Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERKEMBANGAN TEORI BELAJAR SEBELUM DAN SESUDAH ABAD 20


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Belajar yang diampu oleh
: Prof. Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Nur Ikhsan Mahmudi Sarif / 200401110076


Aulia Rahma Salsabila / 200401110227
Rizqah Zamima / 200401110229

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Perkembangan Teori Belajar Sebelum Dan Sesudah Abad 20".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga karya makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan
juga inspirasi untuk pembaca.

Malang, 15 Maret 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu aktifitas atau kegiatan dimana terdapat sebuah
proses dan tahapan dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi
mengerti, tidak bisa menjadi bisa untuk mencapai hasil yang optimal sesuai
dengan tujuan kegiatan tersebut. Belajar adalah merupakan proses perubahan
yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku atau pemikiran
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar adalah dampak dari adanya interaksi antara rangsangan dan
tanggapan. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi saat ini terjadi sangat pesat. Hal ini menuntut perubahan cara
pembelajaran dalam dunia pendidikan, baik oleh pendidik maupun peserta
didik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa ciri-ciri teori belajar sebelum abad 20
2. Apa ciri-ciri teori belajar setelah abad 20
3. Bagaimana perbandingan teori belajar sebelum dan sesudah abad 20
4. Siapa tokoh dan teori belajar sebelum abad 20
5. Siapa tokoh dan teori belajar sesudah abad 20

C. Tujuan
1. Mengetahui ciri-ciri teori belajar sebelum abad 20
2. Mengetahui ciri-ciri teori belajar setelah abad 20
3. Mengetahui perbandingan teori belajar sebelum dan sesudah abad 20
4. Mengetahui tokoh dan teori belajar sebelum abad 20
5. Mengetahui tokoh dan teori belajar sesudah abad 20
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri Belajar Sebelum Abad 20


Teori belajar dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu teori
sebelum abad ke-20 dan teori belajar abad ke-20. Yang termasuk teori belajar
sebelum abad ke-20, yaitu teori disiplin mental, teori pengembangan alamiah, dan
teori apersepsi. Teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan berdasarkan
pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperimen.
Perkembangan teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan tanpa
dilandasi oleh eksperimen. Jadi teori-teori belajar yang muncul sebelum abad ke-
20 merupakan hasil dari pengalaman, orientasi filosofi (berfikir secara
mendalam). Beberapa teori belajar sebelum abad 20 adalah sebagai berikut :
1. Teori Disiplin Mental (Plato, Aristoteles).
Dalam teori ini mental siswa adalah hal yang paling penting, karena
mental siswa di disiplinkan atau dilatih. Dalam proses pembelajaran sehari-
hari guru terus melatih siswa, guru juga menyampaikan materi setiap hari
tanpa henti, agar siswa memiliki disiplin mental. Setelah itu guru juga
memberikan tes kepada siswa setiap hari agar disiplin mental siswa semakin
kuat. Jika ada siswa yang belum memahami materi yang disampaikan guru,
maka siswa harus mempelajari kembali.
Yang harus dilakukan siswa yang belum memahami materi adalah
dengan kembali belajar sesudah jam pelajaran selesai. Dan guru melatih
siswa kembali sampai siswa benar-benar memahami materi.
2. Teori Perkembangan Alamiah (Natural Unfoldment).
Teori perkembangan alamiah (natural unfoldment) adalah teori belajar
yang dikembangkan oleh Jean J. Roussseau (1712-1778), Swiss Heinrich
Pestalozzi (1746-1827) seorang ahli pendidik, dan Jerman Friedrich Froebel
(1782-1852) adalah seorang ahli filsafat, pedidik dan penemu gerakan
“Kindegarten”.
Teori perkembangan alamiah berlawanan dengan teori disiplin mental.
Karena menurut teori ini, setiap individu akan melewati proses berkembang
secara alamiah. Proses perkembangan tiap individu menjadi sangat penting,
karena agar materi pembelajaran sesuai dengan kondisi perkembangan
peserta didik.
3. Teori Apersepsi (Johan Friedrich Herbart 1776-1841).
Teori apersepsi adalah teori belajar yang berlawanan dengan teori
disiplin mental dan teori alamiah. Dalam teori ini suatu gagasan-gagasan baru
maupun gagasan-gagasan lama adalah hal yang paling penting. Karena dalam
teori suatu pemikiran dari setiap individu dipengaruhi oleh gagasan-gagasan
yang ada dalam pemikirannya.
Oleh karena itu teori belajar ini menganggap bahwa pemikiran
seseorang terbentuk oleh suatu proses asosiasi anatara gagasan-gagasan baru
dengan gagasan-gagasan lama. Dengan kata lain belajar adalah proses
terasosiainya gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama yang
sudah membentuk pikiran

B. Ciri Belajar Setelah Abad 20


Sedangkan teori belajar abad setelah abad 20, dibagi menjadi dua macam,
yaitu teori belajar perilaku (behavioristik) dan teori belajar kognitif (Gestalt-
field). Teori belajar perilaku (behavioristik), berlandaskan kepada stimulus-
respons sedangkan teori belajar Gestalt-field, berlandaskan kepada segi kognitif
(Ali, 2000: 20).
1. Teori belajar perilaku (behavioristik)
Perilaku menurut teori behaviorisme ialah hal-hal yang berubah dan
dapat diamati. Perilaku terbentuk dengan adanya ikatan asosiatif antara
stimulus dan respon (S-R). Manusia berperilaku pada dasarnya mencari
kesenangan yang sekaligus menghindari hal-hal yang menyakitkan, dan
perilaku pada dasarnya ditentukan oleh lingkungan sesuai dengan pola
stimulus respon yang terjadi.
Proses belajar terjadi dengan adanya tiga komponen pokok, yaitu
stimulus, respon dan akibat. Stimulus adalah sesuatu yang datang dari
lingkungan yang dapat membangkitkan respon individu. Respon
menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah
sesuatu yang terjadi setelah individu merespon baik yang bersifat positif
maupun negatif.
2. Teori belajar kognitif (Gestalt-field)
Menurut teori gestalt-field, belajar merupakan suatu proses perolehan
atau perubahan insight, outlooks, harapan-harapan atau pola-pola berfikir.
Para ahli teori ini yakin bahwa perilaku yang tidak Nampak adalah mungkin
untuk dipelajari dengan cara ilmiah, seperti pemikiran-pemikiran (thoughts).
Karena teori ini memusatkan perhatian dan menganalisa proses-proses
kognitif, maka prinsip-prinsip dan kesimpulan-kesimpulan yang mereka
sarankan disebut teori-teori kognitif.
Para teoriwan belajar kognitif berpandangan bahwa proses belajar
pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif. Menurut
mereka, cara belajar orang anak berbeda dengan cara belajar orang dewasa.
Proses belajar orang dewasa melibatkan kemampuan kognitif yang lebih
tinggi dibandingkan dengan proses belajar anak. Banyak ahli psikologi
kognitif yang mempelajari bagaimana terjadinya belajar dan menyarankan
bagaimana seharusnya mengajar di lakukan, seperti: teori belajar bermakna
oleh Ausubel, teori belajar pemahaman konsep oleh Jerome Bruner, teori
Webteaching oleh Norman, teori Hirarki belajar oleh Gagne, dan teori
perkembangan oleh Piaget.

C. Perbandingan Teori Belajar Sebelum Abad 20 dan Setelah Abad 20


Secara garis besar ciri-ciri teori belajar sebelum abad 20 itu berdasarkan
pemikiran filosofis atau spekulatif, tanpa dilandasi eksperimen.
Perkembangan teori belajar sebelum abad ke-20 dikembangkan tanpa dilandasi
oleh eksperimen. Jadi teori-teori belajar yang muncul sebelum abad ke-20
merupakan hasil dari pengalaman, orientasi filosofi (berfikir secara mendalam)

D. Teori Belajar Sebelum Abad 20


Ada tiga teori terkenal pada masa ini. Ketiga teori ini memiliki satu ciri
yang sama, yaitu teori ini dikembangkan tanpa dilandasi eksperimen. Ini berarti
dasar orientasinya adalah filosofi atau spekulatif (Dahar, 1988).
a. Teori Disiplin Mental (Plato dan Aristoteles)
Teori ini menganggap bahwa dalam belajar, mental siswa
didisiplinkan atau dilatih. Guru melatih para siswa dan setiap hari diberi tes,
dan para siswa yang belum pandai harus kembali sesudah jam sekolah untuk
dilatih lagi.
b. Teori Perkembangan Alamiah (Natural Unfoldment)
Menurut teori ini anak akan belajar secara alamiah. Pengembang teori
ini adalah Jean J. Rosseau (1712-1728), Heinrich Pestalozzi (1746-1827),
Friedrich Troebel (1782-1852).
c. Teori Apersepsi ( Johan Friedrich Herbart, 1776-1841)
Menurut teori ini belajar merupakan suatu proses terasosiasinya
gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran
(Mind) (lufri.2007:11).
E. Teori Belajar Setelah Abad Ke-20
I. Teori Deskriptif dan Teori Preskriptif
Menurut Bruner teori pembelajaran adalah Preskriptif dan
deskriptif. Preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah
menetapkan metode pembelajaran yang optimal, sedangkan dekriptif
karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Teori
belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang
menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran menaruh
perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi
suatu proses belajar (C.Asri Budiningsih,2004) dalam (Saripah : 2).
Teori preskriptif adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan),
sedangkan deskriptif adalah goal free (untuk memberikan hasil). Hasil
pembelajaran yang diamati dalam pengembangan teori preskriptif adalah
hasil yang diinginkan, sedangankan teori deskriptif yang diamati adalah
hasil pembelajaran yang nyata, hasil pembelajaran yang mungkin muncul
dan bisa jadi bukan hasil pembelajaran yang diinginkan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa teori pembelajaran prespektif berisi seperangkat
preskripsi guna mengoptimalkan hasil pembelajaran yang diinginkan
dibawah kondisi tertentu, sedangkan teori pembelajaran deskriptif berisi
deskripsi mengenai hasil pembelajaran yang muncul sebagai akibat dari
digunakannya metode tertentu dibawah kondisi tertentu.

II. Teori Prilaku (Behavioristik)


Menurut teori ini belajar merupakan perubahan prilaku yang dapat
diamati, terjadi melalui stimulus (rangsangan) – respon (tanggapan)
menurut prinsip-prinsip mekanistik. Dengan kata lain, belajar merupakan
bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap belajar jika dapat menunjukkan
perubahan pada tingkah lakunya.
Menurut teori ini hal yang paling penting adalah input (masukan)
yang berupa stimulus dan output (keluaran) yang berupa respon. Oleh
sebab itu apa saja yang diberika guru (stimulus) dan apa saja yang
dihasilkan siswa (respon) semuanya harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini lebih mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat perubahan tingkah laku tersebut. Faktor lain
yang juga dianggap penting adalah penguatan. Penguatan adalah apa saja
yang memperkuat timbulnya respon. Nama-nama yang berhubungan
dengan teori ini adalah I.P. Palvop (1849-1936), E.L. Thorndike, E.R.
Gutrie, B.F. Skinner, R.M. Gagne, A. Bandura dan beberapa lainnya.
Behaviorisme merupakan aliran psikologi yang memandang
individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek
mental. Dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya baka,
kecerdasan, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa
belajar semata-mata melatih reflex-refleks sedemikian rupa sehingga
menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
 Inti dari belajar behavioristik adalah :
1) Belajar adalah perubahan tingkah laku.
2) Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu
menunjukkan perubahan tingkah laku.
3) Pentingnya masukan berupa stimulus dan keluaran berupa respon.
4) Satuan yang terjadi diantara stimulus-respon tidak dianggap penting
sebab tidak dapat diukur dan diamati.
5) Yang bisa diukur dan diamati hanya stimulus dan respon.
6) Penguatan adalah faktor penting dalam belajar.
7) Bila peguatan ditambah maka respon akan semakin kuat demikian
juga jika dikurangi maka respon semakin kuat.
Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar
ditekankan aktivitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari.
Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi
menuntut jawaban yang benar, jawaban yang benar menjukkan bahwa
siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya.
 Ciri-ciri teori behavioristik-elementristik:
1) Mementingkan pengaruh lingkungan (environmentalistik)
2) Mementingkan bagian-bagian (elementaristik)
3) Mementingkan peranan reaksi
4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar
5) Mementingkan sebab-sebab di waktu yang lalu
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan
7) Dalam pemecahan problem, ciri khasnya trial and error (Suryabrata,
1983 : 15).
Teori Perilaku selanjutnya antara lain :
1. Teori Koneksionisme
Teori ini dipelopori oleh Thorndike dan kemudian
dikembangkan oleh pakar-pakar lainnya. Teori koneksionisme
menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran, baik pada kehidupan
hewan maupun dalam kehidupan manusia, berlangsung menurut
prinsip yang sama yaitu melalui proses pembentukan asosiasi antara
kesan panca indera dengan perbuatan (Sudjana, 2010 : 45).
2. Teori Refleks atau Kondisioning Klasik
Teori ini dipelopori oleh Ivan pavlov tahun 1927 dengan
penelitiannya yang paling terkenal adalah memperdengarkan bunyi
garpu tala segera sebelum menyodorkan daging kepada seekor anjing.
Setelah diulang-ulang beberapa kali, bunyi saja dapat mengeluarkan
air liur pada binantang itu (Gredler, 1991 : 54).
Percobaan yang dilakukan Pavlov terhadap anjingnya
menggambarkan bahwa belajar dilakukan dengan mengasosiasikan
suatu ganjaran itu. Perangsang bersyarat dan perangsang tidak
bersyarat merupakan pengkondisian (conditioning) dalam proses
pembentukan prilaku. Watson mengembangkan teori ini melalui
percobaan tentang gejala takut pada anak, dengan menggunakan tikus
putih. Menurut teori ini, belajar adalah suatu proses yang disebabkan
oleh adanya syarat tertentu yaitu berupa rangsangan. Pengkondisian
(conditioning) dalam bentuk rangsangan dan pembiasaan mereaksi
terhadap perangsang tertentu menimbulkan proses belajar (Sudjana,
2010 : 45-46).
3. Teori Operant Conditioning
Teori ini dipelopori oleh Skinner. Seperti Pavlov dan Watson,
Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara
perangsang dan response, tetapi berbeda dengan kedua tokoh yang
terdahulu itu, Skinner membuat perinci lebih jauh. Skinner
membedakan adanya dua macam respons, yaitu :
1) Respondent response yaitu respons yang ditimbulkan oleh
perangsang-perangsang tertentu.
2) Operant respons yaitu respons yang timbul dan berkembangnya
diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu (Suryabrata, 1983 : 22-
23).
4. Teori Mental State
Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang
dikembangkan oleh J.Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusia
terdiri dari kesan-kesan/tanggapan yang masuk melalui penginderaan.
Kesan-kesan itu akan mudah diungkapkan kembali apabila kesan-
kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Dan
sebaliknya apabila kesan-kesan iu lemah maka akan lebih mudah lupa.
Jadi, yang penting menurut teori ini adalah bahan-bahan atau materi
yang disampaikan kepada seseorang. Teori ini bersifat materialis
mengutamakan bahan (Hamalik, 2001 : 37).

III. Teori Kognitif


Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil
belajarnya. Teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan
hubungan antara stimulus dan respon, melainkan tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Teori kognitif juga menekankan
bahwa bagian dari situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Menurut teori ini belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, pengolahan informasi, emosi dan aspek-aspek
kejiwaan lainnya. Belajar merupakan perolehan atau perubahan insait-
insait, gagasan-gagasan, harapan-harapan atau pola pikir. Belajar
merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.

Prinsip umum teori belajar kognitif antara lain:


1) Lebih mementingkan proses daripada hasil.
2) Disebut model perceptual.
3) Tingkah laku seseorang ditetukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan
belajaranya.
4) Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak
selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
5) Memisahkan/membagi materi/situasi pelajaran menjadi komponen-
komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan
kehilangan makna.
6) Belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan,
retensi, pengolahan informasi, emosi dan aspek kejiwaan lainnya.
7) Belajar merupakan aktivitas yang melibatkjan proses berpikir yang
sangat kompleks.
8) Dalam kegiatan pembelajaran keterlibatan aktif siswa amat
dipentingkan.
9) Materi pembelajaran disusun dari sederhana ke kompleks.
10) Perbedaan individu siswa amat diperhatikan karena sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa.

Ciri-ciri Teori-teori kognitif-wholistik


1) Mementingkan apa yang ada pada diri sipelajar (nativistik)
2) Mementingkan keseluruhan (wholistik)
3) Mementingkan peranan fungsi kognitif
4) Mementingkan keseimbangan dalam diri si pelajar
5) Mementingkankondisi yang ada pada waktu ini
6) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
7) Dalam pemecahan problem, ciri khasnya adalah insight
(Suryabrata, 1983 : 15).

Beberapa pandangan tentang teori kognitif :


a. Teori Perkembangan Piaget
Menurut piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses
genetic, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
perkembangan system syaraf. Dengan bertambahnya usia makin
kompleks susunan sel syarafnya dan makin meningkat kemampuannya.
Ia menyimpulkan bahwa daya pikir anak yang berbeda usia akan
berbeda pula secara kualitatif. Proses belajar akan terjadi mengikuti
tahap asimilasi (proses penyatuan informasi baru kedalam struktur
kognitif yang telah dimiliki individu), akomodasi (proses penyesuaian
struktur kognitif kedalam situasi yang baru) dan ekuilibrasi
(penyeimbangan / penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan
akomodasi).
Empat tahap perkembangan kognitif menurut piaget.
1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun). Perkembangan berdasarkan
tindakan dan dilakukan selangkah demi selangkah.
2) Tahap preoperasional (2-7/8 tahun). Perkembangan pada tahap ini
adalah penggunaan symbol atau tanda bahasa, dan mulai
berkembangnya komsep intuitif.
3) Tahap operasional konkret (7/8-11/12 tahun). Pada tahap ini sudah
mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis, dan ditandai
adanya reversible dan kekekalan.
4) Tahap operasional formal (11/12-18 tahun). Pada tahap ini anak
sudah mampu berpikir abstrak dan logis, dan ditandai adanya
reversible dan kekekalan.
b. Teori Belajar Menurut Bruner
1) Teori Belajar Penemuan (Discovery Learning)
Menurut Bruner proses belajar akan berjalan dengan baik
jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
suatu konsep, teori, atauran atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia jumpai dalam kehidupannya. Menurut bruner perkembangan
kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi
pembelajaran dan menyajikannya sesuaai dengan tahap
perkembangan orang tersebut.
2) Teori Pembentukan dan Pemahaman Konsep
Pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan
dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses
berpikir yang berbeda. Dlam pemahaman konsep, konsep-konsep
sudah ada sebelumnya, sedangkan dalam pembentukan konsep
adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-
kategori baru. Pada akhirnya akan sampai pada suatu kesimpulan
discovery learning.

c. Teori Belajar Bermakna (Meaningfull Learning) Ausubel


Menurut Asubel, belajar seharusnya merupakan asimilasi yang
bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diassimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam
bentuk struktur kognitif. Berikut beberapa prinsip teori Ausubel.
1) Proses belajar akan terjaddi jika seseorang mampu
mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan
pengetahuan baru.
2) Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan
stimulus, memahami makna stimuluas, menyimpan dan
menggunakan informasi yang sudah dipahami.
3) Siswa lebih ditekankan untuk berpikir secara deduktif (konsep
Advance Organizer) (Darmadi.2017).

d. Teori Belajar Gestalt


Gestalt berasal dari bahasa jerman yang berarti bentuk atau
konfigurasi. Dasar dari teori gestalt ialah bahwa subyek itu mereaksi
pada “keseluruhan kesatuan yang bermakna”(Koffka, 1935 : 141) dalam
(Gredler : 1991 : 58) atau suatu keseluruhan yang terorganisasikan.
Menurut Koffka dan Kohler ada 7 prinsip organisasi:
1) Hubungan bentuk dan latar
2) Kedekatan
3) Kesamaan
4) Arah bersama
5) Kesederhanaan
6) Ketertutupan
Menurut aliran ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang
berstruktur. Suatu keseluruhan bukan terdiri dari bagian-bagian atau
unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan menurut
struktur yang telah telah tertentu dan saling berinterelasi satu sama lain.
Contoh : kepala manusia bukan merupakan penjumlahan daripada batok
kepala, telinga, mata, hidung, mulut, rambut, dagu, dan dahi. Kepala
adalah suatu keseluruhan unsur-unsur pada kepala yang terletak pada
struktur tentu (Hamalik, 2001 : 41).
Aplikasi teori gestalt dalam proses pembelajaran, yaitu:
1) Pengalaman tilikan (insight). Tilikan adalah kemampuan mengenal
keterikatan unsur-unsur dalam suatu objek/peristiwa.
2) Pembelajaran yang bermakna (Meaningfull learning). Hal yang
dipelajari peserta didik hendaknya memiliki makna yang jelas dan
logis dengan proses kehidupannya.
3) Perilaku bertujuan (pusposive behavior). Proses pembelajaran akan
efektif jika peserta didik mengenal tujuan yang ingin dicapai.
4) Prinsip ruang hidup (life space). Materi yang diajarkan hendaknya
memiliki keterkaitan dengan kondisi kehidupan peserta didik.
5) Transfer dalam belajar. Pemindahan pola prilaku dalam situasi
pembelajaran ke situasi lain. ini terjadi jika siswa telah menangkap
prinsip pokok dari suatu persoalan dan menemukan generalisasi untuk
kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam situasi lain.

e. Teori Medan
Teori medan yang mula-mula dikembangkan oleh Kurt Lewin
adalah perkembangan khusus daripada psikologi gestalt (Suryabrata, 1983 :
29). Formula teori ini adalah B=F (P,E), artinya, perilaku (B=Behavior)
sebagai perolehan belajar adalah F(fungsi) individu P(person) dan E
(environment) yaitu lingkungan. Jadi, hasil belajar dipengaruhi oleh faktor
lingkungan (Sudjana, 200 : 47 ).

f. Teori field
1) Belajar dimulai dari suatu keseluruhan.
2) Keseluruhan memberikan makna kepada bagian-bagian, bagian-bagian
terjadi dalam suatu keseluruhan.
3) Individuasi bagian-bagian dari suatu keseluruhan.
4) Siswa/anak belajar dengan menggunakan pemahaman (Hamalik, 2001 :
41-42).
IV. Teori Konstruktivistik
Konstruktivistik menekankan pada proses dan kebebasan dalam
menggali pengetahuan serta upaya dalam mengkonstruksi pengalaman
atau dengan kata lain memberikan keaktifan kepada siswa untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri. Teori ini lebih
menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang
tidak aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tuatetap saja
tidak akan berkembang pengetahuannya.suatu pengetahuan dianggap
benar bila pengetahuan itu berguna untuk mengahadapi dan memecahkan
persoalan atau fenomena yang sesuai.
Unsur penting dalam teori konstruktivistik:
a. Memperhatikan dan memanfaatkan pengetahuan awal siswa.
b. Pengalaman belajar yang autentik dan bermakna.
c. Adanya lingkungan social yang kondusif.
d. Adanya dorongan agar siswa mandiri.
e. Adanya usaha untuk mengenalkan siswa tentang dunia ilmiah.

Adapun tujuan dari teori ini adalah.


a. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab
diri sendiri.
b. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan
dan mencari sendiri pertanyaannya.
c. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman
suatu konsepm secara lengkap.
d. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

V. Teori Humanistik
Menurut teori humanistic proses belajar harus dimulai dan
diajukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh
sebab itu, teori belajar humanistic sifatnya lebih abstrak dan lebih
mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi
daripada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistic sangat
mementingkan isi yang dipelajari daripada proses belajar itu sendiri serta
lebih banyak berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk
membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar
dalam bentuk yang paling ideal. Teori humanistic bersifat sangat elektik
yaitu memanfaatkan atau merangkumkan berbagai teori belajar dengan
tujuan untuk memanusiakan manusia dan mencapai tujuan yang
diinginkan.
Tokoh -tokoh penganut aliran humanistic berikut pandangannya :
1) Kolb
Pandangannya tentang belajar dikenal dengan “Belajar empat tahap”:
a. Tahap pandangan konkret. Seseorang mampu mengalami suatu
peristiwa tetapi belum menyadari hakikat tentang peristiwa itu.
b. Tahap pengamatan aktif dan reflektif. Seseorang mampu
melakukan observatif tentang suatu peristiwa yang dialaminya.
c. Tahap konseptualisasi. Seseorang mampu mebuat abstraksi,
mengembangkan konsep, fakta, prinsip, prosedur tentang suatu
objek dan cara berpikirnya induktif.
d. Tahap eksperimentasi aktif. Seseorang sudah mampu
mengaplikasikan konsep, teori, dan aturan dalam kehidupan nyata
dan cara berpikirnya deduktif.
2) Honey dan Mumford
a. Menggolongkan orang yang belajar kedalam 4 macam golongan:
b. Kelompok aktivis. Senang berpatisipasi aktif dalam kegiatan
untuk memperoleh pengalaman baru.
c. Kelompok reflector. Berlawanan dengan kelompok aktivis, sangat
berhati-hati dan penuh pertimbangan.
d. Kelompok teoris. Sangat kritis, suka menganalisis, berpikir
rassional dengan menggunakan penalaran.
e. Kelompok pragmatis. Bersifat praktik, tidak suka berpanjang lebar
dengan teori, konsep, dalil dan sebagainya.
3) Hobermas
a. Belajar baru akan terjadi jika terjadi interaksi individu dengan
lingkungan. Ada tiga tipe belajar, ssb:
b. Belajar teknis. Balajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi
dengan lingkungan alamnya.
c. Belajar praktis. Balajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi
dengan lingkungan sosialnya.
d. Belajar emansipotoris. Belajar yang menekankan upayaagar
seseorang mencapai suatu pemahamandan kesadaran tinggi akan
terjadinya perubahanatau transformasi budaya dengan lingkungan
sosialnya.
4) Bloom dan Krathwohl
Menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasi oleh
individu (sebagai tujuan belajar, setelah melalui peristiwa-peristiwa
belajar. Tujuan belajarnya dikemukakan dengan taksonomi Bloom,
yaitu:
1) Domain Kognitif, terdiri atas 6 tingkatan:
a. Pengetahuan
b. Pemahaman
c. Aplikasi
d. Analisis
e. Sintesis
f. Evaluasi
2) Domain Psikomotor, terdiri atas 5 tingkatan:
a. Peniruan
b. Penggunaan
c. Ketepatan
d. Perangkaian
e. Naturalisasi
3) Domain Afektif
a. Pengenalan
b. Merespon
c. Penghargaan
d. Pengorganisasian
e. Pengalaman
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa
untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar.

VI. Teori Sibernetik


Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relative baru
dibandingkan teori yang lainnya. Menurut teori ini belajar adalah
pengolahan informasi. proses belajar memang penting dalam teori ini,
namun yang lebih penting adalah system informasi yang diproses yang
akan dipelajari siswa. Asumsi lain bahwa tidak ada satu proses belajarpun
yang ideal untuk segala situasi dan yang cocok untuk semua siswa sebab
cara belajar ditentukan oleh system informasi.
Implementasi teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran
dikembangakan oleh beberapa tokoh dengan teori berikut.
a. Teori Pemrosesan Informasi
Menurut teori ini komponen pemrosesan informasi dibagi
menjadi 3, yaitu:
1) Sensory Receptor (SR). Tempat informasi diterima pertama kali.
2) Working Memori (WM). WM diasumsikan yang menangkap
informasi yang diberi perhatian oleh individu.
a) Kapasitas terbatas, informasi bertahan 15 detik tanpa
pengulangan.
b) Informasi dapat disandi dalam bentuk verbal/visual yang
dipengaruhi oleh proses control dan dapat dikendalikan secara
sadar.
3) Long Time Memory (LTM).
a) Berisi semua pengetahuan yang dimiliki individu.
b) Kapasitas tak terbatas.
c) Sekali informasi disimpan tidak akan terhapus. Persoalan lupa
hanya disebabkan oleh kesulitan/kegagalan memunculkan
kembali informasi yang diperlukan.

b. Teori Belajar Menurut Landa


Teori Landa membedakan ada 2 macam proses berpikir:
1) Proses berpikir Algoritmik: Sistematis, bertahap, konvergen, menuju
satu target tertentu.
2) Proses berpikir Heuristik: devergen, menuju beberapa target
sekaligus.
Menurut Landa proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak
dipecahkan diketahui ciri-cirinya.

c. Teori Belajar Menurut Pask dan Scott


Menurut Pask dan Scott ada dua cara berpikir.
1) Cara berpikir serialis. Hampir sama dengan algoritmik, setahap demi
setahap/linier.
2) Cara berpikir menyeluruh atau wholist. Cara berpikir yang melompat
kedepan, dari umum ke khusus.
Teori sebernetik memandang manusia sebagai pengolah
informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka diasumsikan
bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah
menyimpan dan mengorganisasikan informasi.
VII. Revolusi Sosio-Kultural
a. Teori Belajar Piagetin
Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetic, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis
dalam bentuk perkembangan syaraf. Kegiatan belajar terjadi bersama
dengan pola tahap perkembangan tertentu dari umur seseorang.
Perolehan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses
mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui
pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru
sebagai pengalaman dan persoalan.untuk memperoleh keseimbangan
seseorang harus beradaptasi dengan lingkungannya.

b. Teori Belajar Vygotsky


Vagotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus
dimengerti dari latar social-budaya dan sejarahnya. Artinya, untuk
memahami seseorang bukan dengan menelusuri apa yang ada
diotaknya atau didalam jiawanya, tetapi dari asal usul tindakan
sadarnya, dan interaksi social yang dilatari oleh sejarah hidupnya.
Menurut Vagotsky perolehan pengetahuan dan perkembangan
kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi
kesadaran social bersifat primer dan dimensi individualnya bersifat
sekunder. Artinya, pengetahuan dan perkembangan kognitif individu
berasal dari sumber-sumber social diluar dirinya.
VIII. Teori Kecerdasan Ganda
Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan
masalah dan menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan didalam latar
budaya tertentu. Seseorang dikatakan cerdas bila ia dapat memecahkan
masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan
sesuatu yang berharga bagi dirinya maupun orang lain.
Howard Gadner memperkenalkan hasil penelitiannya yang
berkaitan dengan kecerdasan ganda, yaitu teorinya tentang
menghilangkan anggapan yang ada selama ini tentang kecerdasan
manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satupun
kegiatan manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan,
melainkan seluruh kecerdasan yang ada.
Semua kecerdasan tersebut bekerjasama sebagai satu kesatuan
yang utuh dan terpadu. Komposisi keterpaduannya tentu berbeda-beda
pada masing-masing orang. Kecerdasan yang paling menonjol akan
mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan
masalah.

IX. Teori dan Model Mengajar


Mengenai teori mengajar dapat disebutkan beberapa teori menurut
Bruner, Ausabel dan Gagne. Menurut Bruner mengajar adalah upaya
menguraikan pengalaman belajar, cara mengorganisasikan dan prosedur
penggunaan penguatan.Tahap-tahapnya enaktif (gerak), ekonik (deskripsi
visual) dan simbolik (deskripsi verbal).
Menurut Ausabel, mengajar adalah upaya membuat struktur
sesuatu yang dipelajari agar mudah dipahami (belajar bermakna / Advance
Organizer). Advance Organizer adalah menguraikan garis besar materi
baru yang dikaitkan dengan yang sudah diketahui. Jadi, dengan Advance
Organizersiswa memperoleh gambaran yang bulat antara yang sudah
pireloh dan yang akan diperoleh (Darmadi.2017).
Menurut Gagne, mengajar adalah penataan situasi belajar, baik
situasi belajar itu sendiri maupun situasi yang mendukung aktivitas
mengajar. Menurutnya setiap ilmu memiliki hirarki tersendiri. Untuk
memahami jenjang yang lebih tinggi haru dimulai dari yang terendah.
Urutan jenjang tersebut dari bawah sbb:
a. Belajar isyarat (signal Learning)
b. Belajar stimulus-respons (Stimulus-Response)
c. Belajar merangkai (Chaining)
d. Belajar asosiasi verbal (Verbal Association)
e. Belajar membedakan (Multiple discrimination)
f. Belajar konsep
g. Belajar aturan
h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving) (lufri.2007:14).

X. Teori Elaborasi
Teori elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian
pengajaran dengan mengikuti urutan umum ke khusus. Menurut Reigeluth
dan Stein (1983) ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan kedalam
teori elaborasi ini:
a. Urutan elaborasi
b. Urutan prasyarat belajar
c. Rangkuman
d. Sintesis
e. Analogi
f. Pengaktif strategi kognitif
g. Kontrol belajar (Lufri.2007:15).
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Belajar merupakan suatu proses atau aktivitas individu dalam bentuk
interaksi dengan lingkungannya sehingga terjadi pengalaman belajar. Pembelajaran
merupakan hal membelajarkan yang artinya mengacu kesegala daya upaya
bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan terjadinya
peristiwa belajar di dalam diri orang tersebut. Hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap, apresiasi, kemampuan (ability),
dan keterampilan.
Ada tiga teori belajar yang terkenal sebelum abab ke-20, yaitu: (1) teori
disiplin mental, (2) teori pengembangan alamiah (natural unfoldment) atau self-
actualization, dan (3) teori apersepsi. Dan ada dua kelompok teori belajar yang
berkembang pda abad ke-20 ini, yaitu: (1) teori perilaku (behavioristik), yang berupa
teori-teori stimulus-respons (S-R) condition, dan (2) teori-teori kognitif (kelompok
Gestalt-field).
DAFTAR PUSTAKA

Ratna Wilis dahar.Teori - Teori Belajar & Pembelajaran / Prof. Dr. Ratna Wilis
Dahar, M.Sc.2011
Gredler,M.E.Bell. 1991. Belajar Dan Membelajarkan. Jakarta : Rajawali.

Hamalik,Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Lufri. 2007. Stratei Pembelajaran Biologi. Padang: UNP Press.

Nur,Gina Dewi Lestari. 2014. Definisi pendidikan dan kependidikan. Jurnal


pendidikan.(http://repository.upi.edu/7374/5/S_SDT_0901886_Chapter2.pdf).

Saripah,. 2014. Teori Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Luar Sekolah.


(http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH
/197012101998022 IIPSARIPAH / TEORI_ pembelajaranx.pdf).

Sudjana S,. 2010. Strategi Pembelajaran. Bandung : Falah Prodution.

Suryabrata,Sumadi.1983.Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta : Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai