Diajukan oleh:
Hasna ‘Aini (15000119130257)
Hannah Jayakusuma (15000119130287)
Thifal Ufairoh Abidah (15000119130139)
Jazilatun Nihla (15000119130175)
Azzahra Jasmine Puspoyudo (15000119130179)
Reynata Aurelie Putri Rosanto (15000119130215)
Fitria Maulida (15000119130099)
Ni Made Ayu Candra Dewi (15000119140305)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2021
DAFTAR ISI
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
4
DAFTAR LAMPIRAN
5
PENGARUH AROMATERAPI LAVENDER DALAM MENURUNKAN
TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA ANGKATAN 2018 DAN 2019
UNIVERSITAS DIPONEGORO
ABSTRAK
Stres akademik yang dimiliki mahasiswa dapat memberikan dampak negatif baik
secara fisik maupun mental. Coping stress yang efektif perlu dilakukan untuk
menghindari dampak lebih lanjut, yaitu dengan pemberian aromaterapi lavender.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah aromaterapi lavender
berpengaruh dalam menurunkan tingkat stres akademik mahasiswa angkatan 2018
dan 2019 Universitas Diponegoro. Penelitian dilakukan kepada 30 partisipan
mahasiswa S1 Psikologi Universitas Diponegoro angkatan 2019-2019 dan terdiri dari
dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masing-masing 15
partisipan. Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan
posttest dan pretest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Pengambilan data
dilakukan menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan skala stres dan
pengisian presensi intervensi oleh subjek. Proses penelitian terdiri dari tiga tahap
dengan urutan pertama adalah proses pra perlakuan dimana subjek diarahkan untuk
melakukan uji pre-test dan diberikan alat yang menunjang proses intervensi,
kemudian tahap perlakuan dimana intervensi mulai dilakukan selama satu minggu,
dan tahap terakhir yaitu pasca perlakuan dimana subjek diberikan uji post-test. Skala
stres akademik yang digunakan merupakan adaptasi dari skala yang dibuat
Wulandari (2014). Penelitian ini menggunakan teknik sampling cluster random
sampling. Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh dari aromaterapi
lavender dalam menurunkan tingkat stres akademik mahasiswa 2018 dan 2019
Universitas Diponegoro. Analisis data adalah dengan membandingkan hasil pretest
dan posttest yang kemudian menggunakan aplikasi SPSS dengan analisis non
parametrik Mann Whitney.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mahasiswa merupakan status yang menandakan bahwa seseorang sedang
belajar di tingkat perguruan tinggi. Pada tingkatan ini individu memiliki banyak
kesempatan seperti, menentukan pilihan bidang ilmu yang ingin didalami,
memiliki banyak waktu untuk menjalin relasi, mendapatkan kebebasan karena
berkurangnya pantauan dari orang tua, dan tentunya memiliki tantangan tugas
akademis yang lebih besar. Menurut teori perkembangan, mahasiswa berada
pada fase remaja akhir menuju dewasa awal dengan rentang usia 18–22 tahun
(Santrock, 2012). Fase peralihan dari remaja akhir menuju dewasa awal
senantiasa disertai dengan semakin bertambahnya tugas perkembangan yang
harus dipenuhi. Tugas perkembangan termasuk didalamnya tuntutan di bidang
akademik. Apabila individu tidak sanggup menjalani berbagai tuntutan tersebut
maka akan menimbulkan stres (Santrock, 2012).
Stres yang dialami oleh individu karena adanya stressor akademik disebut
dengan stres akademik (Rahmawati, 2016). Stres akademik bisa diartikan
sebagai perasaan cemas, tertekan secara fisik maupun emosional, tegang, dan
khawatir yang dialami mahasiswa karena tuntutan akademik dari dosen maupun
orang tua untuk mendapatkan nilai yang baik, menyelesaikan tugas tepat waktu
dengan hasil yang baik, tuntutan pekerjaan rumah yang tidak jelas, dan
lingkungan kelas yang kurang nyaman (Mulya & Indrawati, 2016). Stres
akademik bersifat multidimensional sehingga dapat dipahami melalui aspek-
aspek penyusunnya, yakni aspek biologis, kognitif, emosional dan perilaku sosial
(Sarafino, 2011). Persoalan stres akademik senantiasa menghantui dunia
pendidikan karena dampak negatif yang menyertainya. Semakin meningkatnya
angka stress akademik berkorelasi negatif terhadap indeks prestasi. Secara
2
spesifik dapat memicu gangguan memori, konsentrasi, penurunan kemampuan
penyelesaian masalah, dan kemampuan akademik (Goff. A.M, 2011). Adanya
tekanan akademis juga dapat memicu perilaku negatif individu seperti merokok,
konsumsi alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan napza
(Widianti, 2009).
Stress akademik adalah suatu hal yang serius terlebih pada populasi yang
jarang diteliti seperti mahasiswa tingkat kedua dan ketiga, maka dari itu kajian
ini membutuhkam kajian segera. Stres dan stres akademi memiliki banyak sekali
3
penanganan alternatif yang bisa dilakukan untuk menanggulanginya, salah satu
penanggulangan alternatif adalah aromaterapi. Aromaterapi merupakan jenis
praktik relaksasi tubuh dengan mengaplikasikan minyak esensial yang
merupakan hasil dari pengolahan bagian tumbuhan yang berbau harum, yang
berguna untuk pengoptimalan kondisi psikologis serta fisiologis tubuh (Goel,
dkk., dalam Adiwibawa, dkk., 2020). Diantara beragam jenis minyak esensial
yang paling sering digunakan adalah aromaterapi lavender. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian aromaterapi lavender dapat menurunkan
tingkat stres belajar sebesar 18,54% serta meningkatkan motivasi belajar pada
peserta didik sebesar 6,73% (Adiwibawa, dkk., 2020). Terdapat banyak
penelitian yang membuktikan efektivitas pemberian aromaterapi lavender
terhadap kasus stres, diantaranya pada penderita hipertensi (Aliyah, dkk., 2020)
dan penderita gagal ginjal kronik (Natassia & Pistanty, 2020). Berdasarkan
uraian data di atas bahwa pemberian aromaterapi menjadi jalan alternatif untuk
menurunkan tingkat stress, maka kami tertarik untuk meneliti pengaruh
aromaterapi lavender untuk menurunkan tingkat stres akademik mahasiswa,
khususnya pada tahun kedua dan ketiga.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh aromaterapi terhadap tingkat
stres akademik pada mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 Universitas
Diponegoro?”
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh aromaterapi dalam menurunkan tingkat stres
akademik mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 Universitas Diponegoro
2. Tujuan Khusus
4
a. Menganalisis pengaruh dari aromaterapi dalam menurunkan stres
akademik mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 Universitas
Diponegoro.
b. Menghitung efektifitas aromaterapi dalam menurunkan tingkat stres
akademik mahasiswa angkatan 2018 dan 2019 Universitas
Diponegoro.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk memperkaya
pengetahuan penulis dan pembaca serta mengedukasi masyarakat
kegunaan intervensi aromaterapi dalam menurunkan tingkat stres
akademik.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan menjadi media pembelajaran
untuk melakukan penelitian dan pembelajaran selanjutnya.
b. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mengedukasi dan menambah
informasi mengenai kegunaan intervensi aromaterapi.
c. Bagi mahasiswa, penelitian ini diharapkan menjadi sumber referensi
dalam membantu menurunkan tingkat stres akademik.
d. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu menambah
khasanah masyarakat mengenai intervensi aromaterapi terhadap
stres akademik.
e. Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan hasil penelitian ini mampu
menjadi suatu dasar atau acuan dalam mengembangkan penelitian
selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. STRES AKADEMIK
1. Definisi stres Akademik
a. Definisi stres
Mental Health Foundation (2018), mengartikan stres sebagai
respons tubuh kita terhadap tekanan dari suatu situasi atau peristiwa
kehidupan. Menurut Barseli dkk., (2017), stres adalah tekanan yang
diakibatkan karena adanya ketidaksesuaian antara situasi yang
diinginkan dengan kenyataan, yakni di mana adanya kesenjangan
antara tuntutan lingkungan dengan kapasitas individu untuk
memenuhinya yang dipersepsikan berpotensi membahayakan,
mengancam, mengganggu, dan tidak dapat dikendalikan. stres juga
dapat diartikan sebagai tuntutan yang melebihi kemampuan individu
dalam melakukan coping.
Stres merupakan sebuah kondisi yang dapat dialami oleh
siapapun baik di masyarakat sosial, dunia kerja maupun dunia
pendidikan. Sedangkan menurut Maramis (dalam Saputri & Sugiharto,
2020) stres merupakan segala permasalahan yang timbul karena
tuntutan adaptasi diri yang menyebabkan keseimbangan diri individu
dapat terganggu dan individu tidak dapat mempu melakukan koping
dan menyebabkan munculnya gangguan baik fisik maupun mental.
Pada intinya, stres merupakan sebuah kondisi dimana individu
mengalami ketidakseimbangan dan ketidaksesuaian antara
kemampuan dan permasalahan yang dihadapi sehingga dapat
menimbulkan gangguan baik fisik maupun mental.
6
Stres akademik merupakan sebuah kondisi dimana individu
merasa cemas, mengalami tekanan fisik maupun emosional,
mengalami ketegangan dan kekhawatiran akan tuntutan akademik
dari dosen atau dosen maupun orang tua untuk mendapatkan nilai
yang baik menyelesaikan tugas tepat waktu, tuntutan tugas pekerjaan
rumah dan lingkungan yang kurang kondusif (Mulya & Indrawati,
2016). Stres akademik sendiri terjadi di lingkungan sekolah atau
pendidikan umumnya dikalangan siswa maupun mahasiswa yang
mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas di bidang
akademiknya. Selain itu, stres akademik ini juga dapat dikatakan
sebagai sebuah kondisi stres yang disebabkan oleh hal hal yang
berhubungan dengan kegiatan belajar atau sekolah seperti nilai yang
turun, tekanan naik kelas, banyak tugas dan lainnya yang dialami oleh
siswa (Barseli dkk., 2017).
Dari pengertian-pengertian stres akademik yang telah
tercantum di atas dapat disimpulkan bahwa stres akademik adalah
kondisi dimana seorang pelajar mengalami tekanan fisik maupun
emosional yang mengakibatkan ketegangan dan kekhawatiran yang
disebabkan oleh tuntutan-tuntutan yang bersumber dari
akademiknya.
7
b. Aspek Psikososial
Tekanan dari luar terutama dari lingkungan sosial memiliki
andil yang besar pada tingkat stres seseorang, Sarafino dan Smith
membagi aspek psikososial menjadi tiga bagian;
1. Kognitif
Jika seorang individu mengalami stres akademik salah
satu bagian yang terdampak adalah kemampuan kognitifnya,
individu cenderung kesulitan dalam berkonsentrasi,
penurunan daya ingat, merasa tidak berguna, mudah bingung,
tidak memiliki tujuan hidup, memiliki kecenderungan berpikir
negatif, tingkat prestasi menurun, tidak dapat menikmati
hidup, serta sulit untuk mengambil keputusan.
2. Emosi
Seseorang yang mengalami stres akademik cenderung
mengalami gejala psikologis seperti cemas, mudah marah dan
tersinggung, gelisah atau gugup berlebihan.
3. Perilaku Sosial
Seseorang dengan stres akademik juga cenderung
mengalami gangguan dalam berperilaku sosial atau adanya
perubahan dalam berperilaku oleh individu yang berada
dalam kondisi stres seperti menghindari kontak sosial,
kesulitan dalam berhubungan interpersonal, menunda
pekerjaan atau tugas dan lainnya.
8
self efficacy yang tinggi cenderung memiliki stres akademik yang
rendah dan begitu pula sebaliknya.
b. Kepribadian hardiness, kepribadian kuat, tahan, stabil dalam
menghadapi masalah yang dimiliki oleh individu. individu dengan
kepribadian hardiness rendah maka cenderung akan mengalami stres
akademik tinggi begitu pula sebaliknya.
c. Optimisme, individu dengan optimisme tinggi memiliki
kecenderungan mengalami stres akademik rendah sedangkan
individu dengan optimisme yang rendah maka stres yang dialami
lebih tinggi.
d. Motivasi berprestasi, semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang
maka stres akademik yang dialami cenderung rendah sedangkan
semakin rendah motivasi berprestasi individu maka stres akademik
semakin tinggi.
e. Prokrastinasi, individu dengan daya prokrastinasi yang tinggi maka
stres akademik yang dialami akan semakin tinggi pula sedangkan
individu dengan prokrastinasi rendah stres akademik yang dialami
cenderung rendah.
f. Dukungan sosial orang tua, berbeda dengan faktor yang lain
dukungan sosial orang tua merupakan salah satu faktor eksternal
atau faktor yang berasal dari luar. individu yang memiliki dukungan
sosial orang tua yang tinggi stres akademik yang dialami semakin
rendah sedangkan individu dengan dukungan sosial orang tua yang
rendah maka semakin tinggi pula stres akademik yang dialami.
B. AROMATERAPI LAVENDER
1. Definisi Aromaterapi
Aromaterapi adalah terapi yang memanfaatkan sari tumbuhan
dengan aromatik murni yang berasal dari bahan tumbuhan yang tidak sulit
untuk menguap dan senyawa aromatik lain dari tumbuhan, dimana
9
aromaterapi ini memiliki efek positif yang disebabkan karena aromanya yang
harum dan segar, dapat merangsang reseptor dan sensori yang pada
akhirnya akan mempengaruhi organ lainnya sehingga hal ini memiliki efek
yang kuat pada emosi (Syafitri dkk., 2019). Selain itu, aromaterapi juga
didefinisikan sebagai suatu cara untuk penyembuhan penyakit dan
perawatan tubuh menggunakan minyak essensial (essential oil). Selanjutnya,
dikarenakan memiliki beragam kegunaan serta manfaat, terdapat beberapa
minyak asiri yang kerap digunakan dalam aromaterapi, yaitu Eukaliptus
(Eucalyptus Globulus), Lavender (Lavendula Vera Officianals), Geranium
(Pelargonium Graveolens), Langon Kleri (Salvia Scarea), Lemon (Citrus
Linonem), Rosmari (Rosmarinus Officinals), Petitgrain (Daun Citrus
Aurantium), Pohon teh (Melalueca Alternifol), dan Pappermint (Mentha
Piperita). Menurut Andria (dalam Sari & Leonard, 2018) dari berbagai minyak
tersebut, minyak lavender adalah minyak esensial yang paling populer. Hal
ini selaras dengan yang dikatakan oleh Nuraini (dalam Dewi dkk., 2018)
bahwa masyarakat Indonesia paling mengenal aromaterapi jenis lavender
dikarenakan efek sedatif yang dimiliki oleh aromaterapi lavender yang lebih
baik dibandingkan aromaterapi jenis lainnya. Efek sedatif yang terkandung
dalam aroma lavender ini mampu membantu seseorang untuk tidur dan
merilekskan tubuhnya setelah menghirup aromanya selama beberapa saat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa aromaterapi
adalah salah satu terapi yang menggunakan aroma alami dari tumbuh-
tumbuhan berupa minyak esensial, dimana aromaterapi ini memiliki efek
yang positif karena keharuman dan kesegarannya dapat memberikan
pengaruh pada emosi serta menghadirkan rasa rileks pada tubuh seorang
individu yang telah menghirup aromanya.
Menurut Snyder (dalam Maliya & Fatimah, 2019) aromaterapi dapat
diaplikasikan melalui beberapa cara diantaranya adalah inhalasi, topikal
hingga dikonsumsi, dimana hal ini bergantung pada kondisi serta efek yang
ingin diperoleh. Cara kerja dari aromaterapi adalah dengan merangsang sel-
10
sel dari saraf penciuman serta mempengaruhi kerja dari sistem limbik
dengan meningkatkan perasaan yang rileks dan positif (Balkam, 2001;
Damayanti & Hadiati, 2019). Dengan adanya perasaan yang rileks maka
tingkat stress atau depresi yang dimiliki oleh seseorang dapat menurun
(Damayanti & Hadiati, 2019).
2. Fungsi Aromaterapi
a. Salah satu metode perawatan yang tepat serta efisien untuk menjaga
pendukung.
c. Mampu meningkatkan stamina dan gairah.
11
3. Aromaterapi Lavender
Lavender berasal dari bahasa latin yaitu “lavera”. Arti dari kata
tersebut adalah menyegarkan. Lavender ini kemudian dijadikan minyak
esensial untuk aromaterapi. Minyak esensial lavender berasal dari pucuk
bunganya kemudian dilakukan distilasi. Kandungan utama dari lavender
tersebut adalah linalil asetat dan linalool. Aroma lavender yang terhirup akan
mendorong peningkatan gelombang alfa di dalam otak. Hal tersebut
kemudian akan membuat individu merasa rileks (Anggraini, 2015). Hal
tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Stanley (dalam Natassia &
Pistanty, 2020), bahwa bunga lavender dapat digunakan sebagai aromaterapi
dikarenakan didalamnya terdapat kandungan utama yang disebut linalyl
asetat dan linalool yang memiliki khasiat untuk menenangkan serta
memberikan efek rileks pada sistem saraf pusat dengan cara menstimulasi
saraf olfaktorius. Cara kerja dari aromaterapi adalah dengan merangsang sel
saraf penciuman yang nantinya akan mempengaruhi sistem kerja limbik,
dimana sistem limbik merupakan pusat dari rasa senang, stres, nyeri, marah,
takut, depresi dan emosi yang lainnya (Natassia & Pistanty, 2020).
Selanjutnya pada hipotalamus yang berperan sebagai regulator, kandungan
ini dapat mempengaruhi hormon serotonin dan melatonin yang
menimbulkan efek rileks (Fatmawati, 2016; Natassia & Pistanty, 2020).
12
menciptakan respons relaksasi berupa efek menenangkan (calming),
menyeimbangkan (balancing) serta stimulasi (stimulating) yang mampu
mengurangi tingkat hormon kortisol dan kortisol di tubuh yang dapat
meningkatkan stres belajar pada peserta didik (Adiwibawa, dkk., 2020).
13
banyak jenis, salah satunya adalah lavender. Dari sekian banyak jenis
aromaterapi, minyak esensial yang terbuat dari lavender merupakan yang
paling populer dan mudah ditemukan. Bahkan, Nuraini (dalam Dewi dkk.,
2018) menyebutkan bahwa efek sedatif yang dimiliki aromaterapi lebih
unggul daripada aromaterapi lain. Efek sedatif merupakan efek yang
membuat individu merasa rileks setelah menghirup aromanya.
Penelitian terdahulu belum banyak yang membahas secara khusus
mengenai pengaruh pemberian aromaterapi lavender terhadap stres
akademik. Namun banyak penelitian yang menemukan bahwa pemberian
aromaterapi lavender berpengaruh terhadap stres secara umum. Misalnya
pada penelitian yang dilakukan oleh Adiwibawa (2020) menunjukkan bahwa
pemberian aromaterapi lavender berpengaruh terhadap stres belajar. Dalam
penelitiannya, pemberian aromaterapi lavender mampu mengurangi tingkat
stres belajar sebesar 18,54%. Aromaterapi juga dapat mengurangi stres
mahasiswa, seperti pada penelitian Sangwin (2016) yang menggunakan
lavender, chamomile, dan minyak atsiri. Namun hal ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Flagler (2018) dalam tesisnya yang bersubjek
mahasiswa, menemukan bahwa aroma yang berasal dari aromaterapi
lavender tidak berpengaruh terhadap stres.
Penelitian yang menunjukkan bahwa aromaterapi lavender memiliki
pengaruh terhadap stres akademik masih jarang ditemukan dan belum
konsisten. Won dkk., (2017) melakukan penelitian dengan menggunakan
aromaterapi yang merupakan campuran dari minyak esensial roman
chamomile, lavender rosemary, dan mawar . Dalam penelitiannya ia
menyebutkan bahwa aromaterapi berpengaruh secara signifikan terhadap
stres akademik. Setelah diberi aromaterapi, tingkat stres akademik subjek
berkurang signifikan. Namun penelitian yang dilakukan Ahmad dkk. (2019)
menunjukkan tidak adanya pengaruh aromaterapi lavender terhadap tingkat
stres akademik.
14
Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap tingkat stres
akademik mahasiswa.
D. HIPOTESIS PENELITIAN
H0 : tidak terdapat pengaruh dari aromaterapi lavender dalam menurunkan
tingkat stres akademik mahasiswa 2018 dan 2019 Universitas Diponegoro
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
Pada penelitian ini peneliti mengidentifikasi variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y). Adapun kedua variabel tersebut sebagai berikut :
1. Variabel Tergantung : Stres Akademik
2. Variabel Bebas : Intervensi Aromaterapi Lavender
B. SUBJEK PENELITIAN
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Diponegoro.
Dengan karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
I. Mahasiswa S1 aktif Universitas Diponegoro
II. Angkatan 2018 atau Angkatan 2019
2. Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik sampling cluster random sampling.
Teknik cluster random sampling dapat dilakukan dengan cara randomisasi
terhadap kelompok, bukan terhadap subjek penelitian secara individual
(Azwar, 2019). Teknik ini dipilih karena sampel akan diambil dari perwakilan
masing-masing fakultas di Universitas Diponegoro sehingga sampel pada
penelitian ini dapat representatif dari populasi yang ada.
C. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah nonrandomized
pretest-posttest control group design. Desain ini merupakan salah satu jenis
penelitian kuasi-eksperimental sebab tidak dilakukan randomisasi pada
kelompok subjek penelitian (Seniati dkk., 2011). Pada desain ini subjek penelitian
nantinya akan dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah kelompok subjek yang
16
mendapat perlakuan selama penelitian berupa intervensi aromaterapi lavender,
sedangkan kelompok kontrol merupakan kelompok subjek yang tidak
mendapatkan perlakuan apapun dalam penelitian ini. Kedua kelompok ini akan
diberikan pretest sebelum perlakuan diberikan pada kelompok eksperimen dan
kemudian akan diberikan posttest setelah pemberian perlakuan menggunakan
skala stres akademik yang dikembangkan oleh Wulandari (2014). Desain ini
digunakan karena dengan adanya pemberian pretest sebelum perlakuan maka
peneliti dapat mengetahui bagaimana tingkat stres akademik pada masing-
masing subjek sebelum penelitian dan pemberian posttest dapat memberikan
informasi tingkat stres akademik subjek setelah perlakuan diberikan sehingga
peneliti dapat melihat apakah benar intervensi aromaterapi lavender dapat
mempengaruhi tingkat stres akademik subjek.
D. PENGAMBILAN DATA
Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan menggunakan metode
kuantitatif dengan menggunakan skala stres dan pengisian presensi intervensi oleh
subjek. Skala stres akademik yang digunakan merupakan skala yang dikembangkan
17
Wulandari (2014) dari aspek teori yang dikemukakan oleh Sarafino dan Smith.
Terdapat penyesuaian pada beberapa kata pada aitem dalam skala ini karena
adanya perbedaan subjek. Skala ini menggunakan model skala likert dalam bentuk
checklist dengan cara memberikan tanda (√) pada alternatif
jawaban. Untuk pengisian presensi intervensi diisi sendiri
oleh subjek. Format respon skala ini terdiri dari Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Tidak terdapat pilihan jawaban netral atau
tengah. Untuk jawaban sangat setuju (SS) mendapatkan skor 4,
setuju (S) mendapatkan skor 3, tidak setuju (TS) mendapatkan
skor 2 dan sangat tidak setuju (STS) mendapatkan skor 1.
Presensi diisi setiap hari selama intervensi berlangsung. Presensi berupa
checklist bahwa subjek telah melakukan intervensi di hari tersebut. Penulisan
presensi dilakukan sampai hari ke-7 intervensi.
Tabel. 1 : Blueprint Skala
Jumlah 40
E. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap pra penelitian, tahap
perlakuan, dan tahap pasca-perlakuan.
Pra penelitian
18
Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat yang akan dipergunakan pada tahap
perlakuan yaitu diffuser, cairan aromaterapi lavender, skala yang akan diberikan
kepada subjek saat pre-test dan post-test, dan juga menyiapkan lembar checklist
yang nantinya diberikan kepada kelompok yang diberi perlakuan.
Proses penelitian berlangsung dengan membagi subjek menjadi dua
kelompok:
1. Kelompok eksperimen : 15 orang
2. Kelompok kontrol : 15 orang
Selanjutnya peneliti mengadakan pertemuan pertama dengan subjek yang
dibagi menjadi dua sesi, yaitu sesi pertama merupakan pertemuan dengan
kelompok kontrol dan sesi kedua merupakan pertemuan dengan kelompok
eksperimen. Pertemuan pertama dengan subjek ini dilakukan dengan agenda
menjelaskan lebih lanjut mengenai intervensi yang akan diberikan, pengisian
informed consent pemberian alat intervensi kepada kelompok eksperimen, dan
memberikan skala kepada subjek sebagai proses pre-test. Pre-test dilakukan
pada hari yang sama saat subjek diberikan penjelasan mengenai keberjalanan
penelitian.
Perlakuan
Tahap ini dilakukan oleh kelompok eksperimen secara mandiri selama tujuh
hari di tempat tinggal masing-masing subjek dan hari pertama dimulai keesokan
harinya setelah subjek menghadiri pertemuan dengan peneliti. Intervensi
aromaterapi ini dilakukan secara inhalasi melalui alat diffuser yang telah
diberikan oleh peneliti. Untuk waktu inhalasi aromaterapi ini adalah 15 menit
yang dilakukan setiap pagi dan setelahnya subjek dapat memberikan tanda
centang pada kertas presensi yang telah diberikan.
Pasca Perlakuan
Pada hari setelah seminggu melakukan intervensi aromaterapi, subjek akan
diberikan kembali skala stres untuk mengukur stres subjek. Semua subjek baik
dari kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen mengisi skala ini sebagai
posttest. Lembar presensi yang diisi subjek selama intervensi dikumpulkan
19
kepada peneliti. Peneliti memberikan ucapan terima kasih pada seluruh subjek
karena telah bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini. Kemudian, peneliti
mengolah data dan menyimpulkan.
Tabel. 2 : Kisi - Kisi Pelaksanaan Intervensi
20
intervensi
Tulis
21
aromaterapi Lembar Presensi
● Mengisi presensi Intervensi, dan Alat
intervensi Tulis
F. ALAT/ MATERI
1. Informed consent yang berisi penjelasan pemberian intervensi dan lembar
persetujuan subjek.
2. Skala stres akademik yang dikembangkan Wulandari (2014) yang digunakan
untuk mengetahui tingkat stres akademik pada mahasiswa angkatan 2018
dan 2019 Universitas Diponegoro sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
3. Alat tulis untuk pengisian skala.
4. Lembar presensi intervensi kelompok eksperimen yang berfungsi sebagai
sarana pelaporan apabila subjek telah menghirup aromaterapi lavender
sepanjang waktu intervensi yang telah ditentukan.
5. Alat yang digunakan untuk pemberian intervensi kepada kelompok
eksperimen yang berupa diffuser dan cairan aromaterapi lavender.
G. ANALISIS DATA
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis data non-
parametrik Mann Whitney pada aplikasi SPSS. Analisis ini digunakan karena
jumlah sampel penelitian yang kecil sehingga data tidak berdistribusi normal.
Teknik analisis ini digunakan untuk membandingkan nilai pre-test (sebelum
22
diberi perlakuan) dan nilai post-test (setelah diberi perlakuan) antara kelompok
yang diberi perlakuan berupa intervensi aromaterapi lavender dengan kelompok
kontrol yang tidak diberi perlakuan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. (2019). Metode Penelitian Psikologi Edisi II. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Mental Health Foundation. (2018). Stress: Are we coping? London: Mental Health
Foundation.
Ahmad R., Naqvi A.A., Al-Bukhaytan H.M., dkk. (2019). Evaluation of aromatherapy
with lavender oil on academic stress: A randomized placebo controlled clinical
trial. Contemporary Clinical Trials Communications, 14(1).
https://doi.org/10.1016/j.conctc.2019.100346.
Barseli, M., Ifdil, I., & Nikmarijal, N. (2017). Konsep stres akademik siswa. Jurnal
Konseling dan Pendidikan, 5(3), 143-148.
Maliya, A., & Fatimah, S. N. (2019). Pengaruh Inhalasi Aromaterapi Mawar Terhadap
Tingkat Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Fraktur. Jurnal Ilmiah Permas:
Jurnal Ilmiah STIKES Kendal, 9(4), 379-386.
24
Saputri, K. A., & Sugiharto, D. Y. P. (2020). Hubungan Antara Self Efficacy Dan Social
Support Dengan Tingkat Stres Pada Mahasiswa Akhir Penyusun Skripsi Di FIP
UNNES Tahun 2019. KONSELING EDUKASI" Journal of Guidance and
Counseling", 4(1).
Sari, D., & Leonard, D. (2018). Pengaruh Aroma Terapi Lavender terhadap kualitas
tidur lansia di wisma cinta kasih. Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema
Kesehatan, 3(1), 121-130. http://doi.org/10.22216/jen.v3i1.2433
Seniati, L., Yulianto, A., Setiadi, B. (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks
Syafitri, E. N., Rochdiat, W., & Sukmawati, N. L. Y. (2019). Kombinasi terapi afirmasi
dan aromaterapi melati terhadap masalah psikososial mahasiswa fakultas ilmu
kesehatan di universitas respati yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional
Multidisiplin Ilmu (Vol. 1, No. 2, pp. 11-17).
Oktavia, W. K., Fitroh, R., Wulandari, H., & Feliana, F. (2019, November). Faktor-
faktor yang mempengaruhi stres akademik. In Prosiding Seminar Nasional
Magister Psikologi Universitas Ahmad Dahlan (pp. 142-149).
Won, S., & Choi, Y. (2017). The effect of aromatherapy upon salivary cortisol,
academic stress, academic self-efficacy and suicidal ideation in middle school
students. Biomedical Research-tokyo, 28(16), 7005-7011.
Wulandari, S. (2014). Hubungan antara efikasi diri dan stres akademik pada siswa
sekolah menengah atas (SMA) yang mengikuti program akselerasi. Skripsi.
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
25
Natassia, K., & Pistanty, M. A. (2020). Efektivitas aromaterapi lavender terhadap
penurunan tingkat stress penderita gagal ginjal kronik. Jurnal the shine cahaya
dunia s-1 keperawatan, 5(1), 8-15.
Sagita, D. D., & Rhamadona, W. (2021). Perbedaan stres akademik antara mahasiswa
tahun awal dan mahasiswa tahun akhir. Biblio Couns : Jurnal Kajian Konseling
dan Pendidikan, 4(1), 47-54. DOI:
https://doi.org/10.30596/bibliocouns.v4i1.5049.
26
27
LAMPIRAN
Informed Consent
28
Skala
SS S TS STS
1.
Saya mudah merasa pusing (sakit
kepala), ketika banyak materi yang
belum saya pahami.
2.
Saya merasa sulit berkonsentrasi,
ketika harus memahami beberapa
materi perkuliahan sekaligus.
3.
Saya merasa kesal, ketika ada teman
yang memberi kritik pada hasil
pekerjaan saya.
4.
Saya memilih untuk keluar kelas,
ketika materi perkuliahan yang
sedang disampaikan membosankan.
5.
Detak jantung saya berdebar
kencang, ketika dosen mengajukan
pertanyaan kepada saya
mengenai materi perkuliahan yang
sedang dibahas.
29
tugas.
10.
Saya merasa tidak mampu untuk
meraih prestasi yang lebih baik
dibanding teman-teman saya,
karena kemampuan teman-teman
saya yang lebih unggul.
13.
Saya mudah mengantuk, ketika
memperhatikan dosen yang sedang
menjelaskan materi perkuliahan.
14.
Saya melamun memikirkan hal
lain, ketika dosen sedang
menjelaskan materi perkuliahan
yang kurang saya senangi.
15.
Saya merasa gelisah, ketika akan
menghadapi ujian mengenai materi
30
perkuliahan yang dianggap sulit.
16.
Saya mengumpat, ketika
mengetahui bahwa dosen yang saya
anggap galak akan melewati kelas
saya.
17.
Saya merasa stamina saya menurun
(lemas), ketika banyak kegiatan
perkuliahan yang harus saya ikuti.
18.
Saya merasa kurang memberikan ide
atau gagasan yang baik pada diskusi
kelompok.
19.
Saya takut sehingga merasa tidak
nyaman, ketika diajarkan oleh dosen
yang dianggap galak.
20.
Saya memilih untuk melihat jawaban
(tugas) teman, ketika saya belum
memahami materi perkuliahan pada
pembahasan tugas tersebut.
31
23.
Saya merasa panik, ketika banyak
tugas yang harus segera saya
selesaikan sekaligus.
24.
Saya lebih senang menyendiri,
daripada berkumpul dengan teman-
teman ketika waktu istirahat.
25.
Saya merasa mudah lelah, ketika
banyak tugas yang harus segera
diselesaikan.
26.
Saya merasa khawatir, ketika tidak
mampu mengikuti perkuliahan di
kelas.
27.
Saya merasa waspada, ketika ada
teman yang mendapatkan nilai
lebih baik dari saya.
28.
Saya mengabaikan teman yang
bertanya mengenai materi
perkuliahan, ketika saya sibuk
mengerjakan tugas yang belum
diselesaikan.
32
jawaban yang saya berikan.
31.
Saya merasa sedih, ketika
mendapatkan nilai yang buruk pada
hasil ujian.
32.
Saya memilih untuk berdiam diri di
kelas pada saat jam istirahat,
daripada mengobrol bersama teman-
teman.
34.
Ketika menjawab soal-soal ulangan,
saya mengalami kesulitan untuk
mengingat materi yang telah
dipelajari.
33
yang ditetapkan kampus.
34
LOGBOOK
1. Tanggal/Bulan/Tahun 23/Mei/2021
Hannah Jayakusuma
(15000119130287)
35
Fitria Maulida (15000119130099)
Ni Made Ayu Candra Dewi
(15000119140305)
9. Tanda Tangan
36
banyak melakukan brainstorming
bersama dan penelusuran referensi
yang mendalam serta manajemen
waktu yang lebih baik.
Hannah Jayakusuma
(15000119130287)
Jazilatun Nihla
(15000119130175)
9. Tanda tangan
37
38
1