A. LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan kita sebagai calon-calon guru harus mengerti dan
memahami peran dan fungsi psikologi dalam proses pembelajaran dan
pendidikan. Agar setiap problematika yang terjadi dalam proses pendidikan bisa
dipecahkan, utamanya dalam sudut psikologis. Psikologi perlu juga kita kaji agar
kita lebih mudah untuk mengetahui perkembangan jiwa yang dimiliki oleh
seorang anak didik kita kelak. Agar kita bisa memiliki sikap kritis terhadap
permasalahan-permasalahan pendidikan dan pengajaran, dan bisa menganalisisnya
dari segi psikologi.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
Psikologi berasal dari bahasa Inggris Psychology yang berakar pada dua
kata dari bahasa Yunani, yaitu: psyche yang berarti jiwa, dan logos yang berarti
ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Namun menurut Gerungan
(1991), ilmu jiwa berbeda dengan psikologi dalam dua hal, yaitu:
1. Ilmu jiwa adalah istilah bahasa Indonesia sehari-hari yang dikenal dan
digunakan secara luas, sedang psikologi merupa kan istilah scientific.
2. Ilmu jiwa mengandung arti yang lebih luas dari psikologi. Ilmu jiwa meliputi
semua pemikiran, pengetahuan, tang gapan, juga hayalan dan spekulasi tentang
jiwa, sedang psikologi hanya meliputi ilmu pengetahuan tentang jiwa yang
berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmiah.
1 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 1-2.
mendefinisikan secara akademis bahwa psikologi pendidikan adalah kajian
tentang seseorang belajar, prosedur pembelajaran, dan proses pengajaran.
Psikologi pendidikan adalah bagian kajian dalam. psikologi yang khusus
mempelajari aktivitas atau perilaku individu dan proses mental yang terjadi dalam
pendidikan (Dodi, 2016).
1. Pengertian Perkembangan
2Faizah, Ulifa Rahma dan Yuliezar Perwira Dara, Psikologi Pendidikan (Aplikasi Teori di Indonesia), (Malang:
Universitas Brawijaya Press (UB Press), 2017), hal. 5-7.
3 Noer Rohmah, Psikologi Pendidikan, (Surabaya: Jakad Media Publishing, 2020), hal. 50.
Para ahli psikologi memiliki perbedaan pendapat tentang pengertian
perkembangan. Sebagian ada yang menyamakan pengertian perkembangan
dengan pertumbuhan, sebagian lagi membedakannya. Yang membedakan
keduanya juga terbagi dalam dua kelompok, ada yang membedakannya pada segi
cakupan perubahan yang terkandung di dalamnya dan ada yang membedakannya
dari segi sifat perubahan yang ditimbulkan.
Hingga awal abad ke-20, para ahli masih percaya bahwa lingkungan
merupakan satu-satunya faktor yang memengaruhi perkembangan Penelitian
terkenal yang mendukung asumsi ini adalah yang dilakukan oleh seorang ahli
psikiatri yang bernama Rene Spitz pada tahun 1940-an Spitz membandingkan
perkembangan anak-anak yang dibesarkan oleh ibunya sendiri di dalam penjara
dengan anak-anak yang dibesarkan di panti asuhan Hasilnya menunjukkan bahwa
anak yang secara ketat diasuh dan dirawat oleh ibunya sendiri yang rahu tentang
pentingnya perawatan dan pengasuhan yang benar dan baik, tumbuh menjadi anak
yang normal. Namun sebaliknya anak yang diasuh di panti ayuhan tidak tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang normal (terutama dilihat dari perkembangan
sosial emosionalnya).
Saat ini, para ahli percaya bahwa perkembangan tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Pada saat lahir, seorang bayi telah membawa semua jenis
keterampilan mental dan predisposisi sebagai potensi awal yang sangat
dibutuhkan bagi perkembangan selanjutnya. Inilah yang disebut sebagai faktor
hereditas atau pembawaan. Karenanya, secara garis besar faktor faktor yang
memengaruhi perkembangan manusia terbagi dalam dua faktor, yaitu: hereditas
dan lingkungan.
4 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 35-37.
proses genetik. Proses genetis individu berawal dari pertemuan 23 kromosom
pihak ayah dan 23 kromosom piha ibu Masing-masing kromosom berisi gen-gen
yang memba karakteristik individu Faktor-faktor hereditas ini meliputi seperti
sifat kejasmanian, temperamen, dan juga bakat (aptitude)
Lingkungan adalah segala materiil dan stimuli yang ada dalam dan di luar
diri individu. Faktor lingkungan atau disebut juga faktor eksogen adalah faktor
yang berasal dari luar di individu Lingkungan mencakup lingkungan fisiologis,
lingkunga psikologis, dan lingkungan sosio-kultural Lingkungan fisiolog yang
adalah segala kondisi dan materiil yang ada di dalam dan d luar tubuh Lingkungan
psikologis adalah segala stimulasi diterima individu sejak masa dalam kandungan
hingga meninggal Lingkungan sosio-kultural adalah segala stimulasi interaksi da
kondisi eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan atas karya orang lain.
Lingkungan yang memengaruhi perkembanga manusia pada masa prenatal
meliputi gizi, obat-obatan, usia ib radiasi, infeksi, dan gangguan fungsi plasenta,
sedang lingkunga pada masa postnatal meliputi gizi, kesehatan/penyakit, keada
sosial ekonomi, suhu/musim, pendidikan, dan lain-lain.
5 Op.Cit. 37-39.
kandungan yang sangat dipengaruhi oleh kondisi ibunya, baik kondisi fisik
maupun psikisnya. Masa perinatal adalah masa pada saat bayi dilahirkan, apakah
dia lahir secara normal, prosesnya sangat lama atau membutuhkan alat bantu
untuk melahirkannya atau mungkin harus operasi. Masa post natal adalah masa
sejak bayi lahir hingga masa lanjut usia.
Sigmund Freud (dalam Hall & Lindzey, 1993), membagi masa post natal
menjadi empat fase, yaitu: (1) fase oral, yaitu fase di mana sumber kesenangan
atau kenikmatan pokok diperoleh dari kegiatan-kegiatan mulut, seperti menetek,
mengisap, menggigit, mengoceh, mengunyah, dan sebagainya; (2) fase anal, yaitu
fase di mana sumber kesenangan dan kenikmatan diperoleh dari kegiatan yang
berkaitan dengan pembuangan air besar, fase ini berlangsung pada tahun kedua;
(3) fase phalik, yaitu fase yang ditandai dengan perkembangan perasaan seksual
dan agresivitas yang ditimbulkan oleh mulai berfungsinya organ-organ genital;
dan (4) fase genital, yaitu fase di mana impuls-impuls pragenital pada fase
sebelumnya digantikan dengan impuls genital yang terletak pada organ-organ
kelamin, fase ini dicapai pada usia remaja.
perkembangan anak berdasarkan keadaan dan ciri khas kejiwaan anak pada suatu
masa tertentu.6
6 Sama, dkk, Psikologi Pendidikan, ( Yayasan Penerbit Muhammad Zaini, 2021), hal.35-36.
(zigot) yang dimulai sejak konsepsi hingga usia kandungan 40 hari; (b)fase
'alaqah (embrio), selama 40 hari berikutnya; (c) fase mudghah (janin), selama 40
hari berikutnya; dan (d) fase peniupan ruh ke dalam janin setelah usia janin
mencapai empat bulan. Adapun tugas-tugas perkembangan yaang harus dilakukan
orang tua pada periode ini adalah: (1) memelihara suasana psikologis yang damai
dan tentram; (2) senantiasa meningkatkan ibadah dan meninggalkan maksiat,
terutama bagi ibu; dan (3) berdoa kepada Allah Swt. Ketiga, periode kelahiran
sampai meninggal dunia. Periode ini terbagi menjadi enam fase, yaitu:
3. Fase Tamyiz, yaitu fase di mana anak mulai mampu membedakan yang baik
dan yang buruk, yang benar dan yang salah
4. Fase Baligh, yaitu fase di mana anak sudah mulai mencapai kedewasaan,
terutama pada aspek biologis.
5. Fase Kearifan dan Kebijakan, yaitu fase di mana seseorang telah memiliki
tingkat kesadaran dan kecerdasan emosional moral, spiritual, dan agama secara
mendalam.
6. Fase Kematian, yang terbagi menjadi dua fase, yaitu fase naza
dan fase barzah yaitu fase di mana jasad manusia dikubur dan kembali menjadi
tanah, sedang ruhnya kembali ke alam arwah sampai datangnya hari kiamat.
7 Nyanyu Khodijah, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hal. 40-43.
BAB lll
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Publishing).