NIM: A1D123058
Ruang: R002
Filsafat adalah Ibu atau induk dari semua ilmu pengetahuan. Filsafat adalah
pertanyaan tentang apa, bagaimana, dan mengapa semua yang ada di dunia ini dapat
terjadi. Filsafat juga berupa sejenis ilmu pengetauan yang menyelidiki segala sesuatu
secara mendalam. Mulai dari ketuhanan, alam semesta, hingga manusia. Filsafat berasal
dari Bahasa Yunani yaitu “philos atau philein” yang berarti cinta dan kegemaran serta
“shopia atau shopos” yang berarti hikmat dan kebijaksanaan. Menurut Johann Gottlieb
Ficthe filsafat adalah ilmu pengetahuan. Jadi dapat di simpulkan bahwa filsafat adalah
ilmu pengetahuan yang paling istimewa dan paling tinggi diantara seluruh ilmu
pengetahuan yang ada.
Filsafat pendidikan adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki hakikat pendidikan
serta tujuan dan permasalahannya. Filsafat pendidikan merupakan proses
memanusiakan peserta didik sehingga mampu berkembang dan beraktualisasi diri
dengan segenap potensi asli yang ada di dalam dirinya. Filsafat utama pendidikan
terbagi menjadi 3 jenis filsafat, yaitu filsafat yang berpusat pada guru, filsafat yang
berpusat pada siswa, dan filsafat yang berpusat pada masyarakat. Menurut Prof. Imam
Bernadib, M.A.,Ph.D filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam pendidikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan yang merupakan landasan bagi semua pendidikan untuk
memperoleh jawaban dari permasalahan.
Hakikat teori pendidikan adalah salah satu penerapan teori belajar untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran secara aktif yang mampu mengembangkan
peserta didik untuk memiliki potensi spiritual, keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, akhlak mulia, kecerdasan, dan keterampilan. Hakikat teori pendidikan
menurut Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan pada umumnya berarti daya Upaya
untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran
(intellect) dan tubuh anak. Jadi, dapat disimpulkam bahwa hakikat teori pendidikan
adalah suatu proses yang menuntun seseorang untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, berilmu, kreatif serta menjadi warga yang demokratis dan bertanggung
jawab.
Lima teori pembelajaran yang ada pada video ”The 5 Learning Theoris” yang
terdapat pertama adalah teori pembelajaran behavioris atau behaviorisme yaitu teori
yang menggunakan ide-ide kunci dari karya Burris Frederick Skinner, seorang psikolog
Amerika yang berteori bahwa pembelajaran terjadi melalui serangkaian penghargaan
atau hukuman. Teori behaviorisme adalah teori belajar yang focus kepada tingkah laku
peserta didik sebagai hasil dari proses pembelajaran. Dalam teori ini guru harus berhati-
hati dalam menentukan Janis hadiah (reward) dan hukuman. Pilihlah hadiah dan
hukuman yang akan membuat siswa dapat termotivasi. Pemberian reward (hadiah)
bertujuan agar perilaku baik tersebut terus berulang dan memotivasi perilaku tersebut
agar sesuai yang diharapkan. Teori behavioris paling umum digunakan di ruang kelas
saat ini sebagai alat untuk manajemen prilaku para siswa menurut Skinner. Karena
perilaku bisa terulang dan dengan adanya hukuman bisa mengurangi terulangnya
prilaku. Dia juga berteori bahwa imbalan dan hukuman dapat bersifat positif dan
negatif. Contoh: dari imbalan yang negatif adalah dalam mengerjakan tugas ditagerkat
agar cepat selesai agar diminggu depanya siswa tidak perlu mengerjakan tugasnya lagi.
Teori yang kedua adalah teori pembelajaran kognitivisme atau kognitif. Teori
kognitif Jean Piaget ini menjelaskan tentang proses belajar atau perkembangan berpikir
pada manusia. Teori ini mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dipengaruhi oleh
empat aspek, yaitu tahap sensomotorik, pra-operasional, operasional konkret dan
operasional formal.
Tahap sensorimotorik adalah salah satu dari empat fase yang dijelaskan oleh psikolog
Prancis Jean Piaget dalam teorinya tentang perkembangan kognitif anak. Teori ini
mencoba menjelaskan perubahan-perubahan yang dialami pikiran seseorang sejak lahir
hingga dewasa, terutama yang berkaitan dengan kemampuan mental. Tahap
sensorimotor adalah yang pertama dari empat fase yang digambarkan Piaget, yang
berlangsung dari saat lahir hingga sekitar usia 2 tahun. Selama fase awal tahap
perkembangan ini, anak-anak akan memanfaatkan keterampilan dan kemampuan yang
mereka miliki sejak lahir (seperti melihat, menghisap, menggenggam, dan
mendengarkan) untuk belajar lebih banyak tentang lingkungan.
Tahap pra-operasional dimulai sekitar 2 tahun dan berlangsung hingga kira-kira 7 tahun.
Selama periode ini, anak berpikir pada tingkat simbolik tapi belum menggunakan
operasi kognitif. Artinya, anak tidak bisa menggunakan logika atau mengubah,
menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran.
Tahap operasional konkret berlangsung sekitar usia 7 hingga 11 tahun, dan ditandai
dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget menganggap
tahap konkret sebagai titik balik utama dalam perkembangan kognitif anak, karena
menandai awal pemikiran logis. Pada tahapan ini, Si Kecil cukup dewasa untuk
menggunakan pemikiran atau pemikiran logis, tapi hanya bisa menerapkan logika pada
objek fisik. Anak mulai menunjukkan kemampuan konservasi (jumlah, luas, volume,
orientasi). Meskipun anak bisa memecahkan masalah dengan cara logis, mereka belum
bisa berpikir secara abstrak atau hipotesis.
Tahap operasional formal adalah tahap terakhir menurut Piaget, dimulai sekitar usia 12
tahun dan berlangsung hingga dewasa. Saat remaja memasuki tahap ini, mereka
memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak dengan memanipulasi ide di
kepalanya, tanpa ketergantungan pada manipulasi konkret. Seorang remaja bisa
melakukan perhitungan matematis, berpikir kreatif, menggunakan penalaran abstrak,
dan membayangkan hasil dari tindakan tertentu.
Jean Piaget yang menolak gagasan bahwa peserta didik bersifat pasif dan hanya
bereaksi atau aktif terhadap rangsangan di lingkungan dari pada hanya berfokus pada
perilaku yang dapat diamati, teori kognitif berupaya menjelaskan bagaimana pikiran
bekerja selama proses pembelajaran seperti komputer, pikiran mengambil informasi,
memproses informasi yang kemudian digunakan. Bahwa informasi untuk menghasilkan
hasil belajar empat tahap perkembangan piaget menunjukkan kemampuan pelajar untuk
memahami konsep-konsep abstrak yang kompleks. Contoh: teori kedua adalah pak
Amir membantu siswa menghafal tabel periodik ia menciptakan berbagai alat
pneumonia bersama kelasnya.
Teori ketiga adalah teori konstruktivisme atau konstruktivis bahwa belajar adalah
proses kolaboratif dan bahwa interaksi sosial merupakan hal mendasar bagi
perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky, siswa belajar paling baik ketika bekerja
secara kolaboratif dengan orang-orang yang tingkat kemahirannya lebih tinggi daripada
kemampuan mereka sendiri sehingga memungkinkan mereka menyelesaikan tugas-
tugas yang belum mampu mereka lakukan secara mandiri. Kelas berpusat pada siswa
dengan guru bertindak sebagai fasilitator. Contoh: Ibu Desi membagi kelompok dikelas
ia menggabungkan siswa yang pengetahuannya rendah dengan siswa yang
pengetahuanya lebih tinggi.
Teori yang keempat adalah teori humanisme. Teori pembelajaran humanis mendekati
pembelajaran sebagai cara untuk memenuhi potensi individu daripada memenuhi target
pembelajaran. Penelitian Maslow tentang hierarki kebutuhan adalah konsep utama
dalam teori ini karena berfokus pada manusia seutuhnya, khususnya kebutuhan kognitif
dan efektif pembelajar. Siswa harus dapat memilih apa yang mereka ingin pelajari. Guru
humanistik percaya bahwa siswa akan termotivasi untuk mengkaji materi bahan ajar
jika terkait dengan kebutuhan dan keinginannya. Teori ini berpendapat bahwa
aktualisasi diri adalah tujuan akhir dari setiap individu, individu pembelajar dipercaya
untuk menentukan tujuan mereka sendiri, menetapkan standar dan mengevaluasi
pekerjaan mereka sendiri sehingga siswa berada di pusat kelas yang humanis, guru
adalah fasilitator dan pelatih yang mengenali kebutuhan unik masing-masing individu.
Contoh: Pak Budi memulai pembelajaran dengan memberikan pilihan kepada siswa
tentang penilaian hari ini.
Teori kelima adalah konektivisme, konektivisme adalah salah satu teori pembelajaran
pendidikan terbaru yang berfokus pada gagasan bahwa orang belajar dan tumbuh ketika
mereka membentuk koneksi hal ini bisa terjadi hubungan satu sama lain atau hubungan
dengan peran dan kewajiban dalam hidupnya hobi tujuan dan orang-orang semuanya
dapat menjadi hubungan yang mempengaruhi pembelajaran guru dapat memanfaatkan
konektivisme di kelasnya untuk membantu siswa membuat hubungan dengan hal-hal
yang menggairahkan mereka membantu mereka belajar guru dapat menggunakan media
digital untuk membuat hubungan positif yang baik dengan pembelajaran, mereka dapat
membantu mencipatakan koneksi dan hubungan dengan siswa dan kelompok teman
sebaya untuk membantu siswa termotivasi dalam belajar.
Nama AnggotaKelompok 3
1. Nofeni Ramadani (A1D123043)
2. Wahidya Lestari Ningsih (A1D123052)
3. Widi Hartati (A1D123058)
Ruang: R002
Teori ketiga adalah teori konstruktivisme atau Konstruktivis bahwa belajar adalah
proses kolaboratif dan bahwa interaksi sosial merupakan hal mendasar bagi
perkembangan kognitif. Menurut Vygotsky, siswa belajar paling baik ketika bekerja
secara kolaboratif dengan orang-orang yang tingkat kemahirannya lebih tinggi daripada
kemampuan mereka sendiri sehingga memungkinkan mereka menyelesaikan tugas-tugas
yang belum mampu mereka lakukan secara mandiri. Kelas berpusat pada siswa dengan
guru bertindak sebagai fasilitator, contohnya adalah bukSiti membagi kelompok dikelas
ia menggabungkan siswa yang pengetahuannya rendah dengan siswayang pengetahuanya
lebih tinggi.