PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar diperguruan tinggi merupakan suatu pekerjaan yang berat dan tidak
mudah. Dalam menuntut ilmu, pembelajaran yang dimiliki oleh mahasiswa
seperti pemilihan cara belajar yang tepat, pengetahuan dalam cara belajar,
pengaturan cara belajar, mengikuti perkuliahan secara aktif, memilih mata kuliah
yang cocok, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, mengkaji beberapa
penelitian, membuat laporan tugas tertulis maupun tidak tertulis dan belum lagi
kesibukan mengikuti kegiatan-kegiatan lainya (Rahmi, 2011).
1
koping yang digunakan untuk meredahkan emosi individu yang ditimbulkan stres,
tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres secara
langsung (Sarafino & Smith, 2011).
B. Rumusan Masalah
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh National College Health
Assesment pada 2709 mahasiswa yang menyusun skripsi mengalami depresi dan
kekhawatiran berlebih di pertengahan tahun 80-an berkisar antara
1015%.Melonjak drastis di tahun 2010 di angka 33-40% dengan berbagai gejala
yang mengikutinya seperti gangguan makan, perubahan pola tidur,menyakiti diri
sendiri hingga keputusan untuk bunuh diri. Beberapa penyebab gangguan stres
pada mahasiswa selama masa kuliah seperti dalam memutuskan akademiknya
mahasiswa dihadapkan pada kondisi ujian, kondisi adaptasi terhadap perubahan
kehidupan perkuliahan, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan, kondisi
2
penilaian sosial, manajemen waktu, serta anggapan individu terhadap waktu
penyelesaian tugas akhir mereka (Robotham, 2008).
Semakin meningkat tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir maka akan
semakin meningkat pula dampaknya pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yaitu mengukur tingkat
stress dan mekanisme koping. Dengan demikian, berdasarkan fenomena yang ada
maka masalah penelitian ini adalah, bagaimana Gambaran Tingkat Stress Dan
Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyusun Skripsi Di
ITKES Wiyata Husada Samarinda?
C. TUJUAN
Untuk mengetahui gambaran mekanisme koping pada mahasiswa tingkat
akhir di ITKES Wiyata Husada Samarinda.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan suatu referensi
terkait dengan pengetahuan gambaran mekanisme koping pada mahasiswa
tingkat akhir,
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Manfaat praktis bagi institusi pendidikan keperawatan yaitu dapat
dijadikan referensi dalam pembelajaran asuhan keperawatan pada
mahasiswa tingkat akhir.
b. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Manfaat praktis bagi mahasiswa keperawatan yaitu dapat menjadi
referensi dalam menambah ilmu pengetahuan mahasiswa tentang
gambaran tingkat stress dan mekanisme koping.
3
E. Penelitian Terkait
Penelitian terkait topik penelitian Gambaran Tingkat Stress Dan Mekanisme
Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyusun Skripsi Di ITKES
Wiyata Husada Samarinda.
1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Alosius Wandikmbo 2018) Desain
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa studi akhir Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya sebanyak 29 mahasiswa mengunakan total
sampling. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian saya terletak
pada variable dependen sedangkan persamaannya terletak pada variable
independen dan metode penelitiannya menggunakan design penelitian
deskriptif.
2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Waiez Lavari, dkk 2019)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mekanisme koping
mahasiswa dalam menyusun skripsi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan desain deskriptif, dengan sampel sebanyak 62 orang yang diambil
dengan menggunakan teknik total sampling. Perbedaan penelitian ini dan
penelitian di atas terletak pada sampelnya sedangkan persamaannya
persamaannya terletak pada variable dan metode penelitiannya
menggunakan design penelitian deskritif.
3. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Syifa Aulia dan Ria Utami
Panjaitan 2019)Tingkat stres mahasiswa erat kaitannya dengan kondisi
kesejahteraan psikologis yang dialaminya di kehidupan kampus.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada
variable dependen sedangkan persamaannya terletak pada variable
independen dan metode penelitiannya menggunakan design penelitian
deskriptif.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep mekanisme koping
A. Konsep mekanisme koping
a. Pengertian mekanisme koping
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh individu
untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, luka,
kehilangan, atau ancaman (Siswanto, 2007).
Mekanisme koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan
emosi. Penyesuaian diri dalam mengahadapi stres, dalam konsep kesehatan
mental dikenal dengan istilah koping (Lubis, 2006).
Jadi menurut Siswanto dan Lubis mekanisme koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan
yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun
perilaku.
5
2. Mekanisme koping maladaptive
6
2) Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya
psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external
locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan
strategi koping tipe : problem-solving focused coping.
7
2. Faktor individual Faktor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan,
yang berasal dari masalah keluarga, masalah ekonomi, dan
karakteristik kepribadian yang inheren
Dalam penelitian ini digunakan stresor yang relevan dan dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu stresor berkaitan dengan tugas, serta masalah
pribadi dan sosial. Stresor yang berkaitan dengan tugas, meliputi tuntutan
tugas, tuntutan peran, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan
ketidakpastian.
e. gaya koping
Merupakan penentuan dari gaya seseorang atau ciri-ciri tertentu dari
seseorangdalarn memecahkan suatu masalah berdasarkan tuntutan yang
dihadapi. Gaya kopingdicirikan sebagai berikut (Nasir, 2011)
1. Gaya Koping Positif
Merupakan gaya koping yang mampu mendukung integritas ego.
Berikut inl adalah macam gaya koping positif:
1. Problem solving.
Merupakan usaha untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus
dihadapi dan dipecahkan, dan bukan dihindari atau ditekan di alam
bawah sadar, seakan-akan masalah itu tidak berarti. Pemecahan
masalah ini digunakan sebagai cara untuk menggindari tekanan atau
beban psikologis akibat adanya stresor yang, rrrasuk dalam diri
seseorang.
8
2. Utitizing sociat suppart.
Merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi ketika masalah itu belum terselesaikan. hal ini tidak lepas
dari keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Tidak semua orang mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang dihadapi.
Untuk itu sebagai mahluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah
yang tidak mampu diselesaikannya sendiri, seharusnya tidak
disimpan sendiri dalam pikirannya, namun carilah dukungan dari
orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan
dalam bentuk masukan dan saran dalam menvelesaikan masalah
yang dihadapi tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain,
maka semakin efektif upaya penyelesaian masalahnya.
3. Lookingfor silver lining.
Kepelikan masalah yang dihadapi terkadang akan membawa
kebuntuan dalam upaya menyelesaikan masalah. Walaupun sudah
ada upaya maksimal, terkadang masalah tersebut belum didapatkan
titik temunya. Sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi,
setidaknya manusia harus tetap berpikir positif dan diambil
hikmahnya. Manusia diharapkan mau menerima kenyataan ini
sebagai sebuah ujian dan cobaan yang harus dihadapi tanpa
menurunkan semangat dan motivasi untuk 'selalu berusaha
menyelesaikan masalahnya. Bukankah manusia diturunkan di dunia
ini untuk menyelesaikan masalah? Oleh karena itu, kita tidak
mungkin hidup tanpa memiliki masalah. Seberat apa pun masalah
yang dihadapi, pasti akan selalu ada kebaikan di dalamnya. Tidak
ada seorang pun yang terbebas dari masalah karena dengan masalah
itu manusia berpikir, bertindak, dan berperilaku.
4. Gaya Koping Negatif
9
merupakan gaya koping yang akan menurunkan integritas ego, di
mana penentuan cara koping akan merusak dan merugikan dirinya
sendiri, yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut:
a. Avoidance.
Merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu
pemecahan masalah ke dalam alam bawah sadar dengan
menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental
akibat masalah-masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan
sebagai usaha untuk mengatasi situasi tertekan dengan lari dari
situasi tersebut atau menghindari masalah yang berujung pada
penumpukan masalah di kemudian hari. Bentuk pelarian diri di
antaranya dengan beralih pada hal lain, seperti: makan, minum,
merokok, atau menggunakan obat-obatan dengan tujuan
menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat, padahal
hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan
menyelesaikan masalah.
b. Self-blame.
Merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah yang
dihadapi dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri
yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan
menyalahkan dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan
ide yang berdampak pada penarikan diri dari struktur sosial.
c. Wishfull thinking.
Kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan seharusnya
tidak menjadikan seseorang berada pada kesedihan yang
mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar diri,
diset atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk
dicapai. Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan
seseorang teerbuai dalam khayalan dan impian tanpa kehadiran
10
fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan yang
mendalam merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan
jiwa.
3. Mahasiswa
a. Pengertian mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu
ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan
sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia
Online, kbbi.web.id) Menurut Siswoyo (2007: 121)
mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut
ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga
lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan
kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat
dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang
usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa
remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah
pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah
seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan
menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam
11
penelitian ini, subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia
23 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
b. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah
pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula
masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam
banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu. Transisi
ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan
tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari
daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan
penilaiannya (Santrock, 2002: 74)
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan
pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap
kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti;
terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,
terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya,
dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan
perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang
menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008: 672 )
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18
sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu
(Gunarsa: 2001: 129-131);
a) Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis yang
sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja
akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap
dan harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi
fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai
menerima keadaannya.
12
b) Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang pada
masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional
dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi
yang sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai
terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih
terkendali. Dia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya
dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan
emosionalnya.
c) Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan
hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang
berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia mampu menyesuaikan dan
memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan
sesuai dengan norma sosial yang ada.
d) Menemukan model untuk identifikasi; dalam proses ke arah
kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor
penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model yang
ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana bertingkah laku
dan bersikap sebaik-baiknya.
e) Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; pengertian dan
penilaian yang objektif mengenai keadaan diri sendiri mulai terpupuk.
Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan kemampuan
tidak lagi mengganggu berfungsinya kepribadian dan menghambat
prestasi yang ingin dicapai.
f) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai
pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu
tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma di luar dirinya.
Baik yang berhubungan dengan nilai sosial ataupun nilai moral. Nilai
pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai umum (positif)
yang berlaku dilingkungannya.
13
g) Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan; dunia
remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang dunia dewasa
yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis mulai ditinggalkan
dan ia mampu mengurus dan menentukan sendiri. Dapat dikatakan
masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan
berikutnya yakni masa dewasa muda.
Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah jenjang
kedewasaan.
Sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah memiliki corak dan
bentuk kepribadian tersendiri. Menurut Langeveld (dalam Ahmadi &
Sholeh, 1991: 90) ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain;
a) Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta
pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada
pada tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.
b) Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral.
c) Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana
ia berada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik
mahasiswa ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu
aktifitas dikampus, mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan
kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, memiliki
kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan
kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi
dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam
menyelesaikan tugas-tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai
dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan
masyarakat dimana dia berada.
14
4. Konsep Teori Keperawatan Dan Asuhan Keperawatan
Fungsi
Tingkat Mekanisme Respon
fisiologis
adaptasi koping adaptif dan
konsep diri
stimulus regulator infektif
fungsi peran
kognator
interpensi
Umpan balik
Skema kerangka konsep teori manusia sebagai system adaptif (Roy). Gambaran
mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi di
ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA
15
Input Proses control Efektor Output
Umpan balik
16
BAB III
METODE PENELITIAN
17
yakni semua mahasiswa tingkat akhir regular kelas 8a di ITKES Wiyata
Husada Samarinda. Pada penelitian ini, dipilih populasi yang sesuai dengan
karekteristik penelitian, yaitu populasi mahasiswa tingkat akhir di ITKES
Wiyata Husada Samarinda dengan jumlah 59.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada
(Nursalam, 2017). Penghitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin, hal ini mengacu pada pendapat Ridwan dan Engkos (2011),
bahwa teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin ini apabila
populasi sudah diketahui. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
N
n¿
1+ N (d)²
Keterangan :
n : Besar sampel minimum
N : Besar populasi
d² : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir (0,05)
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut
Nilai d² = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai d² = 0,05 (5%) untuk populasi dalam jumlah kecil
18
dengan cara di ambil dari keseluruhan populasi sebagai responden atau
sampel (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah semua
mahasiwa regular kelas 8a DI ITKES Wiyata Husada Samarinda.
19
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
1 mekanisme Individu yang Kuisioner Jika data Ordinal
koping bias dengan beridtribusi
menguasai skala normal
situasi, Guttman : menggunakan
mengarah 1. Benar : nilai median :
pada 1 1. Mekanis
penyesuaian 2. Salah : me
diri dalam 0 koping
menghadapi Eka Dwi Kurang
stres Kusyanti Baik :
(2018) Jika skor
<0,05
nilai
mean
2. mekanis
me Baik :
Jika skor
≥0,05
nilai
median
Sumber : Data Primer 2019
20
2. Waktu penelitian
Pengambilan data penelitian ini akan dilakukan pada 10 Juli - 18 Juli 2020
21
Table 3.2 kisi-kisi kuesioner pengetahuan dan sikap
No Variabel Indikator Pertanyaan Pertanyaa Pertanyaan
n Unfavorabl
Favoreble e
1 Mekanisme Memahami -Maldaptif 1,2,3,4,,5,6, 1,2,3,4,5,6
koping -adaptif 7,8,9,10,11,
12,13,14,15
,16,17,18
G. Uji Instrumen
Menurut Susila & Suyanto (2015) instrumen yang umumnya dilakukan uji
validitas dan reliabilitas adalah kuesioner, terutama kuesioner atau tes yang
disusun sendiri oleh peneliti. Untuk kuesioner atau tes yang bersifat standar yang
dibuat oleh peneliti sebelumnya yang telah diakui validitas dan reliabilitasnya
tidak perlu dilakukan uji lagi . Eka Dwi Kusyanti (2018)
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen dalam hal ini
kuesioner yang diberikan benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji item
pada masing-masing pertanyaan dapat dilakukan dengan menggunakan uji
korelasi Pearson Product Moment pada tingkat kemaknaan (α) = 0,05
(Arikunto, 2010) dengan rumus sebagai berikut:
n( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2 2 2
√[ n( ∑ X )−( ∑ X ) |n( ∑ Y )−(∑ Y ) ]
Keterangan:
rxy = korelasi antara variabel x dan y.
x = jumlah skor item pertanyaan.
22
y = jumlah skor total (item),
n = jumlah responden yang akan diuji
23
k = mean kuadrat antara subyek
ΣSi2 = mean kuadrat kesalahan
St2 = varians total.
24
a. Menentukan populasi yang menjadi responden penelitian yaitu
Pengetahuan mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir
b. Memberikan penjelasan kepada responden secara lengkap mengenai
tujuan pelaksanaan. Teknik pelaksanan dan manfaat pelaksanaan.
c. Responden yang setuju ikut dalam penelitian diminta untuk mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan informen consent.
d. Memberikan kuesioner dengan aplikasi google form untuk menggali data
tentang gambaran mekanisme koping atau membuat group whatsapp
untuk lebih mudah menjelaskan prosedur pengisian kuisinoer
menggunakan aplikasi google form.
e. Melakukan pengelolahan dan analisa data.
25
Kode Pengetahuan : Kode Sikap :
Kurang baik :1 Tidak Pernah :0
Baik :2 Jarang :1
Kadang-kadang :2
Sering :3
3. Tabulating
Peneliti melakukan pengumpulan data sedemikian rupa agar mudah
dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis, data yang
diperoleh daari masing-masing responden melalui observasi. Kemudian data
tersebut disusun, diseleksi kelengkapannya dan dikelompokkan (tabulasi
data).
4. Scoring
Scoring adalah memberi nilai – nilai kuesioner dengan presentasi
pengetahuan dan sikap.
Skor Pengetahuan : Skor Sikap :
1 : Jika jawaban salah Pertanyaan Positif :
2 : Jika jawaban benar 3 : Sering
2 : Kadang-kadang
1 : Jarang
0 : Tidak Pernah
Pertanyaan Negatif :
0 : Tidak Pernah
1 : Jarang
2 : Kadang-kadang
3 : Sering
26
5. Entry Data
Setelah data dikelompokkan pada kriteria tertentu, selanjutnya peneliti
melakukan pemasukan data secara manual atau melalui pengelolahan
computer (SPSS).
6. CLeaning
Langkah ini peneliti melalukan pengecekan untuk mengetahui adanya
kesalahan atau kekurangan selama proses pengolahan data.
J. Analisa Data
Data dianalisa dengan menggunakan Analisa deskriptif. Analisa deskriptif
adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan masalah
penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia, Pendidikan,
pekerjaan dan lain-lain. Meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk table
atau grafik (Hidayat, 2008). Analisa data dengan menggunakan analisis univariat
yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dari presentase tiap variabel
(Notoatmojo, 2010). Analisa data yang di gunakan adalah Analisa univariat,
untuk menganalisa variable satu variabel yaitu gambaran mekanisme koping
pada mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi di itkes wiyata husada
samarinda
Normalitas Data
Pada penelitian ini penguji normalitas data untuk mengetahui cut of point
yang digunakan apakah mean atau median pada kuisioner. Penelitian ini
mengandung uji Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel > 50. Pada uji
normalitas di dapatkan data berdistribusi tidak normal yakni pada kuesioner
pengetahuan dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan kuesioner sikap dengan
nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka cut of point menggunakan nilai median.
Sehingga pembagian kategori baik ≥ median dan kurang < median. Jika p > 0,05
maka data dinyatakan berdistribusi normal dan yang digunakan nilai mean dan
27
jika nila p < 0,05 dinyatakan tidak berdistribusi normal maka menggunakan nilai
median (Dahlan,2014). Pada penelitian ini distribusi data tidak normal maka
menggunakan nilai median pada kuesioner pengetahuan (11) dan nilai median
pada kuesioner sikap (31).
a. Analisis Univariate
Analisis univariate adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Analisis Univariat dilakukan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2012). Untuk menentukan frekuensi dan persentase
dari masing-masing variabel dapat digunakan rumus :
f
P= X 100 %
n
Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah
K. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakam masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat dalam penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatiakan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
(Hidayat, 2011).
1. Informed Consent (persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan anatar peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dengan
menggunakan metode google form. Informet consent tersebut diberikan
28
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberika atau
mencatumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskode
01 sampai estrusnya pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
L. Alur Penelitian
Populasi
Penelitian
Hipotesis Penelitian
Gambaran Mekanisme Koping pada mahasiswa
tingkat akhir Di ITKES Wiyata Husada Samarinda
Populasi
Mahasiswa regular 8a tingkat akhir ITKES Wiyata
Husada Samarinda
Sampel
298a tingkat akhir
Mahasiswa regular
Instrumen Penelitian
Google from
Perijinan
Kampus ITKES Pengurusan Surat
Responden
WHS Ijin
Pengumpulan Data
Variabel
Variabel Dependen
Independen
Mekanisme Koping
Mahasiswa
Analisa Data
Pembahasan dan
Simpulan
30
BAB IV
A. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Institut Teknologi Kesehatan & Sains
Wiyata Husada Samarinda pada tanggal 23 sampai 29 juli 2020. ITKES
WHS merupakan Intitut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada
Samarinda yang terletak di Jl. Kadrieoening Gg. Monalisa No.77 Samarinda,
Kalimantan Timur. Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada
Samarinda.
Analisa Data
1. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin pada mahasiswa keperawatan di Institut Teknologi Kesehatan
& Sains Wiyata Husada Samarinda bulan Juli tahun 2020 dapat dilihat pada
table berikut ini:
Tabel 4.1
Frekuensi Jenis Kelamin Mahasiswa keperawatan di ITKES Wiyata Husada
Samarinda 23-29 Bulan Juli Tahun 2020 (n=46)
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 8 17,4 %
Perempuan 38 82,6 %
Jumlah 46 100 %
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan table 4.1 di atas, diketahui jenis kelamin pada mahasiswa
keperawatan tingkat akhir di Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata
Husada Samarinda 23-29 bulan Juli tahun 2020 didominasi oleh perempuan
dengan nilai presentase 82,6 % dan laki-laki dengan presentase 17.4 %.
31
2. Usia
Usia pada mahasiswa pada mahasiswa keperawatan di Institut Teknologi
Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda bulan Juli tahun 2020 dapat
dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.2
Frekuensi usia mahasiswa tingkat akhir Di ITKES Wiyata Husada
Samarinda 23-29 juli 2020
Usia Frekuensi presentase
21-22 30 78,2%
23-25 10 21,8
Total 46 100,0
Sumber: data primer 2020
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas usia pada
responden adalah usia 21 - 22 tahun dengan persentase 78,2 % , dan
minoritas usia reaponden 23 - 25 tahun dengan persentase 21,8 %.
2. Uji Normalitas
Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak distribusi normal,
maka dilakukan uji normalitas. Uji Normalitas data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan pada sampel
kurang dari 50 responden. Berikut adalah hasil uji normalitas data pada
penelitian ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Mekanisme Koping
Variabel p-Value
Mekanisme Koping 0.085
Sumber : Data Primer, 2020
Tabel 4.2 diatas menjelaskan analisis menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov karena responden kurang dari 50 untuk mengetahi normalitas data,
diperoleh hasil variable mekanisme koping dengan hasil uji nilai p value
0.085 sehingga ini dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
3. Hasil Analisa Univariat
32
Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Institut
Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda bulan Juli tahun
2020 dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping (n=46)
Variabel Klasifikasi Frekuensi Presentasi %
Mekanisme
Koping Kurang 25 54.3%
Mekanisme
Baik
Koping
Mekanisme
21 45.7%
Koping Baik
Total 46 100 %
Sumber: Data Primer, 2020
Table 4.3 diatas menjelaskan bahwa Mekanisme Koping Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir dengan klasifikasi mekanisme koping baik
berjumlah 25 mahasiswa dengan Presentase 54.3 % dan mekanisme koping
kurang baik berjumlah 21 mahasiswa dengan presentase 45.7 %.
B. Pembahasan
1. Gambaran objek yang diteliti
1. Jenis Kelamin
Mahasiswa keperawatan di ITKES Wiyata Husada Samarinda
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Mekanisme Koping Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir didapatkan dengan hasil perempuan dengan
Presentase 82.6 %, laki-laki dengan presentase 17.4 %. Interpretasi dari
hasil penelitian ini bahwa mahasiswa yang kuliah di Institut Teknologi
Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda mayoritas perempuan dengan
presentase 82.6 %.
2. Usia
Mahasiswa keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda
33
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai mekanisme koping pada
mahasiswa tingkat akhir didapatkan dengan hasil usia
bahwa mayoritas usia pada responden adalah usia 21 - 22 tahun dengan
persentase 78,2 % , dan minoritas usia reaponden 23 - 25 tahun dengan
persentase 21,8 %.
2. Hasil analisa
Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Institut Teknologi
Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda.
Table 4.3 diatas menjelaskan bahwa Mekanisme Koping Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir dengan kalsifikasi mekanisme koping baik
berjumlah 25 mahasiswa dengan Presentase 54.3 % dan mekanisme koping
kurang baik berjumlah 21 mahasiswa dengan presentase 45.7 %.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Krisdianto,2015) dengan hasil mekanisme koping baik berjumlah 25
mahasiswa dengan presentase 54.3% dan mahasiswa kurang baik sebanyak
21 orang dengan presentase 45,7 % mekanisme koping baik dan kurang baik
pada mahasiswa tingkat akhir disebabkan karena tingginya ego dan
kepentingan pribadi yang membuat seseorang terpengaruh terhadap suatu
situasi seperti pandemi saat ini, hal ini yang membuat mahasiswa tingkat
akhir lebih sering menggunakan mekanisme koping maladaptive dan adaptif.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini terkendala dengan responden tidak langsung menjawab
saat google form dibagikan, dan juga dikarenakan terbatasnya kuota dan
perekonomian responden yang turun akibat pandemi.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah mendeskripsikan gambaran mekanisme koping pada
mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi Kesimpulan dalam penelitian
ini didapatkan bahwa Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di
Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda didapatkan
dengan kalsifikasi mekanisme koping baik berjumlah 25 mahasiswa dengan
Presentase 54.3 % .
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini maka peneliti merumuskan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Instansi
Tempat Penelitian Bagi instansi tempat penelitian diharapkan mampu
meningkatkan rancangan program berupa kegiatan pengembangan mekanisme
koping sehingga membantu mahasiswa untuk mampu mengembangkan cara-
cara yang efektif dalam menghadapi suatu permasalahan akademik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna. Oleh sebab
itu peneliti mengharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
mengembangankan dan mempertimbangkan dalam menentukan mekanisme
koping. Dan melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
mekanisme koping mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi.
35