Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PERKEMBANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

1. PANJI SUMIRANG (2110202043)


2. RATI PUSPITA SARI (2110202046)
3. MUSLIMIN (2120202065)
4. MIRANTI (2120202066)

DOSEN PENGAMPU : ROMLI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia yang lahir ke dunia memiliki perkembangan masing-


masing. Perkembangan adalah perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak ditunjang oleh faktor
lingkungan yang menguntungkan perwujudan proses aktif menjadi secara
kontinu. Perkembangan dapat juga bersifat kualitatif baik pada aspek fisik
maupun psikis pertumbuhan dan belajar. Berdasarkan dari pengertian diatas,
perkembangan tidak hanya dari fisik saja, melainkan juga beserta psikis.
Perkembangan ini di pengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya lingkungan.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang pengaruhnya cukup besar dalam
perkembangan seseorang.

Mengingat betapa urgensinya persoalan psikologi dalam kehidupan


manusia khususnya dalam dunia pendidikan, maka faktor ini mendorong psikologi
terus dikaji dan dipelajari banyak orang. Psikologi ini merupakan sebuah ilmu
yang mempelajari tentang jiwa. Dimana ilmu ini sangat penting untuk kita pelajari
sebagai mahasiswa dan mahasiswi yang akan diaplikasikan nanti saat masuk
dunia mengajar maupun terjun dimasyarakat.

Dalam dunia pendidikan kita sebagai calon-calon guru harus mengerti dan
memahami peran dan fungsi psikologi dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Agar setiap problematika yang terjadi dalam proses pendidikan bisa
dipecahkan, utamanya dalam sudut psikologis. Psikologi perlu juga kita kaji agar
kita lebih mudah untuk mengetahui perkembangan jiwa yang dimiliki oleh
seorang anak didik kita kelak. Agar kita bisa memiliki sikap kritis terhadap
permasalahan-permasalahan pendidikan dan pengajaran, dan bisa menganalisisnya
dari segi psikologi.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu psikologi pendidikan ?

2. Bagaimana perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya ?

3. Jelaskan periodesasi dan ciri perkembangan ?

4. Jelaskan fase Perkembangan kemampuan anak ?

5. Bagaimana Perkembangan Menurut Perspektif Islam ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi berasal dari bahasa Inggris Psychology yang berakar pada dua
kata dari bahasa Yunani, yaitu: psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti
ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun menurut Gerungan
(1991), ilmu jiwa berbeda dengan psikologi dalam dua hal, yaitu:

1. Ilmu jiwa adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan
digunakan secara luas, sedang psikologi merupa kan istilah scientific.

2. Ilmu jiwa mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa meliputi
semua pemikiran, pengetahuan, tang gapan, juga hayalan dan spekulasi tentang
jiwa, sedang psikologi hanya meliputi ilmu pengetahuan tentang jiwa yang
berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.

Dilihat dari sejarahnya, pada awalnya psikologi dimaknai sebagai ilmu


yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa. Akan tetapi, karena jiwa itu bersifat
abstrak sehingga sulit dipelajari secara objektif dan karena jiwa termanifestasi
dalam bentuk perilaku, maka dalam perkembangannya kemudian psikologi
dimaknai sebagai ilmu yang mempelajari perilaku. 1

Psikologi pendidikan merupakan disiplin akademik yang secara sistematis


mempelajari hakikat proses belajar mengajar, perkembangan anak, motivasi, dan
topik-topik yang terkait dan menerapkan hasil-hasil penelitiannya untuk
mengidentifikasi dan mengembangkan praktik-praktik instruksional yang efektif
(Ormrod, 2009). Sedangkan Menurut Santrock (2014) Psikologi pendidikan
adalah cabang psikologi dengan kekhususan dalam pemahaman belajar mengajar
di lingkungan pendidikan. Sedangkan Reynolds & Miller (Slavin, 2008)

1 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 1-2.
mendefinisikan secara akademis bahwa psikologi pendidikan adalah kajian
tentang seseorang belajar, prosedur pembelajaran, dan proses pengajaran.
Psikologi pendidikan adalah bagian kajian dalam. psikologi yang khusus
mempelajari aktivitas atau perilaku individu dan proses mental yang terjadi dalam
pendidikan (Dodi, 2016).

Psikologi pendidikan bergelut dengan segala hal yang Psikologi


pendidikan adalah kajian tentang berhubungan dengan proses mendidik, pendidik,
siswa didik, dan lingkungan seseorang belajar, pendidikan.

Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar yang disengaja,


dilaksanakan secara terencana, dengan system terpola, dan dapat dilakukan
penilaian, yang diberikan kepada siswa oleh guru agar tercapai kemambpuan yang
diharapkan. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan yang ada dalam diri siswa. 2

B. PERKEMBANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHINYA

1. Pengertian Perkembangan

Secara luas Kartini Kartono mendefinisikan perkembangan sebagai


"Perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil proses pematangan fungsi-fungsi
psikis dan fisik pada diri anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses
belajar pada waktu tertentu menuju kedewasaan" (Kartono, 1982), J.P. Chaplin
(1972) dalam dictionary of Psychology-nya menyatakan, arti perkembangan pada
prinsipnya adalah tahapan-tahapan perubahan yang progresif dan ini terjadi dalam
rentang kehidupan manusia dan organisme lainnya, tanpa membedakan aspek-
aspek yang terdapat dalam orga nisme-organisme tersebut.3

2Faizah, Ulifa Rahma dan Yuliezar Perwira Dara, Psikologi Pendidikan (Aplikasi Teori di Indonesia), (Malang:
Universitas Brawijaya Press (UB Press), 2017), hal. 5-7.
3 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2020), hal. 50.
Para ahli psikologi memiliki perbedaan pendapat tentang pengertian
perkembangan. Sebagian ada yang menyamakan pengertian perkembangan
dengan pertumbuhan, sebagian lagi membedakannya. Yang membedakan
keduanya juga terbagi dalam dua kelompok, ada yang membedakannya pada segi
cakupan perubahan yang terkandung di dalamnya dan ada yang membedakannya
dari segi sifat perubahan yang ditimbulkan.

Bagi ahli yang menyamakan arti keduanya menyatakan bahwa


pertumbuhan atau perkembangan sama-sama merupakan rentetan perubahan
jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Bagi
ahli yang membedakannya dari segi cakupannya menyatakan bahwa pertumbuhan
adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-
fungsi fisik secara normal pada anak yang sehat dalam peredaran waktu tertentu,
sedangkan perkembangan adalah perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak ditunjang oleh faktor
lingkungan yang menguntungkan dalam perwujudan proses aktif menjadi secara
kontinu (Kartono, 1990). Dari pengertian ini tampak bahwa perkembangan lebih
luas cakupannya dari pada pertumbuhan, perkembangan mencakup aspek fisik
dan psikis sedang pertumbuhan hanya mencakup fisik saja. Akan tetapi, Monk,
dkk. (1989) menyatakan bahwa pertumbuhan khusus dimaksudkan pada
perubahan dalam ukuran badan dan fungsi-fungsi fisik yang murni, sedang
perkembangan lebih pada perubahan sifat-sifat khas mengenai gejala psikologis
yang menampak. Dengan demikian, pertumbuhan lebih menunjukkan pada
perubahan fisik, sedang perkembangan lebih menunjukkan pada perubahan psikis.

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan


adalah perubahan yang bersifat kualitatif baik pada aspek fisik maupun psikis
sebagai pengaruh dari proses pertumbuhan dan belajar, sedang pertumbuhan
adalah perubahan yang bersifat kuantitatif pada aspek fisik yang dipengaruhi oleh
proses kematangan fungsi-fungsi fisik dan juga lingkungan Akan tetapi, menurut
Hurlock (1978), meski perkembangan dan pertumbuhan dapat dibedakan,
keduanya tidak berdiri sendiri dalam artian berkaitan satu sama lain. 4

2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perkembangan

Hingga awal abad ke-20, para ahli masih percaya bahwa lingkungan
merupakan satu-satunya faktor yang memengaruhi perkembangan Penelitian
terkenal yang mendukung asumsi ini adalah yang dilakukan oleh seorang ahli
psikiatri yang bernama Rene Spitz pada tahun 1940-an Spitz membandingkan
perkembangan anak-anak yang dibesarkan oleh ibunya sendiri di dalam penjara
dengan anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan Hasilnya menunjukkan bahwa
anak yang secara ketat diasuh dan dirawat oleh ibunya sendiri yang rahu tentang
pentingnya perawatan dan pengasuhan yang benar dan baik, tumbuh menjadi anak
yang normal. Namun sebaliknya anak yang diasuh di panti ayuhan tidak tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang normal (terutama dilihat dari perkembangan
sosial emosionalnya).

Saat ini, para ahli percaya bahwa perkembangan tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Pada saat lahir, seorang bayi telah membawa semua jenis
keterampilan mental dan predisposisi sebagai potensi awal yang sangat
dibutuhkan bagi perkembangan selanjutnya. Inilah yang disebut sebagai faktor
hereditas atau pembawaan. Karenanya, secara garis besar faktor faktor yang
memengaruhi perkembangan manusia terbagi dalam dua faktor, yaitu: hereditas
dan lingkungan.

Hereditas adalah pewarisan atau pemindahan biologis karakteristik


individu dari pihak orang tuanya. Faktor hereditas atau sering disebut faktor
pembawaan atau endogen atau genetik adalah faktor atau sifat yang dibawa oleh
gen yang berasal dari kedua orang tua individu sejak terjadinya konsepsi melalui

4 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 35-37.
proses genetik. Proses genetis individu berawal dari pertemuan 23 kromosom
pihak ayah dan 23 kromosom piha ibu Masing-masing kromosom berisi gen-gen
yang memba karakteristik individu Faktor-faktor hereditas ini meliputi seperti
sifat kejasmanian, temperamen, dan juga bakat (aptitude)

Lingkungan adalah segala materiil dan stimuli yang ada dalam dan di luar
diri individu. Faktor lingkungan atau disebut juga faktor eksogen adalah faktor
yang berasal dari luar di individu Lingkungan mencakup lingkungan fisiologis,
lingkunga psikologis, dan lingkungan sosio-kultural Lingkungan fisiolog yang
adalah segala kondisi dan materiil yang ada di dalam dan d luar tubuh Lingkungan
psikologis adalah segala stimulasi diterima individu sejak masa dalam kandungan
hingga meninggal Lingkungan sosio-kultural adalah segala stimulasi interaksi da
kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atas karya orang lain.
Lingkungan yang memengaruhi perkembanga manusia pada masa prenatal
meliputi gizi, obat-obatan, usia ib radiasi, infeksi, dan gangguan fungsi plasenta,
sedang lingkunga pada masa postnatal meliputi gizi, kesehatan/penyakit, keada
sosial ekonomi, suhu/musim, pendidikan, dan lain-lain.

Hereditas dan lingkungan bekerja bersama-sama - atas berkolaborasi -


untuk menghasilkan perkembangan individu Namun, seberapa besar pengaruh
hereditas dan lingkungan pad setiap aspek perkembangan berbeda-beda. Para ahli
berpendapa bahwa hereditas lebih banyak memengaruhi inteligens dibandingkan
dengan lingkungan, sedang sifat-sifat emosion seperti perasaan takut, kemauan,
dan sebagainya lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan
hereditas

Aspek perkembangan yang sangat terkait dengan faktor hereditas adalah


kematangan (maturation), dan aspek perkembangan yang sangat terkait dengan
faktor lingkungan adalah belajar (learning). Kemarangan adalah proses
pertumbuhan atau perkembangan fisik organisme sebagai hasil potensi genetik,
sedang belajar adalah proses perubahan perkembangan dasar pada individu
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan (Craig dan Kermis, 1995). Kematangan
dalam suatu aspek pertumbuhan atau perkembangan terjadi manakala fungsi-
fungsi fisik individu telah siap untuk berkembang dan mencapai potensi tertentu.
Sebagai contoh, seorang bayi yang berusia 9 bulan dikatakan telah matang untuk
berdiri karena otot-otot kakinya telah cukup kuat untuk menyangga tubuhnya.
Kematangan dan belajar memiliki keterkaitan satu sama lain. Proses belajar tidak
akan mencapai hasil yang diinginkan bila tidak didukung oleh kematangan,
sebaliknya kematangan tidak akan berarti apa-apa bila tanpa latihan dan belajar.
Dari contoh tadi, anak tidak dapat diajari berdiri bila otot kakinya belum cukup
kuat, dan bila otot kakinya telah cukup kuat tapi tidak pernah dilatih atau diajari
berdiri maka akan mengalami kesulitan atau kelambanan dalam mencapai
kemampuan untuk berdiri sendiri.

Para ahli berbeda pendapat tentang faktor-faktor yang memengaruhi


perkembangan. Dalam hal ini terdapat tiga aliran pendapat, yaitu aliran nativisme,
empirisme dan konvergensi (Suryabrata, 2002). Aliran nativisme berpendapat
bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang
dibawa sejak lahir. Tokoh utama aliran ini adalah Schopenhauer. Aliran
empirisme sebaliknya berpendapat bahwa perkembangan itu semata-mata
tergantung pada faktor lingkungan, sedangkan faktor pembawaan tidak berperan
sama sekali. Tokoh aliran ini adalah John Locke. Aliran konvergensi berpendapat
bahwa dalam perkembangan individu baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan memiliki peranan penting. Pandangan ini dirumuskan pertama kali
oleh William Stern.5

C. Periodesasi dan Ciri Perkembangan

Sub disiplin psikologi yang secara khusus membahas tentang periodesasi


perkembangan dalam kehidupan manusia adalah psikologi perkembangan.
Perspektif yang digunakan adalah Life Span Perspective. Dalam perspektif ini,
kehidupan manusia terbagi dalam tiga masa, yaitu masa prenatal, masa perinatal,
dan masa post natal. Masa prenatal adalah masa kehidupan janin dalam

5 Op.Cit. 37-39.
kandungan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ibunya, baik kondisi fisik
maupun psikisnya. Masa perinatal adalah masa pada saat bayi dilahirkan, apakah
dia lahir secara normal, prosesnya sangat lama atau membutuhkan alat bantu
untuk melahirkannya atau mungkin harus operasi. Masa post natal adalah masa
sejak bayi lahir hingga masa lanjut usia.

Sigmund Freud (dalam Hall & Lindzey, 1993), membagi masa post natal
menjadi empat fase, yaitu: (1) fase oral, yaitu fase di mana sumber kesenangan
atau kenikmatan pokok diperoleh dari kegiatan-kegiatan mulut, seperti menetek,
mengisap, menggigit, mengoceh, mengunyah, dan sebagainya; (2) fase anal, yaitu
fase di mana sumber kesenangan dan kenikmatan diperoleh dari kegiatan yang
berkaitan dengan pembuangan air besar, fase ini berlangsung pada tahun kedua;
(3) fase phalik, yaitu fase yang ditandai dengan perkembangan perasaan seksual
dan agresivitas yang ditimbulkan oleh mulai berfungsinya organ-organ genital;
dan (4) fase genital, yaitu fase di mana impuls-impuls pragenital pada fase
sebelumnya digantikan dengan impuls genital yang terletak pada organ-organ
kelamin, fase ini dicapai pada usia remaja.

D. Fase Perkembangan Kemampuan Anak

Dalam psikologi para ahli mempunyai dasar menentukan periodesasi yang


berbeda-beda. Secara garis besar dasar pembagian fase perkembangan dibagi
berdasarkan aspek biologis, didaktis dan psikologis (Khusni, 2018:371).

1. Fase berdasarkan biologis. Pada masa laten anak-anak cenderung tenang,


dorongan-dorongan nampak selalu tertekan dan tidak mencolok. Pada masa ini
anak relatif mudah dididik, cenderung menurut dan patuh. Sedang pada masa
pubertas, dorongandorongan muncul kembali dan apabila dorongan dorongan ini
dapat ditransfer dan disublimasikan dengan baik, maka anak akan sampai pada
masa kematangan akhir. Pada masa genital, dorongan seksual yang pada masa
laten sedang tidur kini berkobar kembali, dan mulai sungguh-sungguh tertarik
dengan lawan jenis lain.
2. Fase berdasarkan didaktis. Sebuah usaha membagi perkembangan anak
berdasarkan materi dan cara bagaimana mendidik anak pada masa-masa tertentu.
Salah tokoh kelompok ini adalah J.A. Comenius.

3. Fase berdasarkan Psikologis. Suatu usaha membagi

perkembangan anak berdasarkan keadaan dan ciri khas kejiwaan anak pada suatu
masa tertentu.6

E. Perkembangan Menurut Perspektif Islam

Menurut Mujib dan Mudzakir (2002), periodesasi perkembangan manusia


yang dikemukakan para ahli psikologi tersebut hanya bersifat rendah dan
temporer. Kehidupan manusia dalam periodesasi tersebut hanya sebatas
kehidupan di alam dunia. Dalam Islam, diyakini bahwa manusia hidup melalui
empat alam, yaitu alam rahim, alam dunia, alam barzah (kubur), dan alam akhirat.
Tiga alam pertama dilalui sangat singkat oleh manusia, dan baru pada alam
akhirat manusia melalui kehidupan kekal yang abadi. Selain itu, dalam Islam juga
diyakini bahwa proses perkembangan manusia telah dimulai jauh sebelum
terjadinya konsepsi, tepatnya pada saat calon orang tua menentukan pasangan
hidup atau jodohnya.

Sejalan dengan hal itu, periodesasi perkembangan manusia menurut Islam


terbagi menjadi tiga periode (Mujib dan Mudzakir, 2002). Pertama, periode
prakonsepsi, yaitu perkembangan manusia sebelum terjadinya pembuahan ovum
oleh sperma. Tugas perkembangan yang harus dilakukan calon orang tua pada
periode ini adalah: (1) mencari pasangan hidup yang baik, (2) segera menikah
secara sah setelah cukup umur, (3) membangun keluarga yang sakinah, dan (4)
selalu berdoa kepada Allah agar dikaruniai keturunan yang baik. Kedua, periode
pre-natal, yaitu perkembangan manusia yang dimulai setelah terjadinya konsepsi
hingga lahir. Periode ini terbagi lagi menjadi empat fase, yaitu: (a) fase nuthfah

6 Sama, dkk, Psikologi Pendidikan, ( Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hal.35-36.
(zigot) yang dimulai sejak konsepsi hingga usia kandungan 40 hari; (b)fase
'alaqah (embrio), selama 40 hari berikutnya; (c) fase mudghah (janin), selama 40
hari berikutnya; dan (d) fase peniupan ruh ke dalam janin setelah usia janin
mencapai empat bulan. Adapun tugas-tugas perkembangan yaang harus dilakukan
orang tua pada periode ini adalah: (1) memelihara suasana psikologis yang damai
dan tentram; (2) senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat,
terutama bagi ibu; dan (3) berdoa kepada Allah Swt. Ketiga, periode kelahiran
sampai meninggal dunia. Periode ini terbagi menjadi enam fase, yaitu:

1. Fase Neo-natus, yaitu dimulai dari kelahiran sampai usia 1 bulan.

2. Fase Kanak-kanak (al-thifl), yaitu usia 1 bulan hingga 7 tahun

3. Fase Tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu membedakan yang baik
dan yang buruk, yang benar dan yang salah

4. Fase Baligh, yaitu fase di mana anak sudah mulai mencapai kedewasaan,
terutama pada aspek biologis.

5. Fase Kearifan dan Kebijakan, yaitu fase di mana seseorang telah memiliki
tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional moral, spiritual, dan agama secara
mendalam.

6. Fase Kematian, yang terbagi menjadi dua fase, yaitu fase naza

dan fase barzah yaitu fase di mana jasad manusia dikubur dan kembali menjadi
tanah, sedang ruhnya kembali ke alam arwah sampai datangnya hari kiamat.

Keempat, periode alam akhirat, yang dimulai dari saat peniup an


sangkakala dan kebangkitan ruh setelah hari kiamat. Periode ini terbagi lagi
menjadi lima fase, yaitu: (a) fase yawm ba'ats yaitu peniupan sangakakala dan
kebangkitan; (b) fase yawmal basyr, yaitu manusia dikumpulkan di padang
mahsyar; (c) fase perhitungan amal dengan timbangan (mizan); (d) fase melewati
titian (shirath), dan (e) fase masuk surga atau neraka.
Mengenai faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan manusia, dalam
Islam juga diakui adanya pengaruh faktor hereditas atau pembawaan yang
diturunkan. Hal ini dinyatakan dalam salah satu hadis Rasulullah Saw. bahwa
dalam memilih pasangan hidup atau jodoh harus memperhatikan empat hal, yaitu
harta, keturunan, kecantikan, dan agama. 7

7 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 40-43.
BAB lll

PEMBAHASAN

A. Kesimpulan

Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara


khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan
tujuan untuk menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi
berkaitan dengan pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu,
dalam rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.Hubungan antara teoritis
dan praktis memiliki keterkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan
seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan. Demikian pula, teori-teori
pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan. Perubahan yang terjadi
dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan. Sebaliknya,
perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Khodijah, Nyanyu. (2014). Psikologi Pendidikan. (Jakarta: Rajawali Pers)


Faizah, dkk. (2017). Psikologi Pendidikan (Aplikasi Teori di Indonesia). (Malang:
Universitas Brawijaya Press (UB Press)).
Rohmah, Noer. (2020). Psikologi Pendidikan. (Surabaya: Jakad Media

Publishing).

Sama, dkk. (2021). Psikologi Pendidikan. ( Yayasan Penerbit Muhammad Zaini).

Anda mungkin juga menyukai