Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANDUAN OBSERVASI DALAM SETTING PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DAN


PENDIDIKAN

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikodiagnostik II yang diampu oleh
Ibu Rika Fu’aturosida, S.Psi, M.A

Oleh
1. Fadhli Azizan Syamila ( 200401110047 )

2. Achmad Royan ( 200401110049 )

3. Ibah Handayani Karunia Putri ( 200401110073 )

4. Muhammad Aminul Fikar ( 200401110065 )

5. Varikhatus Zahriyah ( 200401110061 )

6. Shafira Angelia Putri ( 200401110070 )

7. Sofiatul Widad Hakim ( 200401110080 )

8. Wandi Saputra (200401110072 )

9. Affan Farid Azka ( 17410215 )


10. Saniyyah Nur Baiti (200401110083 )

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta
karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan
memenuhi tugas tugas kelompok mata kuliah Psikodiagnostik II. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang evaluasi dan follow up
terkait observasi.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Dosen pengampu yaitu Ibu
Rika Fu’aturosida, S.Psi, M.A Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam makalah ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran dari
pembaca apabila menemukan kesalahan dalam makalah ini.

Malang, 24 Maret 2022

Penyusun
BAB I
PENADAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Manfaat Penelitian

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Observasi
Observasi adalah proses sitematis dalam merekam pola perilaku manusia, objek
dankejadian-kejadian tanpa menggunakan pertanyaan atau berkomunikasi dengan subjek.
Proses tersebut mengubah fakta menjadi data. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan
memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Menurut Webb dkk (1966) dan Dezin (1970) hal-hal yang perlu diobservasi meliputi:
exterior physical signs (pakaian, gaya rambut, sepatu, tato, perhiasan, dll), expressive
movement (gerak-gerakan tubuh seperti gerakan mata, awajah, postur, lengan, senyum,
kerutan dahi, dll), physical location (personal space dan lingkungan fisik), language behavior
(menyilangkan kaki, dll), dan time duration.

B. Tujuan Observasi
Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas
yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut, dan makna kejadian
yang dilihat dari perspektif mereka yang terlibat dalam kejadian yang diamati.

C. Observasi Dalam Psikologi Perkembangan


Metode observasi dalam psikologi perkembangan digunakan untuk mengidentifikasi
gejala atau symptom yang muncul dari gangguan atau permasalahan perkembangan,
khususnya pada anak. Metode ini diperlukan karena memungkinkan mengukur perilaku-
perilaku anak yang tidak dapat diukur dengan alat ukur psikologis lain. Setelah didapatkan
mengenai permasalahan yang muncul pada perkembangan anak, selanjutnya observasi juga
digunakan untuk mengidentifikasi level atau derajat gangguan perkembangan,
mengidentifikasi tingkat perkembangan anak. Selain itu juga digunakan untuk monitoring
dan evaluasi proses terapi atau intervensi pada anak (Santrock, 1995). Dengan observasi,
dapat dilihat seberapa besar efektifitas terapi yang telah diberikan. Orang tua juga dapat
melihat perkembangan hasil terapi sehingga bisa juga digunakan sebagai acuan untuk
membuat perubahan yang lebih positif bagi perkembangan anaknya.
D. Objek Kajian Psikologi Perkembangan
Dalam suatu disiplin keilmuan pasti mempunyai objek kajiannya. Objek kajian tersebut
terbagi menjadi 2 macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah sesuatu
yang dibahas, dipelajari, diselidiki atau sesuatu yang dijadikan sasaran pemikiran. Sedangkan
obejk formal adalah cara memandang, cara meninjau yang dillakukan oleh seorang peneliti
terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Jadi dapat disimpulkan
bahwa objek formallah yang membedakan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang lain. Objek
formal dapat dilihat dari definisi ilmu tersebut, sehingga satu cabang ilmu hanya memiliki satu
obejek formal.
Psikologi sendiri menjadikan manusia sebagai obyek material dalam pengakajiannya. Hal itu
karena Psikologi merupakan cabang ilmu yang memeplajari tentang kejiwaan manusia. Selain itu
Psikologi juga menjadikan tingkah laku manusia sebagai objek formalnya.
Menurut Linda L Daidoff, Psikologi Perkembangan adalah cabang Psikologi yang
mempelajari perubahan dan perkembangan struktur jasmani, perilaku dan fungsi mental manusia
sejak terbentuknya makhluk itu melalui pembuahan hingga menjelang pagi.
Manusia sendiri adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Menyadari posisi
manusia yang demikian, maka secara lebih jelas yang menjadi objek kajian psikologi modern
adalah manusia serta aktivitas-aktivitas mentalnya dan tingkah laku dalam interaksi dengan
lingkungannya.Tingkah laku yang dimaksud adalah suatu aktivitas yang meliputi proses berpikir,
beremosi dan mengambil keputusan.Aktivitas yang ada tidak dapat diamati secara langsung, tetapi
dapat dilihat dari tingkah laku yang terlihat, misalnya ketika seorang anak yang terlihat
berpandangan fokus ke depan ketika gurunya mejelaskan materi, maka bisa dipastikan bahwa anak
tersebut sedang memperhatikan penjelasan guru agar dapat memahami materi yang disampaikan
atau dia sedang mencari di mana letak materia atau bab yang tidak dia mengerti. Setiap aktivitas
tersebut atau tingkah laku terjadi bukan tanpa sebab, semua itu pasti ada penyebabnya. Hal itu
tidak hanya diakibatkan oleh satu sebab, tetapi terdapat beberapa sebab yang kesemuanya
dipengaruhi lingungan luar individu tersebut.
Seperti yang diungkapkan oleh Harlow, Mc Gauchand Thompson dalam Elida Prayitno,
bahwa tidak pernah terjadi suatu tingkah laku yang disebabkan oleh satu penyebab. Tetapi selalu
disebabkan oleh jalinan penyebab yang sangat kompleks.
E. Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan
Berdasarkan pengertian Psikologi Perkembangan dapat dipastikan bahwa ruang
lingkupnya mencakup satu kesatuan kehidupan manusia sepanjang masa.
Menurut Moh. Kasiram mengatakan, Ruang lingkup materi Psikologi Perkembangan
meliputi masa dalam kandungan, anak bayi, anak kecil, anak sekolah, masa fueral, masa pra
remaja dan masa remaja serta masa dewasa.
a. Psikologi Anak (mencakup masa bayi)
 Masa Bayi (usia 2 minggu – 2 tahun). Masa ini adalah masa atau periode kritis
dalam perkembangan kpribadian karena merupakan periode di man dasar-dasar
untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.
 Masa kanak-kanak (2-6 tahun). Pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar
perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang
diperlukan untuk proses adaptasi pada waktu masuk kelas 1 SD.
 Masa Anak sekolah (6-12 tahun). Disebut juga masa intelektual, Karena pada masa
ini anak lebih difokuskan pada kegiatan endapatkan pendidikan dan perkembangan
intelektualnya. Pada masa ini juga anak lebih memiliki kesiapan untuk menjalankan
tuntutan dari orang lain yang ada di sekitarnya.
b. Psikologi Puber dan Addolesensi (Psikologi Pemuda).
Psikologi ini menekankan pada periode pubertas, yaitu di akhir usia masa kanak-
kanan dan awal usia remaja (sekitar usia 11 atau 12 tahun sampai 15 atau 16 tahun).
Dalam masa ini terdapat beberapa tanda-tanda yang dimiliki oleh individu laki-laki atau
perempuan yang berhubungan dengan perubahan bentuk, porsi, cirri seks primer dan cirri
seks sekunder.
Menurut Erickson masa remaja adalah masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian identitas diri. Gunarsa merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:
 Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.
 Ketidakstabilan emosi.
 Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
 Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.
 Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab
pertentangan-pertentangan dengan orang tua.
 Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup
memenuhi semuanya.
 Senang bereksperimentasi
 Senang bereksplorasi.
 Mempunyai banyak fantasi,khayalan dan bualan.
 Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan
kelompok.

c. Psikologi Dewasa

Merupakan periode penting dalam kehidupan manusia. Periode ini terbagi


menjadi 3:

 Masa Dewasa awal (21-40 tahun). Merupakan masa kemantapan dan


produktif, suatu masa yang penuh dengan masalah, ketegangan emosional,
periode komitmen, kreativitas dll.
 Masa Dewasa pertengahan (40-60 tahun). Merupakan masa transisi di
mana setiap individu meninggalkan ciri jasmani dan perilkau masa
dewasanya. Masa ini juga termasuk masa yang ditakuti sebagian besar
individu, cenderung ketertarikan kepada agama lebih tinggi dari masa-
masa sebelumnya karena merupakan kebutuhan pribadi dan sosial.
d. Psikologi Orang tua (60 tahun – meninggal)
Merupakan masa penutup dalam psikologi perkembangan atau masa penutup
dalam rentang hidup seseorang, yaitu seseorang telah beranjak jauh dari periode
dahulu yang lebih menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat. Pada
masa ini ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang
semakin menurun. Seringakali orang menyebut masa ini adalah masa di mana
individu tua kembali ke masa kanak-kanaknya lagi, dalam hal psikisnya. Perubahan
fisik dapat diamati dari perubahan fungsi melihat dan mendengar yang secara mudah
diamati.
Para Psikologi ada yang memandang periode kehidupan masa ini sebagai
masa yang negative, masa yang menyedihkan, lemah fisik, penyakit dll.
Ruang lingkup tersebut dikarenakan dalam Psikologi Perkembangan
mengkaji perkembangan tingkah laku dan aktivitas mental manusia sepanjang rentang
kehidupannya, mulai dari masa dalam kandungan hingga meninggal dunia.

F. Jenis - Jenis Observasi


1. Observasi Systematic vs Unsystematic
Observasi systematic biasanya disebut juga observasi terstruktur yaitu
observasi dimana terdapat kerangka yang memuat faktor-faktor dan ciri-ciri khusus
dari setiap faktor yang diamati. Disebut sistematik di sini karena lebih menekankan
pada segi frekuensi dan interval waktu tertentu (misalnya setiap 10 menit). Dalam
observasi sistematik isi dan luasnya observasi lebih terbatas yang disesuaikan dengan
tujuan observasi biasanya telah dirumuskan pada awal penyusunan rancangan
observasi,respon dan peristiwa yang diamati dapat dicatat secara lebih teliti, dan
mungkin dikuantifikasikan.
Sebaliknya observasi unsystematic atau yang disebut juga dengan unstructured
adalah observasi yang dilakukan tanpa adanya persiapan yang sistematis atau
terencana tentang apa yang akan diobservasi, karena observer tidak tahu secara pasti
apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan observer tidak menggunakan
instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan (Sugiyono,
2010). Dalam observasi ini, observer membuat rancangan observasi namun tidak
digunakan secara baku seperti dalam observasisistematik, artinya observer dapat
mengubah objek observasi berdasarkan situasi lapangan (Poerwandari, 2001).
2. Observasi Eksperimental vs Natural
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan dengan cara
mengendalikan unsur-unsur penting ke dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi
tersebut dapat diatur sesuai dengan tujuan riset dan dapat dikendalikan untuk
mengurangi atau menghindari bahaya timbulnya faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi situasi. Ciri- ciri observasi eksperimen adalah :
a. Observee dihadapkan pada situasi perangsang yang dibuat seragam
atau berbeda
b. Situasi dibuat sedemikian rupa untuk memunculkan variasi perilaku
c. Situasi dibuat sedemikian rupa sehingga observee tidak mengetahui maksud
observasi.
Kelebihan dari observasi dalam situasi eksperimen adalah observer menjadi
tahu bahwa perilaku yang muncul benar-benar disebabkan oleh faktor yang telah
dikendalikan sebelumnya. Sementara observasi natural adalah observasi yang
dilakukan pada lingkungan alamiah subjek, tanpa adanya upaya untuk melakukan
kontrol atau direncanakan manipulasi terhadap perilaku subjek misalnya mengamati
perilaku alamiah siswa pada waktu istirahat (Cohen & Swerdlik, 2010; Santrock,
2010). Tujuan utama dari observasi natural ini adalah untuk menjelaskan perilaku apa
adanya dan untuk mengetahui hubungan antar variabel yang ada (Borden & Abbott,
1995). Kelebihan dari observasi natural ini adalah observer mendapatkan data yang
representatif dari perilaku yang terjadi secara alamiah, sehingga validitas eksternalnya
baik, karena perilaku yang dimunculkan subyek tidak dibuat-buat atau terjadi secara
alamiah. Namun kelemahannya adalah kurang dapat menjelaskan tentang hubungan
sebab akibat dari perilaku yang muncul bahkan bersifat spekulatif dari observer hal ini
disebabkan karena munculnya perilaku tidak karena manipulasi atau kontrol yang
dilakukan peneliti (Zechmeister, Eugene, & Shaughnessy, 2001).
3. Observasi Partisipan vs Non Partisipan
Observasi partisipan merupakan observasi dimana peneliti terlibat aktif
dengan kegiatan yang sedang diamati dan mencatat perilaku yang muncul pada saat
itu (Borden & Abbott, 1995). Observer yang menggunakan metode partisipan ini ikut
ambil bagian dalam konteks yang diamati kemudian mencatat apa yang dilihatnya,
catatan yang dibuatnya berupa catatan selama periode tertentu misalnya seminggu,
sebulan atau lebih untuk mencari pola-pola dalam observasi tersebut (Santrock, 2010).
Contohnya untuk mengetahui penyebab rendahnya motivasi belajar siswa tertentu,
guru menyusun rancangan untuk mengobservasi murid dari waktu ke waktu dan
mencatat perilaku murid dan hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Sementara observasi non partisipan adalah metode observasi dimana observer
tidak ambil bagian dalam kehidupan observe. Zechmeister, dkk. (2001) mengartikan
observasi non partisipan dengan istilah observasi tidak langsung dimana observer
tidak ikut terlibat aktif dalam situasi yang diamati.
4. Observasi Unobtrusive vs Obtrusive
Observasi unobtrusive biasa disebut sebagai unobtrusive measures -
unobtrusive methods - non reactive methods, merupakan observasi yang tidak
mengubah perilaku natural subjek. Observer dalam observasi semacam ini tidak hadir
dalam situasi, dan observee pun tidak hadir pada saat observer mengamati (karena
sudah dalam rekaman). Kelebihan dari observasi model ini adalah observee tidak
reaktif karena observasi dilakukan secara tidak langsung, sehingga mustahil observee
bereaksi atau mengubah perilaku mereka pada saat observer mengamati. Dapat
dilakukan dengan alat ataupun menyembunyikan identitas sebagai observer.
Termasuk unobtrusive methods adalah tulisan dan rekaman audio visual, materi
budaya (objek fisik), jejak-jejak perilaku, arsip pekerjaan, pakaian atau benda lain di
museum, isi dari buku-buku di perpustakaan,observasi sederhana, hardware
techniques; kamera, video dll., rekaman politik dan demografi (Borden & Abbott,
2005).
5. Observasi Formal dan Informal
Ciri dari observasi formal mempunyai sifat terstruktur yang tinggi, terkontrol
dan biasanya digunakan untuk penelitian ilmiah. Dalam observasi formal, definisi
observasi ditetapkan secara hati-hati, data disusun sedemikain rupa, observer dilatih
secara khusus, dan reliabilitas antar rater pun sangat dijaga. Pencatatan, analisis, dan
interpretasi dilakukan dengan menggunakan prosedur yang lebih baik. Sementara
observasi informal mempunyai sifat yang lebih longgar dalam hal kontrol, elaborasi,
sifat terstruktur, dan biasanya untuk perencanaan pengajaran dan pelaksanaan
program harian. Lebih mudah dan lebih berpeluang untuk digunakan pada berbagai
keadaan. Observasi informal sering disebut juga naturalistic observation.

G. Peran Psikologi Perkembangan


Pentingnya psikologi perkembangan dalam pendidikan antara lain:
 Sebagai pendidik, guru perlu mengetahui perubahan fisik, mental, dan sosi emosional
peserta didik.
 Pengetahuan psikologi perkembangan berguna bagi pendidik, guru untuk
memperbaiki pribadi sendiri, yang harus menjadi teladan bagi para peserta didiknya.
 Dengan memahami psikologi perkembangan, dapat memudahkan pendidik guru
dalam memodiikasi perangsang pendidikan dan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peserta didik (Jahja, 2011).

H. Metode Dalam Psikologi Perkembangan


Beragamnya jenis-jenis metode penelitian dalam psikologi perkembangan dapat
memberikan kebebasan kita dalam menentukan jenis yang tepat pada saat akan melakukan
riset. Kita dapat menyesuaikan metode apa yang cocok dengan kerangka yang kita buat.
Psikologi perkembangan memang membahas banyak mengenai bagaimana proses
perkembangan seorang individu di tiap-tiap tahap usia. Kita mungkin akan banyak
mengetahui hal itu saat membaca tentang teori psikologi perkembangan atau teori psikologi
kepribadian. Dalam metode penelitian psikologi perkembangan, akan dibahas lebih banyak
lagi mengenai hal-hal yang mungkin bisa menjadi penghambat dalam perkembangan
seseorang. Tujuannya jelas, yakni untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Berikut ini merupakan beberapa jenis dari metode penelitian yang umum diterapkan
terkait dengan psikologi perkembangan. Kita bisa memilih mana yang sesuai untuk
digunakan bila kita sudah membuat rancangan penelitian. Tentu saja, ini akan banyak
membantu manakala kita akan melaksanakan penelitian tersebut. Dengan menggunakan
metode yang sesuai, maka kita juga bisa mendapatkan hasil yang lebih akurat.
 Metode Cross-sectional
Metode cross-sectional digunakan terutama sebagai metode yang secara spesifik
meneliti pada tingkatan atau kelompok umur yang berbeda-beda. Metode ini
bermanfaat terutama dalam meneliti subjek pada rentang umur tertentu sehingga hasil
yang didapatkan juga akan lebih spesifik. Seorang peneliti akan mengumpulkan
sekelompok subjek dengan kriteria umur yang tertentu. Nantinya, tugas
perkembangan akan diteliti sehingga akan terlihat apakah sudah sesuai atau belum.
Metode ini juga biasa dikenal sebagai metode transversal. Waktu yang digunakan
dalam penelitian menggunakan metode ini relatif singkat.
 Metode Longitudinal
Metode longitudinal merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti
perkembangan psikologi anak dalam rentang waktu yang cukup lama. Proses ini akan
melibatkan satu atau beberapa subjek yang sama hingga beberapa tahun lamanya.
Gunanya tentu saja akan melihat bagaimana proses gambaran perkembangan yang
terjadi pada individu tersebut. Metode ini akan sangat berguna, terutama dalam
memberikan gambaran yang menyeluruh dan juga lebih rinci terhadap tugas
perkembangan seorang anak.

 Metode Sequential
Metode squential merupakan gabungan dari metode cross-sectional dan juga metode
longitudinal. Dalam metode ini, pengkajian akan melibatkan beberapa subjek dalam
rentang waktu tertentu terlebih dahulu dan dilakukan dengan singkat. Subjek
kemudian kembali diteliti dalam jangka waktu yang lebih lama, untuk melihat
perubahan perkembangan dari penelitian terakhir yang telah dilakukan. Catatan
perubahan ini kemudian akan diteliti menggunakan model cross-sectional kembali
untuk melihat apakah ada perubahan yang signifikan atau belum. Peneliti akan
kembali meneliti dalam jangka waktu yang lama lagi untuk melihat proses perubahan.

 Metode Cross-culture
Metode cross-culture dikenal juga sebagai metode lintas budaya. Dalam metode ini,
pendekatan yang digunakan adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor
lingkungan budaya yang bisa saja berpengaruh pada perkembangan anak-anak.
Pendekatan dalam metode penelitian ini digunakan terutama dalam rangka
mengetahui persamaan maupun perbedaan dari pengaruh berbagai macam budaya
terhadap perkembangan anak-anak. Lingkupnya memang luas, sehingga metode ini
termasuk dalam jenis-jenis metode penelitian dalam psikologi perkembangan yang
tidak spesifik.
 Metode Observasi
Bila empat poin metode penelitian sebelumnya merupakan metode yang tidak
spesifik, maka metode observasi merupakan metode yang lebih spesifik untuk
meneliti tugas perkembangan seorang anak. Tingkah laku individu akan diamatai
secara langsung untuk mendapatkan data berupa perkembangan psikologi anak
selama proses pertumbuhan. Metode ini memang terdengar lebih mudah untuk
dilakukan, durasi waktu juga peneliti bebas menentukan. Hanya saja, kita mungkin
harus lebih rinci dalam menggunakan metode ini.
 Metode Klinis
Sama halnya dengan metode observasi, metode klinis merupakan metode yang
digunakan khusus untuk anak-anak dengan cara mengamati, mengajak berbicara dan
juga tanya jawab. Metode ini digunakan terutama dengan pertimbangan bahwa
seorang anak belum tentu bisa menjawab pertanyaan dengan lancar. Bisa dibilang,
metode ini sebenarnya adalah pengembangan dari metode observasi. Kita tidak hanya
mengamati saja, namun juga ikut berinteraksi secara langsung kepada anak-anak.
Psikologi konseling mungkin akan mirip dengan metode ini.
 Metode Test
Metode penelitian selanjutnya yang mungkin sudah tidak asing lagi untuk kita adalah
metode test. Dalam metode ini, test menjadi sebuah instrumen yang akan diberikan
kepada subjek penelitian. Test tersebut akan berupa pertanyaan atau pun perintah
yang harus dijalankan. Hasil atau jawaban dari subjek penelitian kemudian akan
dirinci oleh peneliti untuk diambil sebagai kesimpulan dari data yang didapat.
Sebenarnya metode ini sudah sangat familiar dan bisa digunakan sebagai salah satu
cara untuk mendapatkan data yang lebih spesifik.
 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang seorang individu untuk mengetahui
perkembangannya. Metode ini bisa dilakukan menggunakan tiga macam cara yaitu
cara angket, biografis dan buku harian. Kesemuanya pada intinya digunakan untuk
mendapatkan data lebih banyak seputar tugas psikologi perkembangan anak usia dini
hingga usia seterusnya.

Berbagai macam cara untuk penelitian psikologi perkembangan tersebut memang


masih sebagian saja. Ada banyak lagi metode yang bisa digunakan, terutama terkait dengan
spesifik atau tidak spesifiknya penelitian tersebut bisa dilakukan. Yang pasti, jenis-jenis
metode penelitian dalam psikologi perkembangan tersebut sudah bisa menggambarkan secara
umum apa saja metode yang bisa kita gunakan.

I. Fase - Fase Perkembangan


 Perkembangan masa prenatal
1. Tahap Pembuahan
Kemungkinan terjadinya pembuahan telah ditentukan secara alamiah. Sekali
dalam 28 hari, seringkali sekitar pertengahan siklus menstruasi, sebuah telur dalam
salah satu kandung telur menjadi masak dan bergerak pelan masuk ke dalam rahim.
Perjalanan ini memakan waktu 3 sampai 7 hari, dan apabila dalam perjalanan tersebut
tidak terjadi pembuahan, maka lenyaplah telur dalam rahim. Bila telur dalam
perjalanan bertemu dengan spermatozoa dan masuk melalui dinding telur, maka
terjadilah pada detik itu hal-hal 67 sebagai berikut: sel benih melepaskan 23 bagian
kecil-kecil dari dirinya yang disebut kromosom. Pada saat itu pecahlah inti telur dan
lepaslah 23 kromosom. Kromosom ayah dan kromosom ibu lebur menjadi satu dan
membentuk bakal keturunan bagi anak. Kromosom tadi mengandung bagian yang
lebih kecil lagi yang membawa faktor-faktor keturunan yang sesungguhnya yang
disebut gene.
2. Lama masa prenatal
Periode pranatal berlangsung selama 280 hari atau kurang lebih 40 minggu yang
dihitung mulai dari sesudah hari pertama menstruasi terakhir.
3. Urutan perkembangan masa prenatal
Urutan perkembangan dalam periode pranatal telah pasti dan tidak dapat diubah.
Kepala, mata, tubuh, tangan, kaki, alat-alat kelamin dan alat-alat berkembang dengan
urutan tertentu dan juga kurang lebih pada usia pranatal yang sama pada semua fetus.
 Perkembangan masa postnatal tiga tahun pertama
Usia dini merupakan fase awal perkembangan anak yang akan menentukan
perkembangan pada fase selanjutnya. Perkembangan anak pada fase awal terbagi
menjadi 4 aspek kemampuan fungsional, yaitu motorik kasar, motorik halus dan
penglihatan, berbicara dan bahasa, serta sosial emosi dan perilaku. Jika terjadi
kekurangan pada salah satu aspek kemampuan tersebut dapat mempengaruhi
perkembangan aspek yang lain.
1. Proses kelahiran
Beberapa cara melahirkan yang terjadi dalam masyarakat adalah sebagai
berikut: Melahirkan Normal, water birth, orgasmic birth, dan caesar.
2. Perkembangan fisik awal
Bayi baru lahir dapat bertahan hidup secara fisik dan psikologisnya melalui
bantuan orang dewasa. Selama 3 tahun pertama anak tumbuh lebih cepat daripada
masa yang lain sepanjang hidupnya.
 Kemampuan Sensori Awal
Indra bayi berkembang dengan cukup signifikan dalam beberapa bulan setelah
kelahirannya. Berikut ini perkembangan sensori awal pada bayi
 Sentuhan dan Rasa Sakit
Sentuhan merupakan indra pertama yang berkembang, dan dalam
beberapa bulan pertama, sentuhan merupakan sistem sensor paling matang
daripada yang lainnya. Dalam sebuah tes, Ketika pipi dekat mulut seorang
bayi yang baru lahir disentuh, ia akan beraksi dengan mencoba mencari puting
susu ibu. Isyarat awal dan reflek dasar ini terjadi dua bulan setelah kehamilan.
Pada usia 8 bulan dari kehamilan, seluruh bagian tubuh seorang bayi sangat
sensitif terhadap sentuhan, dan sensitivitas ini akan semakin meningkat selama
lima hari pertama setelah kelahiran.
 Mencium dan Merasa
Indra penciuman dan perasa ini juga mulai berkembang di rahim. Rasa
dan bau makanan yang dikonsumsi calon Ibu dapat ditranmisikan kepada janin
melalui cairan amniotik. Setelah melahirkan, transmisi yang sama juga terjadi
melalui ASI. Bayi yang baru lahir lebih memilih rasa manis dibandingkan
rasa-rasa yang lainnya.
 Pendengaran
Pendengaran juga telah berfungsi sebelum kelahiran. Bayi tiga hari
dapat mengetahui suara dari mereka yang telah mereka dengar sebelumnya.
Karena pendengaran merupakan kunci dari perkembangan bahasa, kekurangan
dalam pendengaran seharusnya diidentiikasikan dan ditangani sedini mungkin,
dengan cara bayi dipindai untuk mengetahui kelainan pendengaran dalam tiga
bulan pertama. Pengenalan dini terhadap suara dan bahasa yang didengar di
dalam rahim merupakan pondasi hubungan antara orang tua dan anak. Bayi
tiga hari dapat mengetahui suara dari mereka yang telah mereka dengar
sebelumnya
 Penglihatan
Penglihatan merupakan indra yang baru berkembang tepat ketika
seorang bayi dilahirkan. Mata seorang bayi yang baru lahir, lebih kecil
dibandingkan mereka yang dewasa, struktur retinanya belum komplet, dan
saraf optiknya sedang berkembang. Bayi yang baru lahir buta di cahaya yang
terang. Peralatan penglihatan mereka sangat sempit, dan akan menjdi dua kali
lipat lebih luas pada usia 2 hingga 10 minggu
 Perkembangan Motoris
Bayi tidak perlu diajarkan keterampilan motor dasar seperti
merangkak, menggenggam, dan berjalan. Karena secara alami mereka hanya
membutuhkan ruang gerak untuk bereksperimen dalam tingkahnya dan
membutuhkan kebebasan untuk melihat apa yang bisa mereka lakukan,
tentunya dengan pengawasan orang tua
 Kontrol Kepala
Setelah lahir, sebagian besar bayi dapat menggerakan kepalanya ke kiri
dan ke kanan ketika ditidurkan terlentang. Ketika ditidurkan tengkurap,
banyak yang dapat mengangkat kepala mereka cukup tinggi untuk dapat
diputarkan. Dalam dua atau tiga bulan pertama, mereka akan mengangkat
kepala mereka semakin tinggi hingga suatu ketika samapi pada titik dimana
mereka kehilangan keseimbangan dan berguling. Pada usia 4 bulan, hampir
semua bayi dapat menjaga kepala mereka tetap tegak ketika digendong dalam
posisi duduk
 Kontrol Tangan
Bayi dilahirkan dengan refleks menggenggam. Apabila telapak tangan
seorang bayi ditekan maka tangan akan menggenggam dengan kuat. Pada usia
3 ½ bulan, sebagian bayi dapat menggenggam benda berukuran sedan seperti
mainan, tapi kesulitan untuk memegang objek berukuran kecil. Antara 7-11
bulan, tangan mereka sudah cukup terkoordinasi untuk mengambil benda kecil
seperti daun dengan menggunakan princer grasp. Pada bulan ke-15, bayi
normal dapat membangun menara dengan kedua kotak. Beberapa bulan
setelah ulang tahun yang ketiga, seorang anak dapat menyalin lingkaran
dengan baik.
 Locomotion
yang mana setelah 3 bulan bayi akan mulai berguling dengan sengaja
(bukan karena kebetulan seperti sebelumnya), duduk tanpa sandaran pada usia
6 bulan, dan bisa duduk tanpa bantuan sekitar 2 ½ bulan kemudian.Antara 6
dan 10 bulan, sebagian bayi sudah mulai merangkak dan merayap dengan
kekuatan mereka sendiri. Dengan bertumpu pada tangan atau perabot, bayi
normal dapat berdiri di usia 7 bulan keatas. Kurang lebih 4 bulan kemudian
bayi sudah dapat berdiri sendiri. Semua perkembangan pada bayi mengarah
kepada pencapainan keterampilan motorik utama pada bayi yaitu berjalan.
3. Perkembangan Kognitif Anak 3 Tahun Pertama
Berikut adalah tiga pendekatan klasik dalam perkembangan kognitif
 Pendekatan Behaviorist
Mempelajari cara kerja pembelajaran dasar, yang bertujuan pada bagaimana
perilaku berubah dalam respon terhadap pengalaman.
 Pendekatan Psikometrik
Mengukur perbedaan kuantitatif dalam kemampuan kognitif dengan
menggunakan test yang menyatakan atau memprediksi kemampuan tersebut.
 Pendekatan Peaget
Pada pendekatan ini melihat adanya perubahan, tingkatan, di dalam kualitas
suatu kognitif yang berfungsi.
 Pendekatan Kontamporal
yaitu pendekatan-pendekatan baru untuk menambah pengetahuan tentang
perkembangan kognitif bayi dan anak.misalnya : Information Processin Approach
(Pendekatan Pemrosesan Informasi), Cognitif Neuroscience Approac (Pendekatan
Neurosains Kognitif), dan Social Contextual Approach (Pendekatan Sosial
Kontekstual).
 Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan, yakni kira-kira usia dua tahun sampai anak matang secara seksual,
kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria.
 Perkembangan Fisik Pada Masa Kanak-Kanak Awal
Pertumbuhan selama awal masa kanak-kanak berlangsung lambat
dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa bayi. Perkembangan fisik pada
awal masa kanak-kanak dibagi mnjadi beberapa aspek yaitu: tinggi, berat,
perbandingan tubuh, postur tubuh, tulang dan otot, lemak dan gigi.
 Perkembangan Kognitif Pada Masa Kanak-Kanak Awal
Pendekatan Piagetian : anak Preoperasional Jean peaget menamakan masa
anak-anak awal, dari sekitar usia 2-7 tahun, sebagai tahap preoperasional, karena
anak-anak belum siap untuk terlibat dalam operasi atau manipulasi mental yang
mensyaratkan pemikiran logis. Karakteristik dalam tahap utama kedua
perkembangan kognitif adalah perluasan penggunaan pemikiran simbolis, atau
kemampuan representasional, yang pertama kali muncul pada akhir tanpa sensori
motor
 Perkembangan Psikososial Pada Masa Anak Awal
Secara kronologis, masa kanak-kanak (early childhood) adalah masa
perkembangan dari usia 1 atau 2 tahun hingga 5 atau 6 tahun. Perkembangan
biologis pada masa ini berjalan pesat, tetapi secara sosiologis ia masih sangat
terikat oleh lingkungan dan keluarganya. Oleh karena itu,
fungsionalisasilngkungan keluarga pada fase ini penting sekali untuk
mempersiapkan anak terjun kedalam lingkungan yang lebih luas terutama
lingkungan sekolah. Anak-anak pada masa ini bersifat meniru, banyak bermain
dengan lelakon (sandiwara) atau khayalan, yang kadang-kadang dapat membantu
dalam mengatasi kekurangankekurangannya dalam kenyataan. Kegiatan yang
bermacam- macam itu akan memberikan ketrampilan dan pengalaman pada si
anak.

 Perkembangan Masa Kanak-Kanak Tengah


Masa pertengahan pada anak-anak merupakan kelanjutan dalam masa awal
anak-anak. Permulaan pada masa pertengahan ditandai dengan masuknya anak
kekelas satu dasar bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar
dalam pola khidupannya. Sebab, masuk kekelas satu merupakan peristiwa penting
bagi anak yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sikap, nilai, dan
perilaku. Berikut ini dapat kita pelajari secara bersama-sama dalam bahasan
presentasi kelompok tiga masa anak sekolah. Anak-anak pada masa ini harus
mengalami tugas-tugas pengembangan:
1. belajar keterampilan fisik untuk permainan biasa
2. membentuk sikap sehat mengenai diri nya sendiri
3. belajar bergaul dengan temen-teman sebaya
4. belajar peranan jenis yang sesuai dengan jenisnya
5. membentuk keterampilan dasar: membaca,menulis, dan menghitung.
6. Membentuk konsep-konsep yang perlu dalam hidup sehari-hari
Dalam perkembangan ini anak tetap memerlukan penambahan pengetahuan
melalui belajar. Belajar secara sistematis disekolah dan mengembangan sikap,
kebiasaan dalam keluarga. Anak perlu memperoleh perhatian dan pujian perilaku bila
prestasi-prestasinya, baik dirumah maupun disekolah. Akan tetapi memerlukan
pengarahan dan pengawasan dari guru dan orang tua untuk memunculkan kebiasaan-
kebiasaan yang baik dan keterampilan-keterampilan yang baru.
 Perkembangan Masa Remaja
Masa Remaja merupakan masa transisi dari masa kanakkanak ke masa
dewasa. Masa remaja secara umum dimulai dengan pubertas, proses yang
mengarah kepada kematangan seksual atau fertilisasi, kemampuan untuk
bereproduksi. Masa remaja dimulai pada usia 12-18 tahun atau awal usia dua
puluhan, dan masa tersebut membawa peluang untuk tumbuh bukan hanya dalam
dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan psikososial. Otonomi;
harga diri, dan intimasi. Periode ini juga amat beresiko. Secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana remaja tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1999).

 Perkembangan Masa Dewasa Awal


Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa.
Peralihan dari ketergantungan kemasa mandiri baik dari ekonomi, kebebasan
menentukan diri, dan pandangan masa depan lebih realistis. Secara hukum dewasa
awal sejak seseorang menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah) atau
sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun). Sedangkan dari
lingkup pendidikan yaitu masa dicapainya kemasakan kognitif, afektif dan
psikomotor sebagai hasil ajar latih yang ditunjang kesiapan. (Mappiare 15:1983).
Ciri-ciri yang menonjol dalam masa dewasa awal yang membedakannya
denag masa kehidupan yang lain, nampak dalam peletakan dasar dalam banyak
aspek kehidupan, melonjaknya persoalan hidup yang dihadapi dibandingkan
denga remaja akhir dan terdapatnya ketegangan emos
 Perkembangan masa dewasa tengah
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa
usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh
perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan
kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewsa ini
banyak yang mengalami perubahanperubahan tersebut lebih lambat dari pada
masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya
kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an
dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya
 Perkembangan masa dewasa akhir
Karakteristik
a. Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan oleh faktor
fisik dan psikologis.
b.Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang menganggap periode ini
sebagai waktunya untuk bersantai dan ada pula yang mengaggapnya sebagai
hukuman.
c.Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut. Yang menggambarkan masa
tua tidaklah menyenangkan.
d.Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat menganggap
orang berusia lanjut tidak begitu dibutuhkan karena energinya sudah melemah.
Tetapi, ada juga masyarakat yang masih menghormati orang yang berusia
lanjut terutama yang dianggap berjasa bagi masyarakat sekitar. Mempunyai
status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial yang negatif tentang usia
lanjut.
e.Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi dengan kelompok
yang lebih muda.
f.Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep diri yang negatif
yang disebabkan oleh sikap sosial yang negatif.
g.Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala cara untuk
memperlambat penuaan.

J. Kelebihan & Kekurangan Observasi


Sama halnya dengan metode wawancara, observasi sebagai metode ilmiah memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan. Kartono (1996) mengatakan beberapa kelebihan
observasi meliputi :
1. Merupakan alat yang murah, mudah, dan langsung untuk mengadakan penelitian
terhadap macam-macam gejala. Tidak tergantung pada self report dari observee.
2. Pada observee yang sibuk, tidak punya cukup waktu untuk mengisi kusioner, namun
biasanya bersedia diobservasi.
3. Banyak peristiwa psikis yang tidak dapat diperoleh datanya dengan kuesioner atau
wawancara, namun dapat diobservasi.
4. Dapat mengadakan pengamatan secara serentak dengan menggunakan observer lebih
dari seorang, yang terampil dalam pemakaian alat pencatatan.
5. Memberi hasil yang akurat dan digunakan sebagai acuan (Zechmeister, 2001).

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Akerlof. (1970). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.


Ni’matuzahroh. (2016). Observasi Dalam Psikologi. Penerbit Universitas
Muhammadiyah Malang,

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan (Y. Rendy (ed.); 1st ed.). Prenadamedia
Group.
Thahir, A. (2018). Psikologi Perkembangan. aura-publishing.
http://repository.radenintan.ac.id/10934/
https://dosenpsikologi.com/jenis-jenis-metode-penelitian-dalam-psikologi-
perkembangan

Anda mungkin juga menyukai