Anda di halaman 1dari 15

TUGAS BIOSTATISTIK

HIPOTESIS

Dosen Pengampu : Giri Widagdo, S.Kp., MKM


Kelompok IV:
7B

1. Desma Rahmawati (2017720071)


2. Evi Anggarini. H (2017720077)
3. Nurul Izzah Fajri (2017720101)
4. Ratnah Khaerunnisa (2017720106)
5. Salsabila Yudha M.R (2017720110)
6. Yasfiani (2017720119)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKUTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
SEMESTER GANJIL
2020-2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan


dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati
berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni
menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu hal penting yang
dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat


tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis
dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang
digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Misalnya, sebab dan
akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis
dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidak benar. Ketiga, hipotesis
adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat
ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk
menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat
peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada criteria
perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian, maupun
pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu seorang
peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
B. Rumusan masalah

1. Apa Pengertian Hipotesis?

2. Macam-Macam Hipotesis

3. Bagaimana Karakteristik Hipotesis yang Baik?

4. Bagaimana Merumuskan Hipotesis?

5. Bagaimana Pengujian atau Menguji Hipotesis ?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui dan Memahami Pengertian Hipotesis

2. Untuk Mengetahui dan Memahami Macam-Macam Hipotesis

3. Untuk Mengetahui dan Memahami Karateristik Hipotesisi yang Baik

4. Untuk Mengetahui dan Memahami Merumuskan Hipotesis

5. Untuk mengetahui Bagaimana Langkah Untuk Merumuskan Hipotesis


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipotesis

Hipotesis (atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah hipotesa) dapat
diartikan secara sederhana sebagai dugaan sementara. Hipotesis berasal dari
bahasa Yunani hypo yang berarti di bawah dan thesis yang berarti pendirian,
pendapat yang ditegakkan, kepastian. Jika dimaknai secara bebas, maka hipotesis
berarti pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk bisa memastikan
kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis harus diuji atau dibuktikan
kebenarannya. Untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis, seorang peneliti
dapat dengan sengaja menciptakan suatu gejala, yakni melalui percobaan atau
penelitian. Jika sebuah hipotesis telah teruji kebenarannya, maka hipotesis akan
disebut teori.

Dalam penelitian ada dua jenis hipotesis yang seringkali harus dibuat oleh
peneliti, yakni hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengujian hipotesis
penelitian merujuk pada menguji apakah hipotesis tersebut betul-betul terjadi pada
sampel yang diteliti atau tidak. Jika apa yang ada dalam hipotesis benar-benar
terjadi, maka hipotesis penelitian terbukti, begitu pun sebaliknya. Sementara itu,
pengujian hipotesis statistik berarti menguji apakah hipotesis penelitian yang telah
terbukti atau tidak terbukti berdasarkan data sampel tersebut dapat diberlakukan
pada populasi atau tidak.

Adapun menurut para ahli :

1) Menurut Sugiyono, Hipotesis yakni adalah jawaban yang masih bersifat


sementara terhadap rumusan masalah penelitian, yang mana rumusan
masalah penelitian sudah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Hipotesis
maka dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori.(Sugiono, 2009).
2) Penjelasan Sudjana, hipotesis dipandang sebagai asumsi atau dugaan
sementara mengenai hal yang dibuat guna menjelaskan suatu hal yang
sering dituntut untuk melakukan pengecekan.(Sudjana, 2005).

3) Margono menjelaskan bahwasannya hipotesis berasal dari


kata hypo dan thesis. yang mana Hipo memiliki arti “kurang dari” dan
thesis memiliki arti “pendapat”. Jadi kesimpulannya, hipotesis yakni
adalah suatu pendapat atau kesimpulan yang bersifat sementara. Selain itu,
hipotesis juga merupakan suatu kemungkinan jawaban dari masalah yang
diajukan.(Margono, 2004)

B. Jenis Hipotesis

Secara umum, hipotesis digunakan untuk menguji sebuah pendapat, klaim,


atau asumsi yang sering beredar di masyarakat. Dan hipotesis ini muncul entah dari
mana.

Seringkali kita mendengar anggapan seperti perempuan dengan gelar


pendidikan yang tinggi akan sulit mendapatkan pasangan. Well, ini anggapan
darimana? Apakah pendapat ini bisa dipercaya?
Secara umum, ada 2 jenis hipotesis:

1.Hipotesis nol ( )
Hipotesis nol merupakan hipotesis awal yang umumnya berisi kepercayaan, asumsi,
atau pendapat yang masih perlu dibuktikan kebenarannya.

2.Hipotesis alternatif  ( )
Hipotesis alternatif merupakan hipotesis yang menyatakan pendapat atau yang
berlawanan dengan hipotesis nol.

Hipotesis alternatif selalu berlawanan dengan hipotesis nol. Hal ini dikarenakan pada
dasarnya kita ingin sekali menolak H0 dengan menawakan Hipotesis alternatif
sebagai pernyataan yang lebih tepat.

Hipotesis tidak hanya dalam bentuk numerik, tetapi juga bisa dalam bentuk kategori.
Contohnya saja, benarkah perempuan cenderung lebih teliti daripada laki-laki?

Sekarang, mari kita coba menuliskannya dalam bentuk notasi statistik.

Misalkan saja, terdapat klaim bahwa umur terbaik untuk menikah adalah saat 25
tahun. Tentu hal ini perlu dikaaji lebih lanjut apakah asumsi ini benar atau tidak.

Karena itu, kita bisa menulisnya dalam notasi sebagai berikut :


 = 25

Sedangkan, untuk hipotesis alternatif, ada beberapa pilihan yang bisa kita gunakan tergantung
dari hal yang ingin kita buktikan:

 Bila hipotesis alternatif tidak sama dengan nilai hipotesis nol. Artinya, kita
berasumsi bahwa usia menikah terbaik bukanlah di usia di 25 tahun, bisa lebih
atau kurang.
25

Grafik uji hipotesis satu arah sisi kanan

 Bila hipotesis alternatif lebih kecil daripada hipotesis nol. Artinya, kita
berasumsi bahwa usia menikah terbaik di bawah 25 tahun
<25
Grafik uji hipotesis satu arah sisi kiri
Dalam melakukan pengujian, kita bisa saja mengambil salah satu dari hipotesis alternatif di
atas. Kita bisa memilih hipotesis alternatif yang paling kita yakini benar berdasarkan data
yang kita miliki.

Hipotesis nol bisa saja bukan sesuatu yang diragukan kebenarannya, tetapi juga tentang hal-
hal yang diyakini benar oleh banyak orang tetapi belum terbukti secara empiris.

Hipotesis nol bukanlah asumsi atau pendapat yang salah hingga seseorang bisa membuktikan
fakta lain yang menolak hipotesis tersebut secara statistik.

C. Macam- macam Hipotesis

Terdapat tiga macam hipotesis dalam penelitian, yakni hipotesis deskriptif,


hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif. Masing-masing dari hipotesis ini
dapat digunakan sesuai dengan bentuk variabel penelitian yang digunakan.

1. Hipotesis Dekriptif

Hipotesis Deskriptif adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap


masalah deskriptif yang berhubungan dengan variabel tunggal/mandiri,
atau dugaan Terhadap nilai satu variabel dalam satu sampelwalaupun di
dalamnya bisa terdapat beberapa kategori. hipotesis deskriptif ini
merupakansalah satu dari macam macam hipotesis.

Contoh :
Ho: Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil gelap.

Ha: Kecenderungan masyarakat memilih warna mobil bukan warna gelap.

2. Hipotesis Komparatif

Hipotesis komparatif dapat didefinisikan sebagai dugaan atau jawaban


sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan perbandingan
(komparasi) antara dua variabel penelitian.

Contoh:

Seorang peneliti hendak mengetahui bagaimana sikap loyal antara


pendukung club sepakbola Manchester United jika dibandingkan dengan
sikap loyal pendukung club sepakbola Chelsea. Apakah pendukung
memiliki tingkat loyalitas yang sama ataukah berbeda.

Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah


pendukung club sepakbola Manchester United dan Chelsea memiliki
tingkat loyalitas yang sama?

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak.


Variabel pertama adalah loyalitas club sepakbola Manchester United,
sedangkan variabel kedua adalah loyalitas club sepakbola Chelsea. Karena
rumusan masalah mempertanyakan perihal perbandingan antara dua
variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis komparatif. Ada
dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:

Ho: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang


sama dengan pendukung club Chelsea

H1: Pendukung club Manchester United memiliki tingkat loyalitas yang


tidak sama (berbeda) dengan pendukung club Chelsea
3. Hipotesisi asosisatif

Hipotesis asosiatif dapat didefinisikan sebagai dugaan/jawaban


sementara terhadap rumusan masalah yang mempertanyakan hubungan
(asosiasi) antara dua variabel penelitian.

Contoh:

Seorang peneliti ingin mengetahui apakah sinetron berjudul “Anak


Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.

Maka peneliti dapat membuat rumusan masalah seperti berikut: Apakah


sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki
dalam mengendarai motor?

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah variabel jamak.


Variabel pertama adalah sinetron berjudul “Anak Jalanan”, sedangkan
variabel kedua adalah gaya remaja laki-laki dalam mengendarai motor.
Karena rumusan masalah mempertanyakan perihal hubungan antara dua
variabel, maka hipotesis yang digunakan adalah hipotesis asosiatif. Ada
dua pilihan hipotesis yang dapat dibuat oleh peneliti sesuai dengan dasar
teori yang ia gunakan, yakni:

Ho: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” memengaruhi gaya remaja laki-laki


dalam mengendarai motor.

H1: Sinetron berjudul “Anak Jalanan” tidak memengaruhi gaya remaja


laki-laki dalam mengendarai motor.

D. Karateristik Hipotesis yang baik

Mengutip pendapat Yatim Riyanto (1996: 16) yang mengatakan bahwa,


sebenarnya nilai atau harga suatu hipotesis tidak dapat diukur sebelum dilakukan
pengujian empiris. Namun demikian, bukan berarti dalam merumuskan hipotesis
yang akan diuji dapat dilakukan “semau peneliti”. Ada beberapa kriteria tertentu
yang memberikan ciri hipotesis yang baik.
Cirri-ciri hipotesis yang baik menurut Donald Ary, (Arief Furchan, 1982: 126-
129 dan Yatim Riyanto, 1996: 16) diantaranya:
a. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas, suatu hipotesis harus
merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya
dijelaskan atau diterangkan.

b.  Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara


variabel-variabel. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua
variabel atau lebih.

c.  Hipotesis harus dapat diuji, hipotesis yang diajukan peneliti harus


bersifat testability, artinya terdapat kemampuan untuk diuji.

d. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada.


Hipotesis hendaknya tidak bertentangan dengan teori atau hokum-hukum
yang sebelumnya sudah mapan.

e. Hipotesis hendaknya sederhana dan seringkas mungkin.

Menurut Moh. Nazir, setidaknya ada 6 ciri-ciri hipotesis yang baik, yaitu:

1. Harus menyatakan hubungan

2. Harus sesuai dengan fakta

3. Harus berhubungan dengan ilmu, serta sesuai dengan tumbuhnya ilmu


pengetahuan

4. Harus dapat diuji

5. Harus sederhana

6. Harus bisa menerangkan fakta


E. Merumuskan Hipotesis

Setelah mengetahui pengertian hipotesis, jenis-jenis hipotesis, dan ciri-ciri


hipotesis yang baik, sekarang saatnya kita belajar untuk membuat hipotesis. Untuk
menghasilkan sebuah hipotesis, tentunya kita harus mengikuti 11ipótes-langkah
tertentu. Dengan 11ipótes dan cara yang benar, sebuah hipotesis yang baik akan
memudahkan jalannya proses penelitian.

Awal terbentuknya hipotesis dalam sebuah penelitian biasanya diawali atas


dasar terkaan atau conjecture peneliti. Meskipun hipotesis berasal dari terkaan,
namun sebuah hipotesis tetap harus dibuat berdasarkan paca sebuah acuan, yakni
teori dan fakta ilmiah.

Menggali dan merumuskan hipotesis mempunyai seni tersendiri. Peneliti harus


sanggup memfokuskan permasalahan sehingga hubungan-hubungan yang terjadi
dapat diterka. Dalam menggali hipotesis, peneliti harus:

a. Mempunyai banyak informasi tentang masalah yang ingin dipecahkan dengan


cara banyak membaca literature-literatur yang ada hubungannya dengan
penelitian yang sedang dilaksanakan.
b. Mempunyai kemampuan untuk memeriksa keterangan tentang tempat-tempat,
objek-objek, serta hal-hal yang berhubungan satu sama lain dalam masalah
yang sedang diselidiki.

c. Mempunyai kemampuan untuk menghubungkan suatu keadaan dengan


keadaan lainnya yang sesuai dengan kerangka teori ilmu dan bidang yang
bersangkutan.

Perumusn hipotesis yang baik dan tepat setidaknya menurut indrianto dan supomo
( 2002: 77) antara lain dengan mempertimbangkan criteria kreteria tertentu
sebagai acuannya dan penjelasan sebagai berikut :

a. Berupa pernyataan yang mengarah kepada tujuan penelitian,. Tujuan


penekitian adalah memecahkan masalah atau utuk menjawab pernyataan
penelitian hipotesis dalam penelitian kuantitaf, merupakan jawaban rasiional
yang deduksi dari konsef konsef dan teori teori yang sudah ada.
b. Berupa perfnyatan yang dirumuskan dengan maksud ingin diuji secara
empiris. Tujujan penelitian ( penelitian Dasar ) adalah menguji teoritis dan
hipotesis maka akar dapatt diuji , hiotesis harus menyatakan secara jelas
pariabel variabal yang di teliti atau berupa duaaamn tettentu pada hubungan
antar dua variable.

c. Berupa pernyataan peryataan yang dikembangakan berdasarkan teori-teori


lebih kuat jika dibandingkan dengan hipotesis lawannya. Berapa teori
kemungkinan saling bertentangan satu sama lain, atau terdapat teori yang satu
lebih kuat dengan teori lainnya. Hipotesis yang dikembangkan oleh peneliti
harus mempunyai dukungan landasan teoritis lebih kuat, dari pada alternatif.
Dapat terjadi hipotesis lainnya kemungkinan dikembangakan melalui teori
tgeori yang lainnya.

F. Pengujian Hipotesis

Sebagaimana dikemukakan oleh Donald Ary et al (dalam Arief Furchan,


1982: 133) dan Yatim Riyanto (1996: 16-17) bahwa untuk menguji hipotesis,
peneliti perlu:

a. Menarik simpulan tentang konsekuensi yang akan dapat diamati apabila


hipotesis itu benar.
b. Memilih metode penelitian yang akan memungkinkan pengamatan,
eksperimentasi, atau prosedur lain yang diperlukan untuk menunjukkan apakah
akibat-akibat itu benar atau tidak.

c. Mengumpulkan data yang dapat dianalisis untuk menunjukkan apakah


hipotesis tersebut didukung oleh data atau tidak.

Pengujian ini bertujuan sebagai penjajakan (eksplorasi), deskriptif, dan uji


12ipótesis. Pengujian 12ipótesis merupakan proses yang cukup panjang dan
memerlukan akurasi yang tepat dan sistematis, apalagi data yang diteliti adalah data
sampel yang merupakan bagian dari populasi. Pengujian 12ipótesis ini adalah
ekspektasi peneliti mengenai karakteristik tertentu suatu populasi yang didukung
dengan landasan konseptual tertentu untuk diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya
yaitu membuat keputusan untuk menerima atau menolak 13ipótesis yang diajukan
oleh peneliti tersebut.

Suatu uji 13ipótesis dikatakan ditolak, jika dari uji statistika yang dilakukan,
peneliti memperoleh hasil akhir bahwa 13ipótesis nihil yang diajukan peneliti ditolak
karena perbedaan hasil 13ipótesi yang terjadi bukan disebabkan oleh suatu kebetulan
namun didukung dengan data yang ada di lapangan. Dan dapat pula karena 13ipótesis
pendamping, hasil statistiknya didukung atau diterima sebagai hal yang benar.
Maksudnya dalam suatu 13ipótesis statistik, antara 13ipótesis nol (H0) dan alternatif
(Ha), jika salah satu ditolak, maka yang lainnya pasti diterima sehingga dapat dibuat
keputusan secara tegas yaitu H0 = ditolak, dan Ha = diterima.

Dan suatu 13ipótesis dikatakan diterima, jika 13ipótesis yang diturunkan dari hasil
kesimpulan kajian teoristis tidak ditolak. Jika tes statistika menerima 13ipótesis nihil,
hal ini berarti bahwa perbedaan yang dihasilkan dari proses pengkajian pustaka hanya
disebabkan oleh kesalahan tidak disengaja waktu mengambil data di lapangan. Atau
13ipótesis riset yang telah diajukan peneliti sebagai 13ipótesis pendamping, ditolak
atau tidak didukung oleh informasi yang ada.

Untuk itu, sebagaimana dikatakan sebelumnya dalam makalah ini bahwa dalam
merumuskan 13ipótesis terdapat dua pilihan peneliti, yakni menerima keputusan
seadanya saat 13ipótesis tidak terbukti atau mengganti 13ipótesis seandainya melihat
tanda-tanda bahwa data yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya 13ipótesis
(pada saat penelitian berlangsung
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara atas suatu penelitian, yang di mana jawaban
tersebut masih memerlukan pembuktian yang empiris. Penelitian yang dilakukan sebenarnya
tidak semata-mata ditujukan untuk hipotesis yang diajukan, tetapi bertuan menemukan fakta
yang ada dan terjadi di lapangan.
Jenis-jenis hipotesis:
a.       Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya.
b.      Hipotesis dilihat dari sifat variabel yang akan diuji.
c.       Hipotesis dilihat dari keluasan atau lingkup variabel yang diuji.
Dalam merumuskan hipotesis tentunya peneliti juga harus mengetahui terlebih dahulu
karakteristik hipotesis yang baik dan bagaimana merumuskan hipotesis dengan benar. Dalam
hal ini sudah dijelaskan sebelumnya criteria dan perumusan hipotesis yang baik dan benar,
yang tentunya mempunyai tahapan-tahapan.
Setelah merumuskan hipotesis ada yang disebut dengan pengujian hipotesis,
pengujian hipotesis bertujuan untuk menentukan apakah hipotesis yang diteliti terbukti
kebenarannya atau tidak, atau hipotesisnya diterima atau tidak.

B. SARAN
Manusia adalah tempatnya salah dan lupa, oleh karena itu penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Karenanya penulis menerima kritikan
dan saran yang membangun untuk kebaikan.

Anda mungkin juga menyukai