondisi Fisik
Terjadinya gejala kecemasan yang berhubungan dengan kondisi fisik sering
ditemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi fisik.
d. Tingkat Pendidikan
Pendidikan bagi setiap orang memiliki arti masing-masing. Pendidikan pada
umumnya berguna dalam merubah pola pikir, pola bertingkah laku dan pola pengambilan
keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup akan lebih mudah dalam mengidentifikasi
stresor dalam diri sendiri maupun dari luar dirinya. Tingkat pendidikan juga
mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus.
12
e. Akses Informasi
Pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk pendapatnya berdasarkan
sesuatu yang diketahuinya.
f. Proses Adaptasi
Tingkat adaptasi manusia dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal yang
dihadapi individu dan membutuhkan respon perilaku yang terus menerus. Proses adaptasi
sering menstimulasi individu untuk mendapatkan bantuan dari sumber-sumber di
lingkungan dimana dia berada.

4. Kecemasan Menurut Pandangan Islam


Kecemasan adalah salah satu penyakit yang banyak tersebar di antara manusia.
Dalam bahasa Arab dikatakan bahwa bila sesuatu cemas, maka ia akan bergerak dari
tempatnya. Hingga bisa dikatakan bahwa bentuk kecemasan adalah adanya perubahan atau
goncangan yang berseberangan dengan ketenangan yang Allah gambarkan dalam Al-
Quran dalam surat Al-Hijr ayat 53 dan surat An-Nisa ayat 28:

‫ك بِ ُغ ٰل ٍم َعلِيْم‬
َ ‫ٍ قَالُوْ ا اَل تَوْ َجلْ اِنَّا نُبَ ِّش ُر‬

Artinya: "(Mereka) berkata, "Janganlah engkau merasa takut, sesungguhnya kami


memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan
menjadi) orang yang pandat (Ishaq)" (Al-Hijr: 53)

َ ِ‫◌ ي ُِر ْي ُد هّٰللا ُ اَ ْن يُّ َخفِّفَ َع ْن ُك ْم ۚ َو ُخل‬


َ ُ‫ق ااْل ِ ْن َسان‬
‫ض ِع ْيفًا‬

Artinya: "Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia


diciptakan (bersifat) lemah" (An-Nisa: 28)
Dari ayat-ayat di atas Allah telah menegaskan agar manusia tidak merasa takut
pada suatu hal yang memang tidak jelas apa yang ditakutinya karena manusia hanya
diberikan cobaan dan diberikan keringanan setelah cobaan agar manusia tetap mengingat
kepada sang pencipta.
Jauh sebelum psikologi hadir, Al-Quran sudah secara gamblang menjelaskan
bagaimana kecemasan dapat terjadi dalam diri manusia hingga ke gangguan kecemasan
yang berat. Kecemasan seringkali merampas kenikmatan dan kenyamanan hidup, serta

13
membuat mereka selalu gelisah dan tidak bisa tidur lelap di malam hari. Ada beberapa hal
yang menyebabkan hal tersebut terjadi, yaitu: lemahnya keimanan dan kepercayaan
terhadap Allah SWT, kurangnya ketakwaan manusia terhadap Allah SWT, terlalu sering
memikirkan kejayaan masa depannya dan apa yang akan terjadi kelak dengan pola pikir
dan cara pandang yang negatif terhadap dunia dan isinya, rendahnya permohonan manusia
tentang tujuan dari penciptaannya, selalu bergantung pada diri sendiri dan sesama manusia
dalam urusan dunia, sehingga lupa menggantungkan hidupnya hanya kepada Allah SWT,
mudah dipengaruhi oleh ambisi, keserakahan, dan menyakini keberhasilan suatu hal
berada di tangan manusia itu sendiri.
Akan tetapi, sesungguhnya manusia tidak dilahirkan dengan penuh ketakutan dan
kecemasan. Pada dasarnya ketakutan dan kecemasan hadir karena adanya luapan emosi
yang berlebihan. Selain itu, keduanya hadir karena adanya faktor lingkungan yang
menyertainya: sekolah, keluarga, dan sosial. Umat Islam telah mengetahui mengenai obat
penyembuh berbagai penyakit ini, yaitu: shalat malam, berzikir, berkumpul dengan orang-
orang saleh, orang shaleh di sini dalam artian orang-orang yang dapat memberikan energi
positif, karena energi positif akan menular. Maka dari itu Allah menyuruh kita agar selalu
dekat dengan orang-orang yang selalu menebarkan energi positif.

B. Dzikir
1. Pengertian Dzikir
Dzikir secara bahasa dzikir berasal dari kata “zakara” berarti menyebut,
mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi dan nasehat.
Maka dari itu dzikir didefinisikan sebagai memurnikan dan memuliakan, juga dapat
diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan
(mengingat). Secara istilah Dzikir merupakan usaha manusia untuk mendekatkan diri pada
Allah melalui cara mengingat Allah dengan mengingat keagunganNya. Adapun realisasi
untuk mengingat Allah dengan cara membaca firman-Nya, menuntut ilmu-Nya dan
memohon kepada-Nya. Menurut Ash-Shiddieqy dzikir juga didefinisikan sebagai
mengingat Allah dan menyebut-Nya dengan melaksanakan berbagai perbuatan taat kepada
Allah. Dzikir dalam Tristiadi dan Istiqomah yaitu sikap batin yang umumnya diungkapkan
dengan ucapan tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil. Pada pengertian yang lebih luas dzikir
14
merupakan perbuatan lahir atau batin yang ditujukan kepada Allah sesuai dengan perintah-
Nya dan Rasul-Nya. Dzikir juga berarti membuang diri dari kekeliruan dengan selalu
memunculkan kalbu (hati) bersama al-Haqq (Allah).
Prof. Dr. H. Abue Bakar Atjeh memiliki pendapat bahwa dzikir merupakan
pengucapan kata atau kalimat yang dilakukan dengan lidah atau juga dzikir merupakan
kegiatan mengingat akan Tuhan dengan hati, dengan ucapan, dengan ingatan yang
mensucikan Tuhan dan membersihkannya dari sifat-sifat yang tidak pantas untuk-Nya.
Selanjutnya manusia memuji menggunakan pujian dan sanjungan dengan sifat-sifat yang
sempurna, sifatsifat yang menunjukkan kemurnian dan kebesaran.
Pelaksanaan dzikir memiliki fokus untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang
buruk untuk menuju ma’rifat Allah. Sifat buruk tersebut meliputi: hasad (iri hati), kibr
riya’ (memamerkan kelebihan), khianat (ingkar janji), bukhl (kikir), haqaq (dengki atau
benci), suudzon (berburuk sangka), kizib (dusta), sum’ah ( mencari-cari nama atau
kemasyhuran), hubb al-mal (cinta dunia), takabur (membanggakan diri), ghibah
(pengumpat), namimah (bicara dibelakang orang), ghadab (pemarah). Dari berbagai
pendapat yang telah dipaparkan maka disimpulkan dzikir merupakan sikap batin yaitu
selalu mensucikan dan meninggikan Allah dalam bentuk ucapan, ingatan, ataupun
perbuatan dengan fokus untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang buruk.

2. Aspek Dzikir
Dzikir merupakan mengingat dan mengenang nikmat Allah, AshShiddieqy
menegaskan bahwa ketika berdzikir harus memperhatikan Allah, mengenang Allah,
menuruti kehendak-Nya, perasaan takut kepada-Nya, mengharap dan meyakini bahwa
manusia dan seluruhnya berada dalam genggaman Allah. Dalam Faridz dipaparkan aspek-
aspek dzikir menurut AshShiddieqy sebagai berikut :
a. Niat didefinisikan sebagai keinginan yang kuat untuk melakukan dzikir, yaitu keinginan
yang kuat untuk melakukan dzikir pada berbagai kesempatan, dimanapun berada dan
kapanpun waktunya.
b. Taqarrub diungkapkan sebagai perasaan dekat sekali dengan Allah saat melakukan dzikir.
Manusia yang melakukan taqarrub merasa bahwa Allah sangat dekat dengannya, bahkan
sampai lebih dekat dari urat nadinya sendiri.
15
c. Ihsan adalah perasaan seakan-akan Allah melihatnya atau melihat Allah saat melakukan
dzikir. Tadarru‘ merupakan perasaan tenang dan rendah diri di hadapan Allah.
d. Khauf adalah rasa takut manusia dengan kekuasaan dan kekuatan Allah.
e. Tawadhu adalah merendahkan diri dihadapan manusia atau tidak sombong.

3. Manfaat Zikir
Allah berfirman:

‫ِ فاذكروني أذكر ُك ْم َوا ْش ُكرُوا لِي َواَل تَ ْكفُرُون‬

Artinya: "Maka, ingatlah kalian kepada-Ku (dzikir) niscaya Aku mengingat kalian,
bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kalian mengingkari (nikmat)-Ku" (QS Al-
Baqoroh: 152).

Allah SWT berfirman:

ْ ‫َط َمن قُلُوبُهُم بِ ِذ ْك ِر هللاِ َأاَل بِ ِذ ْك ِر هللاِ ت‬


ُ‫َط َميِنُ ْالقُلُوب‬ ْ ‫ ◌ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا َوت‬.

Artinya: "Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenang dengan
mengingat Allah, ingatlah dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenang " (QS. Ar-
Ra'du 28).

Diriwayatkan dari Abi Hurairah RA bahwa Rasulullah Muhammad SAW


bersabda:

‫قال هللا تبارك و تعالى أنا مع عبدي ما ذكرني و تحرکت به شفناه‬

Artinya: "Allah berfirman: Aku bersama hamba-Ku selama dia mengingat-Ku dan
bergetar kedua bibirnya (berzikir kepada-Ku)."

Hadis ini di-tahri oleh Ibnu Majjah, di-shohih-kan oleh Ibnu Hibban, dan
disebutkan kembali oleh Imam Buhkori (Al-'Asqolany, 852 11).

Zikir secara maksimal memiliki banyak manfaat bagi manusia. Manfaat zikir yang
berkaitan dengan kondisi kesehatan fisik dan psikis seseorang antara lain dapat
menghilangkan kecemasan, kegundahan, kesulitan, dan depresi sehingga dapat
mendatangkan ketenangan, kedamaian, kebahagiaan dan kelapangan (Zainul, 2007).
16
Sayyid Abdul Wahab Asy-Sya'rani menyebutkan beberapa faedah zikir (Susetya,
2012). Diantaranya adalah sebagai berikut: pertama, zikir merupakan ketetapan dan syarat
kewalian; kedua, zikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain, ketiga, zikir
merupakan syarat atau perantara untuk masuk kehadirat Ilahi. keempat, zikir akan
membuka dinding hati dan menciptakan keihlasan hati yang sempurna, dan kelima,
melunakkan hati. Al-Hakim Abu Muhammad At-Turmudzi menjelaskan bahwa zikir
kepada Allah bisa membasalu hati dan melunakkannya. Sebaliknya, bila hati kosong dari
zaki, ia akan menjadi panas olch dorongan nafsu dan api syahwat, schingga hatinya
menjadi kering dan dan keras. Anggota badannya pun menjadi sulit untuk diajak taat
kepada Allah (Susetya, 2012).

C. Pengaruh Zikir Terhadap Kecemasan

Berbagai penelitian dan studi mengenai strategi untuk menurunkan kecemasan


telah banyak dilakukan, diantara intervensi yang diterapkanadalah zikir yang secara ilmiah
terbukti dapat menurunkan kecemasan seseorang.

Abdullah et al. (2013) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa metode intervensi


Psikoterapi Islami memberikan efek positif untuk menurunkan General Anxiety Disorder
(GAD) pada mahasiswa pada penelitian lain pun menunjukkan bahwa pelatihan relaksasi
dengan zikir dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasan
kehamilan pada ibu hamil pertama (Maimunah, 2011).

Dalam sebuah studi mengenai pengaruh religiusitas terhadap stres kematian


menunjukkan hubungan negatif secara signifikan, meskipun memang tidak kuat karena
banyak faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol (Al-Sabwah dan Ahmed, 2006)
Supradews )2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pelatihan zikir efektif untuk
menurunkan afek negative.

D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan didukung oleh landasan teoris yang telah
dikemukakan, selanjutnya dapat dikemukakan dan mengambil hipotesis sementara bahwa
“Zikir mempengaruhi kecemasan mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang jurusan
Psikologi Semester 6 kelas B”.
17
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan


pendekatan kuantitatif dengan pengukuran vaiabel kecemasan mahasiswa yang diukur
menggunakan Hamilton Anxiety Scale (HAM-A). Skala Hamilton ini berbentuk kuesioner
skala kecemasan yang terdiri dari 14 jenis pernyatan dan 5 pilihan jawaban tentang suasana
hati, ketegangan, ketakutan, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, depresi, sensori somatik,
ketegangan otot, gejala kardiovaskuler, gejala otonom, gejala system respirasi, gangguan
pencernaan, dan gejala perilaku. Data penelitian yang diperoleh merupakan data primer yang
diperoleh dalam bentuk angka dianalisa menggunakan aplikasi SPSS yang bertujuan untuk
menguji hipotesis tentang pengaruh Dzikir terhadap Kecemasan Mahasiswa Semester Enam
Kelas B Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

B. Variabel Penelitian
1. Kecemasan
Kecemasan merupakan kondisi psikologis seseorang yang penuh dengan rasa
takut dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal yang belum
pasti akan terjadi. Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa
Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif
dan rangsangan fisiologis (Mellani & Kristina, 2021).
Kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan ketakutan dan gejala
ketegangan somatic dimana seseorang mengantisipasi bahaya, malapetaka, atau
kemalangan yang akan datang (VandenBos, 2015). Kecemasan merupakan hal yang
bisa dialami oleh siapa saja (Jannata & Nur’aeni, 2020). Kecemasan mencakup
sekelompok kondisi kecemasan ekstrem atau patologis sebagai gangguan utama
suasana hati atau nada emosional. Kecemasan yang dapat dipahami sebagai imbangan
patologis dari ketakutan normal, dimanifestasikan oleh gangguan suasana hati, serta
pemikiran, perilaku, dan aktivitas fisiologis.

18
Berdasarkan pendapat dari (Gunarso, n.d, 2008) dalam (Mellani & Kristina,
2021), kecemasan yaitu rasa takut atau khawatir berlebihan yang tidak jelas
penyebabnya. Seperti kecemasan yang biasanya terjadi pada mahasiswa yaitu
kecemasan akademik. Kecemasan akademik yang terjadi pada mahasiswa disebabkan
adanya perasaan takut dan khawatir akan situasi tertentu. Kecemasan ini membuat
mahasiswa mengalami kegelisahan karena memikirkan hasil buruk yang akan
didapatkan terhadap kinerja atau tugas yang telah dilakukannya. Kecemasan
akademik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperi adanya rasa takut terhadap mata
kuliah yang dianggap sulit, lingkungan kelas yang kurang nyaman dan ujian (Novitria
& Khoirunnisa, 2020).
2. Dzikir
Dzikir secara bahasa dzikir berasal dari kata “zakara” berarti menyebut,
mensucikan, menggabungkan, menjaga, mengerti, mempelajari, memberi dan nasehat.
Maka dari itu dzikir didefinisikan sebagai memurnikan dan memuliakan, juga dapat
diartikan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan
(mengingat). Secara istilah Dzikir merupakan usaha manusia untuk mendekatkan diri
pada Allah melalui cara mengingat Allah dengan mengingat keagunganNya. Adapun
realisasi untuk mengingat Allah dengan cara membaca firman-Nya, menuntut ilmu-
Nya dan memohon kepada-Nya. Menurut Ash-Shiddieqy dzikir juga didefinisikan
sebagai mengingat Allah dan menyebut-Nya dengan melaksanakan berbagai
perbuatan taat kepada Allah. Dzikir dalam Tristiadi dan Istiqomah yaitu sikap batin
yang umumnya diungkapkan dengan ucapan tasbih, takbir, tahmid, dan tahlil. Pada
pengertian yang lebih luas dzikir merupakan perbuatan lahir atau batin yang ditujukan
kepada Allah sesuai dengan perintah-Nya dan Rasul-Nya. Dzikir juga berarti
membuang diri dari kekeliruan dengan selalu memunculkan kalbu (hati) bersama al-
Haqq (Allah).
Pelaksanaan dzikir memiliki fokus untuk membersihkan hati dari sifat-sifat
yang buruk untuk menuju ma’rifat Allah. Sifat buruk tersebut meliputi: hasad (iri
hati), kibr riya’ (memamerkan kelebihan), khianat (ingkar janji), bukhl (kikir), haqaq
(dengki atau benci), suudzon (berburuk sangka), kizib (dusta), sum’ah ( mencari-cari
nama atau kemasyhuran), hubb al-mal (cinta dunia), takabur (membanggakan diri),
19
ghibah (pengumpat), namimah (bicara dibelakang orang), ghadab (pemarah). Dari
berbagai pendapat yang telah dipaparkan maka disimpulkan dzikir merupakan sikap
batin yaitu selalu mensucikan dan meninggikan Allah dalam bentuk ucapan, ingatan,
ataupun perbuatan dengan fokus untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang buruk.
Dalam hal terapi, menurut Isep Zainal Arifin menjelaskan “pengobatan
penyakit secara kerohanian.” Terapi juga bermakna “penyembuhan penyakit mental.”
Selain itu, terapi memiliki arti “penyembuhan penyakit melalui keyakinan agama dan
melakukan diskusi suatu persoalan dengan para guru, teman dan sebagainya. Terapi
merupakan upaya yang dilakukan secara terencana dan sistematis dengan tujuan
pengobatan pengobatan dalam mengatasi problem-problem yang dihadapi oleh klien
serta dapat mengembalikan, memelihara, dan meningkatkan kondisi klien agar akal
dan hatinya memperoleh ketenangan (Cahyono, 2016).
C. Definisi Operasional

Kecemasan merupakan kondisi psikologis seseorang yang penuh dengan rasa takut
dan khawatir, dimana perasaan takut dan khawatir akan sesuatu hal yang belum pasti akan
terjadi. Kecemasan merupakan hal yang bisa dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia.
Terapi yang efektif untuk mengurangi kecemasan ialan terapi dzikir. Dzikir sendiri
merupakan menyebut dan mengucapkan nama Allah atau menjaga dalam ingatan dan terapi
merupakan teknik penyembuhan sebuah penyakit. Jadi, terapi dzikir memiliki efek yang
besar dalam mengurangi kecemasan karena dengan dilakukannya terapi dzikir, seseorang
yang mengalami kecemasan akan senantiasa fokus, tenteram, damai, dan terhindar serta
membersihkan dari pemikiran dan sifat yang buruk.

D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Sugiyono dalam (Sinaga, 2014) memberikan pengertian bahwa populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari sebuah obyek atau subyek yang menjadi
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Adanya populasi dalam penelitian ini adalah 45
mahasiswa semester enam kelas B Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibahim Malang.
20
2. Sampel
Sugiyono dalam (Sinaga, 2014) menyatakan bahwa sampel merupakan sebagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dari penelitian ini adalah 24
mahasiswa semester enam kelas B Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibahim Malang. yang ingin melakukan treatment efektifitas dzikir
untuk mengurangi kecemasan.
3. Karakteristik Subjek
Adapun karakteristik subjek yang dibutuhkan adalah :
A. Mahasiswa aktif semester 6 Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri maulana
Malik Ibrahim malang.
B. Mahasiswa aktif kelas B angkatan 2020.
C. Bersedia untuk menjadi reponden.

E. Pengukuran

Penelitian ini menggunakan skala likert dengan kuesioner skala kecemasan Hamilton
(Hamilton Anxiety Scale (HAM-A)) dengan 14 pernyataan tentang suasana hati, ketegangan,
ketakutan, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, depresi, sensori somatik, ketegangan otot,
gejala kardiovaskuler, gejala otonom, gejala system respirasi, gangguan pencernaan, dan
gejala perilaku. Dari masing-masing pernyataan yang ada, dilakukan penyesuaian terhadap
masing-masing gejala.

a) Instrumen Pengukuran

Pada kuesioner kecemasan Hamilton, setiap pernyataan memiliki 5 pilihan jawaban


dari nilai 0 sampai dengan 4, nilai 0 untuk jawaban yang tidak ada gejala, nilai 1 untuk
jawaban gejala sangat ringan, nilai 2 untuk jawaban gejala ringan, nilai 3 untuk jaaban gejala
berat, dan nilai 4 untuk jawaban sangat berat. Penilaian ini dilakukan dengan menjumlahkan
skor jawaban pada tiap individu, sehingga dapat diketahui tingkat kecemasan pada tiap
individu. skor ≤ 6 memnunjukkan tidak adanya gejala kecemasan, skor 7 -14 menunjukkan
adanya gejala kecemasan ringan, 15 – 24 menunjukkan adanya kecemasan sedang, skor 25 –

21
30 menunjukkan kecemasan berat, dan skor > 30 menunjukkan adanya kecemasan yang
sangat berat. (Abdillah, 2015)

F. Validitas dan Reliabilitas


1. Validitas

Menurut Arikunto dalam (Sari, 2012), validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai
dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria. Perhitungan validitas
dilakukan dengan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan rumus :

r XY =n ¿ ¿
Keterangan :
R = Koefisien korelasi.
n = Jumlah responden
X = Skor tiap pernyataan
Y = Skor total

Keputusan uji, apabila r hitung (r pearson) ≥ r tabel maka pernyataan tersebut


dinyatakan valid. Apabila r hitung (r pearson) ≤ r tabel, maka pernyataan tersebut dinyatakan
tidak valid. (Riyanto dalam (Abdillah, 2015).

2. Reliabilitas

Menurut Arikunto dalam (Sari, 2012) reliabilitas merupakan tingkat keajegan


(konsistensi) dalam suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
menghasilkan skor yang ajeg, relative tidak berubah walau diteskan pada situasi yang
berbeda-beda. Penghitungan reliabilitas pada penelitian ini adalah Uji Cronbach’s Alpha
dengan rumus :

[ ∑ Si
]
2
k
r ii = 1− 2
k −1 St

r ii =Koefisien relibilitas tes

22
k = Cacah butir.

2
S i =¿Varians skor butir
2
S t =Varians skor total

Keputusan dari hasil uji nilai Cronbach’s Alpha ≥ konstan 0,6, mka pernyataan
dinyatakan reliable. Sedangkan, apabila nilai ≤ konstanta dbawah 0,6, maka pernyataan dapat
dinyatakan tidak reliable.

G. Metode Analisis Data


1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan ketika jumlah variabel yang dianalisis hanya satu macam.
Satu macam yang dimaksud bukanlah jumlahnya yang hanya satu tetapi jenis variabelnya
hanya 1 macam. Analysis univariat menggunakan metode statistic deskriptif untuk
menggambarkan parameter dari masing-masing variabel dan menjelaskan atau
mendeskrisikan variabel secara sederhana. (Heryana, 2020)

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan apabila variabel yang dianalisis yang terdiri dari sebuah
dependen dan indeoenden. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan oleh
peneliti. Melalui analisis bivariate, peneliti bisa menyatakan bahwa hipotesis sementara bisa
terbukti benar, yaitu dengan adanya dzikir bisa memengaruhi kecemasan mahasiswa semester
enam kelas B Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

23
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Menurut Siswoyo (2007), mahasiswa adalah mereka yang terdaftar di lembaga


perguruan tinggi di tingkat universitas, baik negeri maupun swasta. Untuk memperoleh gelar
akademik, mahasiswa sarjana (S1) harus berhasil menyelesaikan tugas akhirnya. Mahasiswa
harus mengemban tugas dan kewajiban yang berat untuk mewujudkan semua itu, tidak
terkecuali menyelesaikan studinya di perguruan tinggi karena semakin tinggi jenjang
pendidikan yang dicapai maka semakin berat pula tugas yang harus diselesaikan mahasiswa.
Salah satu penyebab kecemasan siswa mungkin karena kegiatan ini. Jelas, tingkat kecemasan
seseorang akan berbeda dengan orang lain. Jenis kecemasan yang dimiliki seseorang
bergantung pada situasi atau keadaan yang mereka hadapi.

Sebanyak 24 mahasiswa semester 6 kelas B fakultas psikologi Universitas Islam


Negeri Maulana Malik Ibahim Malang berpartisipasi dalam penelitian ini untuk mengetahui
efektivitas terapi dzikir dalam mengatasi kecemasan. Dua pertemuan diadakan untuk
melakukan penelitian ini. Kuesioner pre-test dan perlakuan dzikir diberikan pada pertemuan
pertama. Pertemuan kedua digunakan untuk pengisian post-test yang nantinya bertujuan
untuk memastikan bagaimana masing-masing orang berpengaruh pada terapi dzikir. Pada
penelitian ini, terapi dzikir memiliki pengaruh positif terhadap penurunan kecemasan pada
mahasiswa semester 6 jurusan psikologi kelas B Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang.

24
Pembahasan

45

40

35

30

25

20

15

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Pre-test Post-Test

Analisis data di atas dilakukan dengan tujuan untuk mengukur perbedaan rata-rata
data pre-test dan post-test sebelum dan setelah perlakuan. Terdapat adanya selisih antara pre-
test dan post-test yang mengukur efektivitas terapi dzikir terhadap penurunan kecemasan.
Hasil data yang dihasilkan dari pre-test dan post-test tersebut membuktikan bahwa dzikir
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penanganan kecemasan. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian milik Anas dan Supradewi (2008) menyatakan bahwa dzikir bisa
mempengaruhi fisiologi tubuh dengan adanya pengaruh fisiologi dan mental psikologi
individu yang ditimbulkan setelah berdzikir. Penelitian lain yang mendukung ialah Nida &
Fatma (2014) bahwa dalam penelitiannya terhadap penderita anxietas di RS. Dr Karyadi
Semarang, diketahui bahwa penderita kecemasan dalam perspektif agama disebabkan mereka
kurang yakin akan eksistensi, kepasrahan diri, dan seringkali memiliki prasangka yang buruk
pada Tuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah et al. (2013) juga menunjukkan adanya
penurunan kecemasan akibat dari pelatihan relaksasi dzikir.

25
Tujuan dari analisis data yang dibahas di atas adalah untuk mengetahui perbedaan
rata-rata antara hasil pre-test dan post-test sebelum dan sesudah terapi. Pre-test dan post-test
yang digunakan untuk mengetahui apakah treatment dzikir berhasil menurunkan kecemasan
berbeda-beda satu sama lain berdasarkan selisih yang ada. Temuan data sebelum dan sesudah
tes menunjukkan bahwa dzikir memiliki dampak yang cukup besar pada pengurangan
kecemasan. Penelitian Anas dan Supradewi (2008), yang menegaskan bahwa zikir dapat
mengubah fisiologi tubuh dengan menimbulkan pengaruh fisiologis dan mental psikologis
pada orang yang mengikuti zikir, mendukung temuan penelitian tersebut. Studi lain yang
mendukung gagasan ini antara lain penelitian Nida & Fatma (2014) terhadap kecemasan
pasien di rumah sakit. Dr. Karyadi Semarang, diketahui dengan baik bahwa mereka yang
mengalami kecemasan karena mereka kurang percaya diri, memiliki penyerahan diri, dan
sering memiliki prasangka negatif tentang Tuhan. Selain itu, penelitian oleh Abdullah et al.
(2013) menemukan bahwa latihan dzikir relaksasi dapat menurunkan kecemasan.

Dalam Al-Quran surat Ar-Ra’du ayat 28, Allah berfirman yang artinya : (yaitu) orang-
orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.Dari ayat tersebut dapat di
jelaskan bahwa Ayat tersebut menegaskan bahwa dzikir adalah sebuah metode yang
bersumber langsung dari Tuhan. Dzikir disini diposisikan sebagai kehidupan yang
mampu menenangkan gejolak kejiwaan yang dialami sesorang (Al-Jauziyah, 2002).

Ketika seseorang cemas, hatinya menjadi resah dan gelisah. Dengan berdzikir, mereka
dapat menghilangkan kecemasan dan kegelisahan yang dirasakan (Zainul, 2007) dan
membangun kepercayaan diri mereka (Maimunah, 2011). Aktivitas spiritual termasuk doa
dan meditasi, menurut Potter dan Perry (2005), membantu mengurangi stres. Menurut
Assegaf (2009), kualitas respon relaksasi akan meningkat jika dibarengi dengan mengingat
karena keyakinan akan adanya Tuhan akan mendorong optimisme dan menenangkan gejolak
emosi, yang akan mengatur hormon dan menormalkan metabolisme. Dzikir adalah salah satu
bentuk ibadah dalam Islam dan diartikan sebagai ikhtiar untuk mengingat Tuhan. Ketika
mahasiswa dihadapkan pada kecemasan, dzikir dapat membantu mereka mengurangi
kecemasan.

26
Dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti
berbanding lurus dengan kajian teoritis dan penelitian sebelumnya berdasarkan hasil
perbandingan penelitian tersebut. Jadi, dalam penelitian ini, terapi dzikir dapat
mempengaruhi atau menurunkan tingkat kecemasan individu.

Keterbatasan penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan, antara lain alat penelitian yang
digunakan adalah kuesioner, yang sangat subyektif dan rentan terhadap bias data.
Keterbatasan waktu yang dilakukan selama penelitian ini pun menjadi salah satu keterbatasan
peneliti. Dengan begitu peneliti berharap penelitian kedepannya bisa memaksimalkan waktu
dan memilih metode atau instrumen penelitian yang lebih akurat.

27
BAB V

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi dzikir dapat memiliki pengaruh positif
terhadap kecemasan. Dzikir dapat membantu individu mengalihkan perhatian dari pikiran
yang cemas dan merangsang perasaan kedamaian dan ketenangan. Dzikir sering kali
melibatkan pengulangan kalimat-kalimat yang mengandung makna spiritual atau pujian
terhadap Tuhan. Aktivitas ini dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan
dengan menginduksi keadaan pikiran yang lebih tenang dan santai. Terapi dzikir juga dapat
membantu individu untuk lebih fokus pada aspek-aspek spiritual dan meningkatkan
ketakwaan mereka. Fokus yang kuat pada keberadaan Tuhan dan rasa ketergantungan pada-
Nya dapat membantu mengurangi kecemasan dengan membangun kepercayaan yang lebih
kuat.

SARAN

Meskipun penelitian ini menunjukkan hasil yang positif, perlu diingat bahwa
pengaruh terapi dzikir terhadap kecemasan belum sepenuhnya dipahami. Banyak penelitian
yang telah dilakukan masih terbatas dalam skala dan metode penelitian yang digunakan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan lebih banyak penelitian yang berkualitas untuk memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif.

Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan, termasuk penggunaan kuesioner sebagai


alat penelitian yang bersifat subyektif dan rentan terhadap bias data. Keterbatasan waktu yang
terjadi selama penelitian juga menjadi salah satu batasan yang dihadapi oleh peneliti. Oleh
karena itu, diharapkan agar penelitian di masa depan dapat mengoptimalkan waktu dan
memilih metode atau instrumen penelitian yang lebih akurat.

28
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, A. (2016). EFEKTIFITAS TERAPI SHALAT BAHAGIA UNTUK


MENINGKATKAN KONTROL DIRI WANITA TUNA SUSILA DI DINAS
REHABILITASI SOSIAL BINA KARYA WANITA KEDIRI. 1–23.
Hawari, D. (2012). Riset Al Quran & Psikologi: Doa dan dzikir sebagai penyembuhan
Penyakit. Diunduh dari http://terapi. dzikrullah. org/ pada tanggal 2 Juni 2023.
Iin patimah, Suryani S, & A. N. (2015). Pengaruh Relaksasi Zikir terhadap Tingkat
Kecemasan Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa. vol 3 no 1, 18–34.
Maimunah, A. , & Retnowati, S. (2011). Pengaruh relaksasi dengan dzikir untuk mengatasi
kecemasan ibu hamil pertama. Jurnal PSIKOISLAMIKA, 8 (1), 1-22.
Mellani, & Kristina, N. L. P. (2021). Tingkat Kecemasan Anak Remaja Pada Masa Pandemi
Covid-19 Di Sma Negeri 8 Wilayah Kerja Puskesmas Iii Denpasar Utara Tahun 2021.
NLPK Mellani, 12–34. http://repository.poltekkes-denpasar.ac.id/7453/
Nida & Fatma, L. K. (2014). Zikir sebagai psikoterapi dalam gangguan kecemasan bagi
lansia. Konseling Religi: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 5 (1), 133-150.
Niko, P. F. (2018). Pengaruh Terapi Dzikir untuk Menurunkan Kecemasan pada Ibu Hamil.
Islamika, 1(1), 24–33.
Novitria, F., & Khoirunnisa, R. N. (2020). Perbedaan Kecemasan Akademik Pada Mahasiswa
Baru Jurusan Psikologi Ditinjau Dari Jenis Kelamin. Jurnal Penelitian Psikologi, 9(1),
11–20.
Saifulloh, A. (2012). Terapi zikir jama’ati di Desa Luwoo dan Tenggela Kabupaten
Gorontalo. Jurnal AlUlum, 12 (1), 223-244.
Subandi. (2009). Psikologi zikir: Fenomenologi transformasi religius. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sucinindyasputeri, R. (2017). Pengaruh Terapi Zikir Terhadap Penurunan Stres Pada
Mahasiswa Magister Profesi Psikologi. INQUIRY: Jurnal Ilmiah Psikologi, 8(1), 30–41.
https://doi.org/10.51353/inquiry.v8i1.125
Supradewi,R. (2008). Efektivitas pelatihan dzikir untuk menurunkan afek negatif pada
mahasiswa. Jurnal Psikologi, 1 (2), 199-215.

29
Syahdiah, U., Fadhliah, M., Soleh Sakni, A., & Lutfiah, W. (2022). Efektivitas Terapi Zikir
dalam Mengurangi Kecemasan pada Remaja Menjelang Ujian. Jurnal Penelitian Ilmu
Ushuluddin, 2(2), 370–380. https://doi.org/10.15575/jpiu.v2i2.15578
Abdillah, M. (2015). Pengaruh Zikir Terhadap Skor Kecemasan Mahasiswa Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Menghadapi Ujian Skill-lab.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/25599

Heryana, A. (2020). Analisis Data Penelitian Kuantitatif. 1–11.

Jannata, A. H., & Nur’aeni. (2020). Academic Anxiety in Students : a Systematic Review.
Future Psychology Interaction of Human Behavior, Culture, and Technology to Create
Society 5.0, 2015.

Sari, I. M. (2012). Teori Validitas dan Reabilitas. Bahan Ajar Evaluasi Pendidikan, 1–6.

Sinaga, D. (2014). Buku Ajar Statistik Dasar. UKI PRESS.

VandenBos, G. R. (Ed). (2015). A dictionary of psychology. In Choice Reviews Online (Vol.


53, Issue 01). https://doi.org/10.5860/choice.191871

30

Anda mungkin juga menyukai