Anda di halaman 1dari 116

PERANAN TERAPI SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM

TECHNIQUE (SEFT) DALAM MENINGKATKAN


KESABARAN PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR
(Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung Djati
Bandung)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Agama
(S.Ag) Pada Jurusan Tasawuf Psikoterapi Fakultas Ushuluddin Universitas Islam
Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Oleh :
Vivit Mufidah (1151040268)

PROGRAM STUDI TASAWUF DAN PSIKOTERAPI


FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern seperti saat ini, kehidupan masyarakat mempunyai

tingkat mobilitas perubahan yang tinggi dan dapat mengganggu kestabilan emosi

seseorang. Hal ini karena perubahan yang dialami oleh seseorang tidak sesuai

dengan ekspektasi atau tidak menyenangkan, dan ada kalanya muncul situasi yang

menyebabkan kecemasan dan emosi yang tidak stabil.

Mahasiswa yaitu seseorang yang menjalani masa perkuliahan di sebuah

universitas. Rata-rata berumur sesskitar 18 sampai 22 tahun. Mahasiswa cenderung

mulai memikirkan tentang masa depan lebih serius. Rasa tanggungjawab atas diri

sendiri akan semakin besar. Pemikiran tentang karier pun menjadi salah satu pokok

permasalah utama.

Pada tingkat akhir, permasalahan yang biasa dihadapi mahasiswa yaitu

mengenai judul yang belum diterima oleh dosen pembimbing, sulit ditemuinya

dosen pembimbing, mencari permasalahan untuk skripsinya. Selain itu, karir juga

menjadi permasalahan pada mahasiswa tingkat akhir, akan bagaimana ke depannya,

dan lain sebagainya.

Adapun beberapa kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir itu

sendiri dalam mengerjakan tugas akhirnya atau disebut dengan skripsi, dapat

mengakibatkan mahasiswa tersebut mengalami gangguan psikis. Dampak


negatifnya menimbulkan suatu kecemasan pada mahasiswa tersebut. Dan masalah

tersebut dapat menghambat proses penyelesaian skripsi.

Mahasiswa yang sedang dalam proses menyusun skripsi umumnya merasa

tegang dan tertekan, emosi tidak stabil, yang bisa menimbulkan reaksi lebih parah

seperti stres, depresi dan lain sebagainya. Maka dari itu diperlukannya rasa sabar

pada mahasiswa tingkat akhir, agar lebih tenang dan tidak menimbulkan reaksi

yang tidak diharapkan.

Dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, sabar adalah menahan jiwa

dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-

robek baju dan seterusnya.1 Sedangkan dalam pandangan Yusuf Al-Qordhowi,

sabar yaitu menahan dan mencegah diri dari hal-hal yang dimurkai Allah SWT

dengan tujuan semata-mata mencari keridhoan-Nya.2

Menurut Imam Al-Ghazali, jika dilihat dari sudut pandang sabar sebagai

pengekangan tuntutan nafsu dan amarah dinamakan kesabaran jiwa (ash-shabr an-

nafs).3

Menurut Amin Syukur, sabar dapat dijadikan sebagai sarana penyembuhan

yang ampuh. Ketika mendapat ujian berupa sakit, baik fisik maupun psikis

termasuk kecemasan dan emosi yang tidak stabil. Sabar atas segala keputusannya,

sehingga dengan adanya ujian tersebut menjadi sarana untuk mendekatkan diri

1
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar Perisai Seorang Mukmin, terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2002), hlm. 12.
2
Yusuf Al-Qordhowi, Al-Qur’an Menyuruh Kita Sabar, terj. Abdul Azis Salim Basyarahil,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 12.
3
M.Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2008),hlm.80.
kepada Allah dan memahami betapa besar kekuasaannya.4 Adapun untuk mengatasi

kecemasan menurut Amin Syukur, yaitu dengan spiritual. Penyembuhan spiritual

merupakan sesuatu yang batini atau dengan pendekatan kejiwaan, berdasarkan pada

kepasrahan terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan mengatasi keterasingan dengan

sang pencipta. 5

Beliau juga menyatakan bahwa hampir semua perilaku sufistik dapat

dijadikan sarana penyembuhan penyakit, baik fisik maupun mental. Melalui pola

pengolahan spiritual, dan langkah-langkah penyembuhan dunia kedokteran serta

dunia medis, baik klasik maupun modern, dapat dipahami bahwa berbagai aktivitas

yang dilakukan oleh para sufi, terutama pelaksanaan dan pengalaman

dalam maqamat dan ahwal, dapat ditarik menjadi suatu proses penyembuhan, baik

fisik maupun mental. Maqamat dan ahwal yang terdapat dalam sufisme, jika

dihubungkan dengan teori kesadaran, maka akan dapat ditemukan secara rasional

dan empiris mengenai suatu proses pengobatan yang ilmiah.

Adapun untuk meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir

tersebut diperlukan terapi yaitu dengan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Dengan menimbulkan perasaan

tenang, menerima dengan ikhlas kepada Allah SWT menjadikan kecemasan dan

emosi yang tidak stabil itu kembali dalam situasi yang aman karena sudah tertuang

rasa ketenangan dalam tubuhnya.

4
Amin Syukur, Sufi Healing, (Semarang: Walisongo Press, 2011), hlm. 56.
5
Amin Syukur, Sufi Healing... hlm. 91.
Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dapat menjadi

sebuah terapi yang berhasil karena beberapa aspek yang ada di dalamnya berkaitan

dengan unsur dalam mengatasi gejala kecemasan. Adapun tahap dalam terapi

Spiritual Emotional Freedom Technique individu tersebut diarahkan untuk

menyadari bahwa segala permasalahan dan sesuatu yang terjadi agar diterima ikhlas

serta rasa syukur. Salah satu aspek dari terapi SEFT yaitu ikhlas. Ikhlas yaitu suatu

sikap bathiniah seseorang (muslim) yang mempunyai prinsip bahwa setiap amal

dan perbuatannya dilakukan karena Allah SWT.6 Aspek lain yang terdapat dalam

terapi SEFT ialah rasa syukur yang berkaitan dengan emosi yang baik (positif).

Selain itu, rasa syukur dapat memberikan kekuatan pada seseorang dalam

memandang masa yang akan datang. Maka dari itu, seseorang yang selalu merasa

bersyukur akan selalu percaya dan mempunyai harapan yang lebih baik.

Kemudian Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

merupakan terapi yang efektif untuk penyembuhan penyakit fisik dan psikis dan

juga sering digunakan dalam praktikum di jurusan Tasawuf Psikoterapi. Peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai terapi SEFT, karena penelitian ini

suatu pengembangan dari berbagai mata kuliah, yaitu Sufi Healing, Inovasi

Psikoterapi, Praktek Konseling dan Terapi, Akhlak Tasawuf dimana menjelaskan

mengenai kesabran dan juga mengenai permasalahan serta kecemasan pada

mahasiswa tingkat akhir itu terkait pada mata kuliah psikologi abnormal. Dimana

6
Ramadhan, Muhammad, Quantum Ikhlas, terj. Alek Mahya Sofa, (Solo: Abyan, 2009),
hlm 9.
terapi SEFT itu didalamnya ada unsur terapi dan juga sufistik yang terkait dengan

jurusan Tasawuf Psikoterapi.

Meninjau dari studi penelitian yang telah dipaparkan terkait permasalahan

yang terjadi pada mahasiswa tingkat akhir, peneliti tertarik untuk menggunakan

metode Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam mengatasi

permasalahan yang dihadapi oleh mereka, maka dari itu peneliti mengambil judul

skripsi mengenai “Terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dalam

Meningkatkan Rasa Sabar pada Mahasiswa Tingkat Akhir”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dirumuskan

rumusan masalahnya, yaitu:

1. Bagaimana tingkat kesabaran mahasiswa tingkat akhir sebelum dilakukan Terapi

SEFT?

2. Bagaimana proses terapi SEFT dalam meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa

tingkat akhir?

3. Bagaimana hasil Terapi SEFT dilakukan kepada beberapa orang untuk

meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah dijelaskan di atas,

maka tujuan penelitian ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui tingkat kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir sebelum

dilakukan terapi SEFT.

2. Mendeskripsikan proses terapi SEFT dalam meningkatkan rasa sabar pada

mahasiswa tingkat akhir.

3. Mengetahui hasil Terapi SEFT yang dilakukan kepada beberapa orang untuk

meningkatkan rasa sabar pada mahasiswa tingkat akhir.

D. Manfaat Penelitian

Adapun meninjau dari tujuan penelitian yang telah dijelaskan, bahwa

penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk berbagai kalangan, diantaranya:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk menambah kajian keilmuan

dalam disiplin ilmu Tasawuf Psikoterapi, khususnya dalam bidang Psikoterapi.

Selain itu dapat memperkaya penelitian Psikoterapi sebelumnya mengenai terapi

dan sabar.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai tambahan informasi untuk menangani tingkat kecemasan yang

dapat berdampak pada psikologis maupun fisiologis mahasiswa tingkat

akhir di UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkenalkan kepada masyarakat

luas tentang terapi SEFT sebagai salah satu terapi penyembuh masalah

psikis. Karena terapi SEFT ini masih tergolong penemuan baru dan belum

begitu banyak orang mengenalnya.


E. Kajian Pustaka

Kajian pustaka sangat diperlukan dalam sebuah penelitian dan untuk

melengkapi tulisan ini, Adapun beberapa sumber referensi terkait judul penelitian

ini, yaitu :

1. Skripsi yang berjudul, Terapi SSEFT (Spiritual Sufistik Emotional Freedom

Technique) dalam Meningkatkan Kepasrahan Diri, Penulis Endah

Wahidah. Adapun hasilnya menunjukkan terapi SSEFT efektif dilakukan

untuk meningkatkan kepasrahan diri sehingga mampu menyembuhkan

penyakit fisik dan psikis yang sedang dialami. Dibuktikan dalam penelitian

ini bahwa klien menjadi tenang, bersyukur, menerima dengan segala yang

terjadi dan meyakini bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk

hamba-Nya.

2. Skripsi yang berjudul, Terapi SEFT untuk Mengatasi Gangguan Phobia

Spesifik, oleh Amal Lia Solihah Musfiroh. Hasil dari penelitian ini bahwa

Terapi SEFT sangat berpengaruh dalam menurunkan tingkat ketakutan

terhadap objek phobia yang mereka takuti. Adapun kunci keberhasilan dari

terapi SEFT ini berada dalam spiritualitasnya, yang ditekankan dalam terapi

ini yaitu Syukur, Pasrah, Khusu’, Ikhlas, dan Yakin.

3. Skripsi yang berjudul, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT) Terhadap Penurunan Kecemasan Narapidana di Lembaga

Pemasyarakatan Perempuan Klass II A Malang, oleh Suherni. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa terapi SEFT berpengaruh terhadap tingkat


kecemasan narapidana di lembaga pemasyarakatan perempuan Klass II A

Malang menjadi menurun.

4. Jurnal yang berjudul, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique

(SEFT) Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium Di RW 6 Kelurahan

Pedalangan Kecamatan Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah, yang

ditulis Sari Sudarimiati, S.Kp,. M.Kep., Sp.Mat dan Yunitia Aulianita. Hasil

menunjukkan bahwa adanya pengaruh dari terapi SEFT terhadap

kecemasan wanita klimakterium. Terapi SEFT dapat direkomendasikan

sebagai terapi alternatif untuk mengatasi kecemasan wanita klimakterium.

Perbedaan dengan skripsi yang penulis lakukan adalah jika dalam penelitian

yang dilakukan oleh Endah Wahidah yaitu untuk meningkatkan kepasrahan diri

dengan teknik terapi SEFT, lalu penelitian yang dilakukan oleh Amal Lia

Mushfiroh untuk mengatasi gangguan phobia spesifik, kemudian penelitian yang

dilakukan oleh Suherni yaitu menurunkan tingkat kecemasan pada narapidana,

sedangkan yang dilakukan oleh Sari Sudarimiati dan Yunitia Aulianita yaitu

mengatasi kecemasan pada wanita klimakterium, berbeda dengan penilitian yang

saya lakukan dalam skripsi ini yaitu lebih fokus untuk meningkatkan kesabaran

pada mahasiswa tingkat akhir dengan menggunakan metode terapi SEFT.

F. Kerangka Pemikiran

Psikoterapi Islam merupakan proses pengobatan dan penyembuhan suatu

penyakit, baik mental, spiritualitas, moral maupun fisik dengan menggunakan al-

Qur’an dan As-Sunnah Nabi Muhammad SAW.


Sebelum ada ilmu kebathinan dan ilmu kedokteran, penyembuhan penyakit

dengan menggunakan kekuatan spiritual telah berkembang sejak lama. Praktik

penyembuhan spiritual pada zaman Nabi Muhammad, SAW. Pernah dilakukan oleh

beliau dan juga para sahabat, selain dengan cara medis pula menggunakan madu

sebagai obat utama, yaitu dengan mantera atau do’a. 7


Begitupun dengan terapi

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) merupakan sebuah inovasi dari

psikoterapi islam dan barat dimana sebuah pengobatan baik fisik ataupun psikis

yang cara pengobatannya dengan melakukan do’a dengan cara ikhlas, pasrah, dan

juga menyerahkan atas segala yang terjadi pada seseorang tersebut kepada Allah

SWT.

1. Tinjauan Tentang Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) berupa cabang dari

ilmu baru yang dinamakan dengan energi psikologi.8 SEFT (Spiritual Emotinal

Freedom Technique) merupakan gabungan antara Energi Psikologi dan Super

Power yang merupakan pemanfaatan dari sistem energi tubuh bertujuan untuk

dapat memperbaiki emosi dan tingkah laku, dan juga kondisi pikiran

seseorang.9

7
Drs. Mas Rahim Salaby,Mengatasi Kegoncangan Jiwa, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2002), hlm 71.
8
Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT), Cet. I, (Jakarta: Afzan
Fublishing), hlm 41.
9
Yunitia Aulianita, Sari Sudarmiati, Pengaruh Spiritual Emotional Freedom Technique
(SEFT) Terhadap Kecemasan Wanita Klimakterium Di RW 6 Kelurahan Pedalangan Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang Jawa Tengah, (Jurnal: Semarang, 7 November 2015), hlm 179.
Di dalam SEFT terdapat nilai spiritual diantaranya yaitu dengan adanya doa

yang diafirmasikan oleh klien ketika hendak dimulai hingga terapi tersebut

berakhir, diantaranya ada beberapa fase yang ada dalam SEFT yaitu fase set-

up, tune-in,dan tapping. Dalam fase set-up, klien diminta untuk berdoa kepada

tuhan yang maha esa dengan rasa ikhlas dalam menerima permasalahan yang

ada dan juga memasrahkan kesembuhannya kepada Allah SWT, serta khusyu’.

Dalam tune-in, merasakan rasa sakit yang dialami, kemudian mengarahkan

pikiran ke tempat rasa sakit yang sedang dirasakan, dan secara bersamaan

disertai dengan doa. Dalam tune-in ini dilakukan juga fase ketiga yaitu teknik

tapping. Pada saat ini (tune-in yang dilakukan bersamaan dengan tapping),

yang akan meredakan rasa sakit fisik atau rasa emosi yang negatif. Klien pun

diminta untuk berdo’a dengan kalimat tertentu disertai dengan mengetuk ringan

pada saat tapping di titik-titik meridian.10

2. Tinjauan Tentang Sabar

Sabar dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah adalah menahan jiwa

dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-

robek baju dan seterusnya.11

Pandangan kaum sufi mengenai sabar bahwa musuh terberat bagi orang-

orang beriman ialah dorongan hawa nafsunya sendiri, yang setiap saat datang

menggoyahkan iman. Kesabaran suatu kunci keberhasilan untuk meraih karunia

10
Mellisa Fitri Ardityani dan Galindra Raka Permana, Penyuluhan Spiritual Emotional
Freedom Technique (SEFT) sebagai Solusi Kesehatan pada Warga Dusun Babadan, Selomirah,
Ngablak, Magelang Jawa Tengah. (UII: Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 2014), hlm 202.
11
Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Sabar Perisai Seorang Mukmin, terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2002), hlm. 12.
yang diberikan oleh Allah yang lebih besar, mendekatkan diri kepada-Nya,

mendapatkan cinta-Nya, mengena-Nya secara mendalam melalui hati sanubari,

bahkan merasa bersatu dengan-Nya, karena tanpa kesabaran keberhasilan tidak

mungkin dicapai.12

3. Tinjauan Tentang Mahasiswa Tingkat Akhir

Perkuliahan tingkat akhir merupakan tantangan bagi para mahasiswa. Gelar

“maha” yang disematkan pada mereka seakan semakin menuntut timbal balik

dalam bentuk keterlibatan dalam masyarakat maupun dalam sektor profesional.

Nyatanya, tantangan yang dihadapi mahasiswa sebenarnya sudah berjalan

sepanjang perkuliahan. Tantangan tersebut dimulai dari harus lebih mandiri

pada tingkat pertama hingga menyelesaikan berbagai masalah selama

perkuliahan.

Kesulitan yang dihadapi mahasiswa ketika menyusun skripsi dapat

mengakibatkan gangguan psikologis pada mahasiswa. Kesulitan-kesulitan yang

dihadapi oleh mahasiswa saat menyusun tugas akhir sering dirasakan sebagai

suatu beban yang berat, akibatnya yaitu berdampak menjadi sikap yang negatif,

sehingga dapat menimbulkan suatu kecemasan seseorang.

Berdasarkan telaah kerangka pemikiran diatas, bahwa Terapi Spiritual

Emotional Freedom Technique (SEFT) mampu untuk meningkatkan kesabaran dari

berbagai permasalahan yang dialami oleh mahasiswa tingkat akhir, salah satunya

12
Media Zainul Bahri, Menembus Tirai Kesendirian-Nya; Mengurai Maqamat dan Ahwal
Dalam Tradisi Sufi, cet.1, (Jakarta: Perdana Media, 2005), hlm 67-68.
yaitu kecemasan karena kecemasan masuk kedalam permasalahan kondisi psikis.

Adapun paparan diatas dapat digambarkan melalui skema berfikir sebagai berikut:

Permasalahan Mahasiswa
Tingkat Akhir

Konseling

Tahap awal Tahap kerja Tahap akhir

Strategi untuk meningkatkan


kesabaran

Terapi SEFT
1. Set Up
2. Tune In
3. Tapping
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Peranan

Peran merupakan perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang

yang berkedudukan di masyarakat. Kedudukan merupakan suatu yang didalamnya

mengenai hak dan kewajiban tertentu, sedangkan hak dan kewajiban tersebut

diartikan sebagai peran. Oleh karena itu, ketika seseorang mempunyai kedudukan

tertentu dapat dikatakan sebagai pemegang pemegang peran (role accupant). Suatu

hak sebenarnya merupakan wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, sedangkan

kewajiban adalah beben atau tugas.13

Secara sosiologis, peranan merupakan sebuah aspek dinamis berupa

tindakan yang dilaksanakan oleh seseorang yang menempati atau memangku suatu

posisi dan melaksanakan hak-hak dan kewajiban sesuaian dengan kedudukannya.

Apabila seseorang menjalankan peran tersebut dengan baik, dengan sendirinya

akan berharap bahwa apa yang dijalankan sesuai dengan keinginan diri

lingkungannya.14

13
R. Suyoto Bakir, Kamus lengkap Bahasa Indonesia, (Tangerang: Karisma Publishing
Group, 2009), hlm. 348.
14
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 2002), hlm.
242.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran adalah

suatu perilaku atau tindakan yang diharapkan oleh sekelompok orang dan/atau

lingkungan untuk dilakukan oleh seseorang individu, kelompok, organisasi, badan

atau lembaga yang karena status atau kedudukan yang dimiliki akan memberikan

pengaruh pada sekelompok orang dan/atau lingkungan tersebut.

Peranan merupakan dinamisasi dari statis ataupun penggunaan dari pihak

dan kewajiban atau disebut subyektif. Peran dimaknai sebagai tugas atau

pemberian tugas kepada seseorang atau sekumpulan orang. Adapun jenis-jenis

dalam peran diantaranya sebagai berikut:

a. Peranan normatif yaitu sebuah peran yang dilakukan oleh seseorang atau

sebuah lembaga yang didasarkan pada seperangkat norma yang berlaku

dalam kehidupan masyarakat.

b. Peranan ideal yaitu peranan yang didasarkan pada nilai-nilai ideal atau yang

seharusnya dilakukan sesuai dengan kedudukanya di dalam suatu sistem.

c. Peranan faktual adalah peranan yang dilakukan seseorang atau lembaga

yang didasarkan pada kenyataan secara kongkrit di lapangan atau kehidupan

sosial yang terjadi secara nyata.15

15
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,... hlm. 243
B. Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

1. Pengertian Terapi SEFT

Terapi merupakan remediasi masalah kesehatan, biasanya mengikuti

diagnosis. Dalam KBBI, terapi yaitu usaha untuk memulihkan kesehatan orang

yang sedang sakit, pengbatan penyakit, perawatan penyakit.

Terapi SEFT ini menurut Zainuddin mirip dengan teori akupuntur, namun

seperti diketahui bahwa akupuntur adalah sesuatu yang sangat rumit yang tidak

semua orang bisa menguasainya. Disamping itu, akupuntur itu sendiri memerlukan

waktu untuk bisa menimbulkan efek seperti yang diharapkan selain juga membuat

pasien tergantung kepada terapisnya. Akupuntur terdiri dari ratusan titik yang harus

dihapal satu persatu. Sedang SEFT, hanya terdiri dari 18 titik yang hanya

membutuhkan ketukan perlahan tanpa perlu penusukan jarum, dan dalam beberapa

kasus phobia yang bisa dilakukan psikoterapi selama bertahun-tahun, dapat

disembuhkan dengan SEFT hanya dalam waktu 20 menit.16

Terapi SEFT merupakan teknik gabungan dari sistem energi tubuh (energy

meridian) dan terapi spiritual yang terdapat nilai-nilai sufistik dengan

menggunakan metode tapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh. Terapi

SEFT bekerja dengan prinsip yang hampir sama dengan akupuntur dan akupresur.

Ketiganya berusaha merangsang titik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energi

tubuh (energy meridian). Bedanya dibandingkan metode akupuntur dan akupresur

16
Suroso, dan Abdul Muhid, Efektifitas Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom
Technique) untuk Mengurangi Perilaku Merokok Remaja Madya, (Surabaya: Jurnal Psikologi,
2014), vol. 9, no.1, hlm. 89-90
adalah teknik SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) menggunakan

unsur spiritual, cara yang digunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat dan lebih

sederhana, karena SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) hanya

menggunakan ketukan ringan (tapping).17

SEFT bisa dilakukan sendiri oleh setiap orang (karena begitu mudahnya)

bahkan anak berusia 5 tahun pun dapat diajari menggunakan terapi ini. Banyak

yang meragukan efektifitas terapi ini, yang mereka bilang too good to be true,

karena terlihat begitu simple dan (terkesan) seperti main-main. Memang, terkadang

banyak orang lebih tertarik kepada sesuatu yang rumit dan mahal dibandingkan

dengan sesuatu yang simple seperti SEFT.

Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dapat digunakan

sebagai sebuah metode terapi mengatasi masalah psikis dan fisik, yaitu dengan

melakukan tapping pada titik syaraf atau meridian tubuh. Spiritual dalam terapi

SEFT ini adalah do’a yang diafirmasikan oleh klien ketika akan dimulai sampai

sesi terapi berakhir. Terapi SEFT(Spiritual Emotional Freedom Technique)

bersifat universal, yang berarti bisa untuk semua kalangan tanpa harus membeda-

bedakan latar belakang keyakinan klien.18

Pengkondisian emosi dan perubahan pikiran yang positif dapat dilakukan

salah satunya dengan pemberian intervensi psikologis berupa pendekatan spiritual

dan gerakan sederhana yang mengarahkan pada perbaikan kondisi emosi, kognisi

dan perilaku atau yang disebut dengan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom

17
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT ),...hlm. 15
18
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 87
Technique). Pengubahan kondisi emosi yang stabil dan pikiran yang positif,

memungkinkan seseorang untuk lebih aktif dan produktif dalam menyikapi suatu

hal, objek atau stimulus yang diterima.19

2. Sejarah SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

Sejarah terapi Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) yaitu awal

mulanya dari akupuntur dan akupresur yang mana akupuntur dan akupresur

tersebut berasal dari kedokteran China. Awal mula adanya Akupuntur dan

akupresur yaitu pada bulan September 1991. Pada saat itu Erika dan Helmut Simon

sedang jalan-jalan mereka menemukan mayat yang masih utuh dan terendam

dalam glasier (sungai dengan suhu di bawah titik beku). Di tubuh mayat tersebut

terdapat tatto yang menandai titik-titik utama meridian tubuh. Kemudian mayat

tersebut diuji dengan carbon dating test, dan diduga berusia 5300 tahun. Para ahli

akupuntur berpendapat, bahwa titik-titik tatto tersebut dibuat oleh ahli akupuntur

kuno yang sangat kompeten, karena ketepatan dan kompleksitasnya.20

Akupuntur dan akupresur merupakan contoh nyata dari penggunaan sistem

energi tubuh untuk menyembuhkan pasien dengan berbagai macam gangguan

fisik. Ahli akupuntur menancapkan jarum ke beberapa titik yang kadang terletak

jauh dari tempat rasa sakit, dan hasilnya, rasa sakit itu hilang. Ahli akupresur dan

19
Suroso, dan Abdul Muhid, Efektifitas Terapi SEFT..., hlm.90
20
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) Cara Tercepat
dan Termudah Mengatasi Berbagai Masalah Fisik dan Emosi, (Jakarta: PT. Arga Publishing, 2009),
hal. 27-28
reflexology menekan beberapa titik di kaki untuk menyembuhkan penyakit yang

“jauh” dari kaki, seperti sakit ginjal, hipertensi, nyeri punggung, dsb. Mereka

melakukan ini dengan hasil yang efektif karena mengetahui dengan tepat dimana

harus menusukkan jarum untuk merangsang sistem energi tubuh yang

berhubungan langsung dengan sumber rasa sakit.

Adapun perbedaannya, terapi SEFT itu sendiri menggunakan cara yang aman,

lebih mudah, lebih cepat dan lebih sederhana dibanding pendahulunya (akupuntur

dan akupresur). Selain itu, spektrum masalah yang dapat diatasi dengan SEFT juga

lebih luas. 21

Seorang dokter ahli chiro-ptactic (terapi pijatan tulang belakang untuk

menyembuhkan berbagai penyakit berupa penyakit fisik) yaitu George Goodheart

mulai melakukan penelitian berupa hubungan antara organ, kekuatan otot dan

kelenjar tubuh dengan energi meridian. Ia mengembangkan suatu metode yang

dikenal dengan muscle testing dan memperkenalkan pada dunia apa yang ia sebut

Applied Kinesiology. Kemudian John Diamond, beliau merupakan salah seorang

pionerr yang menulis mengenai hubungan “sistem energi tubuh” dan gangguan

psikologis. Konsep tersebut mendasari lahirnya cabang baru psikologi yang

dikenal dengan Energy Psychology. Yaitu terobosan baru yang menggabungkan

prinsip-prinsip kedokteran timur dengan psikologi. Dalam Energy Psychology kita

menggunakan sistem energi tubuh untuk mempengaruhi pikiran, perasaan dan

perilaku. Teori tersebut menjadi pondasi bagi lahirnya Tought Field Therapy (TFT)

21
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm.28-29
yang dipelopori oleh Roger Callahan, dikenal dengan terapi kontroversialnya yang

menggegerkan dunia psikoterapi. Callahan adalah psikologi klinis lulusan The

University of Michigan, dan mendapatkan gelar Ph.D. dalam bidang Clinical

Psychology dari Syracuse University, New York.

Mary seorang klien dari Roger Callahan, mempunyai keluhan yaitu aqua

phobia (sangat takut air). Mary merasakan sakit kepala berkepanjangan dan

mengalami mimpi buruk yang menakutkan, keduanya berhubungan dengan aqua

phobia. Selama satu setengah tahun Callahan mencoba membantunya, namun

tanpa ada perkembangan yang signifikan. Kemudian Callahan mencoba satu cara

penghabisan di luar batas ilmu psikoterapi. Dengan didorong rasa ingin tahu atas

hasil belajarnya tentang “sistem energi tubuh”, Callahan mencoba mengetuk

(tapping) dengan ujung jarinya ke bagian bawah kelopak mata Mary, dalam waktu

kurang dari satu menit Mary mengatakan rasa tidak enak di perutnya akibat dari

phobia itu hilang. Dan setelah pulang, Mary melaporkan bahwa phobia-nya hilang

sama sekali, ia telah mencoba mendekati kolam renang yang selama ini sangat

ditakutinya, bahkan telah menyentuh air dan memercikkan air kolam renang ke

mukanya tanpa ada rasa takut atau sakit kepala, mimpi buruknya pun tak pernah

terjadi lagi. Dia sembuh secara total dari water phobia. 22

Adapun Gary Craig (murid dari Roger Callahan) melahirkan istilah EFT. Ia

menyederhanakan TFT hingga menjadi teknik yang lebih mudah tetapi tetap

efektif hasilnya. Gary telah menguji efektivitas EFT secara ekstensif, baik pada

22
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 30-32
kasus berat maupun ringan, dan merumuskan tekniknya secara sistematis, mudah

dicerna dan dipraktikkan.

Istilah EFT dilahirkan oleh Gary Craig. Ia menyederhanakan TFT hingga

menjadi teknik yang lebih mudah namun tetap efektif hasilnya. Kegigihannya

untuk mencari sebuah metode yang paling sederhana mempertemukannya dengan

penemuan Callahan yakni TFT. Saat itu ia menghabiskan USD 110.000 agar dilatih

langsung oleh penemunya dan membeli alat voice technology TFT. Namun,

metode yang diajarkan Callahan masih rumit dan tidak praktis, sehingga ia

terpanggil untuk menyederhanakannya agar penemuan berharga ini dapat

dimengerti oleh orang awam. Maka terlahirlah EFT dari jerih payah sang Maestro

ini.23 EFT merupakan metode untuk menyingkirkan masalah-masalah psikologis

sehingga anda bisa bebas memiliki, melakukan atau menjadi apa pun yang anda

inginkan.24

Selama beberapa tahun sejak 1991, Gary berkeliling Amerika untuk

menawarkan terapi gratis. Ia mempersentasikan dan menerapkan EFT pada ribuan

orang, ia hadir di acara-acara sosial seperti arisan, club gathering dan kebaktian di

gereja. Puncaknya, ia menawarkan diri untuk menterapi para veteran perang

Vietnam di VA (Veteran Administration) yang telah puluhan tahun menderita

PTSD (Post Traumatic Disorder). Para veteran perang yang malang ini selama

belasan tahun telah ditangani oleh belasan psikoterapis tanpa menunjukkan hasil

23
Triantoro Safira dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen Emosi: Sebuah Panduan Cerdas
Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hal. 181
24
Aswar Saputra, Healing Code, (Yogjakarta: Immortal Publisher, 2013), hal. 77-78
positif yang signifikan. Ajaibnya, dalam 6 hari, Gary Craig berhasil membebaskan

20 orang veteran dari penderitaan emosi yang mereka derita selama puluhan tahun.

Kemudian Gary Craig mempunyai murid, ia bernama Steve Wells seorang

psikolog klinis dari Australia, Steve Wells mengembangkan EFT lebih jauh lagi.

EFT yang ditangan Gary Craig lebih banyak digunakan untuk penyembuhan, oleh

Steve Wells diperluas kegunaannya untuk meningkatkan prestasi (peak

performance). Sebelum mengenal EFT, Steve adalah psikolog klinis yang lebih

banyak bekerja untuk anak-anak. Setelah belajar EFT dari Gary Craig, ia menjadi

salah satu pelatih mental bagi atlet nasional Australia, memberikan jasa executive

coach dan terapi menggunakan EFT. 25

Adapun SEFT itu sendiri didirikan oleh Ahmad Faiz Zainuddin. SEFT

merupakan metode baru dalam melakukan EFT. Menurutnya, beliau melakukan

pertama kali secara spontan, dan ternyata berhasil. Lalu beliau melakukannya

secara berulang-ulang dalam berbagai kasus, dan mempraktikkannya terhadap

ratusan orang, dan hasilnya sangat bagus. Ketika orang-orang yang beliau bantu

untuk mengatasi masalahnya dengan EFT versi Gary Craig atau SEFT versi

Ahmad Faiz Zainuddin, kebanyakan dari mereka lebih menyukai SEFT dibanding

dengan EFT.

Bahkan ketika Ahmad Faiz Zainuddin mengikuti pelatihan Energy Psychology

di Singapura untuk berguru pada John Hartung dan Joseph Guan, ada konselor dari

Singapura yaitu Ritta Haq dan Rodney Woulfe yang telah menggunakan EFT

25
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 35
selama tiga tahun dalam praktik konselingnya, mengakui bahwa SEFT lebih efektif

dan powerful dibanding EFT versi original. Pengakuan yang sama juga

diungkapkan Niale McLoughlin, seorang corporate trainer senior yang telah

mempraktikkan energy psychology lebih dari delapan tahun.

SEFT yang dikembangkan mulai tahun 2006 masih relatif muda sehingga tidak

heran jika SEFT masih berpusat di negara asalnya (Indonesia) dan belum banyak

digunakan di sebagian besar penjuru dunia.5 Meskipun begitu, praktisi SEFT tidak

hanya terbatas pada masyarakat Indonesia saja karena Zainuddin memperkenalkan

teknik tersebut melalui buku, seminar, ataupun workshop hingga merambah

mancanegara.26

Larry Dosey MD., adalah seorang dokter ahli penyakit dalam yang melakukan

penelitian ekstensif tentang efek doa terhadap kesembuhan pasien. Penelitian yang

sempat mengguncang dunia kedokteran barat ini dijelaskan secara rinci dan

meyakinkan dalam bukunya The Healing Words: The Power of Prayer and The

Practice of Medicine. Inti pesan yang ingin disampaikan oleh dokter Dossey adalah

bahwa doa dan spiritualitas, terbukti dalam penelitian ilmiah, ternyata memiliki

kekuatan yang sama besar dengan pengobatan dan pembedahan.

26
Andar Ifazatul Nurlatifah, Spiritual Emotional Freedom Technique Sebagai Terapi
dalam Konseling, (IAIN Salatiga: Jurnal Madaniyah, 2016), hlm. 321
3. Teknik-teknik dalam melakukan SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique)

Menurut Faiz Zainuddin, ada dua versi dalam melakukan SEFT. Yang pertama,

merupakan versi lengkap, dan yang kedua adalah versi ringkas (short-cut).

Keduanya terdiri dari tiga langkah sederhana. Perbedaannya hanya pada langkah

ketiga (The Tapping). Pada versi singkat, langkah ketiga dilakukan hanya pada 9

titik, dan pada versi lengkap tapping dilakukan pada 18 titik. Sebaiknya anda

kuasai dulu versi lengkap ini sebelum versi ringkasnya, agar mendapatkan hasil

yang maksimal. Adapun tiga langkah dalam melakukan SEFT diantaranya;

a. The Set-Up

The Set-Up bertujuan untuk memastikan agar aliran energi tubuh kita

terarahkan dengan tepat. Langkah ini kita lakukan untuk menetralisir

“Psycholigical Reversal” atau “Perlawanan Psikologis” (biasanya berupa

pikiran negatif spontan atau keyakinan bahwa negatif)27

Contoh Psychological Reversal ini diantaranya:

a) Saya tidak bisa mencapai impian saya.

b) Saya tidak dapat bicara di depan publik dengan percaya diri.

c) Saya adalah korban pelecehan seksual yang malang.

d) Saya tidak bisa menghindari rasa bersalah yang terus menghantui hidup

saya.

27
Muthmainnah Zakiyah, Pengaruh Terapi Spiritual Emosional Freedom Technique
(SEFT) Terhadap Penanganan Nyeri Dismenorea, (Probolinggo: Jurnal sain med, 2013), hlm 67.
e) Saya marah dan kecewa pada istri/suami saya karena dia tidak seperti

yang saya harapkan.

f) Saya kesal dengan anak-anak, karena mereka susah diatur.

g) Saya tidak bisa melepaskan diri dari kecanduan rokok.

h) Saya tidak termotivasi untuk belajar, saya pemalas.

i) Saya tidak mungkin bisa memenangkan pertandingan ini.

j) Saya menyerah, saya tidak mampu melakukannya.

k) Saya... saya... saya...

Jika keyakinan atau pikiran negatif seperti contoh diatas terjadi, maka obatnya

dengan berdo’a dengan Khusyu’, Ikhlas, Pasrah:

“Ya Allah... meskipun saya......... (keluhan anda), saya ikhlas menerima sakit/

masalah saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya”

Kalimat diatas merupakan The Set-Up Words, yaitu beberapa kata yang

perlu anda ucapkan dengan penuh perasaan untuk menetralisir Psychological

Reversal (keyakinan dan pikiran negatif). Dalam bahasa religius, the set-up

words adalah “doa kepasrahan” kita pada Allah SWT. Bahwa apapun masalah

dan rasa sakit yang kita alami saat ini, kita ikhlas menerimanya dan kita

pasrahkan kesembuhannya pada Allah SWT.

The Set-Up sebenarnya terdiri dari 2 aktivitas, yang pertama adalah

mengucapkan kalimat seperti diatas penuh dengan rasa khusyu’, ikhlas dan

pasrah sebanyak tiga kali. Dan yang kedua adalah, sambil mengucapkan

dengan penuh perasaan, kita menekan dada kita, tepatnya di bagian “Sore Spot”
(Titik Nyeri= daerah di sekitar dada atas yang jika ditekan terasa agak sakit)

atau mengetuk dengan dua ujung jari di bagian “Karate Chop”

Gambar 1 Set- Up

Setelah menekan titik nyeri atau mengetuk karate chop sambil

mengucapkan kalimat Set-Up seperti diatas, kita melanjutkan dengan langkah

kedua, yaitu tune-in.

Contoh kalimat set-up (doa) diantaranya:

 Yaa Allah... Meskipun saya cemas menjelang sidang tugas akhir,

saya ikhlas menerima kecemasan saya ini, saya pasrahkan pada-Mu

ketenangan hati saya.


 Yaa Allah... Meskipun saya marah dan kecewa karena diabaikan,

saya ikhlas menerima perasaan saya ini, saya pasrahkan pada-Mu

kebahagiaan saya.

 Yaa Allah... Meskipun detak jantung saya tidak teratur, saya ikhlas

menerima sakit saya ini, saya pasrahkan pada-Mu kesembuhan saya.

b. The Tune-In

Gambar 2 Tune- In

Dalam melakukan tune-in, untuk masalah emosi yaitu dengan cara

memikirkan sesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapat

mengembangkan emosi negatif yang ingin kita hilangkan. Ketika terjadi reaksi

negatif (marah, sedih, takut, dsb.) hati dan mulut mengatakan, “Yaa Allah..

saya ikhlas.. saya pasrah”


Adapun dalam masalah fisik, melakukan tune-in itu dengan cara merasakan

sakit yang kita alami, lalu mengarahkan pikiran kita ke tempat rasa sakit,

dibarengi dengan hati dan mulut kita mengatakan, “Yaa Allah.. saya ikhlas..

saya pasrah”.

Bersamaan dengan tune-in ini kita melakukan langkah ketiga (tapping).

Pada proses inilah (Tune-in yang dibarengi tapping) kita menetralisir emosi

negatif atau rasa sakit fisik.28

c. The Tapping

Tapping adalah mengetuk ringan dengan dua ujung jari pada titik-titik

tertentu di tubuh kita sambil terus tune-in. Titik-titik ini adalah kunci dari “The

Major Energy Meridians”, yang jika kita ketuk beberapa kali akan berdampak

pada ternetralisirnya gangguan emosi atau rasa sakit yang kita rasakan. Karena

aliran energi tubu berjalan dengan normal dan seimbang kembali

Berikut adalah titik-titik tapping :

28
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT),... hlm. 64
Gambar 3 The Tapping

1. Cr = Crown, pada titik dibagian atas kepala

2. EB = Eye Brow, pada titik permulaan alis mata

3. SE = Side of the Eye, diatas tulang samping mata

4. UE = Under the Eye, 2cm dibawah kelopak mata

5. UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung

6. Ch = Chin, di antara dagu dan bagian bawah bibir

7. CB = Collar Bone, Titik di ujung tempat bertemunya tulang dada,

collar bone dan tulang rusuk pertama

8. UA = Under the Arm, dibawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria)

atau tepat dibagian tengah tali bra (wanita)

9. BN = Bellow Nipple, 2,5cm dibawah puting susu (pria) atau tepat

dibagian tengah tali bra (wanita)


10. IH = Inside of Hand, dibagian dalam tangan yang berbatasan dengan

telapak tangan

11. OH = Outside of Hand, dibagian luar tangan yang berbatasan dengan

telapak tangan

12. Th = Thumb, ibu jari disamping luar bagian bawah kuku

13. IF = Index Finger, jari telunjuk disamping luar bagian bawah kuku

(dibagian yang menghadap ibu jari)

14. MF = Middle Finger, jari tengah samping luar bagian kuku (dibagian

yang menghadap ibu jari)

15. RF = Ring Finger, jari manis disamping luar bagian bawah kuku

(dibagian yang menghadap ibu jari)

16. BF = Baby Finger, jari kelingking disamping luar bagian bawah kuku

(dibagian yang menghadap ibu jari)

17. KC = Karate Chop, disamping telapak tangan, bagian yang digunakan

untuk mematahkan balok saat karate

18. GS = Gamut Spot, dibagian antara perpanjangan tulang jari manis dan

tulang jari kelingking.

Setelah menyelesaikan sembilan gamut procedure, langkah terakhir adalah

mengulang lagi tapping dari titik pertama hingga ke-tujuh belas (berakhir di

karate chop). Dan diakhiri dengan mengambil nafas panjang dan

menghembuskannya, sambil mengucap rasa syukur, (Alhamdulillah...).29

29
Ahmad Faiz Zainudin, SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique),...hal 63-70
4. Nilai-nilai Spiritual dalam SEFT

Adapun kunci keberhasilan dalam terapi SEFT ada lima, diantaranya:

a. Yakin

Lafadz al-yaqin adalah lawan dari kata al-syakku asal katanya terdiri dari

huruf ya’, qaf, dan nun yakni yaqina-yayqunu-yaqinan artinya jelas, pasti,

meyakini, mengetahui dengan pasti.30 Menurut Quraish Shihab al-yaqin adalah

pengetahuan yang mantap tentang sesuatu disertai dengan tersingkirnya apa

yang mengeruhkan pengetahuan, baik berupa keraguan atau dalih-dalih lawan,

condongnya hati terhadap pembenaran presentasinya 100%.31

Yakin berarti sungguh-sungguh percaya atau kepercayaan yang sungguh-

sungguh sehingga merasa pasti. Jika kita yakin ditambah imbuhan ke-an

biasanya diidentikan dengan agama,32 karena agama adalah anutan atau

pegangan seseorang dengan rasa percaya dan sungguh-sungguh.33

Keyakinan mempunyai konotasi yang positif. Allah menciptakan setiap

manusia dalam keadaan fitrah dengan hati yang suci. Disaat ini pula Allah

menciptakan perasaan didalam hati manusia keinginan akan surga dan

ketakutan terhadap neraka. Akan tetapi setan menggoyahkan hati manusia

30
Ahmad Warson Munawwir, Al-munawwir : Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), hlm 1590.
31
M. Quraish Shihab, Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan Keserasian al-
Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2006), hlm 93.
32
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menjadikan agar tidak berbeda, hlm. 319.
33
Jusuf Syarief Badudu, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1994), hlm. 1634.
sehingga keyakinan yang sudah tertanam di dalam hati berubah menjadi

keraguan.34

Dalam terapi SEFT diperlukan hanya yakin pada Maha Kuasanya Tuhan

dan Maha Sayangnya Tuhan. SEFT tersebut akan tetap efektif walaupun kita

ragu, tidak percaya diri, malu kalau tidak berhasil terhadap diri sendiri dan

terapi SEFT tersebut, asalkan kita yakin dengan kuasa Allah, SEFT tetap

efektif.

b. Khusyu’

Khusyu’ secara etimologi berarti tunduk dan diam/tenang. Secara

terminologi khusyu’ adalah ketundukan hati di hadapan Tuhan dengan penuh

kepasrahan dan kesadaran akan kehinaan diri. Kekhusyukan hati akan diikuti

kekhusyukan seluruh anggota badan. Khusyu’ tempatnya di hati, sedang

ekspresi dan indikatornya terlihat pada anggota badan. Orang yang shalatnya

tidak mencegahnya dari kemungkaran, tidak akan menemukan jalan khusyu’.35

khusyuk dapat diartikan dengan kehadiran hati ketika berhadapan dengan

Allah yang diikuti sikap penuh kerendahan dan kehinaan, perasaan takut yang

selalu ada di dalam hati, dan terpusatnya pikiran.36 Khusyuk bisa timbul dari

kesadaran bahwa Allah selalu melihat gerak gerik hamba-Nya, kesadaran

34
Khalid Abu Syadzi, Yakin: Agar Hati Selalu Yakin dengan Allah, terj. Muhammad
Misbah, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm.9.
35
Abad Badruzaman, Sudah Sholat Masih Maksiat, (Solo: Ziyad Visi Media, 2011), hlm.
132-133
36
Ibnu al-Qayyim al-Jauziyah, Madariju as-Salikin, (Riyadh: Dar as-S{ami’i, 2011), hlm.
1322.
tentang keagungannya serta tentang kekurangan diri hamba dalam

melaksanakan tugas-tugas Tuhan-Nya37

Sebagian ulama mengartikan khusyu’ sebagai kelunakan hati, ketenangan

pikiran, dan tunduknya kemauan yang rendah yang disebabkan oleh hawa

nafsu dan hati yang menangis ketika berada di hadapan Allah sehingga hilang

segala kesombongan yang ada di dalam hati. Dengan kata lain, dalam kondisi

khusyu’, maka seorang hamba hanya bergerak sesuai dengan yang

diperintahkan oleh Tuhannya.38

Selama proses terapi berlangsung, terutama ketika Set-Up, kita harus

khusyu’. Memfokuskan pikiran kita pada saat melakukan Set-Up (berdoa) pada

“Sang Maha Penyembuh”, salah satu penyebab tidak terkabulnya doa adalah

karena kita tidak khusyu’, pikiran dan hati kita tidak ikut hadir saat berdoa,

tidak sepenuhnya sampai ke dalam hati. Jadi ketika selama proses terapi

berlangsung usahakan menghilangkan pikiran lain, konsentrasi pada kata-kata

yang kita ucapkan saat melakukan Set-Up.

c. Ikhlas

Muhammad al-Ghazali mengatakan ikhlas adalah melakukan amal

kebajikan semata-mata karena Allah SWT.39 Muhammad Abduh mengatakan

37
Abu Hamid al-Gazali, Ihya’ Ulum Ad-Din, (Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub
alArabiyyah, T.Th), Jilid I, hlm. 171.
38
Lina Kushidayati, Khusyu Dalam Perspektif Dosen dan Pegawai STAIN Kudus, (STAIN
Kudus: Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf,2016), vol.2, no.1, hlm.58.
39
Muhammad al-Ghazali, Khulu’ al-Muslim : [terj] Akhlak Seorang Muslim, (Semarang:
Wicaksana, 1993), hlm. 139
ikhlas adalah ikhlas beragama untuk Allah SWT. dengan selalu manghadap

kepada-Nya, dan tidak mengakui kesamaan-Nya dengan makhluk apapun dan

bukan dengan tujuan khusus seperti menghindarkan diri dari malapetaka atau

untuk mendapatkan keuntungan serta tidak mengangkat selain dari-Nya

sebagai pelindung.40

Adapun ciri-ciri dari orang yang ikhlas. Pertama, senantiasa beramal dan

bersungguh-sungguh dalam beramal, baik dalam keadaan sendiri atau bersama

orang banyak, baik ada pujian ataupun celaan. Perjalanan waktulah yang akan

menentukan seorang itu ikhlas atau tidak dalam beramal. Dengan melalui

berbagai macam ujian dan cobaan, baik yang suka maupun duka, seorang akan

terlihat kualitas keikhlasannya dalam beribadah, berdakwah, dan berjihad.

Kedua, Terjaga dari segala yang diharamkan Allah SWT., baik dalam

keadaan bersama manusia atau jauh dari manusia. Tujuan yang hendak dicapai

orang yang ikhlas adalah ridha Allah SWT., bukan ridha manusia. Sehingga,

mereka senantiasa memperbaiki diri dan terus beramal, baik dalam kondisi

sendiri atau ramai, dilihat orang atau tidak, mendapat pujian atau celaan.

Karena mereka yakin Allah Maha melihat setiap amal baik dan buruk sekecil

apapun.

Ketiga, Dalam dakwah, akan terlihat bahwa seorang dai yang ikhlas akan

merasa senang apabila kebaikan terealisasi di tangan saudaranya sesama dai,

sebagaimana dia juga merasa senang jika terlaksana oleh tangannya. Para dai

40
Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Qur’an as-Syahir bi Tafsir al-Manar, (Beirut : Dar
alFikr, 1973), Jilid 5, hlm. 475
yang ikhlas akan menyadari kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu

mereka senantiasa membangun amal jama’i dalam dakwahnya.41

Adapun nilai keikhlasan yang dilakukan ketika SEFT yaitu dilakukan

selama proses terapi itu dilaksanakan yaitu tepatnya ketika set-up, tune-in yang

disertai dengan tapping.

d. Pasrah

Pasrah atau biasa disebut dengan tawakkal berarti berserah (kepada

kehendak Tuhan), dengan segenap hati percaya kepada Tuhan terhadap

penderitaan, percobaan dan lain-lain. 42 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

tawakkal adalah pasrah diri kepada kehendak Allah dan percaya sepenuh hati

kepada Allah.43 Sedangkan dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia, tawakal

berarti jika segala usaha sudah dilakukan maka harus orang menyerahkan diri

kepada Allah yang Maha Kuasa.44

Menurut ulama tasawuf, tawakal adalah salah satu dari beberapa maqam

(tahapan) yang harus ditempuh oleh seorang sufi dalam usahanya mendekatkan

41
Hasiah, Peranan Ikhlas Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Padangsidimpuan: Jurnal Darul
‘Ilmi, 2013), Vol. 01, No. 02, hlm. 37-38.
42
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 1976),
hlm.1026.
43
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka, Jakarta, 2002), hlm.1150.
44
Sutan Muhammad Zain, Kamus Modern Bahasa Indonesia, (Grafika: Jakarta, 2008),
hlm. 956.
diri kepada Allah SWT, di samping tahapan-tahapan lain, seperti; taubat,

wara’, fakir, sabar, rida.45

Dalam ajaran Islam sikap tawakal terbagi dalam tiga macam yaitu. Pertama,

Tawakal pada pekerjaan yang mempunyai sebab dan ‘illat. Kedua, Tawakal

dalam urusan yang tidak ber’illat. Ketiga, Tawakal dalam meraih apa yang

dicintai oleh Allah SWT berupa iman.

Tawakal yang mempunyai sebab dan ‘illat adalah mengharuskan manusia

berusaha terlebih dahulu sebatas kemampuan yang dimilikinya, kemudian

bertawakal kepada Allah SWT.46 Ajaran Islam menganjurkan pemeluknya

untuk berusaha, tetapi pada saat yang sama dituntut juga untuk berserah diri

kepada Allah SWT.47

Tawakal menjadi tumpuan terakhir dalam suatu usaha. Di mana suatu usaha

tanpa tawakal akan membangun jiwa yang selalu gelisah, dibayang bayangi

oleh rasa cemas, dan gelisah. Sebaliknya suatu usaha yang dilengkapi dengan

tawakal, akan membangun ruhani yang tenang karena puncak dari segala

usahanya di barengi dengan pasrah diri kepada Allah SWT.48

Dalam terapi SEFT ini, dalam do’a Set-Up itu sendiri ada kalimat yang

berupa “saya ikhlas, saya pasrah..” bahwa ketika proses terapi berlangung, kita

45
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),
hlm. 67.
46
Yunasril Ali, Pilar-Pilar Tasawuf, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), hlm. 134.
47
Gulam Reza Sultani, Hati yang bersih: Kunci Ketenangan Jiwa, (Jakarta: Zahra, 2006),
hlm. 155
48
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, vol.5,
(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 616-617.
diharuskan untuk membayangkan memasrahkan semua permasalahan yang

sedang terjadi.

e. Syukur

Hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat ke-kufur-

an adalah menyembunyikannya. Menampakkan nikmat antara lain berarti

menggunakannya pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh

pemberinya, juga menyebut-nyebut nikmat dan pemberinya dengan lidah.49

Imam Ghazali menjelaskan bahwa syukur tersusun atas tiga perkara.50

Pertama, Ilmu, yaitu pengetahuan tentang nikmat dan pemberinya, serta

meyakini bahwa semua nikmat berasal dari Allah swt, sehingga akan selalu

memuji Allah swt dan tidak akan muncul keinginan memuji yang lain.

Sedangkan gerak lidah dalam memuji-Nya hanya sebagai tanda keyakinan.

Kedua, Hal (kondisi spiritual), yaitu karena pengetahuan dan keyakinan tadi

melahirkan jiwa yang tentram. Mensyukuri nikmat bukan hanya dengan

menyenangi nikmat tersebut melainkan juga dengan mencintai yang memberi

nikmat yaitu Allah swt membuatnya senantiasa senang dan mencintai yang

memberi nikmat, dalam bentuk ketundukan, kepatuhan.

Ketiga, Amal perbuatan, ini berkaitan dengan hati, lisan, dan anggota badan,

yaitu hati yang berkeinginan untuk melakukan kebaikan, lisan yang

menampakkan rasa syukur dengan pujian kepada Allah swt dan anggota badan

49
Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai
Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996), h. 216
50
Imam Ghazali, Taubat, Sabar dan Syukur, Terj. Nur Hichkmah. R. H. A Suminto,
(Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 1983), hlm. 197-203
yang menggunakan nikmat-nikmat Allah swt dengan melaksanakan perintah

Allah swt dan menjauhi larangan-Nya.

Bersyukur sangat berpengaruh dalam kehidupan kita, ketika kita mampu

mensyukuri yang masih baik dan sehat, masalah dan sakit pun hilang dengan

sendirinya. Seperti halnya alumni dari Ahmad Faiz Zainuddin yang menderita

tumor otak, tiba-tiba tumornya tidak mengganggu dia lagi ketika hati dan

pikirannya untuk mensyukuri bagian tubuh yang masih sehat, bukan

mengeluhkan bagian tubuh yang sakit, setelah hampir kurang lebih tiga bulan

fokus untuk bersyukur, kemudian sakit jantungnya menghilang tanpa dia

sengaja. Begitulah dampak positif dari bersyukur yang ada dalam terapi SEFT

ini.51

Jadi, kunci keberhasilan terapi SEFT terletak pada setiap individu itu sendiri,

jika seseorang tersebut tidak memiliki niatan yang kuat untuk sembuh atau

terbebas dari masalah yang sedang dihadapinya, maka hal tersebut mustahil bagi

orang tersebut untuk sembuh, maka dari itu jika ingin kesembuhan seseorang

harus memiliki niat untuk ingin benar-benar sembuh. Setelah meyakinkan diri dan

berniat sungguh-sungguh untuk sembuh, selanjutnya dibarengi dengan bersikap

khusyu’, mengikhlaskan segala sesuatu atau masalah yang sedang dihadapinya

saat ini, kemudian yang terakhir harus memasrahkan segala kesembuhan hanya

kepada Allah SWT., karena segala sesuatu yang terjadi pada diri kita semua itu

karena kehendak Allah SWT.

51
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)..., hlm. 79.
5. Manfaat Terapi SEFT

Menurut Ahmad Faiz Zainudin terapi SEFT mempunyai banyak manfaat

dalam berbagai bidang, diantaranya:

a. Individu

Dapat memberikan solusi untuk mengatasi beberapa masalah yang sedang

kita hadapi dan juga dapat mengembangkan potensi diri agar terlepas dari

konflik batin yang belum terselesaikan. Sehingga setelah bebas dari lingkaran

beban emosi ini, seseorang mampu mengembangkan potensi dirinya secara

optimal.

b. Kelompok

Mampu menciptakan sebuah hubungan yang kokoh untuk setiap anggota

keluarga, dengan SEFT tersebut sebagai penetralisasi emosi negatif yang

sering timbul di dalam keluarga seperti rasa marah, kecemburuan, rasa takut

kehilangan, tersiggung dan lain sebagainya.

c. Sekolah

Membantu guru atau dosen, siswa ataupun mahasiswa untuk menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan ruang lingkup pendidikan. Seperti, malas

belajar, murid yang bandel, sulit konsentrasi ketika belajar, dan lain

sebagainya.

d. Kesehatan

Memberikan suatu manfaat yang bisa membantu menyembuhkan penyakit

fisik tanpa pemberian obat-obatan ataupun dengan operasi, karena dengan cara
tapping dititik meridian yang tepat dapat memperbaiki dengan memanfaatkan
52
energi tubuh dan kekuatan psikologi.

Dapat ditarik kesimpulan dari uraian manfaat di atas bahwa SEFT mampu

menangani berbagai kasus dan berbagai bidang di dalam kehidupan manusia

yang penuh dengan masalah yang semakin hari semakin kompleks.

C. KESABARAN

1. Pengertian Kesabaran

Sabar berasal dari kata (‫ )صبر‬bersabar, (‫ )يصبر‬tabah hati, (‫ (صبرا‬berani atas


53
sesuatu. Secara etimologi, )‫ (الصبور‬berarti menahan dan mengekang ( ‫)الجس‬.

Secara terminologi sabar berarti menahan dari segala sesuatu yang tidak disukai

karena mengharapkan ridha Allah54. Sedangkan secara istilah sebagaimana yang

diungkap oleh Al-Maraghi, sabar adalah ketabahan hati dalam menanggung

berbagai macam kesulitan dalam hal mencegah perbuatan-perbuatan maksiat dan

dalam rangka melaksanakan ibadah.55 Dalam pandangan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah,

sabar adalah menahan jiwa dari cemas, lisan dari mengeluh, dan organ tubuh dari

menampar pipi, merobek-robek baju dan seterusnya. 56

52
Ahmad Faiz Zainuddin, Spiritual Emotional Freedom Technique..., hlm.7
53
Mas’ud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Bintang Pelajar, tt), hlm.
184
54
Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta: LIPPI, 2000) cet.11, hlm. 34
55
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Bahran Abu Bakar, dkk.
(Semarang: Toha Putra, 1992), hlm. 10
56
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Sabar Perisai seorang Mukmin, terj. Fadli, (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2002), hlm. 12
Dalam Ensiklopedi Muslim disebutkan bahwa sabar ialah menahan diri

terhadap apa yang dibencinya atau menahan sesuatu yang dibencinya dengan rida

dan rela, maksudnya menahan diri terhadap ujian yang menimpanya dengan tidak

membiarkannya berkeluh kesh atau marah sebab keluh kesah terhadap sesuatu yang

telah hilang adalah penyakit dan keluh kesah yang akan terjadi adalah tidak ridha,

sedangkan tidak ridha terhadap takdir berarti mengancam Allah Yang Maha Esa.

Dalam bersabar terhadap itu semua, orang Muslim bersenjatakan diri dengan ingat

pahala ketaatan yang besar dari Allah dan ingat siksa pedih Allah untuk orang yang

dimurkai-Nya. Selain itu, ia ingat bahwa takdir-takdir Allah akan senantiasa

berlangsung, keputusan-Nya adalah adil dan hukum-Nya pasti terjadi, seorang

hamba sabar atau tidak dalam menerima takdir dari Allah swt.

Karena sabar dan tidak sabar adalah akhlak yang didapatkan dengan pelatihan

dan mujahadah (usaha maksimal), maka setelah orang muslim meminta Allah

memberinya sifat sabar, ia ingat sifat sabar dengan ingat perintah kepada sabar dan

ingat pahala yang dijanjikan bagi orang sabar.57

Dalam istilah syariat, sabar berarti menahan diri untuk melakukan keinginan

dan meninggalkan larangan Allah swt. Ketika seorang hamba mampu melakukan

hal ini dengan ikhlas, maka Allah swt. Memberikan kompensasi berupa pahala yang

besar dan membalasnya dengan surga. Jadi sabar adalah sikap tegar dan kukuh

dalam menjalankan ajaran agama ketika muncul dorongan syahwat. Ia adalah

ketegaran yang dibangun di atas landasan Kitab dan Sunnah, karena hamba yang

57
Abu Bakar Jabir al-Jazairi, Ensiklopedi Muslim, terj. Fadhli Bahri, Lc., (Jakarta: Darul
Falah, 2000), cet.1, hlm. 220-221
berpegang teguh dengan al-Qur’an dan Hadits mampu bersabar terhadap beragam

musibah dalam beribadah dan menjauhi larangan. 58

Kesabaran menurut Al-Jauziyah menyatakan bahwa kesediaan untuk

menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan, sehingga

kesabaran membuat orang mampu mengatasi setiap masalah. Kesabaran berarti

menahan diri dan mencegah dari keluhan. Oleh karenanya mereka tetap tenang

ketika merasa takut dan bingung. Kesabaran mempunyai pengertian kemampuan

individu dalam mengendalikan perasaan dan perilaku. Kesabaran adalah

kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan (perilaku, perasaan,

dan tindakan) serta mengatasi berbagai kesulitan dan secara komprehensif dan

integratif. Adapun kesabaran menurut sahl yaitu pengharapan akan lipuran dari

tuhan, kesabaran merupakan kebaktian tertinggi dan paling mulia, dan kesabaran

itu merupakan rahmat. Kesabaran berarti bersikap sabar terhadap kesabaran. 59

2. Macam-macam sabar

Kesabaran tersebut antara lain meliputi tempat dan situasi dan membagi sabar

ke dalam enam macam yaitu:

a. Sabar dalam taat kepada Allah Swt.

Tingkat yang paling tinggi adalah sabar atas ketaatan. Inilah sabar yang

sungguh-sungguh diharapkan, yaitu ketika kamu mengerjakan halhal yang

58
Syekh Muhammad Shalih al-Munajjid, Jagalah Hati: Raih Ketenangan, terj. Saat
Mubarak, (Jakarta: Cakrawala Pubishing, 2006), cet.1, hlm. 214-215
59
Al-Kalbazi, Ajaran Kaum Sufi, (Bandung: Mizan, 1995), hlm 116-117.
diperintahkan, kamu bersabar atas perintah itu dan bersabar untuk mengerjakannya

dengan cara yang paling sempurna.60

Dalam Al-Qur’an Surat Maryam (19) ayat 65 dijelaskan bahwa kewajiban-

kewajiban yang ditetapkan Allah Swt kepada manusia harus dilakukan dengan

sabar seperti: puasa, hajji, berzakat dan lainnya. Bagi mereka yang selalu sabar dan

teguh pendirian dan keimanan kepada Allah SWT, akan sangat mudah dan ringan

untuk mengerjakannya.

Taat kepada Allah SWT merupakan suatu kewajiban. Karena, hal tersebut terasa

berat sehingga memerlukan usaha yang sungguh-sungguh agar bisa mengalahkan

musuhnya yang nyata, sehingga ia kokoh dalam pendirian dan menjadikan nafsunya

mengikuti syari’at Allah Swt, kesungguhan tersebut meliputi kesabaran,

pengorbanan dan usaha yang gigih. Tidak diragukan lagi bahwa orang yang mampu

menahan nafsunya sehingga sesuai dengan apa yang diridhai Allah, yang tercermin

dalam ketaatan dan komitmennya.

Contohnya yaitu seperti orang yang melaksanakan shalat setiap waktu, maka ia

tidak akan merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan. Walaupun ia tidak

melihat Allah Swt, namun ia sadar bahwa Allah Swt senantiasa bersamanya dan

selalu menjadi penolongnya.

b. Sabar dalam menerima cobaan hidup

Kehilangan orang yang dicintai, gagal dalam usaha, mengalami penyakit, dan

sebagainya. Ujian dan cobaan sering membuat manusia gelap mata. Akibatnya,

60
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Membeli Surga dengan Sabar dan Syukur, (Yogyakarta:
Golden Books, 2010), cet. ke-1, hlm. 12.
mereka bisa stress dan kehilangan akal sehat, mengamuk dan kemudian bunuh diri.

Semua bentuk cobaan tersebut harus diterima dengan sabar. Dalam hal ini manusia

harus bersikap sabar dalam menghadapi cobaan hidupnya. “ Sikap sabar yang

dimaksud adalah sikap yang diawali dengan ikhtiar lalu diakhiri dengan ridha dan

ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Allah Swt.”61

Ketika seseorang mendapatkan ujian, semestinya bersabar, bertahan, dan tidak

menjadi lemah, sehingga keyakinannya kepada Allah Swt bertambah dan tetap

dapat melaksanakan segala kewajiban. Kesabaran tersebut harus dipertahankan

dalam segala hal.62

Contohnya seperti dengan bersabar kita dapat berfikir positif atas sebuah hal

yang terjadi dalam kehidupan kita. Orang yang mempunyai sifat sabar akan selalu

mengingatkan dirinya untuk bersyukur dikarenakan dirinya yang sabar

mendapatkan hasil sekecil apapun itu. Ia akan banyak bersyukur.

c. Sabar dari dorongan keinginan hawa nafsu

Hawa nafsu manusia selalu mendorong kearah keburukan dalam dimensi psikis

manusia dan mengarah untuk kenikmatan hidup dan kemegahan dunia Akan tetapi

hawa nafsu dapat diarahkan kepada kebaikan apabila dikendalikan dengan

kesabaran. Baharuddin mengungkapkan bahwa dimensi nafsu merupakan daya

yang berpotensi untuk mengejar kenikmatan dan menghindarkan diri dari hal-hal

61
Istarani dan Muhammad Siddik, Jiwa dan Kepribadian Muslim, (Medan: Iscom, 2015),
cet. ke-1, hlm. 40.
62
5 Ibn Taimiyyah, Gerak-gerik Qalbu: dilengkapi analisis tentang penyakit-penyakit hati
dan pengobatannya, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2005), hlm.64
yang mencelakakan. Dimensi ini, jika tidak terkendali akan mengantarkan manusia

bergaya hidup hedonistic, seks, material, dan lain-lain.63 “Rasulullah Saw menjadi

teladan dalam menghadapi dan menghindari hal-hal yang tidak disukai.64

Contohnya seperti hawa nafsu kita menginginkan kita buat benda yang mungkar,

kita lawan dengannya tidak ikut buat yang disuruh oleh nafsu itu dikatakan nama

bersabar dari keinginan hawa nafsu.

d. Sabar dalam mengajak manusia untuk taat kepada Allah Swt (berdakwah kepada

umat)

Islam menganjurkan manusia untuk berdakwah. ”Islam merupakan agama

dakwah, yakni agama yang harus didakwahkan kepada umat manusia.65 Dakwah

untuk menegakkan agama Islam terkadang harus ditempuh dengan perjuangan yang

penuh dengan rintangan dan tantangan. Karena itulah, maka dalam berdakwah

diperlukan kesabaran. Al-Quran mengajarkan kesabaran dalam berdakwah

sebagaimana yang dinasehatkan oleh Lukman al-Hakim kepada anaknya dalam

Alquran Surat Luqman (31) ayat 17 bahwa kita diperintahkan untuk mendirikan

shalat dan mengerjakan perbuatan baik dan mencegah perbuatan munkar, kemudian

kita diperintahkan untuk bersabar terhadap segala sesuatu yang menimpa diri kita.

63
Baharuddin, Paradigma Psikologi Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. ke-1,
hlm. 165.
64
Imam Abu Syaikh Al-Ashbahani, Meneladani Akhlak Nabi, (Jakarta: Qishti Press, 2011),
cet. ke-2, hlm. 63.
65
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2006), cet. ke-
1, hlm. 8
Sebagai aktivitas muslim, kita tahu bahwa kita harus tetap berusaha

menyampaikan berita gembira dan peringatan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada

lingkungan sekitar.

Contohnya seperti yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. kita harus

menyadari, diingat-ingat dalam pikiran dan terus dihujamkan ke dalam jiwa, bahwa

dakwah akan tetap terus berjalan mesti bersama atau pun tanpa diri kita.

e. Sabar dalam kondisi berperang

Dalam peperangan sangat dibutuhkan kesabaran.” Perang dalam arti untuk

kebebasan berdakwah atau mempertahankan keyakinan dengan senjata yang

digunakan oleh pihak yang memerangi keyakinan.”66 Al-Quran menegaskan bahwa

kesabaran dalam peperangan merupakan salah satu ciri dari orang yang bertakwa.

Allah Swt.

Dalam Surat al-Baqarah (2) ayat 177 menegaskan bahwa sabar bukanlah

kepasrahan. Dalam peperangan sangat diperlukan kesabaran, apalagi menghadapi

musuh yang lebih banyak atau lebih kuat. sebagaimana yang kita pahami dalam

perang maka pasti kita akan terbunuh dan tidak pernah menang. Karena niscayanya

perang kalau tidak membunuh pasti terbunuh. Tapi sabar dalam peperangan

maksudnya adalah walau kita ada dalam medan peperangan maka seorang mukmin

tetap harus menjaga kesabarannya.

66
Muhammad Husain Haekal, Sejarah Hidup Muhammad, (Jakarta: Litera Antar Nusa,
2009), cet. ke-38, hlm. 241.
f. Sabar dalam kehidupan sosial

Manusia yang merupakan makhluk sosial, yang saling berhubungan antara satu

dengan yang lain, baik dengan keluarganya sendiri maupun dengan orang lain.

Bersabarlah dengan keadaan orang-orang sekitar yang menunjukkan

ketidaksenangan, selama dalam jalan yang haq. Rasulullah SAW adalah orang yang

senantiasa sabar dengan apa yang telah dilakukan orang-orang Quraisy yang sangat

membenci beliau. Tidak jarang beliau disakiti baik secara lisan atau ucapan bahkan

secara fisik.

Ketika bergaul dengan seseorang terkadang kita merasa tersinggung saat

mendengar atau mendapatkan perlakukan yang kurang menyenangkan dari orang

lain. Namun, sebagai Muslim kita diwajibkan untuk bersabar menghadapinya,

karna boleh jadi hal itu ternyata akan mendatangkan banyak kebaikan bagi diri kita.

Dalam kehidupan sehari-hari, akan ditemui hal-hal yang tidak menyenangkan

atau atau menyinggung perasaan. Oleh sebab itu dalam pergaulan sehari-hari

diperlukan kesabaran, sehingga tidak cepat marah, atau memutuskan hubungan

apabila menemuihal yang tidak disukai.

Contonya seperti seorang teman diingatkan untuk bersabar terhadap hal-hal yang

tidak disukai pada orang lain, karena boleh jadi yang dibenci itu ternyata

mendatangkan banyak kebaikan.

Sedangkan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam kitabnya Mendulang Faidah dari

lautan Ilmu (Fawa’idul-Fawa’id) berkata, “Sabar menghindari syahwat lebih

mudah daripada sabar menghadapi akibat dari syahwat, karena akibatnya itu bisa

berupa:
1. Siksaan dan penderitaan.

2. Hilangnya kenikmatan secara total.

3. Kerugian dan penyesalan.67

4. Kehormatan diri yang terkoyak, yang andaikan kehormatan itu dijaga akan

lebih bermanfaat bagi hamba.

5. Harta yang melayang, yang andaikan harta ituntetap ada akan lebih baik bagi

hamba.

6. merendahkan kedudukan, yang andaikan kedudukan itu terjaga akan lebih baik

kedudukan itu jatuh.

7. Menghilangkan nikmat, yang andaikan nikmat itu tetap ada akan lebih baik

daripada mengumbar syahwat.

8. Membuka jalan kea rah kehinaan, yang tidak pernah dilalui sebelumnya.

9. menimbulkan kekhawatiran, kesedihan, kesusahan dan ketakutan, yang tidak

sebanding dengan kenikmatan syahwat.

10. Melalaikan ilmu.

11. Menyenangkan musuh dan menyedihkan penolong.

12. Memotong nikmat yang akan datang.

13. Mendatangkan aib yang sifatnya sulit dihilangkan. Karena amal itu tentu akan

mendatangkan sifat dan akhlak.”

Contohnya, seorang pemuda yang bersabar menjalankan ibadah kedapa Allah

SWT., padahal ia berada dalam desakan hawa nafsunya. Imam ‘ali bin Abi Thalib

berkata, “Sabar adalah tirai untuk menutupi, dan akal adalah pedang yang tajam.

67
Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah, (Jakarta: Maghfirah, 2005), hlm.409-410
Karena itu simpanlah kelemahan dalam perilaku Anda dengan kesabaran dan

bunuhlah hawa nafsu anda dengan akal anda.”68

Adapun Imam Al-Ghazali membagi sabar dalam dua bagian. Pertama, sabar

yang berkaitan dengan tubuh, yaitu menanggung beban yang berat dengan anggota

tubuh, baik seecara pekerjaan, seperti mengerjakan pekerjaan yang berat dalam

beribadah dan lainnya maupun menanggung beban yang berat dengan ketabahan

(hati), seperti sabar dalam menghadapi kesulitan, sakit yang parah, dan cobaan berat

lainnya.

Kedua, yaitu kesabaran yang paling sempurna, sabar dalam menghadapi

keinginan syahwat dan hawa nafsu. Sabar dalam menghadapi syahwat perut dan

kemaluan disebut dengan iffah (menjaga diri), sabar dalam menghadapi musibah

disebut dengan shabr (sabar), sabar dalam menghadapi kelapangan rezeki disebut

dengan dhabt an-nafs (mengendalikan diri), sabar dalam peperangan disebut

dengan syuja’ah (keberanian), sabar ketika marah disebut dengan hilm (kasih

sayang), sabar dalam dalam menghadapi problema hidup disebut dengan si’at ash-

shadr (lapang dada), sabar dalam menyimpan omongan orang lain disebut dengan

kitman assir (menjaga rahasia), sabar dalam menghadapi kelebihan rezeki disebut

denan zuhud, sabar ketika memperoleh rezeki yang sedikit disebut dengan qona’ah

(puas hati).69

Adapun dari segi hukum, sabar dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya,

fardhu, sunnah, makruh, dan haram. Sabar atas perkara yang haram hukumnya

68
Asfa Davi Bya, Jejak langkah mengenal Allah,... hlm.411- 412
69
Ismail Yakub, Ihya’ Al-Ghazali, (CV. Faizan: Jakarta Selatan, 1989) hlm 284-285
fardhu, sedangkan sabar atas perkara yang makruh hukumnya sunnah. Namun,

ketika istri ingin melakukan perbuatan yang tidak baik, kemudian suami sabar

untuk tidak menunjukan rasa cemburu, maka seperti ini hukumnya haram,

sedangkan sabar atas kejahatan orang lain kepadanya dan ia mampu untuk

menolaknya, maka sabar seperti ini hukumnya makruh. Oleh karena itu, perkataan

yang menyatakan sabar adalah sebagian dari iman tidak diartikan semua sikap

sabar, akan tetapi sabar yang diwajibkan dan disunnahkan.70

3. Tingkatan Sabar

Sebagian ulama ahli ma’rifat membagi tingkatan orang yang senantiasa sabar

(ahl shabr) ke dalam tiga tingkatan, yaitu:

a. Meninggalkan syahwat (keinginan nafsu), tingkatan ini adalah tingkatan orang

yang taubat (ta’ibin ).

Taubat adalah meninggalkan maksiat dalam segala hal, menyesali dosa yang
71
pernah di perbuat dan tidak mengulanginya kembali. Ketika seseorang

melakukan kesalahan (dosa) sangat dianjurkan bagi orang yang melakukan dosa

tersebut untuk segera bertaubat pada Allah Ta’ala. Ibn Qayyim al-Jauziyah

mengatakan bahwa bersegera melakukan taubat adalah kewajiban. Taubat harus

dilakukan secepatnya, karena jika seseorang menundanunda taubat dia telah

70
Sa’id Hawwa, Tazkiyatun Nafs Kajian Lengkap Penyucian jiwa-intisari ihya’ ulumuddin,
(Pena: kota, ), hlm 390-391.
71
Burhan Djamaluddin, Konsepsi Taubat, Pintu Pengampunan Dosa Besar dan Syirik
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1996), hlm. 3
berdosa dan dia harus bertaubat atas penundaan taubat yang dia lakukan.72 Maka

apabila seseorang telah meninggalkan perbuatan dosa tersebut (ta’ibin) masuk

kedalam tingkatan orang yang sabar.

b. Ridhlo dengan apa yang diberikan Allah SWT kepadanya, tingkatan ini adalah

tingkatan orang yang zuhud (zahidin).

Zuhud adalah sikap sesorang yang lebih mencintai urusan akhirat dari pada

urusan dunia. Tidak tertarik untuk mencintai dan menikmati kenikmatan dunia.

Orang yang melakukan praktek zuhud mengganggap materi dunia sesuatu hal

yang rendah dan menjadi hijab atau penghalang untuk menuju ma'rifat pada Allah.

Tujuan utama hidup manusia bukan untuk berlomba-lomba mencari meteri dunia,

tetapi untuk menyembah Allah.73

c. Mahaban (mencintai) apa saja yang Allah SWT lakukan dan perintahkan, dan

ini adalah tingkatan orang yang benar atau lurus (shadiqin).74

Salah satu tanda orang yang mahabbah (cinta) pada Allah dalam pandangan

Dzunnun Al-Misri adalah dia tidak punya kebutuhan selain Allah. Salah satu tanda

orang yang cinta pada Allah adalah mengikuti kekasih Allah Nabi Muhammad

SAW dalam akhlak, perbuatan, perintah dan sunnah-sunnahnya. Pangkal dari

jalan (Islam) ini ada empat perkara: cinta pada Yang Agung, benci kepada yang

Ibn Qayyim al-Jauziyah, At-Taubah Wal inabah, ter Abdul Hayyie al –Kattani, (Jakarta:
72

Gema insani, 2006), hlm. 163.


73
Muhammad Hafiun, Zuhud Dalam Ajaran Tasawuf, (Yogyakarta: Hisbah (Jurnal
Bimbingan Konseling dan Islam), 2017), hlm. 79.
74
Dian Purna Triodita, Hubungan Antara Kesabaran Dengan Tingkat Depresi Pada
Penderita Paska Stroke, (Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2010) hlm. 5-6
Fana, mengikuti Al-Qur’an yang diturunkan, dan takut akan tergelincir (dalam

kesesatan).75

Adapun tingkatan orang sabar ada tiga macam. Pertama, orang yang dapat

menekan habis dorongan hawa nafsu hingga tidak ada perlawanan sedikitpun, dan

orang itu bersabar secara konstan. Mereka adalah orang yang sudah mencapai

tingkat shiddiqin. Kedua, Orang yang tunduk total kepada dorongan hawa nafsunya

sehingga motivasi agama sama sekali tidak dapat muncul. Mereka termasuk

kategori orang-orang yang lalai (alghofilun). Ketiga, Orang yang senantiasa dalam

konflik antara dorongan hawa nafsu dengan dorongan keberagamaan. Mereka

adalah orang yang mencampuradukkan kebenaran dengan kesalahan.

Secara psikologis, tingkatan orang sabar dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

Pertama, orang yang sanggup meninggalkan dorongan syahwat. Mereka termasuk

kategori orang-orang yang bertaubat (at-tabi’in). Kedua, orang yang ridla

(senang/puas) menerima apa pun yang ia terima dari Tuhan, mereka termasuk

kategori zahid. Ketiga, orang yang mencintai apa pun yang diperbuat Tuhan untuk

dirinya, mereka termasuk kategori shiddiqin.

4. Hikmah Sabar

Jika seseorang bersikap sabar, maka setidaknya ia akan memperoleh empat

hikmat atau keberuntungan.

Pertama, sabar sebagai penolong. Kesabaran bisa menjadi penolong yang

akan menyelamatkan seseorang dari bahaya, baik bahaya dunia terlebih lagi bahaya

75
Ibtihadj Musyarof, Biografi Tokoh Islam (Yogyakarta: Tugu Publisher, 2010), hlm. 147
akhirat. Ketika seseorang dapat berlaku sabar saat mengemudikan kendaraan

misalnya, dengan tetap berhati-hati dan menaati rambu-rambu lalu lintas, maka ia

akan selamat dari kecelakaan dan selamat dari kejaran polisi. Orang lain pun akan

selamat dari ulahnya kalau saja ia tidak sabar akibat terlalu cepat.

Kedua, sabar dapat membawa keberuntungan. Setiap manusia normal pasti

menginginkan keberuntungan. Seorang yang sedang berdagang misalnya, ia

menginginkan dapat memperoleh laba yang banyak dari dagangannya. Seorang

pelajar pasti menginginkan keberuntungan dengan kelulusan studinya. Para

nelayan, petani, pegawai, guru, tukang ojek, bahkan para pengemis dan pengamen,

pasti mendambakan keberuntungan.

Tidak ada yang perlu diragukan dari janji Allah Swt. karena Allah tidak

pernah dan tidak akan mengingkari janji-Nya. Tidak ada yang perlu dibimbangkan

lagi dari keberuntungan bagi orang-orang yang beriman yang sabar dan bertakwa,

keberuntungan itu pasti datang dan diterima, baik di dunia maupun di akhirat. Kalau

tidak diterima di dunia, pasti di akhirat.

Ketiga, akan mendapat tempat yang baik di akhirat. Kesudahan yang baik

adalah kehidupan setelah dunia. Kehidupan ini secara umum ada dua kelompok;

dunia dan akhirat. Disebut dunia sebab di alam dunia orang melewati dua alam,

yaitu alam rahim dan alam dunia. Sedang kelompok akhirat, karena di sana ada

alam kubur, alam mahsyar, alam surga/neraka.

Ibarat orang yang melamar pekerjaan, kalau ada di antara calon yang

memiliki skill khusus, lalu ia dijanjikan oleh sang direktur untuk posisi tertentu

karena kemampuannya tersebut, maka meskipun menjalani proses tes, bisa saja tes
itu hanya formalitas saja. Kemungkinan besar ia akan dinyatakan langsung lulus

dan diterima sebagai pegawai. Demikian halnya orang sabar, proses melalui alam

kubur, mahsyar, akan dilalui dengan mudah.

Keempat, mendatangkan keuntungan yang besar. Pedagang yang beruntung,

itu biasa. Tetapi kalau pedagang yang beruntung besar, merupakan keistimewaan

tersendiri. Inilah yang dinyatakan Allah Swt. dalam al-Qur’an bahwa keuntungan

yang besar akan dapat diraih oleh hamba-hamba-Nya yang sabar. Sabar dalam

menjalankan perintah Allah Swt. meskipun dalam keadaan kesulitan. Tetap kokoh

dalam menjauhi segala yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, serta tahan uji

terhadap segala cobaan.

Bersabar dapat berarti bertahan dan konsisten dalam menjalankan perintah

Allah Swt. dengan baik dan benar, bertahan dan konsisten dalam menjauhi

larangan-Nya, serta bertahan dan konsisten dalam ketegaran menghadapi cobaan

dan ujian Allah Swt.

Keutamaan lainnya yaitu dengan mendapatkan surga, surga merupakan

tempat segala kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya dan hanya

orang-orang yang sabar berhak memperolehnya.76

Adapun beberapa hikmah sabar yang lainnya, diantaranya:

a. Selalu dicintai Allah Swt.

Firman Allah Swt dalam Surat Ali Imran (3) ayat 146

76
Zulhammi, Tingkah Laku Sabar Relevansinya Dengan Kesehatan Mental, (Jurnal Darul
‘Ilmi: IAIN Padangsidimpuan, 2016), Vol. 04, No. 01, hlm. 46
َ‫صا ِب ِريْن‬
َّ ‫َوهللاُ يُ ِحبُّ ال‬
”...Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (QS. 3 : 146)

Ujian demi ujian hendaknya justru menimpa kepribadian agar menjadi hamba

yang semakin dicintai oleh Allah Swt, yang bersyukur bila mendapat nikmat,

bertaubat bila berdosa dan bersabar dalam ketaatan, dalam menghindari maksiat

dan tatkala menghadapi musibah.77

Rahmat Allah Swt meliputi semua makhluk-Nya, meski sebagian mereka tak

mau tunduk kepada-Nya. Terlebih-lebih lagi kepada hamba yang dicintai-Nya.

Orang-orang yang sabar adalah orang yang berhak mendapatkan cinta-Nya.

b. Allah Swt akan menghapus dosa-dosa dan memberinya pahala

Orang yang sabar menghadapi ujian dari Allah Swt akan memperoleh pahala

sebagai ganjarannya. ”Pahala bisa didapat melalui berbagai musibah yang

diterima seseorang manakala ia menerima dengan sabar”78 Yasin menyatakan

mungkin saja ada dosa yang kita melakukannya secara tidak sadar, yang bias

terhapuskan jika kita lulus dalam suatu ujian.79

Orang yang sabar akan memperoleh balasan yang sempurna dari Allah Swt.

Sungguh sangat beruntung orang-orang yang memilih untuk bersabar yang

menghadapi segala ketetapan Allah Swt karena Allah Swt akan memberikan

pahala tanpa batas.

77
Agus Suryana, Sabar Itu Indah, (Jakarta: Lintas Pustaka, 2008), cet. ke- 1, hlm. 149.
78
Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis Ayat Alquran dan Hadits, (Jakarta:
Widya Cahaya, 2009), Jilid 4, cet. ke-1, hlm. 343.
79
Ahmad Hadi Yasin, Dahsyatnya Sabar, (Jakarta: Qultum Media, 2012), cet. ke-2, hlm.
69
c. Memperoleh rahmat dan petunjuk

Allah Swt berfirman dalam surat al- Baqarah (2) ayat 157

َ‫وت ّم ْن َّربّ ِه ْم َو َر ْح َمةٌ قلى َو اُولَئِ َك ُه ُم ْال ُم ْهتَد ُْون‬ َ ‫اُولَئِ َك َعلَ ْي ِه ْم‬
ٌ َ‫صل‬

”Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari

Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (

QS.(2): 157).

5. Ciri-ciri Orang Sabar

Adapun ciri-ciri orang yang bersabar dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam QS.

Ali Imran: 146, yang artinya:

“Dan berapa ramai para nabi yang berperang bersama-sama mereka

sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah

(mental) kerana bencana yang menimpa di jalan Allah tidak lesu (dalam

penampilan), dan tidak menyerah (dalam aktiviti). Allah menyukai orang-

orang yang sabar.” (QS. Ali Imran: 146)

Dari ayat 146 surah Ali Imran (seperti di atas), menunjukkan sekurang-

kurangnya terdapat tiga kriteria orang sabar.

Pertama, “Maa Wahanu” (Tidak pengecut atau tidak lemah mental) Apabila

berhadapan dengan kesulitan hidup, dia memiliki ‘kontrol diri’. Dia segera

menstabilkan emosi dan mentalnya, sebelum orang lain mengingatkannya. Nasihat

orang lain agar dia bersabar hanya berperanan sebagai ‘faktor tambahan’ bagi

stabiliti dirinya.
Kedua, “Ma Dha’ufuu” (Tidak lesu dari segi penampilan) Seseorang yang

sabar tidak pernah merasa perlu menampilkan kesedihan atau kesulitan masalahnya

kepada orang lain. Dia pantang menampilkan kelesuan di raut wajahnya, betapa

sulit pun masalah yang dihadapi. Dia sedar betul bahawa tiada manusia di dunia

yang luput dari masalah. Secanggih mana pun seorang pakar psikiatri atau psikologi

dalam menangani masalah orang lain, nescaya dia juga tidak terlepas dari bebanan

masalah. Walaupun mungkin orang sabar harus menampilkan kelemahan diri, maka

dia sampaikan kepada Allah subhanahu wa ta'ala di kesunyian malam melalui salat

(shalat) Tahajud.

Ketiga, “Mas takaanuu” (Tidak menyerah atau tunduk dari segi aktivitas)

Seorang yang sabar sentiasa memelihara ketekunan dan ketahanan dirinya. Dia

sentiasa gigih dalam usaha mencapai sasarannya. Dia seorang yang tak kenal

perkataan putus asa. Tidak ada dalam kamus hidupnya putus harapan. Dia tak

mudah patah semangat apabila berhadapan dengan kegagalan. Dia bukanlah

seorang pesimis, malah selalu memelihara dan mengembangkan sikap optimis

dalam hidupnya. Jika dia menemui kegagalan hari ini, dia akan cuba sekali lagi

keesokan harinya. Jika esoknya dia masih gagal, dia cuba kembali pada hari

lusanya. Bila setelah sekian kali menemui kegagalan, maka dia akan membuat

keputusan untuk mengubah usahanya ke bidang yang lain. Yang pasti dia tak akan

pernah memilih untuk duduk diam tanpa usaha.


D. Mahasiswa Tingkat Akhir

1. Pengertian Mahasiswa Tingkat Akhir

Mahasiswa secara menyeluruh termasuk kategori tahap perkembangan

dewasa awal. Mahasiswa berada dalam usia antara 19 tahun sampai dengan 26

tahun, mengalami transisi dari masa perkembangan remaja akhir ke pada tahapan

berikutnya yaitu masa perkembangan dewasa awal.

Dalam psikologi perkembangan usia tersebut merupakan masa peralihan,

yaitu individu berada di masa perkembangan remaja akhir dan menuju tahapan

berikutnya masa perkembangan dewasa awal. Penetapan usia di tahap masa

perkembangan dewasa awal berbeda-beda di antara para ahli. Santrok menetapkan

usia dewasa rentang 20 tahun sampai 30 tahun. Sedangkan Papilia menentukan

dewasa awal rentang usia 20 tahun sampai 40 tahun.

Dari pendapat di atas mahasiswa adalah seseorang yang berkecimpung di

lembaga pendidikan untuk menempuh masa studinya di lembaga tersebut dengan

rentang usia 20 tahun sampai 40 tahun. Masa transisi ini tentunya individu

mengalami perubahan-perubahan pada dirinya.80

Dalam dunia perguruan tinggi mahasiswa akan mempelajari teori-teori dan

menempuh SKS semester demi semester terkait dengan jurusan yang dipilihnya.

Setelah sampai pada tingkat akhir dan telah mencapai jumlah SKS yang dijadikan

prasyarat untuk menempuh ketahapan berikutnya, mahasiswa akan masuk pada

tahap terakhir dalam dunia perkuliahan, yaitu tugas akhir atau yang disebut dengan

80
Indrawati, Gambaran Stres Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Penyusunan Skripsi Di
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar, (Skripsi: UIN Alauddin
Makasar, 2018)
skripsi. Skripsi adalah syarat wajib untuk mahasiswa meraih gelar sarjana. Skripsi

merupakan karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa program sarjana akhir masa

studinya berdasarkan hasil penelitian, atau kajian kepustakaan, atau pengembangan

terhadap suatu masalah yang dilakukan secara seksama.81

Berdasarkan fase perkembangan peran, tugas, dan tanggung jawab

mahasiswa, tidak hanya tentang pencapaian kesuksesan secara akademik.

Mahasiswa diharapkan mampu menunjukkan perilaku dan pribadi untuk

mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai sosial selain kesuksesan secara

akademik. Mahasiswa sudah menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya dengan

peran yang nyata. Wujud peran nyata mahasiswa yaitu melalui pelaksanakan nilai

dan norma yang ada didalam masyarakat dengan baik. Prestasi secara akademik

yang bagus dengan ditunjang karakter yang baik di lingkungan masyarakat

menunjukan kesuksesan akademik mahasiswa secara keseluruhan.82

2. Permasalahan Mahasiswa Tingkat Akhir

Bagi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi

dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

memperoleh gelar yang dapat mereka banggakan, tuntutan dari pihak akademik,

81
Shahnaz Roellyana, dan Ratih Arruum Listyandini, Peranan Optimisme terhadap
Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang mengerjakan Skripsi, (Universitas YARSI: Jurrnal
Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia, 2016), vol.1, No. 1,hlm 29
82
Erwan Cristiyanto, Hubungan Efikasi Diri Dengan Kecemasan Pada Mahasiswa Skripsi
Fakultas Ekonomika Dan Bisnis Di Universitas Kristen Satya Wacana, (Salatiga: Skripsi, 2017),
Hlm.1.
dorongan dari teman, dosen, maupun keinginan dari diri sendiri. Tuntutan,

dorongan maupun keinginan dari pihak ini akan mempengaruhi motivasi

mahasiswa dalam memandang penyelesaian studi sesuai batas waktu yang

ditentukan atau tidak.

Kedudukan penyusunan skripsi sebagai salah satu sistem evaluasi akhir di

Pendidikan Tinggi telah ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Pemerintah No

30/1990 pasal 15 ayat (2) yaitu: Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian

semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis dan ujian disertasi.

Pernyataan tersebut ditegaskan kembali pada pasal 16 ayat (1) yaitu ujian skripsi

diadakan dalam rangka penilaian hasil belajar pada akhir studi untuk memperoleh

gelar sarjana. Peraturan Pemerintah No 30/ 1990 juga mengandung pengertian

bahwa penyusunan skripsi sebagai tugas akhir bukanlah syarat mutlak kelulusan

namun diserahkan pihak perguruan tinggi, sehingga dapat diartikan bahwa

prasyarat penyusunan skripsi adalah salah satu ciri suatu perguruan tinggi.

Pada umumnya, mahasiswa mengalami kesulitan dalam tulis menulis,

kemampuan akademik yang tidak memadai, adanya kurang ketertarikan

mahasiswa pada penelitian, kegagalan mencari judul skripsi, kesulitan mencari

literatur dan bahan bacaan, serta kesulitan menemui dosen pembimbing.

Mahasiswa dituntut pula untuk lebih dewasa dalam pemikiran, tindakan, serta

perilakunya, karena semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi pula tekanan-

tekanan yang dihadapi dalam segala aspek. Akibatnya kesulitan-kesulitan yang

dirasakan tersebut berkembang menjadi perasaan negatif yang akhirnya dapat

menimbulkan ketegangan, kekhawatiran, stres, rendah diri, frustrasi, dan


kehilangan motivasi yang akhirnya dapat menyebabkan mahasiswa menunda

penyusunan skripsinya, bahkan ada yang memutuskan untuk tidak menyelesaikan

skripsinya dalam beberapa waktu.

Mahasiswa tingkat akhir yang mengerjakan skripsi dituntut untuk memiliki

rasa optimis, semangat hidup yang tinggi, mencapai prestasi optimal dan berperan

aktif dalam menyelesaikan masalah, baik akademis maupun non-akademis. Namun

pada kenyataannya, tidak sedikit mahasiswa yang merasa terbebani dan mengalami

berbagai kesulitan dalam mengerjakan skripsi. Kesulitan-kesulitan tersebut, seperti

kesulitan dalam hal mencari tema, judul, sampel, alat ukur yang digunakan,

kesulitan mendapatkan referensi, keterbatasan waktu penelitian, proses revisi yang

berulang-ulang, dosen pembimbing yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan

balik dari dosen pembimbing ketika menyelesaikan skripsi, dan lain-lain.83

Sedangkan faktor penyebab stres pada mahasiswa penulis skripsi terdiri atas

dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor Internal meliputi

kemampuan atau kecerdasan seseorang. Sedangkan faktor eksernal meliputi

tuntutan kampus, keluarga dan keuangan.84

Stres pada mahasiswa karena menyusun skripsi yaitu berkeluh kesah, sering

merasa lelah, pusing, terlihat cemas dan tidak bersemangat, bahkan ada beberapa

yang merasa ingin mengakhiri studinya begitu saja atau membuat status di media

83
Shahnaz Roellyana, dan Ratih Arruum Listyandini, Peranan Optimisme terhadap
Resiliensi pada Mahasiswa Tingkat Akhir yang mengerjakan Skripsi, (Universitas YARSI: Jurrnal
Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia, 2016), vol.1, No. 1, hlm 30
84
Indrawati, Gambaran Stres Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Penyusunan Skripsi Di
Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Uin Alauddin Makassar,... Hlm. 4.
sosial berisi keluhan tentang perasaannya ketika mengalami kendala dalam

menyelesaikan skripsi. Dampak stres lainnya adalah sengaja tidak mengerjakan

skripsi karena tidak ingin merasa terbebani sehingga lebih memilih mencari

kesenangan dari kegiatan lain di luar kampus dan menghindari dosen

pembimbing.85

Stress merupakan beban mental pada seseorang saat mengerjakan pekerjaan di

luar batas kemampuan seseorang yang menyebabkan rasa cemas dan tegang. Stres

merupakan ancaman bagi kesehatan mental dan fisik yang menyebabkan gangguan

psikologis pada seseorang.86

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Dalam Menyelesaikan

Studi

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor internal dan faktor

eksternal. Adapun faktor internal yang mendorong mahasiswa dalam

menyelesaikan studi salah satunya adalah motivasi mahasiswa. Dalam

menyelesaikan studi dibutuhkan motivasi yang tinggi dalam menyelesaikan studi

sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan studi sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan.

85
Witrin, Mahardianisa dan Isop, Self Disclosure dan Tingkat Stres pada Mahasiswa yang
sedang Mengerjakan Skripsi, (UIN Bandung: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2018), Vol.05, No.1,
hlm.115-116.
86
Giyarto, Stres Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Dalam Mengerjakan Skripsi, (Surakarta: Skripsi, 2018), hlm.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara umum pada garis besarnya

meliputi faktor intern dan faktor ekstern yaitu:

a. Faktor intern

1. Faktor jasmaniah mencakup, faktor kesehatan, cacat tubuh

2. Faktor psikologis mencakup, intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi,

kematangan, dan kesiapan.

3. Faktor kelelahan

b. Faktor ekstern Faktor ini dibagi menjadi 3 faktor, yaitu:

1. Faktor keluarga mencakup, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

latar belakang kebudayaan.

2. Faktor universitas meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi dosen

dengan mahasiswa, relasi mahasiswa dengan mahasiswa, disiplin

universitas, alat mata kuliah, waktu kuliah, standar mata kuliah di atas

ukuran, keadaan gedung, metode pengajaran, dan tugas kuliah.

3. Faktor masyarakat meliputi kegiatan dalam masyarakat, media masa, teman

bermain, bentuk kehidupan bermasyarakat.87

Kehidupan akademik, terutama dari tuntutan eksternal maupun harapannya

sendiri, faktor akademik yang bisa menimbulkan stres bagi mahasiswa yaitu

perubahan gaya belajar dari sekolah menengah ke pendidikan tinggi, tugas-

tugas perkuliahan, target pencapaian nilai, prestasi akademik, dan kebutuhan

87
Nor Amira, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terlambatnya Penyelesaian Studi Pada
Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Riau, (Riau: Jurnal Jom Fisip, 2016),
Vol.3, No.2, Hlm.5-6.
untuk mengatur diri sendiri dan mengembangkan kemampuan berpikir yang

lebih baik. Stres pada mahasiswa semester akhir yaitu untuk membuat karya

ilmiah atau skripsi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode kualitatif. Metode

kualitatif yaitu sebuah prosedur penelitian yang akan menghasilkan data

deskriptif dimana berupa lisan dari orang-orang yang dapat diamati atau kata-

kata tertulis.88

Metode kualitatif yang digunakan yaitu dengan menggunakan metode

Pra Eksperinen mengenai SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

untuk mengatasi kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir. Pra-Eksperimen

merupakan peneliti yang mengamati suatukelompok utama dan melakukan

intervensi sepanjang penelitian. Dalam rancangan ini tidak ada kelompok

kontrol untuk diperbandingkan dengankelompok eksperimen yang disebut pre-

experimental design.89

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah One-Shot Case Study (Studi Kasus Bentuk

Tunggal), yaitu suatu penelitian eksperimen dengan cara memberikan perlakuan

dimana peneliti hanya mengadakan treatment satu kali yang diperkirakan sudah

88
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), hlm 4.
89
John W. Creswell, Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.125
mempunyai pengaruh sehingga kurang bernilai ilmiah karena sangat sederhana

dan selanjutnya di observasi efeknya.90 Peneliti dalam melakukan penelitian

tidak melakukan randomisasi tetapi dengan menetapkan kelompok studi.

Adapun yang menjadi subjek penelitiannya yaitu mahasiswa tingkat akhir

jurusan Pendidikan Fisika.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian kondisional, karena yang menjadi subjek yaitu mahasiswa

tingkat akhir, jadwal mereka untuk datang ke kampus berbeda-beda sesuai

jadwal dosen dan sebagian dari mereka ada yang pulang pergi dari rumah, jadi

penelitian ini dilakukan di tempat kos masing-masing subjek, dan juga sebagian

di tempat kos peneliti.

D. Subjek Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah tujuh orang mahasiswa tingkat

akhir dari Jurusan Pendidikan Fisika yang sedang mengalami permasalahan

dalam menghadapi semester akhir tersebut dan untuk meningkat kesabaran

masing-masing subjek tersebut.

E. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan yaitu data kualitatif menggunakan

pendekatan eksperimental. Kegunaan dari teori ini membantu peneliti untuk

90
Nur Lindah Aisyah , Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X Jasa Boga pada Kompetensi Dasar Potongan Bahan
Makanan di SMK Negeri 1 Cerme, Gresik, (Universitas Surabaya: E-journal Boga, 2015), hlm. 145
memandu bagaimana mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat

berbagai pernyataan dalam penelitian.91

F. Sumber Data

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer merupakan bentuk wawancara dan observasi

yang dilakukan pada mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika

Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

dengan treatment yang dilakukannya berupa Terapi SEFT.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder yaitu berasal dari beberapa data atau sumber

tambahan. Seperti berupa jurnal, dokumen-dokumen, buku-buku sebagai

referensi, dan sumber data lainnya yang bisa menunjang terhadap penelitian

ini.

G. Rancangan dan Prosedur Penelitian

Rancangan dan tahapan penelitian ini meliputi beberapa tahapan yang

dilakukan antara lain:

1. Tahap Perencanaan

Pertama peneliti memilih dan menentukan subjek penelitian sebagai

kelompok yang diberikan penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu

mahasiswa tingkat akhir jurusan Pendidikan Fisika UIN Sunan Gunung

Djati Bandung. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peranan

91
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, 2015), hlm 295.
terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) untuk

meningkatkan kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini ada tiga tahap, yaitu:

a. Tahap pra- perlakuan

Yaitu dengan melakukan wawancara terhadap subjek mengenai

kondisi kesabaran mereka, permasalahan yang sedang di alami oleh

mahasiswa tingkat akhir tersebut, dan juga seberapa besar skala

permasalahan yang mereka alami dari 1-10.

b. Tahap perlakuan

Mahasiswa tingkat akhir yang menjadi subjek penelitian tersebut

diberikan treatment berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) yaitu untuk meningkatkan kesabarannya,

karena biasanya permasalahan yang terjadi di semester akhir

membuat mereka merasa stres, dan kurang menerima

permasalahannya.

c. Pasca- Perlakuan

Setelah diberikan treatment berupa terapi SEFT (Spiritual

Emotional Freedom Technique). Dilakukan wawancara kembali

mengenai hasil dari terapi tersebut, apakah tingkat permasalahannya

menurun atau tidak sehingga subjek bisa menerima permasalahan

tersebut dan mampu meningkatkan kesabarannya.


H. Teknik-teknik pengumpulan data

a. Observasi

Observasi yaitu seorang peneliti memperhatikan juga mencatat

aktivitas dan tingkah laku seseorang yang terlibat dalam situs penelitian dan

rekaman observasi.92 Dalam hal ini, penulis melakukan penelitian terhadap

mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika.

b. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara tatap muka dengan objek, ataupun

terlibat dalam wawancara kelompok. Beberapa wawancara ini melibatkan


93
pertanyaan yang tidak teratur secara umum masih open-ended. Dalam hal

ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan mahasiswa tingkat akhir

yang mengalami permasalahan di semester akhirnya.

c. Memberikan Treatment

Treatment yang diberikan adalah terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) pada mahasiswa tingkat akhir untuk meningkatkan

kesabaran.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan hasil dari pengumpulan data yang

didapatkan dari beberapa dokumen. Biasanya berupa jurnal, buku, catatan,

laporan terkait dengan informasi terapi Spiritual Emotional Freedom

92
John W. Creswell, Research Design (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed),
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hlm 351.
93
Ibid,.
Technique (SEFT) untuk meningkatkan kesabaran pada mahasiswa tingkat

akhir.

e. Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif dengan pendekatan eksperimen. Menurut John W.

Creswell analisis data yaitu proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi

secara terus-menerus terhadap data, menulis catatan singkat sepanjang

penelitian, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis. Dalam penelitian

ini, penulis menggunakan analisis eksperimental yaitu dengan cara

memberikan treatment atau perlakuan tertentu terhadap objek penelitian,

yang kemudian dapat diketahui hasilnya setelah dilakukan treatment yaitu

berupa terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) apakah ada

penurunan tingkat permasalahannya, seperti cemas, mengeluh, melukai diri

dan lain sebagainya.

Adapun sesuai dengan eksperimen yang dilakukan maka analisis data

yang digunakan yaitu dengan mencari mean atau nilai rata-rata dari hasil

terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) tersebut.

Mean mengandung pengertian rata-rata matematik yang harus dihitung

dengan cara tertentu dan dapat sebagai jumlah semua angka dibagi oleh

banyaknya angka yang dijumlahkan. Rumusnya adalah sebagai berikut:


𝑋
M=
𝑁

Keterangan

M = Mean (rata-rata)

X = Jumlah semua angka

𝑁 = Jumlah Subjek

I. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini bertujuan untuk memudahkan

pembaca dalam memahami skripsi, adapun susunan dari sistematika penulisan

ini diantaranya sebagai berikut:

Pada bab pertama, berisi pendahuluan mencakup latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kajian pustaka.

Pada bab kedua, berisi pembahasan yaitu mengenai landasan teori tentang

terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), dan juga tentang sabar.

Pada bab ketiga, berisi metode penelitian mengenai lokasi penelitian, subjek

penelitian, sumber data, jenis data, teknik pengumpulan data, dan lain

sebagainya.

Pada bab keempat, berisi tentang hasil penelitian yaitu berupa proses terapi

yang dilakukan terhadap objek penelitian dan juga mengenai hasil dari ke

efektivan terapi SEFT itu.

Pada bab kelima, merupakan penutup yang berisi tentang kesimpulan dari

hasil penelitian ini dan juga saran.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

Penelitian ini dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir yang sedang

dalam penyusunan skripsi, yang menjadi subjek yaitu mahasiswa Jurusan

Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung, objek yang di teliti berjumlah tujuh orang. Sebelum masuk

ke tahap terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), terlebih dahulu

dilakukan konseling. Adapun data subjek diantaranya sebagai berikut:

No Inisial Usia Alamat

1 NH 24 tahun Ciamis

2 ZA 22 tahun Sukabumi

3 SN 21 tahun Indramayu

4 WN 21 tahun Bandung

5 LN 23 tahun Subang

6 GN 21 tahun Purwakarta

7 ES 22 tahun Bandung

Table 1 Data Subjek


B. Hasil Penelitian

1. Kondisi Kesabaran Mahasiswa Tingkat Akhir

Pada tahap ini merupakan tahap awal, dimana tahap awal merupakan tahap

pendefinisian masalah, tujuannya untuk mendefinisikan masalah subjek yang

didapatkan dari hasil dialog yang dilakukan.94 Kemudian ditahap ini untuk

mengetahui tingkat permasalahan yang sedang subjek rasakan dari 10%-100%.

Sebelum dilakukan terapi seft, terlebih dahulu peneliti melakukan wawancara

terhadap subjek, untuk mengetahui tingkat kesabaran yang dialami oleh subjek

dalam menghadapi semester akhir ini. Adapun indikator dari kesabaran itu sendiri

terhindar dari rasa cemas, mengeluh, melukai diri, merasa kesal, dsb. Berikut

penjelasan tingkat kesabaran dari subjek.

a. Cemas

Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa semua subjek mengalami

kecemasan, diantaranya NH, ZA, SN, WN, LN, GN, ES. Berikut penjelasannya.

Subjek 1 (NH)

NH merupakan mahasiswi semester VIII jurusan Pendidikan Biologi, NH

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, subjek berasal dari Ciamis, dan saat ini

subjek tinggal bersama kakak nya di daerah Rancasari, untuk berangkat ke kampus

biasanya subjek pulang pergi menggunakan motor, dan terkadang ketika ada acara

di kampus atau tugas yang menumpuk subjek menginap dikosan temannya.

94
Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2014), Cet-
7, hlm.239
Tinggal bersama saudara kandungnya yang berada di Rancasari membuat subjek

sulit untuk membagi waktu, terutama dalam mengerjakan skripsi. Karena subjek

merasa tidak enak jika waktunya banyak untuk mengerjakan skripsi, sedangkan

pekerjaan di rumahnya sangat banyak dan subjek merasa jika membantu pekerjaan

rumah itu sebuah keharusan, dan itu menyebabkan pengerjaan skripsi subjek

menjadi terhambat.

NH terkadang merasakan cemas ketika dalam mengerjakan skripsi dan

terkadang saking cemasnya NH menangis dan merasa stres. Selain itu sulit

ditemuinya dosen pembimbing, banyaknya revisi yang harus dikerjakan, dan juga

melihat orang lain mampu sidang terlebih dahulu dibanding NH, itu yang

menyebabkan NH merasa cemas. 95

Subjek 2 (ZA)

ZA berasal dari Sukabumi, usia ZA saat ini 22 tahun. Merantau di kota Bandung

ZA menyewa kos-kosan yang berada di daerah Manisi, lokasinya tidak jauh dengan

kampus tempat ia mengenyam pendidikan S1 ini, subjek merupakan anak ke-

sembilan dari sepuluh bersaudara. Namun, kedua orangtua subjek sudah tiada, dan

kakak-kakaknya sudah menikah, saat ini biaya kuliah subjek ditanggung oleh kakak

nya. subjek hatinya sangat sensitif dan terkadang membuat subjek menjadi lemah

ketika orangtuanya sudah tiada, karena sudah tidak ada lagi penopang hidup.

95
Hasil wawancara dengan subjek NH di Kosan Putri milik peneliti Vivit Mufidah, pada
tanggal 23 Mei 2019, pada pukul 13:02 WIB.
Berkaitan dengan latar belakang kehidupannya itu, membuat subjek sering

merasakan cemas yang berlebih sampai nangis dan subjek juga sering sakit sampai

pingsan. Namun permasalahannya dalam semester akhir ini, kesulitan subjek dalam

pengerjaan skripsi yaitu dalam mencari referensi. Dimana ketika itu subjek sudah

menemukan referensi di beberapa tempat, namun dosen pembimbing menginginkan

subjek lebih dari itu, saking stres nya subjek pun sempat dibawa ke dokter.

Selain itu ketika merasakan cemas yang berlebih ketika mengerjakan skripsi atau

selesai bimbingan, subjek terkadang sampai nangis, dan pernah sampai muntah-

muntah karena saking cemas dan pusingnya yang dirasakan oleh subjek dalam

pengerjaan skripsi tersebut.

Dan seringkali subjek merasakan cemas yang berlebih karena beberapa hal

belum selesai, seperti tahsin sebagai persyaratan untuk ujian komprehensif. Subjek

mempunyai target untuk sidang dalam waktu dekat, namun skripsi belum selesai

dan itu membuat subjek merasa cemas.96

Subjek 3 (SN)

SN sering merasa cemas ketika teman-temannya hampir selesai, sedangkan SN

persyaratan pun belum semua terpenuhi seperti tahsin yang belum juga selesai,

tetapi teman-teman yang lain bebannya hanya tinggal dalam pengerjaan skripsi.

Selain itu kendala yang di alami dalam penelitian jarak yang ditempuh lumayan

jauh dan juga adanya kekurangan info dari pihak sekolah, yang menyebabkan

96
Hasil wawancara dengan subjek ZA, dikosan milik ZA subjek, oleh Vivit Mufidah,
pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:24 WIB
penelitian itu sempat ditunda, karena permasalahan itu SN sampai nangis dan takut

jika penelitian itu bisa dilaksanakan di tahun depan, yang mana jika pelaksanaanya

tahun depan akan memperlambat wisuda SN.

SN belum mampu mengatur waktu dengan baik sehingga dalam mengerjakan

skripsi selalu di akhir-akhir waktu, oleh karena itu subjek selalu menyalahkan

dirinya sendiri.97

Subjek 4 (WN)

WN merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, dia berasal dari Cileunyi

rumahnya berada tepat di kaki gunung manglayang, untuk berangkat ke kampus

WN biasanya pulang-pergi dengan membawa motor, selain menjadi mahasiswa

subjek juga mengajar di madrasah yang ada didekat rumahnya. Dan itu menjadi

salah satu alasan subjek kurang bisa mengatur waktu untuk mengerjakan skripsi.

Sama halnya dengan subjek yang lain WN pun seringkali merasa cemas, gelisah.

Karena waktu sudah semakin dekat dengan sidang, sedangkan pengerjaan skripsi

masih belum selesai, terlebih belum melaksanakan penelitian. Subjek mempunyai

target untuk segera cepat-cepat lulus karena ada tuntutan setelah lulus untuk

menikah, selain itu WN juga menjadi perbincangan di lingkungan masyarakatnya

karena teman-teman seusianya sudah berkeluarga, hanya subjek saja yang belum.

Tuntutan dari dosen pun menjadi penyebab subjek merasakan gelisah yang

berlebihan, dosen pembimbing selalu menargetkan bahwa harus tuntas di hari yang

97
Hasil wawancara dengan subjek SN, dikosan milik subjek SN, oleh Vivit Mufidah,
pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:58 WIB
telah ditentukan oleh dosennya. Dan itu menjadi beban, karena subjek takut tidak

selesai tepat waktu. Selain itu, dosen pembimbing selalu meceritakan mahasiswa

yang dibimbing olehnya selesai dalam waktu yang cepat, subjek merasa dibanding-

bandingkan, terkadang itu membuat subjek merasa sakit hati dan patah semangat.

Subjek juga selalu merasa kebingungan ketika harus memulai pengerjaan

skripsinya, semisal dalam perihal membuat wawancara, dalam metode penelitian,

dan lain sebagainya dia selalu merasa kebingungan. Ketika merasa kebingungan

serta cemas subjek sering merasakan pusing, kepalanya terasa berat.98

Subjek 5 (LN)

LN merupakan anak pertama dari dua bersaudara, kedua orang tuanya

merupakan guru sekaligus kepala sekolah, subjek termasuk orang yang pintar dan

aktif. Sejak dibangku Taman Kanak-Kanak hingga ia SMA selalu menjadi juara,

di kampus pun subjek aktif mengikuti organisasi UPTQ (Unit Pengembangan

Tilawatil Qur’an) dan Himpunan Jurusannya. Di Bandung, subjek tinggal di kos-

kosan Jl. Manisi, subjek berasal dari Subang.

Yang subjek rasakan di semester akhir ini, yaitu dari dosen pembimbing nya.

Dimana dosen pembimbing yang pertama kurang memberi pencerahan terhadap

subjek, sedangkan dosen pembimbing keduanya sulit ditemui bahkan saat ini dosen

tersebut berangkat keluar kota selama beberapa bulan, subjek kebingungan

bagaimana ia harus melakukan bimbingan serta meminta tanda tangan, subjek pun

98
Hasil wawancara dengan subjek WN, dikosan milik peneliti Vivit Mufidah, pada
tanggal 5 Juli 2019, pukul 15:01 WIB
merasa kesal ketika dosen tersebut sulit untuk dihubungi, sedangkan waktu untuk

melaksanakan sidang sudah semakin dekat hanya tinggal beberapa minggu lagi.

Subjek kurang motivasi dari lingkungannya, karena teman-teman disekitar nya

pun terlihat santai dalam pengerjaan skripsinya. Subjek harus selalu ada orang yang

mengajak untuk mengerjakan skripsi agar ia semangat. Selain itu penelitian juga

menjadi hambatan, karena untuk melaksanakan penelitian harus menunggu sekolah

masuk. Sedangkan jadwal masuk sekolah dekat dengan waktu pendaftaran sidang

akhir.

Selain itu subjek juga merasa bahwa di semester akhir ini terlalu banyak waktu

luang, subjek ingin ada kegiatan selain mengerjakan skripsi, karena ia tinggal dikos-

kosan sendiri, adapun penghuni kosan lainnya semester bawah yang mana mereka

masih libur kuliah, subjek merasa cemas dan ketakutan tinggal di kos-kosan

sendirian, apalagi penjaga kosan dan lingkungan di sekitarnya kebanyakan laki-

laki. Terkadang subjek seringkali pulang-pergi Subang-Bandung untuk melakukan

bimbingan.

Subjek ingin mencari pekerjaan, karena untuk maju mengerjakan skripsi pun

dosen pembimbing kedua sulit ditemui, adapun ketika subjek sering menemui

pembimbing yang pertama, mendapat respon yang kurang baik dan diperintahkan

untuk bimbingan ke pembimbing kedua, dan itu membuat ia cemas selama

berbulan-bulan ini, sehingga ia seringkali menangis, merasa stres.99

99
Hasil wawancara dengan subjek LN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 8 Juli 2019, pukul 17:02
Subjek 6 (GN)

GN merupakan anak tunggal, dia berasal dari Purwakarta. Ibu nya seorang ibu

rumah tangga, sedangkan ayahnya mempunyai bengkel didekat rumahnya. Disini

awalnya ia tinggal disebuah kos-kosan daerah di Cipadung tetapi waktu tinggal

disananya sudah habis, jadi ia mencari kos-kosan perbulan, dan saat ini ia tinggal

di Cibiru Hilir.

Beban yang dirasakan oleh subjek di semester akhir ini yaitu pertanyaan-

pertanyaan yang dilontarkan oleh orang-orang disekitar, mengenai wisuda,

pengerjaan skripsi sudah sampai mana. Terkadang orang seringkali menyepelekan

mengenai hal-hal atau pertanyaan-pertanyaan seperti itu, padahal orang lain tidak

tahu seberapa jauh usaha subjek untuk mencapai semua hal itu, dan pertanyaan-

pertanyaan seperti itu membuat subjek menjadi cemas.

Bahkan jikalau sudah lulus pun subjek masih kebingungan, kedepannya ia akan

kerja apa, dan skill apa yang ia bisa, subjek merasa bahwa ia merasa banyak tidak

bisanya, minder, dan tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri. Adapun skill sesuai

jurusan subjek yaitu dibidang pendidikan, dan itu kerjaannya tidak jauh menjadi

tenaga pendidik (guru). Sedangkan jika pekerjaannya seperti itu, subjek berpikiran

bahwa orang-orang disekitarnya akan menganggap bahwa pekerjaan seperti itu gaji

nya tidak banyak tidak sesuai dengan pendidikan yang telah mengeluarkan biaya

banyak.

Hal lain yang membuat subjek merasa cemas yaitu ketika teman-teman sebaya

yang disekitar rumahnya itu sudah banyak yang berkeluarga. Sedangkan orang-
orang disekitarnya banyak yang bertanya, “kapan nikah?”. Apalagi tinggal

beberapa bulan lagi lulus kuliah.

Selain itu subjek sempat melamar kerja, sebenarnya subjek kurang percaya diri

dan merasa takut kalau dirinya tidak bisa, namun subjek tetap mencobanya, ketika

tes selesai dan mengumpulkan hasilnya, subjek mendapat perkataan dari panitianya

yang membuat subjek merasa sangat rendah, dan itu ketakutan yang dirasakan

ketika sebelum tes, dan itu membuat ia merasakan cemas yang sangat berlebih. Dan

ia merasa malu dan malas untuk datang lagi ke tempat kerja itu.100

Subjek 7 (ES)

ES merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia berasal dari Kab.

Bandung, Kec. Cibeureum, sedangkan disini ia tinggal di kos-kosan Jl. Manisi,

untuk biaya kosan yang ia keluarkan 500.000 per bulan. Ibu nya seorang Ibu Rumah

Tangga, sedangkan Bapak nya yaitu seorang supir yang mengantarkan sayur-

sayuran ke pasar. Jadi semua biaya kebutuhan keluarga dan juga biaya sekolah

anaknya ditanggung oleh bapaknya.

ES masih merasa kebingungan dalam pengerjaan skripsi, meskipun ada panduan

tetapi kurang memahami, kadang sudah mengerti tetapi masih butuh pencerahan

lagi. Subjek sering merasa cemas ketika sedang sendiri terkadang pusing sampai

nangis. Adapun ketika sedang bersama teman-temannya ES merasa tidak suka jika

pembahasannya berkaitan dengan skripsi.

100
Hasil wawancara dengan subjek GN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 8 Juli 2019, pukul 18:51
Persyaratan untuk menuju sidang pun subjek belum selesai, seperti tahfidz.

Padahal waktu untuk sidang akhir tinggal satu bulan lagi, dan skripsi pun masih di

bab awal, itu menyebabkan subjek cemas, “bisakah saya lulus di tahun ini?”.

Adapun saya sebagai konseli meyakinkan subjek bahwa subjek akan mampu untuk

selesai ditahun ini. Seringkali subjek mengeluh, dan merasa down. Apalagi ketika

teman-teman disekitarnya sudah sidang dan wisuda terlebih dahulu.

Tuntutan dari keluarga pun menjadi beban, karena subjek merupakan anak dan

cucu satu-satunya yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Ketika

pulangpun seringkali keluarganya menanyakan perihal skripsi, dan wisuda, dan itu

membuatnya semakin pusing. Terkadang ketika pulang semangat untuk

mengerjakan skripsi, tetapi tidak ada tempat untuk menanyakan perihal itu, namun

ketika subjek berada di kosan semangat untuk mengerjakannya berkurang

meskipun banyak tempat untuk bertanya perihal skripsinya. Subjek tidak mau

mengecewakan orangtua, karena jika tidak selesai tahun ini harus mengeluarkan

lagi biaya untuk semester selanjutnya, dan juga biaya kontrakan.

Dosen pembimbing subjek selalu memberi semangat, dan baik. Bahkan subjek

selalu diperintahkan oleh pembimbingnya agar cepat selesai, tetapi dalam diri

subjek nya yang kurang bersemangat. Selain itu dalam pengerjaan skripi dosen

pembimbing nya kurang memberikan solusi, dan revisi nya selalu sedikit. Jadi

subjek pun jika menghadapi sidang takut, takut banyak yang salah dalam

pengerjaan skripsinya.

Subjek pun mengalami trauma semenjak melakukan sidang ujian proposal,

karena perkataan dari dosen pengujinya tersebut kurang mengenakan di hati subjek
dan juga seperti meremehkan judul dan penelitian subjek, jadi untuk ingin

melanjutkan sidang akhir pun subjek masih merasa takut.101

Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek, bahwa semua subjek yang saya

wawancara mereka mengalami kecemasan, adapun kecemasannya berbeda-beda

dimulai dari tuntutan dari dosen, kesulitannya dalam mengerjakan skripsi dan

mencari referensi, tuntutan orangtua, dan lain sebagainya.

b. Mengeluh

Sama halnya dengan cemas, semua subjek pun hampir sering mengeluh ketika

mendapat permasalahan. Berikut penjelasannya.

Subjek NH

Subjek lebih sering mengeluh ketika awal dalam pengerjaan skripsi, NH

mengeluh karena kesulitan untuk memulai dalam pengerjaan skripsi, karena

bingung harus memulai dari mana. Subjek lebih sering mengeluh hanya terhadap

dirinya sendiri, namun terkadang keluhannya tersebut dituangkan dalam status

WhatsApp nya.

Subjek ZA

ZA sering mengeluh dalam pengerjaan skripsi, terutama ketika dosen meminta

dia untuk menambah referensi teori di thesis. Padahal dia sudah berusaha mencari

101
Hasil wawancara dengan subjek ES, dikosan milik subjek ES, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 10 Juli 2019, pukul 15:21 WIIB
kemanapun, dan itu cukup sulit mencari referensinya. Subjek pun sering mengeluh,

baik itu terhadap diri sendiri, maupun mengeluh terhadap orang lain.

Subjek SN

SN belum mampu mengatur waktu dengan baik sehingga dalam mengerjakan

skripsi selalu di akhir-akhir waktu, oleh karena itu subjek selalu menyalahkan

dirinya sendiri. Dan SN sering merasa kesal ketika ada orang yang bertanya

tehrhadap SN mengenai skripsi dan wisuda. Terkadang SN pun mengeluh, namun

mengeluh nya lebih terhadap diri sendiri seperti menyalahkan diri sendiri,

dibanding ke orang lain. Dan sampai saat ini SN belum merasa sabar dalam

menghadapi permasalahan di semester akhir ini.

Subjek WN

Permasalahan yang WN rasakan selain membuat ia cemas, ia juga seringkali

mengeluh, terutama ketika selesai bimbingan. Dia selalu mengeluhkan hasil

bimbingan tersebut terhadap teman-temannya, karena dia dituntut untuk cepat

menyelesaikan skripsi tersebut. Sedangkan yang menjadi beban, dia kurang mampu

mengatur waktu antara mengajar dan mengerjakan skripsi.

Selain itu, dosen pembimbing selalu meceritakan mahasiswa yang dibimbing

olehnya selesai dalam waktu yang cepat, subjek merasa dibanding-bandingkan,

terkadang itu membuat subjek merasa sakit hati dan patah semangat. Subjek juga

selalu merasa kebingungan ketika harus memulai pengerjaan skripsinya, semisal


dalam perihal membuat wawancara, dalam metode penelitian, dan lain sebagainya

dia selalu merasa kebingungan.

Subjek LN

Subjek seringkali mengeluh terhadap dirinya sendiri maupun temannya, karena

dosen pembimbing yang pertama kurang memberi pencerahan terhadap subjek,

sedangkan dosen pembimbing keduanya sulit ditemui bahkan saat ini dosen

tersebut berangkat keluar kota selama beberapa bulan, subjek kebingungan

bagaimana ia harus melakukan bimbingan serta meminta tanda tangan. Dan terlihat

juga terkadang ia sering mengeluhkan permasalahannya kedalam status WhatsApp.

Subjek GN

Subjek seringkali mengeluh, apalagi ketika dosen kurang memahami apa yang

menjadi kendala dalam pengerjaan skripsi subjek, subjek sendiri ingin cepat-cepat

lulus. Tetapi sulitnya menemukan referensi menjadi beban untuk subjek dan itu

membuat subjek merasa pusing, stres. Kendala lain dalam pengerjaan skripsi yang

dialami oleh subjek itu sendiri yaitu laptop nya rusak.

Subjek ES

Ketika ingin mengerjakan skripsi ES lebih sering mengeluh, karena merasa

dirinya kurang paham bagaimana cara penulisan, penyusunan kalimat dan lain

sebagainya, setiap ingin mengerjakan selalu ada perasaan takut salah, dan ketakutan

itu membuat ia sering mengeluh terhadap teman yang ada di sekitarnya.


Subjek pun mengalami trauma semenjak melakukan sidang ujian proposal,

karena perkataan dari dosen pengujinya tersebut kurang mengenakan di hati subjek

dan juga seperti meremehkan judul dan penelitian subjek, jadi untuk ingin

melanjutkan sidang akhir pun subjek masih merasa takut.

Berdasarkan hasil wawancara, bahwa semua subjek seringkali mengeluh,

adapun sebabnya berbeda-beda dimulai dari kesulitannya dalam pengerjaan skripsi,

mengeluh karena kesalahan dirinya sendiri yang sulit untu semangat, banyaknya

tuntutan dari dosen dan lain sebagainya.

c. Melukai Diri

Indikator selanjutnya mengenai seseorang yang belum mampu untuk bersabar

yaitu melukai diri, dari tujuh subjek yang saya wawacarai hanya ada satu subjek

yang mana ia sampai melukai diri, yaitu ZA.

Selain merasakan cemas, dan sering mengeluh. Kerapkali ZA pun melukai

dirinya sendiri, karena seringkali merasakan pusing yang berlebih ketika

mengerjakan skripsi dan tuntutan dari dosen pembimbing yang sulit, beberapakali

ia mengikat kepalanya menggunakan tali dengan kencang, saking pusingnya

terkadang subjek juga muntah.

Dari hasil wawancara tersebut bahwa yang melukai diri hanya ada satu subjek,

yang mana dapat disimpulkan bahwa ia belum bisa untuk bersabar.

d. Mudah merasa kesal


Ada beberapa subjek yang seringkali merasakan kesal ketika menghadapi

problematikanya, adapun penjelasnnya sebagai berikut:

SN sering merasa kesal terhadap dirinya sendiri, karena merasa dirinya tidak ada

semangat untuk bangkit dalam pengerjaan skripsi, ketika melihat teman-temannya

yang lain sudah hampir selesai, tetapi SN masih jauh dan masih dalam tahap

pengerjaan, SN pun sering merasa kesal ketika ada orang yang bertanya terhadap

SN mengenai skripsi dan wisuda. Dan sampai saat ini SN belum merasa sabar dalam

menghadapi permasalahan di semester akhir ini.

Selain SN, yang terkadang merasa kesal itu subjek LN, dimana subjek pun

merasa kesal ketika dosen tersebut sulit untuk dihubungi, sedangkan waktu untuk

melaksanakan sidang sudah semakin dekat hanya tinggal beberapa minggu lagi.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, bahwa ada beberapa subjek yang merasa

kesal ketika menghadapi permasalahannya, seperti kesal terhadap diri sendiri, dan

juga merasa kesal terhadap dosen.

2. Proses Terapi SEFT terhadap Mahasiswa untuk Mengimplementasikan

Kesabaran

Tahap selanjutnya yaitu tahap kerja atau tahap treatment, dimana dalam tahap

ini tujuannya untuk mengolah/ mengerjakan permasalahan subjek yang telah

didefinisikan secara bersama di tahap awal. 102

102
Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek,... hlm.239
Berdasarkan permasalahan yang terjadi, saya memberikan treatment berupa

terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique). Adapun proses terapi yang

saya lakukan terhadap subjek adalah sebagai berikut:

1. Subjek 1 (NH)

Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan bahwa NH belum cukup sabar

dalam menghadapi permasalahan di semester akhir ini, NH seringkali merasa

kesal, mengeluh, dan juga cemas.

Adapun yang sedang dirasakan oleh NH ketika dilakukan wawancara ini, dia

merasakan cemas. Karena telah selesai bimbingan, dan biasanya setelah

bimbingan selalu ada revisi dari dosen pembimbing. Tingkat kecemasan yang

dirasakan oleh subjek dari 1-10 yaitu 7.

Setelah dilakukan wawancara untuk mengetahui permasalahannya. Terlebih

dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, tetapi

NH sebelumnya tidak minum terlebih dahulu, karena pada saat itu subjek sedang

berpuasa, kemudian menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan,

jam tangan dan lain sebagainya, lalu membaca basmalah. Kemudian saya

memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique).

a. The Set-Up

Saya memulai menekan di dada sebelah kiri NH , Sore Spot (titik nyeri)

dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a.

Adapun kalimatnya yaitu:


“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas ketika mengerjakan skripsi,

saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil

diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan

yang sedang dialami seperti kesulitannya dalam mengerjakan skripsi,

melihat teman-temannya yang sudah selesai terlebih dahulu yang benar-

benar membuat NH merasa sangat cemas.

Kemudian emosi NH sangat memuncak, NH menangis ketika

memfokuskan terhadap permasalahannya. Kemudian saya memerintahkan

NH untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan

permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,. Dengan saya

memerintahkan kembali untuk membayangkan bahwa dengan cemas tidak

akan memudahkan untuk membuat skripsi dan mempercepat selesainya

skripsi, dan membayangkan dampak negatif bahwa jika tidak segera selesai

mengerjakan skripsi akan mengecewakan orang-orang di sekitar.

c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik
tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk yaitu

dengan menggunakan teknik yang ringkas.

Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di

ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi

dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown),

dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik permulaan alis (Eye

Brow). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai.

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu

mengeluarkannya sambil mengucapkan “Alhamdulillah...” secara

berulang selama tiga kali. 103

2. Subjek 2 (ZA)

Berdasarkan indikator yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan

bahwa ZA tingkat kesabarannya masih rendah, karena ZA sering merasa stres,

melukai diri, cemas, dan juga mengeluh.

Adapun yang sedang dirasakan oleh ZA ketika dilakukan wawancara ini, dia

merasakan cemas. Karena skripsinya belum selesai, sedangkan target untuk

sidang tugas akhir sudah semakin dekat. Tingkat kecemasan yang dirasakan oleh

subjek dari 1-10 yaitu 7.

103
Proses terapi terhadap subjek NH di Kosan Putri milik peneliti Vivit Mufidah, pada
tanggal 23 Mei 2019, pada pukul 13:20 WIB.
Sebelum masuk ke tahap terapi, terlebih dahulu saya memberi intruksi

terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, menghindari energi toksin dengan

melepaskan perhiasan, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk

melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

a. The Set-Up

Saya memulai menekan di dada sebelah kiri ZA, yaitu Sore Spot (titik

nyeri) dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau

do’a. Adapun kalimatnya yaitu:

“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena tuntutan dari dosen

yang sulit untuk saya lakukan, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu

ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di

dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

mengintruksikan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan

yang sedang dialami seperti kesulitannya dalam mencari referensi dan lain

sebagainya yang membuat ZA merasa sangat cemas.

Raut wajah ZA terlihat begitu sedih ketika memfokuskan terhadap

permasalahannya. Kemudian saya memerintahkan ZA untuk membuang

energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan

pasrah terhadap Allah SWT,.


c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik

tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk dengan

menggunakan teknik yang ringkas.

Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di

ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi

dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown),

dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik di ujung tempat

bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama (Collar

Bone). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai

dengan terus menuntun do’a “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan

semuanya pada Mu”

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil membayangkan bahwa ketika tarik nafas tersebut juga

menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu mengeluarkannya

sambil mengucapkan “Alhamdulillah” secara berulang selama tiga kali.


104

104
Proses terapi terhadap subjek ZA, dikosan milik ZA subjek, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:35 WIB
3. Subjek 3 (SN)

Dari penjelasan diatas telah dipaparkan bahwa SN belum mampu untuk sabar

dalam menghadapi permasalahan semester ini, SN merasakan cemas, merasa

kesal, dan sering menyalahkan diri sendiri.

Sama halnya dengan ZA dan NH, ketika dilakukan wawancara di hari

tersebut SN merasakan cemas, dimana SN telah melakukan bimbingan skripsi,

selain itu belum selesai tahsin. Yang mana tahsin tersebut merupakan salah satu

persyaratan untuk melaksanakan sidang, jika tahsin belum selesai maka sidang

pun belum bisa dilakukan. Adapun tingkat kecemasan yang SN rasakan dari

skala 1-10 yaitu 6.

Kemudian tahapan selanjutnya yaitu memberikan terapi. Terlebih dahulu

saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks, menghindari

energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya,

minum terlebih dahulu, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk

melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

a. The Set-Up

Saya memulai menekan di dada sebelah kiri, Sore Spot (titik nyeri)

dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a.

Adapun kalimatnya yaitu:


“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas atas permasalahan di

semester akhir ini saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya

Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di

dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan

yang sedang dialami oleh SN benar-benar membuat SN sangat cemas.

Kemudian saya memerintahkan SN untuk membuang energi negatif, dan

berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah

SWT,. SN terlihat sangat tenang setelah ditanamkan sugesti yang positif.

c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik

tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk dengan

menggunakan teknik yang ringkas.

Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di

ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi

dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown),
dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik permulaan alis (Eye

Brow). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai selesai.

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu

mengeluarkannya sambil mengucapkan “Alhamdulillah...” secara

berulang selama tiga kali. 105

4. Subjek 4 (WN)

Berdasarkan indikator kesabaran bahwa WN belum sabar, karena ia

seringkali merasakan cemas dan juga mengeluh ketika selesai bimbingan,

adapun ketika dilakukan wawancara ini ia lebih merasa cemas, karena takut tidak

selesai tepat waktu. Tingkat kecemasan yang dirasakan oleh WN dari skala 1-10

yaitu 9.

Setelah diketahui permasalahan tersebut masuk ke tahap selanjutnya yaitu

dengan memberikan treatment (tindakan) yaitu dengan melakukan terapi SEFT

(Spiritual Emotional Freedom Technique). Terlebih dahulu saya memberi

intruksi terhadap subjek agar duduk dengan keadaan relaks, menghindari energi

toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain sebagainya, meminum

terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi, lalu membaca basmalah. Kemudian

105
Proses terapi terhadap subjek SN, dikosan milik subjek SN, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 23 Mei 2019, pukul 22:12 WIB
saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom

Technique).

a. The Set-Up

Saya memulai menekan di dada sebelah kiri, Sore Spot (titik nyeri)

dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a.

Adapun kalimatnya yaitu:

“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena takut tidak selesai

tepat waktu sesuai tuntutan dosen, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan

ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti

oleh subjek di dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan

yang sedang dialami yaitu tuntutan dari dosen yang mengharuskan subjek

selesai cepat dan lain sebagainya yang benar-benar membuat WN sangat

cemas.

Setelah itu, saya memerintahkan WN untuk membuang energi negatif

itu, dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap

Allah SWT,.
c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik

tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk dengan

menggunakan teknik yang ringkas.

Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di

ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi

dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown),

dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik dibagian atas kepala

(Crown). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai

selesai.

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu

mengeluarkannya sambil mengucapkan “Alhamdulillah...” secara

berulang selama tiga kali. 106

5. Subjek 5 (LN)

Permasalahan yang dirasakan oleh LN yaitu cemas yang berlebih selama

berbulan-bulan dan seringnya mengeluh, berdasarkan indikator bahwa cemas

106
Proses terapi terhadap subjek WN, dikosan milik peneliti Vivit Mufidah, pada tanggal
5 Juli 2019, pukul 15:16 WIB
dan mengeluh belum bisa untuk bersabar. Adapun tingkat kecemasan yang

subjek rasakan dari 1-10 yaitu 6.

Setelah diketahui permasalahan tersebut masuk ke tahap selanjutnya yaitu

dengan memberikan treatment (tindakan) yaitu dengan melakukan terapi SEFT

(Spiritual Emotional Freedom Technique). Kemudian saya mengintruksikan

terhadap subjek agar relaks tidak tegang, duduk yang nyaman, meminum

terlebih dahulu, menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam

tangan dan lain sebagainya, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai

untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique).

a. The Set-Up

Saya memulai menekan di dada sebelah kiri LN, Sore Spot (titik nyeri)

dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a.

Adapun kalimatnya yaitu:

“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena beberapa tuntutan

dari dosen, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya

Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di

dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan


yang sedang dialami yaitu tuntutan dari dosen, dan dosen yang satunya lagi

sulit dihubungi yang benar-benar membuatnya sangat cemas.

Kemudian saya memerintahkan LN untuk membuang energi negatif itu,

dan berusaha agar mengikhlaskan permasalahan itu dan pasrah terhadap

Allah SWT,.

Ketika proses Tune-in berlangsung, LN lebih bermuhasabah diri yaitu

dengan diberikan sugesti ikhlas, dan pasrah, membuatnya menjadi yakin

bisa ikhlas terhadap permasalahan yang terjadi, agar ia tidak lagi merasakan

cemas yang berlebih.

c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik

tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk yaitu

Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan

di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang

lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala

(Crown), dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik di ujung

tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang rusuk pertama

(Collar Bone). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai

selesai.

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu
mengeluarkannya sambil mengucapkan “Alhamdulillah...” secara

berulang selama tiga kali. 107

6. Subjek 6 (GN)

Permasalahan yang GN rasakan dalam menghadapi semester akhir ini yaitu

GN seringkali merasakan cemas, terutama ketika ditanyakan perihal skripsi dan

wisuda, selain itu GN juga sering mengeluh ketika dosen kurang memahami apa

yang menjadi kendala dalam pengerjaan skripsi subjek.

Dapat disimpulkan bahwa GN belum cukup sabar, karena GN seringkali

merasa cemas dan juga mengeluh. Adapun ketika diwawanca yang sedang GN

rasakan yaitu cemas, tingkat kecemasannya dari skala 1-10 yaitu 7.

Setelah diketahui permasalahan yang dirasakan oleh GN. Terlebih dahulu

saya memberi intruksi terhadap subjek agar duduk dengan keadaan relaks,

menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain

sebagainya, meminum terlebih dahulu sebelum dilakukan terapi, lalu membaca

basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan terapi SEFT (Spiritual

Emotional Freedom Technique).

a. The Set-Up

107
Proses terap terhadap subjek LN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 8 Juli 2019, pukul 18:34
Saya memulai menekan di dada sebelah kiri GN, Sore Spot (titik nyeri)

dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a.

Adapun kalimatnya yaitu:

“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas terutama ketika banyak

orang yang menanyakan perihal skripsi dan tuntutan dari dosen, saya

ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya Allah.” Sambil

diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan

yang sedang dialami oleh GN benar-benar membuat GN sangat cemas.

Ketika proses Tune-in berlangsung, subjek terlihat ingin menangis,

namun ia menahannya. Kemudian saya memerintahkan GN untuk

membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan

permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,.

c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik

tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk,

diantaranya:
Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan di

ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang lagi

dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala (Crown),

saya bertanya kepada subjek titik mana yang paling terasa nyaman, dan

menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik dibagian atas kepala

(Crown). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai

selesai.

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu

mengeluarkannya sambil mengucapkan Alhamdulillah secara berulang

selama tiga kali. 108

7. Subjek 7 (ES)

Berdasarkan pemaparan diatas bahwa yang dirasakan oleh ES masuk

kedalam indikator, yaitu cemas dan mengeluh. Adapun tingkat kecemasan yang

ia rasakan sebelum dilakukan terapi yaitu 7.

Setelah dilakukan wawancara untuk mengetahui permasalahannya. Terlebih

dahulu saya memberi intruksi terhadap subjek untuk duduk dengan relaks,

menghindari energi toksin dengan melepaskan perhiasan, jam tangan dan lain

108
Proses terapi terhadap subjek GN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 8 Juli 2019, pukul 19:11
sebagainya, lalu membaca basmalah. Kemudian saya memulai untuk melakukan

terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique), ketika selama proses

terapi berlangsung saya mengiringi dengan musik relaksasi.

a. The Set-Up

Saya memulai menekan di dada sebelah kiri, Sore Spot (titik nyeri)

dengan membaca basmalah, kemudian saya memberikan sugesti atau do’a.

Adapun kalimatnya yaitu:

“Ya Allah meskipun saya merasakan cemas karena takut tidak selesai

tepat waktu, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini kepada-Mu ya

Allah.” Sambil diulang secara terus menerus dan diikuti oleh subjek di

dalam hati.

b. The Tune-In

Tahap selanjutnya, yaitu tune-in dimana dalam tahap ini seseorang harus

fokus terhadap permasalahan yang sedang dirasakannya, dan saya

memerintahkan subjek untuk terus membayangkan bahwa permasalahan

yang sedang dialami seperti belum selesai tahfidz, tuntutan dari keluarga

yang menjadi beban, ketakutannya dalam menghadapi sidang yang benar-

benar membuat ES sangat cemas.

Kemudian emosi ES sangat memuncak, ES menangis ketika

memfokuskan terhadap permasalahannya. Kemudian saya memerintahkan

ES untuk membuang energi negatif itu, dan berusaha agar mengikhlaskan

permasalahan itu dan pasrah terhadap Allah SWT,.


c. The Tapping

Tapping atau disebut dengan ketukan ringan pada titik meridian dalam

tubuh. Saya mengetukkan jari telunjuk dan jari tengah pada titik-titik

tapping terhadap subjek. Adapun beberapa titik yang saya ketuk,

diantaranya:

Ketika melakukan tapping sambil menuntun subjek dengan do’a atau

sugesti “Ya Allah, saya ikhlas, saya pasrahkan semuanya pada Mu” dan

di ucapkan nya dalam hati. Setelah selesai, kemudian tapping nya diulang

lagi dari yang terakhir sampai ke awal pada titik dibagian atas kepala

(Crown) , saya bertanya kepada subjek titik mana yang paling terasa

nyaman, dan menurut subjek titik tapping ternyaman pada titik permulaan

alis (Eye Brow). Dan saya melakukan tapping lagi dibagian tersebut sampai

selesai.

Setelah selesai, kemudian saya mengintruksikan subjek untuk tarik

nafas sambil menarik energi-energi negatif yang ada pada dirinya lalu

mengeluarkannya sambil mengucapkan “Alhamdulillah...” secara

berulang selama tiga kali. 109

3. Hasil Terapi SEFT

Adapun yang telah dijelaskan dalam Bab II yaitu mengenai kesabaran menurut

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah yaitu ketika seseorang tersebut menerima penderitaan

109
Proses terapi terhadap subjek ES, dikosan milik subjek ES, oleh Vivit Mufidah, pada
tanggal 10 Juli 2019, pukul 15:58 WIB
dengan penuh ketabahan dan ketenangan. Oleh karena itu, orang yang sabar mereka

akan tetap tenang meskipun dalam keadaan takut dan bingung.

Setelah dilakukan tahap awal dan tahap kerja, selannjutnya yaitu tahap akhir.

Tahap akhir itu sendiri merupakan tahap kesimpulan yang dengan tujuan agar klien

dapat merubah perilaku dan emosi yang negatif menjadi tindakan-tindakan yang

positif.110 Adapun hasil dari treatment yang diberikan berupa terapi SEFT

(Spiritual Emotional Freedom Technique) dari beberapa subjek, diantaranya sebagai

berikut:

1. Subjek 1 NH

Kondisi yang dirasakan oleh NH ketika telah diberikan terapi SEFT (Spiritual

Emotional Freedom Technique) untuk mengatasi kecemasannya, bahwa setelah

dilakukan terapi ia merasakan ketenangan, ketika di terapi NH sangat memuncak

emosinya dengan ia menangis. Kemudian ia mampu menerima keadaan yang

sedang ia alami, dan dia ikhlas terhadap permasalahannya yang terjadi yang

menyebabkan menghambat dalam skripsinya yaitu hambatan di rumah, teman, dan

juga dosen. Adapun tingkat kecemasan NH berkurang menjadi 3.111

Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap

masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, setelah beberapa

minggu dilakukan terapi pun dia mengatakan bahwa kecemasannya berkurang dan

110
Sofyan Willis, Konseling Individual Teori dan Praktek,... hlm. 240

111
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek NH di Kosan Putri milik peneliti Vivit
Mufidah, pada tanggal 23 Mei 2019, pada pukul 13:25 WIB.
sudah tidak sering mengeluh, dapat disimpulkan bahwa tingkat kesabaran NH

meningkat dan dapat mengimplementasikan kesabaran tersebut dalam kehidupan

sehari-sehari setelah dilakukannya terapi.

2. Subjek 2 (ZA)

Setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotinal Freedom Technique)

terhadap ZA untuk mengatasi kecemasannya, dan juga terkadang ZA melukai diri

dengan mengikat kepala dengan sekencang-kencangnya. Yang ia rasakan setelah

dilakukan terapi yaitu subjek merasa tenang, ketika diterapi raut wajah subjek

terlihat begitu sedih namun tidak sampai menangis. Dan ia mengatakan bahwa ia

menerima segala permasalahan yang terjadi, termasuk tuntutan dosen yang cukup

sulit ia lakukan. Dia akan berusaha sekeras mungkin agar pengerjaan skripsinya

maksimal. Adapun tingkat kecemasan subjek berkurang menjadi 5, hasilnya dapat

dilihat juga dari beberapa minggu setelahnya bahwa subjek mampu menyelesaikan

skripsi lebih cepat, seiring dengan itu beban yang dirasakan oleh subjek juga

berkurang. Subjek sempat meminta bantuan saya untuk dilakukan lagi terapi,

karena ketika itu subjek merasa kebingungan, cemas tidak bisa membagi waktu

dengan baik. Setelah itu dia merasa tenang dan juga dia tidak pernah lagi melukai

diri dengan mengikat kepala.112

112
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek ZA, dikosan milik ZA subjek, oleh Vivit
Mufidah, pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 21:40 WIB
Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap

masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan

bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat dan dapat mengimplementasikan

kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi.

3. Subjek 3 (SN)

Kondisi yang ia rasakan setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) yaitu ia merasakan tenang, adapun kecemasan yang ia

rasakan setelah dilakukan terapi berkurang menjadi 4. Permasalahan yang ia

rasakan bukan karena lingkungan sekitar, atau pun dosen. Tetapi dirinya sendiri

yang kurang bersemangat, dan terlihat beberapa hari setelah dilakukan terapi ia

mampu bersemangat, selain itu karena melihat teman-teman nya juga sudah sidang

lebih awal, dia pun tidak mau kalah dengan temannya yang lain, terbukti juga

bahwa tahfidz nya telah selesai dan juga tidak terlalu banyak mengeluh. 113

Berdasarkan indikator kesabaran orang yang merasa tenang dan juga mampu

mengatasi permasalahanya dengan tidak mengeluh, bahwa tingkat kesabaran

subjek bertambah dan juga sudah mampu mengimplementasikan nya dalam

kehidupan sehari-sehari.

4. Subjek 4 (WN)

113
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek SN, dikosan milik subjek SN, oleh Vivit
Mufidah, pada tanggal 23 Mei 2019, pukul 22:18 WIB
Kondisi yang ia rasakan setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) sangat signifikan, ia merasa tenang. Karena kecemasan ia

berkurang menjadi 2, awal sebelum dilakukan terapi yaitu 9. Selain itu, ia juga

mampu menerima permasalahan yang ada seperti dilingkungan rumahnya, dan juga

tuntuan dari dosen nya. Ia kembali bersemangat setelah dilakukan terapi yang

awalnya terlihat sangat cemas.114

Berdasarkan indikator kesabaran orang yang merasa tenang dan juga mampu

mengatasi permasalahanya dengan tidak mengeluh, bahwa tingkat kesabaran

subjek meningkat.

5. Subjek 5 (LN)

Setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

kecemasan yang ia rasakan berkurang menjadi 3. Ia mengakui bahwa dirinya

merasa lebih tenang, terlebih ketika di tapping dan juga proses tune-in karena disana

memfokuskan segala permasalahannya. Dan ketika proses tune-in berlangsung

subjek lebih bermuhasabah diri, bahwa dia yakin dia ikhlas dan pasrah terhadap

segala sesuatu yang terjadi. Dia merasa nyaman ketika diketuk dibagian Collar

Bone yaitu titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone dan tulang

rusuk pertama. Dan untuk saat ini, dia juga tidak terlihat sering mengeluh, yang

mana biasanya ia sering terlihat mengeluh di status Whatsapp nya, dan kecemasan

juga sudah berkurang secara berangsur-angsur. Ia sudah terlihat ceria dan juga

114
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek WN, dikosan milik peneliti Vivit
Mufidah, pada tanggal 5 Juli 2019, pukul 15:20 WIB
menerima segala beban yang terjadi di semester akhir ini, meskipun dosen

pembimbing yang menjadi patokannya dalam melanjutkan skripsi sedang

berangkat keluar kota selama beberapa bulan, dia terlihat lebih tenang. Dan dia akan

tetap melanjutkan skripsi nya tersebut dengan semaksimal mungkin, meskipun

dosen yang biasa memberi ia masukan tidak bisa membantunya.115

Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap

masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan

bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat dan dapat mengimplementasikan

kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi.

6. Subjek 6 (GN)

Kondisi yang ia rasakan setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional

Freedom Technique) ia merasa tenang dan juga merasa nyaman ketika di tapping

terutama dibagian kepala (Crown). Adapun kecemasan yang ia rasakan berkurang

menjadi 4. Selain itu, ia juga ikhlas, mampu menerima permasalahan yang ada

seperti dilingkungan rumahnya, dan juga tuntuan dari dosen nya. Ia kembali

bersemangat setelah dilakukan terapi yang awalnya terlihat sangat cemas dan

lelah.116

115
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek LN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit
Mufidah, pada tanggal 8 Juli 2019, pukul 18:39 WIB
116
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek GN, dikosan milik subjek LN, oleh Vivit
Mufidah, pada tanggal 8 Juli 2019, pukul 19:15 WIB
Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap

masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan

bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat.

7. Subjek 7 (ES)

Setelah dilakukan terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique)

kecemasan yang ia rasakan berkurang menjadi 3, emosi subjek sangat memuncak

ketika dalam proses tune-in, subjek menangis tersedu-sedu. Dia mengatakan bahwa

dalam proses tunne-in tersebut membayangkan kedua orangtuanya, sehingga itu

membuat dia bersemangat dalam segala hal, subjek tidak mau sampai

mengecewakan kedua orangtuanya. Meskipun ketika sidang proposal dia sempat

mengalami trauma, dia berjanji bahwa ke depannya dia akan bersemangat dalam

mengerjakan skripsi, karena yang lebih dia takutkannya itu menghadapi sidangnya.

Subjek tidak peduli waktu sidangnya sedikit telat di banding temannya yang lain,

dia bisa menerima keadaan itu, tekad dia yang penting tetap semangat dan sidang

ditahun ini, meskipun tidak tepat waktu. Dan terlihat juga dari kesehariannya saat

ini, dia lebih menerima segala yang terjadi dengan tetap berusaha dan

bersemangat.117

Berdasarkan indikator ketika seseorang merasa tenang dan ikhlas terhadap

masalah yang menimpanya bahwa ia sudah mampu bersabar, dapat disimpulkan

117
Hasil terapi yang dilakukan terhadap subjek ES, dikosan milik subjek ES, oleh Vivit
Mufidah, pada tanggal 10 Juli 2019, pukul 16:04 WIB
bahwa tingkat kesabaran subjek meningkat dan dapat mengimplementasikan

kesabaran tersebut dalam kehidupan sehari-sehari setelah dilakukannya terapi.

Subjek Sebelum Sesudah

NH 7 3

ZA 7 5

SN 6 4

WN 9 2

LN 6 3

GN 7 4

ES 7 3

Jumlah 49 24

Table 2 Hasil Terapi SEFT

Adapun untuk mengetahui rata-rata dari tingkat permasalahan sebelum

dilakukan terapi tersebut adalah:

𝑋
M=
𝑁

Keterangan

M = Mean (Rata-rata)

X = Jumlah penurunan tingkat permasalahan

N = Jumlah Subjek
Diketahui.

X = 49

N=7

M=?

49
M=
7

M=7

Jadi hasil rata-rata dari tingkat permasalahan yang dialami mahasiswa

tingkat akhir tersebut adalah 7.

Selanjutnya yaitu untuk mengetahui hasil rata-rata setelah dilakukan terapi

tersebut, adalah:

Diketahui.

X = 24

N=7

M=?

24
M=
7

M = 3,4

Jadi hasil rata-rata dari penurunan tingkat permasalahan yang dialami

mahasiswa tingkat akhir tersebut adalah 3,4.

Dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian tersebut semua subjek

mengalami tingkat penurunan dari permasalahan yang sedang mereka alami, dan

dari hasil wawancara bahwa semua subjek setelah dilakukan terapi merasa tenang
dan juga bisa menerima permasalahannya, dan dari hal tersebut seiring dengan

menurunnya tingkat permasalahannya bahwa subjek mengalami peningkatan

kesabarannya karena bisa merasa tenang dan juga bisa menerima dengan ikhlas.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir

Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Gunung Djati Bandung,

dapat ditarik kesimpulan bahwa kondisi kesabarannya sebelum dilakukan terapi

masih rendah, karena masih sering merasakan cemas, mengeluh, dan ada yang

sampai melukai diri. Sangat bertolak belakang dengan teori kesabaran menurut Ibnu

Qayyim Al-Jauziyah, yaitu bahwa sabar itu terhindarnya jiwa dari cemas, lisan dari

mengeluh, dan organ tubuh dari menampar pipi, merobek-robek baju dan

seterusnya.

Kesabaran tersebut masih rendah karena beberapa faktor permasalahan, dari

internal dan juga eksternal yang menghambat mahasiswa dalam pengerjaan skripsi.

Seperti tuntutan dari dosen yang mempersulit mahasiswa, tuntutan orangtua untuk

segera menyelesaikan skripsinya, lingkungan sekitar yang sering mempertanyakan

perihal skripsi, dan juga karena dirinya sendiri yang sulit memahami, dan lambat

dalam pengerjaannya.

Dalam proses Terapi SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) yang

dilakukan terhadap mahasiswa tingkat akhir Jurusan Pendidikan Fisika tersebut,

sebelum dilakukan terapi terlebih dahulu membuat subjek merasa nyaman,

kemudian dilanjutkan terapi dengan tiga tahap yaitu, pertama The Set-Up, yang

mana dalam tahap ini subjek harus memasrahkan dan juga mengikhlaskan
permasalahannyya, dengan mengucap do’a yang dituntun oleh saya yaitu, “Ya Allah

meskipun saya merasakan cemas, saya ikhlas, saya pasrahkan ketenangan ini pada

Mu Ya Allah”, do’a tersebut sesuai dengan permasalahan yang dialami oleh subjek,

kedua The-Tune in, dalam tahap ini subjek harus memfokuskan terhadap

permasalahannya, dalam tahap ini beberapa subjek ada yang sampai menangis

sampai berakhirnya terapi, kemudian tahap yang ketiga Tapping, yang dilakukan

oleh peneliti sekaligus terapis menggunakan teknik yang ringkas, diantaranya:

19. Cr = Crown, pada titik dibagian atas kepala

20. EB = Eye Brow, pada titik permulaan alis mata

21. SE = Side of the Eye, diatas tulang samping mata

22. UE = Under the Eye, 2cm dibawah kelopak mata

23. UN = Under the Nose, tepat dibawah hidung

24. Ch = Chin, di antara dagu dan bagian bawah bibir

25. CB = Collar Bone, Titik di ujung tempat bertemunya tulang dada, collar bone

dan tulang rusuk pertama

26. UA = Under the Arm, dibawah ketiak sejajar dengan puting susu (pria) atau

tepat dibagian tengah tali bra (wanita)

27. BN = Bellow Nipple, 2,5cm dibawah puting susu (pria) atau tepat dibagian

tengah tali bra (wanita)

Setelah selesai tahap tapping, subjek melakukan tarik nafas sambil

membayangkan bahwa ketika membuang nafas tersebut membuang energi negatif

yang sedang dirasakan oleh subjek, kemudian mengucapkan, “Alhamdulillah..”.


Adapun hasil dari terapi tersebut, mengalami penurunan permasalahan atau

kecemasan yang sedang dirasakan oleh subjek, diantaranya:

1. Subjek 1 NH, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 3.

2. Subjek 2 ZA, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 5.

3. Subjek 3 SN, sebelum terapi 6 berkurang menjadi 4.

4. Subjek 4 WN, sebelum terapi 9 berkurang menjadi 2.

5. Subjek 5 LN, sebelum terapi 6 berkurang menjadi 3.

6. Subjek 6 GN, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 4.

7. Subjek 7 ES, sebelum terapi 7 berkurang menjadi 3.

Adapun hasil rata-rata skala permasalahan yang dialami oleh subjek yaitu 7,

sedangkan hasil rata-rata setelah dilakukan terapi yaitu turun menjadi 3,4.

Setelah dilakukan terapi subjek merasa tenang dan juga menerima permasalahan

yang terjadi dalam menghadapi semester akhir ini. Sesuai dengan teori menurut Ibnu

Qayyim Al-Jauziyah bahwa kesabaran itu ketika seseorang tersebut menerima

penderitaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan.

B. Saran

1. Bagi klien yang menjadi subjek penelitian, semoga klien bisa meningkatkan

kesabarannya, dan mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan

sehari-sehari, sehingga ketika mendapatkan permasalahan mampu bersikap

tenang dan menerima segala ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah

SWT,.
2. Bagi peneliti selanjutnya, yang akan melakukan penelitian berupa terapi

SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dalam meningkatkan

kesabaran pada mahasiswa tingkat akhir, dapat dilanjutkan dengan

menggunakan sampel dan populasi yang lebih banyak, serta tindakan terapi

tersebut dilakukan secara berulang sehingga kualitas yang dilakukan lebih

baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai