Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar diperguruan tinggi merupakan suatu pekerjaan yang berat dan tidak
mudah. Dalam menuntut ilmu, pembelajaran yang dimiliki oleh mahasiswa
seperti pemilihan cara belajar yang tepat, pengetahuan dalam cara belajar,
pengaturan cara belajar, mengikuti perkuliahan secara aktif, memilih mata kuliah
yang cocok, mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, mengkaji beberapa
penelitian, membuat laporan tugas tertulis maupun tidak tertulis dan belum lagi
kesibukan mengikuti kegiatan-kegiatan lainya (Rahmi, 2011).

Mahasiswa merupakan individu yang sedang berjuang menuntut ilmu di


perguruan tinggi selama kurun waktu tertentu dan mahasiswa memiliki beban
tugas untuk berusaha keras dalam studinya. Tentunya tugas yang terberat dialami
mahasiswa tingkat akhir yaitu skripsi. Salah satu syarat yang menjadi faktor
penentu kelulusan mahasiswa di perguruan tinggi adalah penyelesaian
penyusunan skripsi yang didalamnya akan dilakukan sebuah research atau
penelitian (Rita, 2008). Permasalahan yang terjadi pada mahasiswa disebabkan
karena adanya kendala, kendala tersebut berupa kendala internal dan eksternal
(dari dalam diri individu sendiri) dan eksternal (berasal dari dosen pembimbing)
(Januarti, 2009).

Mekanisme koping merupakan cara yang digunakan seorang individu dalam


mengatasi dan menyelesaikan sebuah masalah. Mekanisme koping dibagi menjadi
dua yaitu koping berfokus pada masalah (problem focused coping) dan koping
berfokus pada emosi (emotional focused coping). Mekanisme koping berfokus
pada masalah adalah koping yang merujuk pada pemecahan masalah dan
menghentikan stres. Sedangkan mekanisme koping berfokus pada emosi adalah

1
koping yang digunakan untuk meredahkan emosi individu yang ditimbulkan stres,
tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres secara
langsung (Sarafino & Smith, 2011).

Berdasarkan data yang didapat dengan melakukan wawancara yang


dilaksanakan pada april 2020 terkait 10 mahasiswa tingkat akhir Di ITKES
Wiyata Husada Samarinda dimana 7 mahasiswa mengatakan mengalami kesulitan
dan stres dalam mengerjakan skripsi seperti, konsul melalui via daring dengan
kuota internet terbatas, sulit melakukan observasi akibat pandemi, sulit
berkosentrasi, kurang tidur, perubahan pola makan, mudah lupa, mudah lelah,
tidak bersemangat dan merasa putus asa. Sedangkan dari 3 mahasiswa
mengatakan bahwa, mereka tidak mempunyai kendala dalam mengerjakan
skripsi, hal ini karena mereka memiliki target dan tangung jawab dalam
penyusunan skripsi.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang


Gambaran Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyusun
Skripsi Di ITKES Wiyata Husada Samarinda.

B. Rumusan Masalah
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh National College Health
Assesment pada 2709 mahasiswa yang menyusun skripsi mengalami depresi dan
kekhawatiran berlebih di pertengahan tahun 80-an berkisar antara
1015%.Melonjak drastis di tahun 2010 di angka 33-40% dengan berbagai gejala
yang mengikutinya seperti gangguan makan, perubahan pola tidur,menyakiti diri
sendiri hingga keputusan untuk bunuh diri. Beberapa penyebab gangguan stres
pada mahasiswa selama masa kuliah seperti dalam memutuskan akademiknya
mahasiswa dihadapkan pada kondisi ujian, kondisi adaptasi terhadap perubahan
kehidupan perkuliahan, kondisi perbedaan bahasa yang digunakan, kondisi

2
penilaian sosial, manajemen waktu, serta anggapan individu terhadap waktu
penyelesaian tugas akhir mereka (Robotham, 2008).

Semakin meningkat tingkat stress pada mahasiswa tingkat akhir maka akan
semakin meningkat pula dampaknya pada mahasiswa dalam menyusun skripsi.
Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan penelitian yaitu mengukur tingkat
stress dan mekanisme koping. Dengan demikian, berdasarkan fenomena yang ada
maka masalah penelitian ini adalah, bagaimana Gambaran Tingkat Stress Dan
Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyusun Skripsi Di
ITKES Wiyata Husada Samarinda?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui gambaran mekanisme koping pada mahasiswa tingkat
akhir di ITKES Wiyata Husada Samarinda.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu dapat dijadikan suatu referensi
terkait dengan pengetahuan gambaran mekanisme koping pada mahasiswa
tingkat akhir,
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Manfaat praktis bagi institusi pendidikan keperawatan yaitu dapat
dijadikan referensi dalam pembelajaran asuhan keperawatan pada
mahasiswa tingkat akhir.
b. Bagi Mahasiswa Keperawatan
Manfaat praktis bagi mahasiswa keperawatan yaitu dapat menjadi
referensi dalam menambah ilmu pengetahuan mahasiswa tentang
gambaran tingkat stress dan mekanisme koping.

3
E. Penelitian Terkait
Penelitian terkait topik penelitian Gambaran Tingkat Stress Dan Mekanisme
Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir Dalam Menyusun Skripsi Di ITKES
Wiyata Husada Samarinda.
1. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Alosius Wandikmbo 2018) Desain
penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa studi akhir Fakultas Keperawatan Universitas Katolik
Widya Mandala Surabaya sebanyak 29 mahasiswa mengunakan total
sampling. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian saya terletak
pada variable dependen sedangkan persamaannya terletak pada variable
independen dan metode penelitiannya menggunakan design penelitian
deskriptif.
2. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Waiez Lavari, dkk 2019)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mekanisme koping
mahasiswa dalam menyusun skripsi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif
dengan desain deskriptif, dengan sampel sebanyak 62 orang yang diambil
dengan menggunakan teknik total sampling. Perbedaan penelitian ini dan
penelitian di atas terletak pada sampelnya sedangkan persamaannya
persamaannya terletak pada variable dan metode penelitiannya
menggunakan design penelitian deskritif.
3. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Syifa Aulia dan Ria Utami
Panjaitan 2019)Tingkat stres mahasiswa erat kaitannya dengan kondisi
kesejahteraan psikologis yang dialaminya di kehidupan kampus.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian saya terletak pada
variable dependen sedangkan persamaannya terletak pada variable
independen dan metode penelitiannya menggunakan design penelitian
deskriptif.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka
1. Konsep mekanisme koping
A. Konsep mekanisme koping
a. Pengertian mekanisme koping
Mekanisme koping adalah sebagai apa yang dilakukan oleh individu
untuk menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan, luka,
kehilangan, atau ancaman (Siswanto, 2007).
Mekanisme koping lebih mengarah pada yang orang lakukan untuk
mengatasi tuntutan-tuntutan yang penuh tekanan atau yang membangkitkan
emosi. Penyesuaian diri dalam mengahadapi stres, dalam konsep kesehatan
mental dikenal dengan istilah koping (Lubis, 2006).
Jadi menurut Siswanto dan Lubis mekanisme koping adalah cara yang
digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan
yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun
perilaku.

b. Penggolongan Mekanisme Koping

Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (Stuart


dan Sundeen, 1995 dalam Nasir, 2010) yaitu:

1. Mekanisme koping adaptif

Adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi,


pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah
berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik
relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.

5
2. Mekanisme koping maladaptive

Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah


pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai
lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan,
bekerja berlebihan, menghindar.

Mekanisme koping juga dibedakan menjadi dua tipe menurut (Kozier,


2004) yaitu :

1) Mekanisme koping berfokus pada masalah (problem focused


coping), meliputi usaha untuk memperbaiki suatu situasi dengan
membuat perubahan atau mengambil beberapa tindakan dan
usaha segera untuk mengatasi ancaman pada dirinya. Contohnya
adalah negosiasi, konfrontasi dan meminta nasehat.

2) Mekanisme koping berfokus pada emosi (emotional focused


coping), meliputi usaha-usaha dan gagasan yang mengurangi
distress emosional. Mekanisme koping berfokus pada emosi
tidak memperbaiki situasi tetapi seseorang sering merasa lebih
baik.

c. Faktor yang Mempengaruhi Strategi koping

Factor-faktor yang dapat mempengaruhi strategi koping, yaitu (Lazarus dan


Folkman, 1984 dalam Nasir dan Muhith, 2011) :

1) Kesehatan fisik. Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama


dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk mengerahkan
tenaga yang cukup besar.

6
2) Keyakinan atau pandangan positif. Keyakinan menjadi sumber daya
psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external
locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian
ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan
strategi koping tipe : problem-solving focused coping.

3) Keterampilan memecahkan masalah. Keterampilan ini meliputi


kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif
tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut sehubungan
dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya melaksanakan
rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

4) Keterampilan social. Keterampilan ini meliputi kemampuan untuk


berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai
dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

5) Dukungan social. Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan


kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan
oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan
masyarakat sekitarnya.

d. Kemampuan Koping Terhadap Stres. Peristiwa dalam lingkungan yang


menimbulkan perasaan tegang disebut sebagai stresor. Pekerjaan dapat
menjadi stresor pada individu. (Robbins, 1996 dalam Nasir dan Muhith,
2011) menyebutkan tiga faktor yang dapat menjadi stresor di lingkungan
pekerjaan, yaitu :

1. Faktor organisasional Tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan


antarpribadi, struktur organisasi, kepemimpinan dalam organisasi.

7
2. Faktor individual Faktor-faktor dalam kehidupan pribadi karyawan,
yang berasal dari masalah keluarga, masalah ekonomi, dan
karakteristik kepribadian yang inheren

3. Faktor lingkungan Faktor lingkungan berupa ketidakpastian


lingkungan yang akan mempengaruhi desain dari struktur
organisasi. Faktor tersebut meliputi ketidakpastian ekonomis,
politik, dan teknologis.

Dalam penelitian ini digunakan stresor yang relevan dan dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu stresor berkaitan dengan tugas, serta masalah
pribadi dan sosial. Stresor yang berkaitan dengan tugas, meliputi tuntutan
tugas, tuntutan peran, struktur organisasi, kepemimpinan organisasi, dan
ketidakpastian.

e. gaya koping
Merupakan penentuan dari gaya seseorang atau ciri-ciri tertentu dari
seseorangdalarn memecahkan suatu masalah berdasarkan tuntutan yang
dihadapi. Gaya kopingdicirikan sebagai berikut (Nasir, 2011)
1. Gaya Koping Positif
Merupakan gaya koping yang mampu mendukung integritas ego.
Berikut inl adalah macam gaya koping positif:
1. Problem solving.
Merupakan usaha untuk memecahkan suatu masalah. Masalah harus
dihadapi dan dipecahkan, dan bukan dihindari atau ditekan di alam
bawah sadar, seakan-akan masalah itu tidak berarti. Pemecahan
masalah ini digunakan sebagai cara untuk menggindari tekanan atau
beban psikologis akibat adanya stresor yang, rrrasuk dalam diri
seseorang.

8
2. Utitizing sociat suppart.
Merupakan tindak lanjut dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi ketika masalah itu belum terselesaikan. hal ini tidak lepas
dari keterbatasan manusia dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Tidak semua orang mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri. Hal ini terjadi karena rumitnya masalah yang dihadapi.
Untuk itu sebagai mahluk sosial, bila seseorang mempunyai masalah
yang tidak mampu diselesaikannya sendiri, seharusnya tidak
disimpan sendiri dalam pikirannya, namun carilah dukungan dari
orang lain yang dapat dipercaya dan mampu memberikan bantuan
dalam bentuk masukan dan saran dalam menvelesaikan masalah
yang dihadapi tersebut. Semakin banyak dukungan dari orang lain,
maka semakin efektif upaya penyelesaian masalahnya.
3. Lookingfor silver lining.
Kepelikan masalah yang dihadapi terkadang akan membawa
kebuntuan dalam upaya menyelesaikan masalah. Walaupun sudah
ada upaya maksimal, terkadang masalah tersebut belum didapatkan
titik temunya. Sesulit dan sepelik apapun masalah yang dihadapi,
setidaknya manusia harus tetap berpikir positif dan diambil
hikmahnya. Manusia diharapkan mau menerima kenyataan ini
sebagai sebuah ujian dan cobaan yang harus dihadapi tanpa
menurunkan semangat dan motivasi untuk 'selalu berusaha
menyelesaikan masalahnya. Bukankah manusia diturunkan di dunia
ini untuk menyelesaikan masalah? Oleh karena itu, kita tidak
mungkin hidup tanpa memiliki masalah. Seberat apa pun masalah
yang dihadapi, pasti akan selalu ada kebaikan di dalamnya. Tidak
ada seorang pun yang terbebas dari masalah karena dengan masalah
itu manusia berpikir, bertindak, dan berperilaku.
4. Gaya Koping Negatif

9
merupakan gaya koping yang akan menurunkan integritas ego, di
mana penentuan cara koping akan merusak dan merugikan dirinya
sendiri, yang terdiri atas hal-hal sebagai berikut:
a. Avoidance.
Merupakan bentuk dari proses internalisasi terhadap suatu
pemecahan masalah ke dalam alam bawah sadar dengan
menghilangkan atau membebaskan diri dari suatu tekanan mental
akibat masalah-masalah yang dihadapi. Cara ini dapat dikatakan
sebagai usaha untuk mengatasi situasi tertekan dengan lari dari
situasi tersebut atau menghindari masalah yang berujung pada
penumpukan masalah di kemudian hari. Bentuk pelarian diri di
antaranya dengan beralih pada hal lain, seperti: makan, minum,
merokok, atau menggunakan obat-obatan dengan tujuan
menghilangkan masalah sesaat untuk tujuan sesaat, padahal
hanya merupakan upaya untuk menunda masalah dan bukan
menyelesaikan masalah.
b. Self-blame.
Merupakan bentuk dari ketidakberdayaan atas masalah yang
dihadapi dengan menyalahkan diri sendiri tanpa evaluasi diri
yang optimal. Kegagalan orang lain dialihkan dengan
menyalahkan dirinya sendiri sehingga menekan kreativitas dan
ide yang berdampak pada penarikan diri dari struktur sosial.
c. Wishfull thinking.
Kegagalan dalam mencapai tujuan yang diinginkan seharusnya
tidak menjadikan seseorang berada pada kesedihan yang
mendalam. Hal ini terjadi karena dalam penentuan standar diri,
diset atau dikondisikan terlalu tinggi sehingga sulit untuk
dicapai. Penentuan standar yang terlalu tinggi menjadikan
seseorang teerbuai dalam khayalan dan impian tanpa kehadiran

10
fakta yang nyata. Menyesali kegagalan berakibat kesedihan yang
mendalam merupakan pintu dari seseorang mengalami gangguan
jiwa.

3. Mahasiswa
a. Pengertian mahasiswa
Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu
ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu
bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah
tinggi, institut dan universitas (Hartaji, 2012: 5).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI), mahasiswa didefinisikan
sebagai orang yang belajar di Perguruan Tinggi (Kamus Bahasa Indonesia
Online, kbbi.web.id) Menurut Siswoyo (2007: 121)
mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut
ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga
lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki
tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan
kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat
dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap
mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.
Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang
usianya 18 sampai 25 tahun. Tahap ini dapat digolongkan pada masa
remaja akhir sampai masa dewasa awal dan dilihat dari segi
perkembangan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah
pemantapan pendirian hidup (Yusuf, 2012: 27).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah
seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan
menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik,
politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam

11
penelitian ini, subyek yang digunakan ialah dua mahasiswa yang berusia
23 tahun dan masih tercatat sebagai mahasiswa aktif.
b. Karakteristik Perkembangan Mahasiswa
Seperti halnya transisi dari sekolah dasar menuju sekolah menengah
pertama yang melibatkan perubahan dan kemungkinan stres, begitu pula
masa transisi dari sekolah menengah atas menuju universitas. Dalam
banyak hal, terdapat perubahan yang sama dalam dua transisi itu. Transisi
ini melibatkan gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan
tidak bersifat pribadi, seperti interaksi dengan kelompok sebaya dari
daerah yang lebih beragam dan peningkatan perhatian pada prestasi dan
penilaiannya (Santrock, 2002: 74)
Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan
pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap
kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti;
terhadap mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai,
terhadap kultur mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya,
dan terhadap anggota fakultas yang memberikan model baru. Pilihan
perguruan tinggi dapat mewakili pengejaran terhadap hasrat yang
menggebu atau awal dari karir masa depan (Papalia dkk, 2008: 672 )
Ciri-ciri perkembangan remaja lanjut atau remaja akhir (usia 18
sampai 21 tahun) dapat dilihat dalam tugas-tugas perkembangan yaitu
(Gunarsa: 2001: 129-131);
a) Menerima keadaan fisiknya; perubahan fisiologis dan organis yang
sedemikian hebat pada tahun-tahun sebelumnya, pada masa remaja
akhir sudah lebih tenang. Struktur dan penampilan fisik sudah menetap
dan harus diterima sebagaimana adanya. Kekecewaan karena kondisi
fisik tertentu tidak lagi mengganggu dan sedikit demi sedikit mulai
menerima keadaannya.

12
b) Memperoleh kebebasan emosional; masa remaja akhir sedang pada
masa proses melepaskan diri dari ketergantungan secara emosional
dari orang yang dekat dalam hidupnya (orangtua). Kehidupan emosi
yang sebelumnya banyak mendominasi sikap dan tindakannya mulai
terintegrasi dengan fungsi-fungsi lain sehingga lebih stabil dan lebih
terkendali. Dia mampu mengungkapkan pendapat dan perasaannya
dengan sikap yang sesuai dengan lingkungan dan kebebasan
emosionalnya.
c) Mampu bergaul; dia mulai mengembangkan kemampuan mengadakan
hubungan sosial baik dengan teman sebaya maupun orang lain yang
berbeda tingkat kematangan sosialnya. Dia mampu menyesuaikan dan
memperlihatkan kemampuan bersosialisasi dalam tingkat kematangan
sesuai dengan norma sosial yang ada.
d) Menemukan model untuk identifikasi; dalam proses ke arah
kematangan pribadi, tokoh identifikasi sering kali menjadi faktor
penting, tanpa tokoh identifikasi timbul kekaburan akan model yang
ingin ditiru dan memberikan pengarahan bagaimana bertingkah laku
dan bersikap sebaik-baiknya.
e) Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri; pengertian dan
penilaian yang objektif mengenai keadaan diri sendiri mulai terpupuk.
Kekurangan dan kegagalan yang bersumber pada keadaan kemampuan
tidak lagi mengganggu berfungsinya kepribadian dan menghambat
prestasi yang ingin dicapai.
f) Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma; nilai
pribadi yang tadinya menjadi norma dalam melakukan sesuatu
tindakan bergeser ke arah penyesuaian terhadap norma di luar dirinya.
Baik yang berhubungan dengan nilai sosial ataupun nilai moral. Nilai
pribadi adakalanya harus disesuaikan dengan nilai-nilai umum (positif)
yang berlaku dilingkungannya.

13
g) Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan; dunia
remaja mulai ditinggalkan dan dihadapannya terbentang dunia dewasa
yang akan dimasuki. Ketergantungan secara psikis mulai ditinggalkan
dan ia mampu mengurus dan menentukan sendiri. Dapat dikatakan
masa ini ialah masa persiapan ke arah tahapan perkembangan
berikutnya yakni masa dewasa muda.
Apabila telah selesai masa remaja ini, masa selanjutnya ialah jenjang
kedewasaan.
Sebagai fase perkembangan, seseorang yang telah memiliki corak dan
bentuk kepribadian tersendiri. Menurut Langeveld (dalam Ahmadi &
Sholeh, 1991: 90) ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain;
a) Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta
pertolongan orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada
pada tanggung jawabnya dalam menyelesaikan tugas-tugas hidup.
b) Dapat bertanggung jawab dalam arti sebenarnya terutama moral.
c) Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana
ia berada. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik
mahasiswa ialah pada penampilan fisik tidak lagi mengganggu
aktifitas dikampus, mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan
kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, memiliki
kebebasan emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan
kepribadiannya. Mahasiswa juga ingin meningkatkan prestasi
dikampus, memiliki tanggung jawab dan kemandirian dalam
menyelesaikan tugas-tugas kuliah, serta mulai memikirkan nilai
dan norma-norma di lingkungan kampus maupun di lingkungan
masyarakat dimana dia berada.

14
4. Konsep Teori Keperawatan Dan Asuhan Keperawatan

Input proses control efektor output

Fungsi
Tingkat Mekanisme Respon
fisiologis
adaptasi koping adaptif dan
konsep diri
stimulus regulator infektif
fungsi peran
kognator
interpensi

Umpan balik

Skema kerangka konsep teori manusia sebagai system adaptif (Roy). Gambaran
mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi di
ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

a. kerangka teori penelitian.


Kerangka teori adalah kemampuan seorang peneliti dalam mengaplikasikan pola
berpikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung
permasalahan penelitian. Menurut kelinger, teori adalah himpunan konstruk
(konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis
tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variable, untuk menjelaskan
dan meramalakn gejala tersebut (rahmat, 2004).

15
Input Proses control Efektor Output

Tingkat adaptasi Mekanisme Fungsi fisiologis Respon adaptif


stimulus koping
1. Robbins (2001) 1. mahasiswa dapat
1. stimulus focal Mampu stress diartikan mengatasi keadaan
menerima dan sebagai suatu kondisi dengan mekanisme
Tingkat stres beradaptasi koping
yang menekan
mahasiswa dalam terhadap situasi keadaan psikis
menyusun skripsi 2. mahasiswa dapat
yang seseorang
beradaptasi
2. stimulus menyebabkan
2. Mekanisme koping terhadap situasi
konsektual. tingkat stress
sebagai apa yang yang menyebabkan
Kondisi dimana Regulator dilakukan oleh tingkat stress.
mahasiswa tingkat individu untuk
Kemampuan Respon infektif
akhir tidak dapat menguasai situasi
mengatasi tingkat
memekanisme yang dinilai sebagai 1.mahasiswa tidak
stress.
koping suatu tantangan, luka, dapat mengatasi
Kognator kehilangan, atau tingkat stress.
3. stimulus ancaman (Siswanto,
residual. Mahasiswa 2007). 2. mahasiswa tidak
belajar mengatasi dapat
Sikap mahasiswa tingkat stress dan Konsep diri memekanisme
tingkat akhir dalam koping diri
mengontrol diri
menghadapi stres Mekanisme koping
dengan
mekanisme Fungsi peran
koping
Mencari bantuan
pada ahlinya.

Umpan balik

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian


Dalam penelitian ini, metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode
penelitian deskriptif (descriptive research) yang dilakukan terhadap sekumpulan
objek yang biasanya bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk
kesehatan) yang terjadi didalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Metode penelitian deskriptif bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan
masalah penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur,
jenis kelamin, sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup (pola
hidup), dan lain-lain (hidayat, 2008).
Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada masalah aktual dan
penelitian berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat
perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor,
Juliansyah, 2011). Pada penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir di Institut Teknologi Kesehatan
& Sains Wiyata Husada Samarinda. Penelitian ini dilakukan dengan langkah-
langkah seperti mengumpulkan data melalui penyebaran kuesioner dengan
menggunakan aplikasi google form yang selanjutnya diolah dan dibuat
kesimpulan atau laporan.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang
telah ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
populasi terjangkau yaitu populasi yang memenuhi kriteria penelitian dan
biasanya dapat dijangkau oleh peneliti dari kelompoknya (Nursalam, 2017)

17
yakni semua mahasiswa tingkat akhir regular kelas 8a di ITKES Wiyata
Husada Samarinda. Pada penelitian ini, dipilih populasi yang sesuai dengan
karekteristik penelitian, yaitu populasi mahasiswa tingkat akhir di ITKES
Wiyata Husada Samarinda dengan jumlah 59.
2. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada
(Nursalam, 2017). Penghitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan
rumus Slovin, hal ini mengacu pada pendapat Ridwan dan Engkos (2011),
bahwa teknik pengambilan sampel menggunakan rumus slovin ini apabila
populasi sudah diketahui. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

N
n¿
1+ N (d)²

Keterangan :
n : Besar sampel minimum
N : Besar populasi
d² : Presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang
masih bisa ditolerir (0,05)
Dalam rumus Slovin ada ketentuan sebagai berikut
Nilai d² = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar
Nilai d² = 0,05 (5%) untuk populasi dalam jumlah kecil

C. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan data atau teknik sampling merupakan cara-cara yang
digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan sampel atau subjek penelitian
yang mewakili keseluruhan (Sugiyono, 2005). Dalam penelitian ini teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Total Sampling adalah teknik

18
dengan cara di ambil dari keseluruhan populasi sebagai responden atau
sampel (Sugiyono, 2013). Sampel dalam penelitian ini adalah semua
mahasiwa regular kelas 8a DI ITKES Wiyata Husada Samarinda.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep
pengertian tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan dan status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya
(Sugiyono, 2011). Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu
gambaran mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir Di ITKES Wiyata
Husada Samarinda.
2. Definisi Operasional
Defenisi Operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari sesuatu yang didefenisikan tersebut. Karakteristik yang diamati
dari (diukur) itulah yang merupakan kunci defenisi operasional. Dapat diamati
artinya memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian
dapat diulangi oleh orang lain (Nursalam, 2011).

19
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
No Variabel Definisi Alat Hasil Skala
Operasional Ukur Ukur
1 mekanisme Individu yang Kuisioner Jika data Ordinal
koping bias dengan beridtribusi
menguasai skala normal
situasi, Guttman : menggunakan
mengarah 1. Benar : nilai median :
pada 1 1. Mekanis
penyesuaian 2. Salah : me
diri dalam 0 koping
menghadapi Eka Dwi Kurang
stres Kusyanti Baik :
(2018) Jika skor
<0,05
nilai
mean
2. mekanis
me Baik :
Jika skor
≥0,05
nilai
median
Sumber : Data Primer 2019

E. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi
Penelitian akan dilakukan di Kampus ITKES Wiyata Husada Samarinda

20
2. Waktu penelitian
Pengambilan data penelitian ini akan dilakukan pada 10 Juli - 18 Juli 2020

F. Sumber Data dan Instrument Penelitian


1. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu
data primer dan data sekunder.
a. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus
menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Dikumpulkan
sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek
penelitian dilakukan.
b. Data sekunder yaitu data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang berkenaan
dengan penelitian yang dilakukan. Sumber data yang digunakan oleh
peneliti adalah data primer yaitu berupa kuisioner menggunakan google
from.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan
data (Notoadmojo, 2012). Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner,
yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal
yang ia ketahui (Arikunto, 2013). Adapun pengisian kuesioner variabel
pengetahuan dengan skala ghuttman yaitu pertanyaan nilai 1 jika menjawab
benar dan 0 jika menjawab salah dan varaibel sikap dengan skala likert yaitu
pertanyaan nilai 1 jika menjawab tidak pernah, jika nilai 2 menjawab jarang,
jika nilai 3 menjawab kadang kadang, jika nilai 4 menjawab sering

21
Table 3.2 kisi-kisi kuesioner pengetahuan dan sikap
No Variabel Indikator Pertanyaan Pertanyaa Pertanyaan
n Unfavorabl
Favoreble e
1 Mekanisme Memahami -Maldaptif 1,2,3,4,,5,6, 1,2,3,4,5,6
koping -adaptif 7,8,9,10,11,
12,13,14,15
,16,17,18

G. Uji Instrumen
Menurut Susila & Suyanto (2015) instrumen yang umumnya dilakukan uji
validitas dan reliabilitas adalah kuesioner, terutama kuesioner atau tes yang
disusun sendiri oleh peneliti. Untuk kuesioner atau tes yang bersifat standar yang
dibuat oleh peneliti sebelumnya yang telah diakui validitas dan reliabilitasnya
tidak perlu dilakukan uji lagi . Eka Dwi Kusyanti (2018)

1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa instrumen dalam hal ini
kuesioner yang diberikan benar-benar mengukur apa yang diukur. Uji item
pada masing-masing pertanyaan dapat dilakukan dengan menggunakan uji
korelasi Pearson Product Moment pada tingkat kemaknaan (α) = 0,05
(Arikunto, 2010) dengan rumus sebagai berikut:

n( ∑ XY )−( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
2 2 2 2
√[ n( ∑ X )−( ∑ X ) |n( ∑ Y )−(∑ Y ) ]
Keterangan:
rxy = korelasi antara variabel x dan y.
x = jumlah skor item pertanyaan.

22
y = jumlah skor total (item),
n = jumlah responden yang akan diuji

Hasil Uji Validitas Pengetahuan


Dari hasil uji hanya pertanyaan dinyatakan valid, dimana nilai R hitung
lebih besar dari pada R tabel. Sedangan 1 pertanyaan lainnya tidak valid.
Kuisioner dalam penelitian ini telah di uji tingkat validitasnya. Kuesioner ini
berupa checklist (√), terdiri dari 24 item pertanyaan. Uji validitas pada 48
responden dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment (r).
Hasil uji validitas bahwa nilai r hitung > 0,349. Sehingga seluruh instrumen
dinyatakan valid.
Hasil Uji Validitas Sikap
Dari hasil uji ada 10 pertanyaan dinyatakan valid, dimana nilai R hitung
lebih besar dari pada R tabel. Kuisioner dalam penelitian ini telah di uji
tingkat validitasnya. Kuesioner ini berupa checklist (√), terdiri dari 24 item
pertanyaan. Uji validitas pada responden dengan menggunakan uji korelasi
Pearson Product Moment (r). Hasil uji validitas bahwa nilai r hitung > 0, 349.
Sehingga seluruh instrumen dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada tingkat keandalan sesuatu reliabil artinya
dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Instrumen yang telah diuji berulang
atau sejauh mana alat ukur dalam hal ini adalah kuesioner yang diberikan
dapat dipercaya atau dapat diandalkan maka dilakukan uji Alpha Cronbach
(Budiman & Riyanto, 2013).
2
∑σb
[ ][
r 11 =
k
k−1
1−
V 2t ]
Keterangan:

23
k = mean kuadrat antara subyek
ΣSi2 = mean kuadrat kesalahan
St2 = varians total.

Tabel 3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrument Penelitian


Variabel Cronbach’s Alpha
Hitung Sumber :
Mekanisme Koping 0,08
Data
Diolah, 2020

Dari table diatas, nilai Cronbach’s Alpha untuk masing-masing variabel


adalah lebih besar dari pada 0.8 , oleh karena itu instrument yang digunakan
dalam penelitian ini dinyatakan reliable yang kuat atau handal dan dapat
dipercaya.

H. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah suatu person pendekatan subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian
(Nursalam, 2017). Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan cara pemberian kuesioner. Langkah-langkah dalam pengumpulan
data melalui proses sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini dilakukan penelitian dan pengukursan izin penelitian kepada
tempat penelitian dan pihak terkaitnya, yaitu Kampus ITKES Wiyata Husada
Samarinda melakukan studi pendahuluan tentang penelitian yang akan
dilakukan.
2. Tahap pelaksanaan

24
a. Menentukan populasi yang menjadi responden penelitian yaitu
Pengetahuan mekanisme koping pada mahasiswa tingkat akhir
b. Memberikan penjelasan kepada responden secara lengkap mengenai
tujuan pelaksanaan. Teknik pelaksanan dan manfaat pelaksanaan.
c. Responden yang setuju ikut dalam penelitian diminta untuk mengisi dan
menandatangani lembar persetujuan informen consent.
d. Memberikan kuesioner dengan aplikasi google form untuk menggali data
tentang gambaran mekanisme koping atau membuat group whatsapp
untuk lebih mudah menjelaskan prosedur pengisian kuisinoer
menggunakan aplikasi google form.
e. Melakukan pengelolahan dan analisa data.

I. Teknik Pengolahan Data


Menurut Tika, M, P (2005) sebelum melakukan analisis data, perlu dilakukan
pengolahan data terlebih dahulu. Menurut Arikunto (2006) data yang dikumulkan
dan di olah sebagai berikut :
1. Editing (Edit Data)
Editing dilakukan oleh peneliti di tempat pengumpulan data untuk
memeriksa ulang kelengkapan kuesioner, berkaitan kemungkinan kesalahan
atau ada jawaban resonden dari setiap pertanyaan agar data diolah dengan
baik dan memudahkan peneliti mengalisis data. Editing dalam penelitian
mengumpulkan semua hasil kuesioner penelitian yang telah diisi oleh
responden dan memberikan skor pada setiap item pertanyaan.
2. Coding
Coding adalah usaha mengklarifikasi jawaban para responden menurut
macamnya, dengan menandai masing-masing jawaban menurut macamnya
dengan kode tertentu. Kegunaan Coding adalah mempermudah pada saat
analisa data dan juga mempercepat entry data.

25
Kode Pengetahuan : Kode Sikap :
Kurang baik :1 Tidak Pernah :0
Baik :2 Jarang :1
Kadang-kadang :2
Sering :3

3. Tabulating
Peneliti melakukan pengumpulan data sedemikian rupa agar mudah
dijumlahkan, disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis, data yang
diperoleh daari masing-masing responden melalui observasi. Kemudian data
tersebut disusun, diseleksi kelengkapannya dan dikelompokkan (tabulasi
data).
4. Scoring
Scoring adalah memberi nilai – nilai kuesioner dengan presentasi
pengetahuan dan sikap.
Skor Pengetahuan : Skor Sikap :
1 : Jika jawaban salah Pertanyaan Positif :
2 : Jika jawaban benar 3 : Sering
2 : Kadang-kadang
1 : Jarang
0 : Tidak Pernah
Pertanyaan Negatif :
0 : Tidak Pernah
1 : Jarang
2 : Kadang-kadang
3 : Sering

26
5. Entry Data
Setelah data dikelompokkan pada kriteria tertentu, selanjutnya peneliti
melakukan pemasukan data secara manual atau melalui pengelolahan
computer (SPSS).
6. CLeaning
Langkah ini peneliti melalukan pengecekan untuk mengetahui adanya
kesalahan atau kekurangan selama proses pengolahan data.

J. Analisa Data
Data dianalisa dengan menggunakan Analisa deskriptif. Analisa deskriptif
adalah suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan masalah
penelitian yang terjadi berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia, Pendidikan,
pekerjaan dan lain-lain. Meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk table
atau grafik (Hidayat, 2008). Analisa data dengan menggunakan analisis univariat
yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dalam
analisis ini hanya menghasilkan distribusi dari presentase tiap variabel
(Notoatmojo, 2010). Analisa data yang di gunakan adalah Analisa univariat,
untuk menganalisa variable satu variabel yaitu gambaran mekanisme koping
pada mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi di itkes wiyata husada
samarinda
Normalitas Data
Pada penelitian ini penguji normalitas data untuk mengetahui cut of point
yang digunakan apakah mean atau median pada kuisioner. Penelitian ini
mengandung uji Kolmogorov-Smirnov karena jumlah sampel > 50. Pada uji
normalitas di dapatkan data berdistribusi tidak normal yakni pada kuesioner
pengetahuan dengan nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan kuesioner sikap dengan
nilai signifikan 0,000 < 0,05 maka cut of point menggunakan nilai median.
Sehingga pembagian kategori baik ≥ median dan kurang < median. Jika p > 0,05
maka data dinyatakan berdistribusi normal dan yang digunakan nilai mean dan

27
jika nila p < 0,05 dinyatakan tidak berdistribusi normal maka menggunakan nilai
median (Dahlan,2014). Pada penelitian ini distribusi data tidak normal maka
menggunakan nilai median pada kuesioner pengetahuan (11) dan nilai median
pada kuesioner sikap (31).
a. Analisis Univariate
Analisis univariate adalah analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Analisis Univariat dilakukan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya
analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap
variabel (Notoatmodjo, 2012). Untuk menentukan frekuensi dan persentase
dari masing-masing variabel dapat digunakan rumus :

f
P= X 100 %
n

Keterangan :
P : Presentase
f : Frekuensi
n : Jumlah

K. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakam masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat dalam penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatiakan.
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut:
(Hidayat, 2011).
1. Informed Consent (persetujuan)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan anatar peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan dengan
menggunakan metode google form. Informet consent tersebut diberikan

28
sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk
menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.
2. Anonimity (Tanpa Nama)
Masalah etika keperawatan adalah masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberika atau
mencatumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskode
01 sampai estrusnya pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

L. Alur Penelitian

Populasi
Penelitian

Hipotesis Penelitian
Gambaran Mekanisme Koping pada mahasiswa
tingkat akhir Di ITKES Wiyata Husada Samarinda

Populasi
Mahasiswa regular 8a tingkat akhir ITKES Wiyata
Husada Samarinda

Sampel
298a tingkat akhir
Mahasiswa regular
Instrumen Penelitian
Google from

Perijinan
Kampus ITKES Pengurusan Surat
Responden
WHS Ijin

Pengumpulan Data

Variabel
Variabel Dependen
Independen
Mekanisme Koping
Mahasiswa

Analisa Data

Pembahasan dan
Simpulan

30
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskriptif Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Institut Teknologi Kesehatan & Sains
Wiyata Husada Samarinda pada tanggal 23 sampai 29 juli 2020. ITKES
WHS merupakan Intitut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada
Samarinda yang terletak di Jl. Kadrieoening Gg. Monalisa No.77 Samarinda,
Kalimantan Timur. Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada
Samarinda.
Analisa Data
1. Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin
Jenis kelamin pada mahasiswa keperawatan di Institut Teknologi Kesehatan
& Sains Wiyata Husada Samarinda bulan Juli tahun 2020 dapat dilihat pada
table berikut ini:
Tabel 4.1
Frekuensi Jenis Kelamin Mahasiswa keperawatan di ITKES Wiyata Husada
Samarinda 23-29 Bulan Juli Tahun 2020 (n=46)
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase (%)
Laki-Laki 8 17,4 %
Perempuan 38 82,6 %
Jumlah 46 100 %
Sumber: Data Primer, 2020
Berdasarkan table 4.1 di atas, diketahui jenis kelamin pada mahasiswa
keperawatan tingkat akhir di Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata
Husada Samarinda 23-29 bulan Juli tahun 2020 didominasi oleh perempuan
dengan nilai presentase 82,6 % dan laki-laki dengan presentase 17.4 %.

31
2. Usia
Usia pada mahasiswa pada mahasiswa keperawatan di Institut Teknologi
Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda bulan Juli tahun 2020 dapat
dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.2
Frekuensi usia mahasiswa tingkat akhir Di ITKES Wiyata Husada
Samarinda 23-29 juli 2020
Usia Frekuensi presentase
21-22 30 78,2%
23-25 10 21,8
Total 46 100,0
Sumber: data primer 2020
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa mayoritas usia pada
responden adalah usia 21 - 22 tahun dengan persentase 78,2 % , dan
minoritas usia reaponden 23 - 25 tahun dengan persentase 21,8 %.

2. Uji Normalitas
Untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak distribusi normal,
maka dilakukan uji normalitas. Uji Normalitas data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Uji Kolmogorov-Smirnov yang digunakan pada sampel
kurang dari 50 responden. Berikut adalah hasil uji normalitas data pada
penelitian ini.
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas Mekanisme Koping
Variabel p-Value
Mekanisme Koping 0.085
Sumber : Data Primer, 2020
Tabel 4.2 diatas menjelaskan analisis menggunakan Uji Kolmogorov-
Smirnov karena responden kurang dari 50 untuk mengetahi normalitas data,
diperoleh hasil variable mekanisme koping dengan hasil uji nilai p value
0.085 sehingga ini dikatakan bahwa data berdistribusi normal.
3. Hasil Analisa Univariat

32
Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Institut
Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda bulan Juli tahun
2020 dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Mekanisme Koping (n=46)
Variabel Klasifikasi Frekuensi Presentasi %
Mekanisme
Koping Kurang 25 54.3%
Mekanisme
Baik
Koping
Mekanisme
21 45.7%
Koping Baik
Total 46 100 %
Sumber: Data Primer, 2020
Table 4.3 diatas menjelaskan bahwa Mekanisme Koping Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir dengan klasifikasi mekanisme koping baik
berjumlah 25 mahasiswa dengan Presentase 54.3 % dan mekanisme koping
kurang baik berjumlah 21 mahasiswa dengan presentase 45.7 %.

B. Pembahasan
1. Gambaran objek yang diteliti
1. Jenis Kelamin
Mahasiswa keperawatan di ITKES Wiyata Husada Samarinda
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Mekanisme Koping Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir didapatkan dengan hasil perempuan dengan
Presentase 82.6 %, laki-laki dengan presentase 17.4 %. Interpretasi dari
hasil penelitian ini bahwa mahasiswa yang kuliah di Institut Teknologi
Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda mayoritas perempuan dengan
presentase 82.6 %.
2. Usia
Mahasiswa keperawatan ITKES Wiyata Husada Samarinda

33
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai mekanisme koping pada
mahasiswa tingkat akhir didapatkan dengan hasil usia
bahwa mayoritas usia pada responden adalah usia 21 - 22 tahun dengan
persentase 78,2 % , dan minoritas usia reaponden 23 - 25 tahun dengan
persentase 21,8 %.
2. Hasil analisa
Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di Institut Teknologi
Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda.
Table 4.3 diatas menjelaskan bahwa Mekanisme Koping Pada
Mahasiswa Tingkat Akhir dengan kalsifikasi mekanisme koping baik
berjumlah 25 mahasiswa dengan Presentase 54.3 % dan mekanisme koping
kurang baik berjumlah 21 mahasiswa dengan presentase 45.7 %.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Krisdianto,2015) dengan hasil mekanisme koping baik berjumlah 25
mahasiswa dengan presentase 54.3% dan mahasiswa kurang baik sebanyak
21 orang dengan presentase 45,7 % mekanisme koping baik dan kurang baik
pada mahasiswa tingkat akhir disebabkan karena tingginya ego dan
kepentingan pribadi yang membuat seseorang terpengaruh terhadap suatu
situasi seperti pandemi saat ini, hal ini yang membuat mahasiswa tingkat
akhir lebih sering menggunakan mekanisme koping maladaptive dan adaptif.
C. Keterbatasan Penelitian
1. Pada penelitian ini terkendala dengan responden tidak langsung menjawab
saat google form dibagikan, dan juga dikarenakan terbatasnya kuota dan
perekonomian responden yang turun akibat pandemi.

2. Pengumpulan data dengan kuesioner bersifat subjektif, sehingga kebenaran


data sangat bergantung dari kejujuran responden.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah mendeskripsikan gambaran mekanisme koping pada
mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi Kesimpulan dalam penelitian
ini didapatkan bahwa Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Tingkat Akhir di
Institut Teknologi Kesehatan & Sains Wiyata Husada Samarinda didapatkan
dengan kalsifikasi mekanisme koping baik berjumlah 25 mahasiswa dengan
Presentase 54.3 % .
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini maka peneliti merumuskan
saran sebagai berikut:
1. Bagi Instansi
Tempat Penelitian Bagi instansi tempat penelitian diharapkan mampu
meningkatkan rancangan program berupa kegiatan pengembangan mekanisme
koping sehingga membantu mahasiswa untuk mampu mengembangkan cara-
cara yang efektif dalam menghadapi suatu permasalahan akademik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih belum sempurna. Oleh sebab
itu peneliti mengharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat
mengembangankan dan mempertimbangkan dalam menentukan mekanisme
koping. Dan melihat faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
mekanisme koping mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi.

35

Anda mungkin juga menyukai