HIPOTESIS
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada criteria
perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun
pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang
peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
B. Rumusan masalah
2. Macam-Macam Hipotesis
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hipotesis
Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat
diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari
bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian,
pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis
berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan
kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan
kebenarannya. Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti
dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau
penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya, maka hipotesis akan
disebut teori.
Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus dibuat oleh
peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian hipotesis
penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi pada
sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa yang ada dalam hipotesis benar-benar
terjadi, maka hipotesis penelitian terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu,
pengujian hipotesis statistik berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah
terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan
pada populasi atau tidak.
B. Jenis Hipotesis
1.Hipotesis nol ( )
Hipotesis nol merupakan hipotesis awal yang umumnya berisi kepercayaan, asumsi,
atau pendapat yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.
2.Hipotesis alternatif ( )
Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang menyatakan pendapat atau yang
berlawanan dengan hipotesis nol.
Hipotesis alternatif selalu berlawanan dengan hipotesis nol. Hal ini dikarenakan pada
dasarnya kita ingin sekali menolak H0 dengan menawakan Hipotesis alternatif
sebagai pernyataan yang lebih tepat.
Hipotesis tidak hanya dalam bentuk numerik, tetapi juga bisa dalam bentuk kategori.
Contohnya saja, benarkah perempuan cenderung lebih teliti daripada laki-laki?
Misalkan saja, terdapat klaim bahwa umur terbaik untuk menikah adalah saat 25
tahun. Tentu hal ini perlu dikaaji lebih lanjut apakah asumsi ini benar atau tidak.
Sedangkan, untuk hipotesis alternatif, ada beberapa pilihan yang bisa kita gunakan tergantung
dari hal yang ingin kita buktikan:
Bila hipotesis alternatif tidak sama dengan nilai hipotesis nol. Artinya, kita
berasumsi bahwa usia menikah terbaik bukanlah di usia di 25 tahun, bisa lebih
atau kurang.
25
Bila hipotesis alternatif lebih kecil daripada hipotesis nol. Artinya, kita
berasumsi bahwa usia menikah terbaik di bawah 25 tahun
<25
Grafik uji hipotesis satu arah sisi kiri
Dalam melakukan pengujian, kita bisa saja mengambil salah satu dari hipotesis alternatif di
atas. Kita bisa memilih hipotesis alternatif yang paling kita yakini benar berdasarkan data
yang kita miliki.
Hipotesis nol bisa saja bukan sesuatu yang diragukan kebenarannya, tetapi juga tentang hal-
hal yang diyakini benar oleh banyak orang tetapi belum terbukti secara empiris.
Hipotesis nol bukanlah asumsi atau pendapat yang salah hingga seseorang bisa membuktikan
fakta lain yang menolak hipotesis tersebut secara statistik.
1. Hipotesis Dekriptif
Contoh :
Ho: Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil gelap.
2. Hipotesis Komparatif
Contoh:
Contoh:
Menurut Moh. Nazir, setidaknya ada 6 ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:
5. Harus sederhana
Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo
( 2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu
sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :
F. Pengujian Hipotesis
Suatu uji 13ipótesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan,
peneliti memperoleh hasil akhir bahwa 13ipótesis nihil yang diajukan peneliti ditolak
karena perbedaan hasil 13ipótesi yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan
namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena 13ipótesis
pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai hal yang benar.
Maksudnya dalam suatu 13ipótesis statistik, antara 13ipótesis nol (H0) dan alternatif
(Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat
keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.
Dan suatu 13ipótesis dikatakan diterima, jika 13ipótesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima 13ipótesis nihil,
hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya
disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau
13ipótesis riset yang telah diajukan peneliti sebagai 13ipótesis pendamping, ditolak
atau tidak didukung oleh informasi yang ada.
Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam
merumuskan 13ipótesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan
seadanya saat 13ipótesis tidak terbukti atau mengganti 13ipótesis seandainya melihat
tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya 13ipótesis
(pada saat penelitian berlangsung
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban
tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya
tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta
yang ada dan terjadi di lapangan.
Jenis-jenis hipotesis:
a. Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya.
b. Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
c. Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam
hal ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar,
yang tentunya mempunyai tahapan-tahapan.
Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis,
pengujian hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti
kebenarannya atau tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.
B. SARAN
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis menerima kritikan
dan saran yang membangun untuk kebaikan.