Anda di halaman 1dari 14

BIMBINGAN ROHANI PASIEN DIRUMAH SAKIT

Setiadi, S.Kep., Ns., M.Kep


Dosen Stikes Hang Tuah Surabaya

A. Pendahuluan
Manusia pasti akan merasakan sakit, baik sakit itu dikarenakan kelalaian dalam menjaga
kesehatan, makan dan minuman yang tidak sehat, ataupun karena sebab lain, semisal tertimpa
kecelakaan. Penyakit adalah salah satu cobaan yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Penyakit yang dialami manusia bisa berbentuk fisik maupun psikis. Penyakit fisik misalnya kanker,
jantung koroner, liver, dan sebagainya. Sedangkan penyakit psikis, misalnya stress, depresi, dan
gangguan jiwa. Penyakit fisik maupun psikis yang kronis pastinya akan mengakibatkan goncangan
kejiwaan yang berat. Terlebih lagi, jika penyakitnya itu menyebabkan dirinya harus opname di rumah
sakit, akan semakin menambah berat pikirannya. Pikirannya akan membayangkan berapa biaya yang
harus ia keluarkan, pekerjaan yang ditinggalkan akan semakin menumpuk, kehangatan bersama
seakan sirna, serta pikiran-pikiran lain yang menghantuinya.
Kewajiban orang yang sakit adalah berusaha secara lahir dan batin. Usaha lahir yang mestinya
dilakukan adalah berobat kepada ahlinya. Disamping usaha lahir, usaha batin juga harus dilakukan
guna mempercepat penyembuhan, misalnya dengan do’a dan zikir. Seorang pasien yang diharuskan
rawat inap di rumah sakit tentunya butuh seseorang yang bisa memberikan dorongan dan stimulus
bagi percepatan kesembuhannya. Selain keluarga sebagai pemberi semangat, tentunya dibutuhkan
tenaga ahli yang mampu memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat bagi pasien.
Allah SWT berfirman:

‫اسخ‬ ِ‫ا م‬ ‫َم‬ ‫َو‬ ‫َن‬ ‫َن َو‬


َ ‫َني ال‬ َ ‫َ َم‬ ِ‫ا و‬ ‫َال‬
َ ِ‫ام‬ ‫و‬ ‫ل َل‬ ‫اا‬
‫ظ‬ ‫َما‬
‫َم‬
Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-
orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian” (Q.S. Al-Isra: 82)

Sebagian besar orang yang sedang sakit akan mengalami timbulnya goncangan mental dan
jiwanya karena penyakit yang dideritanya. Pasien yang mengalami kondisi tersebut sangat
memerlukan bantuan spiritual yang dapat menimbulkan rasa optimis dan selalu sabar dalam
menghadapi cobaan dari Allah. Namun dalam kenyataannya sebagian besar orang yang
menderita sakit tidak bisa menerima keadaannya. Dalam kondisi seperti ini mereka menghadapi
dilema di luar kemampuannya. Seperti, perasaan cemas, marah, tidak percaya diri dan mudah putus
asa, dengan kondisi semacam itu maka perlu adanya bimbingan keagamaan bagi pasien di rumah
sakit. Dengan tujuan agar pasien mendapatkan keikhlasan, kesabaran dan ketenangan dalam
menghadapi sakitnya.

B. Pengertian
Bimbingan rohani pasien adalah pelayanan yang memberikan santunan rohani kepada
pasien dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah dan sabar dalam menghadapi
cobaan, dengan memberikan tuntunan do’a, cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainya yang
dilakukan dalam keadaan sakit. Bimbingan rohani Islam di rumah sakit adalah suatu pelayanan
bantuan yang diberikan perawat rohani Islam kepada pasien yang yang mengalami masalah dalam
hidup keberagamaannya, ingin mengembangkan dimensi dan potensi keberagamaannya seoptimal
mungkin, baik secara individu maupun kelompok, agar menjadi manusia yang mandiri dalam
1|Pag e
beragama dengan bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah, melalui berbagai jenis layanan
dan kegiatan pendukung berdasarkan keimanan dan ketaqwaan yang terdapat dalam Al Qur’an dan
Hadist. Jadi bimbingan rohani adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu berdasarkan

2|Pag e
ajaran Islam agar individu mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga
dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

C. Dasar Bimbingan Rohani Pasien


Bimbingan rohani Pasien dilakukan oleh manusia kepada manusia sesuai dengan tuntunan Al
Qur’an dan Hadist yang menganjurkan pada manusia agar memberikan bimbingan dan nasehat
kepada orang yang memerlukanya.

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang
beruntung”. (QS Al Imran : 104)

Pemberian bimbingan, secara normatif sangat sejalan dengan fungsi dari al-Qur`an dan tugas
kenabian Nabi Muhammad saw. Keberadaan al-Qur`an bagi manusia salah satu fungsinya adalah
sebagai al-mau’izah (nasihat) dan asy-syifā (obat atau penawar), sebagaimana firman Allah:

Artinya :”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi
orang-orang yang beriman.” (Q.S. Yunus: 57).

Nabi Muhammad saw bersabda:

‫ مِ مِ ا‬. ‫اا‬ ِ‫َو نِ و‬ ِ ِ‫و‬ :‫صا‬


‫لِس كاا‬ ِ‫و‬ ‫َو‬ ‫ا‬: ‫ا لِ ب‬ ‫ل َل‬ َ ِ‫ل‬ َ ِ ِ
ِ‫س هم‬ ََ‫ض‬ ‫لِ ل‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫و‬
‫ِِس‬ ِ‫ل‬ ِ‫لِن‬ ‫س‬
‫ظ‬
Artinya: “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu
sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya,
yaitu : Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya “(HR. Malik)

D. Terapi Holistik
Sakit bukan hanya masalah fisik semata tetapi lebih luas dari itu yaitu menyangkut masalah
psikologis, sehingga kepedulian terhadap mereka yang sakit seharusnya perlu dilihat secara utuh dan
menyeluruh dari segi bio, psiko, sosio, spiritual dengan mengembangkan pola pelayanan terpadu
yang disebut “Pola Pelayanan Holistik”. Terapi holistik adalah salah satu dari beberapa istilah yang
digunakan untuk merujuk pada banyak metode pengobatan / penyeimbangan kembali fisik, mental,
emosional atau spiritual yang tidak biasanya ditawarkan secara universal dan / atau diatur oleh
otoritas medis konvensional.
1. Pelayanan Secara Bio
Keperawatan adalah profesi yang diharapkan selalu care (peduli) terhadap pasien yang tidak
hanya sebagai objek tapi juga subjek. Pelayanan secara bio ikut menentukan keputusan akan
pengobatan/ terapi/perawatan terhadap pasien. Salah satu contohnya adalah misalnya klien
3|Pag e
mengalami batuk, maka perawat mengkaji yaitu Jika klien batuk dan dahaknya sulit keluar, maka
perawat mengajarkan cara bagaimana batuk yang efektif untuk mengeluarkan dahaknya atau
dengan memberikan fisioterapi, memberikan obat, makanan sesuai dengan keadaan penyakit
pasien, dan memberikan asupan nutrisi-nutrisi untuk mengurangi rasa sakitnya.

4|Pag e
2. Pelayanan Secara Psiko
Kondisi sakit pasien menyebabkan stress dan akan berpengaruh buruk terhadap emosi dan peran
pasien. Untuk mengurangi kondisi ini maka perawat melakukan Komunikasi dengan sikap care.
Perawat tidak boleh memberikan harapan yang terlalu muluk, menasehati yang berlebihan
tentang kondisi penyakitnya.
3. Pelayanan Secara Sosio
Pelayanan yang dilakuakan perawat secara sosio antara lain adalah :
a. Mediator : bertindak sebagai penghubung, perantara atau penengah antara pasien dengan
pihak-pihak yang terkait dirumah sakit (misal : dokter, perawat, bagian keuangan, bagian
kerohanian) ataupun dengan lembaga-lembaga di luar rumah sakit yang terlibat dalam upaya
pemberian bantuan.
b. Motivator/dinamisator : bertindak sebagai pendorong, pemberi semangat dan pemberi
dukungan kepada pasien maupun keluarganya, agar dapat mengatasi sendiri masalah yang
dialami.
c. Advokasi (pembelaan) : bertindak sebagai pembela, pada kasus-kasus pasien maupun
keluarganya (sebagai pihak yang benar) dirugikan oleh pihak lain. Bantuan ini dilakukan, jika
memang pasien tidak bisa mengatasi masalahnya sendiri.
d. Fasilitator : bertindak sebagai penyedia informasi, jika pasien kurang memahami sesuatu.
Informasi yang diberikan tidak terbatas (artinya, bisa mengenai hal apapun) sejauh yang
diketahui secara pasti oleh tim.
4. Pelayanan Secara Spiritual
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam hubungannya
dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan
terhadap adanya Tuhan. Kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh
setiap manusia. Apabila seseorang dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun
semakin dekat, mengingat seseorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala hal, tidak
ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan, kecuali Sang Pencipta. Dalam pelayanan
kesehatan, perawat sebagai petugas kesehatan harus memiliki peran utama dalam memenuhi
kebutuhan spiritual. Perawat dituntut mampu memberikan pemenuhan yang lebih pada saat
pasien kritis atau menjelang ajal. Dengan demikian, terdapat keterkaitan antara keyakinan
dengan pelayanan kesehatan, dimana kebutuhan dasar manusia yang diberikan melalui
pelayanan kesehatan tidak hanya berupa aspek biologis, tetapi juga aspek spiritual. Aspek
spiritual dapat membantu membangkitkan semangat pasien dalam proses penyembuhan.

E. Tujuan Bimbingan
setiap individu tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi. Ada
kalanya seseorang sama sekali tidak mengerti apa yang harus dilakukan agar mampu keluar dari
setiap permasalahan-permasalahannya. Dalam kondisi seperti inilah, maka bantuan dari orang lain
yang lebih ahli sangat diperlukan dan tentu sangat membantu dirinya. Allah pun menyarankan agar
diri kita bertanya kepada ahlinya, jika kita sendiri tidak memliki pengetahuan yang cukup terhadap
suatu persoalan .
Tujuan bimbingan rohani adalah untuk memberikan bantuan kepada orang lain berupa
nasihat, pendapat, atau petunjuk agar dirinya mampu menyembuhkan penyakit yang bersarang di
dalam jiwanya. Lebih jelasnya tujuan dari bimbingan rohani Islam, diantaranya yaitu:
1. Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang
dideritanya. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang
dideritanya.
2. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam melaksanakan kewajiban keagamaan
harian yang harus dikerjakan dalam batas kemampuannya.

5|Pag e
3. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntunan Islam, memberikan makan,
minum obat dibiasakan diawali dengan “Bismillahirrahma- nirrahim” dan diakhiri dengan bacaan
“Alhamdulillahirobbilalamin”.
4. Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etiknya dan tuntunan agama

F. Fungsi Bimbingan Rohani Pasien


Adapun fungsi bimbingan rohani secara umum adalah sebagai berikut:
1. Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi
dirinya.
2. Fungsi kuratif atau korektif, yaitu membantu individu memecahkan masalah yang sedang
dihadapi atau dialaminya.
3. Fungsi presertatif, yaitu membantu individu menjaga agar situasi dan kondisi yang semula
tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4. Fungsi developmental atau pengembangan, yaitu membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik
sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab munculnya masalah baginya.
Disinilah bimbingan rohani mempunyai peran yang konkrit dimana petugas bimbingan rohani
dapat melakukan suatu pendekatan yang tepat, sehingga dalam proses pelayanan bimbingan
rohani seorang petugas rohani akan lebih memahami dan tidak salah dalam menyikapi
permasalahan yang dihadapi pasien. Akan tetapi sebaliknya jika bimbingan rohani yang disampaikan
tidak sesuai dengan fungsinya, maka proses pelayanan bimbingan rohani tidak sesuai dengan
peranannya. Dimana dalam penelitian ini peran bimbingan rohani Islam lebih memfokuskan
kepada pasien dalam menghadapi musibah dari Allah SWT. Sehingga pasien bisa merasa tenang dan
tabah dalam menghadapi sakitnya serta selalu berikhtiar kepada Allah SWT.

G. Unsur-Unsur Bimbingan Rohani Islam


Unsur-unsur bimbingan rohani bisa dilakukan dengan beberapa kondisi, antara lain:
1. Subyek.
Subyek adalah petugas atau orang yang dianggap mampu untuk memberikan pengarahan,
penasehatan, dan bimbingan kepada pasien yang sedang menderita suatu penyakit. Subjek dalam
hal ini adalah rohaniawan. Rohaniawan hendaklah orang yang memiliki keahlian professional
dalam bidang keagamaan. Selain kemampuan tersebut, rohaniawan dituntut untu mempunyai
keahlian lain guna menunjang kegiatan tersebut Rohaniawan seharusnya dapat berkomunikasi,
bergaul, da bersilaturrahmi dengan baik. Mengingat tugas bimbingan rohani tida mudah maka
rohaniawan dituntut untuk memiliki syarat peribadi mental tertentu.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
a. Memiliki pengetahuan agama, berakhlak mulia serta aktif dalam menjalankan ajaran
agamanya.
b. Memiliki pribadi dan dedikasi yang tinggi.
c. Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi dengan baik.
d. Memiliki rasa committed dengan nilai-nilai kemanusiaan.
e. Memiliki keuletan dalam lingkungan intern maupun ekstern.
f. Memiliki rasa cinta dan etos kerja.
g. Mempunyai kepribadian yang baik.
h. Memiliki rasa sensitif terhadap kepentingan pasien.
i. Memiliki kecekatan berfikir cerdas sehingga mampu memahami yang dikehendaki pasien.
j. Memiliki personaliti yang sehat dan utuh tidak terpecahkan jiwanya karena frustasi.
k. Memiliki kematangan jiwa dalam segala perubahan lahiriah maupun batiniah

6|Pag e
2. Objek.
Objek adalah orang yang menerima bimbingan rohani tersebut. Dalam hal ini adalah pasien yang
menjadi objek bimbingan. Ketika berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada pasien,
rohaniawan harus mengetahui dengan siapa ia berdialog. Apakah dengan orang yang sudah
lanjut usia, dewasa, ataupun masih muda. Rohaniawan hendaklah memahami karakter dan siapa
yang akan dibimbing. Rohaniawan ketika menyampaikan nasihat-nasihatnya perlu mengetahui
klasifikasi dan karakter pasiennya, hal ini penting agar pesan-pesannya bisa diterima baik oleh
pasien
Rohaniawan harus mendekatinya dengan pendekatan persuasif. Mengenai hal ini, ada beberapa
istilah-istilah pesan yang persuasi seperti dijelaskan dalam ayat-ayat al-Qur`an berikut ini):
a. perkataan yang membekas
Qaulan Balīgā (Perkataan yang membekas pada jiwa). Ungkapan qaulan balīgā terdapat pada
surah an-Nisā ayat 63:

Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka, karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.
b. Qaulan Layyinan (Perkataan yang lemah lembut)
qaulan layyinan terdapat dalam surah Tāha ayat 44. Secara harfiah qaulan layyinan berarti
komunikasi yang lemah lembut.

Artinya:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut”.
c. Qaulan Maisura (Perkataan yang ringan).
Istilah qaulan maisura terdapat dalam surat Al-Isra ayat 28.

Artinya:
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu
harapkan, Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas”.

d. Qaulan Karīmā (Perkataan yang mulia).


Kalimat qaulan karīmā disebut dalam Al-Qur`an dalam ayat yang mengajarkan etika
pergaulan manusia kepada kedua orang tuanya yang sudah tua, seperti dalam surat Al-Isra
ayat 23.

Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,

7|Pag e
Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ≪ah≫ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

e. Qaulan Sadida (Perkataan yang Benar).


Qaulan sadida merupakan persyaratan umum suatu pesan persuasif. Ditujukan kepada
siapapun, bimbingan dan nasihat haruslah dengan perkataan yang benar. Term qaulan sadida
disebut dua kali dalam Al-Quran. Pertama pada surat An-Nisa ayat 9 dan kedua pada surat Al-
Ahzab ayat 70.

Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar,

3. Pesan (maudu’)
Bimbingan rohani Islam adalah isi pesan yang disampaikan rohaniawan kepada pasien. Dalam hal
ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi bimbingan rohani Islam adalah ajaran Islam itu sendiri.
Secara umum materi bimbingan rohani Islam dapat diklasifikasikan menjadi empat masalah
pokok, yaitu:
a. Masalah Akidah (Keimanan).
Masalah pokok yang menjadi materi bimbingan rohani Islam adalah akidah Islamiyah. Aspek
akidah ini yang akan membentuk moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali
dijadikan materi bimbingan rohani Islam adalah masalah akidah atau keimanan.
b. Masalah Syari’ah.
Materi bimbingan rohani Islam yang bersifat syari’ah ini sangat luas dan mengikat seluruh
umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di
berbagai penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut dibanggakan. Kelebihan dari
materi syari’ah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain.
Syari’ah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat muslim dan nonmuslim,
bahkan hak seluruh umat manusia. Dengan adanya materi syari’ah ini, maka tatanan system
dunia akan teratur dan sempurna.
c. Masalah Mu’amalah.
Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada
urusan ibadah. Islam lebih banyak memerhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek
ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi
kepada Allah. Ibadah dalam mu’amalah di sini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup
hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah swt.
d. Masalah Akhlaq.
Materi akhlak ini diorientasikan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu
berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karena, ibadah

8|Pag e
dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak. Pemakaian akal dan pembinaan akhlak
mulia merupakan ajaran Islam

H. Bentuk Layanan Bimbingan Rohani Pasien


Beberapa bentuk layanan bimbingan rohani pasien, anara lain :
1. Bimbingan Spiritual
Bimbingan spiritual adalah bimbingan dengan mengedepankan spirituallitas agama seperti
dzikir, doa dan sebagainya. Bimbingan ini dimaksudkan agar pasien lebih mendekatkan diri
kepada Allah, termasuk didalamnya mengarahkan kepada pasien yang dalam keadaan
sakaratul maut untuk senantiasa mengingat kepada Allah sehingga seandainya meninggal
dalam keadaan khusnul khatimah.
2. Bimbingan Psikologis
Bimbingan psikologis adalah bimbingan bimbingan yang ditujukan kepada masalah psikologis
pasien seperti untuk menghilangkan kecemasan, keputusasaan, ketakutan dan masalah
psikologis lainnya. Bimbingan ini tentunya menggunakan pendekatan-pendekatan psikologis.
3. Bimbingan Fiqih Sakit
Bimbingan fiqih sakit adalah bimbingan yang menjelaskan kepada pasien tentang tatacara
ibadah orang sakit. Mulai dari bersuci sampai ibadahnya khususnya shalat wajib. Kita tahu
bahwa orang sakit tidak memiliki kemampuan seperti orang yang sehat oleh karenanya agama
islam memberikan ruhshoh atau keringanan dalam beribadah bagi orang yang sakit. Sebagai
contoh ketika seorang pasien tidak bisa mengambil air wudhu atau memang tidak
diperbolehkan terkena air secara medis maka wudhu bisa diganti dengan tayamum. Demikian
juga dengan shalat ketika seseorang tidak bisa melaksanakannya dengan berdiri boleh
dilaksanakan dengan duduk, berbaring, bahkan dengan isyarat. Oleh karenanya bimbingan ini
sangat penting karena walaupun dalam keadaan sakit ibadah kepada Allah tetap harus
dijalankan.

I. Waktu Layanan Bimbingan Rohani Pasien


Pada dasarnya bimbingan rohani pasien bisa dilakukan kapan saja, disaat pasien sedang
rileks dan diluar jadwal periksa dokter. Akan tetapi bimbingan rohani pasien akan lebih baik jika
dilaksanakan sejak pertama kali pasien masuk rumah sakit dan di ulangi hari berikutnya
selama pasien masih dalam perawatan, sedangkan waktu pelaksanaan tidak mengikat akan tetapi
perlu ada jadwal yang jelas supaya mempermudah proses bimroh. Waktu yang ideal untuk
bimroh yaitu antara jam 9 sampai jam 11 siang.

J. Teknik Bimbingan Rohani Pasien


Dalam pelaksanaanya petugas bimbingan rohani harus berkoordinasi dengan pihak rumah
sakit dan dokter yang menangani pasien. Setelah berkoordinasi lantas petugas rohani berkeliling
ke tiap-tiap bangsal atau kamar pasien, yang mana seorang petugas bimroh mengawalinya
dengan mengenalkan diri kepada pasien dan keluarganya. Selanjutnya, petugas rohani memulai
bimbingan. Tapi sebelumnya, petugas rohani terlebih dulu melakukan pendekatan dengan
pasien dengan mengetahui keadaan psikologis pasien. syukur- syukur kalau pasien lalu
mencurahkan perasaan isi hatinya secara terbuka, artinya pasien mau bercerita tentang kondisi
yang di alaminya, sebab bisa saja pada saat baru dating petugas bimroh bisa langsung diusir oleh
pasien. Itulah tujuannya seorang petugas bimroh memperkenalkan diri sebelumnya. Setiap
pasien yang dibimbing oleh petugas rohani diutamakan pasien yang divonis dokter sudah tidak
bisa disembuhkan kecuali kalau ada mu’jizat dari Sang Kuasa (pasien terminal), pasien Tender
Last Care (TCL) dan pasien yang sedang sakarotul maut. Do’a bisa memberikan ketenangan bagi
orang yang sedang sakit, baik dibaca sendiri maupun dibacakan oleh orang lain. Semakin
tenang hati orang yang sakit maka organ-organ tubuhnya akan mampu bekerja dengan baik,
termasuk dalam memproduksi zat-zat antibodi yang sangat berguna untuk memerangi bibit

9|Pag e
penyakit yang ada dalam tubuh. Makin banyak zat antibodi yang ada dalam tubuh maka semakin
kuat dan dapat mempercepat kesembuhan pasien.

Adapun bimbingan yang diberikan oleh petugas rohani kepada pasien terminal atau sakaratul
maut adalah sebagai berikut:
1. Pasien dido’akan sambil ditekan jempol kaki kanannya
2. Pasien dituntun untuk mengucapkan kalimat Allah semampunya
3. Pasien dibacakan surat yasin sesering mungkin
Selain itu bagi pasien yang masih dalam kondisi normal artinya bisa diajak komunikasi
dengan baik, maka pemberian bimbingan rohani dilakukan dengan cara:
1. Pasien dan keluarganya diajak berdo’a bersama yang dibimbing oleh petugas rohani serta
pasien dan keluarganya dianjurkan untuk selalu sering berdo’a sendiri.
2. Pasien diberi pengertian agar dapat memahami segala cobaan dan ujian yang sedang
dihadapinya dengan sabar dan ikhlas.
3. Pasien dan keluarganya selalu diingatkan agar selalu ingat kepada Allah SWT dan tidak
meninggalkan ibadah seperti sholat dan membaca Al- Qur’an.
4. Pasien diberi pengertian kalau penyakit yang sedang dideritanya berasal dari Allah SWT
dan Allah pula yang akan menyembuhkannya.
5. Pasien dan keluarganya diberi pengertian dan dianjurkan untuk tidak berobat kepada
pengobatan yang dilarang oleh agama seperti pengobatan kedukun, paranormal dan lain
sebagainya.
6. Menumbuhkan sikap optimis kepada pasien bahwa penyakitnya akan cepat sembuh.
7. Pasien diarahkan untuk tidak banyak berfikir, terutama bagi pasien yang ekonominya
lemah diarahakan untuk tidak memikirkan biaya pengobatan dulu. Serta bagi pasien yang
sakit karena banyaknya masalah maka dianjurkan untuk bisa tidak memikirkan
masalahnya dulu.
Cara pemberian layanan bimbingan diatas dengan tujuan agar pasien maupun
keluarganya dapat menyadari kembali akan eksistensinya sebagai mahluk Allah SWT. Sedangkan
pemberian bimbingan rohani bagi anak-anak, petugas rohani lebih banyak bercerita, memotivasi
dan selalu mengingatkan agar makan dan minum secara teratur, tidak boleh jajan di sembarang
tempat, jangan lupa minum obat, dan lainnya. Disamping itu petugas rohani memberikan
bimbingan kepada keluarganya untuk tetap sabar dan selalu memotivasi atau membesarkan hati
sang anak.

K. Urgensi bimbingan rohani bagi pasien, keluarga dan Rumah sakit


Urgensi Bimbingan Rohani Pasien terhadap kondisi pasien :
1. Menyakinkan pasien untuk optimis terhadap kesembuhan penyakitnya
2. Meyakinkan pasien untuk mengikuti proses perawatan dengan baik sampai sembuh.
3. Menyadarkan pasien perihal berbagai konsep sehat dan sakit menurut ajaran islam
4. Memahamkan pasien bahwa kondisi kejiwaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan
jasmani.
5. Mengajak pasien untuk bersikap tenang dan sabar sebagai wujud terapi unuk mempercepat
kesembuhan.
6. Membantu individu menyesuaikan diri terhadap gangguan kesehatan sepanjang siklus
hidupnya.
7. Memberikan pertolongan kepada pasien yang mengalami kegelisahan dalam mengahdapi
penyakitnya.
8. Memberikan bimbingan tentang makna sakit secara agamis.

10 | P a g e
9. Memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami sakarotul maut, dan mendapangi agar
pasien meninggal dalam khusnul khotimah.
10. Menolong keluarga untuk dapat menerima kondisi atau kematian pasien.
11. Membantu pasien meyelesaikan segala permasalahan yang dapat menghambat
kesembuhannya.
12. Mengajarkan kepada pasien untuk berikhtiar dalam menghadapi sakit yaitu berobat pada
ahlinya (berikhtiar dengan cara-cara yang benar)
13. Mengingatkan pasein agar tetap mejalankan ibadah sesuai dengan kemampuannya
14. Mengusahakan agar pasien memperhatikan berbagai hal yang mendukung kesembuhan
seperti kebersihan pakaian dan tempat tidur
15. Memberikan kekuatan moril kepada pasien yang akan menjalani operasi atau sedang
kesakitan
16. Membantu pasien dan keluarga dalam mengatasi masalah psikis, social, dan agama agar
mempercepat kesembuhan pasien.
17. Melakukan pendampingan/advokasi pada pasien dan keluarganya yang menderita trauma
atau krisis
18. Memberikan pertolongan pada pasien yang mengalami sakarotul maut, dan mendapangi
agar pasien meninggal dalam khusnul khotimah.

Adapun bagi rumah sakit kegiatan bimbingan rohani jelas dapat memberikan nilai tambah dalam
hal pelayanan bagi pasiennya, Urgensi yang akan diperoleh:
1. Perawat mengetahui pentingnya memberikan bimbingan spiritual kepada orang yang
sedang sakit.
2. Perawat memahami tata cara bimbingan spiritual untuk pasien sesuai dengan tuntunan
Islam.
3. Perawat mampu mereplikasi dan menjalankan kegiatan bimbingan spiritual bagi pasien di
tempat kerjanya.
4. rumah sakit mendapat citra yang baik di mata masyarakat.

Kegiatan Petugas Bagian Kerohanian secara garis besar di Rumah Sakit antara lain :
1. Shalat lima waktu
2. Shalat Jum’at
3. Berkunjung keruangan-ruangan memberi bimbingan kerohanian bagi pasien muslim
4. Memberikan kata penghibur bagi pasien non-muslim
5. Menyelenggarakan fardhu kifayah jika diminta
6. Pengajian mingguan setiap hari kamis
7. Peringatan hari-hari besar Islam
8. Ta’ziah / berkunjung kerumah duka
9. Pelatihan baca Al-Qur’an

L. Rangkuman
Kewajiban orang yang sakit adalah berusaha secara lahir dan batin. Usaha lahir yang
mestinya dilakukan adalah berobat kepada ahlinya. Sebagian besar orang yang sedang sakit akan
mengalami timbulnya goncangan mental dan jiwanya karena penyakit yang dideritanya. Pasien
yang mengalami kondisi tersebut sangat memerlukan bantuan spiritual yang dapat menimbulkan
rasa optimis dan selalu sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah. Bimbingan rohani pasien
adalah pelayanan yang memberikan santunan rohani kepada pasien dan keluarganya dalam
bentuk pemberian motivasi agar tabah dan sabar dalam menghadapi cobaan, dengan
memberikan tuntunan do’a, cara bersuci, shalat, dan amalan ibadah lainya yang dilakukan
dalam keadaan sakit.

11 | P a g e
References
Al qur anul Kharim

Aenurrohim Faqih, Bimbingan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Perss, 2001. Hlm. 37

Ahmad Watikan Pratikna dan Abdussalam Sofro, Islam Etika Dan Kesehatan, Jakarta: CV
Rajawali, 1996. Hlm. 260-261.

Aidh Al Qarni, La-Tahzan (Terjemah Samson Rahman), Jakarta: Qitsi perss, 2004.

Al-Ju’aisin, Abdullah bin Ali, 2003, Kado Untuk Orang Sakit, terjemahan.

Al-Allaf, Abdullah Ahmad, 2008, 1001 Cara Berdakwah, terj. Ardiansyah Ashri Hussein, Surakarta:
Ziyad.

Al Masaa-il jilid 1, Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah Press, Cet.5. tahun 2005

Al Qarni, Aidh., La-Tahzan (Terjemah Samson Rahman), Jakarta: Qitsi perss, 2004.

Amin, Samsul Munir, 2009, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah.

Arifin, H.M., 1977, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan
di Luar Sekolah, Jakarta: Bulan Bintang

Arifin, H.M., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Tayaran
Press, 1982.

Arifin, Isep Zainal, 2009, Bimbingan Penyuluhan Islam, Jakarta: Rajawali Pers

Aziz, Moh. Ali , 2004, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana.

Basit, Abdul , 2005, Wacana Dakwah Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baedi Bukhori, Upaya Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap, Semarang:
Walisongo, 2005. .

Bukhori, Baedi., Upaya Optimalisasi Sistem Pelayanan Kerohanian bagi Pasien Rawat Inap,
Semarang: Walisongo, 2005.

Dadang Hawari, Prof. Dr., Psikiater, Al-Quran: Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, (PT Dana
Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta), Juni, 2004

Darojat, Zakiah, 1982, Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental, Jakarta: Bulan Bintang

Djamaluddin Ahmad al-Buny, Yogyakarta: Mitra Pustaka

Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. 2009. Bandung: PT Remaja Rosda.

Ebrahim, Abul Fadl Mohsin. Fikih kesehatan. Penerbit Serambi. Jakarta. 2007

Fathul Majid syarh kitabit tauhid, Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh

Fatahillah, Muhammad ,1997, Terapi Stress Secara Islami, Surakarta: Ma’sum Press

Faqih, Aenurrohim., Bimbingan Konseling Dalam Islam, Yogyakarta: UII Perss, 2001.
Fuad Abdul Aziz Asy Syalhub (2006), Etika Menjenguk Orang Sakit, , Pustaka Elba, Cet.1,

12 | P a g e
Hadits Qudsi Shahihain (Bukhari Muslim), (2006), Irfan bin Salim ad Dimasyqi, Media Hidayah,
Cet.1,

H. Jalaluddin, Prof., Dr., Psikologi Agama: Memahami Perilaku Keagamaan dengan Mengaplikasikan
Prinsip-prinsip Psikologi, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta), Edisi Revisi, Cetakan ke-9,
2005

Hamid ,Abdul. Beni HMd Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia, 2009).

H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan Agama, Jakarta: Golden Tayaran
Press, 1982. Hlm. 2.

HR. Baihaqi

HR. Muslim

HR. Ahmad, At-Tirmidzi,

HR. Al-Bukhari

Ikhsan, Ahmad Juntika Nur, 2006, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan,
Bandung: Refika Aditama

Ilmiyah, Bairut. Aiman bin Abdul fatah, Pegobatan dan penyembuhan menurut wahyu nabi, cet I.
Jakarta.

Imam Nawawi Hisnul Muslim (Kumpulan Doa Dalam Al-Qur‟an & Al-Hadits), oleh Said Bin Ali Bin
Wahf Al-Qahthani

Jaya, Yahya., Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994.

Komarudin (ed.) et.al., 2008, Dakwah dan Konseling Islam, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra.

Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.

Moh.Rifa‟I .2012. “Risalah Tuntunan Shalat Lengkap”.Semarang: PT.Karya Toha Putra

Mubarok, Achmad, Psikologi Dakwah, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Munir , M. dan Wahyu Ilaihi, 2006, Manajemen Dakwah, Jakarta: Prenada Media.

Mahmud, Muhammad dan Abdullah, 1998, Do`a Sebagai Penyembuh, Bandung: al-Bayan

Musnamar, Thohari, 1992, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, Yogyakarta:
UII Press

Musfir bin Said Az zahrani, Konseling Terapi, Jakarta: Gema Insani, 2005.

Mutiara faidah kitab tauhid, Ustadz Abu Isa, Pustaka Muslim

M. Sholihin, Dr., M. Ag. Terapi Sufistik, Penyembuhan Penyakit Kejiwaan Prespektif Tasawuf,
(Pustaka Setia: Bandung), Nop., 2004

Nizar D, Muhammad. 2002. Hidup Sehat & Bersih Ala Nabi. Jakarta: Hikmah.

Pandi W, Emma. 2010. Sehat Cara Al-Qur‟an & Hadis. Jakarta: Hikmah.

13 | P a g e
Pratikna, Ahmad Watikan dan Sofro, Abdussalam., Islam Etika Dan Kesehatan, Jakarta: CV
Rajawali, 1996. .

Ritoga, A. Rahman, M.A. Dr. Zainuddin, M.A, Fiqh Ibadah, ( Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002),

Riyadhus Sholihin(terjemah).

Said bin Ali bin Wahf al Qahthani, Maktabah AL Hanif (2005) Doa & Dzikir Nabi, , cet.1,

Salim. Samsudin,. Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan Layanan Medis dan
Spiritual di Rumah Sakit, Semarang: 2005.

Samsudin, Salim., Bimbingan Rohani Pasien Upaya Mensinergisitaskan Layanan Medis dan
Spiritual di Rumah Sakit, Semarang: 2005.

Susan B. Bastable. “Perawat sebagai Pendidik” . Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC

Sayyid Sabiq. Fiqh Ibadah. Darul Fath. Jakarta. 2010

Syaikh Muhammad bin Ibrahim at Tuwaijiri (2007), Ensiklopedi Islam Al Kamil, , Darus Sunnah
Press, Cet.3,

Syaikh Ibrahim bin Jarullah Al-Jarullah, Media muslim.info : Al-Hadiqatul Yani‟ah minal „Ulumin
Nafi‟ah, 2. Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari, oleh Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan.

Syaikh Abdul Aziz Bin Baz, Hukmu Sihr Wal Kihanah , cet II

Yahya Jaya, (1994), Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama,.

".pdf"

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai