PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Islam Negri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi
Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Satu (S1)
psikologi (S.Psi)
Dosen pengampu :
Disusun oleh :
2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.Akhir kata kami berharap semoga proposal
BAB I PENDAHULUAN
2.1 RELIGIUSITAS............................................................................................................. 2
2.1.3 Tahap - tahap prilaku religiusitas berbuat menolong orang lain .......... 8
PENDAHULUAN
bermetamorfosis sebagai kasus sosial yg kritis lantaran sudah menunjuk dalam banyak
sekali bentuk tindakan kriminalitas. Kesejahteraan psikologis dalam remaja bisa sebagai
pondasi bagi remaja pada menghadapi masa kritis & penuh gejolak dalam periode
bermetamorfosis sebagai kasus sosial yg kritis lantaran sudah menunjuk dalam banyak
sekali bentuk tindakan kriminalitas. Berbagai warta tadi bisa terjadi lantaran masa
berdasarkan masa anak-anak menuju masa dewasa tentang fungsi mental, fisik, &
berujung dalam pernikahan dini yg dilakukan menggunakan mental nir siap bisa
taraf pengetahuan & aplikasi praksis kepercayaan pada sebuah sistem simbolik pada
kekuatan yg agung (Amna, 2015). Menurut Jalaludin (2012), taraf pengetahuan ini
meliputi ilmu tentang ritual, doktrin, & aturan yg terdapat pada pada kepercayaan . Pola
asuh mempunyai gaya atau tipe yg merefleksikan 2 dimensi pada bertingkah laku
responsif, & mementingkan kebutuhan anak, namun mampu saja orang tua melakukan
penolakan, nir responsif, & nir terlibat menggunakan anak, dan penekanan dalam asa &
kebutuhannya sendiri. Dimensi ke 2 berdasarkan tipe pola asuh orang tua merupakan
dimensi kontrol. Orang tua bisa sangat menuntut apapun & mengizinkan apapun, namun
mampu saja permisif & nir menuntut apapun terhadap apa yg anak lakukan
ditekankan berulang kali pada teori positive functioning, maka Ryff memutuskan hal ini
mengenai tadi, dari Ryff (1995) kriteria seorang yg mempunyai skor dimensi
terhadap diri sendiri, mengetahui & mendapat banyak sekali aspek diri (baik kualitas
baik juga kualitas buruk) merasa positif akan kehidupan masa lalu. Teori-teori
tujuan seorang pada kehidupannya. Terdapat banyak sekali teori berdasarkan beberapa
tokoh tentang tujuan individu pada kehidupan. Buhler menyatakan tujuan individu
dalam usia madya merupakan membarui global menggunakan kreatif. Erikson beropini
pencarian integrasi emosional adalah tujuan individu. Di sisi lain, Rogers beropini
<https://www.infodesign.org.br/infodesign/article/view/355%0Ahttp://www.abergo.org.br/revista/inde
x.php/ae/article/view/731%0Ahttp://www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/269%0Ahtt
p://www.abergo.org.br/revista/index.php/ae/article/view/106>.
Kecemasan dari Greist & Jeverson (Dwita, dkk, 2002) merupakan pengalaman
kekhawatiran, suatu reaksi antisipatif dan rasa takut yg nir terarah lantaran asal ancaman
atau pikiran mengenai sesuatu yg akan tiba nir kentara & nir terdefinisikan.Menurut
bercampur baur, yg terjadi waktu individu sedang mengalami tekanan perasaan yg nir
berpengaruh terhadap kecemasan anak didik pada menghadapi UN. Sedangkan orang
tua menjadi figur dekat & krusial yg memiliki kiprah primer pada mendidik anak
pendidika anak sehari-hari sebagai akibatnya aspek religiusitas anak tumbuh & semakin
menggunakan diri sendiri, orang lain & Tuhannya. Penyesuaian diri menggunakan ilmu
1982).Penyesuaian diri terdiri berdasarkan beberapa aspek. Berikut ini beberapa ayat
kebersamaan menggunakan orang lain, kemampuan buat santai, gembira & menyatakan
2
Siti Nur Khodijah and others, ‘Penelitian Perilaku Seksual Remaja SMPN 3 Arjasa : Hubungan Antara
Motivasi Untuk Menghindari Hubungan Seks Pranikah’, Jurnal KSM Eka Prasetya UI, 1.7 (2019), 1–13.
kejengkelan, Sikap & perasaan terhadap kemampuan & fenomena diri sendiri.
Religiusitas bukan hanya yg berkaitan menggunakan aktifitas yg tampak & bisa ditinjau
mata, akan tetapi pula aktifitas yg tidak tampak yg terjadi pada hati seorang, sebagai
akibatnya religiusitas mencakup banyak sekali macam sisi atau dimensi (Ancok &
Suroso,2005)
dilakukan sang satu anak didik atau lebih & diulang setiap saat. Bullying terjadi lantaran
adanya ketimpangan pada kekuatan/kekuasaan. Hal tadi memiliki arti bahwa anak didik
yg sebagai korban bullying nir berdaya pada menghadapi pelaku bullying. Kelompok
sebaya bisa menaruh impak positif juga negatif bagi remaja. Santrock (2003)
menyampaikan bahwa gerombolan sebaya poly menaruh liputan mengenai global pada
luar keluarga. Dengan berteman beserta gerombolan sebaya, remaja belajar buat
prinsip keadilan, mengamati minat sahabat-sahabat sebayanya, & tahu interaksi yg erat
dimusuhi, sebagai akibatnya bisa mensugesti kesehatan mental & mengakibatkan kasus
kriminal.
namun acara akselerasi yg diadakan pemerintah waktu ini baru memenuhi sebagian
mini berdasarkan kebutuhan special education services bagi anak berbakat intelektual
atau anak berbakat akademis tadi (Akbar & Hawadi, 2010). Keunggulan anak berbakat
pada satu bidang tak jarang digeneralisasikan dalam semua kemampuannya. Misalnya
dalam anak didik yg unggul pada kemampuan numerik akan tetapi lemah pada
kemampuan berbahasa. Harapan & tuntutan yg terlalu tinggi ini akan menunjuk dalam
didik akselerasi. Hal ini didukung sang Stoeber & Otto (2006) yg menyampaikan
Penyesuaian diri adalah galat satu kunci yg turut memilih berhasil atau
tidaknya mahasiswa pada merespon tuntutan berdasarkan pada diri & lingkungan
Indonesia Timur. Budaya wilayah berdari yg sangat jauh tidak sama menggunakan
banyak sekali hal yg dialami pada loka yg baru ditempati misalnya stres dalam
dihadapkan menggunakan banyak sekali perubahan & disparitas pada banyak sekali
tadi contohnya konsep diri & dukungan sosial orang tua. Serta mencari populasi subjek
3
Susi Fitri, Meithy Intan Rukia Luawo, and Ranchia Noor, ‘Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada
Remaja Laki-Laki Di SMA Negeri Se-Dki Jakarta’, Insight: Jurnal Bimbingan Konseling, 6.1 (2017), 50
<https://doi.org/10.21009/insight.061.05>.
Manusia adalah makhluk yg memilikib kebebasan buat nasibnya sendiri &
perilaku toleran & pemaknaan terhadap hayati sebagai berkurang galat satunya
mendapat liputan tanpa tatap muka bukan nir mungkin sebagai penyebab minimnya
kejiwaan & cenderung melakukan bunuh diri. Seperti halnya yg terjadi pada negara-
negara maju, pada mana nomor bunuh diri semakin semakin tinggi seiring semakin
Masa remaja adalah galat satu fase pada kehidupan yg bisa ditandai
menggunakan perkembangan fisik juga psikis, usia remaja smk terkisar antara 15 – 18
(Fatimah, 2010:108). Peralihan masa remaja menuju dewasa awal sebagai sebuah
jatidiri. Pergaulan remaja nir bisa dipisahkan menggunakan lingkungan social yg tak
jarang dihadapkan banyak sekali utama permasalahan. Praktik bimbingan & konseling
adalah satu kesatuan kegiatan yg nir terpisahkan. Bimbingan & konseling adalah proses
rendezvous tatap muka atau interaksi timbal pulang antara keduanya, agar konseli
memecahkan kasus sendiri. Bimbingan & konseling bisa dilaksanakan melalui banyak
sekali jenis layanan. Layanan bimbingan & konseling mencakup layanan dasar, layanan
Pelaksanaan aktivitas layanan bimbingan & konseling pada luar kelas memiliki
perhitungan & alokasi saat sebagai akibatnya peserta didik/konseli dibutuhkan mampu
religiusitas menggunakan kesejahteraan psikologis dalam anak didik kelas 1 MAN lima
BOJONEGORO
4
Ekka Nur Maisaroh and Falasifatul Falah, ‘Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional (Un)
Pada Siswa Madrasah Aliyah’, Proyeksi, 6.2 (1970), 78 <https://doi.org/10.30659/p.6.2.78-88>.
Ahmad Isham Nadzir and Nawang Warsi Wulandari, ‘Hubungan Religiusitas Dengan Penyesuaian Diri
Siswa Pondok Pesantren’, Jurnal Psikologi Tabularasa, 8.2 (2013), 698–707.
Harapannya supaya Hasil penelitian menyampaikan bahwa individu menggunakan taraf
psikologis sebagaimana dikemukakan pada atas religiusitas adalah galat satu faktor yg
kristal-kristal nilai kepercayaan pada diri insan yg terbentuk melalui proses internalisasi
nilai-nilai kepercayaan sejak usia dini. Religiusitas akan terbentuk sebagai nilai dalam
akhir usia anak & berfungsi dalam awal remaja. Kristal nilai yg terbentuk akan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 RELIGIUSITAS
Sebagai sebuah sistem nilai, kepercayaan (Islam) mempunyai 3 dimensi yaitu: dimensi
keyakinan atau aqidah; dimensi praktek ibadah atau muamalah, & dimensi pengamalan
atau akhlaq. Dalam penelitian ini akan ditelusuri bagaimana keyakinan responden
dilakukan sang remaja, & pengamalan ajaran kepercayaan . apabila remaja mempunyai
keyakinan terhadap suatu ajaran kepercayaan (pada hal ini Islam), melakukan praktek
ibadah sinkron keyakinan tadi, & mengamalkan ajaran kepercayaan menggunakan baik
mempunyai fungsi individual & fungsi sosial (Ancok, 2005). Fungsi religiusitas pada
kebiasaan tertentu. Norma-kebiasaan tadi sebagai kerangka acuan pada bersikap &
Sebagai sebuah motivasi, kepercayaan mempunyai unsur ketaatan & kesucian, sebagai
akibatnya memberi kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi & rasa puas.
penyelamat, menjadi pendamai, & kontrol sosial. Melalui kepercayaan bisa mengklaim
suatu ajaran kepercayaan (pada hal ini Islam), kemudian melakukan praktek ibadah
sinkron keyakinan tadi, & mengamalkan ajaran kepercayaan menggunakan baik &
sahih, fungsi religiusitas menjadi acuan kebiasaan bisa berjalan menggunakan baik.
ajaran-ajaran dan perintah Allah secara kaffah atau menyeluruh & optimal. Untuk
mencapai hal tadi maka diharapkan iman & ilmu yg akhirnya berkaitan menggunakan
amal perbuatan sebagai akibatnya fungsi Islam menjadi rahmat semua umat insan &
semua alam bisa dirasakan. Religiusitas mencakup dimensi jasmani & rohani, fikir &
dzikir, aqidah & ritual, peribadatan, penghayatan & pengalaman, akhlak, individu &
social kemasyarakatan, perkara duniawi & akhirat, sebagai akibatnya dalam dasarnya
religiusitas Islam melipri semua dimensi & aspek kehidupan. Religiusitas pada Islam,
formal) & Akhlak (pengamalan berdasarkan aqidah & syariah (Ancok & Suroso,
2005).5
berharga.& diyakini menjadi sesuatu yg sahih dan bisa dijadikan tujuan hidupnya
(Bastaman, 19%). Artinya hal yg paling dicari & diinginkan insan pada hidupnya adaiah
makna, yakni makna berdasarkan segala hal yg dilakukan & dijalaninya terutama makna
hidupnya sendiri. Menurut Frank (pada Bastaman,19%) impian dalam makna (the will
to meaning) adaiah penggerak primer kepribadian insan. Makna hayati & impian buat
hayati bemnakna mcrupakan motivasi primer insan buat meraih tingkat kehidupan yg
5
Siti Rahmawati, ‘Pengaruh Religiusitas Terhadap Penerimaan Diri Orangtua Anak Autis Di Sekolah Luar
Biasa XYZ’, JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, 2018
<https://doi.org/10.36722/sh.v4i1.248>.
hidupnya. Penghayatan ini mengakibatkan adanya peningkatan tegangan-tegangan batin
dasar mengenai kehidupan insan yangmenjadi motivasi konduite insan yakn kebebasan
jua mengungkapkan tetang empat sifat ciri makna hayati.Sifat pertama merupakan unik
& personal. Artinya apa yg dipercaya krusial & bermakna eorang bclum tcntu sama bagi
orang lain. Apa yg bermakna ketika ini belum tentu bermakna dalam ketika lain. Jadi
apa yg bermakna bagi seorang selalu bersifat khusus, tidak sinkron menggunakan orang
Iain, & terdapat kemungkinan berubah berdasarkan ketika ke ketika. Sifat ke 2 yaitu
spesiflk & konkrit. Artinya hayati yg bermakna itu bisa ditemukan pada pengalaman
hayati sehari-hari & nir wajib dikaitkan menggunakan tujuan-tujuan idealis, prestasi
akademis, juga output renungan filosofis yg kreatif. Sifat ke-3 ciri makna hayati yaitu
bisnis-bisnis buat mencari kehidupan yg bermakna ternyata memberi panduan & arah
seorang tentang seluruh kegiatannya sehari-hari. Lantaran itu makna hayati seakan-akan
menantang & mengundang seorang buat menemukannya. Setelah makna hayati itu
Sifat ke-empat yaitu universal, mutlakdan paripurna. Bagi kaum beragama Tuhan
adalah asal makna Yang Maha Sempurna menggunakan kepercayaan menjadi wujud
tuntunannya. Berdasarkan empat sifat ciri tadi, makna hayati nir bisa diperoleh
& penghayatan hayati yg nir bermakiia sebagai lcbih bcnnakna. Komponen pertama,
adanya pemahaman diri yakni pencerahan atas buruknya syarat ketika ini & impian
yangkuat buat mengganti situasi schingga sebagai lcbih baik. Komponen ke 2, adanya
pemahaman bahwa makna hayati memiliki nilai-nilai pcntingdan sangat berarti bagi
kehidupan langsung seorang. Nilai-nilai itu berfungsi menjadi tujuan hayati yg wajib
perubahan perilaku yakni berdasarkan yg nir sempurna sebagai lebih sempurna pada
menghadapi masaiah, syarat hayati & musibah yg tidak terelakkan. Komponen keempat
yaitu adanya keterikatan diri terhadap makna hayati yg ditemukan & tujuan hayati yg
tercapainya makna & tujuan hayati. Komponen keenam yaitu adanya dukungan sosial.
Artinya kehadiran seorang atau sejumlah orang yg akrab, bisa dipercaya, & selalu
menyebabkan frustrasi & kehampaan. Hal ini diantaranya lantaran orang tadi kurang
atau nir menyadari bahwa pada kehidupan & pada pengalaman masing-masing
hayati, merasa hidupnya tidak berarti, serba bosan & apatis. Hal ini apabila berlangsung
intensif & tidak menerima penanganan secara tuntas bisa menyebabkan homogen
sanggup memperoleh kebebasan hayati buat memilih perilaku yg nir semata-mata hanya
buat memenuhi kebutuhan biologis saja (Bastaman, 1996). Ini sinkron menggunakan
hayati yg muncul. Agama jua mendorong seorang buat mengejar tujuan hayati yg
termasuk aspek ekonomi. Lembaga perbankan tadi termasuk ke pada aspek syariat yg
herbi aktivitas muamalah. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama
Indonesia (MUI) tahun 2003 bahwa bunga nir sinkron menggunakan syariat islam.
Bunga bank mengandung unsur riba. Agama selain Islam misalnya Nasrani, Yahudi,
6
Esti Ritonga, Berima & listiari, ‘Kebermaknaan Hidup Mahasiswa Sekolah Tinggi Theologia Nazarene
Indonesia Ditinjau Dari Tingkat Religiusitasnya’, Journal of Chemical Information and Modeling, 2017.
Hindu, pula melarang adanya Riba. Hal inilah yg mengakibatkan intensi buat berpindah
signifikansi t sebanyak 0,000 lebih kecil (<) menurut 0,05. Nilai koefisien beta
studi perbankan syariah. Hal ini menguatkan teori bahwa religiusitas berpengaruh
terhadap minat menabung pada bank syariah. Hasil tadi menyatakan variabel religiusitas
Kejuruan acara studi perbankan syariah, hal ini bisa diartikan faktor Religiusitas
terhindarnya menurut riba, gharar, & maysir adalah faktor pendorong buat pengambilan
keputusan menabung pada bank syariah. Potensi yg dimiliki bank syariah sangatlah
besar, mengingat Indonesia adalah galat satu negara menggunakan jumlah penduduk
muslim terbesar pada dunia. Hal ini sebagai faktor pendorong pada pengambilan
menjalankan perintah kepercayaan adalah galat satu bentuk amalan pada menjalankan
syariat Islam menggunakan cara menabung pada bank syariah. Dengan tingginya taraf
religiusitas yg terdapat dalam rakyat, akan menaikkan minat rakyat khususnya pelajar
menabung pada bank syariah. Untuk memperoleh peluang yg dimiliki bank syariah,
perlu adanya pengenalan pada rakyat muslim yg belum mengetahui bank syariah galat
kebersamaan umat sampai mendirikan koperasi syariah & kecil market syariah. Hal ini
bisa dimanfaatkan sang bank syariah buat mengkampanyekan gerakan menabung pada
bank syariah. Serta menaikkan kenaikan pangkat & pengenalan melalui aktivitas-
mengundang Ustadz yg telah sangat dikenal rakyat. Hasil ini sejalan menggunakan
A. Perhatian, orang lain mungkin akan menolong jika beliau tahu adanya orang
lain yg perlu pada tolong. Untuk hingga dalam perhatian terkadang tak jarang
darah, jeritan atau permintaan tolong, maka kemungkinan akbar akan pada
maka ada perkiraan. Muncul tidaknya perkiraan bahwa hal itu adalah tanggung
jawab pemerhati. Jika ada perkiraan ini, maka korban dibiarkan saja tanpa
menaruh pertolongan.
Ini tidak sama menggunakan waktu adanyanya keputusan bahwa beliau memang
A. Dimensi keyakinan
dibutuhkan akan taat. Walaupun demikian isi & ruang lingkup itu bervariasi nir hanya
kepercayaan yg sama.
B. Dimensi ritual
Dimensi ritual atau praktik. Dimensi ini meliputi konduite pemujaan, ketaatan, & hal-
1) Ritual, mengacu pada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal & praktik-
2) Ketaatan, ketaatan & ikan bagaikan ikan & air meski terdapat disparitas krusial.
Jika aspek ritual berdasarkan komitmen sangat formal & spesial publik, seluruh
C. Dimensi pengalaman
dikatakan bahwa seorang yg beragama menggunakan baik dalam suatu ketika akan
dialami seorang atau didefinisikan sang suatu grup keagamaan (atau suatu masyarakat)
& tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan & keyakinan kentara berkaitan satu sama lain,
Walaupun demikian, keyakinan nir perlu diikuti sang kondisi pengetahuan, jua seluruh
pengetahuan kepercayaan nir selalu bersandar dalam keyakinan. Lebih jauh, seorang
bisa berkeyakinan bahwa bertenaga tanpa sahih-sahih tahu agamanya, atau agama
keagamaan, praktik, pngalaman, & pengetahuan seorang berdasarkan hari hari. Istilah
A. efek pendidikan atau pedagogi & banyak sekali tekanan sosial (faktor sosial).
Faktor sosial pada kepercayaan terdiri berdasarkan banyak sekali efek terhadap
pengalaman-pengalaman mengenai :
hutan.
keagamaan.
individu yg poly dipakai buat melihat pemenuhan individu terhadap kriteria fungsi
psikologis positif yg dikemukakan sang para pakar psikologi (Ryff, 1989). Kriteria
fungsi psikologis ini mengacu dalam teori-teori yg dikemukakan sang para beberapa
pakar psikologi, contohnya Allport, Rogers, Fromm, Maslow, Jung, Frankl, & Perls,
yaitu: (1) individu menggunakan kepribadian sehat secara sadar mengatur tingkah
lakunya & merogoh tanggung jawab atas nasib mereka sendiri; (2) menyadari &
mendapat kelebihan juga kekurangan yg terdapat dalam diri mereka; (3) berorientasi
dalam masa depan menggunakan nir meninggalkan masa kini; (4) menyukai tantangan
mewakili kriteria fungsi psikologis positif tersebut, yaitu: penerimaan diri, interaksi yg
positif menggunakan orang lain, kemandirian, dominasi lingkungan, tujuan hidup, &
pengembangan eksklusif. 8
8
M Hadjam and Arif Nasiruddin, ‘PERANAN KESULITAN EKONOMI, KEPUASAN KERJA DAN RELIGIUSITAS
TERHADAP KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS’, Jurnal Psikologi UGM, 2003 <https://doi.org/10.22146/jpsi>.
Kesejahteraan psikologis (psychological well-being) dari Ryff & Keyes (1995)
merupakan pencapaian penuh berdasarkan potensi psikologis seorang & suatu keadaan
waktu individu bisa mendapat kekuatan & kelemahan diri apa adanya, mempunyai
bergantung dalam kemampuan buat mengatur atau terus terlibat pada kiprah & aktivitas
(Jasmarizal, Sastra & Yunita, 2011), psikoterapi gerombolan lansia (Zulfiana, 2014),
senam lansia (Pratiwi, 2013) & terapi mindfulness (Kinasih & Sukma, 2010).
dalam sebuah pengalaman ketika ini secara sengaja & tanpa evaluasi (Kabat-Zinn,
2003). Trait mindfulness adalah sifat perhatian & pencerahan penuh yg bersifat stabil &
psikologis individu dari pemenuhan kriteria fungsi psikologis positif (Ryff, 1995). Ada
9
Ayu Suci Purnamaning Dyah and Endang Fourianalistyawati, ‘PERAN TRAIT MINDFULNESS TERHADAP
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA’, Jurnal Psikologi Ulayat, 2018
<https://doi.org/10.24854/jpu12018-115>.
2 perspektif yg digunakan sang para pakar buat menyebutkan mengenai konsep
kesejahteraan individu yaitu perspektif hedonic & eudaimonic (Ryan & Deci, 2001).
dalam konsep hedonik secara luas yaitu mengenai tersedianya pilihan pilihan &
psikologis ketiga partisipan odapus, pada antaranya merupakan faktor kelekatan &
rekanan berupa dukungan sosial, kesehatan fisik, emosi, status sosial & kekayaan secara
generik berupa status ekonomi & pencapaian tujuan (Ryan & Deci, 2001).Faktor
misalnya motivasi & perlakuan nir diskriminatif membantu ketiga partisipan mengatasi
rasa minder, putus harapan & sebagai beban bagi famili seiring membaiknya syarat
mereka sesudah lebih berdasarkan 5 tahun menderita Lupus. Kondisi psikologis mereka
yg mulai membaik ini bisa membantu mereka secara perlahan mendapat syarat diri
mereka menjadi odapus (self-acceptance) sebagai akibatnya mereka bisa mengelola diri
terkait penyakit Lupus & akhirnya berdampak jua dalam syarat fisik mereka yg semakin
10
Yeni Triwahyuningsih, ‘Kajian Meta-Analisis Hubungan Antara Self Esteem Dan Kesejahteraan
Psikologis’, Buletin Psikologi, 2017 <https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.9382>.
membaik.Kondisi kesehatan fisik sebagai galat satu faktor yg menghipnotis
kesejahteraan psikologis odapus. Ryan & Deci (2001) menyatakan bahwa saat tubuh
seorang sakit, mereka akan merasa nir senang, mencicipi nyeri, mengalami keterbatasan
fungsional yg bisa mengurangi suasana hati positif & kenikmatan atau kepuasan hayati
orang tadi.Tapi, arti kebalikannya bila syarat kesehatan fisik baik maka bisa
menyebabkan suasana hati yg positif & menambah kenikmatan atau kepuasan hayati
menggunakan baik terhadap orang lain (positive relation with others) & berdampak pula
terhadap syarat kesehatan ketiga partisipan. Hal ini secara nir eksklusif sinkron
menggunakan pernyataan Uchino & kawan-kawan (1999, pada Ryan & Deci, 2001) yg
penderita penyakit jantung, endokrin & sistem autoimun.Dukungan sosial pula bisa
membantu ketiga partisipan sebagai berdikari buat hal-hal eksklusif terkait diri langsung
suami mereka lantaran status mereka menjadi istri. Kemandirian tadi pada atas dalam
hal-hal eksklusif pula ditentukan sang faktor emosi. Hasil penelitian memperlihatkan
syarat emosi partisipan NA & DA masih fluktuatif. Kondisi emosi dalam NA & DA
misalnya ini menciptakan mereka belum memenuhi ciri positif dimensi autonomy,
pengaturan diri berdasarkan pada diri sendiri. Hal ini kurang sinkron pernyataan Ryff &
Singer (1998, pada Ryan & Deci, 2001) yg menyatakan bahwa emosi adalah katalisator
terhadap syarat kesehatan & penekanan dalam kapasitas pengalaman emosional yg pada
buat mengerahkan antistres & fungsi melawan penyakit. Hal ini akhirnya menghipnotis
growth), contohnya ingin sebagai langsung lebih baik pada menjalankan status
kiprahnya & memutuskan hasrat yg ingin diwujudkan. Kedua faktor tadi pula
mengatasi rasa minder & menghargai diri mereka sebagai akibatnya bisa mengelola
menjadi odapus akan tetapi pada sisi lain kriteria positif dimensi ini belum terpenuhi,
eksklusif lantaran status sosial & kekayaan tinggi nir mengklaim kesejahteraan orang
tinggi akan tetapi membantu pemenuhan kebutuhan buat menunjang kebahagiaan &
realisasi diri (Ryan & Deci, 2001), contohnya obat Lupus sebagai akibatnya syarat
kesehatan ketiga odapus bisa membaik misalnya sekarang. Kemudian faktor pencapaian
psikologis, purpose in life. Hal ini ditimbulkan lantaran sebagian akbar penelitian
dirinya sebagai akibatnya mereka bisa mendapat dirinya apa adanya, menaruh evaluasi
yg tinggi dalam individualitas & keunikan diri sendiri. Dalam mendefinisikan dimensi
ini, Ryff (1989) memakai beberapa pemikiran menurut tokoh-tokoh terdahulu misalnya
Rogers,Allport, Erikson, & Maslow. Menurut Rogers (pada Feist & Feist, 2009), ciri
menurut kematangan. Individu ini akan mempunyai keamanan emosional, mereka nir
terpuruk menggunakan hal yg nir berjalan sinkron menggunakan asa, mereka menyadari
bahwa putus harapan & ketidaknyamanan adalah bagian menurut kehidupan. Erikson
(pada Ryff, 1989) beropini bahwa hal ini jua melibatkan penerimaan akan masa lalu,
Maslow, beliau beropini bahwa penerimaan diri adalah galat satu kondisi aktualisasi
diri.Dari klasifikasi tadi, dari Ryff (1995) kriteria seorang yg mempunyai skor dimensi
terhadap diri sendiri, mengetahui & mendapat banyak sekali aspek diri (baik kualitas
baik juga kualitas buruk) merasa positif akan kehidupan masa lalu.
11
Agustin Wahyuningsih and Endang R. Surjaningrum, ‘Kesejahteraan Psikologis Pada Orang Dengan
Lupus ( Odapus ) Wanita Usia Dewasa Awal Berstatus Menikah’, JURNAL Psikologi Klinis Dan Kesehatan
Mental, 2012.
(positive relations with others)Dimensi krusial lain menurut psychological well-being
lain. Allport (pada Ryff, 1989) memasukkan interaksi yg hangat menggunakan orang
keintiman yg luas pada cinta, baik menggunakan anggota famili atau teman, &
menerangkan kasih sayang, penghormatan, & asa yg dimiliki orang lain, dan nir
mengeksploitasi orang lain buat laba pribadinya. Erikson jua memasukkan kemampuan
menjalin interaksi yg intim menggunakan orang lain (intimacy) menjadi galat satu
tugas perkembangan, terutama dalam termin dewasa muda. Kemampuan buat menjalin
interaksi yg positif menggunakan orang lain ini ditekankan berulang kali pada teori
positive functioning, maka Ryff tetapkan hal ini menjadi galat satu dimensi
psychological well-being.
3. Otonomi (autonomy)
determination), bebas & memilki kemampuan buat mengatur konduite sendiri. Menurut
Maslow (pada Feist & Feist, 2009), swatantra adalah galat satu kondisi aktualisasi diri,
dirinya. Otonomi nir berarti antisosial atau nir konform, melainkan mengikuti baku
tingkah laris eksklusif & nir begitu saja mengikuti anggaran diri orang lain. Rogers
(Ryff, 1989) pun beropini bahwa individu yg berfungsi secara penuh akan mempunyai
lokus penilaian internal. Dengan demikian, individu akan mengevaluasi dirinya dari
baku eksklusif, bukan baku yg dianut orangorang lain. Selain Maslow & Rogers,
pentingnya regulasi tingkah laris menurut pada diri jua ditekankan sang Jahoda (Ryff,
1989). Berbeda menggunakan tokoh-tokoh sebelumnya, Jung lebih menekankan konsep
swatantra dalam pembebasan diri menurut konvensi/adat, yg berarti individu nir lagi
swatantra merupakan mempunyai kepastian diri & mandiri, bisa bertahan menurut
tekanan sosial buat berpikir & bertingkah laris menggunakan cara tertentu, meregulasi
tingkah laris menurut pada diri sendiri, dan mengevaluasi diri sendiri, dan
berbagi diri. Menurut Allport (pada Ryff, 1989) menggambarkan individu yg matang
terhadap lingkungan pada sekitarnya, mereka nir hayati pada global imajinasi & nir
membelokkan realita buat menyesuaikannya menggunakan asa mereka (pada Feist &
melalui kegiatan fisik ataupun mental. Birren & Renner jua mengemukakan bahwa
seorang yg sehat secara mental akan merogoh kesempatan kesempatan yg ada pada
aktif & dominasi lingkungan adalah hal yg krusial bagi seseorang individu buat bisa
Adanya tujuan hayati yg kentara adalah bagian krusial menurut ciri individu yg memilki
banyak sekali teori menurut beberapa tokoh tentang tujuan individu pada kehidupan.
Buhler menyatakan tujuan individu dalam usia madya merupakan membarui global
individu. Di sisi lain, Rogers beropini bahwa tujuan individu yg berfungsi secara penuh
12
Susi Fitri, Meithy Intan Rukia Luawo, and Ranchia Noor, ‘Gambaran Kesejahteraan Psikologis Pada
Remaja Laki-Laki Di SMA Negeri Se-Dki Jakarta’, INSIGHT: JURNAL BIMBINGAN KONSELING, 2017
<https://doi.org/10.21009/insight.061.05>.
Product Moment diketahui bahwa interaksi antara religiusitas menggunakan
maka meningkat kesejahteraan psikologis murid kelas 1 man lima Bojonegoro &
psikologis murid. Hal ini dikarenakan religiusitas adalah galat satu faktor yg bisa
spiritual & keyakinan keagamaan adalah galat satu komponen krusial pada
penelitian tadi memberitahuakn hipotesis peneliti bahwa terdapat interaksi positif antara
menggunakan individu yg nir religius ( Muslim & Nasrori , 2007) . Menurut Bastaman
(pada Liputo, 2009) individu yg memiliki taraf religiusitas yg tinggi akan lebih bisa
bermakna & terhindar menurut stres. Hal yg sama dikemukakan sang Seligman (2005)
orang-orang yg religius lebih senang & puas terhadap kehidupan menurut dalam orang
Desmukh, 2013 Park & Millora, 2010). Religiusitas berpengaruh terhadap kehidupan
sehari-hari insan. Adanya religiusitas insan sanggup terhindar menurut banyak sekali
pemeluknya ke arah kehidupan yg lebih baik. Penelitian Hair & Boowerts (1992)
krusial pada mengatasi banyak sekali kasus psikologis, yaitu menggunakan cara
menciptakan emosi positif. Hal ini sangat bermakna lantaran religiusitas memiliki
Trankle, 1991) menjelaskan bahwa masih ada interaksi antara ketaatan beragama
<https://doi.org/10.24854/jpu12018-115>
Fitri, Susi, Meithy Intan Rukia Luawo, and Ranchia Noor, ‘Gambaran Kesejahteraan
<https://doi.org/10.21009/insight.061.05>
Mujaddid, Fajar, and Pandu Tezar Adi Nugroho, ‘Pengaruh Pengetahuan, Reputasi,
Islam, 2019
Ritonga, Berima & listiari, Esti, ‘Kebermaknaan Hidup Mahasiswa Sekolah Tinggi
Orang Dengan Lupus ( Odapus ) Wanita Usia Dewasa Awal Berstatus Menikah’,
Khodijah, Siti Nur, Abdurrazzaq Fathur Rahman Luthan, Andhika Yusup Maulana,
Asep Wahyu Hidayat, Iga Febrinia, and Rizky Maharani Nugroho, ‘Penelitian
Perilaku Seksual Remaja SMPN 3 Arjasa : Hubungan Antara Motivasi Untuk
Menghindari Hubungan Seks Pranikah’, Jurnal KSM Eka Prasetya UI, 1.7 (2019),
1–13
Fitri, Susi, Meithy Intan Rukia Luawo, and Ranchia Noor, ‘Gambaran Kesejahteraan
Psikologis Pada Remaja Laki-Laki Di SMA Negeri Se-Dki Jakarta’, Insight:
Jurnal Bimbingan Konseling, 6.1 (2017), 50
<https://doi.org/10.21009/insight.061.05>
Maisaroh, Ekka Nur, and Falasifatul Falah, ‘Religiusitas Dan Kecemasan Menghadapi
Ujian Nasional (Un) Pada Siswa Madrasah Aliyah’, Proyeksi, 6.2 (1970), 78
<https://doi.org/10.30659/p.6.2.78-88>
Nadzir, Ahmad Isham, and Nawang Warsi Wulandari, ‘Hubungan Religiusitas Dengan
Penyesuaian Diri Siswa Pondok Pesantren’, Jurnal Psikologi Tabularasa, 8.2
(2013), 698–707
Nursalam, 2016, metode penelitian, ‘Perilaku Bullying Ditinjau Dari Peran Kelompok
Teman Sebaya Dan Iklim Sekolah Pada Siswa Sma Di Kota Gorontalo’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53.9 (2013), 1689–99
Maliniak, David, ‘DAC Follows Industry’s Lead and Takes Embedded Tack’,
Electronic Design, 49.12 (2001)
J E F F R Y S I M S O N S U P A R D I, S I L V I A R A H M E L I A, ‘Meaningful
Life and the Degree of Tolerance in Faith-Based High Schools in Palangkaraya’,
Dialog, 43.1 (2020), 49–58
Nugraha, Alga Bisma, and G Rohastono Ajie, ‘PENGARUH BIMBINGAN
KELOMPOK DENGAN TEKNIK SOSIODRAMA TERHADAP KONTROL
DIRI’, 2.3 (2019), 408–14
Ajeng, Y. (2007). Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri di sekolah pada
siswa kelas X SMU 2 Bantul Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta : Rineke Cipta
Titis I.Y (2014). Hubungan kematangan beragama dengan perilaku atruistik pada
mahasiswa program studi pendidikan agama islam. Psikologi UIN malang
psikologi islam vol 2 no 1
Prasetyo. B, & Jannah, LM. (2005). Teori dan Aplikasi Metode Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hewstone, M; Stroebe, W.; Codol, JP.; Stephenson, G.M. (ed) (1988) Introduction to
Social Psychology. A European Perspective. Basil Blackwell. Ltd. USA
Matthew PM; Page, JC; Mowry, ES; Damann, KM; et al. 2006. Differences Between
Actual and Perceived Student Norms: An Examination of Alcohol Use, Drug Use,
And Sexual Behavior. Journal of American College Health; Mar/Apr 2006; 54, 5;
ProQuest Medical Library