SISTEM MUSKULOSKETAL
FRAKTUR
2. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekan ektremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna
yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar
fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian tidak dapat digunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah (gerakan luar biasa). Pergeseran
fragmen pada fraktur lengan dan tungkai menyebabkan deformitas
(terlihat maupun teraba) ektremitas yang bisa diketahui dengan
membandingkannya dengan ektremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot tergantung pada
integritasnya tulang tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Fragmen sering saling melengkapi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5
cm (1 sampai 2 inci).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cedera.
3. Etiologi
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebabkan
suatu retakan sehingga mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan.
Kerusakan otot dan jaringan akan menyebabkan perdarahan, edema, dan
hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tulang, tanpa
memindahkan tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi disepanjang tulang
dianggap sebagai fraktur yang tidak sempurna sedangkan fraktur yang terjadi
pada semua tulang yang patah dikenal sebagai fraktur lengkap (Digiulio,
Jackson dan Keogh, 2014).
Menurut corwin (2010) penyebab fraktur dapat terjadi karena tulang
mengalami :
1. Trauma langsung/ direct trauma
Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat
ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah
tulang).
2. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma
Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat
terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
3. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu
sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini
disebut dengan fraktur patologis.
4. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari
ketiganya, dan penarikan.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi. Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting
adalah “pencitraan” menggunakan sinar Rontgen (sinar-X). Untuk
mendapatkan gambaran 3 dimensi dari keadaan dan kedudukan tulang yang
sulit , kita memperlukan dua proyeksi, yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam
keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) jika ada indikasi
untuk memperlihatkan patologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu
disadari bahwa permintaan sinar-X harus atas dasar indikasi kegunaan.
Pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan.
Selain foto polos sinar-X (plan X-ray) mungkin diperlukan teknik khusus,
antara lain :
a. Tomografi, menggambarkan tidak hanya satu struktur saja, tetai juga
struktur tertutup yang sulit divisualisasikan. Pada kasus ini ditemukan
kerusakan struktur yang kompleks, tidak hanya pada satu struktur saja,
tetapi pada struktur lain yang juga mengalami kerusakan.
b. Mieolografi, menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebra yang mengalami kerusakan.
c. Artrografi, menggambarkan jaringan ikat yang rusak karena rudapaksa.
d. Computed Tomography-Scanning, menggambarkan potongan secara
transversal dari tulang vertebra dari tulang termpat terdapatnya struktur
tulang yang rusak.
Reduksi Fraktur
Fraktur direduksi ("mengatur tulang) dengan menggunakan metode
tertutup (manipulasi dan traksi manual [mis, behat atau gips) atau metode
terbuka (penempatan alat fiksasi secara bedah (mis pin logam, kawat,
sekrup, pelat, paku atau batang) untuk mengembalikan fragmen fraktur
kembali sejajar secara anatomis dan untuk rotasi. Metode spesifk her pada
sifat fraktur.
Setelah fraktur direduksi, imobilisasi bertujuan menahan tulang tetap pada
posisi yang tepat dan sejajar sampai penyatuan kembali. Imobilisasi
dilakukan dengan fiksasi eksternal atau internal.
Fungsi dipertahankan dan dikembalikan dengan mengontrol
pembengkakan dengan meninggikan ekstremitas yang cedera dan
menempelkan es sesuai program. Gelisah, ansietas, dan ketidaknyamanan
dikontrol dengan menggunakan berbagai pendekatan (mis., upaya
penenangan, ubah posisi, dan strategi pereda nyeri, termasuk penggunaan
analgesik). Latihan isometrik dan pembentukan otot dianjurkan untuk
meminimalkan atrofi dan untuk meningkatkan sirkulasi. Dengan fiksasi
internal, dokter bedah menentukan jumlah pergerakan dan stres akibat
menahan beban yang dapat ditanggung oleh ekstremitas dan menetapkan
tingkat aktivitas yang dapat dilakukan.
Penatalaksanaan Komplikasi
Terapi syok terdiri dari menstabilkan fraktur untuk mencegah hemoragi
lebih lanjut, mengembalikan volume dan sirkulasi darah, meredakan nyeri
pasien, mem- berikan imobilisasi yang tepat, dan melindungi pasien dari
cedera lebih lanjut dan dari komplikasi lain. Lihat "Penatalaksanaan
Keperawatan" pada "Syok Hipovolemik" di Bagian S untuk informasi
tambahan.
Pencegahan dan penatalaksanaan embolisme lemak mencakup
mengimobilisasi fraktur dengan cepat, menopang tulang yang mengalami
fraktur ketika berpindah dan memperbaiki posisi secara tepat, dan
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. Memulai bantuan
pernapasan secara cepat dan tepat diikuti dengan pencegahan asidosis
respiratorik dan asidosis metabolik serta memperbaiki gangguan
homeostatik merupakan langkah yang penting, Kortikosteroid dan obat
vasopresor dapat diberikan.
Sindrom kompartemen ditangani dengan mengendalikan pembengkakan
dengan meninggikan ekstremitas setinggi jantung atau dengan melepaskan
alat restriktif (balutan atau gips). Fasiotomi (dekompresi bedah dengan
eksisi fasia) mungkin diperlukan untuk meredakan fasia otot yang
mengalami konstriksi. Luka tetap terbuka dan ditutupi dengan balutan
salin steril yang basah selama 3 sampai 5 hari. Tungkai dibebat dan
ditinggikan. Latihan rentang pergerakan pasif yang telah di- programkan
dapat dilakukan setiap 4 sampai 6 jam.
Fraktur yang tidak menyatu (nonunion) (kegagalan ujung tulang fraktur
untuk me- nyatu) diterapi dengan fiksasi internal, tandur tulang
(osteogenesis, osteokonduksi, osteoinduksi), stimulasi tulang elektrik, atau
kombinasi dari semua ini.
Penatalaksanaan reaksi terhadap alat fiksasi internal mencakup
perlindungan dari refraktur akibat osteoporosis, perubahan struktur tulang,
dan trauma.
Penatalaksanaan CRPS mencakup upaya meninggikan ekstremitas; pereda
nyeri latihan rentang pergerakan; dan membantu pasien mengatasi nyeri
kronis, atroß otot akibat tidak digunakan (dinse atropby), dan
osteoporosis. Hindari memerika tekanan darah atau melakukan punksi
vena di ekstremitas yang terganggu.
Komplikasi lain diterapi sesuai indikasi (lihat gangguan spesifik).
Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan Fraktur Tertutup
Informasikan pasien mengenai metode pengontrolan edema dan nyeri
yang tepar (mis, meninggikan ekstremitas setinggi jantung, menggunakan
analgesik sesuai resep).
Ajarkan latihan untuk mempertahankan kesehatan otot yang tidak
terganggu dan memperkuat otot yang diperlukan untuk berpindah tempat
dan untuk menggunakan alat bantu (mis, tongkat, alat bantu berjalan
[walker]).
Ajarkan pasien tentang cara menggunakan alat bantu dengan aman.
Bantu pasien memodifikasi lingkungan rumah mereka sesuai kebutuhan
dan mencari bantuan personal jika diperlukan. Berikan pendidikan
kesehatan kepada pasien mengenai perawatan diri, informasi medikasi,
pemantauan kemungkinan komplikasi, dan perlunya supervisi layanan
kesehatan yang berkelanjutan.
9. Rusuk
o Fraktur rusuk sering terjadi pada orang dewasa dan biasanya tidak
menyebabkan kerusakan fungsi tetapi menimbulkan nyeri batuk dan
bernapas. Bantu pasien untuk batuk dan mengambil napas dalam dengan
membebat dada menggunakan tangan atau bantal selama batuk.
Yakinkan pasien bahwa nyeri yang disebabkan oleh fraktur rusuk akan
menghilang dalam 3 atau 4 hari, dan fraktur sembuh dalam 6 minggu.
Pantau adanya komplikasi, yang dapat mencakup atelektasis, pneumonia,
dada gail, pneumotoraks, dan hemotoraks. (Lihat gangguan spesifik
untuk penatalaksanaan keperawatan).
Proses traumatis/patologis
Fraktur
3. Diagnosa Keperawatan
e. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak dan dipersulit
dengan spasme otot dan pembengkakan.
f. Risiko Disfungsi Neurovaskular Perifer berhubungan dengan fraktur,
sindrom kompartemen atau trombosis vena profunda
g. Resiko Infeksi berhubungan dengan Fraktur
h. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Fraktur
4. Perencanaan
Gunakan d.
teknik steril kemerahan,pembengkak
untuk an, dan rainase purulen
mengganti mengindikasikan
balutan. infeksi.
e.
d. kaji Pemberian antibiotik
luka mengenai profilaktit menghambat
ukuran,warna,d produksi bakteri dan
an adanya demikian membantu
drainase. mencegah flora kulit
formal masuk ke luka
pada kasus "luka kotor",
e. Berikan seperti yang terjadi
antibiotik akibat kecelakaan
sesuai dokter. kendaraan bermotor,
antibiotik diberikan
secara rutin.
4. Hambatan a. a. Latihan ROM
mobilisasi Ajarkan atau membantu mencegah
fisik bantu pasien atrofi otot dan
mempertahankan
dengan latihan
kekuatan dan fungsi
ROM pada sendi. Latihan fleksi
ekstermitas dan ekstensi mencegah
yang tidak terjadinya foot drop,
terkena. Wrist drop, atau
kekakuan sendi.
b. Ajarkan
latihan b. Latihan
isometrik, dan isometrik membantu
anjurkan mencegah atrofi otot
pasien untuk dan mendorong cairan
melakukannya sinovial dan nutrisi ke
setiap 4 jam. dalam katilago
c. ambulansi
c. mempertahankan dan
memperbaiki sirkulasi,
Anjarkan membantu mencegah
ambulansi saat atrofi otot, dan
mampu: membantu
berikan mempertahankan fungsi
bantuan sesuai usus.
kebutuhan.
C. Daftar Pustaka
Priscilla, LeMone, dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Muskuloskeletal Diagnosis Keperawatan Nanda NIC & NOC, Ed.5. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hurst, Marlene. 2015. Belajar Mudah Keperawatan Medikal-Bedah Vol.2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC.
Jakarta